KEBAKTIAN
NATAL PERSEKUTUAN: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) – SESI 2
SERANG,
28 DESEMBER 2019
Tema: SILSILAH LAHIRNYA YESUS KRISTUS
(Matius
1:1-5)
Subtema: BANGSA
KAFIR BERADA DI LADANG TUHAN.
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan
karena Tuhan dengan kemurahan yang besar memungkinkan kita untuk memasuki sesi
2 dalam Kebaktian Natal Pesekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT).
Biarlah kiranya Tuhan kembali menyatakan kasih dan kemurahan-Nya lewat
pembukaan firman pada sesi yang kedua ini.
Tadi malam telah disampaikan, bahwa bangsa kafir akhirnya
masuk dalam bilangan Tuhan, dan turut merasakan natal.
Kita ini bangsa kafir tetapi diijinkan Tuhan masuk
menjadi jemaah Tuhan, sebetulnya bangsa Moab bangsa kafir tidak dijinkan masuk
dalam jemaah Tuhan sampai keturunan yang kesepuluh bahkan sampai
selama-lamanya, tetapi kenyataannya kemurahan Tuhan luar biasa. Apa buktinya
kemurahan Tuhan luar biasa? Rut bangsa Moab ternyata diijinkan masuk dalam
jemaah Tuhan, tergantung bagaimana kita menyikapi rencana Tuhan ini.
Rut tidak surut keinginannya untuk terus menjadi bagian
jemaah Tuhan, sekalipun dia menghadapi ujian demi ujian silih berganti, bahkan
setelah Orpa kembali ke Moab dia pun kembali diuji dan dia mengalami desakan
yang begitu hebat. Tetapi dia tetap berpaut kepada Naomi, gambaran seorang ibu,
sedangkan ibu menunjuk gembala.
Dia tetap berpaut sampai akhirnya tiba di Betlehem dan
akhirnya mengalami suasana natal dan kita juga terus mengalami suasana natal.
Dalam kitab nabi Mikha
5, Yesus lahir di Betlehem menjadi Raja melepaskan umat Israel dari
penindasan. Kemudian ayat 3 tampil
sebagai gembala, berarti pemelihara jiwa kita masing-masing. Itulah natal.
Mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya
kiranya firman itu keluar, dengan lain kata, terjadi pembukaan rahasia firman;
tanda Tuhan mengasihi kita -- itu tanda yang pertama. Tanda yang kedua; Yesus
tampil sebagai Imam Besar di tengah ibadah ini melayani, bedoa, dan
memperdamaikan dosa kita masing-masing.
Kita kembali memperhatikan tema yang ada yaitu: SILSILAH LAHIRNYA YESUS KRISTUS.
Matiua 1:1-6
(1:1) Inilah silsilah Yesus
Kristus, anak Daud, anak Abraham. (1:2) Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub
memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, (1:3) Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres
memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, (1:4) Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason,
Nahason memperanakkan Salmon, (1:5)
Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed
memperanakkan Isai, (1:6) Isai
memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Dari Abraham sampai kepada Daud ada 14
keturunan.
Matius 1:17
(1:17) Jadi seluruhnya ada: empat
belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari
Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari
pembuangan ke Babel sampai Kristus.
Jadi seluruhnya ada 14 keturunan:
-
Dari
Abraham sampai Daud, 14 keturunan.
-
Dari
Daud sampai pembuangan ke Babel, juga 14 keturunan.
-
Dari
permbuangan ke Babel sampai kepada Yesus lahir, 14
keturunan.
Kembali saya nyatakan, ketika Adam jatuh dalam dosa dia
diusir dari taman Eden, bagaikan kita dilemparkan di bumi sekarang ini. Tetapi
puji Tuhan, 14 keturunan yang ketiga Kristus lahir untuk membebaskan bangsa
Israel dari perbudakan Babel.
Saudara pada sesi yang kedua ini, kita kembali melihat
pribadi RUT.
Tadi malam kita sudah melihat Rut yang notabennya bangsa
Moab (bangsa kafir).
Ciri dari bangsa Moab, bangsa kafir ada dua:
1.
Hidup
di dalam penyembahan berhala.
2.
Hidup
dalam kenajisan.
Karena Moab ini lahir dari perzinahan Lot
dengan puteri yang tertuanya, sehingga benih yang tertanam di rahim puteri Lot
yang tertua adalah benih yang disertai dengan kenajisan. Maka otomatis anak
yang dilahirkan pun akan hidup dalam kenajisannya.
Ini yang harus kita renungkan, kiranya kutuk
nenek moyang ini terpatahkan dalam kehidupan kita masing-masing.
Mari kita segera melihat pribadi RUT, langsung kita
mempelajari ...
Rut 1:19-21
(1:19) Dan berjalanlah keduanya
sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah
seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah
itu?" (1:20) Tetapi ia
berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku
Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.
(1:21) Dengan tangan yang penuh aku
pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah
kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku
dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."
Dan berjalanlah keduanya (Rut dan Naomi) sampai mereka
tiba di Betlehem.
Singkatnya, Rut
dan Naomi tiba di Betlehem. Betlehem, artinya: rumah roti, sebab Yesus lahir di Betlehem dan dibaringkan di
palungan. Sedangkan palungan adalah tempat makan minum domba-domba.
Pendeknya, Rut
telah mengalami natal.
Tetapi ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh
kota itu, wajar saja ini terjadi karena Naomi pernah meninggalkan Betlehem lalu
pergi ke daerah Moab, setelah kembali ke Betlehem gemparlah seluruh Betlehem.
Lalu perempuan-perempuan itu berkara: "Naomikah
itu?" Lalu sahut Naomi
kepada mereka: Janganlah sebutkan aku
Naomi; sebutkanlah aku Mara.” Mara, artinya: pahit. Berarti Naomi ini sedang mengalami hidup yang pahit.
Alasan yang pertama, Naomi menyebutkan dirinya Mara:
-
Sebab
Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadanya.
-
Dengan
tangan yang penuh ia pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan
dia.
Dari Betlehem Naomi bersama keluarga pergi ke
Moab membawa harta yang banyak. Tetapi pada akhirnya semuanya habis lenyap
termasuk kehilangan atau ditinggal mati sang suami Elimelekh dan kedua
puteranya Mahlon dan Kilyon yang telah memperisterikan orang Moab yakni Rut dan
Orpa.
Itu alasan yang pertama Naomi menyebut dirinya Mara.
Kemudian Naomi kembali berkata kepada perempuan-perempuan
di Betlehem: “Mengapakah kamu menyebutkan
aku Naomi.”
Alasan yang kedua, Naomi berkata demikian ialah:
-
Karena
TUHAN telah naik saksi menentang dia.
-
Dan
Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadanya.
Saudara perkataan Naomi di atas seolah-olah Naomi mempersalahkan Tuhan, tidak
terima dengan keputusan Tuhan sedangkan ia tidak mau koreksi dirinya di hadapan
Tuhan, seolah-olah keputusan Tuhan itu salah. Dia itu mudah sekali
mempersalahkan Tuhan, tetapi dia tidak mau mengoreksi diri.
Sesungguhnya kepahitan yang dialami oleh Naomi
penyebabnya tidak lain tidak bukan karena ia tidak memiliki ketekunan di dalam
menghadapi sengsara, yaitu kelaparan yang pernah terjadi di seluruh tanah
Israel, mereka meninggalkan Betlehem
pergi ke Moab, ia tidak bertekun dalam kesengsaraan, dia tidak bertekun di
dalam penderitaannya, tetapi justru dia pergi ke Moab.
Tetapi pada saat berada di Moab, sang suami Elimelekh
mati, Mahlon dan Kilyon dua putera yang terkasih juga mati setelah
memperisterikan orang-orang Moab.
Tetapi di atas tadi sudah kita lihat, dia begitu
mempersalahkan Tuhan tetapi dia tidak koreksi diri.
Tetapi bagi Rut itu merupakan pengalaman yang berharga
karena apa yang terjadi dan apa yang dialami oleh Naomi disaksikan langsung
oleh Rut. -- Pengalaman pahit Naomi betul-betul dilihat oleh mata telanjang
dari pada Rut dan pengalaman yang dialami oleh Naomi itu merupakan pengalaman
yang berharga bagi Rut.
Rut 1:13
(1:13) masakan kamu menanti sampai
mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami?
Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku
alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"
Naomi berkata kepada kedua menantunya, Rut dan Orpa: “Bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada
kamu?" Sebetulnya pernyataan inilah yang menjadi cikal bakal atau penyebabnya sehingga Orpa kembali ke Moab.
Ini juga merupakan pelajaran bagi saya, tentu juga bagi
kita semua hamba-hamba Tuhan, kalau kita menyampaikan firman, biarlah kiranya
kita menyampaikan firman itu dengan benar dan murni saja. Tidak usah
dicampur-campur dengan pengalaman-pengalaman pahit terhadap sidang jemaat yang
memberontak. Si A, si B, si C, dan lain sebagainya, justru itu nanti yang
membuat Orpa mundur dan kembali ke kekafirannya, menyembah berhala dan hidup
dalam kenajisan.
Tetapi sekalipun Orpa kembali kepada kekafiran, namun Rut tetap berpaut kepada Naomi.
Pendeknya, apa yang dialami oleh Naomi itu menjadi suatu
pelajaran, menjadi suatu guru yang berharga, menjadi suatu guru yang terbaik
terindah bagi Rut, karena pengalaman Naomi disaksikan betul oleh Rut -- Rut
melihat pengalaman itu.
Perlu untuk diketahui, kalau seseorang mau belajar dari
pengalaman pahit atau kekeliruannya di masa yang lalu, menunjukkan bahwa dia
adalah hamba Tuhan yang rendah hati.
Punya pengalaman, kekeliruan di masa lalu tetapi tidak
mau belajar, itu sombong. Tetapi
kalau mau belajar dari pengalaman pahit, tanda bahwa ia adalah seorang hamba
Tuhan yang rendah hati.
1 Petrus 5:5
(5:5) Demikian jugalah kamu, hai
orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu
semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
Orang-orang yang muda hendaknya harus tunduk kepada
orang-orang yang tua, sama seperti Rut tunduk kepada Naomi, orang tua, mertua.
Singkatnya, kita semua harus saling merendahkan diri antara seorang dengan yang lain.
Sebab, Allah
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati --
orang yang mau belajar dari pengalaman hidup pada waktu kekeliruannya.
Tuhan mengasihani hamba Tuhan yang rendah hati. Itulah
Rut, karena dia mau belajar dari pengalaman pahit.
Kalaupun ada sidang jemaat di sini melihat kekeliruan
masa lalu terhadap gembalanya tidak usah juga kita langsung menciut atau
mengundurkan diri dari kumpulan jemaat, justru itu menjadi pelajaran bagi kita.
Dan ketika kita mau belajar dari pengalaman yang pahit itu, itu merupakan tanda
kerendahan hati kita masing-masing.
1 Petrus 5:6
(5:6) Karena itu rendahkanlah
dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada
waktunya.
Oleh sebab itu marilah kita merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat.
Lewat Kebaktian Natal Persekutuan Pengajaran Pembangunan
Tabernakel (PPT) ini kita sedang berada di bawah tangan Tuhan yang kuat, sebab
itu jangan kita meninggi-ninggikan diri, supaya di tengah persekutuan dengan
Tuhan yang sekarang berlangsung ini tidak ada gejolak.
Kalau satu dengan yang lain suka meninggi-ninggikan diri
di bawah tangan Tuhan yang kuat disitu banyak sekali gejolak. Padahal kita
tidak mampu untuk meninggikan diri selama kita berada di bawah tangan Tuhan
yang kuat, tetapi karena kita mau coba-coba meninggikan diri gejolak pun
terjadi.
Puji Tuhan kita sekarang berada di bawah tangan Tuhan
yang kuat. Sebetulnya itu adalah persembahan setengah syikal.
Saya juga tidak boleh meninggikan diri, supaya tidak ada
gejolak antara satu dengan yang lain, antara sesama rekan kerja. Saya cukup
menghargai kehadiran rekan-rekan ku hamba Tuhan pada saat ini, jadi saya tidak
boleh meninggi-ninggikan diri di hadapan saudara.
Kalau saat ini saya berdiri di hadapan saudara, bukan
berarti saya lebih tinggi dari saudara, semua ada waktunya Tuhan, itu harus
kita ketahui, jangan kita meninggi-ninggikan diri supaya jangan ada gejolak.
Tujuan merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat: supaya kita ditinggikan oleh Tuhan pada
waktunya Tuhan, bukan
waktunya kita. Biar Tuhan tinggikan kita pada waktu Tuhan saja.
Matius 23:10-11
(23:10) Janganlah pula kamu disebut
pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. (23:11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia
menjadi pelayanmu.
Yang disebut dengan pemimpin sejati dan menjadi yang
terbesar adalah mau menjadi kecil
dan mau merendahkan dirinya di dalam hal
melayani di hadapan Tuhan. Itulah yang disebut PEMIMPIN SEJATI, dan
itulah YANG TERBESAR, sebab itu jangan kita meninggikan diri.
Matius 23:12
(23:12) Dan barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri,
ia akan ditinggikan.
Perlu untuk diketahui, barangsiapa meninggikan dirinya maka tentu ia akan direndahkan oleh
Tuhan.
Tempat yang paling rendah adalah berada di dalam api
neraka untuk selama-lamanya, binasa sampai selama-lamanya.
Sebaliknya barangsiapa
merendahkan dirinya maka ia ditinggikan oleh Tuhan.
Rekan-rekan hamba Tuhan, mari kita melayani Tuhan,
melayani pekerjaan Tuhan dengan segala kerendahan hati, tujuannya ialah; supaya ditinggikan
oleh Tuhan pada waktu-Nya.
Tetapi selanjutnya, kita harus tau dimana tempat yang
tinggi. Banyak orang yang berkata menyebut gunung yang satu, ada juga yang
menyebut di menara yang satu, tergantung dari sudut mana dia memandang tempat
yang tinggi itu.
Tetapi kalau MENURUT ALKITAB HANYA ADA DUA TEMPAT YANG
TINGGI:
Yang pertama.
Yesaya 2:2
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari
yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu
gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan
berduyun-duyun ke sana,
Jadi saudaraku tempat yang tinggi bahkan lebih tinggi
dari gunung-gunung yang lain, tidak lain tidak bukan adalah GUNUNG SION, saya dan saudara tidak
perlu ragu disitu.
Segala sesuatu ada waktunya, semuanya pasti tergenapi,
ini yang kita tunggu sekarang ini, biarlah Tuhan yang meninggikan kita pada
waktu-Nya (sesuai dengan waktu-Nya Tuhan), jangan kita tinggi-tinggikan diri.
Selanjutnya mari kita lihat penggenapan dari nubuatan Yesaya 2:2.
Wahyu 21:9-11
(21:9)
Maka
datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh
dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya:
"Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan,
mempelai Anak Domba." (21:10)
Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi
dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga,
dari Allah. (21:11) Kota itu
penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling
indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Gunung yang besar lagi tinggi tidak lain tidak bukan
itulah kota kudus Yerusalem baru
yang turun dari sorga dari Allah yakni pengantin perempuan, mempelai Anak
Domba.
Singkatnya, gunung
Sion adalah mempelai Tuhan -- gunung yang besar lagi tinggi.
Kemudian kalau kita melihat dari apa yang sudah dibaca
tadi, mempelai wanita Tuhan bercahaya
kemuliaan Allah sama seperti permata
yaspis, jernih seperti kristal.
Kristal,
artinya: transparan. Berarti luar
dalam sama, tampil apa adanya, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi, tidak ada lagi sesuatu yang bersifat rahasia
di hadapan Tuhan, semuanya tidak ada yang tersembunyi.
Itulah permata yaspis,-- permata yang paling indah.
Itu sebabnya mempelai wanita Tuhan bercahaya kemuliaan
Allah, sebab tidak ada yang ditutup-tutupi. Kalau kita masih menutupi satu
perkara antara suami dengan isteri pasti tidak bercahaya, tidak ada cahaya
kemuliaan di dalam nikah dan rumah tangga.
Tetapi kita lihat gunung yang besar lagi tinggi itulah
gunung Sion mempelai Tuhan sama seperti permata yaspis, permata yang paling
indah, jernih seperti kristal.
Kesimpulannya, permata yaspis adalah permata yang paling
indah, penuh dengan kemuliaan Allah. Berarti gunung Sion, gunung yang tinggi
itu berada dalam kemuliaan, itulah tempat yang tinggi yang pertama.
Biarlah kiranya nanti kita sampai di tempat yang tinggi,
biarlah nubuatan Yesaya 2:2 ini
tergenapi dan kitalah bagian dari penggenapan itu -- di tempat tinggi,
dipermuliakan.
Yang Kedua: BUKIT
GOLGOTA.
Bagaimana caranya untuk berada di bukit yang tinggi,
bukit Golgota?
Ibrani 13:11-12
(13:11) Karena tubuh
binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar
sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. (13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu
gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.
Yesus telah menderita di luar pintu gerbang, artinya:
Yesus telah meninggalkan sorga yang mulia, turun ke dunia untuk menanggung
penderitaan di atas kayu salib di bukit Golgota. Golgota itu bukan di
Yerusalem, melainkan di luar pintu gerbang Yerusalem.
Tujuan menderita di luar pintu gerbang ialah untuk menguduskan umat-Nya dengan
darah-Nya sendiri.
Maka bagaimana dengan kita??
Ibrani 13:13
(13:13) Karena itu marilah kita
pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.
Oleh sebab itu dari tempat ini saya menghimbau kita
semua, saya menghimbau himpunan persekutuan ini, untuk marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan bersama-sama
dengan-Nya menanggung kehinaan.
Untuk menderita bersama dengan Dia memang harus rela
meninggalkan perkemahan. Apa itu kemah? Yakni; Tubuh ini ataupun hidup ini, dengan
segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Pendeknya, harga
di dalam diri ini harus ditanggalkan lebih dahulu, supaya sama seperti Dia
menderita di luar pintu gerbang.
Kita sekarang hendak berada di tempat yang tinggi, kita
sama-sama belajar dari Firman Allah yang kita terima pada saat ini.
Imamat 16:27
(16:27)
Lembu
jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang darahnya telah dibawa
masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus, harus dibawa
keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan
kotorannya harus dibakar habis.
Lembu jantan dan kambing domba sebagai korban penghapus
dosa tadi harus dibawa ke luar perkemahan, maka kulitnya, dagingnya,
dan kotorannya harus dibakar habis di luar perkemahan.
Darahnya dijadikan untuk korban penghapus dosa untuk
mengadakan pendamaian, tetapi kulitnya, dagingnya, dan kotorannya harus dibawa
keluar perkemahan dan dibakar habis di luar perkemahan.
Secara khusus tiga hal yang harus dibakar di luar
perkemahan untuk menjadi sama dengan Dia, yang sudah meninggalkan sorga mulia
untuk rela menanggung penderitaan di atas kayu salib, di bukit Golgota. Itu
juga yang menjadi kerinduan kita untuk berada di tempat yang tinggi.
Secara khusus tiga hal yang harus dibakar di luar
pekemahan, antara lain:
1.
Kulitnya.
2.
Dagingnya.
3.
Kotorannya
Mari kita lihat penjelasan tiga hal di atas tersebut.
Tentang: KULIT.
Kulit,
menunjuk kepada: perasaan manusia,
itu juga harus dibakar habis. Mengapa perasaan ini harus dibakar habis? Sebab:
-
Perasaan
manusia akan membatasi hubungan kita dengan Tuhan.
-
Perasaaan
manusia tidak bisa melakukan kehendak Allah.
-
Perasaan
manusia tidak dapat menerima kemustahilan (sesuatu yang tidak mungkin) dari
Tuhan.
Maka perasaan ini harus dibakar di luar pekemahan, segala
harga yang ada di dalam diri harus dibakar, termasuk perasaan dibakar.
Supaya kita (satu dengan yang lain) bersatu jangan kita
pakai perasaan, segala harga di dalam diri harus dibakar supaya kita bersatu.
Bukankah tujuan kita datang untuk bersatu? Itu kerinduan Tuhan yang terbesar
supaya bersatu, sama seperti Anak dan Bapa adalah satu, sebab itu kita
sama-sama membakar perasaan yang salah.
Supaya kita menjadi satu ...
Filipi 2:5-8
(2:5)
Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, (2:7) melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Kayu salib itu gambaran dari mezbah korban bakaran,
perasaan itu harus dibakar sampai hangus di atas mezbah korban bakaran.
Mari kita menaruh perasaan yang sama, supaya juga
perasaan yang sama ini dibakar sampai hangus.
Yesus menyucikan Bait Allah, karena pada Yohanes 2:14-16 disitu rupanya Bait
Allah sudah menjadi tempat jual beli, roh dagang, roh jual beli. Biarlah
kiranya kita melayani dengan hati yang tulus, tidak ada kepentingan, tidak ada
pikiran untuk mencari keuntungan, tidak ada roh jual beli.
Di dalam Bait Allah, terdapat penjual kambing domba,
lembu sapi, merpati, artinya; menjual korban Kristus. Kemudian di dalam
Bait Allah juga ada meja-meja penukar uang, artinya; cinta uang.
Kemudian yang ketiga terdapat tempat duduk (kedudukan), yang berbicara
tentang harga diri, disitu juga ada. Sehingga Bait Allah menjadi tempat roh
jual beli, itu roh antikris atau sarang penyamun.
Yohanes 2:17
(2:17) Maka teringatlah
murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan Aku."
Cinta yang menghanguskan adalah pembangunan rumah Tuhan dalam tiga hari.
Mengapa Bait Allah ini bisa menjadi tempat roh jual beli?
Karena mereka membangun Bait Allah yang di Yerusalem itu selama 46 tahun.
46 tahun, itu menunjuk kepada: hukum Taurat, dibangun dengan sistem Taurat, sistem daging, sampai
akhirnya terjadi roh jual beli.
Tetapi untuk merombak ini, Yesus, Anak Allah harus mati
dan bangkit pada hari ke-3.
Biarlah kiranya perasaan-perasaan yang lama dihanguskan,
harga dalam diri ini dihanguskan, termasuk perasaan, pengertian yang salah
dihanguskan (dibakar habis).
Jadi rumah Tuhan yang dibangun selama 46 tahun itu
dirombak selama 3 hari.
46 tahun, itu menunjuk kepada: hukum Taurat.
3 hari, itu menunjuk kepada: pengalaman Yesus Kristus
dalam tanda kematian-Nya dan dalam kebangkitan-Nya.
Sekarang kita akan melihat ....
Tentang: DAGING.
Daging, itu menunjuk kepada: hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
Daging dengan tabiat-tabiat daging juga memang harus
dibakar.
Ada 15 tabiat daging di dalam Galatia 5:19-21, itu semua harus dibakar, tidak boleh tidak.
Roma 8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup
menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang
hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
Hidup
menurut daging memikirkan hal-hal yang dari daging, ia
tidak akan memikirkan hal-hal yang dari Roh yaitu perkara rohani, perkara di
atas, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan roh yang ada
di dalamnya.
Roma 8:6-7
(8:6) Karena keinginan daging
adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (8:7) Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah;
hal ini memang tidak mungkin baginya.
Hidup menurut daging menjadi seteru Allah (musuh Allah).
Sebab apabila seseorang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging
yang jahat, orang semacam ini tidak
takluk kepada hukum-hukum Allah, ia tidak taat kepada firman Tuhan.
Sehingga semuanya dipukul rata, sudah salah (melayani
menurut daging) tetap sama saja bagi dia, dia tidak merasa berdosa sekalipun ia
tidak taat kepada firman.
Roma 8:8
(8:8) Mereka yang hidup dalam
daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Singkatnya, hidup
menurut daging tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Ayat yang lain juga mengatakan, darah daging tidak
mewarisi kerajaan sorga.
Pendeknya, daging binatang yang dijadikan sebagai korban
penghapus dosa harus dibakar di luar perkemahan.
Tentang: KOTORAN.
Kotoran, sama dengan: sampah, ini juga harus dibakar di luar perkemahan.
Filipi 3:2-3
(3:2) Hati-hatilah terhadap
anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah
terhadap penyunat-penyunat yang palsu, (3:3)
karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah,
dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal
lahiriah.
Singkatnya, hati-hati terhadap hamba Tuhan yang palsu.
Tetapi yang harus kita perhatikan di sini ada tiga:
a.
Kitalah
orang yang bersunat.
Sunat, sama dengan: penanggalan akan tubuh
yang berdosa = tidak hidup menurut daging.
b.
Beribadah
oleh Roh Allah, bukan lagi beribadah karena kepentingan,
bukan lagi beribadah karena mencari hormat dan pujian dari orang lain
(manusia).
Saudaraku, tidak ada seorangpun yang
berkata-kata oleh Roh Allah dapat berkata: “Terkutuklah Yesus.” Dan
tidak ada seorangpun yang dapat mengaku “Yesuslah Tuhan” selain oleh Roh
Allah saja.
c.
Bermegah
dalam Kristus Yesus.
Biarlah kita bermegah dalam Kristus Yesus
saja, tidak perlu bermegah dengan yang ada ini. Memang yang ada ini harus
dibakar di luar perkemahan, segala harga yang ada di dalam diri memang harus
dibakar.
Bermegah dalam Kristus Yesus, berarti tidak
hidup di dalam hukum Taurat, sama dengan tidak bergantung kepada manusia dan kekuatannya
dengan segala yang ada pada dirinya.
d.
Tidak
menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
Bapa Pdt. Andre Latuharhari melayani di
Depok, baru-baru ini dapat berkat dari Tuhan, rumah baru. Harganya bukan 300
juta tetapi 3M tetapi jangan bermegah.
Asal ada makanan, minuman, pakaian cukuplah
-- kalau ibadah disertai rasa cukup diberkati.
Jangan menaruh percaya kepada hal-hal yang lahiriah,
kalau Rasul Paulus menaruh hal-hal yang lahiriah dia cukup punya alasan,
alasannya banyak. Dasar dia menaruh harap kepada yang lahiriah besar, banyak.
Sekarang ....
Filipi 3:4-5
(3:4) Sekalipun aku juga ada
alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain
menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (3:5) disunat pada hari kedelapan,
dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian
terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (3:6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran
dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
Jadi kelebihan-kelebihan Rasul Paulus sebelum dipanggil
Tuhan -- menerima jabatan Rasul:
1. Disunat
pada hari kedelapan.
2. Bangsa
Israel.
3. Suku
Benyamin.
4. Orang
Ibrani asli.
5. Tentang
pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi.
6.
Tentang
kegiatan aku penganiaya jemaat.
7.
Tentang
kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat, tidak
ada kurangnya.
Tetapi ...
Filipi 3:7-8
(3:7) Tetapi apa yang dahulu
merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (3:8) Malahan segala sesuatu
kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku,
lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan
semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
Tetapi oleh karena Kristus, Rasul Paulus telah melepaskan
semuanya itu dan menganggap semuanya itu sampah (kotoran) -- memang itu harus
dibakar di luar perkemahan.
Kalau dahulu saya seorang pegawai di tambang emas Tembaga
Pura, kemudian setelah jadi hamba Tuhan masih sempat ada panggilan dari tambang
emas NewMont di NTB. Sempat juga hati ini dalam keadaan susah, tidak ada
apa-apa, saya tanya bunda (orang tua saya) saya pikir ada solusi tetapi justru
menyuruh saya kerja karena gaji besar, saya bilang “tidak, saya tetap jadi
hamba Tuhan.” Semua yang ada ini adalah sampah (kotoran), harus dibakar di luar
perkemahan, tidak boleh dipertahankan lagi.
Semua harga yang ada di dalam diri harus dibakar di luar
perkemahan, supaya nanti kita berada di bukit Golgota.
Kepada mertua saya sampaikan tadi, khususnya kakak isteri
saya (karena memang dari suku cina), saya bilang harus beribadah, namun kakak
isteri saya menjawab ada kepentingan di Palembang, oh ya sudah.
Banyak orang tau yang baik, yang benar, yang suci, yang
mulia, tetapi orang tidak mau cari itu. Cari yang enak-enak, guyon-guyon, yang
lucu-lucu.
Belajar jujur terhadap Tuhan dan hati nurani. Ingat hati
nurani ini adalah alarm terakhir, kalau hati nurani tidak ada lagi sama seperti
rem blong, hantam sana hantam sini, melayani walaupun dengan cara yang salah
sama saja bagi dia.
Tetapi oleh karena Kristus, Rasul Paulus melepaskan
semuanya itu dan menganggapnya sampah (kotoran), tujuannya supaya ia memperoleh
Kristus, sebab mengenal Yesus Kristus
lebih mulia dari semua sampah (kotoran).
Sampah tidak sama dengan Yesus Kristus, Yesus Kristus
lebih mulia dari sampah (kotoran).
Jadi saudara hanya ada dua gunung yang tinggi yang
dicatat di dalam Alkitab yang melebihi gunung-gunung yang lain, yakni:
1.
Gunung
Sion.
2.
Bukit
Golgota.
Biarlah Tuhan tinggikan kita di tempat itu, tetapi tentu
sesuai dengan waktunya Tuhan saja.
Berada di gunung Sion berarti berada di dalam suasana kemuliaan. Jangan kaget, disisi
lain akan di perhadapkan dengan salib, tujuannya; supaya jangan menjadi
sombong.
Kita ada di bukit Golgota, namun dibaliknya Tuhan
nyatakan kemuliaan, supaya kita jangan putus harap kepada Tuhan.
Dibalik kemuliaan ada
salib supaya kita jangan sombong, dibalik salib ada kemuliaan supaya kita jangan putus harap kepada Tuhan,
ini dua gunung (bukit) yang tinggi melebihi gunung, melebihi bukit-bukit yang
tinggi. Biarlah kita ditinggikan oleh Tuhan, di tempat yang tinggi ini.
LANJUTAN ...
Pertama-tama kembali saya katakan puji syukur kepada
Tuhan karena Tuhan baik, Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk
memasuki sesi yang ketiga ini. Biarlah sesi yang ketiga ini kembali memberkati
setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi, sehingga kehadiran kita tidak
menjadi sia-sia.
Mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan, supaya
kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.
Segera kita kembali menikmati makanan rohani, kita
kembali memperhatikan pribadi RUT.
Rut 1:19-21
(1:19) Dan berjalanlah keduanya
sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem,
gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata:
"Naomikah itu?" (1:20)
Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah
aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit
kepadaku. (1:21) Dengan
tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN
memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena
TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan
malapetaka kepadaku."
Dan berjalanlah keduanya (Naomi dan Rut) sampai tiba di
Betlehem.
Betlehem, artinya: rumah
roti, sebab Yesus lahir di Betlehem dan dibaringkan di palungan, sedangkan
palungan adalah tempat makan minum domba-domba.
Pendeknya, Rut
mengalami natal -- bangsa kafir mengalami natal.
Tetapi ketika mereka masuk ke Betlehem, ternyata
gemparlah seluruh kota itu karena mereka teramat lebih karena Naomi, sudah 10
tahun lebih meninggalkan Betlehem, Efrata, tanah Yehuda itu. Namun begitu
mereka kembali memasuki Betlehem, gemparlah seluruh kota Betlehem. Selanjutnya
dalam suasana kegemparan yang terjadi
perempuan-perempuan Betlehem berkata dan bertanya: "Naomikah itu?"
Sahut Naomi kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara.”
Mara,
artinya: pahit, berarti Naomi ini
sedang mengalami hidup yang pahit.
Banyak hal yang pahit kita alami masing-masing di dalam
mengikuti Tuhan.
Kemudian alasan yang pertama, Naomi menyebutkan
dirinya Mara:
-
Sebab
Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.
-
Dengan
tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan
aku.
Dari Betlehem Naomi pergi ke Moab membawa
harta yang banyak, tetapi pada akhirnya semua habis lenyap, termasuk kehilangan
sang suami Elimelekh dan kedua putera yang dikasihinya Mahlon dan Kilyon yang
telah memperisterikan orang Moab, yakni Rut dan Orpa.
Kemudian Naomi kembali berkata kepada perempuan di
Betlehem: “Mengapakah kamu menyebutkan
aku Naomi?”
Adapun alasan yang kedua, Naomi berkata demikian
ialah:
-
Karena
Tuhan telah naik saksi menentang Dia.
-
Dan
Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadanya.
Sebetulnya perkataan di atas seolah-olah Naomi mempersalahkan Tuhan, Naomi tidak
terima dengan keputusan Tuhan sedangkan dia tidak mau koreksi diri, sebab
sesuatu tidak mungkin terjadi tanpa penyebab.
Tetapi di sini kita melihat, Naomi tidak mau koreksi
diri, tetapi dengan mudah sekali ia mempersalahkan Tuhan. Sesungguhnya
kepahitan yang dialami Naomi penyebabnya adalah ia tidak memiliki ketekunan di dalam menghadapi sengsara, di dalam
menghadapi kelaparan yang menimpa seluruh tanah Israel. Pada saat itulah ia
meninggalkan Betlehem Efrata bersama suami, keluarga, dua anak, mereka pergi ke
Moab.
Tetapi pada saat mereka berada di Moab bukan berkat yang
mereka terima, bukan pemulihan yang mereka terima, justru di situ ia kehilangan
sang suami Elimelekh dan kedua puteranya Mahlon dan Kilyon setelah sepuluh
tahun menetap disana, hilang, habis lenyap semuanya.
Tetapi kembali dengan tandas saya sampaikan pada
kesempatan kali ini, bagi Rut itu
merupakan pengalaman yang berharga. Mengapa? Karena apa yang terjadi dan
apa yang dialami oleh Naomi disaksikan oleh Rut itu sendiri.
Rut 1:13
(1:13) masakan kamu menanti sampai
mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami?
Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku
alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"
Sebetulnya soal kepahitan Naomi, dia sudah berkata kepada
menantunya Rut dan Orpa: “Bukankah
jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung
terhadap aku?"
Pernyataan inilah yang menjadi cikal bakal (penyebab)
sehingga Orpa kembali ke Moab, kembali kepada kekafiran, hidup dalam
penyembahan berhala dan kenajisan. Tetapi di sini kita melihat Rut tetap
berpaut kepada Naomi.
Pendeknya, apa yang dialami Naomi itu menjadi pelajaran,
menjadi guru yang baik dan terindah bagi Rut.
Perlu untuk diketahui, kalau seseorang mau belajar dari
pengalaman pahit atau kesalahan, kekeliruan pada masa-masa yang lalu
menunjukkan bahwa dia seorang pribadi yang selain rendah hati, ia adalah
seorang yang dewasa rohani.
Hanya orang yang dewasa rohani yang mau belajar dari
masa-masa kekeliruan, dan pada masa kebodohan.
Kemudian tingkat kedewasaan rohani seseorang dapat
dilihat dengan jelas menurut pengakuan dari Rasul Paulus sendiri.
1 Korintus 13:11
(13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku
berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir
seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku
meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Rasul Paulus berkata: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak
itu.”
Berarti kedewasaan itu bisa dilihat dari:
a.
Tutur
kata yang dewasa.
b.
Memiliki
perasaan yang dewasa.
c.
Berpikir
secara dewasa.
Ketika dia masih kanak-kanak, Rasul Paulus berkata-kata
seperti kanak-kanak, merasa seperti kanak-kanak, berpikir seperti kanak-kanak.
Tetapi sesudah menjadi dewasa ia meninggalkan sifat kanak-kanak dan itu bisa
dilihat tutur kata penuh dengan kedewasaan, perasaan yang dewasa, juga berpikir
secara dewasa.
Lebih terang kita melihat kedewasaan rohani ini di dalam
...
Kidung Agung 8:10
(8:10) -- Aku adalah suatu
tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya ketika itu aku
bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan.
Mempelai perempuan berkata: “Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara.” Kita
harus menarik ayat ini dalam hal yang rohani, jangan ditarik dalam hal yang
negatif.
Pengakuan ini menunjukkan kedewasaan mempelai perempuan, khususnya dalam hal firman Allah. Sebab buah dada tempat dimana bayi
memperoleh makanannya dan juga merupakan tempat dari perasaan-perasaan kasih
yang sangat mendalam.
Buah dada,
itu menunjuk kepada: dua loh batu
yang berisikan sepuluh hukum Allah atau firman Allah. Sedangkan inti dari
sepuluh hukum Allah hanya satu saja yaitu kasih
Allah yang sangat mendalam dan apabila kasih yang mendalam ini menyentuh
hati kita itulah kasih mempelai, maka pikiran dan perasaan kita akan membumbung
tinggi, naik menjumpai Dia di tempat yang tinggi, di sebelah kanan Allah yang
besar.
Pendeknya, firman
Allah berkuasa membawa kita berada di dalam penyembahan, bagaikan menara
yang tinggi. -- Sama halnya dalam kitab Imamat
24:5-7 di atas dua susun roti masing-masing terdiri dari enam ketul roti
dituangkan kemenyan tulen, artinya: firman Allah itulah yang membawa kehidupan
kita sampai kepada penyembahan, tidak ada yang lain.
Jadi saudara rupanya Rut ini juga dewasa rohani.
Keluaran 30:12-13
(30:12) "Apabila engkau
menghitung jumlah orang Israel pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah
mereka masing-masing mempersembahkan kepada TUHAN uang pendamaian karena nyawanya,
pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka
pada waktu pendaftarannya itu. (30:13)
Inilah yang harus dipersembahkan tiap-tiap orang yang akan termasuk orang-orang
yang terdaftar itu: setengah syikal, ditimbang menurut syikal kudus
-- syikal ini dua puluh gera beratnya --; setengah syikal itulah persembahan
khusus kepada TUHAN.
Untuk masuk dalam hitungan -- untuk masuk dalam bilangan
Tuhan -- di sini ada perintah: harus
mempersembahkan setengah syikal, ditimbang menurut syikal kudus, itulah syikal yang utuh, tidak berubah, tidak rusak
dan tidak dipengaruhi hal-hal yang tidak suci.
Singkatnya, setengah
syikal adalah merupakan persembahan khusus kepada Tuhan.
Pertanyaannya: SIAPAKAH KEHIDUPAN YANG MENGKHUSUSKAN DIRI
DI HADAPAN TUHAN?
Keluaran 30:14
(30:14) Setiap orang yang akan
termasuk orang-orang yang terdaftar itu, yang berumur dua puluh tahun ke
atas, haruslah mempersembahkan persembahan khusus itu kepada TUHAN.
Orang yang terdaftar, yang masuk dalam hitungan Tuhan
ternyata adalah orang-orang yang berumur
20 tahun ke atas.
Umur 20 tahun ke atas, artinya: dewasa secara rohani. Berarti kehidupan yang dewasa secara rohani
seperti Rut telah mengkhususkan dirinya kepada Tuhan, mempersembahkan setengah
syikal ditimbang menurut syikal kudus.
Dalam hal ini apakah Rut sudah cukup dewasa secara
rohani? Perlu dibuktikan, kita juga perlu membuktikan tingkat kedewasaan rohani
kita di hadapan Tuhan, ukurannya adalah firman Tuhan Yesus Kristus, bukan yang
lain-lain.
Mari kita membawa diri kepada Tuhan sebagai persembahan
khusus, dengan lain kata mengkhususkan diri di hadapan Tuhan. Kalau jadi hamba
Tuhan jadilah hamba Tuhan yang sungguh-sungguh, kalau seorang imam jadilah imam
(pelayan Tuhan) yang sungguh-sungguh, kalau pengikut Kristus jadilah pengikut
Kristus yang sungguh-sungguh, itulah yang disebut dewasa secara rohani.
Jadi jangan kita mengukur dengan pengertian sendiri,
banyak kali kita ini mengukur kedewasaan itu menurut pengertian, menurut
pengetahuan, menurut pemikiran kita.
Sebab itu saya punya kerinduan untuk membuatkan buku Wahyu 11:1-6, nanti di akhir ibadah itu
akan dibagikan. Semuanya terukur dengan rapih dengan ukuran firman Yesus
Kristus.
Apakah memang Rut ini sudah cukup dewasa mengkhususkan
diri kepada Tuhan?
Rut 2:2-3
(2:2) Maka Rut, perempuan Moab
itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut
bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan
sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." (2:3) Pergilah ia, lalu sampai di
ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di
tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.
Rut berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di
belakang orang yang murah hati kepadaku." Sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." Rut minta
doa restu kepada Naomi dan Naomi pun memberi restu kepada Rut.
Yang pasti sikap
ini sudah menunjukkan bahwa Rut sudah dewasa secara rohani, sebab dia
seorang yang aktif, tidak pasif, dia bukan pemalas. Seorang pelayan Tuhan
(hamba Tuhan) harus aktif tidak boleh pasif, harus ada aksi dan akselerasi,
kegiatan sampai kepada percepatan, itulah pergerakan di hadapan takhta kasih
karunia -- kalau kita perhatikan Wahyu 4,
bagaikan kilat memancar.
Imamat 19:1-2
(19:1) TUHAN berfirman kepada
Musa: (19:2) "Berbicaralah
kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu,
sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.
Untuk hidup kudus sama seperti Dia dalam kekudusan ada
hal yang harus diperhatikan.
Imamat 19:9-10
(19:9) Pada waktu kamu menuai
hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya,
dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. (19:10) Juga sisa-sisa buah anggurmu
janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun
anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan
bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
Hal-hal yang harus diketahui di dalam hal menuai hasil
tanah:
1.
Janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya,
2.
Janganlah
kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu
3.
Sisa-sisa
buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya
4.
Janganlah
kaupungut tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi
orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
Ayat-ayat inilah yang menjadi dasar bagi Rut untuk
memungut jelai gandum di ladang Boas, jadi ayat ini dimanfaatkan oleh Rut
menunjukkan bahwa dia sudah dewasa rohani. Kalau dewasa tidak boleh pasif,
sebaliknya harus aktif.
Rut sangat mengerti ayat ini karena ia pernah menjadi
isteri dari pada Mahlon, pengertian yang dia terima dari Mahlon ia lakukan,
inilah ayat-ayat yang menjadi dasar bagi Rut sehingga ia berada di ladang Boas.
Di atas tadi saya sudah sampaikan tanda seorang perempuan
dewasa itu dilihat dari buah dadanya, itu menunjuk kepada dua loh batu, isinya
10 hukum Allah. Intinya hanya satu yaitu kasih yang mendalam.
Kalau kita disentuh oleh kasih yang mendalam ini kita
akan serasa terangkat, membumbung tinggi, sampai naik terangkat menjangkau
pribadi Dia yang berada di tempat yang tinggi, di sebelah kanan Allah yang Maha
Besar, bagaikan dupa yang berbau harum (doa penyembahan) seperti menara Tuhan
yang tinggi di hadapan Tuhan.
Imamat 23:22
(23:22) Pada waktu kamu menuai
hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan
janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu
harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN,
Allahmu."
Ketentuan sesuai dengan firman Tuhan saat menuai hasil di
ladang:
1.
Janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya
2.
Janganlah
kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, karena semuanya itu harus
kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing.
Bukankah Rut ini orang asing? Ayat inilah yang
dimanfaatkan oleh Rut.
Jadi memang betul-betul dia sudah cukup dewasa, terkhusus
di dalam hal firman Tuhan. Dia seorang yang aktif, tidak pasif.
Oleh sebab itu maka segera kita kembali memperhatikan ...
Rut 2:4-8
(2:4) Lalu datanglah Boas dari
Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: "TUHAN kiranya
menyertai kamu." Jawab mereka kepadanya: "TUHAN kiranya memberkati
tuan!" (2:5) Lalu kata Boas
kepada bujangnya yang mengawasi penyabit-penyabit itu: "Dari manakah
perempuan ini?" (2:6) Bujang
yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: "Dia adalah seorang
perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab. (2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah
kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini
di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi
sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti." (2:8) Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah
dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang
lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat
pengerja-pengerjaku perempuan.
Setelah mendapat informasi yang lengkap dari hamba yang
mengawasi penyabit-penyabit di ladang Boas, selanjutnya Boas berkata kepada
Rut: "Dengarlah dahulu, anakku!
Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga
engkau pergi dari sini.”
Kalau kita bekerja di ladang Tuhan, kita diawasi oleh Roh
Tuhan, maka kita jangan main-main dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Boas mendapat informasi dengan lengkap mengenai Rut, dari
mana ia mendapat informasi yang lengkap mengenai Rut? Dari hamba yang mengawasi
penyabit-penyabit yang mengawasi di ladang Boas. Jadi Roh Tuhan itu mengetahui
segala sesuatu dan ia akan memberitahu segala sesuatu isi hati kita ini di
hadapan Tuhan di dalam hal bekerja di ladang Tuhan. Karena Tuhan mengerti dengan secara lengkap keadaan seorang pekerja
di hadapan Tuhan, maka Boas berkata kepada Rut: “Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah
juga engkau pergi dari sini.”
Kalau kita sudah dipanggil Tuhan, sekarang berada di
ladang Tuhan, bekerja di ladang Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan, ayo kita
lanjut melayani Tuhan, jangan kita pergi dari situ.
Kalau sudah berada di ladang Tuhan jangan membawa diri ke
ladang-ladang yang lain. Sekali melayani tetap melayani Tuhan, jangan bawa diri
ke ladang lain.
Amsal 24:30-34
(24:30) Aku melalui ladang seorang
pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. (24:31) Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya
tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. (24:32) Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan
menarik suatu pelajaran. (24:33)
"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar
lagi untuk tinggal berbaring," (24:34)
maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti
orang yang bersenjata.
Jangan kita bawa diri ke ladang si pemalas, ladang si pemalas hanya ditumbuhi onak dan duri, itu menyakiti hati Tuhan dan menyakiti hati orang lain.
Kalau hati ini sudah ditumbuhi onak dan duri suami
tersakiti, isteri tersakiti, orang tua tersakiti, mertua tersakiti, menantu
tersakiti, setiap orang yang ada disekitar tersakiti.
Kita lihat si pemalas: Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar
lagi untuk tinggal berbaring," itu saja.
Dalam ayat yang lain si pemalas itu sama seperti engsel
yang berputar-putar disekitar situ saja, jadi zona dari si pemalas itu hanya
diseputar tempat tidur saja, seperti engsel. Akhirnya menimbulkan kemiskinan dan kekurangan.
Saya selalu mohon kemurahan Tuhan, biar Roh Tuhan selalu
menguatkan saya, menolong saya untuk berada di kegiatan roh ini, jangan sampai
saya malas supaya jangan menimbulkan kemiskinan dan kekurangan.
Hamba Tuhan butuh pembukaan firman untuk disampaikan,
jangan sampai miskin pembukaan. Inilah doa saya, supaya senantiasa Tuhan tolong
saya, jangan sampai timbul kemiskinan dan kekurangan, baik saya maupun sidang
jemaat.
Kemudian ....
Amsal 24:34
(24:34) maka datanglah
kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang
bersenjata.
Jadi kemiskinan ini membuat kita dalam keadaan ketakutan,
karena kemiskinan seperti seorang penyerbu.
Apalagi kalau sudah tiba waktu pembayaran SPP anak, juga
untuk biaya hidup, yaitu; pembayaran ini dan itu.
Kekurangan seperti orang yang
bersenjata – berarti; selalu berada dalam ancaman-ancaman saja. Oleh sebab itu
sekali berada di ladang Tuhan, tetap di ladang Tuhan, jangan bawa diri ke
ladang si pemalas, supaya jangan timbul onak dan duri, yakni; kemiskinan dan
kekurangan, itu menyakiti, menusuk hati.
Kemudian kita lihat ladang yang lain itulah ladang dunia.
Jangan kita juga membawa diri ke ladang dunia, karena
ladang dunia ini juga menimbulkan dua perkara:
I.
Markus
4:7, 18-19
(4:7) Sebagian lagi jatuh di
tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati,
sehingga ia tidak berbuah. (4:18)
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar
firman itu, (4:19) lalu
kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal
yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Kalau
kita membawa diri ke ladang dunia akan menimbulkan kekuatiran, biar kita sudah dengar firman Tuhan tetapi kuatir dan
kuatir. Pendeknya, kekuatiran menghimpit firman Tuhan, sehingga firman Tuhan tidak berkembang dan tidak berbuah.
Jangan
kita bawa diri ke ladang dunia, karena hanya menimbulkan kekuatiran. Biar kita
sudah dengar firman Tuhan, tetapi kekayaan dan tipu daya menghimpit Firman itu
akhirnya firman itu tidak berkembang.
Dahulu
sebelum saya menjadi hamba Tuhan saya penuh denga kekuatiran, tentang bagaimana
masa depan saya Tuhan? Bagaimana hidup saya Tuhan? Bagaimana ini dan itu? Penuh
dengan kekhawatiran, waktu di ladang dunia. Namun setelah di ladang Tuhan,
bahkan sebelum sidang jemaat ada, namun saya yakin sekali Tuhan pasti pelihara
hidup saya, sekali di ladang Tuhan tetap di ladang Tuhan, jangan pernah mundur.
Sekalipun jemaat hanya satu saja tetap di ladang Tuhan jangan pergi ke ladang
dunia, itu menimbulkan kekhawatiran, menghimpit Firman Tuhan.
II. Kejadian 3:17-19
(3:17) Lalu firman-Nya kepada
manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan
dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya,
maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari
rezekimu dari tanah seumur hidupmu: (3:18)
semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan
di padang akan menjadi makananmu; (3:19)
dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi
menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau
akan kembali menjadi debu."
Kalau
kita membawa diri ke ladang dunia akan menimbulkan ketidaktaatan. Kalau semak duri dan rumput duri itu tumbuh, itu
karena ketidaktaatan kepada firman, sebab Adam lebih mendengar isterinya dari
pada firman, itulah ladang dunia menghasilkan ketidaktaatan.
Tidak
ada orang dunia taat kepada firman, biar dia bicara lemah lembut seperti rendah
hati, tidak ada orang dunia taat kepada firman. Sebab itu jangan kita membawa
diri ke ladang dunia.
Sidang
jemaat yang belum melayani tetap di ladang Tuhan, imam-imam yang sudah melayani
Tuhan tetap di ladang Tuhan, jangan kita membawa diri lagi kepada ladang si
pemalas dan jangan membawa diri ke ladang dunia, karena hanya menghasilkan onak
dan duri.
Kita kembali membaca ...
Rut 2:8
(2:8) Sesudah itu berkatalah Boas
kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut
jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi
tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.
Selanjutnya Boas berkata kepada Rut: Tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku
perempuan.
Hal ini berbicara soal persekutuan, kalau kita sudah di ladang Tuhan harus ada persekutuan
dengan yang lain sama seperti Rut harus dekat dengan pengerja-pengerja yang
lain.
Dan ini memang suatu pelajaran yang harus kita ikuti,
kalau sudah di ladang Tuhan harus ada persekutuan.
Kebaktian natal pesekutuan semacam ini, adalah suatu
kesempatan bagi kita untuk bersekutu antara yang satu dengan yang lain. Sebab
kita berada di ladang Tuhan, tujuannya untuk bersekutu dengan hamba-hamba Tuhan
yang lain.
Langkah berikutnya di ladang Tuhan, ada persekutuan
dengan hamba-hamba Tuhan yang lain, bersekutu dengan pekerja-pekerja di ladang
Tuhan.
Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan
diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa
orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Jangan kita menjauhkan
diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, ini
jelas berbicara tentang persekutuan, sedangkan wadahnya adalah ibadah -- berada di ladang Tuhan --.
1 Tesalonika 2:3-6
(2:3) Sebab nasihat kami tidak
lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai
tipu daya. (2:4) Sebaliknya,
karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami,
karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk
menyukakan Allah yang menguji hati kita. (2:5)
Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak
pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi -- (2:6) juga tidak pernah kami mencari
pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun
kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
Wadah persekutuan adalah ibadah, sedangkan di dalam
ibadah ada nasihat firman Allah.
Nasihat yang benar adalah:
1.
Tidak
lahir dari kesesatan.
2.
Tidak
dari maksud yang tidak murni.
3.
Juga
tidak disertai tipu daya.
4.
Bukan
untuk menyukakan manusia atau mencari pujian dari manusia.
5.
Tidak
pernah bermulut manis.
6.
Tidak
pernah mempunyai maksud loba (serakah).
7.
Juga
tidak pernah kami mencari pujian dari manusia.
Inilah nasihat firman Tuhan kalau kita berada di dalam
persekutuan yang baik dan benar.
Saudara saya harus jujur mengakui di hadapan Tuhan,
sebetulnya saya ingin melanjutkan apa yang sudah saya terima dari Tuhan, saya
harus jujur saya tidak dimungkinkan untuk melanjutkan apa yang sudah saya catat
di sini. Tetapi saya kira saudaraku kita sudah mendapat sedikit tadi penguraian
di atas, kalau kita belajar dari kekeliruan di masa lalu, itu menunjukkan bahwa
ia seorang hamba Tuhan yang dewasa secara rohani.
Kehidupan yang dewasa rohani, dia mempersembahkan
setengah syikal, itu merupakan persembahan khusus seperti Rut mengkhususkan diri di hadapan
Tuhan, dia berada di ladang Tuhan.
Kalau kita sudah berada di ladang Tuhan, jangan lagi
berada di ladang yang lain.
Dan saat ini kita berada di dalam persekutuan, wadahnya
adalah ibadah, disitu ada nasihat-nasihat firman Tuhan.
Kiranya firman yang singkat
ini cukup memberkati kita. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment