IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 20 MEI 2021
KITAB RUT
(Seri:137)
Subtema: RUT PEREMPUAN BAIK-BAIK
Kita
bersyukur kepada TUHAN oleh karena kasih dan kemurahan-Nya,
kita dihimpunkan di tengah-tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan
perjamuan suci.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan anak-anak
TUHAN, umat TUHAN yang senantiasa setia untuk ketekunan dalam Ibadah Pendalaman
Alkitab yang digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang &
Cilegon, Banten, Indonesia, baik
yang di dalam negeri, maupun yang di luar negeri,
lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook atau online.
Selanjutnya,
mari kita berdoa,
dalam doa itu kita mohonkan kemurahan hati TUHAN,
supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan kehidupan
kita pribadi lepas pribadi.
Mari
kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari
Rut 3.
Rut
3:11
(3:11) Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang
kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami
tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
Singkat
kata: Boas bersedia untuk menyanggupi permintaan Rut, yakni menjadi pelindung dan penebus bagi Rut.
Alasan
Boas untuk menyanggupi permintaan Rut ialah, di sini dikatakan dengan jelas: “Sebab setiap orang dalam kota kami tahu,
bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.” Singkatnya:
Rut adalah seorang perempuan baik-baik, bukan perempuan nakal.
Kemudian,
jejak Rut sebagai seorang perempuan baik-baik,
tercatat
dengan jelas di dalam kitab Rut pasal 1, pasal 2,
sampai pasal 3. Adapun
jejak Rut sebagai perempuan baik-baik, antara lain:
Pada pasal yang pertama (Rut 1):
Rut tetap berpaut kepada Naomi, mertuanya itu,
dari Moab sampai ke Betlehem, tanah Yehuda. Sedangkan, Orpa di tengah jalan
kembali kepada bangsanya, kembali kepada orang
tuanya, berarti;
tidak mau melepaskan dirinya dari noda kekafiran. Sebaliknya Rut;
dia meninggalkan noda kekafirannya dan berada di Betlehem bersama Naomi
mertuanya itu.
Kita
ini bukan bangsa Yahudi; kita ini bangsa Indonesia, kita ini
bangsa kafir,
tetapi biarlah kiranya pengikutan kita sama seperti Rut,
yang senantiasa berpaut kepada Naomi, mertuanya itu,
hingga kita semua berada di Betlehem, rumah roti bagi TUHAN.
Kemudian,
jejak Rut pada pasal yang kedua (Rut 2); Rut berada di ladang Boas. Pada
minggu yang lalu telah diuraikan, dan kiranya hal
itu menjadi berkat yang besar bagi kita semua. Biarlah kiranya kita berada di
ladang TUHAN, berarti; jangan membawa diri ini untuk
berada di ladang yang lain, antara lain:
-
Jangan
kita membawa diri ini untuk berada di ladang si pemalas, karena ladang si
pemalas semuanya ditumbuhi oleh onak dan duri,
dan itu menyakiti hati TUHAN dan sesama.
-
Kemudian,
jangan kita membawa diri ini untuk berada di ladang dunia --
berbicara soal ketidaktaatan Adam --, supaya tidak
merugikan kita masing-masing, supaya kita jangan bersusah payah mencari rejeki
di atas tanah ini seumur hidup kita masing-masing. Dan ini menjadi suatu sinyal
besar kepada laki-laki, secara khusus kepada mereka yang menjadi imam, kepala
rumah tangga.
Kemudian,
pada saat Rut berada di ladang Boas, terlihatlah
dengan jelas karakter (tabiat)
Rut sebagai seorang pekerja keras, yang disertai dengan
kerendahan hatinya, dan itu adalah
tanda bahwa Rut menghargai kemurahan-kemurahan yang besar itu,
yang ia peroleh dari TUHAN.
Kalau
menjadi bagian dari anggota keluarga Allah karena meninggalkan
kekafirannya,
itu adalah kemurahan hati TUHAN yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pribadi
lepas pribadi. Jadi, jangan anggap enteng saat kita beribadah kepada TUHAN,
jangan sibuk dengan perasaan, jangan sibuk dengan hati. Pokoknya,
seperti Maria saja kita datang dengar firman; duduk diam dekat kaki TUHAN,
terus dengar Firman TUHAN.
Ingat:
Kalau
kita berada di tengah ibadah, dan karena kita
mau melepaskan noda kekafiran, itu karena kemurahan TUHAN. Jadi, jangan sibuk
dan pusing dengan perkara lahiriah, jangan sibuk dengan perasaan hati manusia
lagi. Kalau kita berada dalam kegiatan Roh,
berikan dirimu dipimpin oleh Roh; jangan lagi
berikan dirimu dipimpin oleh daging-daging yang banyak meresahkan hati TUHAN.
Sekarang
kita akan melihat jejak Rut yang ketiga, tentu saja di dalam kitab Rut 3. Namun, sebelum kita melihat
jejak Rut yang ketiga, pada pasal yang ketiga ini, terlebih dahulu kita memperhatikan:
Rut 3:1-18 dibagi menjadi 2
(dua) bagian:
-
Ayat 1-7: Rut tidur (berbaring) di bawah kaki
Boas.
-
Ayat 8-18: Rut mohon
kepada Boas untuk menjadi pelindung dan penebus.
Kemudian, dalam susunan Tabernakel, Rut 3 terkena pada Meja Roti Sajian, dengan
roti di atas meja sajian.
Sedikit
kita akan kupas mengenai Meja Roti Sajian
ini, karena kita tidak fokus kepada Meja Roti Sajian. Hanya saja, dalam susunan Tabernakel, Rut 3 ini terkena pada Meja Roti
Sajian; nanti
kita bisa lihat buktinya, bahwa Rut 3
betul-betul terkena kepada Meja Roti Sajian.
Kita
akan melihat 2 (dua) kata, yaitu “meja”
dan “roti”.
Tentang: MEJA.
Arti
rohani dari “meja”
dapat kita langsung temukan di dalam Amsal
3.
Amsal
3:1,3
(3:1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan
ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (3:3) Janganlah kiranya kasih dan setia
meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada
loh hatimu,
Hai anakku, janganlah engkau melupakan
ajaranku
... Jangan lupakan ajaran TUHAN, nasihat Firman TUHAN. Oleh sebab
itu, biarlah hatimu
memelihara perintahku ... Firman TUHAN harus
dipelihara di dalam hati kita masing-masing.
Kemudian,
kembali di sini dikatakan, pada ayat 3:
Janganlah kiranya kasih dan setia
meninggalkan engkau! Selanjutnya: Tuliskanlah itu
pada loh hatimu.
Amsal
7:1-3
(7:1) Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan
simpanlah perintahku dalam hatimu. (7:2)
Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku
seperti biji matamu. (7:3)
Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu.
Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku -- perkataan yang keluar dari
mulut Allah, itulah Firman Allah --, dan simpanlah
perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup -- berpegang teguh kepada perintah Allah, supaya
kita hidup --; simpanlah
ajaranku seperti biji matamu. Firman Allah itu harus disimpan rapi-rapi sama seperti menjaga biji
mata.
Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan
tulislah itu pada loh hatimu. Biarlah
kiranya Firman Allah itu ditulis pada loh hati.
Singkat
kata: Meja adalah
gambaran dari hati manusia. Kemudian, adapun kegunaannya
adalah dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan dan menampung Firman Allah yang
suci sebanyak-banyak yang kita dengar dan terima dari TUHAN.
2
Korintus 3:3
(3:3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat
Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan
tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu,
melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah
surat Kristus, Alkitab
yang berjalan, yang ditulis oleh
pelayanan kami, ditulis
oleh pelayanan rasul-rasul, termasuk Rasul Paulus secara khusus, ditulis bukan dengan tinta -- bukan lagi ditulis dengan tinta di atas
lembaran-lembaran gulungan kitab, bukan lagi ditulis (digores) pada dua loh batu
--, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup -- Firman itu ditulis, dimeteraikan oleh Roh
Kudus --, bukan pada loh-loh batu,
melainkan dimeteraikan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Syarat untuk menjadi tempatnya roti (Firman
Allah) yang hidup.
Imamat
24:6
(24:6) engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah
sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
Engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun -- masing-masing terdiri dari 6 (ketul) roti
tiap-tiap susunnya --, di atas meja dari
emas murni itu, di hadapan TUHAN.
Singkat
kata: 12 (dua belas) ketul roti diatur menjadi 2 (dua) susun, 6 (enam) ketul
roti tiap-tiap susun, di atas meja dari
emas murni.
Biarlah
kiranya hati kita murni untuk menerima Firman Allah. Kemurnian di hati adalah
syarat pokok supaya firman itu mendapat tempat di hati kita. Jangan kita
mendengar firman, tetapi
hati kita tidak murni, itu tidak ada artinya,
sebagaimana
yang tertulis di dalam Yesaya 28:8;
bagaimana hati mereka seperti tempat muntahan, hati mereka menjadi
tempat kotoran,
tidak layak untuk dijadikan sebagai tempatnya Firman Allah.
Tetapi,
hati kita harus murni.
Yesaya 28:8, Sungguh, segala meja penuh dengan muntah,
kotoran, sehingga tidak ada tempat yang bersih lagi, menunjukkan bahwa hati tidak layak untuk
menjadi tempatnya Firman.
Jadi,
syarat untuk menjadi tempatnya firman ialah
hati
ini harus murni menerima Firman TUHAN.
Saya
juga yang menyampaikan Firman, harus murni;
jangan ada kepentingan-kepentingan, supaya nanti Firman itu
betul-betul berkuasa di dalam hati kita masing-masing.
Seorang
hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala,
tentu saja bahagia, manakala Firman itu mendapat
tempat di hati dari sidang jemaat, sehingga segala pergumulan
di kaki salib tidak menjadi sia-sia.
Sesudah kita melihat tentang meja, selanjutnya kita akan melihat ...
Tentang: ROTI.
Roti
adalah makanan yang menjadi kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan
kelangsungan hidup masing-masing manusia itu sendiri.
Yohanes
6:48-50
(6:48) Akulah roti hidup. (6:49) Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka
telah mati. (6:50) Inilah roti yang
turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
Yesus berkata: “Akulah roti hidup.” Selanjutnya, di sini dikatakan: Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan
mereka telah mati.
Biarlah
kita semua makan roti hidup supaya kita hidup. Sebaliknya, kalau tidak makan
roti hidup, maka sama seperti nenek moyang bangsa Israel;
selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, akhirnya mayat
mereka bergelimpangan.
Inilah roti yang turun dari sorga. Yesus adalah roti
hidup, roti yang turun dari Sorga. Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati, melainkan hidup
sampai selama-lamanya.
Oleh
sebab itu, biarlah kita betul-betul menghargai Firman
yang dibukakan,
dan itu merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup kekal. Dan perlu
untuk diketahui bersama-sama: Barangsiapa makan roti hidup ia tidak
akan mati.
Asal
atau cikal bakal dari roti hidup, terkait dengan Injil Yohanes 6:48, dengan perinciannya
sebagai berikut:
-
6
x 2 = 12.
-
Sedangkan,
ayat 48:2 = 24
Berarti,
itu menunjuk Injil Yohanes 12:24.
Ini loh kemurahan TUHAN. Setelah
saya teliti: “Oh iya, semuanya terkait ya Firman itu”. Setelah
saya
selidiki;
saya baca, saya hitung, saya kali bagi, oh luar biasa.
Kita
akan membaca Yohanes 12:24, untuk melihat “ketemu tidak”,
“benar
tidak”, bahwa roti hidup itu asal
muasalnya atau cikal bakalnya adalah dari Injil Yohanes 12:24, namun terlebih dahulu membaca ayat 23.
Yohanes
12:23-24
(12:23) Tetapi Yesus
menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji
gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji
saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Tetapi
Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia
dimuliakan, tetapi prosesnya untuk sampai dipermuliakan adalah mati
dan bangkit di atas kayu salib.
Inilah
proses untuk dipermuliakan: Jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia jatuh ke tanah dan
mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Jadi,
roti hidup adalah biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Yesus adalah biji
gandum yang telah jatuh ke tanah dan mati. Roti itu sumbernya dari gandum,
tidak datang dari mana-mana; itu
cikal bakal dari roti. Yesus
adalah roti hidup.
Yesus
berkata: Yesus adalah biji gandum yang telah jatuh ke tanah dan mati,
supaya kelak kita dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Dan ayat ini sangat sinkron sekali dengan Imamat 24:5.
Kita akan memperhatikan Imamat 24, dengan perikop: “Roti
Sajian.”
Imamat
24:5
(24:5) "Engkau harus mengambil tepung yang terbaik
dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar
harus dibuat dari dua persepuluh efa;
Engkau harus mengambil tepung yang terbaik
… Inilah
tepung yang terbaik itu; dimulai dari gandum,
kemudian nanti proses menjadi roti hidup itu adalah
harus mengambil tepung yang terbaik. Kemudian, membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap
roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa, harus mengambil tepung yang terbaik.
Singkatnya: Roti bundar sebagai
roti sajian itu harus berasal dari tepung yang terbaik, yaitu
yang diirik terlebih dahulu, lalu ditumbuk
halus menjadi tepung halus, lalu dibakar
menjadi 12 (dua belas) roti bundar. Jadi;
-
Gandum
itu diirik dengan halus.
-
Lalu
ditumbuk dengan 2 (dua) batu tumbuk sampai halus.
-
Lalu
dibakar menjadi 12 (dua belas) roti bundar.
Itu
prosesnya. Jadi,
sama; Yesus adalah biji gandum yang jatuh ke tanah
dan mati,
itu prosesnya.
Pendeknya:
Rut berada di tempat pengirikan.
Sekarang, kita akan melihat: TUJUAN UNTUK
BERADA DI TEMPAT PENGIRIKAN.
Kita akan memperhatikan Rut 3, dengan perikop: “Rut dan Boas di tempat pengirikan.” Jadi, kembali saya sampaikan: Rut 3, kalau kita kaitkan dengan pola
(susunan) Tabernakel, terkena pada Meja Roti Sajian. Setelah diirik dengan
halus, karena ditumbuk dengan 2 (dua) batu sampai halus, itu adalah tepung yang
terbaik, lalu selanjutnya dibakar.
Rut
3:5-7
(3:5) Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau
katakan itu akan kulakukan." (3:6)
Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat
seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. (3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah
ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian
datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari
kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang
engkau katakan itu akan kulakukan." Berarti, Rut ini adalah pribadi yang dengar-dengaran.
Biarlah kiranya kita semua menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran.
Miliki
roh dengar-dengaran, supaya baik hidupmu, masa depanmu
baik, masa depan kita baik. Jangan dengar-dengaran kepada daging, sebab
tidak baik nanti masa depan.
Sesudah itu pergilah ia ke tempat
pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya
kepadanya. Kalau
dengar-dengaran,
maka ia
akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan oleh Naomi,
mertuanya. Itu
dengar-dengaran; pasti dia melakukan tepat dan benar sesuai dengan perintah
TUHAN.
Setelah Boas habis makan dan minum dan
hatinya gembira, selanjutnya
datanglah ia untuk membaringkan diri tidur
pada ujung timbunan jelai itu.
Jadi,
sudah sangat jelas bahwa pasal 3 ini, kalau dikaitkan
dengan pola Tabernakel, terkena kepada Meja Roti Sajian,
sebab semua terkait dengan jelai gandum.
Kemudian datanglah Rut, perempuan itu, dekat dengan
diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di
situ. Singkat kata: Rut berbaring di bawah kaki Boas, di tempat
pengirikan.
Rut
melakukannya tepat seperti apa yang diperintahkan Naomi mertuanya itu. Jadi,
Rut ini adalah pribadi yang dengar-dengaran, sebab dia melakukan tepat seperti
apa yang diperintahkan oleh Naomi mertuanya itu, yakni berbaring
di bawah kaki Boas.
Itulah
jejak Rut yang ketiga, bahwasanya; betul-betul dia
adalah perempuan baik-baik. Sesuai dengan apa
yang tertulis pada Rut 3:10, Rut
tidak datang untuk mengejar laki-laki yang muda,
baik laki-laki muda yang kaya maupun laki-laki muda yang miskin. Jadi, betul-betul
dia itu adalah perempuan baik-baik, tidak nakal, tidak
kecentilan. Ini
adalah suatu pelajaran yang begitu manis, sungguh indah untuk
kita perhatikan bersama-sama.
Oleh
sebab itu, biarlah kiranya kita semua menjadi suatu
kehidupan yang dengar-dengaran, kegunaannya adalah untuk
melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah,
sama seperti Rut berbaring di kaki Boas. Kalau berbaring di kaki Boas,
menunjukkan bahwa Rut itu memiliki kerinduan,
sama seperti kerinduan dari pada mempelai perempuan TUHAN. Kita harus memiliki
kerinduan yang sama, seperti kerinduan dari pada
Rut ini.
Kerinduan
Rut ini adalah sama seperti kerinduan dari pada mempelai TUHAN. Saya akan buktikan, dan mari kita baca bersama-sama Kidung Agung 1, dengan perikop: “Mempelai
Perempuan dan Puteri-Puteri Yerusalem.”
Ada
perbedaan sedikit antara mempelai perempuan dan puteri-puteri Yerusalem; perbedaannya
nampak sekali pada ayat 7. Lihatlah kerinduan dari mempelai perempuan pada ayat
7.
Kidung
Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di
mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba
berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara
dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Mempelai
perempuan berkata kepada Mempelai Laki-Laki Sorga: “Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku.”
Satu dari dua belas murid yang
pernah bersandar di dada
Yesus adalah Rasul Yohanes, sekalipun dia adalah seorang
yang paling muda dari 12 (dua belas) rasul tersebut. Itu
keadaan yang paling tepat.
Yesus
dari Sorga turun ke bumi sebagai hamba bagaikan kapal yang berlayar
di tengah lautan bebas; Dia menghadapi ombak, gelombang
lautan besar, badai, angin besar untuk mencari pelabuhan hati kita
masing-masing,
karena di dalam kapal itu terdapat begitu banyak harta yang berharga untuk kita
miliki. Jadilah syahbandar yang baik.
Kemudian,
ketika Rasul Yohanes bersandar di dada Yesus,
jelas dia memahami segala sesuatu yang TUHAN mau;
dari detak jantung Yesus, dia tahu seperti
apa yang TUHAN mau. Ceriterakanlah
kepadaku, jantung hatiku; orang
gugup, orang senang bisa nampak dari detak jantung.
Di
sini mempelai perempuan menjadikan Mempelai Laki-Laki sebagai jantung hati, poros untuk mengalirkan darah ke seluruh anggota tubuh. Berarti,
Yesus benar-benar hidupnya, tidak ada yang
lain. Itu loh perbedaan antara mempelai
perempuan dengan puteri-puteri Yerusalem; perbedaan
ini harus nyata dalam kehidupan kita dengan gereja-gereja TUHAN di hari-hari
terakhir ini.
Selanjutnya,
kelebihan dari mempelai perempuan TUHAN dari pada puteri-puteri Yerusalem, akan kita perhatikan pada bagian B: ... di
mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba
berbaring pada petang hari.
Kerinduan
di hati dari mempelai perempuan yang paling mendalam adalah mencari tempat untuk berbaring, berarti;
mencari tempat untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala dengan benar dan
baik di hadapan TUHAN.
Yang
saya sayangkan sekali di hari-hari terakhir ini, banyak orang Kristen tidak
paham antara “tergembala”
dengan “beribadah.”
Beribadah memang “harus”,
tetapi kita pun “harus”
mencari tempat untuk berbaring, dengan lain kata; rindu untuk
menjadi suatu kehidupan yang tergembala dengan baik dan benar. Orang yang
beribadah belum tentu tergembala, tetapi orang yang tergembala pasti tekun
dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok:
1.
Tekun
dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci = persekutuan dengan
tubuh dan darah Kristus.
2.
Tekun
dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian -- menjadi
kesaksian karena persekutuan dengan Roh --.
3.
Tekun
dalam Ibadah Doa Penyembahan, itulah persekutuan
dengan kasih Allah Bapa.
Itu
kehidupan yang tegembala.
Kalau
beribadah itu bagus, tetapi belum tentu kehidupan yang beribadah itu tergembala.
Tetapi yang TUHAN tuntut dari kehidupan kita adalah
supaya kehidupan kita menjadi suatu kehidupan yang tergembala,
sama seperti mempelai perempuan TUHAN.
Di
sini dikatakan: Di mana kakanda
menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada
petang hari.
Berarti,
mencari tempat untuk berbaring, artinya; mencari
tempat untuk
menjadi suatu kehidupan tergembala yang baik dan
benar. Jadilah kehidupan yang tergembala yang baik dan benar, sebab TUHAN
adalah Gembala
yang baik.
Selanjutnya, marilah kita melihat; orang-orang
yang berbaring di bawah kaki Boas rohani, yakni TUHAN Yesus
Kristus,
Dialah Gembala
yang baik, di dalam Mazmur 23,
dengan perikop: “TUHAN, Gembalaku
yang baik.”
TUHAN adalah Gembala yang baik; untuk itu, kita tidak
perlu ragu. Siapa yang mengatakan ini?
Mazmur
23:1-2
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku. (23:2) Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
tenang;
Mazmur Daud ... Ini adalah
nyanyian Daud. Apa yang dikatakan oleh Daud sesuai dengan pengalamannya.
Apa
pengalaman Daud dalam menjadi suatu kehidupan yang tergembala? TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan
aku; ingat, ini adalah poin
utama. Ia membaringkan aku di padang yang
berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.
Pengakuan
Daud di sini adalah: “TUHAN
adalah gembalaku”, menunjukkan bahwa Daud adalah kehidupan yang
tergembala dengan baik dan benar.
Kemudian
pengakuan berikutnya: “Takkan kekurangan
aku”,
artinya;
-
Secara jasmani; apa yang
dimakan, diminum dan dipakai segalanya tercukupkan, tidak kekurangan.
-
Kemudian,
secara rohani; segala noda, segala
cacat cela dan segala kelemahan-kelemahan yang memalukan itu tidak
nampak lagi, sehingga tidak kekurangan aku.
Itulah
yang terjadi apabila kita berbaring di bawah kaki Boas rohani,
yakni TUHAN Yesus Kristus, Dialah Gembala yang baik.
Kita
sedikit melebar, sesuai dengan kaitannya, di dalam Kejadian 48, dengan
perikop: “Yakub memberkati Manasye dan Efraim.”
Kejadian
48:14
(48:14) Tetapi Israel mengulurkan tangan kanannya dan
meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan
kirinya di atas kepala Manasye -- jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye
yang sulung.
Tetapi Israel -- Israel itu adalah Yakub, sebab Yakub
berganti nama menjadi Israel -- mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas
kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan
kirinya di atas kepala Manasye -- jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye
yang sulung.
Efraim
itu anak kedua;
dia di sebelah kiri daripada Yakub. Sedangkan, Manasye ada di sebelah kanan dari pada Yakub.
Jadi, disilangkan tangannya untuk memberkati dua anak ini.
-
Tangan kanan kepada
Efraim, anak kedua, yang berada di sebelah kiri Yakub.
-
Sedangkan tangan kiri
kepada Manasye, anak pertama, yang berada di sebelah kanan Yakub.
Jadi, kedua tangan
Yakub disilangkan. Persis seperti peristiwa Yakub dan Esau menerima berkat dari
TUHAN.
Berkat tangan kanan ialah untuk Efraim, anak kedua dari
Yusuf. Biarlah berkat tangan kanan menjadi bagian kita semua, menjadi pembela.
TUHAN bela kehidupan kita, itulah yang sedang terjadi dan yang dialami oleh
Israel sendiri; TUHAN bela.
Efraim dan Manasye itu ibarat Amerika dan Inggris. Siapa
yang memberkati hamba-hamba TUHAN; siapa yang mengutuki hamba-hamba TUHAN, terkutuklah
ia. Itulah sebabnya, Amerika Serikat sangat diberkati TUHAN; dia tahu bahwa
bangsa Israel adalah bangsa pilihan. Berpihaklah kepada penggembalaan,
berpihaklah kepada Yang Diurapi. Jangan berpihak kepada manusia daging, apapun
itu hasutan-hasutan daging; entah itu daging dari anak, entah itu daging dari
orang tua, jangan berpihak. Berpihaklah kepada Yang Diurapi.
Kejadian
48:15-16
(48:15)
Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf, katanya: "Nenekku dan ayahku, Abraham
dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang
telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, (48:16) dan
sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya
yang memberkati orang-orang muda ini, sehingga namaku serta nama nenek dan
bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka dan
sehingga mereka bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di bumi."
Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf,
katanya: "Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan
Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku ... Jadi, sebetulnya, Abraham, Ishak (anak
Abraham), Yakub (cucu Abraham), semuanya tergembala dengan baik. Jadi, berkat
penggembalaan inilah yang diteruskan dan dilanjutkan kepada Efraim dan Manasye,
dua anak dari pada Yusuf yang lahir di Mesir.
Allah yang telah menjadi gembalaku selama
hidupku sampai sekarang ... Abraham, Ishak dan Yakub pun tergembala, maka kita pun harus
tergembala. Seyogianya, kita semua harus menjadi suatu kehidupan yang
tergembala. Pastikanlah itu di dalam hidup kita masing-masing. Abraham, Ishak,
Yakub saja tergembala, dan dilanjutkan kepada Efraim dan Manasye.
Dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari
segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini -- diberkati juga orang-orang muda, itulah
Efraim dan Manasye --, sehingga namaku
serta nama nenek dan bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka
dan sehingga mereka bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di bumi. Demikian juga dengan Abraham,
Ishak, dan Yakub adalah suatu kehidupan yang tergembala.
Apa tandanya kalau tergembala?
-
Dilepaskan dari segala bahaya. Puncak bahaya adalah manakala nanti
antikris berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini, di
mana mereka itu menjadi diktator ganas, bagaikan binatang buas, seperti macan
tutul, beruang dan singa. Jadi, saat antikris berkuasa selama 3.5 (tiga
setengah) tahun di atas muka bumi ini, itulah puncak kegelapan malam, dan itu
akan terjadi nanti.
-
Diberkati dan mahsyur.
Itulah berkat yang juga
diterima oleh Manasye dan Efraim, kedua anak Yusuf.
-
Efraim menerima berkat tangan kanan Yakub.
-
Manasye menerima berkat tangan kiri Yakub.
Jadilah kehidupan yang
tergembala, maka kita akan dilepaskan dari segala bahaya, dipelihara, dibela,
dilindungi oleh TUHAN, dan itu nyata. Kita butuh pembelaan TUHAN pada masa
puncak kegelapan, itulah puncak kesesakan, di mana antikris akan berkuasa
selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Kita butuh pembelaan TUHAN.
Oleh sebab itu,
sungguh-sungguh tergembala. Jangan hanya sekedar “beribadah”, tetapi harus
“tergembala.” Itulah yang saya maksud tadi; beribadah itu memang harus, tetapi
beribadah berbeda dengan tergembala. Kalau tergembala, pasti tekun dalam 3
(tiga) macam ibadah pokok, sedangkan orang yang beribadah belum tentu
tergembala. Itulah bedanya.
Kemudian, berkat yang kedua
adalah diberkati dan mahsyur; itulah berkat yang juga diterima oleh Manasye dan
Efraim. Abraham, Ishak, Yakub juga tergembala, dan berkatnya turun kepada dua
anak Yusuf, itulah Efraim dan Manasye.
Lanjut kita memperhatikan Kejadian 49, dengan perikop: “Perkataan Yakub yang
penghabisan kepada anak-anaknya.”
Sebelum mati, Yakub menyampaikan
pesan berkat kepada 12 (dua belas) suku Israel, kepada Yehuda.
Kejadian 49:10
(49:10) Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang
pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka
kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
Berkat Yakub kepada Yehuda
adalah tongkat kerajaan tidak beranjak dari Yehuda. Kemudian, lambang
pemerintahan dari antara kakinya, sehingga bangsa-bangsa takluk kepadanya.
Tetapi perlu untuk diketahui:
Untuk sampai kepada tongkat kerajaan, tentu saja diawali dari tongkat penggembalaan.
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita semua tergembala dengan baik, dengan
benar, digembalakan oleh satu gembala yang memegang tongkat gembala.
Jadi, untuk sampai kepada
tongkat kerajaan, terlebih dahulu melewati tongkat penggembalaan. Dan ini adalah
hal yang benar, bukan saya mengada-ngada; lihat saja di dalam Wahyu 19:6.
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti
desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7)
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari
perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Lalu aku
mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan
seperti deru guruh yang hebat ... Goncangan yang terjadi nanti;
-
Bagi dunia, itu adalah celaka, malapetaka, sebagai tanda penghukuman
bagi dunia.
-
Tetapi bagi mempelai TUHAN, itu adalah tanda kelepasan.
Masakan saat dunia diguncang,
kita juga turut binasa bersama dengan dunia yang diguncang? Itu tidak mungkin.
Singkatnya:
-
Pada ayat 6, Yesus tampil
sebagai Raja, tentu saja dalam kemuliaan. Tidak ada raja yang tampil tanpa
kemuliaan.
-
Pada ayat 7, Yesus tampil sebagai
Mempelai Laki-Laki Sorga.
Mengapa demikian? Sebab pada
pesta nikah itu, Anak Domba telah disembelih. Dalam sebuah perjamuan pesta,
pasti ada hidangan tersedia, itulah anak domba yang telah disembelih. Anak
domba, jelas kaitannya dengan tongkat penggembalaan.
Jadi, betapa pentingnya bagi
kita di hari-hari terakhir ini untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala,
untuk selanjutnya berada dalam kemuliaan, tongkat kerajaan. Dari tongkat
penggembalaan akan membawa kehidupan yang tergembala sampai kepada tongkat
kerajaan, itulah kemuliaan.
Kalimat demi kalimat, kalau diperhatikan
dengan seksama, mengandung suatu arti, mengandung suatu makna yang begitu
dalam. Jadi, seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, maka dia
harus hanyut dan tenggelam sedalam-dalamnya, dihisap dalam kasih Allah, dalam
doa penyembahan, supaya di situ dia bisa mendapatkan pembukaan Firman Allah,
dan Firman yang dibukakan itu langsung disampaikan kepada sidang jemaat.
Kita lihat referensi yang lain
terkait dengan antara tongkat penggembalaan, itulah kehidupan yang tergembala,
selanjutnya akan dibawa kepada tongkat kerajaan, itulah kemuliaan, di dalam Wahyu 4.
Wahyu 4:1-2
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka
di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku
seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan
kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai
oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta
itu duduk Seorang.
Kemudian dari
pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara
yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala,
katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus
terjadi sesudah ini. Sesudah langit, bumi berlalu, selanjutnya TUHAN akan menunjukkan segala
sesuatunya kepada Rasul Yohanes dalam sebuah penglihatan di pulau Patmos --
sekarang disebut Istanbul, Turki --.
Segera aku
dikuasai oleh Roh --
dalam suasana Roh, di tengah-tengah Roh, dalam kuasa Roh Allah yang penuh -- dan lihatlah, sebuah
takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Kepada Rasul Yohanes, TUHAN memperlihatkan
sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
Seindah-indahnya sorga,
semegah-megahnya sorga, namun itu tidak ada artinya kalau sebuah takhta tidak
terdiri di dalamnya, di mana Seorang akan duduk di atas takhta itu.
Hidup kita ini adalah
Tabernakel sorgawi -- seperti yang diperlihatkan TUHAN kepada Rasul Yohanes --.
Hidup kita Tabernakel, rumah TUHAN secara rohani. Sehebat-hebatnya manusia oleh karena pangkat
tinggi, kedudukan tinggi, pendidikan tinggi, gelar tinggi, jabatan tinggi, kaya,
punya harta banyak, namun itu tidak ada artinya, kalau Allah tidak bertakhta di
hatinya; nol.
Demikian juga hamba TUHAN
harus tahu itu; seorang hamba TUHAN tidak boleh sibuk mencari sensasi-sensasi,
sebab itu tidak ada artinya, kalau sebuah takhta tidak terdiri di hatinya.
Kalau Allah tidak bertakhta di hidup-Nya, itu semua tidak ada artinya.
Izinkan Allah bertakhta di
dalam dirimu masing-masing, di dalam diri kita masing-masing, supaya
betul-betul kemuliaan Allah nyata dalam kehidupan kita masing-masing.
Itulah Wahyu 4, sekarang kita
akan memperhatikan Wahyu 5.
Wahyu 5:6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu
dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah
disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah
yang diutus ke seluruh bumi.
Aku melihat di
tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu
berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih. Artinya, untuk sampai kepada tongkat kerajaan,
tongkat kemuliaan, maka sudah harus terlebih dahulu menjadi Anak Domba yang
telah disembelih.
Jadi, antara Wahyu 19:6-7 sinkron dengan Wahyu 4:2 dan Wahyu 5:6. Untuk sampai kepada tongkat kerajaan, yaitu kemuliaan, sudah
terlebih dahulu menjadi suatu kehidupan yang tergembala. Jelas, kehidupan yang
tergembala, mau tidak mau, harus menjadi domba yang tersembelih. Tidak ada
domba yang tergembala namun tidak tersembelih; jadi, harus tersembelih.
Sekali lagi saya sampaikan: Untuk
sampai kepada tongkat kerajaan, tongkat kemuliaan, diawali dari tongkat gembala,
dengan lain kata; tergembala dan rela untuk disembelih. Kalau tergembala itu
banyak aturan yang harus diikuti, terkhusus soal korban, seperti pada Wahyu 5:6 ini dikatakan: “seekor Anak Domba
seperti telah disembelih”, berarti harus tersembelih.
Jangan sampai ada di dalam
sebuah penggembalaan, namun tidak mau disembelih, tidak mau jadi korban;
tenaganya tidak mau jadi korban, pikirannya tidak mau jadi korban, waktunya
tidak mau jadi korban, uangnya tidak mau jadi korban, materinya juga tidak mau
jadi korban; itu bukanlah domba yang tergembala, itu adalah domba liar namanya.
Hari ini kita harus
dengar-dengaran, tetapi besok juga kita harus sama, harus dengar-dengaran.
Jangan hari ini korban, tetapi besok tidak, itu namanya domba jadi-jadian.
Jangan menjadi domba jadi-jadian, tetapi roh tergembala itu harus betul-betul menguasai
kehidupan kita, rela untuk disembelih.
Maka aku
melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah
tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih. Jadi, untuk sampai kepada kemuliaan, maka
tanda penyembelihan itu harus nampak. Berarti, tidak boleh palsu; untuk menjadi
domba-domba yang tergembala, tidak boleh palsu, tetapi tanda penyembelihan itu
sudah harus termeterai.
Jangan sampai melayani
enak-enak, hebat-hebat, tetapi tanda penyembelihan itu tidak ada; itu adalah
kemuliaan palsu. Jangan menjadi imam-imam yang palsu, jangan menjadi
domba-domba yang palsu, tetapi tanda penyembelihan itu sudah harus nampak.
Bukankah malam ini kita
menghadap takhta kemuliaan Allah lewat Ibadah Pendalaman Alkitab? Maka, tanda penyembelihan
itu harus nampak. Jangan bersungut-sungut, tetapi tanda penyembelihan itu harus
betul-betul nyata. Kalau ada di dalam takhta kemuliaan, maka tanda
penyembelihan harus terlihat.
Setelah kita melihat Kejadian
49:10, soal penggembalaan, selanjutnya, kita akan maju memperhatikan Kejadian
49:11.
Kejadian 49:11
(49:11) Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak
keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya
dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur.
Yehuda akan menambatkan
keledainya pada pohon anggur dan anak keledai Yehuda akan ditambatkan pada pohon anggur
pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah
anggur. Kehidupan yang tergembala itu,
berarti; kehidupan yang tertambat (terikat) pada pohon anggur pilihan.
Apa manfaatnya kalau kita tertambat
(terikat) pada pohon anggur pilihan? Kita boleh mengalami penyucian oleh darah Anak
Domba.
Kembali kita memperhatikan ayat 11 ini: Ia akan menambatkan
keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia
akan mencuci pakaiannya, tabiat, perbuatan, solah tingkah dengan anggur dan bajunya, tabiatnya, perbuatannya dicuci dengan darah buah
anggur. Itulah kehidupan yang tergembala, tertambat
pada pohon anggur pilihan, yaitu; mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
Jadi, jangan saudara berpikir
bahwa beribadah itu adalah hanya sebuah kewajiban, adalah hanya sebuah aturan
bagi orang Kristen, tidak. Tergembala itu sama seperti tertambat pada pohon
anggur pilihan, untuk apa?
Supaya pada saat kita tergembala, maka kita betul-betul mengalami penyucian;
disucikan oleh darah Anak Domba.
Pakaian itu menjadi putih
bersih berkilau-kilauan karena disucikan oleh darah Anak Domba, bukan disucikan
oleh yang lain-lain. Jadi, jangan suka membenarkan diri untuk menyucikan diri,
sebab itu adalah penyucian yang palsu.
Penyucian yang benar adalah
belajar dari Firman; tertambatlah pada pohon anggur pilihan, supaya kita semua
mengalami penyucian oleh darah Anak Domba itu sendiri. Kalau kita tidak
tergembala, maka sampai kiamat dunia, tidak akan mengalami penyucian oleh darah
Anak Domba.
Tetapi biarlah kita mengalami
penyucian sampai Maranatha, karena kehidupan kita tertambat pada pohon anggur
pilihan.
Selanjutnya kita akan
memperhatikan Wahyu 7. Saya tidak
habis pikir, ada kalanya, dalam Ibadah Raya Minggu, Ibadah Doa Penyembahan,
Ibadah Pendalaman Alkitab semacam ini, ayat yang sama terulang-ulang; saya
tidak habis pikir.
Kita akan memperhatikan Wahyu 7, dengan perikop: “Orang-orang banyak
yang tidak terhitung banyaknya.” Dari mana ini datangnya?
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar
orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan
suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan
mereka.
Kemudian dari
pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang
tidak dapat terhitung banyaknya. Datangnya dari mana? Dari segala bangsa dan dari segala suku dan dari segala kaum dan dari segala bahasa, kemudian;
YANG PERTAMA: Mereka berdiri di hadapan
takhta dan di hadapan Anak Domba.
Malam ini, kita datang
menghadap takhta Allah, berdiri menghadap takhta Anak Domba Allah lewat Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Saya berharap -- ini adalah
doa saya kepada TUHAN yang paling mendalam -- supaya kita semua betul-betul ada
di antara himpunan besar orang banyak itu, yang datang dari berbagai bangsa
apapun, suku apapun, kaum minoritas, kaum mayoritas, kaum apa saja, kiranya
kita semua ada berada dalam himpunan besar orang banyak itu untuk menghadap
takhta Allah. Tetapi untuk menghadap Anak Domba, harus dimulai dari sejak
sekarang. Tunjukkan kesetiaan itu untuk menghadap takhta Anak Domba dari sejak
sekarang; maka, setialah.
YANG KEDUA: Mereka memakai jubah putih.
Kita harus pelajari lebih jauh
lagi tentang jubah putih ini pada ayat 13-14.
Wahyu 7:13-14
(7:13) Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah
mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka
datang?" (7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan
mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang
yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah
mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Dan seorang
dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, satu dari antara 24 (dua puluh empat) tua-tua
bertanya kepada Rasul Yohanes dalam penglihatan itu: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka
datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya."
Lalu ia
berkata kepadaku, satu
dari antara 24 (dua puluh empat) tua-tua bertanya kepada Rasul Yohanes: "Mereka ini
adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar ...” Kumpulan besar orang banyak yang tidak
terhitung jumlahnya, mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah
Anak Domba.
Berarti, menyangkal diri,
memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan ini adalah suatu kesempatan yang
besar bagi kita untuk mencuci jubah sampai putih bersih berkilau-kilauan, sebab
di sini dikatakan: “mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak
Domba”, itu adalah tanda sengsara,
yaitu kesusahan. Janganlah kesempatan yang ada ini disia-siakan begitu saja.
Saat kita beribadah, lalu
berada dalam kesusahan, sangkal diri dan pikul salib, karena terlalu banyak
korban tenaga, pikiran, waktu, uang dan materi, jangan sia-siakan hal itu.
Gunakanlah itu menjadi suatu kesempatan yang indah, kesempatan emas untuk
mencuci jubah sampai putih bersih berkilau-kilauan.
Tiadalah mungkin kita menjadi
putih bersih kalau kita tidak mencelupkan jubah itu ke dalam darah Anak Domba;
janganlah kita menghindar dari sana. Itu sebabnya, di atas tadi saya katakan: Tiadalah
mungkin kita mengalami penyucian, kalau kita jauh dari darah Anak Domba, kalau kita
jauh dari tengah ibadah dan pelayanan dengan segala korban-korban yang harus
kita persembahkan kepada TUHAN.
Jadi, kesusahan besar karena
menyangkal diri dan memikul salib, karena banyaknya korban, itu adalah
kesempatan, maka cucilah jubahmu di situ. Biar saudara memiliki detergen hebat
di rumah saudara, namun itu tiadalah mungkin bisa mencuci jubahmu, pakaianmu,
tabiat yang lama, tabiat yang kotor; pakaian yang penuh dengan noda tidak
mungkin bisa dibersihkan oleh detergen apapun, kecuali hanya oleh karena darah
Anak Domba. Kesusahan besar adalah suatu kesempatan emas untuk mencuci jubah
menjadi putih bersih. Jangan salah kaprah.
Itu sebabnya, saya sampaikan di
atas tadi: Orang yang “beribadah” dan “tergembala” itu berbeda. Semua orang
bisa datang beribadah, tetapi belum tentu mau disembelih.
Di sinilah kita harus belajar
dan merenung, bahwa kita ini datang di tengah ibadah apakah karena sudah
tergembala, atau hanya karena untuk melepas hutang, karena ada sesuatu? Kalau
karena ada sesuatu, itu artinya anda belum tergembala.
Kemudian, kita belajar terus
dari ayat 15.
Wahyu 7:15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani
Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan
membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Karena itu
mereka berdiri di hadapan takhta Allah ... Itu sebabnya, mereka layak; kumpulan besar
orang banyak layak berdiri di hadapan takhta Allah, kemudian melayani Dia siang
malam di Bait Suci-Nya. Mengapa? Karena jubah mereka sudah terlebih dahulu di dalam darah Anak
Domba.
Jadi, kalau seorang imam,
kalau seorang pelayan TUHAN, hamba TUHAN menghindar dari sengsara karena salib,
menghindar karena kesusahan yang besar, karena korban yang begitu banyak, maka
sampai kapan pun jubahnya tetap tidak bisa menjadi putih bersih berkilau-kilauan.
Dan kalau pun dia ada di
tengah-tengah ibadah pelayanan, itu bukan TUHAN yang utus dia, itu hanya karena
maunya dia sendiri. Memang tetap dalam suasana pengurapan dan mungkin
kesembuhan juga bisa terjadi dia lakukan, karena Setan saja bisa lakukan
kesembuhan. Bersyukurlah kepada TUHAN, karena kita semakin memperoleh
pengertian yang suci dan mulia dari TUHAN.
Sesudah mengalami penyucian
oleh darah Anak Domba, barulah kita ...
1.
Layak berdiri di hadapan takhta Allah (beribadah kepada TUHAN).
2.
Melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya.
Dan hal ini terjadi sesudah
mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
Jadi, jangan susah-susah untuk
mengantar-antar editan dari perumahan Taman ke pastori, atau melakukan segala
sesuatu yang terkait dengan ibadah dan pelayanan, yaitu mencuci mobil, atau
apapun, tidak usah susah-susah. Gunakan itu sebagai kesempatan bagimu untuk
mencuci jubahmu, supaya engkau layak untuk melayani TUHAN.
Kalau engkau melayani tanpa mencuci
jubah, itu adalah keinginanmu, tetapi TUHAN tidak akan pernah memakai engkau.
Kemudian, bagian B pada ayat
15: Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas
mereka.
Anak Domba Allah yang duduk di
atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Hal ini sama saja
dengan tudung perlindungan terhadap anggota-anggota tubuh Kristus.
Mari kita lihat perbedaan dengan
mereka yang beribadah dan tergembala, dari CIRI-CIRI DOMBA YANG TERGEMBALA.
Yohanes 10:2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. (10:3)
Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya
dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya
ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan
di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka
mengenal suaranya.
Ciri-ciri domba-domba yang
tergembala:
1.
Domba-domba mendengar suara Gembala,
sama artinya; dengar-dengaran.
2.
Domba-domba mengikuti Gembala.
Sejauh ini kita sudah digembalakan
oleh Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), ikutilah ke mana pun dia membawa
kita. Yang pasti, Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel membawa kita
masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh Mempelai. Ikuti
saja ke mana pun kita dibawa; tidak usah bimbang.
Ikuti geraknya Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel; tidak usah bimbang, karena Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh
Kristus yang sempurna. TUHAN sudah memberikan Pengajaran Pembangunan Tabernakel,
yang disingkat dengan “PPT” kepada kita.
Hal ini nampak jelas sebagai
ciri-ciri manakala domba-domba tergembala dengan baik, yaitu;
1.
Dengar-dengaran.
2.
Ikuti Gembala.
Jangan ikuti yang lain, sebab
hanya satu Gembala. Jangan ikuti cara yang lain.
DAMPAK POSITIF
DENGAR-DENGARAN.
Yohanes 10:3
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan
ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke
luar.
Gembala memanggil
domba-dombanya masing-masing menurut namanya = Dikenal.
Biarlah kiranya kita saling
kenal dan mengenal; saya mengenal domba-domba, dan domba-domba mengenal saya.
-
Jadi, tidak hanya sekedar datang, duduk, dengar Firman, lalu sidang
jemaat sebagai domba pulang begitu saja.
-
Sebaliknya, dari sisi gembala; datang beribadah, berdiri di mimbar
untuk menyampaikan Firman, lalu sesudah ibadah, pulang begitu saja.
Tidak demikian; tetapi kita
harus saling kenal dan mengenal. Belajarlah dari Firman, sebab ibadah ini bukan
Taurat; oleh sebab itu, kita harus saling kenal dan mengenal lebih dalam.
Jangan saudara lebih mengenal
preman di luaran sana dari pada lebih mengenal TUHAN. Jangan gembala lebih
mengenal orang di luaran sana dari pada domba-domba yang digembalakan; pandai
mengambil hati orang di luaran sana, tetapi tidak memperhatikan domba-domba di
dalam penggembalaan, itu tidak benar.
Jadi, harus saling kenal dan
mengenal, karena itu juga dinyatakan di dalam Yehezkiel 20.
Yehezkiel 20:37
(20:37) Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan
kamu ke kandang dengan menghitung kamu.
Aku akan
membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku ... Domba-domba lewat dari bawah tongkat
gembala, berarti; tergembala. Selanjutnya, memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.
Tadi, dalam Yohanes 10 kita perhatikan: Gembala
memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya = Dikenal.
Sedangkan di sini kita perhatikan; kehidupan domba yang tergembala itu dihitung
oleh gembala.
Jadi, dari sini kita dapat
mengambil suatu kesimpulan yang baik dan positif: Kalau tergembala dengan
benar, tergembala dengan baik, maka nama kita dikenal, nama kita terdaftar di
sorga. Kemudian, menjadi bilangan TUHAN, dengan lain kata; terhitung menjadi
bagian tubuh Kristus (menjadi bilangan TUHAN).
Jangan sampai kita terhitung
menjadi bilangan antikris, yang memiliki cap meterai 666 (enam ratus enam puluh
enam), tetapi biarlah kita terhitung menjadi bilangan TUHAN, itulah 144.000
(seratus empat puluh empat ribu) orang sebagai inti mempelai, tetapi bayangan
dari inti mempelai ialah Wahyu 7:9,
di mana mereka datang dari berbagai suku, kaum, bahasa dan bangsa. Itulah
hitungan bilangan TUHAN, yaitu 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang
dan bayangannya.
Itulah kalau dengar-dengaran
(domba yang dengar-dengaran), yaitu; “nama terdaftar di sorga”, kemudian
“dihitung” menjadi bilangan TUHAN. Apa bilangan TUHAN? Itulah 144.000 (seratus empat puluh empat
ribu) orang yang tertulis dalam Wahyu 7:1-8,
sedangkan bayangan Mempelai tertulis pada Wahyu 7:9, itulah kumpulan besar orang
banyak yang datang dari berbagai suku, kaum, bahasa dan bangsa.
Biarlah kiranya nama kita
semua terdaftar di sorga. Biarlah kita semua dihitung menjadi bilangan TUHAN,
karena kita semua menjadi suatu kehidupan yang tergembala, itulah domba-domba
yang tersembelih, di mana tanda penyembelihan itu ada di dalam tubuh-Nya. Saya
bersyukur kepada TUHAN Yesus, karena Dia adalah Gembala yang baik kepada kita
semua.
Kita kembali memperhatikan
Injil Yohanes 10.
Yohanes 10:3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan
ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya
ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar,
ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal
suaranya.
Perhatikan bagian kalimat dari
ayat 3: Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya
dan menuntunnya ke luar, dituntun ke luar. Dari kandang domba itu, domba-domba dituntun ke
luar.
Kemudian, jika semua domba-domba yang digembalakan itu telah dibawanya ke
luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena
mereka mengenal suaranya.
“Dituntun ke luar” atau “dibawa
ke luar”, berarti ini adalah suatu kegiatan yang membawa kita masuk dalam
kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. Dituntun ke luar adalah suatu kegiatan
yang membawa kita pada kesatuan tubuh. Jadi, tidak hanya ada di dalam
penggembalaan ini, tetapi seorang gembala yang baik juga harus menuntun
domba-dombanya ke luar.
Apa arti ke luar? Itu merupakan suatu kegiatan positif, supaya
kita boleh bersatu dengan kawanan domba yang lain; dan hal itu nampak jelas di
dalam Yohanes 10:16.
Yohanes 10:16
(10:16) Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini;
domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan
suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
TUHAN Yesus berkata: Ada lagi pada-Ku
domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini.
Jadi, kawanan domba Allah
bukanlah hanya bangsa pilihan, bukan hanya Yahudi (Israel), tetapi domba-domba yang lain, juga adalah
kawanan domba yang harus digembalakan menjadi satu kawanan penggembalaan,
itulah Israel dan kafir. Ketika dibawa ke luar, itu adalah suatu kegiatan yang
luar biasa, supaya kita semua menjadi satu.
Kemarin, 2 (dua) kali
berturut-turut kita mengadakan suatu persekutuan Kebaktian Paskah Kebangkitan
dan Kebaktian Kenaikan TUHAN Yesus; kita dituntun ke luar lewat persekutuan
hamba-hamba TUHAN via zoom. Ketika kita dituntun ke luar, maka harus ada
kerelaan di hati; jangan justru bersungut-sungut dengan berkata: “Sedikit sedikit
korban ... Sedikit sedikit korban ...”
Harus ada kerelaan di hati
untuk dituntun ke luar untuk menyatu dengan anggota tubuh yang lain, sebab
kawanan domba Allah bukan hanya bangsa pilihan (umat Israel), tetapi juga
bangsa kafir yang mau masuk dalam penggembalaan itu untuk dipersatukan, Israel
dengan kafir menjadi satu, itulah puncak persekutuan yang sempurna. Israel dan
kafir bersatu, itulah persekutuan dalam bentuk internasional.
Jadi, dimulai dengan persekutuan
yang terkecil, itulah kandang penggembalaan ini; antar kandang penggembalaan,
antar sinode gereja, sampai nanti antar negara, memuncak antar persekutuan
internasional kafir dan Israel.
Jadi, TUHAN sudah berikan
kereta kepada kita, itulah Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), sebuah
wadah yang akan menolong dan membawa kita masuk dalam persekutuan dengan
domba-domba yang lain.
Sekarang kita akan
memperhatikan: Kapan waktu yang tepat untuk mencari tempat untuk berbaring?
Kita kembali belajar dari Kidung
Agung 1.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan
domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba
teman-temanmu?
Ceriterakanlah
kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda
membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Ini adalah kerinduan dari mempelai TUHAN, yaitu
mencari tempat untuk berbaring, berarti; menjadi suatu kehidupan yang
tergembala.
Kita memperhatikan kalimat: ...
Di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada
petang hari.
Jadi, mempelai perempuan
mencari tempat untuk berbaring adalah pada waktu petang hari. Berarti, sebelum
menjelang malam hari, sebelum puncak gelapnya malam, itulah puncak kesesakan,
sebab pembinasa keji berdiri di tempat kudus.
Jadi, hari-hari terakhir ini
adalah gambaran dari petang hari. Ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk
mencari tempat untuk berbaring, mencari tempat untuk menjadi suatu kehidupan
yang tergembala. Ini adalah waktu yang tepat; hari-hari terakhir ini adalah
waktu petang (hari petang) menjelang malam, menjelang puncaknya kegelapan,
puncak kesesakan, di mana aniaya antikris (pembinasa keji) berdiri di tempat
kudus. Mereka akan berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun menjadi diktator
buas.
Kita akan melihat hal itu di
dalam 2 Tesalonika 2, dengan
perikop: “Kedurhakaan sebelum kedatangan TUHAN.” Jadi, kedurhakaan dulu terjadi, barulah
selanjutnya TUHAN datang. Oleh sebab itu, mulai dari sejak sekarang; jangan
suka memberontak, tetapi jadilah domba-domba yang tergembala.
Sebelum TUHAN datang,
pendurhakaan dan pemberontakan itu akan terlaksana dulu. Siapakah mereka yang
mendurhaka ini? Apakah saya, atau saudara? Siapa yang mendurhaka nanti? Mari
kita lihat dan belajar dari Alkitab.
2 Tesalonika 2:3-4
(2:3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara
yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad
dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (2:4)
yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah
sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan
diri sebagai Allah.
Janganlah kamu
memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Oleh sebab itu, biarlah kita tergembala dengan
baik-baik. Dengar-dengaranlah, ikutilah Firman Pengajaran Mempelai dalam
Terangnya Tabernakel. Jangan disesatkan oleh ajaran apapun dan oleh siapapun
dalam bentuk pelayanan apapun; jangan lagi. Saya dan saudara sudah berada pada
jalur yang tepat dan benar; tidak usah ragu, yakin saja.
Sebab sebelum
Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia
durhaka, yang harus binasa. Sebelum hari itu terjadi, sebelum hari TUHAN datang pada kali yang
kedua, terlebih dahulu murtad harus dinyatakan, itulah orang-orang (manusia)
durhaka yang harus binasa.
Jadi, sebelum TUHAN datang,
sebelum hari TUHAN, terlebih dahulu murtad terjadi; itulah orang-orang durhaka
yang suka memberontak, tetapi akhirnya binasa. Pendeknya,
sebelum TUHAN datang, antikris
terlebih dahulu tampil.
Tetapi saya mau sampaikan:
Antikris sudah ada di depan mata. Jangan saudara anggap enteng, dengan berkata:
“Ah, aman,
biasa, seperti biasa. Kerja, pulang, tidur. Kerja,
pulang, tidur. Paling saya genapi sedikit-sedikit dengan ibadah.” Eits, saya sampaikan dengan tandas: Antikris
sudah ada di depan mata. Saya tidak mau menguraikannya secara gamblang, karena
saya tidak mau berdosa kepada TUHAN dan pemerintah. Saya hanya sampaikan saja
begitu; mengerti sajalah maksud saya.
Siapakah manusia durhaka yang
harus binasa? Yaitu lawan yang meninggikan diri, itulah orang-orang yang sombong, di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai
Allah. Mereka meninggikan diri dan
mengaku sebagai Allah yang harus disembah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri
sebagai Allah, itulah antikris.
Hati-hati, kalau satu
kekuasaan sudah mulai memerintah di dalam rumah TUHAN; hati-hati. Saya tidak
mau memanjangkan, tetapi saudara mengerti saja.
Itu sebabnya, tadi saya
berkata: “Saudara sudah berada di track yang benar”, itu memang sudah benar. Bukan saya membela
penggembalaan ini dan saya pura-pura menyatakan “ini yang paling benar”, tidak,
tetapi memang sudah paling benar. Jangan sampai pengikutan saudara sia-sia
hanya karena sesuap nasi; hati-hati.
2 Tesalonika 2:5
(2:5) Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan
kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu?
Tidakkah kamu
ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu ... Tentang kedatangan antikris ini sudah harus
disampaikan berkali-kali dan saudara tidak boleh bosan mendengarkannya. Harus
diingatkan terus sampai terpatri di hati kita masing-masing.
2 Tesalonika 2:6
(2:6) Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru
akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya.
Dan sekarang
kamu tahu apa yang menahan dia ... Sebetulnya, antikris itu sudah ada di atas muka bumi, bahkan di
antara kita. Tetapi mengapa pergerakannya itu belum 100% (seratus persen),
karena ternyata masih ada yang menahan, apakah itu?
2 Tesalonika 2:7-8
(2:7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi
sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah
disingkirkan, (2:8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan
dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya
dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.
Karena secara
rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja ... Sebetulnya, antikris itu sudah mulai
bekerja, tetapi masih ada yang menahan. Lalu jikalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka
baru akan menyatakan dirinya, pada waktu itulah antikris memproklamirkan dirinya sebagai antikris.
Jadi, antikris itu sudah ada,
tetapi belum memproklamirkan dirinya dengan terang-terangan. Segala sesuatunya
ini sudah mengarah kepada satu kekuasaan tunggal. Pelan-pelan dengan barcode, dengan chip, naik terus dengan data-data melalui A, B, C, D ... hal ini tidak bisa
saya terangkan supaya saya tidak berdosa kepada pemerintah dan kepada sorga.
Belum disebut “antikris”, tetapi gelagat, geliat, gerakan ini, sudah menuju
pergerakan antikris. Walaupun belum memproklamirkan dirinya “saya antikris”, tetapi
geliat, gelagat, gerakannya sudah nampak. Saudara harus percaya kepada Firman.
Maka, jangan mendua hati
dengan berkata: “Tetapi, kata pendeta itu di Youtube tidak begitu” Kalau saudara mau tergembala di situ, silahkan
pergi, tetapi kalau saudara mau tergembala di sini, maka dengarlah suara
penggembalaan yang baik. Dengar-dengaran dan ikuti Gembala; tidak boleh mendua
hati dengan gembala lain, sebab nanti beda pengertiannya. Arti di sana “begitu”,
arti di sini “begini”, tidak boleh sana sini, begini begitu. Kalau di sini, ya
di sini saja; titik.
Setelah yang menahannya itu
disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka (antikris) baru akan menyatakan dirinya terang-terangan sebagai antikris, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas
mulut-Nya, tentunya sesudah aniaya
antikris 3.5 (tiga setengah) tahun.
Sebetulnya juga, pada akhirnya
mereka akan binasa, tetapi pada awalnya, itu akan terjadi, di mana pembinasa keji
berdiri di rumah TUHAN selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Jadi, selama korban-korban
sehari ini masih dinyatakan, hargailah itu. Apakah itu korban sehari-hari?
1.
Korban sembelihan à Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung
dengan salib (penyembelihan).
2.
Korban santapan à Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni;
tidak ditambahkan dan dikurangkan.
Pengajaran Firman Allah yang
benar dan murni, berarti Firman tidak ditambahkan dan dikurangkan.
Apa yang ditambahkan? Satu ayat ditambahkan cerita isapan jempol,
dongeng nenek tua, filsafat.
Apa yang dikurangkan? Itulah berita Firman, pengajaran salib diganti
dengan 2 (dua) hal;
1.
Pengajaran salib diganti dengan Teologi kemakmuran, artinya; orang
Kristen harus kaya, tidak boleh miskin.
2.
Pengajaran salib diganti dengan sensasi-sensasi, sibuk mengadakan
mujizat-mujizat, itulah yang disebut ibadah laut dan ibadah bumi.
Jadi, kalau sudah disingkirkan
korban sehari-hari ini, barulah nanti antikris langsung memproklamirkan dirinya
sebagai antikris. Saat ini sudah ada antikris dan sudah bekerja, dan saya sudah
melihat pekerjaannya, hanya saja belum memproklamirkan dirinya bahwa dia adalah
antikris
Jangan saudara ingin “pulang”,
tetapi saudara tidak mendapatkan pengertian, saudara abaikan pengertian ini,
saudara rugi sendiri. Tidak boleh lagi ibadah seperti itu demi nyawa saudara,
demi nyawa keluargamu, demi anakmu. Bagaimana kalau anakmu disembelih di depan
matamu? Siapa yang kuat?
Oleh sebab itu, berhati-hati, sungguh-sungguhlah
beribadah. Tidak cukup, lebih dari pada itu harus tergembala untuk selanjutnya
menjadi domba sembelihan, karena darah Anak Domba adalah satu-satunya cara
untuk menyucikan diri, menyucikan jubah yang kotor, yang penuh noda cacat cela itu,
tidak ada lagi cara yang lain.
Jadi, jangan saudara sibuk dihipnotis
oleh seorang hamba TUHAN yang sibuk mengadakan sensasi dalam setiap pertemuan
ibadah.
Di Amerika banyak sekali yang
seperti itu; sebentar-sebentar buka jas, lalu dihempaskan ke jemaat, supaya
jemaat rubuh. Memangnya, kalau jemaat sudah “rubuh” untuk apa? Bukankah pengertian
yang datang dari Firman, itulah yang kita utamakan. Lalu, kalau sudah terjadi
mujizat dihempaskan dihempaskan dihempaskan, lalu untuk apa? Apa kelanjutannya?
Kalau Firman diuraikan, kelanjutannya
adalah kita melangkah sesuai dengan ketetapan Firman sampai langkah-langkah
Firman membawa kita sampai Yerusalem baru. Kita harus bijaksana untuk mencari tempat untuk
berbaring.
2 Tesalonika 2:10
(2:10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa
karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang
dapat menyelamatkan mereka.
Dengan
rupa-rupa tipu daya jahat ... Di situ banyak terjadi mujizat, tetapi sebetulnya itu adalah
mujizat-mujizat palsu. Untuk apa mengadakan mujizat palsu? Siapa yang menerima
mujizat palsu ini? Terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan
mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
Kebenaran yang sejati hanyalah
salib. Hanya salib yang dapat menyelamatkan hidup manusia dari bumi ke sorga. Kalau
kita hanya menerima rupa-rupa tipu daya, mujizat-mujizat, itu semua tidak ada
artinya.
Siapa yang menerima rupa-rupa
tipu daya, mujizat-mujizat palsu? Adalah mereka yang akan binasa, yaitu mereka
yang tidak menerima dan tidak mengasihi kebenaran yang sejati, itulah Salib.
Padahal, yang menyelamatkan kita adalah salib. Pengantara dari bumi ke sorga
adalah salib. Itu sebabnya, Yesus tergantung di atas kayu salib, menjadi
pengantara Allah dengan manusia.
Jadi, sudah sangat jelas
sekali, bahwa; Rut ini adalah perempuan yang baik-baik, setelah kita
mendapatkan pengertian yang luar biasa ini. Rut adalah perempuan baik-baik, dia
bukan perempuan nakal, dia tidak mengejar orang-orang muda, baik yang kaya maupun
yang miskin; dia justru datang berbaring di bawah kaki Boas dengan tepat dan
benar. Biarlah kita datang dengan tepat dan benar di bawah kaki Boas rohani.
TUHAN Yesus Kristus, Dialah
Gembala yang baik, takkan kekurangan, baik jasmani maupun secara rohani.
-
Secara jasmani; makan, minum dan pakaian dicukupkan.
-
Secara rohani; segala kekurangan, segala kelemahan tidak nampak lagi. Kekurangan
yang memalukan itu tidak nampak lagi, itulah yang namanya tidak kekurangan.
Sekarang kita lihat:
ORANG-ORANG YANG TIDAK MAU TERGEMBALA.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan
domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan
domba teman-temanmu?
Kehidupan yang tidak
tergembala atau kehidupan yang mengembara di sini ialah “teman-teman.” Jangan sampai kita ini hanyalah sebatas teman seperjalanan saja. Janganlah kita hanya sebagai teman-teman
seperjalanan, karena kalau hanya sebagai “teman” saja, bukan sebagai “sahabat”,
maka kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang mengembara, tidak tergembala.
“Teman-teman” ini bukanlah
“sahabat”, hanya sebatas teman seperjalanan saja. Kalau dia adalah “sahabat”, maka dia akan mengerti kita dalam
kesusahan. Yesus adalah Saudara dan Sahabat sejati, di dalam Amsal 17:17; Dia mengerti kita.
Tetapi di sini kita melihat,
kehidupan yang tidak tergembala, kehidupan yang mengembara, itu adalah
“teman-teman.” Jangan kita menjadi “teman-teman” semata.
Pada akhirnya juga saya
mengerti; mana “teman-teman”, mana “sahabat.”
Mari kita melihat Injil Matius
11.
Matius 11:16-17
(11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak
yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17)
Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan
kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Dengan apakah
akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di
pasar ... Anak-anak Kerajaan Sorga
memang sedang berada di pasar; lalu, pada saat itu berseru kepada
teman-temannya. Kemudian, anak-anak Kerajaan Sorga ini bertindak 2 (dua) hal:
1.
Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari. Anak-anak Kerajaan Sorga meniup seruling bagi
“teman-teman”, tetapi “teman-teman” tidak menari.
2.
Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Anak-anak Kerajaan Sorga menyanyikan kidung
duka, tetapi “teman-teman seperjalanan” tidak berkabung.
Berarti, kehidupan yang tidak tergembala adalah kehidupan
yang tidak taat kepada Firman,
seperti apapun bunyi Firman disampaikan, namun mereka tetap tidak taat. Itulah
“teman-teman.”
Seperti apapun bunyi Firman yang disampaikan itu, namun
“teman-teman” tidak taat kepada bunyi Firman yang disampaikan. Justru
sebaliknya, dibalik ketidak-taatan itu, apa yang nyata dalam kehidupan
teman-teman?
Jangan sampai kehidupan kita ini hanya sebatas
“teman-teman” saja loh ya; sepertinya ada dalam penggembalaan, tetapi
ternyata hanya sebatas “teman-teman” saja, hanya untuk meramai-ramaikan ibadah
ini saja. Kalau hanya ramai-ramaikan, lihatlah kelakuan mereka pada ayat 18-19.
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum,
dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak
Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata:
Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut
cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh
perbuatannya."
“Teman-teman” berkata: Karena Yohanes
datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan
setan. Sesudah Yohanes Pembaptis -- yang
disebut Elia -- yang mempersiapkan jalan bagi sang Raja, lalu sang Raja datang,
tetapi di sini disebut; Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia
seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi
hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
Singkatnya: “Teman-teman”
tampil sebagai pengejek-pengejek, di mana kelakuan dari pada “teman-teman”
hanyalah menjadi sebagai pengejek-pengejek.
Kita sudah melihat pengejek-pengejek
di dalam 2 Petrus 3, di mana mereka tidak percaya kepada janji kedatangan TUHAN
untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, bahkan mereka
tidak mau tahu bahwa Firman Allah itu berkuasa mengadakan yang tidak ada
menjadi ada, bahkan memelihara hidup kita untuk membawa sampai kepada kehidupan
kekal. Demikianlah “teman-teman” ini tampil sebagai pengejek-pengejek.
Ejekan YANG PERTAMA: Kepada Yohanes,
“teman-teman” berkata: “ia tidak makan, dan tidak minum”, dan mereka berkata: “Ia kerasukan setan.”
“Teman-teman” berkata bahwa
Yohanes kerasukan setan, mengapa? Karena Yohanes tidak makan dan tidak minum, dengan lain kata; Yohanes puasa. Sesungguhnya,
puasa itu penting, mengapa? Sebab dengan puasa, maka
daging ini hancur dan rusak berkeping-keping, sehingga tidak layak, tidak bisa didiami
oleh roh jahat dan roh najis, dengan lain kata; supaya tidak menjadi takhta
Setan.
Kalau daging dielus-elus,
ujung-ujungnya adalah menjadi takhta Setan. Tetapi kalau daging ini rusak
wujudnya, hancur oleh salib dan oleh puasa, maka tidak akan menjadi takhta
Setan.
Tetapi “teman-teman” berkata: “Ia kerasukan setan.” Yang benar yang mana? Perkataan “teman-teman”, itulah
pengejek-pengejek, atau apa yang dilakukan oleh nabi Yohanes? Tetapi yang pasti
di sini ialah hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
Ejekan YANG KEDUA: Kepada Anak
Manusia, “teman-teman” berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat
pemungut cukai dan orang berdosa.” Mengapa mereka berkata demikian? Sebab Anak Manusia datang, Ia makan
dan minum.
Jadi, kedatangan Anak Manusia
untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Apa buktinya Ia
datang sebagai Mempelai Pria Sorga? Sebab dalam pesta nikah Anak Domba Allah
telah disembelih; tersedia hidangan sebagai makanan dan minuman.
Itulah kedatangan Anak Manusia
untuk yang kedua kali tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, tetapi
“teman-teman” justru berkata: Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Jelas, kalau pada akhirnya orang berdosa,
pemungut cukai mau berbalik dari keadaannya yang lama dan bertobat, maka akan
menjadi sahabat Anak Manusia dalam pesta nikah Anak Domba.
Lihatlah, kalau tidak
tergembala, maka tidak akan mengerti apa-apa; nol pengertiannya tentang sorga, tentang keselamatan. Bagaimana kita bisa
selamat kalau tidak punya pengertian? Apakah orang bodoh bisa masuk sorga?
Tidak bisa. Tetapi dengan pengertian oleh Firman Allah, maka kita dapat
menyenangkan hati TUHAN.
Lihatlah, pada akhirnya benar,
sebab di sini dikatakan: “Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” Siapa yang berhikmat, apakah
pengejek atau Yohanes Pembaptis? Siapa yang berhikmat, apakah Anak Domba Allah,
Mempelai Sorga, atau pengejek?
Oleh sebab itu, kita bersyukur
kepada TUHAN; tergembalalah dengan sungguh-sungguh, supaya kita di hadapan
TUHAN bukan hanya sebatas “teman-teman seperjalanan” saja, tetapi sudah harus
menjadi sahabat-sahabat Anak Manusia dalam pesta nikah Anak Domba. Haleluya.. Amin..
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment