IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 29 APRIL 2021
KITAB
RUT
(Seri:135)
Subtema:
PERJALANAN HIDUP ROHANI RUT: Iman, Pengharapan dan Kasih Rut
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di
tengah-tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab, yang disertai dengan
perjamuan suci.
Biarlah
kiranya bahagia dan damai sejahtera memerintah di hidup kita, di tengah ibadah
ini, dan Roh Allah menguasai kehidupan kita, sehingga ibadah ini menjadi korban
dan persembahan, bahkan dupa yang berbau harum dan menyenangkan hati TUHAN.
Selanjutnya,
mari kita sambut STUDY RUT atau KITAB RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk
Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Kita masih
berada pada Rut 3.
Rut
3:11
(3:11) Oleh
sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan
kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau
seorang perempuan baik-baik.
Boas
bersedia untuk menyanggupi permintaan Rut pada ayat 9, yaitu;
1.
Melindungi.
2.
Penebusan.
Sesungguhnya,
segala doa, segala permohonan, segala harapan dan permintaan kita kepada TUHAN,
pada dasarnya TUHAN bisa sanggupi. Tidak ada sesuatu yang tidak bisa disanggupi
oleh TUHAN, tetapi tentu saja, doa dan harapan kita harus bekerja sama dengan apa
yang menjadi kerinduan TUHAN tentunya; semata-mata doa kita bukan hanya untuk
kesenangan pribadi, tetapi doa kita, permohonan kita, kerinduan kita harus
selaras dengan TUHAN tentunya.
Jadi,
tidak ada yang tidak bisa TUHAN sanggupi, semuanya bisa TUHAN sanggupi, tetapi
tentu saja, doa dan permohonan dan permintaan harus selaras dengan kerinduan, harus selaras
dengan keinginan TUHAN itu sendiri, sebab segala sesuatu yang kita minta, tentu
juga tujuannya hanya untuk menyenangkan hati TUHAN, bukan untuk menyenangkan
hati manusia.
Pertanyaannya:
APA ALASAN BOAS MENYANGGUPI PERMINTAAN RUT?
Rut
3:11B mengatakan: Sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa
engkau seorang perempuan baik-baik. Setiap orang di dalam kota Betlehem
tahu bahwasanya Rut adalah seorang perempuan baik-baik. Pendeknya: Rut
dikategorikan sebagai perempuan baik-baik.
Kalau
kita disebut menjadi gereja baik-baik, maka TUHAN akan sanggupi segala
permintaan, TUHAN akan sanggupi segala permohonan, TUHAN akan jawab segala
doa-doa yang kita naikkan kepada TUHAN. Setiap orang dalam kota Betlehem tahu bahwa
Rut adalah seorang perempuan baik-baik.
Rut
dikategorikan sebagai perempuan baik-baik, di mana jejak digitalnya atau
perjalanan hidupnya sudah terekam dan tercatat dengan jelas pada kitab Rut pasal
1, pasal 2, dan pasal 3 tentunya. Jadi, semua orang yang ada di dalam kota
Betlehem tahu bahwa Rut itu adalah perempuan baik-baik.
Biarlah
kiranya kehidupan kita menjadi gereja (perempuan) yang baik-baik, menjadi
kehidupan yang baik-baik secara lahir dan batin. Jangan kita sibuk hanya
memperhatikan lapisan luar, di mana lahiriahnya terlihat baik tetapi lapisan
dalam tidak terlihat baik, tetapi lapisan lahir batin harus diperhatikan dengan
sungguh-sungguh.
Jadi,
jejak digitalnya atau perjalanan hidup rohaninya sungguh-sungguh terekam dan
tercatat dengan jelas pada kitab Rut pasal 1, pasal 2, dan pasal 3. Marilah
kita periksa, dimulai dari Rut pasal 1; memang, kelihatannya kita mundur, tetapi
tidak mengapa, karena TUHAN mau memberkati kita malam ini dan seterusnya.
PERJALANAN
HIDUP ROHANI RUT PADA RUT PASAL 1.
Rut
1:1-2
(1:1) Pada
zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah
seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki
ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. (1:2) Nama
orang itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua
anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari
Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di
sana.
Pada
zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Kalau
hakim yang memerintah, berarti belum ada raja yang memerintah di Israel pada waktu
itu. Jadi, pada zaman hakim-hakim ini terjadilah kelaparan yang hebat.
Oleh
karena kelaparan yang hebat, yang sangat mencekam, yang sangat meresahkan
penduduk Israel, termasuk Betlehem, lalu pergilah seorang dari
Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab
untuk menetap di sana sebagai orang asing. Mereka pergi ke daerah Moab
meninggalkan Betlehem, Efrata.
-
Nama orang itu ialah Elimelekh.
-
Nama isterinya adalah Naomi.
-
Dan nama kedua
anaknya laki-laki
adalah Mahlon dan Kilyon.
Mereka
itu adalah orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda.
Namun
pada ayat berikutnya, Rut 1:3-6, pada akhirnya, Naomi harus kehilangan
segala-galanya, kehilangan harta, kehilangan kekayaannya, kehilangan harta
bendanya, termasuk orang-orang yang paling dikasihinya, itulah;
-
Elimelekh, suaminya.
-
Kemudian, kedua putranya, yaitu Mahlon dan
Kilyon.
Dan
akhirnya, Naomi menjadi janda.
Rut
1:7
(1:7) Maka
berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua
menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,
Maka
berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua
menantunya.
Jadi, kedua menantunya juga sudah menjadi janda. Satu janda gereja tua, dua
janda gereja muda, mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda.
Setelah
Naomi kehilangan segala-galanya, termasuk kehilangan Elimelekh, suaminya, dan
kehilangan dua putranya, yaitu Mahlon dan Kilyon, akhirnya Naomi kembali (pulang)
ke tempat asalnya, yakni Betlehem, tanah dari suku Yehuda, beserta kedua
menantunya, yaitu Rut dan Orpa yang juga sudah menjadi janda. Baik Naomi sudah
menjadi janda, maupun kedua menantunya (Rut dan Orpa) juga sudah menjadi janda.
Setelah
Naomi mendengarkan bahwasanya TUHAN kembali memberkati keadaan Israel, termasuk
tanah Yehuda, itulah Betlehem-Efrata, akhirnya Naomi kembali ke Betlehem-Efrata,
tanah Yehuda, bersama-sama dengan kedua menantunya yang sudah janda itu, itulah
Rut dan Orpa.
Rut
1:8-13
(1:8)
berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah
masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu,
seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan
kepadaku; (1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat
perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah
mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras (1:10) dan berkata
kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."
(1:11) Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah
kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang
kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (1:12) Pulanglah,
anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya
pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan
sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (1:13) masakan kamu
menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan
tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih
pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap
aku?"
Sementara
mereka berjalan pulang untuk ke tanah Yehuda, di sini kita melihat; Naomi
mendesak kedua menantunya itu untuk kembali kepada orang tuanya, untuk kembali
kepada bangsanya, yakni bangsa Moab.
Naomi
mendesak kedua menantunya itu -- Rut dan Orpa -- untuk kembali kepada orang
tuanya dan kembali kepada bangsanya, sebanyak 3 (tiga) kali:
YANG
PERTAMA, ayat 8-10. Alasan Naomi mendesak kedua menantunya untuk pulang
ialah supaya pada akhirnya kedua menantunya itu mendapat tempat perlindungan masing-masing di rumah suaminya. Namun,
baik Rut maupun Orpa menolak untuk pulang kepada bangsa mereka, yaitu bangsa
Moab. Mereka tetap bersikeras untuk ikut dengan Naomi.
YANG
KEDUA, ayat 11. Alasan Naomi mendesak kedua menantunya untuk pulang
ialah sebab Naomi tidak dapat melahirkan
anak laki-laki lagi bagi kedua
menantunya itu. Itulah alasan yang kedua, sehingga ia mendesak kedua
menantunya itu untuk segera pulang atau kembali ke rumah orang tuanya dan kepada
bangsanya, karena dia tidak mungkin lagi dapat melahirkan anak laki-laki lagi kepada
kedua menantunya.
YANG
KETIGA, ayat 12-13. Alasan Naomi mendesak kedua menantunya untuk pulang
ialah supaya hal yang pahit seperti yang
dialami oleh Naomi jangan menimpa kedua menantunya itu (Rut dan Orpa).
Maka,
selanjutnya kita melihat ayat 14 ...
Rut
1:14
(1:14) Menangis
pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta
diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
Pada
akhirnya, di sini kita melihat: Di tengah jalan, Orpa mencium mertuanya itu
minta diri. Artinya, setelah didesak sebanyak 3 (tiga) kali, akhirnya
pengikutan dari pada Orpa berhenti di tengah jalan.
Kalau
pengikutan kita berhenti di tengah jalan, maka kerugiannya sangat besar sekali,
sebab segala sesuatu yang telah dipersembahkan, sebab segala sesuatu yang telah
dikorbankan menjadi sia-sia, menjadi percuma. Kalau segala yang kita korbankan
ini harus menjadi sia-sia, ya lebih baik tidak usah ikut TUHAN dengan
sungguh-sungguh dari sejak sekarang; tinggal di rumah saja, ikuti maunya
saudara, ikuti keinginan daging saudara, ikuti kehendak daging, ikuti kehendak
pikiran, tidak usah ikut TUHAN sungguh-sungguh, kalau memang pengikutan kita
harus berhenti di tengah jalan.
Untuk
apa kita ikut TUHAN kalau harus berhenti di tengah jalan? Semua sia-sia;
tenaga, pikiran yang sudah dikorbankan, uang, material yang sudah dikorbankan
menjadi sia-sia. Kalau memang harus menjadi sia-sia, tidak usah ikut TUHAN
dengan sungguh-sungguh, di rumah saja tidur, ikuti kehendak daging, ikuti keinginan
daging, ikuti apa maunya saudara walaupun itu menyakiti hati TUHAN; tetapi saya
tidak memberi saran yang demikian.
Yang
saya maksud adalah kalau toh akhirnya pengikutan kita berhenti di tengah
jalan, ya mulai dari sejak sekarang saja tidak ikut TUHAN. Dari pada
capek pura-pura rendah hati kepada TUHAN Yesus, pura-pura rendah hati kepada
gembala, tetapi akhirnya pengikutan berhenti di tengah jalan, ya lebih
baik tidak usah dari sekarang.
Apakah
ada yang pura-pura rendah hati di sini? Di depan baik, tetapi di belakang
tidak. Kalau saya bicara seperti ini, berarti masih ada.
Intinya:
Pengikutan dari gereja Orpa berhenti di tengah jalan. Pengikutan yang seperti
ini akan mengalami kerugian yang besar.
Kita
kembali membaca ayat 14 bagian C.
Rut
1:14
(1:14) Menangis
pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri,
tetapi Rut tetap berpaut padanya.
Sedangkan gereja Rut tetap berpaut pada Naomi, mertuanya.
Apapun
kesulitan, apapun penderitaan, apapun pergumulan-pergumulan hidup yang disebut dengan
ujian dan pencobaan yang sangat mendesak kehidupan kita, namun biarlah
pengikutan kita tidak berhenti di tengah jalan.
Saya
kembali sampaikan: Apapun kesulitan kita, apapun penderitaan yang kita alami
saat ini, apapun pergumulan-pergumulan yang kita alami saat ini, itu semua
disebut dengan ujian dan pencobaan yang sangat mendesak -- mungkin karena
ekonomi mendesak, penyakit mendesak, banyak lagi hal yang mendesak --, namun
pengikutan kita kepada TUHAN tidak boleh berhenti di tengah jalan.
Itulah
kondisi rohani gereja Rut; tidak berhenti di tengah jalan. Oleh sebab itu,
biarlah kiranya kita tetap berpaut kepada TUHAN, walaupun mengalami kesulitan
sebagai desakan, walaupun mengalami banyak pergumulan, didesak oleh kesulitan,
didesak oleh pergumulan, didesak oleh apa saja sebagai ujian dan cobaan, namun
kita tetap berpaut kepada TUHAN.
Jangan
hanya karena baru menganggur sedikit, lalu langsung uring-uringan; tetap ikut
TUHAN, jangan berhenti di tengah jalan.
Rut
1:15
(1:15)
Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para
allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."
Setelah
Orpa berhenti di tengah jalan, berkatalah Naomi kepada Rut: "Telah
pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti
iparmu itu."
Sekarang
kita lihat: REAKSI RUT mendengarkan pernyataan ini yang selalu diulang-ulang sebagai
ujian yang mendesak Rut. Mari kita lihat respon dari pada Rut terhadap desakan
itu.
Rut
1:16
(1:16) Tetapi
kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang
dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah
bangsaku dan Allahmulah Allahku;
Kata
Rut kepada Naomi: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan
tidak mengikuti engkau”
Artinya;
pendirian dan ketetapan hati dari gereja Rut sangat kuat, sehingga tidak mudah
dipengaruhi, tidak mudah diombang-ambingkan oleh apapun, termasuk kesulitan,
termasuk penderitaan, termasuk pergumulan yang mendesak.
Kita
kembali membaca ayat 16 bagian B sampai dengan ayat 17.
Rut
1:16
(1:16) Tetapi
kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak
mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku
bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (1:17)
di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah
aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi
dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari
pada maut!"
Kalau
tadi akhirnya pengikutan gereja Orpa berhenti di tengah jalan, tetapi sebaliknya,
Rut tetap berpaut pada Naomi.
Ketetapan
hati Rut ini dibuktikan dengan perkataannya, yakni ke mana engkau pergi, ke
situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku
bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati,
akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan -- di mana kuburmu, di
situlah kuburku --.
Perkataan
Rut kepada Naomi dibagi 3 (tiga) bagian, YANG PERTAMA: Ke mana engkau
pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah
aku bermalam.
Perkataan
ini kalau dikaitkan dengan Pola (Pengajaran) Tabernakel, terkena pada daerah HALAMAN.
Daerah Halaman, itu berbicara tentang IMAN
atau percaya.
Biarlah
kiranya TUHAN pertajam karunia jabatan kita, secara khusus untuk bisa mengatur
alat musik (sound system), tetapi harus dengan rendah
hati, supaya diurapi TUHAN. Rendah hati itu bukan hanya saat ibadah, tetapi
setiap waktu harus rendah hati. Dalam
kerendahan itu, di situlah urapan itu deras sekali datang, sebab Dia mencari
tempat yang rendah; seperti air yang mengalir, dia tidak menjangkau ketinggian.
Bahkan di tempat yang rendah pun, ketika ada gundukan di situ, dia akan lalui. Kalau saudara melihat muara, ketika ada gundukan
di situ pun akan tetap bisa dilalui sampai berada di laut, itulah titik
terendah (titik nol). Jadi, dari situlah ukuran kerendahan hati.
Tidak
bisa kita rendah hati di tengah ibadah, tetapi di rumah menjadi bos terus,
tidak rendah hati, itu tidak bisa. Kita butuh pengurapan TUHAN. Saya pun tetap
belajar untuk rendah hati, walaupun saya adalah kepala rumah tangga; tidak harus
menjadi diktator, karena saya butuh pengurapan dari Allah. Jadi, seorang hamba
TUHAN membutuhkan pengurapan untuk mengerjakan semuanya ini, sebab semuanya
harus berjalan dengan lancar.
Roh
Kudus itu tidak bisa dimanipulasi, percayalah. Saya pun ketika membelakangi Roh
Kudus, rasanya setengah mati ketika menyampaikan Firman TUHAN. Doakan, supaya
saya tenang dalam menyampaikan firman malam ini.
Kembali
saya sampaikan: Perkataan dari pada Rut yang pertama, kalau dikaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel terkena pada Halaman, sedangkan halaman itu berbicara tentang iman
atau percaya.
Kita
akan memperhatikan Roma 10, dengan perikop: “Ketidakpercayaan Israel”,
dengan lain kata; Israel tidak percaya kepada TUHAN. Mengapa ketidakpercayaan bangsa
Israel ini harus ditulis?
Roma
10:16-18
(10:16) Tetapi
tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata:
"Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?" (10:17)
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman
Kristus. (10:18) Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak
mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke
seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."
Tetapi
tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata:
"Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?" Yesaya ini
adalah nabi dari Israel, bukan nabi dari bangsa kafir; jadi, dia diutus kepada
bangsa Israel dan Yehuda.
Setelah
Rasul Paulus memberitahukan tentang kondisi bangsa Israel pada zaman Yesaya
memberitakan firman, lalu pada ayat 18, Rasul Paulus berkata: Aku bertanya:
Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara
mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung
bumi."
Pada
akhirnya, oleh karena ketidakpercayaan bangsa Israel ini, bangsa kafir (bangsa
yang bukan Yahudi) percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, sebab bangsa kafir telah
menerima kabar baik, dengan demikian; perkataan-perkataan dari hamba-hamba
TUHAN yang diutus oleh TUHAN telah sampai ke ujung bumi, sampai kepada bangsa
kafir, sampai ke bangsa Indonesia, sampai kepada kita malam ini.
Singkat
kata: Iman percaya timbul dari pendengaran akan firman Kristus, firman Yang
Diurapi. Harus firman Kristus, harus firman Yang Diurapi.
Mari
kita lihat FIRMAN YANG DIURAPI.
Saudara
harus tahu firman Kristus, firman Yang Diurapi.
2
Petrus 1:20-21
(1:20) Yang
terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak
boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (1:21) sebab tidak
pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh
Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Yang
terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak
boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, tidak boleh
diartikan sesuka hati saat khotbah. Banyak saya
lihat hamba TUHAN yang seperti itu, baik di televisi, baik di media sosial, mereka
sesuka hati dalam menyampaikan firman TUHAN. Sesungguhnya, Kitab Suci tidak
boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat
dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang (hamba-hamba
TUHAN) berbicara atas nama Allah.
Singkatnya:
Firman Allah yang disampaikan oleh hamba-hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN tidak
boleh ditafsirkan menurut kehendaknya sendiri, tetapi oleh dorongan Roh-El
Kudus. Firman itu disampaikan harus dengan dorongan Roh-El Kudus, itulah yang
disebut ilham Roh-El Kudus.
Misalnya;
ayat menjelaskan ayat, atau ayat menerangkan ayat. Jadi, ayat yang satu
dijelaskan oleh ayat yang lain; saling menjelaskan, saling menerangkan, saling menguatkan
antara ayat yang satu dengan ayat yang lain, itulah pemberitaan firman dalam
ilham Roh Kudus, itulah firman Yang Diurapi. Jadi, dengan demikian, iman timbul
dari pendengaran firman Kristus.
Tidak
mungkinlah satu ayat atau dua ayat firman, lalu diterangkan dengan si kancil,
dijelaskan dengan si buaya, dijelaskan oleh cerita-cerita isapan jempol,
dijelaskan dengan dongeng-dongeng yang tidak jelas keasliannya, tidak
mungkinlah iman timbul dari sana. Walaupun sepertinya sidang jemaat terhipnotis
oleh karena bahasa yang tinggi-tinggi, oleh karena gaya dari hamba TUHAN
tersebut luar biasa, lalu oleh karena gaya, sehingga terhipnotis, tanpa sadar,
sidang jemaat sebagai audiens memberi applause (tepuk tangan);
sebetulnya, itu bukan iman.
Yang
pasti, iman timbul dari firman Kristus, firman yang diurapi; ayat satu
menjelaskan ayat yang lain, ayat satu menerangkan ayat yang lain. Jadi, saling
menerangkan, saling menjelaskan; mulut ini hanyalah penyambung mulut bibir
lidah TUHAN.
Ketika
bangsa Israel menolak firman, TUHAN mengutus hamba-hamba-Nya sampai ke ujung
bumi; di situlah iman itu timbul, sehingga bangsa kafir pun percaya kepada
Allah, percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, Allah yang esa, Allah yang hidup, Allah
Abraham Ishak Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat
yang berdaulat atas kehidupan kita masing-masing.
Semua
belajar dan perhatikan hal ini, jangan diabaikan. Kita harus rendah hati.
Tiadalah mungkin kita bisa berubah kalau kita tidak rendah hati saat menerima
firman; tidak akan bisa berubah, percayalah.
Biar
sehebat apapun seorang motivator, dia tidak akan bisa menyucikan hidup manusia.
Jangankan hidup manusia, hidupnya (hidup dari seorang motivator) saja tidak
suci, dan dia pun tidak bisa menyucikan audiens (sidang jemaat). Hanya Firman
TUHAN yang bisa menyucikan kehidupan manusia, tetapi tentu harus disampaikan
dengan Ilham Roh Kudus, supaya iman itu timbul.
2
Timotius 3:16-17
(3:16) Segala
tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran. (3:17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan
Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Firman
yang diilhamkan oleh Roh Allah yang suci, berkuasa dan bermanfaat:
1.
Untuk mengajar kita.
2.
Untuk menyatakan kesalahan kita.
3.
Untuk memperbaiki kelakuan kita.
4.
Untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Empat
hal ini tidak akan mungkin terjadi kalau kita hanya sekedar mendengar motivator.
Empat hal ini akan kita alami dan terjadi dalam kehidupan kita, kalau kita mau
menerima pemberitaan firman dalam ilham Roh-El Kudus, itulah firman yang
diurapi, sehingga dengan demikian; tiap-tiap manusia atau anak-anak
TUHAN atau milik kepunyaan TUHAN diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
TUHAN memperlengkapi kita untuk setiap perbuatan yang baik.
Kalau
empat hal ini nyata di dalam diri kita, berarti TUHAN memperlengkapi kita untuk
setiap perbuatan yang baik. Oleh sebab itu, dari tadi saya sampaikan; kita
harus dengan rendah hati untuk mendengar firman, tetapi firman yang
bagaimana? Mendengar firman yang diurapi, maka dari situ iman akan timbul.
Kalau
saudara merasa hal ini penting, stabilokan: “Dengan demikian,
milik kepunyaan TUHAN diperlengkapi untuk setiap perbuatan yang baik.”
Kita
perhatikan Amsal 1, dengan perikop: “Nasihat hikmat.”
Nasihat Firman TUHAN harus kita terima malam ini dalam bentuk ilham Roh Kudus,
ayat menerangkan ayat.
Amsal
1:20-23
(1:20) Hikmat
berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia
memperdengarkan suaranya, (1:21) di atas tembok-tembok ia
berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan
kata-katanya. (1:22) "Berapa lama lagi, hai orang yang tak
berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar
kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? (1:23)
Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi
hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu.
Hikmat
Allah diserukan, antara lain;
-
Diserukan di jalan-jalan,
-
Diserukan di lapangan-lapangan,
-
Diserukan di atas tembok-tembok,
-
Diserukan di depan pintu gerbang kota.
Hal
ini sama dengan pengakuan dari pada Rut kepada Naomi, mertuanya: Ke mana
engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ
jugalah aku bermalam.
Itu
kan masih di daerah luar (halaman), di lapangan -- itu berarti di
halaman --, dan itu berbicara “iman.”
Kasih
TUHAN tidak pernah berkesudahan, bukan? Nasihat firman, didikan firman, kita
terima, sebab TUHAN mau perlengkapi kita sebagai milik kepunyaan-Nya untuk
setiap perbuatan baik. Tidak bisa kita berbuat baik di luaran sana, di mana pun
kita berada, kalau TUHAN tidak memperlengkapi kita dengan firman Kristus.
Roma
10:11
(10:11) Karena
Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak
akan dipermalukan."
Barangsiapa
yang percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, bukan hanya bangsa Yahudi, tetapi juga
bangsa kafir percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, maka ia tidak akan dipermalukan.
Jadi,
orang yang memiliki iman, baik bangsa Yahudi, maupun bangsa kafir -- yang bukan
Yahudi --, tidak dipermalukan oleh TUHAN.
Hal
yang senada juga diucapkan oleh Rasul Petrus. Jadi, apa yang dinyatakan oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, ternyata juga dinyatakan oleh Simon Petrus;
dialah saksi hidup tentang penyaliban Yesus Kristus.
Sebetulnya,
kita dibenarkan oleh iman, dibenarkan oleh darah salib (iman), dan dialah (Simon
Petrus) saksi yang masih hidup, dan dia juga yang menyaksikan itu.
1
Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada
tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu
yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang
percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
Rasul
Paulus dengan tegas mengatakan: Allah telah meletakkan di Sion ...
-
Sebuah batu yang terpilih.
-
Sebuah batu penjuru.
-
Sebuah batu yang mahal.
Ini
adalah gambaran dari korban Kristus, gambaran dari pribadi Yesus Kristus yang
disalibkan. Berbicara “batu” di sini, itu selalu terkait dengan pribadi Yesus
yang disalibkan, itulah korban Kristus. Dan barangsiapa percaya kepada korban
Kristus, Yesus yang disalibkan, maka ia tidak akan dipermalukan.
Jadi,
iman percaya kita kepada darah salib itu penting; dan siapa yang percaya kepada
korban Kristus tidak dipermalukan.
1
Perus 2:7
(2:7) Karena
itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya:
"Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah
menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu
sandungan."
Karena
itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal -- korban Kristus itu mahal --, tetapi
bagi mereka yang tidak percaya, bagi mereka yang tidak memiliki iman: “Batu
yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, yang disalibkan oleh
tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu
sentuhan dan suatu batu sandungan.”
Batu
yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan.
-
Batu yang telah dibuang, jelas itu berbicara
tentang korban Kristus.
-
Tukang-tukang bangunan, itulah imam-imam
kepala, tua-tua, ahli Taurat yang menyalibkan pribadi Yesus Kristus.
Itulah
batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Jadi, batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan, jelas itu menunjuk; korban Kristus.
Kedudukan
dari iman, ada pada daerah Halaman, sedangkan pada daerah halaman terdapat 2
(dua) alat di dalamnya:
1.
Mezbah Korban Bakaran.
2.
Kolam Pembasuhan Tembaga.
Kalau
dikaitkan dengan anatomi (tubuh manusia), maka kedudukan dari;
-
Mezbah Korban Bakaran ini ada pada kaki
manusia, secara khusus tungkai bawah (tulang kering).
-
Sedangkan Kolam Pembasuhan Tembaga,
kedudukannya ada pada tungkai atas manusia (paha).
Jadi,
Mezbah Korban Bakaran dan Kolam Pembasuhan ini menopang Ruangan Suci, menopang
pekerjaan TUHAN. Iman itu dasar, itulah
yang menopang Ruangan Suci.
Ibrani
11:1
(11:1) Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Iman
itu adalah dasar untuk berharap, dasar untuk menopang Ruangan Suci (berharap).
-
Tabernakel lahiriah, itulah yang dibangun
oleh Musa.
-
Tabernakel rohani, itulah tubuh kita
(anatomi tubuh kita).
Jadi,
kita tidak perlu membangun Tabernakel Musa. Yang kita bangun adalah Tabernakel
rohani, sampai kepada sempurna, Tabernakel sejati, Kristus Yesus.
Sebab,
banyak orang Kristen keliru soal Tabernakel ini. Ada yang bilang, Tabernakel
adalah ajaran kuno, ajaran ketinggalan zaman, dan lain sebagainya, padahal dia
tidak mengerti “arti rohani.”
Kembali
saya sampaikan: Iman adalah dasar untuk berharap, dasar untuk menopang Ruangan
Suci. Kemudian, iman adalah bukti dari yang tidak kita lihat.
Kalau
kita percaya bahwa langit bumi ini diciptakan oleh firman, itu adalah iman.
Iman itu selain dasar untuk berharap, juga bukti dari yang tidak kita lihat. Ketika
langit bumi serta unsur-unsurnya ini diciptakan, pada saat itu kita tidak ada
di situ. Jadi, iman adalah bukti dari yang tidak kita lihat.
Sekali
lagi saya tandaskan: Selain dasar untuk menopang Ruangan Suci, dasar untuk
berharap, iman juga adalah bukti dari yang tidak kita lihat.
Itulah
perkataan Rut pada bagian yang pertama. Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel,
itu terkena pada daerah Halaman, yang berbicara tentang iman percaya. Oleh
sebab itu, Rut tidak dipermalukan oleh TUHAN sampai kapan pun.
Itu
sebabnya, atas seizin TUHAN, Rut adalah;
-
Satu-satunya bangsa kafir yang dipercaya
untuk membangun Israel menjadi Israel yang besar.
-
Satu-satunya bangsa kafir yang memiliki
kitab dalam kitab suci ini.
Itulah
iman.
Perkataan
Rut kepada Naomi dibagi 3 bagian, YANG
KEDUA: Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.
Perkataan
ini kalau dikaitkan dengan Pola (Pengajaran) Tabernakel, terkena pada RUANGAN
SUCI.
Malam
ini kita semua berada dalam perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab, Bible
Study, berarti “belajar.” Kalau pun
saudara lebih tua dari saya, saudara tidak perlu malu untuk Bible Study.
Kembali
saya sampaikan: Perkataan Rut yang kedua ini, kalau dikaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel, terkena pada Ruangan Suci,
yang berbicara tentang pengharapan.
Saya
ini tidak asal-asal untuk mengatakan bahwa Ruangan Suci itu berbicara tentang pengharapan.
Saya akan membuktikannya kepada saudara.
Saya
berharap, kiranya sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, atau umat TUHAN yang
senantiasa memberikan diri digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia,
lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam negeri,
maupun di luar negeri, perhatikanlah baik-baik, ikuti dengan baik-baik supaya
pengikutan kita tidak berhenti di tengah jalan, seperti gereja Orpa. Mari kita
belajar sama seperti Rut, dan kehidupan kita digambarkan seperti gereja Rut di
hari-hari terakhir ini.
Sekali
lagi saya sampaikan: Ruangan Suci itu berbicara tentang PENGHARAPAN.
1
Yohanes 3:3
(3:3) Setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri
sama seperti Dia yang adalah suci.
Setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia
yang adalah suci = Pengharapan.
Kalau
kita mau menyucikan diri, sama seperti Dia hidup dalam kesucian, itu adalah
pengharapan.
Mengapa
kita harus hidup suci dan memberikan diri untuk disucikan oleh firman Allah?
Karena kita menaruh pengharapan kepada Dia. Kalau kita tidak menaruh pengharapan
ya untuk apa kita menerima penyucian firman? Lebih baik kita datang
untuk melihat mujizat, lebih baik kita datang seperti hamba TUHAN yang sibuk mengadakan
mujizat di dalam rumah TUHAN, di dalam kemah, di dalam gereja, untuk apa?
Tetapi
yang pasti, penyucian supaya kita hidup suci adalah karena kita menaruh
pengharapan kepada Allah, itulah Ruangan Suci, ruang penggembalaan, di situ
kita mengalami penyucian oleh air yang limpah, karena kita menaruh pengharapan.
Penyucian supaya kita hidup suci, itu adalah pengharapan. Kalau tidak mau
disucikan, berarti tidak menaruh pengharapan kepada Allah.
Lewat
pengertian yang suci, kita dapat menyenangkan hati TUHAN kelak. Tanpa
pengertian, tiadalah kita bisa menyenangkan hati TUHAN, setiap kali kita
menghadap TUHAN.
Ibrani
6:19
(6:19) Pengharapan
itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan
sampai ke belakang tabir,
Pengharapan
itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Dan pengharapan itu telah
dilabuhkan sampai ke belakang tabir, itulah Ruangan Maha Suci.
Kita
ini berada di dalam penggembalaan GPT “BETANIA”,
bagaikan berada di dalam Ruangan Suci, sehingga di dalam Ruangan Suci, di dalam
penggembalaan ini, kita mengalami penyucian untuk menjadi sama dengan Dia yang
adalah suci. Itu juga merupakan tanda bagi kita untuk menaruh pengharapan yang
besar kepada Allah, tidak kepada yang lain.
Kalau
tidak hidup suci, tidak mau menerima penyucian, maka kita bisa menaruh harap
kepada yang lain; bisa menaruh harap kepada Setan yang bisa memberi kekayaan,
walaupun tanpa kesucian. Tetapi orang yang menaruh harapan amat sangat besar
kepada TUHAN, harus mengalami penyucian, supaya sama dengan Dia yang adalah suci.
Roma
8:24
(8:24) Sebab
kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat,
bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa
yang dilihatnya?
Kita
diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat bukanlah
pengharapan lagi, sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
Ketika
kita sudah melihat, lalu bagaimana kita menaruh harap kepada yang dilihat? Kita
mengharap kepada yang tidak dilihat, itulah pengharapan yang benar.
Kita
menerima penyucian oleh Firman Allah, itu karena kita menaruh pengharapan
kepada yang tidak kita lihat, menaruh pengharapan yang besar kepada Allah,
supaya kita masuk sorga, walaupun saat ini kita belum melihat sorga.
Jadi,
sudah sangat jelas: Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa
kita, dan pengharapan itu berkuasa melabuhkan kita sampai kepada keselamatan,
sampai ke balik tabir, itulah Ruangan Maha Suci, dengan lain kata;
diselamatkan, itulah keselamatan kekal.
Kalau
seseorang tidak mau menerima penyucian, maka ia pasti tidak menaruh pengharapan
kepada Allah. Percayalah. Tetapi selama seseorang mau menerima penyucian demi
penyucian di tengah Ruangan Suci (penggembalaan), pasti orang semacam ini menaruh
pengharapan yang besar kepada Allah, tidak menaruh pengharapan kepada yang
kelihatan;
-
Tidak menaruh pengharapan kepada pekerjaan.
-
Tidak menaruh pengharapan kepada gaji.
-
Tidak menaruh pengharapan kepada uang.
-
Tidak menaruh pengharapan kepada bisnis
usaha.
-
Tidak menaruh
pengharapan kepada apa saja yang kelihatan.
Tetapi
pengharapan yang benar adalah berharap kepada yang tidak kelihatan.
Roma
8:25
(8:25) Tetapi
jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya
dengan tekun.
Kalau
memang kita mengharapkan Kerajaan Sorga, mengharapkan yang tidak kelihatan oleh
mata, maka kita harus menantikannya dengan tekun.
Maukah
saudara bertekun? Maukah saudara berpaut kepada TUHAN? Atau saudara mau
berhenti di tengah jalan? Apakah terlalu banyak ujian yang mendesak?
Bertekunlah walaupun ada ujian yang mendesak; entah itu derita, entah itu
kesulitan, entah itu derita karena sakit, karena ini itu, kesulitan karena
ekonomi merosot, pergumulan masih banyak, namun jangan berhenti di tengah jalan.
Saya
tahu, tidak mudah untuk melewati itu semua. Saya pun harus mengakuinya, dan
saya juga harus sampaikan: “Tidak mudah”, tetapi tetaplah berpaut kepada
TUHAN. Biarlah kita menaruh pengharapan kepada TUHAN, kepada yang tidak kita
lihat, dan untuk menantikannya, maka kita harus bertekun.
Marilah
kita lihat “Ketekunan” itu di dalam Ibrani 10. Marilah kita lihat
KETEKUNAN itu; apa yang dimaksud dengan ketekunan?
Ibrani
10:22-24
(10:22) Karena
itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman
yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita
teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang
menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan
supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Pada
pembacaan Ibrani 10:22-24, kita menemukan 3 (tiga) kata di dalamnya:
1.
Pada ayat 22 terdapat kata IMAN à Ketekunan
dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
2.
Pada ayat 23 terdapat kata PENGHARAPAN
à Ketekunan
dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
3.
Pada ayat 24 terdapat kata KASIH à Ketekunan
dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Saudara
perhatikanlah firman ini, semua harus rendah hati, supaya jangan sia-sia
pengikutan kita. Tidak ada artinya jika kita sombong. Orang yang sombong akan
direndahkan TUHAN, sedangkan orang yang rendah akan ditinggikan oleh TUHAN.
-
Siapa yang mau dibesarkan? Maka, rendah
hati sajalah.
-
Siapa yang mau ditinggikan? Maka, rendah
hati saja.
Kadang
kita keliru;
-
Mau menjadi orang besar, tetapi tidak mau
rendah hati,
-
Mau ditinggikan, tetapi tidak mau rendah
hati,
Sehingga menjadi bodoh. Maka, lebih baik,
kita pertahankan pengertian sorgawi lewat nasihat firman.
Lucunya,
kadang seseorang tidak mengerti apa yang saya sampaikan, namun malah
tersinggung, padahal yang saya sampaikan ini benar.
Kalau
dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel:
-
MEJA ROTI SAJIAN, arti rohaninya; tekun
dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = Domba-domba
diberi makan. Hasilnya adalah iman (firman). Makanan rohani kita adalah
firman iman.
-
PELITA EMAS, arti rohaninya; tekun dalam
Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian = Domba-domba diberi minum Roh.
Hasilnya adalah pengharapan. Terang itu ada, karena ada minyak urapan
Roh Kudus, ada kesaksian.
-
MEZBAH DUPA, arti rohaninya; tekun dalam Ibadah
Doa Penyembahan. Hasilnya adalah kasih. Hanyut dan tenggelam dan dihisap
dalam kasih Allah saat kita menyembah TUHAN lewat doa penyembahan.
Jadi,
yang disebut tergembala dalam Ruangan Suci, yang disebut menaruh pengharapan
kepada Allah, yang disebut menaruh pengharapan kepada yang tidak kelihatan --
itulah Sorga --, maka harus tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok.
Ketekunan
dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, itu bukanlah buatan tangan manusia, tetapi
itu adalah buatan tangan Allah, dari sorga. Jadi, saudara jangan keliru soal
ibadah-ibadah di atas muka bumi; jangan seenaknya sendiri, jangan seenak udelnya
hamba TUHAN mengatakan ibadah Family Altar, ibadah inilah, ibadah
pertengahan minggu-lah, macam-macam, padahal dia tidak mengerti soal
penggembalaan, dia tidak mengerti soal ketekunan dalam mengharapkan sorga yang
tidak kelihatan. Saya greget melihat hamba TUHAN yang demikian.
Tetapi
anehnya, lebih suka sidang jemaat mencari hamba TUHAN yang sesuka udelnya
mengadakan ibadah; ada ibadah Family Altar, ada ibadah pertengahan
minggu, ada ibadah ini, ada ibadah itu. Terserah, buat saja ibadah semacam itu,
tetapi soal ibadah dari Allah, ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, itu
adalah harga mati; di situlah kita bertekun mengharapkan yang tidak kelihatan.
Enak
bukan? TUHAN tolong kita untuk masuk sorga. Jadi, kalau tidak selamat, maka
jangan salahkan TUHAN loh saudara, khususnya dalam penggembalaan GPT “BETANIA” ini.
Ibrani
10:25
(10:25) Janganlah
kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Tekunlah
dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok untuk menantikan pengharapan dari Allah, yang
tidak kelihatan, itulah Kerajaan Sorga.
Kalau
kita semua ditanya: Mau sorga atau neraka? Maka, pasti akan menjawab "Sorga,
Oom" dengan cepat, tetapi tidak mau bertekun. Bukankah itu
bodoh namanya?
Sekarang,
sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, saudara umat TUHAN yang senantiasa bertekun
digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang
dan Cilegon, termasuk malam ini dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
perjamuan suci, ayo bertekun untuk menantikan pengharapan yang tidak kelihatan,
itulah Kerajaan Sorga.
Banyak
orang Kristen hanya mau “enaknya”, tetapi yang “tidak enaknya” tidak mau. Padahal
sebetulnya, ketika kita memikul salib, semuanya menjadi enak sebetulnya.
Awalnya kita ogah-ogahan karena takut, tetapi setelah dialami dan diselami,
ternyata rendah hati itu nikmat.
Pikullah
kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Awalnya
kita seperti ogah-ogahan terhadap salib, tetapi sebetulnya kalau kita lemah
lembut dan rendah hati, betul-betul bertekun di dalam memikul salib itu, maka
tenang jiwa kita, enak. Yang tidak tidak enak itu adalah keras hati, tebal
hati, sombongnya minta ampun, tidak mau rendah hati. Harga diri dipasang terus,
maka susahlah jadinya hidup ini, sehingga kaku mengasihi TUHAN, kaku mengasihi
sesama, tidak mau ramah-ramah. Padahal kalau sudah diselami; enak, tenang kita
ini. Enak tenang dan enak tenan. Enak toh? Sesungguhnya enak, tetapi karena kita sudah diawali dengan
ogah-ogahan “ah, tiga macam ibadah pokok, lalu salib lagi”, loh yang
bikin tenang itu adalah salib.
Roma
15:4
(15:4) Sebab
segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran
bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan
dan penghiburan dari Kitab Suci.
Apa
yang sudah ditulis oleh Musa soal Tabernakel, itu adalah menjadi pelajaran dengan
segala arti rohaninya, supaya kita tekun menaruh pengharapan kepada TUHAN, soal
ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Itu harus menjadi pengalaman kita
dalam bentuk yang rohani. Saya berharap, kita belajar dari apa yang sudah kita
terima malam ini.
Sebab
segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi
kita.
Ketika Musa naik di gunung Sinai, di situlah Musa menerima petunjuk dari Allah
untuk mendirikan Tabernakel, lalu ditulis dengan rapi, dan tulisan itu bisa
kita baca di dalam Keluaran 25-30, soal
petunjuk untuk mendirikan Tabernakel.
Lalu,
juga menjadi pelajaran bagi kita sekarang secara rohani. Kalau dulu, Musa membuat
3 (tiga) macam alat di dalam Ruangan Suci, maka untuk kita sekarang, kita ambil
arti rohaninya, itulah ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok, supaya apa? Supaya
kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dalam 3 (tiga) macam
ibadah pokok dan penghiburan dari firman yang tertulis.
Entah
apa jadinya kalau kita jauh dari ibadah; yang menderita tetap menderita. Tetapi
oleh karena firman ini, kita terhibur, ada pengharapan.
Perkataan
Rut kepada Naomi dibagi 3 (tiga) bagian,
YANG KETIGA: Di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di
sanalah aku dikuburkan. Di mana kuburmu, di situ pun kuburku.
Perkataan
ini kalau dikaitkan dengan Pola (Pengajaran) Tabernakel, terkena pada RUANGAN
MAHA SUCI. Sedangkan Ruangan Maha Suci berbicara tentang kasih yang tidak berkesudahan.
Rut
1:17
(1:17) di mana
engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah
kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu
apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Beginilah
kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu
apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut! Hal ini
berbicara tentang kasih. Jika sudah dipersatukan oleh kasih, maka tidak bisa dipisahkan
oleh apapun, kecuali maut.
Jadi,
sudah sangat jelas: Perkataan Rut yang ketiga ini, kalau dikaitkan dengan Pola
Tabernakel, terkena pada Ruangan Maha Suci. Sedangkan Ruangan Maha Suci
berbicara tentang kasih yang sifatnya kekal, tidak berkesudahan,
tidak bisa terpisah oleh kasih, kecuali maut.
Tingkat
rohani dari gereja Rut di hari-hari terakhir ini harus memuncak sampai kepada
kasih; tidak terpisah dengan Allah, apapun resikonya, kecuali oleh maut. Jangan
sampai karena tidak punya uang, lalu kita berpindah haluan dengan mengikuti
allah asing. Jangan karena menganggur, kita tinggalkan penggembalaan, terpisah
dari kasih Allah, lalu akhirnya tidak jelas keadaannya. Tetapi apapun yang
terjadi, biarlah kiranya saya dan saudara tetap satu di dalam TUHAN, diikat
oleh kasih Allah, tidak dapat dipisahkan oleh apapun, kecuali maut (kematian)
menjemput.
Jangan
dijemput orang untuk bekerja, lalu kita tinggalkan kasih Allah. Jangan dijemput
pekerjaan, lalu kita tinggalkan kasih Allah. Siapapun yang menjemput, biarlah kita
tetap satu dengan Allah, diikat oleh kasih yang kekal, kecuali dijemput oleh
maut. Hanya satu yang menjemput kita bisa terpisah dari Allah, itulah maut.
Marilah
kita lihat hal yang senada di dalam Yohanes 21, dengan perikop: “Gembalakanlah
domba-domba-Ku.”
Inilah
tuntutan TUHAN kepada hamba-hamba TUHAN, yaitu supaya kawanan domba Allah
tergembala dengan baik; maka, seorang hamba TUHAN tidak boleh terpisah dari
kasih Allah, selain dijemput oleh maut. Seorang hamba TUHAN harus memiliki
komitmen, apalagi seorang gembala sidang.
Yohanes
21:15-17
(21:15) Sesudah
sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus
kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:16)
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya:
"Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata
Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:17) Kata
Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk
ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata
kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku.
Sesudah
sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya:
"Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Namun,
setelah mendengarkan pernyataan Simon Petrus, kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kemudian,
kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Ini adalah pertanyaan yang kedua.
Padahal, pertanyaan Yesus yang pertama sudah dijawab, namun masih ada
pertanyaan yang kedua dengan pertanyaan yang sama.
Lalu, jawab Petrus kepada TUHAN
Yesus: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Petrus
kembali menjawab Yesus dengan jawaban yang sama. Lalu, setelah mendengarkan
jawaban Simon Petrus yang kedua ini, kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku." Tetap dengan pernyataan yang sama.
Lalu,
kata Yesus untuk yang ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku?" Setelah mendengarkan pertanyaan yang sama untuk
yang ketiga kali ini, maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk
ketiga kalinya, dengan kata lain; sedihlah hati Petrus karena Yesus tahu
bahwa Simon Petrus tidak mengasihi Yesus dengan kasih yang kekal, tidak
mengasihi TUHAN dengan kasih Agape.
TUHAN
Yesus tahu segala sesuatu, itu sebabnya Yesus berulang-ulang bertanya, lalu
sedihlah hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, sama dengan;
sedihlah hati Petrus karena TUHAN Yesus tahu bahwa ternyata dia tidak mengasihi
TUHAN dengan kasih Agape, kecuali dengan kasih fileo dan kasih eros.
-
Kasih fileo adalah kasih daging.
-
Kasih eros adalah hubungan antara lawan
jenis saja.
Sesungguhnya,
yang TUHAN mau adalah kasih Agape, sifatnya kekal, tidak berubah-ubah, supaya
kehidupan kita tidak terpisah dari kasih Allah, selain dijemput oleh maut.
Itulah yang TUHAN mau.
Inilah
yang TUHAN tuntut dari seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala,
yaitu mengasihi TUHAN dengan kasih Agape. Ketika dia mengasihi TUHAN dengan
kasih Agape, maka dia pun bisa mengasihi sesama sama seperti mengasihi dirinya
sendiri, dengan kata lain; dia dapat bertanggung jawab terhadap kawanan domba Allah
yang dipercayakan oleh TUHAN.
Lalu
Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Akhirnya, Simon Petrus
menyerah dan mau mengasihi TUHAN dengan kasih Agape. Kalau kita menerima
teguran, kita harus mau mengakui dan menyerah, sesuai dengan tuntutan firman
yang kita terima.
Kembali
saya sampaikan: Yang TUHAN mau dari seorang hamba TUHAN, yang TUHAN tuntut dari
seorang gembala sidang adalah untuk mengasihi TUHAN dengan kasih Agape,
sehingga dengan demikian ia dapat mengasihi kawanan domba Allah seperti
mengasihi diri sendiri.
Kalau
mengasihi karena keinginan daging (yang pertama), TUHAN belum puas. Kalau
mengasihi karena ada lawan jenis, TUHAN belum puas. Yang TUHAN mau adalah
seorang hamba TUHAN mengasihi TUHAN dengan kasih Agape, sehingga dengan
demikian, ia bisa mengasihi kawanan domba Allah seperti dirinya sendiri.
Kalau
saya melihat kondisi sidang jemaat terpuruk, saya bukan hanya sedih, tetapi
juga kepikiran. Jika sidang jemaat terpuruk disebabkan oleh kesombongan, saya
kepikiran; terpuruk karena memang ekonomi lemah, saya kepikiran; itulah supaya
saudara tahu. Masih ada di antara kita yang menganggur, itu adalah beban saya.
Saya selalu tangisi dalam sahutan saya kepada TUHAN.
Yohanes
21:18
(21:18) Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,
tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan
tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa
engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
Sesungguhnya
ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan
ke mana saja kaukehendaki. Inilah hamba TUHAN dengan nafsu muda:
Mengikat pinggang sendiri, kemudian berjalan ke mana saja sesuai dengan
kehendaknya, keinginan hatinya saja, persis seperti Elimelekh; dia meninggalkan
TUHAN hanya karena keinginan hatinya, dia bawa keluarganya sampai ke Moab.
Sesudah di Moab, tidak sesuai dengan harapan yang besar kepada TUHAN, ternyata
justru apa yang dia bawa dari Betlehem, semuanya habis, sehingga akhirnya
menderitalah Naomi seorang diri. Itulah nafsu orang muda, dan itu harus
dijauhkan; kita sudah mendapat pelajaran itu pada minggu-minggu yang lalu.
Tetapi
perhatikan, pada bagian B: Tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan
mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke
tempat yang tidak kaukehendaki.
Inilah
kondisi dari pada Simon Petrus setelah ia tua: Ia mengulurkan tangan dan orang
lain mengikatnya, dan selanjutnya membawa dia ke tempat yang tidak dia
kehendaki.
Kalau
dahulu, dia melangkah sesuai kehendaknya, tetapi setelah “tua”, dia mengulurkan
tangan, menyerahkan diri kepada TUHAN, dipakai sesuai kehendak TUHAN, lalu
orang lain mengikat tangannya, lalu dibawa ke tempat yang tidak ia kehendaki;
itu adalah sangkal diri pikul salib. Inilah yang TUHAN tuntut dari seorang
hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, supaya dengan sungguh-sungguh
mengasihi TUHAN dengan kasih yang kekal, kasih Agape, bukan fileo, bukan eros.
Kita
pun hendaknya sama seperti demikian. Biarlah kiranya kasih Agape tinggal di
dalam diri kita masing-masing.
PRAKTEK
KASIH AGAPE tinggal di dalam diri kita, yang akan kita perhatikan dalam 1
Korintus 13, dengan perikop: “Kasih”, tetapi bukan kasih fileo, bukan
kasih eros. Yang TUHAN tuntut dari sidang jemaat di Korintus adalah kasih Agape.
Dan lewat Rasul Paulus, TUHAN pun bercerita tentang kasih Agape.
1
Korintus 13:1-3
(13:1) Sekalipun
aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing. (13:2) Sekalipun
aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan
memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna
untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama sekali tidak berguna. (13:3) Dan sekalipun aku
membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku
untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak
ada faedahnya bagiku.
Sekalipun
aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan
canang yang gemerincing.
Kalau
hamba TUHAN fasih lidah di tengah-tengah pemberitaan Firman TUHAN, entah itu
menggunakan bahasa Ibrani, entah itu menggunakan bahasa Inggris, menggunakan bahasa
daerah, menggunakan bahasa dari tiap-tiap negara, namun kalau ia tidak memiliki
kasih, maka sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing;
tidak berfaedah, sebab tidak mempunyai nada tinggi dan tidak mempunyai nada
rendah, tidak berfaedah. Tidak bisa menyelami hati orang yang sombong, tidak
bisa menyelami hati orang yang rendah hati; ini kan egosentris namanya.
Inilah nafsu orang muda dari seorang hamba TUHAN, walaupun usianya tua.
Sekalipun
aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan
memiliki seluruh pengetahuan; kemudian memiliki iman yang sempurna
untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih Agape,
aku sama sekali tidak berguna.
Sekalipun
aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku -- tidak salah
memberitakan Injil, baik lewat TikTok, atau instagram, atau media sosial
lainnya --, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih Agape, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Yang
TUHAN tuntut dalam pemberitaan firman yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada
jemaat di Korintus adalah kasih Agape; kasih yang sifatnya kekal, kasih yang abadi,
kasih yang tidak berkesudahan; tidak terpisahkan dari kasih Kristus, kecuali
dijemput maut. Inilah pribadi dari pada Rut di dalam hal mengikuti Naomi,
gereja yang sudah mempunyai pengalaman dalam makan asam garam.
1
Korintus 13:4,8
(13:4) Kasih itu
sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. (13:8) Kasih tidak berkesudahan;
nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Kasih
itu sabar; kasih itu murah hati. Kasih tidak berkesudahan. Itulah
kasih Agape.
Saya
hanya membicarakan tentang kasih yang selalu diawali
dengan kata “kasih”, seperti yang terdapat pada;
-
Ayat 4: Kasih itu sabar; kasih itu
murah hati.
-
Kemudian, pada ayat 8: Kasih tidak
berkesudahan.
Itulah
kasih Agape.
Jadi,
kalau kita perhatikan perjalanan rohani dari pada gereja Rut sungguh luar
biasa, mulai dari imannya, pengharapannya sampai kepada kasihnya, karena
pengikutannya kepada TUHAN tidak berhenti di tengah jalan.
Sampai
pada akhirnya nanti, Rut akan digambarkan seperti Tabut Perjanjian, yang
terdiri dari 2 (dua) bagian:
Bagian
yang pertama: Peti dari Tabut perjanjian yang sudah dilapisi dengan
emas, bagian dalam dan luarnya, lahir batin ditutupi oleh tabiat Ilahi.
Bagian
yang kedua: Tutupan grafirat (tutupan pendamaian) dengan 2 (dua) kerub
di atasnya à Allah Tri
Tunggal, yakni TUHAN Yesus Kristus.
-
Tutupan grafirat, itulah Yesus, Anak
Allah.
-
Kerub pertama, itulah Allah Bapa, dengan
kasih-Nya.
-
Kerub kedua, itulah Allah Roh-El Kudus.
Kemudian,
dalam Keluaran 25, kedua sayap dari kedua kerub itu menudungi tutupan grafirat,
dan kedua kerub itu berhadap-hadapan, fokus menghadap kepada tutupan grafirat.
Demikian juga Allah Bapa dan Allah Roh Kudus berfokus
kepada pekerjaan pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah, untuk
menutupi peti perjanjian, untuk menaungi peti perjanjian, sehingga tidak nampak
lagi kekurangan-kekurangan, termasuk kekurangan dari Rut yang adalah bangsa
kafir (bangsa Moab), sehingga 3 (tiga) benda ada di dalam peti Tabut
Perjanjian, di mana semuanya bersifat kekal, mulai dari pada;
1.
Buli-buli emas berisi manna, itulah firman
yang sifatnya kekal. Buli-buli, bejana tanah liat, tetapi sudah dilapisi dengan
emas -- sifatnya kekal -- , berisikan manna.
2.
Kemudian, dua loh batu, itulah kasih
yang sifatnya kekal.
3.
Lalu, tongkat Harun yang bertunas, itu
berbicara tentang Roh Allah yang bersifat kekal, bersifat permanen.
Kalau
sudah bersifat permanen, mari kita lihat Rut 1:18-22
Rut
1:18-22
(1:18) Ketika
Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah
ia berkata-kata kepadanya. (1:19) Dan berjalanlah keduanya sampai
mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah
seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata:
"Naomikah itu?" (1:20) Tetapi ia berkata kepada mereka:
"Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa
telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (1:21) Dengan tangan yang
penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku.
Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang
aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (1:22)
Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu,
menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke
Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.
Ketika
Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia,
berhentilah ia berkata-kata kepadanya. Akhirnya, Setan
pun bosan melihat kita, kalau kita tetap berpaut kepada TUHAN. Karena darah
salib jaminannya, maka Setan pun bosan untuk mendesak dengan segala ujian-ujian
yang dinyatakan, segala dakwaan, penghukuman yang dinyatakan oleh Setan.
Naomi
tidaklah Setan, tetapi pemikirannya yang Setan. Kalau menghalangi orang untuk
ikut TUHAN, itu adalah pemikiran Setan, sama seperti pemikiran dari pada Simon
Petrus. Ketika Yesus menceritakan keadaan-Nya, bahwa Ia harus mati terbunuh di
atas kayu salib, lalu bangkit pada hari ketiga, setelah mendengar itu, Petrus
berkata: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali
takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus:
"Enyahlah Iblis." Petrus bukan Iblis, tetapi segala kegiatan
ada rohnya. Kegiatan Petrus yang mengajak Yesus untuk menolak salib, itu adalah
pekerjaan Setan.
Jadi,
Setan pun bosan kok melihat kita, kalau dalam kehidupan kita ini dilumuri
dengan darah salib. Oleh sebab itu, kalau tidak ada tanda darah, jangan
coba-coba tengking Setan, apalagi dengan sombong berkata: “Saya lawan dia.”
Hati-hati, saudara bisa kerasukan Setan nanti, tetapi harus dengan rendah hati;
ada tanda darah.
Dan
berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke
Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata:
"Naomikah itu?"
Tetapi
ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah
aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.
Dengan tangan yang penuh aku pergi ke Moab dengan kelimpahan, tetapi
dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan
aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah
mendatangkan malapetaka kepadaku."
Demikianlah
Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang
turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan
musim menuai jelai. Akhirnya, Rut dan Naomi tiba di Betlehem
pada saat permulaan musim menuai jelai. Apakah
itu kebetulan? Tidak.
Inilah
hebatnya TUHAN; kalau TUHAN mau angkat kita, bangsa kafir, maka kita akan menuainya.
Awal musim sampai akhir musim, kita akan menuainya. Dari Alfa sampai Omega,
Salib yang menjembatani kita semua, dan itulah yang menopang kita sekaliannya.
Ingatlah itu.
Inilah
yang diketahui oleh Boas di dalam Rut
3:11, di situ Boas berkata: Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut;
segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu, yaitu melindungi dan
penebusan; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang
perempuan baik-baik.
Inilah
perempuan baik-baik dengan segala tindak-tanduknya. Inilah perempuan baik-baik
dengan segala solah tingkahnya; sudah teruji di dalam hal pengikutannya kepada
Naomi, mertuanya, di mana dia adalah gereja Rut yang setia. Oleh sebab itu,
setialah.
TUHAN
berlaku setia kepada orang yang setia; TUHAN berlaku suci kepada orang yang
suci; tetapi terhadap orang yang bengkok hatinya, tidak lurus hatinya, TUHAN berlaku
belat-belit. Biarlah kiranya kita semua menjadi kehidupan yang setia.
Kelompok
yang mengaku diri baik ada banyak, bahkan sampai tidak mau dipersalahkan;
tetapi kelompok yang setia sangat sukar untuk ditemukan. Biarlah kita semua
menjadi kelompok gereja Rut yang setia, sampai tiba di Betlehem, rumah roti.
Jangan pernah lagi engkau tinggalkan rumah roti, supaya engkau jangan
kehilangan segala sesuatunya. Kembalilah, kalau engkau pernah terhilang.
Mungkin
engkau sudah tinggalkan TUHAN, atau mungkin sepertinya engkau di dalam TUHAN
tetapi sebetulnya engkau sudah tinggalkan TUHAN, lalu engkau harus kehilangan
segala sesuatunya; sadarilah, kembalilah, tibalah sampai di Betlehem, rumah
roti, maka semua gempar. Jadilah gereja TUHAN yang baik-baik. Haleluya.. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment