IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 04 MEI 2021
KITAB
KOLOSE
(Seri:141)
Subtema:
DOMBA TANPA GEMBALA
Selamat
malam, salam sejahtera bagi kita semua; salam di dalam kasih-Nya TUHAN kita,
Yesus Kristus.
Oleh
karena kasih dan kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk berada di
tengah-tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan.
Dan
saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat
TUHAN yang dengan segala kerelaan tekun untuk memberikan dirinya digembalakan
oleh GPT “BETANIA” Serang dan
Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook, baik anak TUHAN di dalam negeri, maupun di luar
negeri, di mana pun anda berada; kiranya TUHAN memberkati kita malam ini. Selanjutnya,
biarlah ada suatu persekutuan yang baik, persekutuan yang indah di antara kita.
Mari
kita mohonkan dalam doa kita masing-masing, supaya kiranya TUHAN dengan
kemurahan-Nya membukakan Firman-Nya bagi kita, dan Firman yang dibukakan itu
betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah
Doa Penyembahan, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di
Kolose 3, dengan perikop: “Hubungan antara anggota-anggota rumah tangga.”
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya. Yesus
Kristus adalah Suami dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih
sayang, bahkan gereja TUHAN dijadikan isteri dalam kesetiaan.
Kemudian, pada ayat 19 ini juga dikatakan: Sikap dari seorang
suami di dalam hal mengasihi isterinya ialah janganlah berlaku kasar
terhadap dia (isterinya).
Hal ini kita hubungkan
dengan 1 Petrus 3,
dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri.”
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga
kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu. Berarti,
seorang suami yang tidak berlaku kasar = Suami yang bijaksana.
Mulai dari sekarang perhatikanlah Firman Allah yang
disampaikan dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah yang kita ikuti, supaya
dengan Firman Allah yang kita terima, kita semua menjadi orang yang berakal
budi, menjadi orang yang bijaksana.
Orang-orang muda, laki-laki, pemuda-pemuda juga
penting untuk memperhatikan Firman Allah supaya engkau menjadi orang yang
berakal budi, supaya engkau menjadi orang yang bijaksana, sehingga manakala
engkau masuk dalam pemberkatan yang suci, maka engkau sudah diperlengkapi dalam
hal perbuatan-perbuatan yang baik terhadap isterimu kelak.
Berkaitan dengan hal yang bijaksana, sejenak kita perhatikan Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3)
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala,
dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti
bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang bijaksana bercahaya
seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Adapun tugas dari orang
yang bijaksana ialah menuntun banyak
orang kepada kebenaran. Demikian juga dengan seorang suami yang bijaksana,
maka ia akan menuntun isterinya, ia akan menuntun seisi rumahnya dalam seluruh kebenaran.
Bijaksanalah, sehingga
perkataan itu pun nanti akan menuntun banyak orang; kalau dia adalah seorang
suami, maka dia akan menuntun seisi rumah dalam kebenaran. Kalau tidak, biar
pun anak diam, tetapi anak juga bisa menilai kekurangan orang tua, karena anak sudah
penuh dengan Firman Allah. Ingat; yang ada ini semua karena Firman, dan kalau
kita diberkati, maka berkat apa pun itu harus kembali kepada Firman.
CONTOH ORANG YANG
BIJAKSANA.
1 Korintus 10:14-15
(10:14)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!
(10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai
orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
Saudara-saudaraku
yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! Berhala itu artinya segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN.
-
Kalau meninggalkan ibadah karena pekerjaan, itu berhala.
-
Meninggalkan ibadah, meninggalkan TUHAN, membelakangi TUHAN karena
kesibukan, karena uang, harta, kekayaan, bisnis, perkara lahiriah, semuanya itu
disebut berhala.
-
Segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN, itu adalah berhala, termasuk
kekerasan di hati, itu adalah berhala.
Oleh sebab itu, jauhilah
penyembahan berhala, jangan mendekat ke situ.
Singkat kata: Sebagai
seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus menghimbau sidang jemaat di
Korintus agar mereka menjauhkan diri dari penyembahan berhala.
1 Korintus 10:16-17
(10:16)
Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan
dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan
dengan tubuh Kristus? (10:17)
Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh,
karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
Perlu untuk diketahui: Berada
di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang dihubungkan dengan salib,
menunjukkan bahwa kita bersekutu dengan darah salib Kristus.
Kemudian, menikmati roti
yang dipecah-pecahkan, yakni Firman yang dibukakan, adalah persekutuan antara
anggota-anggota tubuh Kristus; sekalipun anggota-anggotanya banyak, namun kita
adalah satu tubuh, sama seperti roti adalah satu. Itulah pribadi Yesus yang
sudah memberikan diri-Nya dipecahkan di atas kayu salib, sehingga terjadilah pembukaan
rahasia Firman.
1 Korintus 10:18
(10:18) Perhatikanlah
bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang
dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?
Orang-orang yang mendapat bagian dalam pelayanan
mezbah -- imam-imam, hamba-hamba TUHAN yang diberi kesempatan untuk melayani
TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah -- dipelihara langsung oleh
TUHAN, sesuai dengan Imamat 7:6,15.
1 Korintus 10:14
(10:14)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!
Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, sidang jemaat
sebagai kawanan domba Allah yang saya kasihi, jauhilah
penyembahan berhala! Jangan mendekat
dengan berhala, apapun jenisnya.
Namun, kita akan melihat
apa yang dimaksud Rasul Paulus dengan berkata: Jauhilah penyembahan berhala? Kita akan melihat jawabannya pada ayat 19-20.
1 Korintus 10:19-20
(10:19)
Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah
sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang
kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada
roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu
dengan roh-roh jahat.
Apakah yang
kumaksudkan dengan perkataan itu? Apa yang
dimaksud oleh Rasul Paulus dengan perkataannya pada ayat 14? Bahwa persembahan
berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Bukan! Bukan soal “berhala.” Yang dimaksud oleh Rasul
Paulus adalah bahwa persembahan dari bangsa Israel itu adalah persembahan
kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Jadi, sebagai seorang yang
bijaksana, dengan tegas Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus: “Jauhilah penyembahan berhala!”
Maksudnya di sini ialah jemaat
di Korintus jangan lagi bersekutu dengan roh-roh jahat, sama seperti bangsa Israel bersekutu dengan roh-roh jahat,
selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, sekalipun mereka menjadi barisan
yang dipimpin oleh Musa, atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada
Allah; namun sesungguhnya, persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh
jahat, bukan kepada TUHAN.
Bayangkan, berada di tengah
ibadah, berada di tengah pelayanan, tetapi apapun yang mereka persembahkan
ternyata (rupa-rupanya), semuanya itu kepada roh-roh jahat.
"Segala
sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna.
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu
membangun. Saudara harus ketahui hal ini.
Itulah sebabnya, segala
sesuatu yang diperbuat, kalau sifatnya tidak berguna, kalau sifatnya tidak
membangun, sekalipun berada dalam barisan TUHAN, sekalipun nampaknya datang
beribadah menghadap TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan, namun kenyataannya, segala
persembahan yang mereka persembahkan, ternyata semua persembahan itu diserahkan
kepada roh-roh jahat. Jangan sampai kita mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh bangsa Israel selama 40 (empat puluh)
tahun di padang gurun, dan itulah yang dituntut oleh Rasul Paulus terhadap
sidang jemaat di Korintus, supaya segala perintisan-perintisan, segala jemaat
yang dia rintis (dia buka), termasuk di wilayah Asia Kecil -- itulah sidang
jemaat di Korintus, yang dia rintis sendiri --, jangan sampai sidang jemaat ini
juga sama seperti yang dialami oleh bangsa Israel di padang gurun.
Saya juga merindu, supaya
penggembalaan yang oleh karena kemurahan TUHAN ini sudah dirintis dari sejak tahun
2003, lalu terwujudnya penggembalaan dalam bentuk gereja tahun 2011 -- walaupun
kita masih menumpang (menyewa) --, saya merindu; jangan sampai persembahan kita
adalah persembahan kepada roh-roh jahat.
1 Korintus 10:21
(10:21)
Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh
jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan
juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Oleh sebab itu, kita tidak
boleh bersekutu dengan TUHAN, namun dalam kesempatan yang lain bersekutu dengan
roh-roh jahat.
-
Kita datang menghadap TUHAN, berada di
tengah-tengah ibadah pelayanan yang dihubungkan dengan salib = persekutuan
dengan darah salib.
-
Kemudian, menikmati pembukaan rahasia Firman =
persekutuan dengan tubuh Kristus, karena roti adalah satu. Maka, sekalipun kita
banyak, namun kita semua adalah satu tubuh.
Selanjutnya, marilah kita
melihat PERSEKUTUAN BANGSA ISRAEL DENGAN ROH-ROH JAHAT yang dimaksud oleh Rasul
Paulus.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini
telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan
kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7)
dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti
beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa
itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8)
Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh
beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga
ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti
yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut
ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang
dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh
malaikat maut.
Bangsa Israel bersekutu dengan roh-roh jahat selama 40
(empat puluh tahun) di padang gurun, antara lain;
1.
Pada
ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada
ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada
ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada
ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada
ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
Malam ini kita masih mengikuti penjelasan dari hal
yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Peristiwa “bangsa Israel
menyembah berhala” ditulis dengan lengkap di dalam kitab Musa yang kedua, yakni
Keluaran 32:1-35, dengan judul: “Anak lembu emas.”
Kemudian, Kitab Keluaran 32 menurut pembagiannya:
A.
Ayat 1-6 tentang lembu
emas.
B.
Ayat 7-14 tentang murka
Allah kepada bangsa Israel.
C.
Ayat 15-20 tentang 2 (dua)
loh batu yang dipecahkan.
D.
Ayat 21-29 tentang Musa
marah kepada Harun, abangnya.
E.
Ayat 30-35 tentang Musa
berdoa untuk bangsa Israel.
Kita masih memperhatikan tentang bagian A:
PENJELASAN KELUARAN 32:1-6
Keluaran 32:1-6
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa
mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni
Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan
berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar
dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." (32:2)
Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas
yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah
semuanya kepadaku." (32:3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan
anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (32:4)
Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan
dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka:
"Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah
Mesir!" (32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di
depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi
TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah
bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Bangsa Israel membuat
patung anak lembu emas. Hal ini menunjukkan bahwasanya bangsa Israel tidak
setia kepada Allah yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir dan
Firaun.
Kalau seseorang hidup dalam
penyembahan berhala, hal ini menunjukkan bahwa dia tidak setia kepada TUHAN =
Membelakangi TUHAN. Orang yang tidak setia kepada TUHAN adalah orang yang membelakangi
TUHAN.
Mazmur 18:26-28
(18:26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku
setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (18:27)
terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang
bengkok Engkau berlaku belat-belit. (18:28) Karena Engkaulah yang
menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak
Kaurendahkan.
Kita harus hidup dengan
setia, hidup dengan tidak bercela dan hidup suci di hadapan TUHAN. Mengapa
harus hidup demikian? Sebab TUHAN-lah yang membebaskan dan menyelamatkan bangsa
Israel dari penindasan Mesir dan Firaun.
Oleh karena itulah, kita
harus hidup dengan setia, tidak bercela dan hidup suci di hadapan TUHAN, karena
TUHAN-lah sebenarnya yang membebaskan dan menyelamatkan kita dari perbudakan
dunia dan Setan.
Kemudian, di sini kita
perhatikan: “Tetapi terhadap
orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.”
Terhadap yang bengkok atau yang
hatinya tidak lurus karena tidak setia, maka terhadap orang semacam ini, Allah
berlaku belat-belit; doa tidak terkabulkan, harapan tidak terkabulkan, kerinduan
tidak terkabulkan, sama artinya; Sorga hanyalah impian.
PEMICU TERJADINYA ANAK
LEMBU EMAS.
Keluaran 32:1
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa
mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni
Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan
berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar
dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
Bangsa itu melihat bahwa
Musa mengundur-undurkan turun dari gunung Sinai, maka oleh sebab itu, berkatalah
bangsa itu kepada Harun: “Orang yang telah
memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi
dengan dia.”
Pendeknya: Pemicu terjadinya
anak lembu emas adalah Musa, sang pemimpin bangsa Israel, tidak tinggal
bersama-sama bangsa itu, sebab Allah memerintahkan supaya Musa naik ke atas
gunung Sinai, sehubungan dengan 2 (dua) loh batu yang berisikan 10 (sepuluh)
hukum Allah.
Seorang pemimpin dalam
sebuah penggembalaan disebutlah gembala. Maka, apabila gembala, sang pemimpin, tidak
tinggal bersama-sama kawanan domba, maka domba-domba akan tercerai-berai; itu
sudah pasti.
Padahal sebetulnya, ketika Musa
menghadap TUHAN di atas gunung TUHAN, dia telah meninggalkan Harun dan Hur,
sehingga ketika ada problematik di tengah-tengah sidang jemaat yang besar itu,
maka bangsa itu tinggal menghadap Harun dan Hur, ditambah lagi tua-tua yang
diangkat oleh Musa sendiri.
Tetapi rupa-rupanya,
apabila gembala sidang, apabila sang pemimpin tidak tinggal bersama-sama dengan
domba-domba, maka domba-domba akan tercerai-berai. Dan itu sudah tergenapi,
walaupun banyak orang merasa diri hebat; dan itu sudah tergenapi 2021 tahun
yang lalu.
Seorang gembala atau sang
pemimpin tidak boleh lama-lama meninggalkan kawanan domba; bahaya. Saya masih
ingat: Waktu awal pandemi Covid-19, kita beribadah lewat live streaming, tidak tatap muka, selama 3 (tiga) bulan. Dan 3 (tiga) bulan itu
betul-betul seperti binatang buas semua. Setelah 3 (tiga) bulan berlalu, kita
ada dalam pertemuan ibadah, lalu saya melihat wajah-wajah persis seperti
binatang buas; tetapi hanya saya yang bisa melihat itu; tetapi puji TUHAN,
TUHAN kumpulkan kita kembali di tempat ini. Tidak boleh ada orang yang merasa
diri hebat.
Kita mundur untuk kembali
melihat suasana yang terjadi pada saat itu, di dalam Injil Matius 26.
Matius 26:30-32
(26:30) Sesudah menyanyikan nyanyian pujian,
pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun. (26:31) Maka
berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang
imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan
domba itu akan tercerai-berai. (26:32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit,
Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: “Malam ini kamu
semua akan tergoncang imanmu karena Aku”, sebab Yesus akan menggenapi apa yang tertulis, yaitu Yesus akan mati
dan terbunuh di atas kayu salib, dan pada hari ketiga Dia akan bangkit.
Sekarang, kita akan melihat
respon murid-murid setelah Yesus sang Gembala, Sang Pemimpin, menyatakan hal
itu kepada murid-murid. Bagaimana respon saudara setelah Yesus mengatakan ini
sebagai Gembala, Sang Pemimpin? Apakah respon saudara akan sama seperti respon
Simon Petrus?
Matius 26:33
(26:33) Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka
semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak."
Petrus menjawab: "Biarpun mereka semua tergoncang
imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak."
Perkataan ini menunjukkan
bahwasanya Petrus merasa diri kuat, menunjukkan bahwa Petrus merasa diri hebat,
bahkan Petrus merasa diri mampu bertahan tanpa seorang Gembala (tanpa seorang pemimpin).
Sebetulnya, ini merupakan
kesombongan yang tidak disadari Simon Petrus. Kesombongan semacam ini tanpa
kita sadari sering bersembunyi di bagian hati yang paling dalam; sadar atau
tidak sadar. Apalagi orang yang merasa diri punya harta, punya kedudukan yang
tinggi, jabatan yang tinggi; sadar atau tidak sadar, orang semacam ini merasa
diri hebat, merasa diri kuat, merasa diri mampu tanpa seorang Gembala, sang
Pemimpin, itulah gambaran dari gereja Petrus.
Matius 26:34-35
(26:34) Yesus berkata kepadanya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali." (26:35) Kata Petrus kepada-Nya:
"Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal
Engkau." Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.
Setelah mendengarkan respon
(jawaban) dari Simon Petrus, kemudian Yesus berkata untuk yang kedua kalinya
kepada Simon Petrus: "Sesungguhnya
malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
Namun, lihatlah jawaban
Petrus kepada Yesus: "Sekalipun
aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau", menunjukkan bahwasanya Simon Petrus adalah orang yang keras
hati. Orang yang keras hati suka ngeyel; orang yang ngeyel adalah orang yang keras hati, seperti Simon Petrus yang tidak percaya.
TUHAN itu Maha Tahu; jadi, sebelum
terjadi, sebelum dialami oleh Simon Petrus, TUHAN sudah terlebih dahulu bicara.
Saya seringkali bicara seperti itu kepada sidang jemaat; sebelum terjadi, saya
sudah bicara.
Sungguh-sungguh,
beribadah dengan tekun, sebelum malapetaka terjadi; ada maksud saya bicara seperti itu kepada salah satu sidang jemaat,
karena penting bagi dia 3 (tiga) macam ibadah itu. Demikian juga kepada salah
seorang jemaat yang lain, saya sudah bilang: Engkau
yang benar atau perkataan saya yang benar; tetapi kalau engkau lanjutkan
keinginanmu itu, engkau lama-lama akan lupa diri. Seperti itulah Yesus bicara kepada Petrus.
Untuk pernyataan Yesus yang
kedua kali kepada Simon Petrus, jawab Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama
Engkau, aku takkan menyangkal Engkau”,
menunjukkan bahwasanya Simon Petrus adalah orang yang keras hati. Kalau suka ngeyel pasti keras hati; dan orang yang keras hati, pasti suka ngeyel, tidak percaya kepada TUHAN.
Pendeknya: Mempertahankan
kebenaran diri sendiri = Keras hati. Ini adalah penyembahan berhala.
Sekarang, kita akan
melihat; apakah perkataan TUHAN Yesus yang benar, atau apakah perkataan Simon
Petrus yang benar?
Matius 24:69-74
(26:69) Sementara itu Petrus duduk di luar di
halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya:
"Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." (26:70)
Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku
tidak tahu, apa yang engkau maksud." (26:71) Ketika ia pergi ke
pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang
yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret
itu." (26:72) Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah:
"Aku tidak kenal orang itu." (26:73) Tidak lama
kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata:
"Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari
bahasamu." (26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah:
"Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah
ayam.
Simon Petrus yang dulunya
merasa hebat, kuat dan merasa mampu bertahan tanpa Gembala, sang pemimpin,
ternyata, eh ternyata, ketika ia dicobai, ternyata ia menyangkal Yesus sebanyak tiga
kali. Bayangkan, yang dahulu merasa diri hebat, kuat, merasa diri mampu bertahan
tanpa Gembala, sang pemimpin, ternyata ketika dicobai, ia justru menyangkal
Yesus sebanyak tiga kali.
Pendeknya; yang benar
adalah perkataan Yesus, bukan perkataan manusia. Pikiran, perasaan manusia
daging sifatnya sementara; yang benar adalah Firman Allah. Percayalah kepada
Firman; jangan bergantung kepada pemikiran manusia daging, perasaan manusia
daging, bergantung kepada Firman saja. Dan saya pun belajar (bicara) sesuai
dengan Firman yang saya terima, disertai dengan pengalaman-pengalaman selama 20
(dua puluh) tahun ini melayani TUHAN.
Pada penyangkalan YANG
PERTAMA, Petrus berkata: “Aku tidak
tahu apa yang engkau maksud.”
Artinya; sudah tahu tetapi
pura-pura tidak tahu. Hal ini seringkali terjadi, kita alami; sudah tahu tetapi
pura-pura tidak tahu. Orang yang semacam ini jelas menunjuk orang yang punya
mata, tetapi tidak melihat; punya telinga, tetapi tidak mendengar.
Kiranya TUHAN memberkati
kedua bola mata kita semua, sehingga mata betul-betul melihat pekerjaan TUHAN
yang ada di depan mata. Kiranya sepasang telinga ini juga diberkati oleh TUHAN,
sehingga mendengar apa yang TUHAN mau.
Pada penyangkalan YANG
KEDUA, Petrus berkata: “Aku tidak
kenal orang itu.”
Menunjukkan bahwasanya
Simon Petrus ini adalah orang yang keras hati, sebab sebetulnya Simon Petrus ini
adalah 1 (satu) dari 12 (dua belas) murid yang senantiasa bersama-sama dengan Yesus
Kristus, TUHAN dan Guru, sehingga selama 3.5 (tiga setengah) tahun bersama
dengan TUHAN, dia mengalami banyak hal bersama dengan TUHAN. Tetapi pada
penyangkalan yang kedua, dia berani berkata: “Aku
tidak kenal dia”, itu keras hati namanya.
Dia sudah merasakan
kebaikan, kemurahan, pertolongan TUHAN, tetapi masih tetap berkata: “Aku tidak kenal Dia”, itu keras hati namanya. Ketika dia tenggelam, siapa yang menolong? Ya, TUHAN. Sebelum dia kenal TUHAN, siapa yang memperkenalkan TUHAN kepada
Petrus? Ya, TUHAN juga, karena ketika Yesus berjalan di atas air, dia melihat Yesus
“hantu”, tetapi Yesus berkata: Aku ini
TUHAN-mu, Gurumu.
Tetapi ketika pada
penyangkalan yang kedua, Simon Petrus berani berkata: “aku tidak kenal Dia”, ini sungguh luar biasa. Yang memberi kedudukan jabatan tinggi kepada
Petrus adalah TUHAN. Tetapi kepada yang memberikan jabatan itu, justru dia
berkata: “aku tidak kenal
Dia”. Inilah orang yang keras hati.
Seorang hamba TUHAN itu
kedudukannya sangat tinggi sekali, apalagi jabatan "rasul", tetapi
kepada yang memberikan jabatan yang sangat tinggi, kedudukan yang sangat
tinggi, Simon Petrus berani menyangkal dan berkata: “aku tidak kenal Dia”. Sadar, tidak sadar, kekerasan hati semacam ini pun seringkali
terjadi dalam hidup kita masing-masing; seringkali meniadakan TUHAN, padahal
Dia yang memberkati kita semua.
Pada penyangkalan YANG
KETIGA, Petrus kembali berkata: “Aku tidak
kenal orang itu”, namun diawali dengan berkata "mengutuk"
dan "bersumpah."
“Mengutuk”, menunjukkan bahwasanya; darah yang mengalir di dalam tubuh Simon
Petrus bercampur baur atau dicemari dengan dosa kutuk nenek moyang, yang
disebut juga dengan dosa warisan. Kutuk nenek moyang itu belum terputus, maka
terlihat dari ucapan-ucapan. Kalau manusianya dikuasai oleh binatang buas,
pasti terlihat dari ucapannya, dia tidak jauh dari ucapan-ucapan binatang buas
juga.
“Bersumpah”, menunjukkan bahwasanya; Simon Petrus masih hidup di bawah hukum
Taurat. Kalau orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat, untuk menegaskan
sebuah perkara, maka dia harus mengangkat sumpah di hadapan sesamanya; tetapi
setelah hukum Taurat digenapi di atas kayu salib, kalau kita perhatikan Matius 5:37, di situ dikatakan: Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika
tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari
si jahat. Jadi, tidak usah pakai sumpah.
Intinya: Simon Petrus ini keras
hati.
TUHAN sudah memberitahukan
bahwa Dia akan menggenapi apa yang tertulis, dan oleh karena itu, murid-murid
akan ditinggalkan oleh-Nya sesaat lamanya, 3 (tiga) hari lamanya, dan mereka akan mengalami
goncangan iman -- iman mereka akan digoncang dan tercerai-berai --, tetapi
Simon Petrus merasa diri hebat. Melihat situasi kondisi Simon Petrus yang sedemikian rupa,
TUHAN Yesus kembali berkata: “sebelum
ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali”, namun Simon Petrus tetap berkata: “Aku rela
mati bersama dengan Engkau”, itu kan kekerasan di hati. Oleh sebab itu, kalau kita perhatikan 1 Samuel 15 ...
1 Samuel 15:22-23
(15:22) Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN
itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada
mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada
korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan
kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau
telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Samuel berkata: “Apakah TUHAN itu
berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada
mendengarkan suara TUHAN?” Apakah
pengorbanan derajatnya sama dengan dengar-dengaran?
-
Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan .... Mendengarkan itu jauh lebih baik, dari pada korban Sembelihan, dari
pada korban yang banyak; dengar-dengaran itu jauh lebih baik.
-
Memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan ... Memperhatikan firman TUHAN itu lebih baik dari pada lemak domba-domba
jantan. Apa itu lemak? Itulah orang yang menaikkan puji-pujian yang sampai
menari-nari. Jadi, memperhatikan itu
derajatnya lebih tinggi dari pada seseorang menaikkan puji-pujian disertai
menari-menari.
Sebab pendurhakaan
adalah sama seperti dosa bertenung ... Pendurhakaan, pemberontakan setara dengan dosa bertenung, mencari
petunjuk kepada arwah-arwah. Horoskop, kepada dukun, peramal-peramal, itu
adalah tenung; masa depannya ditanya kepada horoskop, kepada kartu, kepada
dukun, paranormal, dan lain sebagainya. Sekali lagi saya sampaikan: Pendurhakaan
setara dengan dosa bertenung -- walaupun saudara tidak bertenung --.
... Dan kedegilan
adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Kedegilan atau kekerasan di hati setara dengan dosa menyembah berhala,
sekalipun kita tidak mendirikan terafim atau arca atau patung di rumah
masing-masing.
Itulah kondisi rohani Simon
Petrus; dua kali TUHAN menegur lewat firman-Nya, tetapi kedua-duanya ditepis.
-
Tepisan pertama; menganggap diri hebat, kuat, mampu
bertahan.
-
Tepisan yang kedua, jelas itu adalah kekerasan di
hati.
Kita bersyukur, karena
TUHAN Yesus adalah Gembala yang baik, Sang Pemimpin sejati; Dia tidak
tinggalkan kita sendirian.
Mari, dalam keadaan kondisi
semacam itu, lanjut kita lihat dalam Injil Yohanes
21, dengan perikop: “Yesus
menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias.” Sebetulnya, ini adalah penampakkan Yesus yang ketiga kalinya.
Yohanes 21:1-3
(21:1) Kemudian Yesus menampakkan diri lagi
kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai
berikut. (21:2) Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut
Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang
murid-Nya yang lain. (21:3) Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku
pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan
engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka
tidak menangkap apa-apa.
Kemudian Yesus
menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya ... Kata “lagi” di sini, menunjukkan bahwa ini adalah penampakkan Yesus untuk
yang ketiga kalinya.
Kata Simon Petrus
kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Simon Petrus ini yang memprakarsai, dia merasa diri tua. “Kamu mau ikut tidak? Kalau tidak, saya
pukul, saya jitak kepalamu”, itulah kalau
sudah merasa diri “tua”, dan itulah yang mempengaruhi murid-murid yang lain.
Kata Simon Petrus
kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Perkataan ini menunjukkan bahwa Simon Petrus kembali kepada habitat
lama sebagai penjala ikan. Inilah yang terjadi ketika Yesus tidak bersama-sama
dengan murid-murid, Simon Petrus kembali
kepada tabiat yang lama.
Bersyukurlah karena kita sudah
tergembala, kalau tidak, Simon Petrus saja bisa kembali ke tabiat lama, apalagi
saya? Siapa yang lebih hebat; saya atau Simon Petrus? Kalau Simon Petrus saja
bisa kembali ke tabiat lama, apalagi saya kalau tidak tergembala. Jangan pernah
merasa diri hebat, kuat; jangan pernah merasa mampu bertahan tanpa gembala,
Sang Pemimpin, itu adalah pemikiran yang bodoh.
Kata mereka
kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Inilah pengaruh jelek dari gereja tua yang tidak mau bertobat; dampak
negatifnya besar kepada orang lain. Hal ini harus dipahami, apalagi
pelayan-pelayan TUHAN, engkau adalah pemimpin di dalam rumah TUHAN. Dari
sikapmu, solah tingkahmu, itu cukup mempengaruhi sidang jemaat; jangan sampai
hidup rohanimu sama seperti Simon Petrus, demikian juga saya.
Singkat kata: Sampai pada
akhirnya, Simon Petrus kembali kepada hidup lama sebagai penjala ikan, namun
dalam keadaan gagal, tidak dapat mendapat apa-apa dan terhilang.
Inilah orang yang menyangkali
TUHAN Yesus Kristus; orang yang dahulunya merasa diri hebat, kuat dan mampu
bertahan, akhirnya menyangkali Yesus sebanyak 3 (tiga) kali sebelum ayam
berkokok, sampai menjadi suatu kehidupan yang gagal dan terhilang. Kembali
kepada hidup lama, itu hilang, kemudian gagal juga; tidak mampu apa-apa, tidak
dapat menangkap apa-apa, dan terhilang.
Kita bandingkan peristiwa
yang sama di dalam Injil Matius 26 tadi, dengan Injil Lukas 22:27-34,37-38, dengan perikop: “Percakapan
waktu perjamuan malam.” Jadi, Injil Matius 26 sama dengan Injil Lukas 22.
Lukas 22:27-34,37-38
(22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang
duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi
Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. (22:28) Kamulah
yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku
alami. (22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu,
sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30) bahwa kamu akan makan
dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di
atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. (22:31) Simon,
Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (22:32)
tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan
engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." (22:33)
Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama
dengan Engkau!" (22:34) Tetapi Yesus berkata: "Aku berkata
kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali
menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku." (22:37) Sebab Aku berkata
kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung
di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku
sedang digenapi." (22:38) Kata mereka: "Tuhan, ini dua
pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
Inti dari apa yang sudah
dibaca: Yesus tampil sebagai Imam Besar Agung.
Adapun tugas dari Imam
Besar Agung:
1. Melayani, sesuai dengan ayat 27: tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu
sebagai pelayan.
2. Berdoa, sesuai dengan ayat 32: tetapi Aku telah
berdoa untuk engkau.
3. Memperdamaikan dosa manusia di atas kayu salib, sesuai dengan ayat 37: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak.
Tujuan dari 3 (tiga) hal di
atas:
Tujuan PELAYANAN Yesus,
Imam Besar:
Lukas 22:27-29
(22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang
duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi
Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. (22:28) Kamulah
yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku
alami. (22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu,
sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30) bahwa kamu akan makan
dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di
atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Tujuannya adalah supaya
ibadah kita di bumi ini sampai pada puncaknya, yaitu doa penyembahan.
Syaratnya; bertahan dalam
segala pencobaan. Selama kita beribadah di atas muka bumi ini, bertahanlah
dalam segala pencobaan, itulah yang TUHAN minta.
Itulah tujuan dari
pelayanan Yesus, yaitu supaya ibadah kita di bumi ini sampai berada pada
puncaknya, yaitu doa penyembahan, dengan syarat; bertahan dalam segala
pencobaan. Jangan sampai baru menganggur satu tahun langsung uring-uringan,
bersungut-sungut, dan lain sebagainya. Kemudian, karena satu dan lain hal
sebagai ujian, akhirnya meninggalkan TUHAN, meninggalkan ibadah, meninggalkan
pelayanan; namun ibadah semacam ini tidak akan memuncak sampai doa penyembahan.
TUHAN mau kita bertahan
dalam segala pencobaan di dalam hal mengikuti dan mengiringi TUHAN, supaya nanti
ibadah kita berada pada puncaknya, yakni doa penyembahan.
Tujuan DOA SYAFAAT Yesus,
Imam Besar:
Lukas 22:31-32
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut
untuk menampi kamu seperti gandum, (22:32) tetapi Aku telah berdoa
untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau
sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Tujuannya adalah supaya iman kita jangan gugur.
Itulah tujuan doa syafaat
Yesus kepada Bapa, yaitu supaya iman kita jangan gugur, sebab memang, TUHAN mau
di tengah-tengah kita dalam pengirikan ini, biarlah kita lepas dari segala
tabiat daging, dan akhirnya menjadi gandum yang dikumpulkan.
Ayat 31 dikatakan: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut
untuk menampi kamu seperti gandum.” Dalam pengirikan ini, kita mau dibebaskan dari
sekam daging, sehingga sekam akan dibakar dan kita semua menjadi gandum yang
dikumpulkan dalam lumbung sorga; itulah yang TUHAN mau.
Terlebih dahulu kita
perhatikan Wahyu 6, dengan perikop:
“Keenam meterai pertama dibuka.” Ada 7 (tujuh) meterai, tetapi ada 6 (enam) meterai pertama yang
terlebih dahulu dibuka, sehingga nyata semua apa yang akan terjadi nanti.
Wahyu 6:12-13
(6:12) Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu
membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat
dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi
merah seluruhnya bagaikan darah. (6:13) Dan bintang-bintang di
langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya
yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.
Maka aku melihat,
ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah
gempa bumi yang dahsyat, bumi akan digoncang
dengan dahsyatnya, sehingga oleh karena goncangan yang dahsyat itu.
1. Matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut. Ini berbicara tentang; kasih sudah semakin dingin, sehingga persoalan semakin bertambah-tambah, sulit untuk diuraikan, bagaikan karung rambut.
2. Bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. Ini akan dialami
oleh orang-orang yang tidak menghargai
korban Kristus;
tetapi biarlah keadaan kita seperti mempelai TUHAN, yang berdiri di atas bulan, berdiri di atas korban
Kristus, supaya tidak ada darah yang tertumpah-tumpah.
3. Bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi. Orang-orang yang ditinggikan, itulah hamba-hamba TUHAN yang diurapi akan berjatuhan ke atas bumi, bagaikan pohon ara menggugurkan
buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang oleh angin yang kencang.
Suatu kali nanti, ujian
akan terjadi oleh goncangan angin yang kencang dari pengajaran-pengajaran palsu
dari guru-guru palsu di hari-hari terakhir ini, sampai menggugurkan iman;
bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang
oleh angin yang kencang.
Setahu saya, buah kalau
masih mentah susah untuk berguguran sekalipun digoncang angin, tetapi di sini
kita melihat; bintang-bintang di
langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya
yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang. Dan itu akan terjadi lewat ajaran-ajaran palsu oleh guru-guru palsu
dengan segala kelicikan mereka.
Tetapi kita patut
bersyukur, Imam Besar Agung, Gembala Agung, Sang Pemimpin yang Agung, menaikkan
syafaat-Nya supaya iman kita jangan berguguran.
Lukas 22:31
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut
untuk menampi kamu seperti gandum,
Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi sekalipun demikian, Yesus sebagai Imam Besar Agung, sebagai
Gembala Agung, Sang Pemimpin yang sejati sudah menaikkan syafaatnya kepada
Simon Petrus. TUHAN Yesus juga sudah menaikkan syafaatnya kepada kita semua,
supaya iman kita masing-masing jangan gugur.
Pekerjaan Setan adalah
menuduh, mendakwa, menghakimi, tetapi sekalipun demikian, Yesus telah menaikkan
syafaatnya supaya iman kita semua jangan gugur.
Tujuan Yesus MEMPERDAMAIKAN
DOSA:
Lukas 22:37-38
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas
Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara
pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang
digenapi." (22:38) Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang."
Jawab-Nya: "Sudah cukup."
Sebab Aku berkata
kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku ... Firman yang dituliskan oleh para nabi di dalam kitab suci akan
digenapi oleh Yesus Kristus, Dia akan mengerjakan penebusan dan pendamaian dosa di atas kayu salib.
Ia akan terhitung
di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang
digenapi. Itu adalah penebusan dan pendamaian yang
dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib.
Kata mereka, kata murid-murid:
"Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup." TUHAN memberi kekuatan yang luar biasa kepada kita semua, itulah tujuan
pendamaian.
Tidak ada kekuatan yang
lebih besar dari pada kekuatan dari darah salib Kristus yang sudah memperdamaikan
dosa kita, sekalipun diperlengkapi dengan 2 (dua) pedang pada 2 (dua) tangan
kita masing-masing, tetapi “sudah cukup”, sebab darah salib Kristus, darah
pendamaian lebih berkuasa dari perlengkapan senjata apapun yang memperlengkapi
seorang tentara.
Biar seseorang
diperlengkapi dengan senjata mutahir di atas muka bumi ini, tetapi tidak akan
bisa diperdamaikan; bangsa akan bangkit melawan bangsa, kerajaan bangkit
melawan kerajaan, masing-masing berlomba-lomba dengan menggunakan perlengkapan
senjata mereka yang mutahir. Rudal, bom sudah dipersiapkan, tetapi tidak cukup
kuat untuk memperdamaikan dosa manusia, tidak akan membuat manusia menjadi damai
di atas bumi ini, tidak cukup lebih hebat dari korban darah pendamaian.
Jadi, jangan kita
mengandalkan apa-apa. Biarlah kita semua berdamai dengan TUHAN, karena kita
menjunjung tinggi darah pendamaian yang sudah dicurahkan di atas kayu salib.
Siapa yang bisa membuat
antara suami dan isteri berdamai? Siapa yang bisa membuat antara bangsa dengan
bangsa berdamai? Justru sebaliknya, ketika satu bangsa semakin diperlengkapi
dengan senjata mutahir, di situlah terjadi peristiwa-peristiwa, sehingga dunia
ini pada akhirnya akan hancur, tetapi darah Yesus Kristus adalah darah
pendamaian, yang lebih berkuasa dari segala perlengkapan-perlengkapan senjata
apapun di atas muka bumi ini.
Jadi, sudah sangat jelas;
-
Tujuan Yesus melayani
kita, tujuannya adalah supaya ibadah kita memuncak sampai doa penyembahan,
di mana syaratnya adalah bertahanlah dalam segala pencobaan.
-
Tujuan Yesus menaikkan
syafaatnya adalah supaya iman kita jangan gugur.
-
Tujuan Yesus memperdamaikan
dosa kita adalah supaya kita menjadi suatu kehidupan yang kuat, tidak kalah
dengan dosa yang memisahkan kita dari kasih Kristus. Haleluya.. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment