IBADAH RAYA MINGGU, 20 JANUARI 2019
KITAB WAHYU
(Seri: 82)
Subtema: “TAMPILNYA MEMPELAI WANITA SETELAH BUNYI GURUH YANG
KEEMPAT.”
Shalom saudaraku.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya turun memenuhi
kehidupan kita lewat perhimpunan Ibadah Raya Minggu, kiranya Tuhan melawat
kehidupan kita, lewat pembukaan firman Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan,
hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet, youtube, facebook, dimanapun anda berada.
k, dimanapun anda berada.
Sebab itu kita dengan segala kerendahan hati memohon
supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya sore ini untuk melawat setiap
keadaan kita (kehidupan kita), juga untuk memulihkan segala sesuatu sehingga
ibadah, pelayanan, nikah, rumah tangga dan segala sesuatu semakin hari semakin
berkenan kepada Tuhan mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Kita
harus semakin waspada, semakin memperhatikan keadaan yang sedang terjadi ini
sebagai sebuah tanda, sinyalemen bagi kita, dimana sinyal itu adalah tanda di
mana kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 10:3.
Wahyu 10:3
(10:3) dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang
mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.
Kalimat pada ayat 3; “Dan sesudah Ia berseru,
ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.”
Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh menderu
terdengar, yaitu:
1. Wahyu 4:5.
2. Wahyu 8:5.
3. Wahyu 10:3.
4. Wahyu 11:19.
5. Wahyu 14:2.
6. Wahyu 16:18.
7. Wahyu 19:6
Selanjutnya, mari kita melihat keberadaan dari ketujuh
guruh tersebut.
Tentang: BUNYI
GURUH YANG KEEMPAT.
Nanti bunyi guruh yang keempat ini ada kaitannya dengan
bunyi guruh yang ketiga di dalam Wahyu 10:3b.
Kenapa kita tidak memperhatikan secara khusus bunyi guruh
yang ketiga dalam Wahyu 10:3?
Sebab bunyi guruh yang ketiga ini memperlihatkan enam
bunyi guruh yang lainnya.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah
tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa
bumi dan hujan es lebat.
Perhatikan kalimat pada ayat ini: “Terjadilah kilat dan
deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. Pendeknya; suatu guncangan
hebat terjadi, antara lain:
a. Kilat dan deru guruh -> Guncangan
yang terjadi menyangkut langit.
b. Gempa
bumi -> Guncangan terjadi menyangkut bumi.
c. Hujan es lebat -> Guncangan terjadi menyangkut atas laut
dan sungai-sungai.
Saudara bisa membayangkan apabila langit, bumi, dan laut
digoncang dengan goncangan yang hebat, suatu pemandangan yang sangat tragis dan
sungguh mengerikan sekali.
Ini goncangan besar bagi dunia, sekaligus malapetaka,
celaka dan kehancuran karena goncangan ini besar, tidak dapat diatasi oleh
siapapun, termasuk orang-orang kuat dan orang-orang ilmuwan. Tetapi perlu untuk
diketahui, bagi anak-anak Tuhan yang hidup menurut kehendak Tuhan, goncangan
terhadap langit, bumi, dan laut adalah kebebasan, kemerdekaan dari
ikatan-ikatan dosa, dari ikatan-ikatan lainnya, bukan suatu kehancuran, bukan
suatu keanehan, bukan suatu yang membuat kita ngeri, tetapi suatu kebebasan,
untuk melakukan kehendak Tuhan.
Perlu untuk diketahui, segala kesibukan-kesibukan yang ada
di atas muka bumi ini adalah sebuah ikatan sehingga anak-anak Tuhan tidak bebas
beribadah, tidak bebas melayani Tuhan, kaki dan tangan diikat sehingga tidak
bisa melangkah ke dalam rumah Tuhan.
Kita harus belajar kapada Paulus dan Silas saat mereka
berada di dalam penjara di Filipi...
Kisah Para Rasul 16:24
(16:24) Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang
penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.
Saudaraku, Paulus dan Silas dimasukkan ke
dalam penjara yang paling tengah kemudian kaki mereka dibelenggu dalam
pasungan yang kuat. Inilah yang dialami oleh Paulus dan Silas di Filipi di
dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Kisah Para Rasul 16:25
(16:25) Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan
menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan
mereka.
Kemudian pada ayat 25 ini, kira-kira tengah malam, Paulus
dan Silas berdoa sekaligus menaikkan puji-pujian kepada Tuhan
dan orang lain di dalam penjara menjadi saksinya. Jadi dalam keadaan kaki
dibelenggu dalam pasungan yang kuat, mereka terus berdoa di dalam penjara,
mereka terus menaikkan puji-pujian kepada Tuhan disaksikan oleh orang-orang
yang ada di dalam penjara itu sendiri, mereka tidak diam di dalam ikatan,
mereka tidak diam, tetapi mereka terus berseru, berdoa, sekaligus menaikkan
puji-pujian kepada Tuhan.
Pendeknya; mereka tidak pasrah dengan keadaan,
melainkan terus menaikkan doa disertai dengan puji-pujIan kepada Tuhan yang
disaksikan oleh orang-orang di dalam penjara lainnya.
Kisah Para Rasul 16:26
(16:26) Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga
sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu
dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Oleh karena doa dan puji-pujian yang mereka naikkan kepada
Tuhan, terjadilah gempa bumi yang hebat sehingga sendi-sendi penjara itu goyah,
seketika juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Itulah usaha dari pada Paulus dan Silas ketika mereka
dipenjara. Dimana kaki mereka dibelenggu dengan pasungan yang kuat, namun
mereka tidak pasrah dengan keadaan, melainkan tetap menaikkan puji-pujian
kepada Tuhan.
Tetapi lihatlah keadaan di hari-hari terakhir ini, di
dalam dunia ada keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan
hidup karena di dalam dunia banyak sekali aktivitas dan kesibukan-kesibukan
dan itu merupakan suatu ikatan. Sadar
tidak sadar banyak orang digiring sehingga menjadi terikat dan terbelenggu
sehingga kaki dan tangan tidak dapat digunakan untuk melayani Tuhan. Ketika
kaki terikat, tidak bisa berjalan untuk Tuhan, ketika tangan terikat tidak
dapat lagi digunakan untuk melayani pekerjaan Tuhan, tetapi di sini kita
melihat Paulus dan Silas tidak pasrah dengan keadaan, mereka tetap menaikkan
puji-pujian kepada Tuhan sampai akhirnya terlepaslah ikatan mereka semua.
Kisah Para Rasul 16:16
(16:16) Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami
bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya
tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar.
Saudaraku, sebelum mereka berada di dalam penjara, Paulus
harus menghadapi seorang perempuan yang dikuasai oleh roh tenung sebab dengan
tenungan itu tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Ini juga merupakan
suatu ikatan sehingga banyak orang di Filipi terikat dengan harta,
terikat dengan kekayaan sehingga kaki mereka tidak bisa melangkah untuk berada
di rumah Tuhan, tangan mereka tidak bisa digunakan untuk melayani pekerjaan
Tuhan dan itulah yang ditemukan oleh Paulus dan Silas di Filipi. Namun tidak
berhenti sampai di situ, mereka menghadapi tantangan lain di dalam melayani
pekerjaan Tuhan.
Kisah Para Rasul 16:19-23
(16:19) Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan
mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret
mereka ke pasar untuk menghadap penguasa. (16:20) Setelah mereka
membawa keduanya menghadap pembesar-pembesar kota itu, berkatalah
mereka, katanya: "Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka
orang Yahudi, (16:21) dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita
sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya." (16:22)
Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu
menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka.
(16:23) Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke
dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan
sungguh-sungguh.
Saudaraku, dari pembacaan ini kita bisa melihat, Paulus
dan Silas menghadapi suatu penderitaan yang begitu hebat karena mereka harus didera
oleh penguasa-penguasa kota dan pembesar-pembesar yang ada di
kota Filipi, tetapi keinginan hati mereka untuk melayani Tuhan tidak bisa
dihentikan. Ini adalah sebuah contoh yang baik untuk kita tampilkan dihadapan
Tuhan.
Penguasa-penguasa kota -> Penghulu dunia yang gelap yaitu roh-roh jahat di
udara dengan segala tipu dayanya.
Pembesar-pembesar kota -> Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan yang
jahat.
Aniaya tidak bisa menghambat kita untuk melayani pekerjaan
Tuhan, harta, kekayaan, kesibukan-kesibukan lainnya, termasuk berhala lainnya tidak bisa menghambat dan
membelenggu Paulus dan Silas sebab dua tangan tetap digunakan untuk melayani
Tuhan, dua kaki tetap melangkah berjalan untuk berada di dalam rumah Tuhan.
Ini adalah sebuah contoh sehingga nanti pada saat langit,
bumi, dan laut digoncang itu adalah suatu malapetaka dan celaka bagi dunia,
tetapi bagi anak-anak Tuhan yang melakukan kehendak Tuhan itu bukan celaka, itu
bukan malapetaka, itu adalah suatu pembebasan, itu adalah kemerdekaan.
Maka kita bersyukur oleh karena kemurahan Tuhan kita
berada di dalam rumah Tuhan, beribadah dan melayani Tuhan, itu kemurahan Tuhan.
Segala perkara yang ada di dalam dunia dan segala kesibukan-kesibukan yang ada
di dalamnya tidak dapat menghambat kebebasan kita untuk melayani Tuhan.
Kita kembali memperhatikan ...
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan
kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat
dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Perhatikan kalimat pada ayat ini; “Maka terbukalah Bait
Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya.”
Namun perlu untuk diketahui; kilat, deru guruh, dan
gempa bumi, serta hujan es lebat mendahului tampilnya
TABUT PERJANJIAN itu.
Tabut Perjanjian adalah bayangan dari Mempelai Wanita
Tuhan. Jadi, sebelum penampilan dari Mempelai Wanita Tuhan dinyatakan, terlebih
dahulu kilat, deru guruh, dan gempa bumi, serta hujan es lebat mendahuluinya yaitu
untuk menggoncang langit, menggoncang bumi, dan menggoncang laut, setelah
goncangan itu terjadi barulah Mempelai Wanita Tuhan ditampilkan.
Itulah dasar saya tadi untuk mengatakan bahwa goncangan
ini bukan suatu malapetaka, bukan suatu
celaka, tetapi itu merupakan pembebasan kepada anak-anak Tuhan yang melakukan
kehendak Allah.
Wahyu 10:3
(10:3) dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang
mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.
Sesudah Ia (malaikat lain yang kuat, yang turun dari
sorga) berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya. Ini adalah deru guruh yang ketiga.
Kita bandingkan (konversi) dengan...
Matius 27:46,49-50
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli,
Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? (27:49) Tetapi orang-orang lain berkata:
"Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan
Dia." (27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu
menyerahkan nyawa-Nya.
Ketika Yesus disalibkan, kira-kira jam tiga berserulah
Yesus dengan suara nyaring. Adapun seruan yang nyaring itu; “Eli, Eli, lama
sabakhtani?” Artinya; “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?”
Kemudian kita akan melihat apa yang terjadi sesudah Yesus berseru
dengan suara nyaring..
Matius 27:51-53
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke
bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, (27:52)
dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal
bangkit. (27:53) Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu
masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
Sesudah Yesus berseru dengan suara nyaring maka yang
terjadi adalah tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dan
terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan
terbuka, dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Jadi sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari
kubur dan kemudian mereka;
1.
Masuk ke kota kudus ->
Mempelai Wanita Tuhan, itulah Yerusalem Baru (Wahyu 21:1-2).
2.
Menampakkan diri kepada banyak
orang (Wahyu 19:6-7)
Mari kita melihat tentang ORANG BANYAK..
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan
bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah
tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Jadi, himpunan besar orang banyak itu adalah
Pengantin Wanita Tuhan, berada dalam suasana pesta nikah Anak Domba.
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala
bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan
Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, datang dari segala bangsa dan suku, kaum, dan bahasa, datang dari
empat penjuru bumi. Kemudian; mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan
Anak Domba lalu memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan
mereka.
Kita melihat pakaian putih lalu di tangan mereka ada
daun-daun palem maka mereka ini adalah Mempelai Wanita Tuhan sebab Mempelai
wanita itu memakai lenan halus, putih bersih, berkilau-kilauan, itulah
perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus, sedangkan di tangan mereka
ada daun-daun palem menunjukkan bahwa mereka berada pada hari ketujuh, hari
perhentian kekal, itulah hari raya Pondok Daun, penuaian besar-besaran.
“Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan
yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam
darah Anak Domba.”...Wahyu 7:14.
Jadi sangat jelas sekali, goncangan terhadap langit,
goncangan terhadap bumi, dan goncangan terhadap laut merupakan pembebasan
terhadap anak-anak Tuhan, tetapi bagi orang dunia itu jelas sekali suatu
kecelakaan dan penghukuman.
Kita tidak perlu terkejut apabila hal itu terjadi, kita
tidak perlu heran dengan situasi yang begitu mengerikan dan begitu tragis
sekali, tetapi itu justru pembebasan agar kita bebas melayani Tuhan, bebas
melangkah untuk berada di dalam rumah Tuhan. Persis seperti himpunan besar
orang banyak ini, mereka datang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa, menjadi
suatu kumpulan besar.
Lihat kegiatan mereka; BERDIRI DIHADAPAN TAKHTA ALLAH lalu
saat mereka berdiri dihadapan tahta Allah tentu seperti keadaan kita sore ini,
saat ini kita berada dihadapan tahkta Allah untuk melayani pekerjaan Tuhan.
Kemudian mereka MEMAKAI PAKAIAN PUTIH (lenan halus),
itulah perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus. Lalu DI TANGAN MEREKA
ADA DAUN-DAUN PALEM, itulah gambaran dari hari raya Pondok Daun, hari
perhentian kekal di dalam rumah Tuhan.
Ada kebebasan sehingga kita bebas dalam melayani pekerjaan
Tuhan sehingga lewat berita firman sore ini kita semakin digairahkan untuk
terus melayani Tuhan, dua kaki digunakan untuk terus melangkah bersama dengan
Tuhan, dua tangan digunakan untuk melayani pekerjaan Tuhan seperti himpunan
besar orang banyak ini, mereka berdiri dihadapan tahkta kasih karunia, melayani
pekerjaan Tuhan berarti bebas dari ikatan-ikatan dan belenggu-belenggu dosa,
bebas dari kesibukan-kesibukan dunia.
Itu alasan saya dan dasar saya mengatakan bahwa goncangan
terhadap langit, goncangan terhadap bumi, dan goncangan terhadap laut adalah
kebebasan bagi anak-anak Tuhan yang menuruti kehendak Tuhan.
Kesimpulannya; Wahyu 11:19, menampilkan Tabut
Perjanjian sesudah terjadinya goncangan atas LANGIT, BUMI, dan atas LAUT.
Tabut Perjanjian terdiri atas:
1.
Tabut/Peti itu
sendiri.
2.
Tutup Pendamaian dengan dua
kerub di atasnya.
- Tutup = Allah Anak.
- Kerub (Pertama) = Allah Bapa.
- Kerub (Kedua) = Allah Roh
Kudus.
3.
Isi dari Tabut itu sendiri, antara
lain;
a.
Buli-buli Emas berisi manna.
b.
Tongkat Harun yang bertunas,
berbunga, dan berbuahkan buah badam.
c. Dua loh batu.
Saudaraku, kegenapan dari Wahyu 11:19 ini adalah di
dalam Wahyu 12:1-2.
Wahyu 12:1-2
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepalanya. (12:2) Ia sedang mengandung
dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.
Saudaraku, kegenapan dari Wahyu 11:19 ini adalah di
dalam Wahyu 12:1-2, yaitu:
1.
Tampilnya
seorang perempuan -> Gereja yang sempurna yaitu Mempelai Wanita
Tuhan gambaran dari Tabut (Peti) itu sendiri.
2.
Mempelai Wanita dinaungi dengan
Allah Trinitas.
a. Disalut dengan
matahari -> Kasih Allah Bapa.
b. Berdiri di
atas bulan -> Berdiri di atas korban penebusan Allah Anak.
c. Bermahkotakan 12 bintang di atas
kepala -> Pimpinan dari Allah Roh El-kudus.
3.
Isi dari gereja Tuhan sebagai
tanda dari kualitas rohaninya, di mana tadi perempuan itu sedang mengandung
yaitu tiga benih ilahi.
Adapun
tiga benih ilahi di sini adalah:
YANG PERTAMA: Buli-buli emas berisi manna → firman
Allah.
Kita lihat peristiwa turunnya manna ketika bangsa Israel
berada di padang gurun...
Keluaran 16:13-17
(16:13) Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang
menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling
perkemahan itu. (16:14) Ketika embun itu telah menguap, tampaklah
pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik,
halus seperti embun beku di bumi. (16:15)
Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain:
"Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata
kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi
makananmu. (16:16) Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu,
tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk
seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa." (16:17) Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan,
ada yang banyak, ada yang sedikit.
Saudaraku, bangsa Israel dipelihara oleh Tuhan dengan
manna selama empat puluh tahun di Padang Gurun. Manna yang mereka kumpulkan itu
adalah segomer untuk tiap-tiap orang.
Dahulu kita tidak mengenal kebenaran yang datang dari
salib, dahulu kita tidak mengenal firman Allah, tetapi sekarang Tuhan nyatakan
di tengah perhimpunan ibadah ini, dahulu firman Allah asing bagi kita, tetapi
oleh kemurahan Tuhan kita menikmatinya sebagai makanan rohani.
Tetapi perlu untuk diketahui, kehadiran dari pada manna di
padang gurun itu diawali dengan embun.
Embun -> Firman iman, firman Kristus, firman yang diurapi oleh
Tuhan.
Saudaraku, kita tidak boleh sembarangan menikmati makanan,
manatahu itu makanan liar, menjadi racun, tidak memberi pertumbuhan rohani yang
sehat bagi kita, tetapi di sini kita perhatikan, mereka memungut manna, dan
sebelum manna itu turun, diawali dulu dengan embun, itulah firman iman, firman
Kristus, firman yang diurapi oleh Tuhan.
Ciri-ciri firman yang diurapi; ayat yang satu dengan ayat
yang lain saling menguatkan, saling menerangkan, saling menjelaskan, jadi
penjelasan dan penerangan bukan datang dari pengertian manusia itu sendiri.
Kuasa apabila rahasia firman terbuka adalah dapat
menyingkapkan segala yang terselubung di dalam hati. Pendeknya; dosa dibongkar
dengan tuntas, itu firman iman.
Itu sebabnya tadi saya katakan jangan makan makanan asing,
jangan makan makanan liar, itu bisa menjadi racun, tidak memberi pertumbuhan
yang sehat terhadap rohani kita masing-maing.
Apa ciri makanan yang sehat? Manna itu ditutupi embun
-> firman Kristus, firman yang diurapi.
Roma 10:17
(10:17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh
firman Kristus.
Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman
Kristus.
Inilah firman iman, firman yang diurapi, ayat menjelaskan
ayat sehingga iman itu timbul.
Saudaraku, iman tanpa perbuatan itu nol, jadi adanya suatu
tindakan itu karena ada suatu iman yang timbul dari pendengaran akan firman
Kristus, firman yang diurapi.
Karena itu saudaraku, jangan sampai keyakinan kita timbul
untuk melayani Tuhan karena harta dan kekayaan, itu bukan firman iman, tetapi
kita yakin bahwa iman itu timbul dari pendengaran akan firman Kristus sehingga
oleh iman mendorong kita untuk bertindak di dalam melayani pekerjaan Tuhan di
tengah penggembalaan yang Tuhan percayakan ini.
Kenapa kita yakin melayani pekerjaan Tuhan di dalam
penggembalaan ini? Karena iman timbul dari pendengaran, pendengaran akan firman
Kristus, firman iman, firman yang diurapi, ayat menjelaskan ayat.
YANG KEDUA: Tongkat Harun yang bertunas.
Tongkat Harun yang Bertunas -> Roh El-Kudus dengan
aktivitasnya.
Ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan
didalamnya, itulah kegiatan Roh.
Kita saat ini beribadah dan melayani Tuhan berarti kita
sedang berada di tengah-tengah kegiatan Roh tanda dari sebuah pengharapan kita
kepada Tuhan.
1 Yohanes 3:2-3
(3:2) Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak
Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa
apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab
kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (3:3) Setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia
yang adalah suci.
Jadi jelas bahwa setiap orang yang menaruh pengharapan itu
kepada-Nya adalah menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Berada dalam Ruangan Suci, di tengah-tengah kegiatan Roh
dan segala aktivitas yang lain yang ada di dalamnya, itu adalah tanda sebuah
pengharapan kita kepada Tuhan.
YANG KETIGA: Dua loh batu → Kasih.
Dua loh batu berisikan sepuluh hukum Allah.
Hukum yang pertama sampai pada hukum yang keempat ditulis
pada loh batu yang pertama, kemudian hukum yang kelima sampai
pada hukum yang kesepuluh ditulis pada loh batu yang kedua. Sedangkan
inti dari loh batu pertama adalah kasih kepada Tuhan dan inti dari loh batu
yang kedua adalah kasih kepada sesama.
Kesimpulannya; inti dari sepuluh hukum Allah hanya satu
yaitu KASIH.
Berselubungkan matahari adalah tabiat dari Allah Bapa yaitu kasih untuk
menutupi ketelanjangan, mengampuni
segala kesalahan, mengampuni semua pelanggaran-pelanggaran.
Itulah yang dikandung oleh perempuan itu di dalam Wahyu
12:1-2.
Jadi betul bahwa Tabut Perjanjian ditampilkan di dalam Wahyu
11:19 sesudah terjadinya deru guruh, gempa bumi, dan hujan es lebat, lalu tampilnya Tabut
Perjanjian yaitu Mempelai Wanita Tuhan yang merupakan kegenapannya adalah Wahyu
12:1-2.
Tadi kita sudah mendengar penjelasannya di atas di mana:
1. Tabut Perjanjian terdiri
dari Tabut/Petinya sendiri, itulah penampilan dari gereja Tuhan yang sempurna
tadi.
2.
Tutup Pendamaian dengan dua kerub
itulah Allah Trinitas.
a. Tutup: Allah Anak.
b. Kerub Petama: Allah Bapa.
c. Kerub Kedua: Allah Roh Kudus.
Lalu isi dari Tabut Perjanjian, kegenapannya di dalam Wahyu
12:2, di mana perempuan itu mengandung dari tiga benih ilahi;
1. Buli-buli Emas berisi manna.
2. Tongkat Harun yang bertunas.
3.
Dua loh batu.
Jadi saudaraku, ayo perhatikan firman Tuhan dengan
sungguh-sungguh, sesudah Dia berseru dengan suara nyaring terlihatlah
penampilan dari Mempelai Wanita Tuhan.
Jadi goncangan yang hebat yang menggoncang langit, bumi,
dan laut bukanlah suatu malapetaka bagi anak-anak Tuhan yang melakukan kehendak
Tuhan, tetapi itu merupakan suatu pembebasan, itu merupakan suatu kelepasan
sehingga kita bebas untuk berada di tengah kegiatan Roh, tetapi bagi manusia
duniawi itu merupakan malapetaka dan celaka sekaligus penghukuman kekal.
Biarlah kita terus berada dihadapan takhta Allah, melayani
pekerjaan Tuhan apapun yang terjadi.
Minggu lalu telah saya sampaikan dengan jelas, Tuhan tidak
menuntut kita supaya kita membangun rumah di atas suatu bukit yang sangat
tinggi untuk melepaskan diri dari goncangan-goncangan, dari tsunami yang akan
terjadi.
Yang Tuhan tuntut dari kehidupan anak-anak Tuhan adalah
supaya kita berada di tempat yang tinggi, suatu ketenangan yang sangat tinggi,
yang tidak bisa dipengaruhi oleh situasi, kondisi, dan keadaan apapun yaitu lewat
doa penyembahan, berarti ibadah sudah harus berada pada puncaknya.
Kita belajar dari himpunan besar orang banyak, mereka
berdiri di depan tahkta kasih karunia, kemudian mereka memakai pakaian putih,
di tangan mereka ada daun-daun palem, artinya; mereka (himpunan besar orang
banyak) betul-betul menghargai dan setia terhadap hari Sabat dengan segala aktivitas
yang ada di dalamnya.
Wahyu 22:11-13
(22:11) Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat
jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang
benar, biarlah terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia
terus menguduskan dirinya!" (22:12) "Sesungguhnya Aku
datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang
menurut perbuatannya. (22:13) Aku adalah Alfa dan Omega, Yang
Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir."
Saudaraku, hari-hari ini adalah hari-hari terakhir,
maksudnya gereja Tuhan betul-betul
berada di dalam keadaan yang terakhir, tandanya; yang jahat akan terus
berbuat jahat, namun yang benar biarlah terus berbuat kebenaran, yang kudus
biarlah terus menguduskan dirinya di dalam rumah Tuhan.
Ingat! Tuhan akan segera datang, ia akan membawa upah-Nya
untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.
Ayo, apa yang harus kita perbuat sekarang? Ingat Tuhan
datang segera, Tuhan akan membawa upah-Nya untuk membalaskan kepada setiap
orang menurut perbuatannya.
Firman itu murni, bahkan firman itu Ya dan Amin, tidak
perlu saudara ragu disitu. Ingat, di hari-hari terakhir ini yang jahat terus
berbuat jahat, yang cemar tetap cemar, dan yang najis tetap najis, tetapi
mereka yang kudus berusaha untuk menguduskan dirinya, yang hidup benar berusaha
untuk berbuat kebenaran.
Itulah deru guruh yang keempat, juga tersambung
dengan deru guruh yang ketiga.
Haleluya...Puji Tuhan...
Setelah suara nyaring barulah tirai terbelah dua dari atas
sampai ke bawah, terjadi gempa bumi mendahului tampilnya Mempelai Wanita Tuhan
(Tabut Perjanjian).
Wahyu 11:17-18
(11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan,
Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah
memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan
saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada
hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang
takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk
membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Saudaraku, jelas Tuhan segera datang untuk membawa
upah-Nya yaitu untuk mengadakan pembalasan kepada hamba-hamba-Nya yaitu saat
bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba,
nabi-nabi, kepada mereka yang diutus, kepada mereka yang takut akan nama Tuhan
diselamatkan oleh Tuhan.
Tetapi bagi orang dunia itu merupakan suatu kehancuran,
celaka bahkan pemusnahan, tetapi bagi anak-anak Tuhan yang melakukan kehendak
Allah, itu bukan suatu kecelakaan, itu bukan suatu penghukuman, itu bukan suatu
penghancuran, tetapi merupakan suatu pembebasan sehingga tampilnya Mempelai
Wanita Tuhan, itulah upah kita.
Kita bersyukur, sejauh ini kita digembalakan oleh Pengajaran
Mempelai dalam terangnya Tabernakel yang akan membawa kita masuk di dalam
pembentukan Tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh Mempelai Wanita Tuhan,
kelak bersanding dengan Dia di dalam pesta nikah Anak Domba, itulah sasaran
akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini. Biarlah itu nyata di
dalam seluruh kehidupan kita terkhusus keluarga Gpt “Betania” Serang dan
Cilegon, suatu saat nanti kita betul-betul berada di dalam himpunan besar orang
banyak, yang tidak terhitung jumlahnya, datang dari empat penjuru bumi, dari
timur, barat, utara, selatan, dari berbagai suku, kaum, bahasa, dan bangsa, di
sana ada sorak-sorai dan sukacita Mempelai, yaitu; kebahagiaan kekal. Amin.
TUHAN YESUS KRITUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment