IBADAH RAYA MINGGU, 29 DESEMBER 2019
WAHYU PASAL 11
(Seri: 18)
Subtema: MENGENAL DIA DIAWALI DENGAN
SENGSARA SALIB
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena Tuhan Yesus baik, kasih dan
setia-Nya boleh kita alami sampai pada saat ini.
Kita sudah
menyelesaikan tugas yang dipercayakan oleh Tuhan kepada kita selama dua hari,
itulah Kebaktian Natal Persekutuan: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT)
tanggal 27-28 Desember 2019, dengan tiga sesi pemberitaan firman Tuhan. Kiranya
semuanya itu menyenangkan hati Tuhan. Kita belajar untuk bersama-sama memikul
tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan. Kalau kita setia memikul tanggung
jawab dalam perkara yang kecil, maka Tuhan akan percayakan tanggung jawab dalam
perkara yang lebih besar lagi. Jangan kita berpikir hal yang besar kalau kita
tidak setia dalam perkara yang kecil, karena itu merupakan sesuatu yang
mustahil di dalam Tuhan.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman melalui live
streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya
Tuhan memberkati kita sekaliannya. Sebab itu, mari kita berdoa dan dalam doa
kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan bukakan firman-Nya bagi
kita, sehingga kehadiran kita tidak menjadi sia-sia. Kita pulang tidak sama
ketika kita datang, hidup kita dipulihkan, ibadah pelayanan, nikah dan rumah
tangga, segala sesuatu dipulihkan oleh Tuhan, berkat berkelimpahan menjadi
bagian kita masing-masing.
Selama dua
hari (Jumat dan Sabtu), melayani Tuhan lewat Kebaktian Natal Persekutuan kita
mungkin agak lelah, tetapi biarlah kiranya Roh Tuhan menghibur dan firman Allah
adalah kekuatan kita bersama-sama.
Kembali kita
memperhatikan dan menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11, dan rupanya, kita masih
berada di ayat 7.
Wahyu 11:7
(11:7) Dan apabila mereka telah menyelesaikan
kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan
memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.
Setelah Musa
dan Elia menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari
jurang maut akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.
Hal ini
memang harus terjadi atas seijin Tuhan sebagai kesaksian yang besar, kesaksian
Musa dan Elia yang terakhir pada masa aniaya antikris selama 3.5 (tiga
setengah) tahun atau 42 (empat puluh dua) bulan atau 1260 (seribu dua ratus
enam puluh) hari.
Saksi yang
besar ini, Musa dan Elia memang harus mengalami kematian sebagai kesaksian yang
terakhir pada masa aniaya antikris berlangsung, sebab kematian mereka adalah
suatu keuntungan supaya menjadi sama di dalam kematian Kristus.
Roma 6:5
(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Jika kita
satu dengan kematian-Nya, maka kita juga menjadi satu dengan kebangkitan-Nya.
Kalau kematian-Nya benar, maka kebangkitan-Nya juga benar. Tetapi kalau kita
melayani Tuhan dengan kematian yang palsu, maka kebangkitannya palsu, dan itu merugikan seorang pelayan Tuhan karena pelayanan seperti ini
tidak akan bertahan lama.
Jika kita satu dengan kematian-Nya, otomatis kita akan menjadi satu dengan
kebangkitan-Nya sampai pada akhirnya dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Roma 6:6
(6:6) Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita
telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya,
agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Sengsara
salib adalah jalan satu-satunya untuk kita boleh mengalami kematian sehingga
dosa tidak berkuasa lagi.
Roma 6:7
(6:7) Sebab siapa yang telah mati, ia
telah bebas dari dosa.
Kalau orang
sudah mati, biar diludahi, biar difitnah, biar diteriaki, biar diperlakukan apa
saja, dia tidak akan pernah gubris, dia tidak peduli, sebab itu siapa yang telah mati, ia telah bebas dari
dosa.
Roma 6:11
(6:11) Demikianlah hendaknya kamu memandangnya:
bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah
dalam Kristus Yesus.
“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya.”
Kiranya pengalaman kematian itu menjadi suatu kenyataan dalam hidup kita
masing-masing pribadi lepas pribadi, siapa pun kita di sini yang hadir di
tengah perhimpunan ibadah ini, supaya tidak menjadi sia-sia apa yang dikerjakan
oleh Yesus Kristus dua ribu tahun yang lalu, yaitu karya yang terbesar, dan itu
merupakan kasih Allah yang hebat atas kehidupan kita masing-masing.
Filipi 1:20
(1:20) Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan
ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti
sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam
tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.
Perhatikan
kalimat: “Kristus dengan nyata dimuliakan
di dalam tubuhku (Rasul Paulus berada dalam kemuliaan), baik oleh hidupku (kebangkitanku), maupun oleh matiku.”
Pendeknya:
dipermuliakan setelah satu dalam kematian dan kebangktian Kristus. Tidak
mungkin kita sampai kepada kemuliaan kalau kita tidak satu dalam kematian dan
kebangkitan-Nya.
Inilah yang
menjadi kerinduan dari Rasul Paulus, dan kalau pun kerinduan ini nyata dalam
kehidupannya, tidak membuat dia menjadi malu. Jangan kita malu merendahkan diri. Jangan
malu hidup suci. Jangan malu melakukan sesuatu yang baik, yang mulia bagi
Tuhan, sebab apa yang kita kerjakan itu adalah untuk Tuhan, tidak usah gengsi
merendahkan diri. Kalau melayani tidak boleh gengsi, sebab gengsi adalah tanda
bahwa daging belum mati.
Jadi, itulah
yang menjadi kerinduan Tuhan, sehingga Tuhan Allah mengutus dua saksi yang
besar -- Musa dan Elia -- pada masa
aniaya antikris. Setelah mereka menyelesaikan kesaksian yang besar -- pada Wahyu
11:1-6 --, maka selanjutnya muncullah binatang dari jurang maut
memerangi mereka, mengalahkan mereka sampai membunuh sehingga dua saksi yang
besar ini mati atas seijin Tuhan -- pada Wahyu 11:7 --, tetapi kematian
mereka adalah suatu keuntungan bagi kita kalau memang kita memandang pengalaman
itu. Sebab itu, dalam suratan Roma dikatakan: “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya”.
Itulah
kesaksian yang luar biasa dan itu adalah kesaksian yang terakhir. Dan pada ayat 8, sudah tidak ada lagi
kesempatan, sampai nanti akhirnya Tuhan mengadakan pembalasan.
Kalau
melayani, layanilah Tuhan dan pekerjaan-Nya dengan benar, jangan dalam suasana
kebangkitan yang palsu. Kalau kematian-Nya benar, maka kebangkitan-Nya benar,
tetapi kalau kebangkitan-Nya palsu, pelayanan yang seperti ini tidak akan bertahan lama.
Filipi 1:21
(1:21) Karena bagiku hidup adalah Kristus
dan mati adalah keuntungan.
Itu
sebabnya, Rasul Paulus berkata: “hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
Saya masih
ingat beberapa tahun yang lalu, ketika memasuki provinsi Banten ini, sungguh
saya tercengang, kaget, terkejut bercampur aduk dengan keheranan, karena sebelumnya saya tidak
mengerti soal ibadah, soal pelayanan, soal hal-hal yang berkaitan dengan ibadah
pelayanan, saya tidak mengerti. Setelah masuk provinsi Banten dan saya melihat
suasana pelayanan, saya kaget setengah mati. Ternyata ibadah dan pelayanan di
provinsi Banten sangat sukar sekali, lebih sukar dari Aceh, ternyata begitu.
Kalau di Aceh masih ada gereja di tengah kota provinsi, tetapi di kota madya
Cilegon tidak ada gereja.
Lalu saya
bertanya: “Tuhan, apakah Tuhan
benar-benar utus saya di Serang, Cilegon, sekitarnya? Lalu bagaimana saya
memulai pelayanan ini, Tuhan?” Tuhan dengan hikmat-Nya memberikan
pengertian kepada saya untuk memasuki sekolah-sekolah SD, dan SMP yang ada di
Cilegon, saya masuki, namun tidak ada yang terima. Yang terakhir, masuk di
salah satu SMPN di Cilegon, yang ternyata dekat dengan pastori sekarang. Saya
diterima, tetapi bukan sebagai honorer, hanya sebagai pengabdian, dan memang itu
yang saya minta; jangan honorer, jangan terikat. Pada waktu itu saya berpikir,
lewat itulah mungkin cara Tuhan supaya saya bisa melanjutkan pelayanan di
provinsi Banten, dan ternyata betul.
Lalu
kemudian, saya tidak berhenti melangkahkan kaki ini sesuai dengan
langkah-langkah firman, di mana saja firman Tuhan utus saya. Akhirnya bertemu
dengan satu keluarga di Serang, menerima saya, puji Tuhan, walaupun
sebetulnya setengah hati menerima saya; (diterima
tidak enak, ditolak juga tidak enak), tetapi saya terus bergumul dan bergumul
dan terus bergumul supaya saya diterima.
Inilah
pengalaman kematian itu. Daging tidak boleh bersuara, tidak boleh putus asa
untuk sampai berada dalam kemuliaan. Demikianlah
hendaknya kamu memandangnya.
Memang pada
waktu itu sengsaranya luar biasa; makan tidak makan, tidur juga tidak tahu di
mana lagi harus tidur. Dan pada masa sengsara itu, saya seringkali jatuh sakit,
tidak ada uang untuk membeli obat dan lain sebagainya.
Suatu kali
saya mendapat mimpi dan mimpi ini tergenapi: Saya berjalan seorang diri sambil
melewati hujan api, tetapi hujan api itu tidak membuat kulit saya tersengat
atau membuat rambut saya menjadi rontok (keriting), tidak, saya lewati saja.
Apa yang
dialami Rasul Paulus pasti juga kita alami kalau kita memandangnya. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata:
- Hidup adalah Kristus. Berarti,
tidak lagi hidup soal uang, hidup bukan karena soal harta, bukan hidup karena
kekayaan, bukan hidup karena kedudukan, jabatan, pendidikan yang tinggi (sampai
doktor, profesor), tidak, bukan itu lagi yang diinginkan, melainkan hidup adalah Kristus.
- Mati adalah keuntungan. Jangan
pernah merasa rugi ketika masuk dalam pengalaman kematian atau satu dalam
kematian-Nya sebab di dalam pengalaman kematian yang benar perkara besar bisa terjadi.
Mari kita
perhatikan pernyataan-pernyataan Rasul Paulus yang selanjutnya akan membuat
kita tercengang, karena berbeda dengan cara berpikir manusia pada umumnya.
Filipi
3:10-11
(3:10) Yang kukehendaki ialah mengenal
Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya,
di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, (3:11) supaya aku akhirnya beroleh
kebangkitan dari antara orang mati.
Rasul Paulus
berkata: “Yang kukehendaki ialah mengenal
Dia”, itu saja, tidak lebih, tidak kurang. Sekarang pertanyaannya ditujukan kepada kita: Apa yang saudara kehendaki dalam
mengikuti Tuhan?
Suatu kali
pengacara hebat, pengacara kondang berkata: Saya
ini kaya raya, intan berlian, cincin banyak bergantungan pada jari-jari.
Perempuan di sekeliling saya. Saya punya harta dan ruko (properti) saya banyak.
Tetapi itu semua tidak dapat memuaskan hati saya.
Jadi, tidak
usah kita stress. Melihat orang lain memiliki harta yang banyak, lalu kita jadi
ciut melayani Tuhan, tidak usah. Atau mau ikut gaya-gaya mereka, tidak usah.
Tetapi biarlah kita berkata; “Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia”.
Setelah
mengenal Dia, apa lagi?
“ ... Dan
kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan
dalam penderitaan-Nya ... ”, berarti; menyatu dengan salib.
Ayo, Tuhan
sudah buka jalan bagi kita untuk menyatu dengan salib, lewat ibadah dan
pelayanan, sebab di tengah ibadah dan pelayanan ada salib. Kalau Tuhan sudah buka
jalan, jangan sampai kita tidak masuk ke dalamnya, dan biarlah kita menyatu.
“ ... Di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati”,
kalau kita satu dengan kematian Kristus, maka secara otomatis kita satu dengan
kebangkitan-Nya. Dengan lain kata, akhirnya kita beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Dipermuliakan setelah melewati pengalaman kematian dan kita
akan satu dengan kebangkitan-Nya. Dibangkitkan dari antara orang mati, berarti;
tidak binasa. Supaya tidak binasa, memang harus bersekutu dengan salib-Nya,
supaya kita betul-betul satu dengan kematian-Nya. Jadi, salib yang membawa kita
masuk dalam pengalaman kematian.
Sekalipun
seseorang memiliki ilmu yang tinggi, pendidikan yang tinggi, tetapi itu semua
tidak akan membawa dia sampai masuk ke dalam pengalaman kematian.
Berhala-berhala seperti pendidikan yang tinggi, harta, uang, kedudukan,
jabatan, pekerjaan, justru itu bisa memisahkan kita dari kematian Tuhan.
Jadi, salib
adalah jalan satu-satunya. Kalau kita bersekutu dengan salib, kita akan serupa
dengan Dia di dalam kematian-Nya, dan kalau kita sudah satu (serupa) dengan
kematian-Nya maka hari ketiga bangkit.
Kiranya apa
yang menjadi kerinduan Rasul Paulus juga menjadi kerinduan kita; “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia”.
Pendeknya:
Satu kenyataan di dalam hidup berawal dari suatu kerinduan yang mendalam.
Tidak usah
gengsi dengan pengalaman kematian. Tidak usah malu merendahkan diri. Tidak usah
malu saat menderita sengsara.
Awal mula saya memasuki daerah Serang dan Cilegon, setiap hari berjalan kaki berkilo-kilo -- ada
beberapa saksi -- walaupun dalam keadaan sakit karena tidak ada uang,
sambil tenteng tas, untuk mencari jiwa. Door to door, sebenarnya jarang yang mau menerima saya, tetapi saya harus tetap jalan kaki.
Jadi,
betul-betul pengalaman kematian ini adalah jembatan kepada kebangkitan, sampai
nanti betul-betul dipermuliakan, itu sudah satu paket.
Lebih jauh
kita akan mendalami Wahyu 11.
Wahyu 11:7
(11:7) Dan apabila mereka telah menyelesaikan
kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan
memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.
“Dan apabila mereka telah menyelesaikan
kesaksian mereka”, itulah pada ayat
1-6 tentang kesaksian mereka. Kita kemarin sudah membuat buku Wahyu 11:1-6, kiranya buku itu menjadi berkat bagi
hamba-hamba Tuhan, dan juga nanti untuk anak-anak STTIA yang sedang praktek pelayanan di tempat ini, dibagi,
diberikan dengan gratis, dengan cuma-cuma, asalkan mau memperhatikan undangan.
Roh dan
pengantin berkata: “Marilah”, dan
yang diundang mendengar juga akhirnya turut mengundang: “Marilah”.
“... Maka
binatang yang muncul dari jurang
maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.”
Kita akan
melihat binatang yang muncul dari jurang maut.
Wahyu 17:8
(17:8) Adapun binatang yang telah kaulihat itu, telah
ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari jurang maut, dan ia
menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka
yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran,
apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan
muncul lagi.
“... Telah ada, namun tidak ada, ia akan
muncul dari jurang maut ...”, ini persis seperti pribadi Yesus; Alfa
dan Omega, Awal dan Akhir, lanjut lagi yang
ada, yang sudah ada, yang akan datang.
Jadi,
binatang yang muncul dari jurang maut ini mengikuti cara apa yang dikerjakan
oleh Yesus Kristus. Dia membuat suatu tandingan; seolah-olah apa yang
dikerjakan itu benar-benar sama seperti apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus.
Pendeknya, Sama tetapi tidak serupa.
“ ... Dan
ia menuju kepada kebinasaan ...” Beda halnya dengan Yesus, tidak
menuju kebinasaan; setelah bersekutu dengan sengsara salib untuk serupa dengan
kematian-Nya, hari ketiga bangkit, sudah satu paket, tidak mungkin binasa,
sampai akhirnya dipermuliakan. Tetapi binatang ini akhirnya menuju
kebinasaan. Sama tetapi tidak serupa.
Setan hanya
membuat tandingan saja. Memang dari mulanya Setan selalu membuat
tandingan-tandingan antara lain;
- Membuat
sorganya sendiri.
- Membuat
firman yang serupa, tetapi tidak sama.
Menyemburkan air
sebesar sungai dari mulut naga sebagai tandingan dari Wahyu 22:1.
-
Semua dibuat tandingan, termasuk pengalaman Yesus;
hidup, mati dan hidup. Yang ada, yang
sudah ada, yang akan datang, dibuat tandingan; telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul lagi dari jurang maut, tetapi
ujungnya binasa.
Kembali saya
sampaikan: Binatang yang muncul dari jurang maut itu sebetulnya telah ada, namun tidak ada, kemudian ia akan
muncul dari jurang maut.
Kalau kita
membaca ini dengan menggunakan pengertian manusia daging, kita tidak akan bisa
memahami hal ini. Hanya Kristus yang dapat membuka gulungan kitab dan ketujuh
meterainya. Saya sendiri pun tidak bisa membuka rahasia firman dari dalam diri
saya sendiri. Maka, itulah pentingnya untuk tergembala.
Dahulu
(sebelum terpanggil menjadi hamba Tuhan), ada orang yang sering main kartu dengan saya (ibu tua). Suatu kali saya bertanya: Oppung, mengapa
tidak ke gereja? Lalu dia menjawab: Tidak
perlu ke gereja, yang penting hati ini. Waktu itu saya tidak mengerti
kebenaran firman dan akhirnya saya membenarkan perkataan oppung itu. Barulah
sekarang saya mengerti, sadar betul bahwa oppung itu salah, dia tidak tahu apa
yang dikatakannya.
Jadi,
pentinglah kita tergembala dengan baik dalam satu penggembalaan, digembalakan
oleh satu gembala, tidak tukar-tukar gembala, tidak tukar-tukar mimbar, karena
hanya gembala yang tahu domba; saat dia sakit, lemah, lapar, borokan, bulunya
sudah rontok, mengembek, bersungut-sungut, menanduk, hanya gembala yang tahu,
dan hanya gembala yang dapat mengatasinya.
Setialah
dalam penggembalaan. Tergembala dengan sungguh-sungguh untuk kita boleh
menikmati rahasia Kerajaan Sorga karena hanya Kristus yang dapat menyingkapkan
rahasia firman, tidak ada seorang pun, baik yang di langit, di bumi, dan di
bawah bumi...Wahyu 5:1-4.
Jadi,
binatang itu telah ada, namun tidak ada,
tetapi akhirnya dia akan muncul lagi dari jurang maut.
Sekarang
kita akan memperhatikan Wahyu 9.
Wahyu 9:1
(9:1) Lalu malaikat yang kelima meniup
sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke
atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut.
Sedikit saya
tambahkan: Ayat ini menuliskan tentang penghukuman dari tujuh sangkakala.
Ada tiga
kali tujuh penghukuman:
- Tujuh
penghukuman yang pertama, itulah penghukuman dari TUJUH METERAI.
- Tujuh
penghukuman yang kedua, itulah penghukuman dari TUJUH SANGKAKALA yang ditiup
oleh para malaikat.
-
Tujuh penghukuman yang ketiga, itulah penghukuman dari
TUJUH CAWAN MURKA ALLAH ATAU TUJUH BOKOR.
Jadi, adanya
binatang yang muncul dari jurang maut ini persis terjadi pada sangkakala yang
kelima, yang ditiup oleh malaikat yang kelima.
Bintang yang
jatuh dari langit ke atas bumi terjadi pada saat malaikat yang kelima meniup
sangkakalanya, dan kepadanya diberikan
anak kunci lobang jurang maut.
Bintang di
langit ialah kehidupan yang sudah ditinggikan, itulah hamba Tuhan yang diurapi
suatu kali nanti jatuh dan dilemparkan ke atas bumi dan kepadanya diberikan anak
kunci lobang jurang maut.
Fungsi anak
kunci adalah untuk membuka, sehingga nanti ketika pintu lobang jurang maut
sudah dibuka oleh binatang yang dilemparkan ke atas bumi, maka banyak orang
yang akan dijatuhkan ke dalam lobang jurang maut itu.
Sebab itu,
kalau gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini tidak memiliki pengertian yang
baik dan benar sesuai dengan kesaksian yang ada pada Musa dan Elia,
hati-hatilah akan hidupnya. Tidak cukup “yang
penting hati ini, yang penting amal soleh, yang penting berbuat baik”,
tidak cukup.
Lebih terang
kita perhatikan Wahyu 8.
Wahyu 8:10
(8:10) Lalu malaikat yang ketiga meniup
sangkakalanya dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala
seperti obor, dan ia menimpa sepertiga dari sungai-sungai
dan mata-mata air.
“ ...
Jatuhlah dari langit sebuah bintang
besar, menyala-nyala seperti obor ...”, menunjuk; hamba Tuhan yang pernah
menjadi kesaksian yang besar, hamba Tuhan yang diurapi, yang terkenal, akhirnya
jatuh.
Ketika dia
jatuh, lihatlah: “ ... Ia menimpa
sepertiga dari sungai-sungai dan mata-mata air.”
- Kita sudah
menikmati sungai air kehidupan pada sore petang ini. Biarlah kita senantiasa
menikmati sungai air kehidupan yang benar-benar keluar dari takhta Allah dan
takhta Anak Domba, itulah Injil Kerajaan atau cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus, murni dan benar, tidak dicampur-campur. Tetapi pada saat kejatuhan
bintang itu, menimpa sepertiga sungai-sungai. Saat ini kita menikmati sungai
air kehidupan yang benar dan murni; tidak ditambahkan dan tidak dikurangi.
- Juga menimpa
sepertiga mata-mata air. Mata air, berarti sumbernya air, artinya;
hamba-hamba Tuhan sebagai si pemberita Firman juga akan ditimpa, yakni; sepertiga
hamba Tuhan.
Maka doakan terus,
doakan ibadah pelayanan penggembalaan kita ini, doakan juga saya, supaya tetap
berpegang teguh kepada Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel,
satu-satunya pengajaran yang membawa kita masuk ke dalam rencana Allah yang
besar, tidak ada cara yang lain lagi. Biar bicara mujizat, biar bicara berkat,
bicara si kancil, si kura-kura, guyon-guyon, itu semua tidak akan bisa membawa
kita sampai kepada kemuliaan, tidak bisa membawa kita masuk sampai ke dalam
Kerajaan Sorga.
Untuk
membawa kita sampai kepada kemuliaan, dimulai dari pengalaman kematian,
kebangkitan, maka akhirnya
dipermuliakan. Ini adalah ajaran yang sehat, benar dan murni.
Wahyu 8:11
(8:11) Nama bintang itu ialah Apsintus.
Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati
karena air itu, sebab sudah menjadi pahit.
Nama bintang
itu adalah Apsintus. Akhirnya sepertiga
dari semua air menjadi apsintus, berarti; ajarannya hanya bicara binatang
buas. Ajaran hanya bicara daging daging daging. Ajaran hanya bicara berkat
berkat berkat. Ajaran hanya bicara lahiriah, lahiriah, lahiriah, dan yang ada
di dalam dunia ini saja, tidak ada kaitannya dengan sorga lagi.
Jadi,
saudara jangan suka ngomel, jangan suka bersungut-sungut, manakala pengajaran
salib mengoreksi hati kita masing-masing.
“... Banyak orang mati karena air itu, sebab sudah
menjadi pahit.”
Kalau airnya
menjadi apsintus, airnya pasti pahit, akhirnya banyak orang mengalami
kepahitan, sebab ajarannya adalah binatang buas. Tetapi sebaliknya, jika ajarannya adalah
pengajaran salib, berarti; ketika
direndahkan, pandang salib. Ketika
dihina, difitnah, diinjak-injak, pandang salib. Dengan pengajaran
salib ini kita menjadi kuat, tertolong, tidak mengalami kepahitan di hati ini walaupun terasa sakit.
Tetapi kalau
ajarannya binatang buas, maksudnya; yang diajarkan hanya perkara daging,
ajarannya hanya berbicara perkara lahiriah, perkara di bawah, perkara dunia,
tidak ada kaitannya dengan sorga, oohh,
pahitlah. Ketika ada kepahitan datang, lebih pahit lagi kita rasa, sampai
akhirnya menyerang balik. Akhirnya, pahit dengan pahit, ujung-ujungnya binasa.
Kita
bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan Yesus baik, kasih setia-Nya kekal sampai
selama-lamanya, tidak berubah. Tuhan itu tidak berubah, kita yang sering
berubah.
Kita baca
kembali Wahyu 11.
Wahyu 11:7
(11:7) Dan apabila mereka telah menyelesaikan
kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi
mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.
Binatang
yang muncul dari jurang maut itu memerangi mereka dan mengalahkan mereka.
Kita lihat
kalimat yang sama supaya kita bisa lebih mengerti siapa binatang buas ini.
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang
keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas
tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama
hujat.
Binatang
yang keluar dari dalam laut tidak lain tidak bukan adalah antikris. Keadaan
dari binatang ini ialah bertanduk 10 (sepuluh), berkepala 7 (tujuh), kemudian
di atas tanduk-tanduknya terdapat 10 (sepuluh) mahkota.
10 (sepuluh)
tambah 7 (tujuh) tambah 10 (sepuluh), sama dengan; 27 (dua puluh tujuh).
Seakan-akan
menyamai 27 (dua puluh tujuh) kitab dalam Perjanjian Baru, itulah Injil yang
berisikan tentang pribadi Yesus Kristus, mulai lahir, mati, bangkit dan
dipermuliakan naik ke Sorga. Dengan demikian setan selalu membuat tandingan.
Tetapi kita
tidak bisa dibohong-bohongi, sebab “Pada kepalanya tertulis nama-nama hujat”, itulah perbedaannya.
Nama-nama hujat, yaitu menghujat
Allah, menghujat Anak-Nya, menghujat kota Allah dan yang ada di dalamnya.
Berarti sudah pasti yang ada di dalam ibadah yaitu salib Kristus, itulah kasih
Allah, juga turut dihujat.
Biarlah
kiranya di dahi ini dimeteraikan nama-Nya dan nama Anak-Nya, itulah inti
mempelai, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah
dimeteraikan. Sebelum pohon, langit, bumi dihanguskan (dirusak), terlebih dahulu pada
dahi hamba-hamba Tuhan itu dimeteraikan nama Allah, nama Anak-Nya dan nama
kota-Nya, itulah inti mempelai 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang
yang telah dimeteraikan... Wahyu 7:3-4.
Mulai
sekarang, hati-hati, biarlah di hati dan pikiran ini hanya ada Tuhan dan
kota-Nya, ibadah pelayanan, hanya ada salib Kristus (korban Kristus).
Wahyu 13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan
tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa.
Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya
yang besar.
Ternyata,
binatang yang keluar dari dalam laut ini adalah gabungan dari tiga jenis
binatang, yaitu; macan tutul, beruang dan singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya
yang besar. Hal ini akan berlangsung selama tiga setengah tahun.
Wahyu 13:7
(13:7) Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan
orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka; dan kepadanya
diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa.
Sudah sangat
jelas; ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk
mengalahkan mereka, dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan
bahasa dan bangsa. Dan mereka yang telah dikuasai oleh binatang itu sudah mati, walaupun hidup.
Kesimpulannya:
Binatang yang muncul dari jurang maut -- tidak
lain, tidak bukan -- adalah antikris.
Jadi,
antikris itu berasal dari bintang di langit. Berarti; Yang ada, lalu dijatuhkan -- eh,
tidak ada --, tetapi pada akhirnya, dia muncul lagi dari jurang maut untuk
memerangi dua saksi Allah yang besar. Dari ada
di langit, kemudian dijatuhkan ke bumi, sehingga tidak ada, akhirnya muncul
lagi.
Sore hari
ini Tuhan memberikan suatu pengertian dan juga peringatan supaya di dahi ini
hanya ada nama Allah, Anak-Nya dan kota-Nya, itulah kota mempelai, kota kudus,
Yerusalem baru, kota setia.
Tuhan Yesus
baik sebab kasih-Nya tidak berkesudahan. Dia sangat memperhatikan jiwa kita
masing-masing. Tuhan tidak inginkan satu pun dari jiwa kita binasa, akhirnya
Tuhan berikan pengertian sedemikian rupa. Apa yang kita kehendaki biarlah sama
dengan apa yang dikehendaki Rasul Paulus, maka jiwa diselamatkan. Tidak ada
yang kita kehendaki di bumi selain Dia saja/mengenal Dia.
Wahyu 13:8
(13:8) Dan semua orang yang diam di atas bumi
akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis
sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang
telah disembelih.
Akhirnya
semua orang yang diam di atas bumi akan menyembah antikris, tidak lagi
menyembah Allah yang hidup, tidak lagi menyembah Sang Khalik yang menciptakan
langit, bumi dan segala isinya.
Bukankah Dia
adalah penjunan dan kita adalah seonggok tanah liat yang dibentuk serupa
segambar dengan Dia pada awalnya? Tetapi kok
akhirnya menyembah antikris? Itu karena mereka menyingkir dari pengalaman kematian, daging dibiarkan terus bersuara.
Siapakah
mereka yang menyembah antikris? Mereka itu adalah orang-orang yang namanya
tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba, namanya tidak terdaftar dan
tidak ditemukan di sorga.
Kalau kita
tergembala dengan sungguh-sungguh, pasti nama disebut dan menuntunnya keluar.
Wahyu 17:8
(17:8) Adapun binatang yang telah kaulihat itu,
telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju
kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang
tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran,
apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan
muncul lagi.
Ternyata,
mereka yang namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba itu
betul-betul heran dengan perbuatan ajaib yang dikerjakan oleh binatang buas
ini. Maka, kalau ibadah pelayanan hanya sebatas mujizat dan mujizat, hanya
bicara soal berkat dan berkat, lalu heran dengan itu semua, tidak tertutup
kemungkinan mereka akan jatuh dalam penyembahan kepada antikris, dan akhirnya
nama mereka tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Sebab itu,
untuk yang kesekian kali saya sampaikan dan dengan tidak ada rasa bosan saya
katakan: Sejuta kali mujizat terjadi di
depan mata, kalau salib tidak ditegakkan; tidak ada artinya.
Berkat
memang kita perlukan, yang sakit menjadi sembuh juga itu hal yang benar, tetapi
salib harus ditegakkan.
Orang yang
tidak tertulis namanya dalam kitab kehidupan Anak Domba menyembah antikris,
karena ketika antikris mengadakan mujizat, mereka terheran-heran. Kalau ibadah
hanya sebatas mujizat, berarti masih kanak-kanak rohani, pengertiannya belum
dalam, belum sampai kepada kemuliaan.
Heranlah
dengan karya Allah yang terbesar, itulah salib di Golgota.
Kalau yang sakit
menjadi sembuh, itu adalah karunia, kemurahan, kepercayaan. Tetapi salib di
Golgota adalah pekerjaan yang hebat, dan hanya satu orang yang bisa
mengerjakannya, yaitu pribadi Yesus Kristus, itulah yang membuat kita
terheran-heran.
“Dahulu dia pecandu narkoba. Dahulu dia
luar biasa najisnya. Dahulu dia adalah sampah dan kotor. Tetapi sekarang dia
bisa berubah”,
itulah yang seharusnya membuat kita heran. Hanya salib yang bisa mengubahkan,
hanya salib yang mengherankan.
Katakan: Saya heran dengan salib Kristus, salib di
Golgota, salah satu bukit yang tinggi. Hanya ada dua gunung atau bukit yang
tinggi, salah satunya adalah bukti Golgota, tidak ada yang lain. Heranlah. Kita
sekarang menuju bukit di Golgota.
Ada satu
lagu batak: “Marlojong au o Tuhan tu hau
pinarsilang Mi ...”, itulah yang seharusnya kita raih, itulah sasaran kita.
Ayo, berlarilah kepada tujuan.
Firman
penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja dari Study Yusuf; kemuliaan dari pada
Yusuf diawali dari sumur kering, itulah pengalaman kematian, sampai akhirnya
berada dalam kemuliaan, yaitu istana kerajaan. Itulah kuncinya.
Mereka yang
terheran dengan perbuatan ajaib, takjub dengan tanda-tanda heran, pada akhirnya
mereka jatuh dalam penyembahan yang salah, yaitu menyembah antikris, dan
resikonya adalah nama tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba. Akhir
dari episode hidupnya adalah binasa.
Tetapi, janganlah kita mau binasa dan bodoh seperti itu.
Wahyu 13:3-4
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari
kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang
membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang
itu. (13:4) Dan mereka menyembah
naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka
menyembah binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti
binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
Satu dari
kepala-kepala binatang itu seperti kena luka dan membahayakan sekali nyawanya (hidup di ujung tanduk), akhirnya sembuh, berarti; mujizat
terjadi, yang sakit sembuh.
Lalu “seluruh dunia heran”, heran dengan
mujizat, tetapi mereka tidak heran dengan salib di Golgota, tidak heran dengan pengajaran
salib yang mengoreksi hati, akhirnya jatuh mengikuti binatang buas (antikris).
Dan bukan hanya menyembah antikris, tetapi juga akhirnya menyembah Setan.
Jadi
ternyata, mujizat yang terjadi berasal dari kuasa setan. Setan juga bisa
menyembuhkan, oleh sebab itu jangan kita heran dengan mujizat kesembuhan, tetapi heranlah
dengan salib di Golgota (karya Allah terbesar).
Inilah yang
sekarang kita perjuangkan lewat Pengajaran Mempelai. Jangan lagi bicara
binatang buas, yaitu; sibuk bicara soal berkat-berkat dan keinginan daging yang buas ini.
Selanjutnya,
mereka yang menyembah binatang itu berkata: "Siapakah
yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan
dia?"
Perkataan
ini menunjukkan bahwa mereka sudah menjadi bodoh. Seolah-olah antikris dan
nabi-nabi palsu lebih hebat dari kuasa salib. Pendeknya; kalau kita di luar salib,
kita menjadi bodoh.
Lihat,
banyak orang di luaran sana seperti orang pintar -- sarjana, profesor, doktor, motivator --, tetapi soal-soal yang berkaitan dengan Kerajaan Sorga, sedikitpun mereka tidak mengerti apa-apa, sehingga banyaklah
teruna-teruna yang jatuh dan banyak anak-anak dara yang cantik-cantik binasa.
Berarti, kedudukan, jabatan, harta, kekayaan, pendidikan yang tinggi, itu semua
tidak berarti, tidak ada artinya.
Sebab itu,
kita perhatikan ayat 8.
Wahyu 13:8
(13:8) Dan semua orang yang diam di atas bumi
akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia
dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.
Akhirnya
mereka yang namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba, yaitu
mereka yang menyembah binatang itu, berakhir kepada kebinasaan.
Jalan keluarnya.
Wahyu 13:9
(13:9) Barangsiapa bertelinga, hendaklah
ia mendengar!
Barangsiapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar.
Siapa yang
mempunyai telinga? Belajarlah dengar-dengaran kepada pengajaran salib. Jangan
membawa pengertian, jangan tahankan hati yang bodoh. Belajar dengar-dengaran,
itu adalah tanda dan kunci keberhasilan, bukan soal pendidikan yang tinggi dan gelar profesor, doktor, sarjana,
kedudukan yang tinggi, bukan, tetapi siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.
Aplikasi
dari mendengar adalah menulis (mencatat) apa yang didengar. Kalau kita sudah
menulis, bukankah Tuhan melihat pengorbanan?
Maka nanti firman itu juga tertulis di dalam hati dan pikiran kita masing-masing oleh Roh
Kudus, karena Roh Tuhan itu melihat segala sesuatu.
Setiap kali
kita berdoa, Roh Tuhan itu turut bekerja menyampaikan keluhan di hati. Tetapi
kalau kita tidak bekerja -- dalam hal ini
adalah tentang tidak menulis apa yang didengar (firman yang kita dengar)
--, dengan kata lain; hati kita jauh dari sorga, maka Roh Tuhan itu
menyampaikan apa yang ada di dalam hati kita (tidak sampai ke sorga). Oleh
sebab itu, barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar, berarti sidang
jemaat harus dengar-dengaran.
Lukas 8:18A
(8:18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu
mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa
yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada
padanya."
Karena itu, “Perhatikanlah
cara kamu mendengar.” Jangan tidak mau tahu dengan firman yang disampaikan.
Jangan tidak mau tahu dengan firman yang sudah diperdengarkan.
Kunci keberhasilan dari seorang hamba Tuhan ialah; memiliki Roh dengar-dengaran, maka akan
berhasil.
Hana tidak
bisa memberikan keturunan kepada Elkana, suaminya. Lalu akhirnya Elkana
mengambil perempuan yang bernama Penina. Madunya ini terus menyakiti hati Hana.
Setiap tahun mereka pergi ke Silo membawa korban dan persembahan,
di mana pada waktu itu yang menjadi imam besar adalah imam Eli.
Sekali waktu, dengan hati
pedih Hana berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu. Hana terus-menerus
berdoa di hadapan Tuhan dan berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja
bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka Hana
sedang mabuk, lalu Imam Eli berkata: “Berapa
lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada
mabukmu.”
Lalu Hana
menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang
perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan
tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan. Janganlah
anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan
sakit hati aku berbicara demikian lama."
Jawab Eli:
"Pergilah dengan selamat, dan Allah
Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.”
Kemudian keluarlah Hana dan ia pulang.
Tidak lama
kemudian, jadilah seperti kehendak Tuhan sesuai dengan kerinduan Hana. Setahun
kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Singkat
cerita, anak ini diserahkan kepada imam Eli, berada di bawah pengasuhan imam
Eli, itulah pribadi Samuel, pribadi yang dengar-dengaran. Apa buktinya?
1 Samuel
3:3-8
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel
telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah. (3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia
menjawab: "Ya, bapa." (3:5)
Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah
bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil;
tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur. (3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah,
lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku;
tidurlah kembali." (3:7) Samuel
belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali
lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta
katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu
mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.
Samuel yang
masih kecil adalah pribadi yang dengar-dengaran terhadap panggilan Tuhan.
Tiga kali
Allah memanggil Samuel, dan dalam setiap panggilan ia menjawab: “Ya, bapa”, dari panggilan pertama,
panggilan kedua dan pangilan ketiga, Samuel selalu menjawab: “Ya, bapa”, menunjukkan bahwa; Samuel adalah
pribadi yang dengar-dengaran.
Jika punya
telinga, gunakanlah untuk mendengar. Tetapi ingat; perhatikanlah cara kamu
mendengar. Tuhan mau supaya kehidupan kita ini menjadi suatu kehidupan yang
dengar-dengaran, itulah hati hamba.
Katakan
mulai dari sekarang: Saya hamba Tuhan
yang dengar-dengaran. Kiranya hal itu tertanam dan termeteraikan di dalam hati kita masing-masing, itu adalah inti mempelai.
Bukti yang
konkrit kalau seorang hamba Tuhan memiliki Roh dengar-dengaran, menampik suara daging. Mengapa saya mengatakan hal ini? Sebab saat Samuel
dipanggil itu terjadi pada saat dia sedang tidur pulas (sedang enak tidur). Panggilan itu terjadi pada saat jam tidur. Tetapi Samuel, sekalipun
dalam suasana tidur yang enak, dia tetap menghargai panggilan itu.
Saya kira,
sangat sukar sekali rasanya mau mendengar panggilan manakala seseorang sedang
tidur pulas. Jangankan pada saat tidur di tengah malam hari, saat tidur siang
saja diganggu seseorang bisa ngamuk setengah mati.
Satu kali saya pernah
telepon untuk pengetikan dan editan jam satu malam. Saya dengar suara
itu lembut, tetapi roh itu sampai ke telinga saya sedang melawan.
Katakan: Saya hamba Tuhan yang dengar-dengaran, maka pasti akan berhasil. Kalau saya sebagai
gembala tidak dengar-dengaran, sidang jemaat pasti tidak dengar-dengaran. Kalau
ada satu dua Yudas di tengah penggembalaan, itu memang diijinkan Tuhan, tetapi
intinya kalau seorang gembala dengar-dengaran, pasti sidang jemaat
dengar-dengaran.
Samuel yang
masih kecil adalah seorang hamba yang dengar-dengaran. Tetapi ada hal yang
lucu, yang mungkin kita lewatkan dari pembacaan ini pada ayat 7.
Samuel belum
mengenal Tuhan dan firman Tuhan belum pernah dinyatakan kepadanya, tetapi
Samuel adalah pribadi yang dengar-dengaran.
Bagaimana
dengan kita? Sudah besar, sudah tua, sudah puluhan tahun mendengar firman
Pengajaran Mempelai, dan Pengajaran Mempelai sudah berulang-ulang disampaikan,
lalu apakah kita sudah dengar-dengaran? Jangan sampai kita kalah dengan anak
kecil. Malulah dengan anak kecil pribadi yang dengar-dengaran sekalipun belum
pernah dinyatakan Pengajaran Mempelai kepadanya, tetapi ia sudah
dengar-dengaran.
1 Samuel 3:1
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN
di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang;
penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
Saat ini kita diasuh dan didik oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.
Berbahagialah memiliki ibu yang mengasuh dan mendidik, dan anak-anak jangan
melawan didikan orang tua.
Tetapi di
sini kita perhatikan: Pada masa itu
firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering. Mengapa hal
ini terjadi?
1 Samuel 3:2
(3:2) Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai
kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat
tidurnya.
Ternyata,
imamnya adalah tukang tidur dan matanya sudah kabur, apa artinya? Tidak lagi
hidup di dalam terang.
Jelas saja
Samuel yang muda itu tidak mendapat asupan firman, tetapi untungnya dia
dengar-dengaran. Jika saudara sudah mendapat asupan firman, maka selanjutnya
biarlah menjadi pribadi yang dengar-dengaran.
Penglihatan
jarang, pembukaan firman -- itulah
Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel -- juga jarang, tetapi
bagaimana Samuel bisa dengar-dengaran?
1 Samuel 3:3
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi
padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut
Allah.
Jelas bahwa
Samuel masuk dalam pengalaman kematian. Pengalaman kematian inilah yang membuat
kehidupan kita menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran.
Lampu rumah
Allah belum lagi padam tetapi Samuel telah tidur, artinya; tidak
susah untuk masuk dalam pengalaman kematian. Kalau tidak susah dalam pengalaman
kematian, maka tidak susah dalam memikul salib. Apa tanda tidak susah memikul
salib? Mulut tertutup, tidak bersungut-sungut, tidak mengomel, tidak
memberontak, tidak menantang.
Jika masih
ada hati yang memberontak, itulah yang membuat seseorang menjadi susah dan
tidak berhasil.
Biasanya,
kalau lampu belum mati, seseorang malu merendahkan diri. Malu dilihat orang
karena terang-terangan saat sedang merendahkan diri. Tetapi lampu rumah Allah
belum padam, Samuel telah tidur, artinya; tidak malu dalam pengalaman kematian.
Mau diludahi, mau difitnah, tidak malu, tidak ada rasa lagi.
Kita
bersyukur kepada Tuhan, sumber kehidupan yang menjadikan kita pribadi yang
dengar-dengaran kepada Tuhan Yesus.
Tadi
dikatakan: Barangsiapa mempunyai telinga
hendaklah mendengar, kemudian perhatikanlah
cara kamu mendengar, berarti; mau tidak mau kita harus menjadi suatu
kehidupan yang dengar-dengaran. Dan kita sudah melihat pribadi yang
dengar-dengaran, itulah pribadi Samuel.
Apa manfaat
atau dampak positif dengar-dengaran?
Matius
13:9-11
(13:9) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"(13:10) Maka datanglah murid-murid-Nya
dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam
perumpamaan?" (13:11) Jawab
Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga,
tetapi kepada mereka tidak.
Yesus
membukakan rahasia Kerajaan Sorga kepada dua belas murid, tetapi kepada orang
lain Yesus hanya berbicara dalam bentuk perumpamaan, hanya dalam bentuk
cerita-cerita dan yang lain-lain. Sebab itu siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar. Kita mempunyai sepasang telinga, oleh
sebab itu hendaklah kita mendengar.
Kalau kita
dengar-dengaran, maka Tuhan akan karuniakan rahasia Kerajaan Sorga. Tuhan
nyatakan pembukaan rahasia firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.
Inilah kelebihan kita yang sudah menikmati kemurahan lewat Pengajaran Mempelai
dalam terangnya Tabernakel.
Kepada
murid-murid dikaruniakan rahasia Tabernakel, rahasia Kerajaan Sorga.
Matius 13:12
(13:12) Karena siapa yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang
tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
“...Siapa
yang mempunyai ...”, berarti;
siapa yang mempunyai telinga dan siapa yang dengar-dengaran, maka kepadanya
akan diberi sehingga ia menerima kelimpahan rahasia kerajaan sorgawi. Siapa yang mau diberi
sampai berkelimpahan? Kuncinya, dengar-dengaran. Jangan
dikira kepintaran dan pendidikan tinggi menjadi kunci keberhasilan, tidak,
engkau tidak mengerti kebenaran sorga.
Kepada
murid-murid dikaruniakan rahasia Kerajaan Sorga, kepada orang lain tidak.
Mengapa? Karena mereka diajar untuk dengar-dengaran. Guru mengajar kaitannya
dengan mulut, tetapi murid yang dengar-dengaran kaitannya dengan telinga.
Biarlah kita
limpah dalam segala perkara. Limpah kekayaan sorgawi, limpah kebajikan, limpah
kemurahan, limpah limpah limpah rendah hati. Itulah rahasia Kerajaan Sorga.
Sore ini
kita harus datang kepada Tuhan, mengakui bahwa Tuhan Yesus baik mengutus dua
saksi besar, yaitu Musa dan Elia, sampai kepada kesaksian berikutnya, yaitu Wahyu 11:7, supaya kita tertolong.
Kematian mereka diijinkan, sebab kematian mereka adalah keuntungan bagi kita. “Demikianlah
hendaknya kamu memandangnya”, berarti kita harus satu dalam pengalaman
kematian dan kebangkitan Yesus untuk akhirnya dipermuliakan.
Apa yang
kita kehendaki di dunia ini? Mari kita jawab sesuai dengan apa yang sudah kita
dengar seperti yang dirindukan oleh Rasul Paulus. Yang kukehendaki dan rindukan ialah
mengenal Dia dalam keadaan mati, bangkit dan dipermuliakan, yang diawali
dengan sengsara salib.
Kalau Tuhan
sudah buka jalan untuk kita boleh menyentuh salib lewat ibadah dan pelayanan
ini, manfaatkanlah kesempatan ini, jangan bermain-main lagi. kalau sudah di
dalam, jangan keluar lagi. Sekali hamba Tuhan tetapi hamba Tuhan. Sekali di
ladang Tuhan tetap di ladang Tuhan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment