IBADAH
KAUM MUDA REMAJA, 01 MEI 2021
STUDY
YUSUF
(Seri:
231)
Subtema: KAIN HALUS (JUBAH
KEBESARAN)
Selamat
malam. Biarlah kiranya sejahtera dan bahagia memerintah di dalam Ibadah Kaum
Muda Remaja, dan kehidupan kita masing-masing.
Saya
tidak lupa menyapa kaum muda remaja, umat TUHAN yang tekun memberikan dirinya
untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan
Cilegon, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook , baik
dalam negeri maupun luar negeri. Selanjutnya, biarlah kiranya ada suatu
persekutuan yang baik, persekutuan yang indah di antara kita.
Dan
marilah kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya firman
yang dibukakan bagi kita malam ini menjangkau setiap kehidupan kita pribadi
lepas pribadi, sehingga pertolongan dan jawaban atas doa kita nyata bagi kita,
sampai kita nanti betul-betul diberkati (dipulihkan) oleh TUHAN.
Segera
kita sambut STUDY YUSUF sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda
Remaja, di dalam Kejadian 41, dengan perikop: “Yusuf di Mesir sebagai
penguasa”, atau sebagai kepala pemerintahan. Istilah dahulu disebut
mangkunegara; istilah sekarang disebut perdana menteri. Kepala pemerintahan
yang bersifat mangkunegara atau perdana menteri, berarti sifatnya kerajaan.
Kejadian
41:41-42
(41:41)
Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik
engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir." (41:42)
Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan
mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari
pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya.
Yusuf
dilantik menjadi kepala pemerintahan atau menjadi kuasa atas seluruh tanah
Mesir.
Kemudian,
di sini kita juga melihat, ada 3 (tiga) hal dikaruniakan sebagai tanda
kemuliaan kepada Yusuf, yaitu:
1.
Cincin meterai.
2.
Pakaian dari kain halus.
3.
Kalung emas.
Selanjutnya,
marilah kita mengikuti penjelasan dari 3 (tiga) hal di atas.
Pada
minggu yang lalu, kita sudah menerima berkat dari TUHAN, yaitu menerima
penjelasan tentang “cincin meterai”. Cincin meterai itulah stempel raja,
yang terukir pada cincin itu sendiri. Pada minggu yang lalu telah disampaikan
dengan rapi; kiranya kita semua diberkati oleh TUHAN Yesus Kristus.
Malam
ini kita akan menerima penjelasan tentang: PAKAIAN DARI KAIN HALUS.
Pakaian
dari kain halus disebut juga dengan lenan halus à Kebesaran Yusuf.
Sebenarnya,
apa yang dialami oleh Yusuf ini, itu merupakan sebuah gambaran, itu merupakan
sebuah bayangan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang,
tepatnya pada saat Allah melantik raja-Nya di atas gunung Sion, dan kita juga
akan menerima jubah kebesaran itu, dan itu dituliskan dengan jelas dalam kitab Wahyu 19:6-9.
Wahyu
19:6
(19:6) Lalu aku
mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau
air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
Singkatnya:
Ayat 6 ini berbicara tentang kemenangan dan kelepasan.
Mengapa
saya katakan ayat 6 ini berbicara tentang kemenangan dan kelepasan? Sebab di
sini kita melihat, pada ayat 6 ini, suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat. Jadi, jelas ayat 6
ini berbicara tentang kemenangan dan kelepasan, dan pada saat itulah TUHAN
Allah kita Yang Mahakuasa telah menjadi Raja.
Inilah
hari yang dinanti-nantikan, hari yang ditunggu-tunggu oleh sidang mempelai
TUHAN, pada saat Allah kita Yang Mahakuasa telah menjadi Raja. Ini adalah hari
yang ditunggu-tunggu, ini adalah hari yang dinanti-nantikan oleh sidang
mempelai TUHAN.
Lalu,
kita bergerak maju untuk melihat ayat 7.
Wahyu
19:7
(19:7) Marilah
kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari
perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Kemudian,
ayat 7 ini berbicara tentang gunung Sion, yakni pengantin perempuan mempelai
Anak Domba, sebab pada ayat 7 ini dikatakan: “karena hari perkawinan Anak
Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia”. Hal ini sama
dengan Kejadian 41:41-42.
Kemudian,
lanjut kita membaca ayat 8.
Wahyu
19:8
(19:8) Dan
kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
Pada
ayat 8 ini, kepada mempelai perempuan itu dikaruniakan supaya memakai kain
lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih, jelas ini menunjuk
kepada; pakaian kebesaran.
Jadi,
antara Kejadian 41:41-42 sama dengan
Wahyu 19:6-8,
-
Ayat 6 tadi berbicara
tentang kemenangan dan kelepasan, sebab pada ayat 6 itu dikatakan: “Suara
himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang
hebat”,
artinya, terjadi suatu guncangan; bagi dunia itu merupakan hukuman, tetapi bagi
sidang mempelai ini adalah kemenangan dan kelepasan atas dunia ini.
-
Sedangkan ayat 7 berbicara tentang gunung
Sion, yakni pengantin perempuan mempelai Anak Domba, sebab pada ayat 7 ini
dikatakan: “Karena hari perkawinan Anak Domba telah
tiba, dan pengantin-Nya -- itulah gunung Sion -- telah siap
sedia.”
-
Lalu, pada ayat 8, kepada mempelai
perempuan -- pengantin perempuan mempelai Anak Domba -- dikaruniakan supaya
memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih, jelas ini
menunjuk kepada; pakaian kebesaran (jubah kebesaran), karena mempelai
perempuan mengenakannya pada saat Yesus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria
Sorga.
Wahyu
19:8
(19:8) Dan
kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan
dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan
yang benar dari orang-orang kudus.]
Lenan
halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus. Orang-orang
kudus perbuatannya pasti benar.
Untuk
mengenal LENAN HALUS -- itulah pakaian dari lenan halus -- lebih dalam lagi, maka
tentu saja Wahyu 19:6-8 ini akan kita
bandingkan dengan Wahyu 14:1-5,
dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya.”
Wahyu
14:1-4
(14:1)
Dan
aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama
dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis
nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Pada
ayat 1, Anak Domba berdiri di bukit
Sion bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang
telah dimeteraikan oleh Allah sebagai milik kepunyaan-Nya. Yang dimaksud dengan
meterai Allah ialah di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Singkat
kata: 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan
oleh Allah adalah inti mempelai yang datang dari 12 (dua belas) suku Israel,
sesuai dengan Wahyu 7:3-8, katanya:
"Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami
memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" Dan aku mendengar
jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah
dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.
Jadi,
yang menjadi milik kepunyaan Allah terlebih dahulu diberi meterai pada dahi
mereka; sama juga dengan Wahyu 14:1
ini yang dimaksud dengan meterai Allah ialah di dahi mereka tertulis nama-Nya dan
nama Bapa-Nya.
Seluruhnya
ada 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan
Allah dari 12 (dua belas) suku Israel, sedangkan bayangan dari inti mempelai
itu sendiri terdapat pada Wahyu 7:9,
di situ dikatakan: Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala
bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan
Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Jadi,
jelas mereka adalah bayangan dari inti mempelai, yang datang dari berbagai
suku, kaum, bahasa dan bangsa, bukan datang dari 12 (dua belas) suku Israel.
Bayangan dari inti mempelai yang datang dari berbagai suku, kaum, bahasa dan
bangsa juga memakai jubah putih.
Setelah
kita melihat 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang -- itulah inti
mempelai yang datang dari 12 (dua belas) suku Israel --, selanjutnya kita
melihat KEGIATAN MEREKA, di dalam ayat 2-3.
Wahyu
14:2-3
(14:2) Dan aku
mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru
guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain
kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu
nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua
itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada
seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Pada
ayat 2, di sini dikatakan; terdengar
suatu suara dari langit, bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang
hebat, sama seperti Wahyu 19:6.
Artinya, suatu kali nanti akan terjadi suatu guncangan yang hebat atas dunia
ini, dan itu merupakan penghukuman yang mencelakakan atas dunia, tetapi bagi sidang mempelai TUHAN itu adalah tanda
kemenangan dan kelepasan atas dunia ini.
Kemudian,
pada ayat 3, mereka menyanyikan
suatu nyanyian baru, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu,
selain dari pada 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah
ditebus dari bumi ini.
Nyanyian
baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapa pun, artinya; adanya suatu
persekutuan yang baik dan persekutuan yang indah, yang disebut juga dengan hubungan
intim -- atau hubungan dalam nikah suci -- yang datang dari mempelai wanita dengan
Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.
Ketika
hubungan nikah yang suci -- yang disebut juga hubungan intim -- ini terjadi,
tidak ada yang tahu kecuali orang itu dengan TUHAN, itulah yang disebut
nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun; jelas itu berbicara
tentang hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, yang datang dari sidang
mempelai TUHAN yang ditujukan kepada Mempelai Laki-Laki Sorga.
Singkat
kata: 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah ditebus dari
antara bumi ini adalah merupakan inti mempelai.
Jadi,
itulah kegiatan dari mempelai wanita TUHAN, yaitu ada dalam hubungan intim, ada
dalam hubungan nikah suci, yang disebut juga dengan nyanyian baru yang tidak
dapat dipelajari oleh siapapun. Itulah kegiatan dari mempelai TUHAN.
Jangan
sampai segala kegiatan-kegiatan yang ada di atas bumi ini membatasi hubungan
kita dengan TUHAN.
Kita
bandingkan dengan Rasul Paulus di dalam 2
Korintus 12, dengan perikop: “Paulus menerima penglihatan dan penyataan.”
Penglihatan yang
dimaksud adalah bahwa cawan pembakaran ukupan emas itu sudah ada di dalam
Ruangan Maha Suci, jelas itu berbicara tentang doa penyembahan sebagai puncak
dari ibadah kita di atas bumi Ibrani 9:2-4. Kemudian,
Rasul Paulus juga menerima penyataan;
yang mana dimaksud penyataan?
2
Korintus 12:2,4
(12:2) Aku tahu
tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh,
aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya
-- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:4)
ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak
terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Selain
menerima penglihatan -- yang berbicara doa penyembahan --, juga Rasul Paulus
menerima penyataan, itulah kata-kata
yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia = Nyanyian baru à Hubungan intim atau hubungan dalam nikah yang suci.
Inilah kegiatan dari pada Rasul Paulus. Dan itu terjadi ketika Rasul Paulus diangkat
ke tingkat yang ketiga dari sorga, disebut juga Firdaus.
Tingkat
yang ketiga, jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, terkena kepada
Ruangan Maha Suci. Lalu, di dalam Ruangan Maha Suci terdapat satu alat yang
terutama, yaitu Tabut Perjanjian. Tabut perjanjian itu terdiri dari tutupan
grafirat dan peti dari tabut perjanjian.
Sekali
lagi saya sampaikan: Ketika hubungan itu intim, sama seperti tutupan grafirat,
tepat berada di atas peti dari tabut perjanjian itu sendiri.
Jadi,
kapan Rasul Paulus menerima penyataan -- itulah nyanyian baru, yang berbicara
soal persekutuan yang indah atau hubungan intim, yang disebut juga hubungan
nikah yang suci -- itu? Yaitu saat dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga, disebut juga Firdaus.
Dalam
pelajaran Tabernakel, tingkat yang KETIGA terkena pada
Ruangan Maha Suci, di situ terdapat satu alat yang terutama dari semua
perabotan yang ada di dalam Tabernakel, yaitu Tabut Perjanjian, yang terdiri
dari 2 (dua) bagian.
1.
Peti dari tabut perjanjian.
2.
Tutupan grafirat.
Peti
perjanjian adalah bayangan dari hubungan intim, di mana tutupan grafirat itu
tepat berada di atas peti dari tabut perjanjian; ukurannya tepat. Itulah yang
disebut nyanyian baru, berbicara tentang persekutuan yang indah atau hubungan
intim, atau disebut juga hubungan dalam nikah yang suci, yang datang dari
sidang mempelai yang dituju kepada Mempelai Laki-Laki Sorgawi.
Dengan
demikian, terlihat dengan jelas persamaan antara Wahyu 14:1-3 dengan Wahyu 19:6-8.
Saya
berharap, bagi anak-anak TUHAN bisa mengikuti apa yang saya sampaikan ini, baik
yang mengikuti pemberitaan firman di dalam maupun luar negeri yang sedang
mengikuti live streaming, baik Youtube maupun Facebok; saya berharap,
anda bisa mengikuti apa yang saya sampaikan. Oleh sebab itu, kita tetap berdoa
supaya Roh Allah yang suci itu memberi pengertian dan kemampuan untuk memahami
apa yang TUHAN maksud bagi kita malam ini.
Kita
kembali membaca Wahyu 19:8.
Wahyu
19:8
(19:8) Dan kepadanya
dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan
dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan
yang benar dari orang-orang kudus.]
Kepada
mempelai perempuan dikaruniakan lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih
bersih. Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus.
Jadi,
sudah sangat jelas; ketika Yusuf dilantik, 3 (tiga) hal dikaruniakan kepadanya,
yang kedua adalah lenan halus (pakaian dari kain halus), dan
jelas itu merupakan gambaran dan bayangan suatu peristiwa yang akan terjadi di
masa yang akan datang.
Kita
lihat lebih rinci tentang LENAN HALUS atau perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus itu di dalam Wahyu 14:4-5.
Wahyu
14:4-5
(14:4) Mereka
adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan,
karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang
mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus
dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba
itu. (14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta;
mereka tidak bercela.
Adapun
lenan halus -- atau disebut juga perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus --, antara lain, YANG PERTAMA: MEREKA MURNI SAMA
SEPERTI PERAWAN.
Artinya;
tidak tersentuh oleh kejahatan dan keburukan-keburukan, tidak tersentuh oleh
kejahatan dan kenajisan.
Lalu
pertanyaannya: Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabnya: Sebab mereka tidak mencemarkan diri mereka dengan
perempuan-perempuan.
Inilah
yang dimaksud lenan halus yang pertama, atau perbuatan-perbuatan yang benar
dari orang-orang kudus yang pertama. Mereka itu murni sama seperti perawan,
artinya; mereka itu tidak tersentuh oleh kejahatan dan kecemaran dan
keburukan-keburukan apapun itu bentuknya, sebab mereka tidak mencemarkan dirinya
dengan perempuan-perempuan.
Pertanyaannya:
Siapakah perempuan-perempuan yang
dimaksud di sini?
Jawabnya;
itu adalah 2 (dua) perempuan yang terdapat kitab Wahyu, yakni perempuan Izebel dan perempuan Babel.
Tentang:
Perempuan Izebel.
Wahyu
2:20
(2:20) Tetapi
Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut
dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat
zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Perempuan
Izebel ini menyebut dirinya nabiah; oleh karena itulah, ia dengan berani
mengajar dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN, antara lain:
A.
Ahab beribadah kepada Baal dan menyembah
kepada Baal, karena Izebel, isterinya, 1
Raja-Raja 16:30-31. Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN
lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya. Mengapa? Seakan-akan
belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat. Dosa Yerobeam itu
mendirikan dua patung anak lembu emas di Betel dan di Dan, sehingga bangsa
Israel menyembah ke sana; ini berbicara soal kekerasan di hati. Sebab,
penyembahan berhala (patung anak lembu emas) yang pertama itu terjadi di padang
gurun, tetapi setelah tiba di tanah Kanaan, Yerobeam mendirikan dua patung anak
lembu emas di Betel dan di Dan; ini berbicara soal kekerasan di hati. Tetapi
bukan hanya keras di hati, ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang
Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud
menyembah kepadanya.
Jadi,
yang menyebabkan Ahab, raja Israel, menyembah kepada Baal, jelas karena
isterinya, yaitu Izebel.
B.
Kemudian, Izebel juga mengancam untuk
membunuh nabi Elia, 1 Raja-Raja 19:1-3.
C.
Izebel membunuh, serta merampas kebun
anggur Nabot, 1 Raja-Raja 21:19.
Jadi,
apa yang sudah kita baca di dalam Wahyu
2:20 sudah sangat terbukti sekali dengan apa yang sudah saya sampaikan.
1
Raja-Raja 18:19
(18:19) Sebab
itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal
yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat
ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel."
450
(empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal dan 400 (empat ratus) nabi-nabi Asyera mendapat
makan dari meja istana Izebel.
Bayangkan,
hebatnya Izebel ini hebatnya bisa mengajar dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN.
Sampai
akhirnya, pada ayat 21 ...
1
Raja-Raja 18:21
(18:21) Lalu Elia
mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang
dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal,
ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.
Sampai
pada akhirnya, seluruh rakyat Israel berlaku timpang dan bercabang hati.
-
Berlaku timpang = Tidak memiliki pendirian
yang teguh.
-
Bercabang hati = Mendua hati.
Hanya
Elia saja yang memiliki pendirain yang teguh, tidak mau disesatkan oleh Izebel
yang mengaku dirinya sebagai nabiah.
Pertahankanlah
perbuatan-perbuatan yang benar itu sebagai lenan halus; jangan dicemari oleh
perempuan-perempuan, termasuk perempuan Izebel.
Tentang:
Perempuan Babel.
Wahyu
17:4
(17:4) Dan
perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas,
permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian
dan kenajisan percabulannya.
Perempuan
Babel itu memakai kain ungu, kain kirmizi, lalu dihiasi dengan emas, permata
dan mutiara. Artinya, perempuan Babel ini jelas ada di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan.
Namun
yang anehnya, di tangan perempuan Babel itu ada suatu cawan emas yang berisikan
2 (dua) hal:
1.
Kekejian.
2.
Kenajisan percabulannya.
PRAKTEK
KEKEJIAN ialah menghentikan korban sehari-hari, seperti yang tertulis di dalam Daniel 8:12, Daniel 9:27, Daniel 11:31,
Daniel 12:11.
Daniel
11:31
(11:31)
Tentaranya akan muncul, mereka akan menajiskan tempat kudus, benteng
itu, menghapuskan korban sehari-hari dan menegakkan kekejian yang
membinasakan.
Tentaranya
akan muncul, mereka akan menajiskan tempat kudus, kemah kediaman
Allah, benteng itu. Selain menajiskan tempat kudus, benteng itu,
selanjutnya menghapuskan korban sehari-hari dan menegakkan kekejian yang
membinasakan.
Itulah
praktek kekejian, yaitu menghentikan korban sehari-sehari. Korban
sehari-hari, menunjuk kepada 2 (dua) hal:
1.
Korban sembelihan = Ibadah pelayanan yang
dihubungkan dengan salib.
2.
Korban santapan = Pengajaran Firman Allah
yang benar dan murni.
PRAKTEK
KENAJISAN PERCABULANNYA.
Wahyu
18:2
(18:2) Dan ia
berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel,
kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat
bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang
najis dan yang dibenci,
Babel
adalah tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci. Jadi,
Babel itu adalah tempat roh najis yang sangat (paling) dibenci.
Jangan
kita menyukai apa yang dibenci oleh TUHAN, itulah dosa kenajisan, supaya kita
juga jangan turut dibenci oleh TUHAN; oleh sebab itu, perhatikanlah perbuatan-perbuatan
yang benar dari orang-orang kudus, itulah lenan halus.
Lebih
jauh lagi tentang praktek kenajisan percabulan, kita perhatikan ayat 3 dan 9.
Wahyu
12:3, 9
(18:3) karena
semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja
di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah
menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya." (18:9) Dan
raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam
kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka
melihat asap api yang membakarnya.
Praktek
kenajisan percabulannya, itu berbicara soal berkat keberkatan, juga berhasil
keberhasilan, termasuk tentang kelimpahan.
Kalau
kita datang menghadap TUHAN lewat ibadah pemuda remaja malam ini, yang kita
cari hanyalah soal berkat dan keberhasilan, yang kita cari hanyalah soal
kelimpahan, itulah praktek kenajisan percabulan, persis seperti Esau; hanya
karena sepiring (semangkok) kacang merah, dia harus menjual hak kesulungannya. Itulah
yang disebut nafsu cabul (nafsu rendah), itulah praktek kenajisan percabulan.
Kalau
kita datang menghadap TUHAN, lewat pertemuan-pertemuan ibadah, namun yang kita
cari hanyalah soal kelimpahan, itulah praktek kenajisan percabulan. Perempuan
Babel ini ada di tengah ibadah, dia memakai kain ungu, dia memakai kain
kirmizi, dihiasi dengan permata dan yang lain-lain, tetapi di tangannya, dia
memegang cawan emas di tangannya, dengan berisikan kekejian dan kenajisan
percabulannya.
-
Praktek kekejian adalah menghentikan
korban sehari-hari.
-
Praktek kenajisan percabulan adalah di
tengah ibadah sibuk soal kelimpahan.
Namun
kita sudah melihat 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang sudah
ditebus, itulah inti mempelai, betul-betul tidak mencemarkan pakaian mereka
dengan perempuan-perempuan; mereka murni sama seperti perawan, sebab mereka tidak
mencemarkan diri dengan perempuan-perempuan, itulah perempuan Izebel dan
perempuan Babel.
-
Jadi, kalau kita datang beribadah, tetapi
yang kita cari di tengah ibadah hanya soal kelimpahan = Mencemarkan pakaian
dengan perempuan Babel.
-
Berada di tengah ibadah dan pelayanan,
namun hidup di dalam penyembahan berhala = Mencemarkan diri dengan perempuan
Izebel.
Tetapi
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara bumi --
sebagai inti mempelai perempuan TUHAN --, mereka betul-betul murni sama seperti
perempuan, karena mereka tidak mencemarkan diri mereka dengan 2 (dua) perempuan
yang luar biasa itu.
Itulah
lenan halus yang pertama, yaitu murni sama seperti perawan; tidak
tersentuh kejahatan dan kenajisan, karena tidak mencemarkan diri dengan
perempuan-perempuan.
Adapun
lenan halus -- atau disebut juga perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus --, antara lain; YANG KEDUA: MEREKA ADALAH ORANG-ORANG
YANG MENGIKUTI ANAK DOMBA ITU KE MANA SAJA IA PERGI.
Apa
yang dimaksud mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi?
Matius
16:24
(16:24) Lalu
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Syarat
untuk mengikut Anak Domba:
1.
Menyangkal dirinya.
2.
Memikul salibnya.
3.
Mengikut Anak Domba itu.
Itulah
syarat untuk mengikuti TUHAN.
Menyangkal
dirinya
= Tidak bermegah = Mengosongkan diri. Sekalipun memiliki kelebihan-kelebihan,
atau sekalipun diberkati oleh TUHAN, itu harus disangkali, tidak boleh bermegah
terhadap kelebihan yang kita punya, tidak boleh bermegah terhadap berkat-berkat
yang kita punya. Dan itu sudah dikerjakan oleh Rasul Paulus.
Memikul
salibnya,
artinya; memikul sebuah tanggung jawab yang dipercayakan oleh TUHAN; mempertanggung-jawabkan
segala sesuatu apa yang dipercayakan oleh TUHAN.
Memikul
salib itu sama dengan orang yang bertanggung jawab, yang tidak mau melepas
tanggung jawabnya. Jangan kita datang melayani TUHAN hanya bagian yang enak-enak,
tetapi bagian yang tidak enak kita abaikan; itu namanya hamba TUHAN yang tidak
bertanggung jawab, tidak mau memikul salibnya. Jadi, memikul salibnya, berarti
mau bertanggung jawab.
Mengikut
TUHAN,
jelas ini berbicara soal kerendahan hati dan pengalaman kematian, sesuai dengan
Injil Yohanes 12.
Yohanes
12:24-26
(12:24) Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam
tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai
nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (12:26)
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku
berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia
akan dihormati Bapa.
Yang
dimaksud dengan mengikuti Anak Domba itu ke mana saja ia pergi, berarti sama
seperti benih gandum. Untuk menghasilkan buah yang banyak, maka dia harus;
-
Pertama-tama; “jatuh ke dalam tanah” = rendah hati.
-
Yang kedua; “mati”, berarti;
daging tidak bersuara lagi. Melayani TUHAN itu tidak lagi menuruti hawa nafsu
dan keinginan daging = mati.
Itulah
yang dimaksud mengikuti TUHAN, yaitu rendah hati dan tidak hidup menurut hawa
nafsu daging (mati). Biar difitnah, biar dizolimi, biar dicaci-maki, biar
mengalami penderitaan hebat, namun daging tidak bersuara, itulah mati, sampai akhirnya
menjadi benih gandum yang menghasilan banyak buah.
Itulah
yang disebut mengikuti TUHAN, mengikuti Anak Domba, berarti; menyangkal diri, memikul salib, kemudian
mengikut Anak Domba. Itulah lenan
halus, perbuatan yang benar dari orang-orang kudus yang kedua.
Adapun
lenan halus -- atau disebut juga perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus --, antara lain, YANG KETIGA: MEREKA DITEBUS DARI ANTARA
MANUSIA SEBAGAI KORBAN-KORBAN SULUNG BAGI ALLAH DAN BAGI ANAK DOMBA ITU.
Yang
pasti, berbicara tentang hak kesulungan, itu berbicara tentang ibadah dan
pelayanan. Kalau kita mau menghargai ibadah dan pelayanan ini sebagai hak
kesulungan, menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak sulung, sama seperti bangsa
Israel yang diakui oleh TUHAN sebagai anak sulung.
Sebab,
setelah tulah kesepuluh, maka matilah anak sulung dari bangsa Israel, sampai
anak sulung binatangnya, barulah sejak itu bangsa Israel keluar dari Mesir
untuk selanjutnya dibawa ke tanah perjanjian, dengan satu tujuan; supaya mereka
beribadah kepada Allah, itulah hak kesulungan.
Hak
kesulungan yang kita terima menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak sulung. Menghargai
ibadah dan pelayanan, menunjukkan bahwa kita adalah anak sulung. Hargai saja
ibadah, hargai pelayanan, hargai segala kegiatan Roh, menunjukkan bahwa kita
adalah anak-anak sulung.
Ini
adalah lenan halus; ini adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang
kudus, yaitu menghargai ibadah dan pelayanan sebagai hak kesulungan yang kita
terima dari TUHAN. Dan ibadah pelayanan inilah yang menjadikan kita sebagai
anak sulung.
Itulah
yang dimaksud dengan lenan halus, itulah yang dimaksud dengan perbuatan yang
benar; oleh sebab itu, jangan asal main tulis catatan, tetapi tidak
diperhatikan tulisannya. Jangan karena jengkel hatimu, atau tidak rendah hati,
lalu asal main tulis saja.
Adapun
lenan halus -- atau disebut juga perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus --, antara lain, YANG KEEMPAT: DI DALAM MULUT MEREKA TIDAK
TERDAPAT DUSTA.
Di
dalam mulut mereka tidak terdapat dusta = tidak pendusta. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka penuh dengan Roh Allah yang suci.
Kalau
tidak berdusta, itu namanya tidak penuh dengan Roh Kudus. Kalau orang suka
berdusta, menunjukkan bahwa ia tidak penuh dengan Roh Kudus. Oleh sebab itu,
kalau berbicara, katakanlah yang benar, katakanlah yang jujur, katakanlah yang
suci, “ya” di atas “ya”, “tidak” di atas “tidak”, sehingga di dalam mulut kita
ini tidak terdapat dusta, atau kita tidak disebut dengan pendusta.
Sebagai
pembuktian, kita perhatikan 1 Yohanes 2,
dengan perikop: “Antikristus.”
1
Yohanes 2:20-23
(2:20) Tetapi
kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu
semua mengetahuinya. (2:21) Aku menulis kepadamu, bukan karena
kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan
karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari
kebenaran. (2:22) Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal
bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal
baik Bapa maupun Anak. (2:23) Sebab barangsiapa menyangkal Anak,
ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki
Bapa.
Kamu
telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua
mengetahuinya. Apa maksud dari ayat ini? Maksudnya ialah orang yang
disebut pendusta, itu adalah antikris; dan antikris ini adalah pendusta.
Antikris yang disebut pendusta ini tidak hidup di dalam pengurapan.
Orang
yang menyangkal Bapa maupun Anak, itu adalah antikris. Mereka itu adalah
pendusta, yang tidak hidup dalam pengurapan.
Kalau
datang beribadah, datang melayani TUHAN, tetapi menyangkal salib Kristus, itu
adalah pendusta. Kalau berbicara soal kelimpahan, berbicara soal berkat, berbicara
soal yang lahiriah, tetapi hamba TUHAN itu tidak mengajarkan sidang jemaat tentang
salib, supaya sidang jemaat menyangkal diri dan memikul salibnya, itu adalah
hamba TUHAN pendusta.
Kalau
dia adalah hamba TUHAN yang diurapi, maka dia tidak akan berdusta, melainkan
akan jujur berbicara tentang salib. Inilah jubah lenan halus dari seorang pelayan
TUHAN, hamba TUHAN.
Jadi,
saudara jangan tertarik melihat hamba TUHAN yang sibuk berbicara kelimpahan, sibuk
mengadakan mujizat di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi mengabaikan salib,
sebab itu adalah antikris, yang adalah pendusta. Jadi, kita harus tahu
pengurapan yang benar, yaitu tidak berdusta.
Kalau
tidak rendah hati dalam melayani TUHAN, dalam mencatat catatatannya, maka ia
adalah pendusta, tidak ada pengurapan di situ. Kalau seseorang pura-pura
beribadah, itu adalah pendusta, tidak ada pengurapan di situ, karena dia
menyangkal salib Kristus, tidak rendah hati dalam mendengar firman; tidak ada
pengurapan di dalam diri orang semacam ini, dia hanyalah pendusta saja di
hadapan TUHAN, walaupun kelihatan baik-baik, seperti antikris.
1
Yohanes 2:26-27
(2:26) Semua itu
kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu. (2:27)
Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari
pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi
sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan
pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah
mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Sebab
di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Apa tanda
kita menerima pengurapan? Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain;
tidak perlu diajar oleh manusia untuk melakukan yang baik, untuk duduk dengar
firman baik-baik, untuk melayani TUHAN, untuk bertanggung jawab tidak perlu
diajar, sebab sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala
sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta --
Kalau
kita hidup dalam pengurapan, maka tidak perlu diajar untuk berbuat baik, karena
Roh TUHAN yang mengajar kita masing-masing, dan ajarannya itu benar, tidak
dusta. Jadi, yang pendusta itu adalah antikris, yang mengajarkan soal
kelimpahan, sibuk mengadakan mujizat, tetapi mengabaikan salib, itu pendusta;
orang semacam ini tidak memiliki pengurapan di dalam dirinya.
Bersyukurlah
saudara kalau saudara memahami soal lenan halus ini. Oleh sebab itu, miliki
lenan halus, pakaian dari kain halus; itu akan terjadi nanti pada saat pesta
nikah Anak Domba, pada saat Yesus, Raja, dilantik di atas gunung Sion.
Jadi,
pakaian putih itu adalah jubah kebesaran, yang dipakai saat Yesus tampil sebagai
Raja dan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Adapun
lenan halus -- atau disebut juga perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus --, antara lain, YANG KELIMA: MEREKA TIDAK BERCELA.
Kalau
kita bicara soal “tidak bercela”, maka dapatlah kita temukan di dalam Efesus 5.
Efesus
5:26-27
(5:26) untuk menguduskannya,
sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan
firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di
hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu,
tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Untuk
menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan
firman
... Dikuduskan, disucikan, sesudah dimandikan dengan air dan firman, berarti;
limpah pembukaan firman, sehingga kita boleh mengalami penyucian. Lewat
pembukaan rahasia firman, kita boleh mengalami penyucian.
Setelah
disucikan oleh air firman, lihat apa yang terjadi? Dengan demikian, TUHAN Yesus
Kristus menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa
cacat atau kerut atau yang serupa itu = Kudus dan tidak bercela.
Jadi,
penyucian oleh air firman yang limpah = Kudus, tidak bercela.
Jangan
pernah kita menolak penyucian oleh air firman, tujuannya; supaya kita tidak
bercela, sebab itu juga merupakan lenan halus, perbuatan-perbuatan yang benar
dari orang-orang kudus.
Kita
bersyukur kepada TUHAN, kiranya kita boleh mengalami hal yang sama, sama
seperti apa yang dialami oleh Yusuf ketika ia dilantik sebagai kepala pemerintahan
-- mangkunegara atau perdana menteri -- di Mesir.
Saya
ulangi kembali: Adapun lenan halus itu, antara lain;
1.
Mereka murni sama seperti
perawan.
2.
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti
Anak Domba ke mana saja ia pergi.
3.
Mereka ditebus dari antara
manusia sebagai korban-korban sulung.
4.
Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta.
5.
Mereka tidak bercela.
Itulah
lenan halus, itulah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.
-
Wahyu 14:1 adalah
penampilan dari gunung Sion, inti mempelai, yaitu 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang.
-
Wahyu 14:2-3, kegiatan
mereka ada dalam persekutuan yang indah, itulah yang disebut hubungan intim atau
hubungan dalam nikah suci (nyanyian baru).
-
Barulah Wahyu 14:4-5, itulah lenan halus, pakaian mereka.
Tampilannya,
perbuatannya, pakaiannya, semuanya dituliskan di dalam Wahyu
14:1-5.
Jadi,
saya bisa bayangkan; ketika TUHAN mengenakan jubah kebesaran sebagai kemuliaan
melalui Firaun sebagai perpanjangan tangan TUHAN, saya bisa merasakan; pada
saat itu, Yusuf terkenanglah 2 (dua) hal dalam pemikirannya terkait dengan
jubah, terkenanglah ia terhadap peristiwa-peristiwa di masa lampau, yaitu:
Yang
Pertama: Yusuf terkenang dengan saudara-saudaranya.
Mengapa
saya katakan terkenang dengan saudara-saudaranya?
Kejadian
37:3-4
(37:3) Israel
lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya
yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi
dia. (37:4) Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih
mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan
tidak mau menyapanya dengan ramah.
Israel
(Yakub)
lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya
yang lahir pada masa tuanya, lahir setelah setelah dia sudah tua, dan ia
menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.
Setelah
dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua
saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan
ramah. Lihat,
oleh karena jubah yang maha indah inilah saudara-saudara Yusuf sangat benci
kepada Yusuf.
Jadi,
ada hal yang harus kita bayar untuk mendapatkan jubah yang maha indah ini (jubah
kebesaran), itulah lenan halus, yang akan dikaruniakan kepada mempelai TUHAN, pengantin
perempuan mempelai Anak Domba.
Saya
bisa membayangkan; ketika TUHAN mengaruniakan jubah putih itu kepada Yusuf -- melalui
Firaun sebagai perpanjangan tangan TUHAN --, di situ dia pasti terkenang pada
masa-masa yang lalu; bagaimana kebencian itu dia alami, dia terima, hanya
karena Yakub lebih mengasihi Yusuf, sebab itu kepada Yusuf diberikan jubah yang
maha indah. Munculnya kebencian ini setelah Yakub memberikan jubah yang maha indah.
Jadi,
setelah saudara menerima jubah yang maha indah, karunia jabatan, jangan kaget kalau
pada akhirnya timbul kebencian.
Yang
Kedua: Yusuf terkenang dengan isteri
Potifar.
Kemudian,
saya bisa bayangkan, Yusuf akan teringat dengan isteri Potifar yang sudah memfitnah
dia dengan menggunakan jubahnya, yang dilucuti oleh isteri Potiftar, karena
Yusuf menolak keinginan isteri Potifar untuk tidur dengan dia. Dan jubah yang
dilucuti inilah digunakan sebagai bukti untuk memfitnah dia.
Kejadian
39:12-18
(39:12) Lalu
perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan
aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan
lari ke luar. (39:13) Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf
meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar, (39:14)
dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat,
dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang
ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak
dengan suara keras. (39:15) Dan ketika didengarnya bahwa aku
berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia
lari ke luar." (39:16) Juga ditaruhnya baju Yusuf itu di sisinya,
sampai tuan rumah pulang. (39:17) Perkataan itu jugalah yang diceritakan
perempuan itu kepada Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke
mari itu datang kepadaku untuk mempermainkan aku. (39:18) Tetapi
ketika aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannya bajunya padaku,
lalu ia lari ke luar."
Saya
yakin sekali, bahwa; ketika ia menerima kemuliaan, jubah yang dikenakan oleh
TUHAN melalui Firaun sebagai perpanjangan tangan TUHAN, dia terkenang dengan semua
itu, termasuk ketika isteri Potifar melucuti bajunya, lalu digunakan memutar-balik
fakta untuk memfitnah Yusuf. Bayangkan, pakaian dilucuti tetapi untuk dijadikan
sebagai alat untuk memfitnah Yusuf.
Dari
sini kita bisa mengambil kesimpulan: Untuk mengenakan lenan halus, pakaian
putih yang dikenakan itu, kita perlu bayar harga.
Mulai
dari sekarang, kita harus bayar harga. Jangan kita mau yang enak-enak saja,
tetapi;
-
Melayani harus bayar harga.
-
Beribadah harus bayar harga.
-
Ikut TUHAN juga harus bayar harga.
Saya
yakin, Yusuf akan terkenang dengan 2 (dua) peristiwa itu.
Jadi,
hidup Yusuf ini betul-betul adalah gambaran dan bayangan dari pribadi Yesus
Kristus, di mana pakaian-Nya dibagi empat dan jubah-Nya diundi. Jadi,
perlu bayar harga.
2
Korintus 5:2-5
(5:2) Selama
kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat
kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, (5:3)
sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.
(5:4) Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh
beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa
menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. (5:5)
Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan
Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan
bagi kita.
Selama
kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat
kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini. Kita rindu
untuk mengenakan pakaian dari sorga, bukan? Sebab dengan demikian kita
berpakaian dan tidak kedapatan telanjang, sebab kita mengenakan pakaian
lenan halus, jubah yang maha indah, jubah kebesaran.
Tetapi
Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan
Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi
kita. TUHAN-lah
yang mempersiapkan segala sesuatunya bagi kita semua, sampai akhirnya kita
mengenakan pakaian dari kain halus (lenan halus).
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment