IBADAH DOA PENYEMBAHAN SERTA TUTUP TAHUN
2019,
31 DESEMBER 2019
KITAB KOLOSE
(Seri: 77)
Subtema: MENANGGALKAN
MANUSIA LAMA, MENGENAKAN MANUSIA BARU
Shalom.
Puji Tuhan,
kita patut bersyukur berterima kasih kepada Dia, Yesus, Tuhan dan Juruselamat
kita, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang membela, melindungi
gereja-Nya, kehidupan kita sebagai tubuh Kristus, kita dipelihara hingga sampai di
penghujung tahun ini.
Dua
tangan Tuhan yang kuat berusaha untuk membawa kita dekat dengan Dia. Kita
bersyukur, kita berterima kasih, sebab Tuhan Yesus baik.
Kesaksian demi kesaksian dari sidang jemaat yang sudah bersaksi, kiranya
itu menjadi berkat, juga menjadi motivasi supaya di atas
segalanya nama Tuhan dipermuliakan, apalagi kita bersaksi dengan segala
kerendahan hati, dengan segala ketulusan dan kebenaran yang dari Tuhan, sesuai
dengan salib yang kita pikul.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya
Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Sebab itu
kita berdoa, kita mohonkan kiranya Tuhan membukakan firman-Nya,
supaya di penghujung tahun ini betul-betul kita merasakan bahwa Tuhan
memulihkan hidup, ibadah, nikah dan rumah tangga, sehingga kita layak untuk
memasuki suatu wadah yang baru, dimasuki oleh material-material, yaitu
kehidupan yang baru.
Kita akan
memperhatikan firman Tuhan di penghujung tahun 2019. Sebetulnya hari ini adalah
Ibadah Doa Penyembahan, tetapi diganti menjadi Ibadah Tutup Tahun 2019, namun
kita tetap memperhatikan surat yang dikriim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:9A
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
“Jangan lagi kamu saling mendustai”,
berarti; antara yang satu dengan yang lain jangan lagi saling mendustai, tetapi
marilah kita menampilkan hati kita masing-masing dengan sebenar-benarnya di
hadapan Tuhan maupun sesama dengan cara berkata jujur.
Saya berdoa,
semoga semua yang kita ucapkan dan perkatakan sebagai kesaksian kita di hadapan
Tuhan merupakan perkataan yang jujur, sebab setiap perkataan-perkataan yang
keluar dari dalam mulut, semuanya itu berasal dari dalam hati.
Mazmur
12:2-3
(12:2) Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang
saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara
anak-anak manusia. (12:3) Mereka
berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir
yang manis dan hati yang bercabang.
Yang
dimaksud dengan berkata dusta ialah berkata-kata dengan bibir yang manis,
tetapi hatinya bercabang, dengan lain kata; hatinya tidak seindah, hatinya
tidak semanis perkataan-perkataan yang keluar dari mulutnya. Itu yang disebut
berkata dusta.
Korban dari
perkataan dusta:
1. Orang saleh telah habis. Hati-hati, kalau
seseorang berkata dusta, korbannya adalah orang saleh. Banyak orang rindu untuk
menjadi suatu kehidupan yang saleh, tetapi di tengah jalan terhenti karena
tersandung oleh perkataan dusta si A, si B, si C dan lain sebagainya.
2. Orang-orang yang setia lenyap. Oleh
karena perkataan dusta juga, bisa saja orang yang setia menjadi tidak setia.
Sebab itu,
jangan lagi kita saling mendustai antara satu dengan yang lain, tetapi marilah
kita menampilkan hati kita masing-masing dengan sebenar-benarnya di hadapan
Tuhan maupun di hadapan sesama, dengan cara berkata jujur, sebab semua
perkataan yang keluar dari mulut tentu itu berasal dari dalam hati, supaya
jangan orang saleh dan orang yang setia menjadi korban.
Contoh perkataan dusta.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain
keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba
dan ia berbicara seperti seekor naga.
Seekor
binatang lain keluar dari dalam bumi.
Kemudian, adapun
wujud dari binatang tersebut adalah bertanduk dua sama seperti anak domba.
Wujud ini jelas menunjuk kepada seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang
senantiasa mengadakan pelayanan serta membawa korban dan persembahan.
Tetapi yang
membuat kita menjadi bingung sekaligus terheran-heran (tercengang-cengang)
ialah apabila ia berbicara seperti seekor naga. Berarti, perkataan dan
perbuatannya tidak sama.
Kesimpulannya:
Binatang yang keluar dari dalam bumi ini -- tidak
lain, tidak bukan -- ialah nabi-nabi palsu, karena wujudnya dan
perkataannya tidak sama.
Kita
bersyukur, di tengah-tengah kita ada seorang dosen. Dosen itu gampang mengajar,
tetapi biarlah seorang dosen juga mau diajar oleh firman Tuhan, berarti; harus
rendah hati dalam setiap menerima pemberitaan firman Tuhan.
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi
palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba,
tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Sesungguhnya,
nabi-nabi palsu adalah serigala-serigala yang buas, tetapi di tengah-tengah
ibadah pelayanan, mereka datang dan menyamar seperti anak domba bertanduk dua.
Yang pasti, kalau nabi-nabi palsu berbicara persis seperti seekor naga; penuh
dengan perkataan palsu.
Sekarang
kita lihat: Korban dari nabi-nabi palsu atau pendusta-pendusta.
Tadi kita
sudah melihat korban itu di dalam Mazmur
12:2-3, yaitu orang setia dan orang saleh lenyap. Juga terdapat korban dari
nabi-nabi palsu atau pendusta-pendusta dapat kita lihat lebih jauh dalam 1
Timotius 4.
1 Timotius
4:1-2
(4:1) Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa
di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti
roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (4:2)
oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap
mereka.
Di
waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad, lalu mengikuti roh-roh
penyesat dan ajaran setan-setan. Mereka itu adalah korban dari tipu daya
pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.
Jadi, orang
yang murtad itu adalah korban dari pendusta-pendusta, itulah nabi-nabi palsu.
Murtad,
berarti; mengundurkan diri dari tengah-tengah ibadah dan pelayanan, sehingga
mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta
atau nabi-nabi palsu. Nabi-nabi palsu melayani Tuhan tetapi hati nuraninya
memakai cap mereka.
Kalau
melayani Tuhan tetapi hati nuraninya memakai cap mereka, orang seperti ini
susah diluruskan, sama seperti badan atau daging yang diselar oleh besi panas,
dia akan terbentuk, dan susah sekali dihapuskan, susah sekali diluruskan.
Banyak orang sudah salah, tetapi susah sekali untuk diluruskan, mengapa? Karena
pendusta-pendusta (nabi-nabi palsu) melayani dengan memakai cap mereka,
sehingga banyak korban di hari-hari kemudian. Korbannya ialah murtad; mundur
dari ibadah, mundur dari pelayanan. Setelah mundur, barulah mereka mengikuti
roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan, itulah orang-orang yang setia dan
orang yang saleh tadi -- di dalam Mazmur 12:2-3 --.
Lebih
konkrit kita akan melihat orang-orang yang menjadi korban dari nabi-nabi palsu
ini.
Efesus 4:14
(4:14) sehingga kita bukan lagi anak-anak,
yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan
palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
Kerohanian
yang masih kanak-kanak menjadi korban dari pada nabi-nabi palsu, yaitu
pendusta-pendusta dengan ajaran palsu mereka. Jadi, nabi-nabi palsu itu
melayani dengan hati nuraninya memakai cap mereka, dan korbannya adalah kanak-kanak
rohani. Kanak-kanak rohani mudah sekali diombang-ambingkan oleh angin-angin
pengajaran palsu.
Berbeda
dengan suatu kehidupan rohani yang sudah dewasa; sangat sukar sekali untuk
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran palsu. Walaupun nabi-nabi
palsu penuh dengan tipu daya -- disebut
tadi pendusta-pendusta; mulutnya manis tetapi hatinya bercabang --, tetapi
kehidupan yang dewasa akan mengerti hal itu -- mulut manis, hati bercabang --.
Tetapi
kanak-kanak rohani tidak mengerti tentang kepalsuan dari nabi-nabi palsu yang
melayani dengan hati nuraninya memakai cap mereka. Anak-anak tidak tahu hal
itu. Yang tahu mulut manis, tetapi hati
bercabang adalah suatu kehidupan rohani yang dewasa.
Kolose 2:8
(2:8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang
menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut
ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut
Kristus.
Hati-hati,
jangan terima dan jangan terikat dengan dua ajaran:
1.
Filsafatnya
yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun. Kalau berita
firman yang disampaikan adalah filsafat kosong dan palsu menurut ajaran turun
temurun, itu bukanlah ajaran Kristus.
Sewaktu kami belajar
di sekolah Alkitab, tidak mendapat pelajaran filsafat. Yang kami terima adalah
ayat menerangkan ayat saja, karena filsafat manusia itu kosong, itulah ajaran
turun-temurun, ajaran nenek moyang. Sebab itu, biarlah kita hindari ajaran yang
disertai adat istiadat.
Filsafatnya yang
kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun, sama dengan; firman yang
ditambahkan. Tidak murni karena sudah ditambahkan oleh filsafat yang
kosong.
2.
Roh-roh
dunia.
Ajaran ini jelas kaitannya dengan perkara-perkara lahiriah atau ajaran yang
menekankan hanya soal berkat-berkat secara jasmani atau menekankan hanya soal
mujizat-mujizat atau tanda-tanda heran semata, sama dengan; firman yang
dikurangkan.
Firman yang
ditambahkan,
artinya; menyampaikan satu dua ayat firman Tuhan lalu ditambahkan atau disertai
dengan cerita-cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul,
filsafat-filsafat kosong manusia atau ajaran turun temurun.
Menyampaikan
satu dua ayat lalu ditambahkan dengan cerita isapan jempol -- misalnya tentang si kancil, si kura-kura, si
buaya --, itu tidak mungkin membawa kita masuk dalam Kerajaan Sorga, karena
cerita isapan jempol bukanlah pribadi Yesus Kristus, itu bukan ajaran Kristus.
Firman yang
dikurangkan,
artinya; pengajaran salib diganti dengan dua hal:
1. Teologi
kemakmuran, sama dengan; orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya. Hal
ini sama dengan; hamba Tuhan harus memiliki jemaat yang besar seperti Musa,
hamba Tuhan tidak boleh seperti nabi Elia yang hanya memiliki satu jemaat
dewasa dan satu jemaat sekolah Minggu.
2. Tanda-tanda
heran atau mujizat-mujizat, tetapi salib tidak ditegakkan di tengah-tengah
ibadah pelayanan tersebut. Sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tetapi
kalau salib tidak ditegakkan, sama saja pelayanan itu nol, tidak ada artinya.
Itulah
tentang ajaran turun-temurun atau filsafat kosong dan roh-roh dunia, yang mana
keduanya bukanlah ajaran Kristus.
Akibat dosa dusta.
Yehezkiel
33:6
(33:6) Sebaliknya penjaga, yang melihat pedang
itu datang, tetapi tidak meniup sangkakala dan bangsanya tidak mendapat
peringatan, sehingga sesudah pedang itu datang, seorang dari antara mereka
dihabiskan, orang itu dihabiskan dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut
pertanggungan jawab atas nyawanya dari penjaga itu.
Apabila
sidang jemaat mati karena tidak ada teguran, tidak ada pengajaran salib atau
pengajaran salib tidak ditegakkan di tengah-tengah ibadah pelayanan -- dengar baik-baik --, maka Tuhan akan menuntut
darah orang itu kepada si penjaga atau gembala yang berjaga-jaga, itulah
nabi-nabi palsu.
Saya melihat
langsung di depan mata saya: seseorang awalnya hanya sebagai pelayan biasa,
setelah jadi hamba Tuhan, dia merasa menjadi seorang pemimpin, dia merasa
menjadi yang terbesar, dia tidak mengambil rupa seorang hamba. Saya berpikir: Mengertikah ia tentang tanggung jawab
seorang gembala yang berjaga-jaga?
Kalau tidak
ada pengajaran salib yang mengajar, yang mengoreksi, maka sidang jemaat binasa,
tetapi darahnya akan dituntut oleh Tuhan kepada gembala atau hamba Tuhan yang
berjaga-jaga.
Terkadang
kita ini merasa benar, tidak palsu, tidak dusta, tetapi kebenaran itu menurut
pengertian kita sendiri, maka biarlah kita kembali belajar untuk memberi diri
diukur menurut ukuran firman Tuhan.
Tadi kita
sudah memperhatikan, bahwa; Tuhan menuntut darah dari orang yang binasa.
Sekarang, lebih jauh kita perhatikan tentang; UPAH BAGI PENDUSTA-PENDUSTA.
Wahyu
22:18-19
(22:18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar
perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan
sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan
kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (22:19) Dan jikalau seorang
mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah
akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang
tertulis di dalam kitab ini."
Akibat dosa dusta menambahkan firman Allah: Allah akan
menambahkan kepadanya (nabi-nabi palsu) malapetaka-malapetaka yang tertulis
dalam kitab Wahyu, secara khsuus dalam Wahyu
16, yaitu tujuh cawan murka Allah – tiga
kali tujuh penghukuman yang terakhir --
Akibat dosa dusta mengurangkan firman
Allah:
Allah akan mengambil bagiannya dari:
1.
Pohon kehidupan.
2.
Kota kudus.
Apa yang
dimaksud dengan kota kudus?
YANG
PERTAMA.
Wahyu 21:1,8
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru
dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama
telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. (21:8) Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,
orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang
sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan
mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api
dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Bagian dari
pendusta-pendusta atau nabi-nabi palsu adalah lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang, bukan langit yang
baru dan bumi yang baru. Inilah kematian yang kedua, sama dengan; binasa untuk
selama-lamanya.
Kematian
pertama adalah kematian biasa, yaitu seperti layaknya manusia mati, sedangkan
kematian kedua adalah berada di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan
belerang, sama dengan binasa untuk selama-lamanya.
Apa yang
dimaksud dengan kota kudus?
YANG KEDUA.
Wahyu
21:9-11,27
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh
malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka
terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku
akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa
aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota
yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan
Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata
yaspis, jernih seperti kristal. (21:27)
Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang
melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis
di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.
Tidak masuk
ke dalamnya orang-orang yang melakukan dusta.
“Ke dalamnya”, itu menunjuk; kota kudus,
Yerusalem baru.
Apa yang
dimaksud dengan kota kudus?
YANG KETIGA.
Wahyu
22:1,15
(22:1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air
kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta
Allah dan takhta Anak Domba itu. (22:15) Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang
sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang
mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.
Setiap orang
yang mencintai dusta dan melakukannya tinggal di luar, yaitu di luar takhta
Allah dan takhta Anak Domba.
Kesimpulannya,
KOTA KUDUS adalah:
1.
Langit yang baru dan bumi yang baru.
2. Yerusalem
baru.
3.
Takhta Allah dan takhta Anak Domba.
Setiap orang
yang mengurangkan firman Tuhan, maka Tuhan akan mengambil bagiannya dari pohon
kehidupan dan kota kudus. Dan kita sudah melihat buktinya di atas.
Selanjutnya:
Mengapa dilarang untuk saling mendustai?
Kolose 3:9B
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena
kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
Mengapa dilarang untuk saling mendustai, jawabnya; karena kita telah menanggalkan manusia lama
serta kelakuannya.
Orang yang
menanggalkan manusia lama serta kelakuannya di sepanjang tahun 2019 ini
menunjukkan bahwa;
1.
Dia menghargai korban Kristus. Dalam susunan
Tabernakel, terkena pada Mezbah korban bakaran, menunjuk; pertobatan.
2.
Dia sudah satu dalam pengalaman Yesus Kristus dalam
tanda kematian dan kebangkitan-Nya. Sebab, kolam pembasuhan tembaga, menunjuk;
baptisan air, arti rohaninya; mati dan bangkit bersama Kristus, sampai akhirnya
menjadi suatu kehidupan yang sudah lahir baru.
Kita telah
menanggalkan manusia lama serta kelakuannya oleh kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus, itulah alasan sehingga kita tidak boleh lagi mendustai satu dengan
yang lain.
Imam-imam
yang sudah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya; jangan lagi saling
mendustai. Pelayan-pelayan Tuhan jangan lagi saling mendustai. Satu dengan yang
lain tidak boleh lagi saling mendustai, tetapi mari kita menampilkan hati kita
yang sebenar-benarnya di hadapan Tuhan dan sesama dengan cara berkata jujur,
sebab semua perkataan yang keluar dari dalam mulut berasal dari dalam hati.
Jadi, seorang imam tidak boleh sembarangan berbicara.
Mari kita
lihat KELAKUAN MANUSIA LAMA.
Efesus
4:22-23
(4:22) yaitu bahwa kamu, berhubung dengan
kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang
menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, (4:23) supaya kamu dibaharui di
dalam roh dan pikiranmu,
“Harus menanggalkan manusia lama.” Biarlah
yang tadi bersaksi harus dengan perkataan yang tulus dan murni, suci, benar,
dapat dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan maupun sesama. Jangan terlihat
kesaksian menarik padahal penuh dengan dusta.
Dalam Kolose
3:9B dituliskan: “Menanggalkan manusia lama serta kelakuannya”.
Apa itu manusia lama serta kelakuannya? Yaitu hidup
di dalam hawa nafsu yang menyesatkan. Inilah pakaian lama yang
ditanggalkan.
Tujuannya:
Supaya kita dibaharui di dalam roh dan pikiran kita, berarti; mengalami
pembaharuan manusia batiniah.
Jadi, bukan
tubuhnya saja yang menarik, tetapi roh dan pikiran yang tidak terlihat (manusia
batiniah). Dengan demikian, terjadilah pembaharuan manusia batiniah.
Kalau kita
sudah meninggalkan tabiat lama (menanggalkan pakaian lama), berarti; dibaharui
di dalam roh dan pikiran. Roh dan pikiran yang tidak terlihat, itulah manusia
batiniah. Bukan saja manusia luarnya, tetapi manusia dalamnya (batinnya) juga
harus dibaharui. Jangan terlihat baik di luar, tetapi batinnya belum dibaharui
= pendusta.
2 Korintus 4:16-18
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi
meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia
batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (4:17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi
kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada
penderitaan kami. (4:18) Sebab kami
tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena
yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Ketika
manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari, maka secara otomatis, manusia
lahiriah akan semakin merosot. Tetapi kalau manusia lahiriah yang menonjol,
maka manusia dalam (batiniah, yaitu roh dan pikiran) yang rohani akan merosot.
Perlu untuk
diketahu: manusia rohani sangatlah memperhatikan hal yang rohani. Sebaliknya,
manusia lahiriah perhatiannya hanya tertuju kepada perkara-perkara yang
lahiriah.
Tanda yang nyata atau terlihat apabila
sudah terjadi pembaharuan manusia batiniah.
1. Tidak tawar hati, sama dengan; kuat dan
teguh hati, tidak takut dan tidak kuatir akan masa depan. Banyak kali orang
Kristen tawar hati manakala menghadapi ujian yang bertubi-tubi; ujian yang satu
belum selesai muncul lagi ujian yang kedua, ujian kedua belum selesai muncul
lagi ujian ketiga, seperti kesaksian salah seorang dari jemaat tadi. Akhirnya, Tuhan dipersalahkan, muak
kepada hamba Tuhan, muak kepada teguran, padahal yang salah adalah kita.
Sebaliknya kita malah salahkan Tuhan, namun kita tidak mau koreksi diri.
Tetapi
di sini kita perhatikan; kalau sudah terjadi pembaharuan manusia batiniah, maka
tanda yang nyata adalah tidak tawar hati, sama dengan; kuat dan teguh hati,
tidak takut dan tidak kuatir akan masa depan.
2. Tidak memperhatikan yang kelihatan, tetapi
memperhatikan yang tidak kelihatan, artinya; memperhatikan perkara-perkara
di atas, perkara-perkara rohani, yakni ibadah dan pelayanan dan segala
kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, sama dengan; memiliki pandangan rohani.
Kalau pandangannya ditujukan kepada yang tidak kelihatan, sama dengan;
pandangan rohani.
Ciri orang
yang senantiasa memandang perkara di atas (perkara rohani) ialah rela menderita
dengan penderitaan ringan yang sementara ini, tabah, sabar.
Hamba Tuhan,
imam, pelayan Tuhan, mahasiswa/i yang sedang praktek (magang) harus sabar dan
tabah untuk penderitaan yang ringan ini. Jangan bosan dengan teguran firman.
Hanya firman yang dapat mengubahkan kita. Tidak ada seorang pun yang dapat
berubah tanpa kekuasaan firman.
Seorang
motivator sekali waktu dia dapat memberi motivasi kepada orang lain, tetapi
besok dia jatuh, mengapa? Karena dia tidak punya kekuatan firman. Jadi, jangan
bosan mendengar firman.
Contoh
pandangan rohani: Rela mengorbankan yang jasmani untuk memperoleh yang
rohani.
Ada dua anak
kembar;
-
Esau mengorbankan yang rohani (hak kesulungan) untuk
yang jasmani, yaitu semangkuk kacang merah.
-
Sebaliknya Yakub rela mengorbankan yang jasmani untuk
memperoleh yang rohani, yaitu hak kesulungan.
Ibadah
pelayanan ini adalah hak kesulungan.
Ini adalah
contoh pandangan rohani, yaitu rela mengorbankan yang jasmani untuk memperoleh
yang rohani, itulah Yakub. Berbeda dengan Esau; seorang yang pandai berburu
daging dan tinggal di padang, kesukaannya hanya berburu daging.
Kedatangan
Tuhan sudah tidak lama lagi, kesempatan yang tersisa tinggal sedikit. Oleh
sebab itu, kesempatan yang sedikit ini, mari kira manfaatkan dengan baik supaya
kelak kita tidak ditolak. Sama seperti Esau; ketika ia mencari berkat yang satu
itu, dia ditolak, mengapa? Karena tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat.
Sebaliknya,
Yakub seorang yang tenang tinggal di kemah. Orang yang tenang pasti tinggal di
kemah (berharap hanya kepada Tuhan).
Jangan bosan
tinggal di kemah. Jangan bosan beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan di dalam
kemah (rumah Tuhan). Sudah terlalu lama kita melayani tubuh ini, daging ini,
manusia. Saatnya kita tinggal di kemah, layani Tuhan, jadilah tenang, berarti;
tidak pusing dengan perkara lahiriah, sama seperti Yakub. Tenang, tidak usah
gusar. Tenang, tidak usah gelisah. Tinggal saja di kemah, layani Tuhan dengan
sungguh-sungguh. Cari dahulu Kerajaan Sorga dan kebenarannya, maka semuanya
akan ditambahkan, itulah orang yang tenang.
Kolose
3:9-10
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena
kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan manusia
baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang
benar menurut gambar Khaliknya;
Kemudian telah mengenakan manusia baru yang
terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut
gambar Khaliknya.
Sudah
menanggalkan pakaian lama, kemudian masuk dalam pembaharuan manusia batiniah --
dengan dua tanda tadi --, selanjutnya
mengenakan manusia baru, berarti; suatu kehidupan yang sudah dibaharui. Manusia
batiniahnya sudah dibaharui.
Semoga
dengan kesaksian kita masing-masing tadi, bukan saja untuk memotivasi sidang
jemaat, tetapi biarlah kiranya pengakuan ini adalah tanda sebuah kelepasan dari
pakaian yang lama dan kelakuannya yang penuh hawa nafsu tadi.
Terjadi
kelepasan menjadi suatu kehidupan manusia baru, berarti; manusia yang sudah
mengalami pembaharuan manusia batiniah.
Selanjutnya,
arah dari pembaharuan ialah UNTUK
MEMPEROLEH PENGETAHUAN YANG BENAR MENURUT GAMBAR KHALIKNYA.
Efesus 4:13
(4:13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan
iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh,
dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
Memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah atau
menurut gambar Khaliknya, itulah Sang
Pencipa, berarti;
1.
Sudah mencapai kedewasaan penuh.
2.
Mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus. Inilah pertumbuhan rohani yang sehat, yaitu pertumbuhan yang sampai
kepada kepenuhan Kristus.
Jadi,
pertumbuhan rohani itu bukan sesuai perkembangan zaman, bukan. Tetapi
pertumbuhan rohani yang sehat harus sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Kalau
pertumbuhan rohani sesuai perkembangan zaman, saya teringat dengan kesaksian
dari pada Uza dan Ahyo. Sewaktu mereka mengantar tabut perjanjian, tabut itu
ditaruh (diletakkan) di dalam kereta yang baru, ini adalah perkembangan zaman;
sesuatu yang baru masuk ke gereja. Contohnya: dahulu seorang hamba Tuhan rapi
dalam hal melayani Tuhan; memakai kemeja rapi, memakai dasi rapi, tetapi
sekarang perkembangan zaman sudah masuk ke dalam gereja, tidak usah rapi-rapi;
cukup dengan memakai kaos oblong, lalu pakai jas dan memakai celana levis,
begitu saja melayani Tuhan. Kalau masih mempertahankan yang lama, maka ia
disebut kono, tidak pas, tidak mengikuti perkembangan zaman. Bukan itu
pertumbuhan rohani sesuai dengan kepenuhan Kristus yang saya maksud, nanti
akhirnya sama seperti Uza dan Ahyo; membawa tabut tetapi diletakkan di kereta,
ditarik di kereta yang baru. Kalau mempertahankan yang lama disebut kuno, sebab
itu diletakkan di kereta yang baru, padahal seharusnya adalah dipikul.
Tabut
perjanjian itu ada empat gelangnya di setiap sisi sudutnya, supaya apa? Tongkat
pengusungnya ditusuk dari sisi kiri, ditusuk dari sisi kanan, sehingga empat
orang imam-imam yang memang suku Lewi harus memikul tabut itu; sama tinggi dan
sama rendah, tidak boleh ada yang menonjol dan tidak boleh ada yang rendah,
tidak boleh ada yang sombong dan tidak boleh ada yang minder, susah nanti
akhirnya. Tidak boleh rendah diri, tidak boleh tinggikan diri.
Jadi,
pertumbuhan yang saya maksud adalah pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus, bukan pertumbuhan menurut perkembangan zaman. Ujung-ujungnya Uza mati,
mengapa? Saat lembu-lembu itu tergelincir, terpeleset (terpelecok), tabut itu
hampir terjatuh dan Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu
memegangnya, ingin campur tangan dengan tabut perjanjian.
Hubungan
kita dengan Tuhan adalah hubungan tabut, hubungan nikah suci, itu tidak boleh
dicampur tangan oleh manusia, nanti mati. Sebab itu hubungan nikah suci harus
dipertahankan, jangan seseorang mau tahu dengan nikah orang lain. Kalau tidak,
yang terjadi adalah mati rohani.
Efesus 4:15
(4:15) tetapi dengan teguh berpegang kepada
kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke
arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Dalam kasih
kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala.
Inilah
pertumbuhan rohani yang sehat; arahnya kepada Kristus sebagai Kepala Gereja,
Mempelai Pria Sorga.
Efesus 4:16
(4:16) Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi
tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya,
sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan
membangun dirinya dalam kasih.
Kalau
pertumbuhan rohani itu adalah pertumbuhan rohani yang sehat, berarti arahnya
kepada Kristus, yang adalah Kepala. Kalau arahnya kepada Kristus, yang adalah
Kepala, maka seluruh tubuh terlihat dua hal:
1.
Rapi
tersusun.
Sama seperti rumah yang dibangun rapi tersusun; bata di atas bata, atau batu di
atas batu, rapi tersusun. Demikian juga seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan yang
sudah dibangun pasti rapi tersusun; perkataannya rapi tersusun, solah tingkah,
perbuatannya, perilakunya, tabiatnya juga rapi tersusun. Perkataan rapi
tersusun. Melayani Tuhan rapi tersusun, melayani pekerjaan Tuhan rapi tersusun,
sesuai dengan karunia-karunia, sesuai dengan jabatan Roh Kudus yang
dipercayakan oleh Tuhan; rapi tersusun. Duduk dengar firman; rapi tersusun.
Dalam saudara bersaudara di dalam satu keluarga, masing-masing rapi tersusun.
Semua rapi tersusun. Sampai di luaran sana rapi tersusun.
Jangan kita sudah
mengikuti suatu pendidikan Alkitab tetapi tidak rapi tersusun, akhirnya kita
buat malu Tuhan Yesus. Masakan perkataan sama dengan orang dunia, sama dengan
membuat malu Tuhan Yesus. Jangan kita sudah beribadah, jangan kita sudah
melayani, tetapi perkataan dan tabiat sama seperti orang dunia, Tuhan Yesus
dipermalukan.
Tetapi tentu saja
saya bersyukur kepada Tuhan; dari apa yang saudara saksikan tadi, itu memang
saya lihat semua di depan mata saya, itu semua terjadi, saya lihat betul. Dari
yang tidak mengerti apa-apa, sehingga mengerti, mendapat suatu pengertian yang
baik, yang benar, yang suci, yang mulia dari Tuhan, sehingga menjadi rapi
tersusun. Kita bersyukur kepada Tuhan.
Sebelum di dalam Tuhan, kita merasa sudah paling benar, paling suci, pakaian
kita sudah paling rapi. Tetapi setelah kita di dalam Tuhan, kita semua
dikoreksi; kita baru tahu seperti apa yang benar, yang suci dan yang rapi itu,
yaitu harus sesuai ukuran firman Tuhan, bukan menurut pengertian manusia
duniawi. Inilah bersyukurnya kita kepada Tuhan. Sebab itu, jangan saling
mendustai, sebab mengerikan sekali, hidupnya palsu.
Biarlah perkataan
kita manis dan hati kita juga manis, sehingga nanti perkataan dan perbuatan
sama di hadapan Tuhan maupun sesama. Ayo, rapi tersusun. Kalau kita sudah terbiasa
rapi tersusun di dalam ibadah pelayanan dalam kandang penggembalaan ini, di
luaran sana juga pasti sama, sehingga apa pun kegiatan kita rapi tersusun.
Saya bangga kepada
Tuhan: ada beberapa di antara kita bekerja dalam suatu perusahaan dan membawa
harum nama Tuhan sampai akhirnya gereja kita dikenal. Jadi, GPT BETANIA sudah
terkenal baik, jangan dirusak. Membuat malu keluarga besar GPT BETANIA dari
kepala sampai kaki kalau nama baik itu dirusak.
2. Diikat menjadi satu oleh pelayanan semua
bagiannya.
Berarti, sehati sepikir, seia sekata, saling mengerti, saling menyelami,
menjiwai orang lain, mengerti kesusahan orang lain. Saya juga dituntut oleh
Tuhan dalam hal ini untuk terus mengerti orang lain. Maka, sebetulnya saya juga
sedang belajar terus untuk menyelami hati orang lain. Manakala sidang jemaat
dalam keadaan apapun, seringkali saya pantau: Berasnya bagaimana? Makannya bagaimana? Sudah tua, tetapi tetap
saya perhatikan juga. Ternyata, biar sudah tua juga harus diperhatikan, karena
satu dengan yang lain belum saling mengerti. Ayo, belajar untuk saling
mengerti.
Kalau tangan kiri
ini dicubit, pasti anggota tubuh yang lain merasa; ayo untuk saling
mengerti, saling memahami, saling merasakan satu dengan yang lain, seia sekata,
sehati sepikir, satu tujuan, satu visi, satu misi kita di dalam melayani Tuhan.
Zefanya
3:16-17
(3:16) Pada hari itu akan dikatakan kepada
Yerusalem: "Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah
lesu. (3:17) TUHAN Allahmu
ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia
bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya,
Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai,
Kita semua
dibaharui oleh karena kasih-Nya, dan ketika kita mengalami
pembaharuan, Ia bersukacita, bersorak-sorai. Jangan takut, jangan minder,
jangan letih lesu. Janganlah takut, hai
Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.
Ini adalah
kehidupan yang sudah mengalami pembaharuan, dibaharui oleh kasih Allah, maka di
situ ada sukacita, sorak-sorai sorgawi, dan itu akan kita alami juga selama
kita ada di bumi ini, baik dalam hidup, dalam ibadah, dalam pelayanan, dalam
nikah rumah tangga, semuanya akan mengalami sukacita. Tidak usah minder, tidak
usah putus asa.
Yakinkan,
pastikan diri, bahwa Tuhan kita telah berkemenangan di atas kayu salib. Karya
Allah terbesar, salib di Golgota, telah membaharui kehidupan kita, sebab Dia
sudah berkemenangan.
Efesus 4:25
(4:25) Karena itu buanglah dusta dan berkatalah
benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
Jangan
saling mendustai karena kita adalah sesama anggota. Jangan saling menyakiti
lahir batin, supaya kita ada damai sejahtera dalam nikah, dalam rumah tangga,
dalam hidup, dalam ibadah pelayanan.
Tidak boleh
saling mendustai, tidak boleh lagi berkata dusta karena kita adalah sesama
anggota tubuh. Kalau memang kita adalah sesama anggota tubuh, harus merasakan
apa yang dirasakan oleh orang lain.
Jangan hari
ini kita seperti menangis menangis, seperti meluap-luap emosinya, tetapi besok
terulang lagi. Mengaku dan berkata; “Saya
salah, minta maaf”, tetapi besok terulang lagi. Kembali lagi berkata; “Saya salah, minta maaf”, tetapi besok
diulangi lagi. Ini sudah tidak benar.
Ayo, jangan
lagi saling mendustai. Mengapa? Karena kita adalah sesama anggota tubuh. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment