IBADAH RAYA
MINGGU, 13 JANUARI 2019
KITAB WAHYU
(Seri: 81)
Subtema: BUNYI GURUH YANG KEDUA.
Shalom...
Selamat
sore, salam sejahtera dan bahagia memenuhi kehidupan kita, kiranya berkat yang
dari sorga turun memenuhi tempat ini, memenuhi setiap kehidupan kita yang hadir.
Saya juga
tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet,
youtube, facebook, dimanapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita sebab
itu kita mohonkan kemurahan hati Tuhan supaya Tuhan bukakan rahasia firmannya
di sore ini.
Kita kembali
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 10:3.
Wahyu 10:3
(10:3) dan
ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan sesudah
ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.
Perhatikan
kalimat; “Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu
memperdengarkan suaranya.”
Di
dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh menderu terdengar. Sebelum Wahyu
10:3, ada dua kali bunyi guruh menderu terdengar, kemudian setelah Wahyu
10:3 ada empat kali bunyi guruh menderu terdengar.
Kesimpulannya,
adapun ketujuh guruh itu adalah:
1. Wahyu
4:5
2. Wahyu
8:5
3. Wahyu
10:3
4. Wahyu
11:19
5. Wahyu
14:2
6. Wahyu
16:18
7. Wahyu 19:6
Sekarang
kita akan memperhatikan Bunyi Guruh Yang Kedua.
Tentang:
BUNYI GURUH YANG KEDUA.
Wahyu
8:5
(8:5)
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah,
dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar
dan gempa bumi.
Bunyi
guruh yang kedua tertulis di dalam Wahyu 8:5b adalah “Maka meledaklah
bunyi guruh, disertai dengan halilintar dan gempa bumi.” Artinya;
terjadinya suatu goncangan dan keributan yang sangat dahsyat di dalam segala bidang,
baik di bidang ekonomi, baik di bidang politik, baik di bidang pemerintahan dan
kenegaraan sampai pada goncangan nikah-nikah di bumi ini.
Itu
sudah terlihat sekarang, dimulai dengan adanya dosa makan dan minum yang
tersambung langsung dengan dosa kawin dan mengawinkan.
Di
daerah kami (Perumnas, Cilegon) tiga tahun yang lalu sangat langka sekali
melihat penjual-penjual makanan di pinggir jalan, sekarang mulai dari depan
perumahan Pondok Indah Cilegon sampai perumahan Perumnas, Cibeber, Cilegon semuanya
berjejer para penjual makanan dan minuman.
Saat
ini, bumi indonesia sedang digoncang dengan gempa bumi, tsunami, angin ribut
yang disebut puting beliung, banjir dimana-mana, dan longsor juga terjadi
dimana-mana. Jadi sekarang ini tidak
ada daerah yang tidak digoncang dari Sabang sampai Merauke. Dengan demikian, penghukuman dari
keempat sangkakala yang pertama telah tergenapi, yaitu sepertiga dari bumi
indonesia bahkan seantero dunia ini telah rusak seperti yang tertulis di dalam Wahyu
8:6-13.
Wahyu
8:12
(8:12)
Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari
matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga
dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan
demikian juga malam hari.
Oleh
karena penghukuman dari keempat sangkakala yang pertama ini maka sepertiga dari
padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian
juga malam hari, sebab penghukuman dari keempat sangkakala yang pertama telah berlangsung
sehingga sepertiga dari seantero dunia ini rusak.
Jadi,
jangan kita tidak melihat (bermasa bodoh) dengan penghukuman dari keempat
sangkakala yang pertama ini sedang berlagsung.
Maka
jangan sibuk lagi dengan keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup,
jangan sibuk dengan pengaruh-pengaruh dari roh jahat dan roh najis, tetapi
sibuklah memperhatikan pekerjaan Tuhan.
Yesaya
46:3-4
(46:3)
"Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang
yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak
dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim.
(46:4)
Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku
menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus;
Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
“Sampai
masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu.”
Berarti:
- Tuhan mau menanggung kita terus.
- Tuhan mau memikul kita.
- Tuhan menyelamatkan kita.
Pendeknya;
biarlah kita tetap berada di dalam gendongan dua tangan Tuhan, berarti;
ditanggung, dipikul, dan diselamatkan.
Pertanyaannya;
siapa yang berada di dalam gendongan dua tangan Tuhan?
Jawabnya;
SEMUA ORANG YANG MASIH TINGGAL DARI KETURUNAN ISRAEL.
Yesaya
4:3
(4:3)
Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut
kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup,
Yang
tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut Kudus, kemudian
nama mereka tercatat untuk memperoleh hidup kekal.
Kita
patut bersyukur kepada kemurahan hati Tuhan karena saat ini kita berada di atas
gunung Tuhan, berada di kota Yerusalem untuk mengusahakan dan memelihara ibadah
dan pelayanan ini.
Yesaya
4:4
(4:4)
apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala
noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan
yang membakar.
Tuhan
senantiasa membersihkan kekotoran putri Sion dan noda darah Yerusalem dengan roh
yang mengadili dan membakar.
Jadi
tabiat-tabiat dosa tidak mungkin lepas dan hangus begitu saja dari setiap
kehidupan seseorang kalau dia tidak berada di gunung Tuhan dan tidak berada di
Yerusalem. Tetapi di sini kita
perhatikan, Tuhan senantisa membersihkan kekotoran putri Sion dan menghapuskan
segala noda darah Yerusalem dengan Roh yang mengadili dan Roh yang membakar.
Saudaraku,
sekarang kita akan memperhatikan lebih rinci tentang Sion dan Yerusalem,
tentunya supaya kehidupan kita terlepas dari goncangan dan keributan-keributan
yang sedang terjadi dan yang akan terjadi dan yang lebih dahsyat lagi.
Yesaya
2:3
(2:2)
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan
berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit;
segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3)
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke
gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang
jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan
keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Di
hari-hari terakhir gunung tempat rumah Tuhan berdiri tegak di hulu
gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit sampai Tuhan Yesus
datang kelak.
Sedangkan
gunung tempat rumah Tuhan yang lain, yang bukan gunung Sion akan digeser, akan
digoncang sekali waktu nanti dan itu pasti terjadi, penggenapan firman akan
terjadi. Selanjutnya kalau kita perhatikan pada ayat yang ketiga; “...Dari
Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem..."
Jadi
kalau gunung Sion tetap tegak berdiri, tidak tergoncang itu karena dari Sion
keluar pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem.
Sekarang
kita lebih detail melihat Dari Sion Keluar Pengajaran.
Keterangan:
SION.
Sion
kaitannya dengan Pengajaran. Fungsinya; mengajar kita tentang jalan-jalan
Tuhan.
Kita
akan melihat tentang jalan-jalan Tuhan..
Amsal
30:19
(30:19)
jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di
tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
Jalan
seorang laki-laki dengan seorang gadis artinya; jalan Tuhan berakhir pada
sebuah pesta nikah Anak Domba.
Inilah
akhir dari perjalanan rohani yang kita jalankan bersama dengan Tuhan.
Mari
kita buktikan di dalam..
Wahyu
19:6-7
(19:6)
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air
bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan,
Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7)
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari
perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Pada
akhirnya suatu kali nanti akan ada sorak sorai dan sukacita yang besar sebab
hari perkawinan Anak Domba telah siap sedia, itu akhir perjalanan dari perjalanan
rohani kita bersama dengan Tuhan. Diawali dengan nikah Adam dan Hawa
dan diakhiri dengan pesta nikah Anak Domba.
Wahyu
19:8-9
(19:8)
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
(19:9)
Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang
diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan
ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
“Berbahagialah
mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba."
Pesta nikah Anak Domba adalah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas
muka bumi ini. Kemudian perhatikan kalimat; Perkataan ini adalah benar,
perkataan-perkataan dari Allah." Jadi pesta nikah Anak Domba adalah
benar-benar sebuah rencana Allah yang besar. Rencana ini adalah Allah yang
membuat bukan rencana manusia.
Kita
kembali membaca..
Amsal
30:19
(30:19)
jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di
tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
Jalan-jalan
Tuhan tadi berakhir pada sebuah pesta nikah Anak Domba, tetapi jalan Tuhan ini
dimulai dari:
1. Jalan rajawali di udara ->Wibawa Yesus sebagai
Raja.
Yesus adalah Raja di atas segala raja, tetapi oleh karena
pengurapan itu kita diangkat sebagai raja-raja kecil untuk memerintah di bumi,
artinya; terlepas dari perhambaan dosa.
2. Jalan ular di atas cadas -> Sengsara Yesus
sebagai manusia.
Setiap orang yang mengikuti dan melayani Tuhan harus menyangkal
dirinya dan memikul salibnya. Pendeknya; kesulitan-kesulitan dan penderitaan
yang kita alami di atas muka bumi ini bagaikan berjalan di atas cadas.
Maka tidak boleh lari dari sana sebab itu adalah langkah kedua
sesudah langkah pertama yaitu melayani Tuhan berarti; terlepas dari perhambaan
dosa.
3. Jalan kapal di tengah-tengah laut -> kebangkitan
Yesus sebagai hamba.
Artinya; melayani Tuhan di dalam tanda pengalaman kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus.
Musa pernah memimpin bangsa Israel untuk melawati laut Teberau,
itu bayangan dari baptisan air, berarti; di dalam melayani Tuhan masuk
dalam pengalaman kematian dan kebangkitan.
Kesimpulan dari jalan-jalan Tuhan di atas muka bumi ini adalah
Yesus sebagai Raja turun ke bumi sebagai manusia dalam keadaan sengsara salib,
berarti; melayani dengan tanda kematian dan kebangkitan sampai akhirnya masuk
dalam pesta nikah Anak Domba.
Itu langkah-langkah untuk pada akhirnya masuk dalam pesta nikah
Anak Domba, berbahagialah mereka yang masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
Itulah
sedikit penjelasan tentang jalan-jalan
Tuhan.
Yesaya
2:3
(2:3)
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke
gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang
jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan
keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Tentang:
YERUSALEM.
Berarti;
orang-orang yang melayani Tuhan dalam kebenaran. Fungsinya; menjadi contoh
teladan sehingga bangsa-bangsa berjalan menempuhnya. Artinya; mengikuti
contoh teladan dari orang-orang yang melayani Tuhan (imam-imam) di dalam
kebenaran. Yang sudah melayani Tuhan sesuai dengan karunia-karunia dan
jabatan-jabatan dari Roh El-Kudus kiranya menjadi contoh teladan baik dalam
perkataan, baik dalam perbuatannya. Jangan sibuk dalam pemikiran yang tidak
suci, tetapi sibuklah menjadi contoh teladan. Kalau engkau menyadari diri
sebagai seorang imam maka sibuklah dalam perkara itu, kalau belum menangislah
dan menyesallah sore ini.
1
Petrus 2:19-21
(2:19)
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah
menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
(2:20)
Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat
dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka
itu adalah kasih karunia pada Allah.
(2:21)
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk
kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Yesus
adalah Imam Besar yang telah meninggalkan contoh teladan 2018 tahun lalu di
atas kayu salib. Dia menderita, Dia teraniaya karena firman, sengsara karena
salib, Dia menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung dan untuk itulah
kita dipanggil, yaitu untuk
mengikuti contoh teladan yang ditinggalkan-Nya itu.
Perlu untuk diketahui;
kalau kita mengikuti jejak Yesus/contoh teladan dari Yesus dengan tepat maka
semua dosa akan rontok di tengah jalan.
Ada
tiga seteru yang menimbulkan dosa:
1. Daging
dengan segala keinginannya.
2. Setan
(iblis)-> demon-demon dari roh-roh
jahat dan demon-demon dari roh-roh najis. Roh najis dan roh jahat
Inilah seseorang menjadi
memberontak dan mendurhaka kepada Tuhan.
3. Dunia
dengan segala arusnya yang sangat kuat.Namun
ketiga seteru yang menimbulkan
dosa ini telah dipakukan di atas kayu salib bahkan musuh yang terakhir yaitu
maut telah dikalahkan.
“Hai
maut dimanakah kemenanganmu, hai maut dimanakah sengatmu?”
Sengat
maut adalah dosa dan kuasa dosa adalah hukum taurat, tetapi puji Tuhan semua
dosa telah dipakukan di atas kayu salib sampai pada dosa terakhir yaitu maut
telah dikalahkan. Kita bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan, Dia mempelai
Pria Sorga, Dia baik kepada kita sekaliannya, Dia memperhatikan sidang mempelai
wanita-Nya, Dia memperhatikan kita sampai saat ini.
Sekarang,
timbul suatu pertanyaan; KAPAN GONCANGAN ITU TERJADI?
Mari
kita amati, kita perhatikan dengan seksama, jangan bermasa bodoh, jangan kita
biarkan bergitu saja..
Wahyu
8:5
(8:5)
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah,
dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai
halilintar dan gempa bumi.
Goncangan
dan keributan itu terjadi setelah pedupaan itu diisi dengan api dari mezbah
lalu dilemparkan ke bumi.
Perhatikan
gambar Mezbah Dupa Emas..
Cawan
Emas yang ada di Mezbah Dupa diisi api dari Mezbah korban Bakaran lalu api itu
dilemparkan ke bumi.
Jadi,
goncangan itu terjadi di atas bumi setelah ada pelemparan api dari Mezbah ke
bumi.
Berarti
dapat kita mengambil suatu kesimpulan; kalau ibadah dari gereja Tuhan tidak
mamuncak sampai kepada doa penyembahan maka dia akan menghadapi goncangan dan
keributan-keributan yang dahsyat, ia tidak dapat menghindarinya lagi.
Goncangan
dan keributan serta bermacam-macam hal yang dahsyat terjadi itu bertepatan
setelah Anak Domba membuka meterai yang ketujuh (yang terakhir).
Wahyu
8:1
(8:1)
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah
di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Ketika
meterai yang ketujuh (yang terakhir) dibuka, sunyi senyaplah di sorga kira-kira
setengah jam. Sunyi senyap, artinya; suatu perhentian yang penuh dengan
kedamaian dan ketenangan yang sangat tinggi, yang tidak bisa diterangkan dengan
kata-kata, namun hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang mengalaminya.
Tapi
memang kalau kita sudah berada dalam hari perhentian penuh itu, di situ akan
terasa suatu ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi, kedamaian yang
semacam ini tidak bisa diuraikan dengan kata-kata kecuali dirasakan oleh orang
yang mengalaminya.
Kalau
kita mencicipi suatu makanan, kita bisa merasakan pahit, manis, atau asam,
tetapi soal hari perhentian, soal hubungan intim hanya bisa dirasakan oleh
orang yang mengalaminya. Inilah suasana hari perhentian di sorga.
Siapa
yang merasakannya? Yaitu orang-orang yang berada di dalam
kegiatan Roh, ibadah dan pelayanan, suatu ibadah yang sudah mencapai puncaknya
yaitu: Doa Penyembahan.
Wahyu
8:2-4
(8:2)
Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada
mereka diberikan tujuh sangkakala.
(8:3)
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu.
(8:4)
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari
tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Kita
bersyukur kita terlepas dari kegiatan dunia, kita berada pada hari ketujuh (hari
perhentian)
Ditengah-tengah
hari perhentian itu terlihatlah dua kegiatan:
Kegiatan
Yang Pertama: Tujuh sangkakala diberikan kepada tujuh malaikat untuk ditiup.
Sangakakala
yang ditiup -> Firman Allah dengan perintah dan ketetapan yang
disampaikan.
Firman
Allah itu adalah suatu perintah dan ketetapan yang harus kita perhatikan dengan
sungguh-sungguh.
Sangkakala
ini pernah digunakan oleh bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun
sebagai komando, berarti sebagai perintah yang menentukan apa yang akan mereka
perbuat dihadapan Tuhan.
Mereka
tahu kapan mereka berjalan melangkah, mereka tahu kapan mereka berkumpul untuk
menunaikan ibadah, kapan mereka maju berperang, kemudian mereka juga tahu kapan
mereka harus melakukan ini dan itu dihadapan Tuhan. Demikian halnya setiap kali
kita mendengarkan firman Tuhan, menjadi suatu komando, menjadi suatu petunjuk
untuk melakukan apa yang baik, apa yang berkenan dihadapan Tuhan.
Saudaraku,
kita bandingkan dengan empat sangkakala yang pertama;
Wahyu
8:6-12
(8:6)
Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk
meniup sangkakala.
(8:7)
Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es,
dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah
sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh
rumput-rumputan hijau.
(8:8)
Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada
sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam
laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah,
(8:9)
dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan
binasalah sepertiga dari semua kapal.
(8:10)
Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari langit
sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari
sungai-sungai dan mata-mata air.
(8:11)
Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus,
dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit.
(8:12)
Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah
sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari
bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga
dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari.
Bayangkan
kalau seseorang mengalami kehausan karena tidak bisa minum maka sama seperti
peristiwa bangsa Israel di Masa dan di Meriba, bangsa Israel bertengkar dengan
Musa. Oleh karena pertengkaran itu, Musa tidak masuk ke tanah Kanaan. Namun
untung ada Yosua segera memerintahkan imam-imam yang memang orang Lewi untuk
memikul Tabut Perjanjian, selanjutnya jarak bangsa itu dengan imam yang memikul
Tabut, ialah; dua ribu hasta dan pandangan bangsa Israel harus senantisa
mengarah kepada Tabut Perjanjian itu.
Dua
ribu tahun lalu, Yesus, Anak Allah telah menanggung penderitaan di atas kayu
salib, biarlah kita senantiasa mengarahkan pandangan kita kepada salib sebab
jalan menuju sorga itu belum pernah dilalui oleh siapapun.
Itulah
penghukuman dari keempat sangkakala yang pertama dan penghukuman ini berlaku
kepada mereka yang tidak memperhatikan bunyi sangkakala.
Pendeknya;
keempat sangkakala yang pertama adalah penghukuman untuk merusak sepertiga dari
bumi ini.
Beda
dengan suasana pada hari perhentian, suasana di Sorga, kegiatan pertama yaitu
PENIUPAN SANGKAKALA, menunjukkan suatu komando, suatu petunjuk, suatu
perintah sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan, bagaimana dan kapan.
Tetapi bagi mereka yang menolak akan mengalami penghukuman.
Peniupan
dari empat sangkakala ini merupakan penghukuman, penghukuman, dan penghukuman.
Jadi
itulah perbedaan suasana di sorga dan suasana di bumi.
Sekarang
kita akan memperhatikan..
Lukas
8:18
(8:18)
Karena itu, perhatikanlah cara kamu
mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi
siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap
ada padanya."
“Karena
itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.”
Artinya; ketika firman Allah disampaikan oleh malaikat sidang jemaat,
perhatikanlah dengan baik.
Jangan
sampai kita mendengar dengan cara acuh tak acuh, mendengar dengan cara
ogah-ogahan, mendengar dengan cara yang tidak tulus, mendengar dengan cara yang
tidak lemah lembut dan rendah hati sebab kepada mereka nanti akan terjadi
penghukuman dari keempat sangkakala itu.
Jadi
penghukuman dari tujuh meterai sudah berlangsung, penghukuman dari sangkakala
juga akan berlangsung serta penghukuman dari tujuh cawan murka Allah sebagai
penghukuman terakhir juga akan berlangsung.
Di
sini kita baru memperhatikan penghukuman dari tujuh meterai dan penghukuman
dari enam sangkakala, kita belum sampai pada sangkakala yang ketujuh dan
penghukumannya.
Maka
harus diperhatikan, pada hari perhentian ada dua kegiatan, KEGIATAN YANG
PERTAMA; Peniupan sangkakala oleh malaikat.
Kita
akan memperhatikan KEGIATAN YANG KEDUA di dalam..
Wahyu
8:3-4
(8:3)
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu.
(8:4)
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari
tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Kegiatan
Yang Kedua: Kepada malaikat itu diberikan banyak kemenyaan untuk
dipersembahkannya.
Itulah
doa dan penyembahan dari orang-orang kudus.
Kegiatan
yang kedua itulah doa penyembahan itulah puncak dari ibadah kita dihadapan
Tuhan.
Kiranya
ibadah kita sampai pada doa penyembahan, ibadah kita ini jangan hanya jalan di
tempat, harus berjalan terus sampai pada puncaknya.
Marilah
kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup,
kudus, dan berkenan dihadapan Tuhan, itulah ibadah sejati (puncak
ibadah).
Itulah
pernyataan dari Rasul Paulus yang ditulis kepada jemaat di Roma, kemudian
pengalaman waktu dia diangkat ketingkat yang ketiga juga ditulis kepada orang
Ibrani yaitu Ibrani 9; bahwa di tempat yang pertama; Ruangan Suci ada
Meja Roti dan Pelita Emas, tetapi bagian yang kedua, Ruangan Maha Suci, di situ
bukan saja ada Tabut Perjanjian, tetapi kenyataannya juga ada Mezbah Dupa Emas.
Jadi
jelas doa penyembahan adalah puncak dari ibadah kita di atas muka bumi ini.
Jadi
kalau kita betul-betul ada di dalam puncak ibadah yaitu doa penyembahan yang
benar, dengan berani saya tegaskan satu kaki sudah ada di sorga.
Saya
juga sebagai hamba Tuhan yang sudah menerima jabatan gembala harus hidup di
dalam doa penyembahan. Untuk menantikan pembukaan rahasia firman juga harus
hidup di dalam doa penyembahan. Tanpa doa penyembahan, tidak mungkin saya
mendapatkan pembukaan firman Tuhan
tanpa doa penyembahan karena saya sadar saya orang bodoh, dengan
pengertian yang terbatas.
Jadi
jelas tidak perlu ragu lagi, satu kaki sudah ada di sorga tinggal kita setia,
tekun dihadapan Tuhan.
Kemudian
lebih jauh kita memperhatikan suasana di sorga di dalam hal doa penyembahan..
Wahyu
5:7-9
(5:7)
Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia
yang duduk di atas takhta itu.
(5:8)
Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan
kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang
satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang
kudus.
(5:9)
Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima
gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah
disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari
tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
Empat
makhluk dan dua puluh empat tua-tua tersungkur dihadapan takhta Anak Domba
sebab masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas
itulah doa dan penyembahan dari orang-orang kudus. Itu suasana sorga.
Maka,
pada hari perhentian itu akan ada kedamaian dan ketenangan yang sangat tinggi.
Namun ketenangan yang semacam ini tidak bisa diuraikan dengan kata-kata kecuali
dirasakan oleh orang yang mengalaminya sendiri. Sebagaimana empat makhluk dan dua puluh empat tua-tua, mereka
betul-betul tersungkur dihadapan takhta Anak Domba, selain itu di tangan mereka ada
kecapi, juga cawan emas penuh dengan kemenyaan, penuh dengan penyembahan.
Ayo,
jadilah suatu kehidupan doa penyembahan, dengan kata lain memepersembahkan
tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan, itulah ibadah
yang sejati, puncak ibadah.
Rupa-rupanya
di sini ada hubungan timbal balik yaitu mereka yang hidup di dalam doa penyembahan juga
menikmati gulungan kitab, menikmati pembukaan firman Tuhan.
Tadi
firman Tuhan yang memimpin kehidupan kita sampai pada puncaknya, ternyata setelah
berada pada puncaknya (doa penyembahan), sebaliknya ada hubungan timbal balik
yaitu menikmati pembukaan firman Tuhan.
Wahyu
8:5
(8:5)
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah,
dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar
dan gempa bumi.
Yang
terjadi di bumi adalah pelemparan api sehingga terjadi goncangan-goncangan yang
di segala bidang.
Namun
di sorga, suatu ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi yang tidak bisa
diuraikan dengan kata-kata, namun hanya bisa dirasakan oleh orang yang
mengalaminya.
Jadi
suasana sorga dengan suasana bumi kontradiksi. Suasana di sorga hari perhetian
dengan dua kegiatan di dalamnya yaitu Wahyu 8:1-4. Sedangkan suasana di
bumi terjadi goncangan, keributan yang sangat dahsyat di segala bidang, sudah
terjadi dan akan terjadi lagi, dan dimana kegiatan itu akan lebih dahsyat lagi,
dan itu akan dialami oleh manusia duniawi.
Biarlah
kita semua betul-betul bagaikan manusia sorgawi, ada pada hari perhentian
supaya ada ketenangan yang sangat tinggi sekali, di situ kita bisa menikmati
kebaikan dan kemurahan hati Tuhan.
Maka
di sini saya tandaskan, Tuhan tidak memaksa saya, Tuhan tidak memaksa saudara
untuk tinggal dimana saja, membangun rumah di mana saja, namun yang Tuhan
inginkan dari kita semua adalah untuk mengetahui keberadaan rohani kita, yang
Tuhan tuntut dari kita adalah supaya kita mengetahui tentang hari perhentian,
penuh kedamaian dan ketenangan yang sangat tinggi supaya kita bisa melewati
semua goncangan-goncangan ini.
Tuhan
tidak menuntut supaya kita membangun rumah di atas gunung yang sangat tinggi,
Tuhan tidak tuntut itu. Tuhan tidak tuntut supaya kita membangun rumah setinggi
menara, tetapi yang Tuhan tuntut dari kehidupan kita adalah berada pada hari
perhentian, penuh kedamaian dan ketenangan yang sangat tinggi. Didalamnya ada
dua kegiatan itulah firman Allah dan doa penyembahan, lepas dari
goncangan-goncangan.
Tidak
lama lagi, tsunami akan terjadi dalam kurun waktu yang dekat, meluap dari
Pandeglang setinggi 71 meter. Bergeser ke arah Jakarta dengan kedalaman 40
meter, ke arah Serang 5,5 meter, tetapi Tuhan tidak tuntut kita dimanapun
membangun rumah, tetapi yang Tuhan tuntut adalah supaya kita berada pada hari
perhentian sampai nanti berada pada puncaknya.
Jadi
jangan sibuk lagi dengan perkara lahiriah. Lihat mereka yang sibuk dengan pesta
pora akan binasa.
Namun
kita berada di atas gunung Tuhan, gunung Sion, tegak berdiri di hulu
gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit. Tidakkah saudara
bersyukur, Mempelai Pria Sorga telah memelihara sidang mempelai-Nya?
Tuhan
memelihara kehidupan kita di tempat yang kudus, bukan di tempat pesta pora.
Yesaya
4:5
(4:5)
Maka TUHAN akan menjadikan di atas seluruh wilayah gunung Sion dan di atas
setiap pertemuan yang diadakan di situ segumpal awan pada waktu siang dan
segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu malam, sebab di
atas semuanya itu akan ada kemuliaan TUHAN sebagai tudung
Di
atas gunung Sion akan ada kemuliaan Tuhan sebagai tudung
yaitu: “segumpal awan pada waktu siang dan segumpal asap serta sinar api
yang menyala-nyala pada waktu malam”
Segumpal
awan -> Firman Allah pada waktu siang. Siang -> sengsara karena
salib, aniaya karena firman.
Tetapi
segumpal awan akan menolong kita untuk menghadapi sengsara karena salib dan
aniaya karena firman.
Segumpal
asap -> Doa penyembahan.
Api
menyala-nyala -> Roh El-Kudus. Dan kedua-duanya berlaku di malam hari.
Malam
-> gelapnya dosa yang sudah memuncak. Puncaknya dosa dimulai dari dosa makan
dan minum, kemudian tersambung dengan dosa kawin dan mengawinkan, itulah dosa
kenajisan. Sekarang dosa kenajisan meraja lela, demon-demon dari roh jahat,
demon-demon dari roh najis sedang berlangsung di mana-mana, suami tidak
segan-segan lagi berzinah dihadapan istri, istri juga tidak segan-segan
berzinah dihadapan suami, pemuda-pemudi tidak segan-segan lagi berbuat zinah
dimana-mana.
Tetapi
perhatikan baiknya Tuhan yaitu; Di atas gunung Sion akan ada kemuliaan Tuhan
sebagai tudung supaya gunung Sion tetap tegak berdiri di hulu gunung-gunung dan
menjulang tinggi di atas bukit-bukit, mengatasi segala persoalan, sedangkan
gunung-gunung lain digeser sebab itu kita bersyukur kepada Tuhan dalam hal ini
kita berada di atas gunung Sion.
Apa
buktinya? Saat ini kita sedang menerima firman Pengajaran Mempelai dalam
terangnya Tabernakel membawa kita masuk dalam pesta nikah Anak Domba sebagai
sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini.
Maka
jangan kita bergeser dari sana supaya jangan digeser, jangan digoncang.
Yakinlah dengan firman Tuhan, jangan yakin dengan pengertianmu sendiri.
Yesaya
4:6
(4:6)
dan sebagai pondok tempat bernaung pada waktu siang terhadap panas terik dan
sebagai perlindungan dan persembunyian terhadap angin ribut dan hujan.
Gunung
Sion adalah pondok tempat bernaung dan sebagai perlindungan dan persembunyian
terhadap tiga perkara, yaitu:
1.
Panas terik -> Sengsara karena salib dan aniaya karena firman.
2.
Angin ribut -> Angin-angin pengajaran palsu.
3.
Hujan -> Tipu daya dari roh-roh jahat di udara dengan segala tipu
muslihatnya. Perlu untuk diketahui; perjuangan kita bukanlah melawan darah dan
daging, perjuangan kita bukan untuk melawan sesama manusia, tetapi perjuangan
kita adalah melawan penghulu-penghulu angkasa yang gelap yaitu roh-roh jahat di
udara dengan segala tipu muslihatnya.
Tetaplah
di atas gunung Tuhan supaya tetap tegak berdiri, tidak tergoncangkan oleh
apapun.
Kita
besyukur Tuhan Yesus Kristus, Dia Kepala, Dia Mempelai Pria Sorga, Dia begitu
memperhatikan sidang mempelai wanita-Nya, Dia pembela bagi kita, Dia
melindungi kita di hari-hari terakhir
ini, di hari-hari yang jahat ini sampai kita memperoleh keselamatan yang kekal,
kita digendong, ditanggung, dipikul, dan diselamatkan-Nya.
Siapakah
mereka itu? Itulah mereka yang tertinggal dan tersisa di Sion dan di
Yerusalem.
Tetaplah
berada di gunung Tuhan, beribadah dan melayani kepada Tuhan sampai Tuhan Yesus
Kristus datang pada kali yang kedua. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment