IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 27 APRIL 2021
KITAB
KOLOSE
(Seri:140)
Subtema: SETIA SAMPAI SATU HATI DENGAN TUHAN (SATU
JAM)
Selamat malam.
Biarlah kiranya sejahtera dan bahagia memerintah di
tengah-tengah Ibadah Doa Penyembahan malam ini, dan memerintah di tengah-tengah
kita masing-masing.
Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Malaysia,
di Bandung, bahkan umat TUHAN yang sedang memberikan dirinya digembalakan oleh
GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming
video internet Youtube, Facebook, baik yang di dalam negeri maupun yang di luar
negeri, TUHAN memberkati kita sekaliannya.
Dan selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN,
supaya firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita,
sehingga nanti membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh, membawa kita berada di
kaki salib Kristus, tersungkur di hadapan takhta TUHAN, sujud menyembah Allah
yang hidup, yang sekarang berada di dalam kekekalan.
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 3,
dengan perikop: “Hubungan antara anggota-anggota rumah tangga”.
Kolose
3:19
(3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Seorang
suami harus tahu untuk mengasihi isterinya, sebab Yesus Kristus adalah Suami dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih
setia dan kasih sayang, bahkan gereja TUHAN dijadikan isteri dalam kesetiaan.
Kemudian,
dari ayat kita kita melihat; sikap seorang
suami di dalam hal mengasihi isterinya ialah seorang suami janganlah berlaku
kasar terhadap isterinya.
Terkait dengan pernyataan ini, kita langsung hubungkan
dengan 1 Petrus 3,
dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri”.
1
Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga
kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Hai
suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu. Berarti,
seorang suami tidak boleh berlaku kasar terhadap isterinya = Suami yang
bijaksana.
Daniel
12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya
seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada
kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang bijaksana sama seperti
bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Adapun tugas dari orang-orang bijaksana ialah
menuntun banyak orang kepada kebenaran. Demikian juga dengan seorang suami yang bijaksana, maka
ia akan menuntun isterinya dalam kebenaran.
CONTOH.
1
Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! (10:15) Aku
berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul
Paulus menghimbau supaya sidang jemaat di Korintus ini menjauhkan diri mereka dari
penyembahan berhala.
Jadi, betul-betul tugas dari
seorang yang bijaksana, hamba TUHAN yang bijaksana ialah menuntun banyak orang
kepada kebenaran, menuntun sidang jemaat kepada kebenaran, sebagaimana Rasul
Paulus menghimbau supaya sidang jemaat di Korintus ini betul-betul menjauhkan
diri mereka dari penyembahan berhala; hal ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus
adalah seorang hamba TUHAN yang bijaksana.
1
Korintus 10:16-17
(10:16) Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita
ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti
yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (10:17) Karena roti adalah satu, maka
kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat
bagian dalam roti yang satu itu.
Berada di tengah-tengah sebuah ibadah dan pelayanan yang dihubungkan dengan
salib, menunjukkan bahwasanya kita telah bersekutu dengan darah salib Kristus.
Kemudian, menikmati roti hidup, roti yang
dipecah-pecahkan, yakni firman yang dibukakan, menunjukkan bahwasanya kita
semua adalah satu, sekalipun anggota-anggotanya banyak. Karena roti itu satu,
maka kalau kita menikmati roti
hidup, roti yang satu itu, maka kita dibawa masuk dalam persekutuan, kita semua
menjadi satu antara yang satu dengan yang lain.
Saya rindu, supaya betul-betul
kita menjadi satu tubuh, walaupun anggota-anggotanya banyak, karena roti itu
satu, dan kita sudah menikmati roti hidup itu. Biarlah kuasa firman membawa
kita menjadi satu tubuh.
1
Korintus 10:18
(10:18) Perhatikanlah
bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang
dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?
Orang-orang
yang mendapat bagian dalam pelayanan mezbah dipelihara langsung oleh TUHAN, sesuai dengan Imamat
7:6,15.
Jadi, berada di tengah-tengah sebuah ibadah dan pelayanan yang dihubungkan dengan salib, itu adalah persekutuan dengan darah salib Kristus.
Kemudian, menikmati roti hidup, menunjukkan bahwa kita adalah satu, walaupun
anggotanya banyak, karena roti itu satu maka kita juga satu, kalau kita
menikmati pembukaan firman.
1
Korintus 10:14, 19
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! (10:19)
Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah
sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu?
Dengan tegas, Rasul Paulus
berkata kepada jemaat di Korintus: Jauhilah
penyembahan berhala.
Maksudnya di sini ialah jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel selama 40 (empat
puluh) tahun perjalanan di padang gurun, mereka bersekutu dengan roh-roh jahat, sekalipun
mereka menjadi barisan yang dipimpin oleh Musa, atau menjadi rombongan yang nampaknya
beribadah kepada TUHAN, namun sesungguhnya persembahan mereka adalah kepada
roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Capek-capek kita dari rumah,
berlelah-lelah kita dari rumah, menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, uang,
tetapi kalau akhirnya persembahan kita adalah persembahan kepada roh-roh jahat,
kan itu adalah suatu kerugian yang sangat besar.
Jangan biarkan kerugian semacam ini terjadi dalam hidup kita di tengah ibadah
pelayanan yang TUHAN percayakan di atas muka bumi ini, karena itu adalah
kesia-siaan.
1
Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan
juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam
perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Kita tidak boleh bersekutu dengan TUHAN, namun dalam kesempatan
yang lain bersekutu juga dengan roh-roh jahat.
Sama seperti bangsa Israel,
nampaknya berada di tengah-tengah barisan yang dipimpin oleh Musa, nampaknya
rombongan itu beribadah kepada TUHAN, namun kenyataannya, persembahan mereka
adalah persembahan kepada roh-roh jahat. Oleh sebab itu, kita tidak boleh bersekutu
dengan TUHAN, namun dalam kesempatan yang lain juga bersekutu dengan roh-roh
jahat, dengan lain kata; tidak boleh serampangan. Ikut TUHAN tidak boleh
serampangan;
-
satu sisi berbicara soal kesucian, satu sisi berbicara soal yang tak
suci, itu serampangan.
-
Atau, satu sisi “ya”, satu sisi yang lain “tidak”, itu tidak boleh.
Mengapa? Supaya persembahan
kita tidak kita persembahkan kepada roh-roh jahat; tetapi benar-benar kita bawa
segala persembahan, kita bawa hidup kita ini dan dijadikan sebagai korban
persembahan yang menyenangkan hati TUHAN.
Selanjutnya, marilah kita
melihat PERSEKUTUAN DENGAN ROH-ROH JAHAT yang dimaksud oleh Rasul Paulus.
1
Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini
telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan
kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7)
dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti
beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa
itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8)
Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh
beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga
ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti
yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut
ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang
dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh
malaikat maut.
Bangsa
Israel bersekutu dengan roh-roh jahat, antara lain;
1.
Pada
ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada
ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada
ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada
ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada
ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
Selanjutnya, kita akan memperhatikan penjelasan dari hal
yang kedua.
Keterangan:
BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Peristiwa “bangsa Israel
menyembah berhala” ditulis dengan jelas di dalam kitab Musa yang kedua, yakni
Keluaran 32:1-35, dengan judul: “Anak lembu emas”.
Namun Keluaran 32 dibagi menurut pembagiannya:
A.
Ayat
1-6 tentang lembu emas.
B.
Ayat
7-14 tentang murka Allah kepada bangsa Israel.
C.
Ayat
15-20 tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
D.
Ayat
21-29 tentang Musa marah kepada Harun, abangnya.
E.
Ayat
30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel.
Kita akan selidiki bagian-bagian ini, dimulai dari bagian
A, keterangan:
PENJELASAN KELUARAN 32:1-6
Bangsa Israel mendirikan atau membuat patung anak
lembu emas, lalu sujud menyembah kepadanya.
Hal ini menunjukkan bahwasanya bangsa Israel tidak setia
kepada Allah yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir dan Firaun.
Biarlah kiranya kita semua
memiliki roh setia hanya kepada TUHAN.
Amsal
20:6
(20:6) Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi
orang yang setia, siapakah menemukannya?
Kelompok yang menyebut dirinya baik hati sangat
banyak ditemukan, namun kelompok yang setia sangat sukar untuk ditemukan.
Keadaan yang semacam ini
sangat ditakuti oleh Rasul Paulus, dan itu dinyatakan di dalam 2 Korintus 11:2-3, sebab Rasul Paulus
ini sedang berjuang untuk mempertunangkan sidang jemaat di Korintus sebagai
perawan suci kepada satu laki-laki, itulah Mempelai Pria Sorga. Oleh sebab itu,
dia takut, kalau-kalau kesetiaan mereka berubah, karena diperdaya oleh ular.
Rasul Paulus ini betul-betul
hamba TUHAN yang bertanggungjawab, seorang hamba TUHAN yang bijaksana, di mana
tugasnya adalah betul-betul hanya satu, yaitu menuntun banyak orang kepada
kebenaran. Oleh sebab itu, dia takut sekali kalau jemaat di Korintus ini
berubah setia dari Kristus sebagai Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga, sebab
dia sedang berjuang untuk membawa sidang jemaat di Korintus ini sebagai perawan
suci kepada satu laki-laki, itulah Mempelai Laki-Laki Sorga; dia takut kalau
sidang jemaat ini berubah setia.
TUHAN juga berharap dan
mendambakan kita semua untuk menjadi satu kehidupan yang setia di hadapan
TUHAN.
-
Kalau gereja TUHAN setia kepada TUHAN, maka dia juga akan setia kepada
suaminya.
-
Kalau gereja TUHAN setia kepada Kristus, Kepala, maka dia akan menjadi
suami yang setia kepada isterinya.
-
Demikian juga, kalau gereja TUHAN setia kepada TUHAN, jika dia sebagai
seorang anak, pasti dia juga hormat kepada orang tuanya.
Ingatlah itu, hai pemuda-pemudi.
Mazmur
18:26-28
(18:26) Terhadap orang yang setia
Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak
bercela, (18:27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci,
tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit. (18:28) Karena Engkaulah yang
menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak
Kaurendahkan.
-
Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia. Terhadap orang yang
setia, TUHAN itu berlaku setia.
-
Terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela. TUHAN berlaku tidak
bercela kepada orang yang tidak bercela TUHAN berlaku suci terhadap orang yang suci.
-
Terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci. Terhadap
orang yang suci, TUHAN berlaku suci.
Karena Engkaulah
yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, sebagaimana bangsa
Israel dibebaskan (diselamatkan) dari perbudakan, dari penindasan Mesir dan
Firaun, tetapi
orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan.
Kita
harus ketahui bersama-sama, bahwasanya; kita harus berlaku setia, berlaku tidak
bercela, dan hidup suci di hadapan Allah. Mengapa? Sebab TUHAN-lah yang membebaskan, TUHAN-lah yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan Mesir dan Firaun.
Sekali
lagi saya sampaikan:
-
Kita semua harus berlaku setia di hadapan
TUHAN;
-
kita semua harus berlaku tidak bercela di
hadapan TUHAN;
-
dan kita semua juga harus hidup suci di
hadapan Allah.
Mengapa? Sebab TUHAN-lah yang membebaskan, TUHAN-lah yang menyelamatkan bangsa Israel dari
penindasan Mesir dan Firaun; TUHAN-lah yang membebaskan dan menyelamatkan
kita dari penjara dunia ini.
Tetapi
terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit. Terhadap orang yang
bengkok atau hatinya tidak lurus di hadapan TUHAN karena tidak setia, maka
terhadap orang semacam ini; Allah berlaku belat-belit.
Apa
itu belat-belit? Belat-belit, artinya; segala doa, segala permohonan dan harapan kita tidak akan terkabulkan.
Oleh
sebab itu, jangan berlaku bengkok; jangan sampai hati kita tidak lurus di
hadapan TUHAN, supaya TUHAN tidak beraku belat-belit. Banyak kali kita
menaikkan permohonan, menaikkan harapan-harapan kita untuk masa yang akan datang, tetapi kalau kita
berlaku bengkok, hati kita tidak lurus di hadapan TUHAN, ingat; TUHAN pun
berlaku belat-belit.
Saudara,
perhatikan: Kalau birokrasi terlalu panjang dan lebar, maka seseorang saat
mengurus urusannya di sebuah kantor atau di sebuah instansi sangatlah sukar.
Demikian juga kalau kita berlaku bengkok, hati tidak lurus di hadapan TUHAN, maka
TUHAN belat-belit, maka segala permohonan, segala doa, segala harapan sangat
sulit untuk kita dapatkan dari TUHAN. Jadi, jangan pernah menyalahkan TUHAN,
tetapi periksa hati masing-masing.
Oleh
sebab itu, marilah kita belajar dari PRIBADI YOSUA. Yosua ini mempunyai
segudang pengalaman, karena dia adalah salah satu saksi hidup dari antara ketidak-setiaan
bangsa Israel ini. Maka, oleh karena itulah, dari segudang pengalaman yang
dialaminya, Yosua bersikap tegas, amat sangat tegas kepada bangsa Israel yang
dia pimpin untuk menduduki tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh TUHAN.
Yosua
24:14
(24:14) Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah
kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang
kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir,
dan beribadahlah kepada TUHAN.
Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan
beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Beribadahlah kepada TUHAN kepada
tulus. Beribadahlah kepada TUHAN dengan sikap yang setia. Oleh sebab itu, jauhkanlah allah, jauhkanlah berhala, yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di
seberang sungai Efrat dan di Mesir, di mana nenek moyang bangsa Israel pernah berlaku tidak setia, dengan
menyembah kepada berhala, maka beribadahlah
kepada TUHAN.
Berdasarkan pengalamannya, Yosua meminta dengan amat sangat, agar bangsa
Israel beribadah dengan tulus ikhlas, beribadah kepada Allah dengan setia. Berarti, bangsa
Israel harus menjauhkan diri mereka dari segala jenis penyembahan berhala. Jangan seperti nenek moyang bangsa Israel tidak berlaku setia, sebab mereka telah menyembah berhala, di mana Yosua sebagai saksi hidup yang masih hidup. Yang masih hidup,
yang tiba di tanah Kanaan adalah Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune.
Berdasarkan pengalaman inilah,
Yosua dengan tegas menghimbau kepada umat Israel, setelah tiba di tanah Kanaan:
Berlaku
setialah kepada TUHAN, berarti; janganlah menyembah berhala. Setialah.
-
Kalau kita setia kepada Kristus, maka suami setia
kepada isterinya.
-
Kalau sidang jemaat setia kepada Kristus, maka isteri juga setia kepada
pasangannya (suaminya).
Jadi, dari sejak muda, dari
sejak sekarang, belajarlah setia kepada TUHAN. Kalau tidak setia atau bengkok hati, maka
nanti TUHAN
berlaku belat-belit,
sehingga harapanmu, masa depanmu tidak akan terkabulkan, biar tangis darah
sekalipun. Ada banyak rencana dan cita-cita kita yang sedang kita susun dalam
pikiran ini; oleh sebab itu, setia saja.
Yang berbicara soal “setia”
ini adalah orang yang mempunyai segudang pengalaman, yaitu Yosua, sebab dia
yang melihat betul-betul ketidak-setiaan bangsa Israel di padang gurun,
sehingga persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat. Oleh sebab
itu, dengan tegas dia berkata: Berlaku setia. Jangan lagi menyembah berhala.
Yosua
24:15
(24:15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah
kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;
allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau
allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
Tetapi andaikata bangsa Israel tidak beribadah kepada TUHAN, karena memilih
untuk menyembah berhala orang Amori ataupun menyembah berhala dengan beribadah di
seberang sungai Efrat, singkatnya;
andaikata bangsa Israel tidak beribadah kepada TUHAN dan memilih menyembah
berhala, dengan kata lain; tidak berlaku setia
di hadapan TUHAN, maka dengan tegas Yosua berkata kepada bangsa itu: Tetapi
aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!
Andaikata bangsa Israel tidak
setia di hadapan TUHAN, tetapi Yosua berkata: “Aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” Jadi, kalau orang lain tidak setia, namun kita
harus tetap setia. Ini adalah
kepala rumah tangga yang setia, maka nanti isterinya pun setia dan anak-anaknya
pun setia, seisi rumah setia.
Jadi, jangan main-main; tunggu mau mati, baru
setia, lalu bagaimana kalau TUHAN tiba-tiba
datang? Ayo, biarlah berlaku bijaksana mulai dari sejak sekarang.
Setelah mendengarkan
pernyataan dari Yosua dengan sikap yang tegas dan memilih untuk berlaku setia,
pada ayat 16-17, bangsa itu menjawab: “Jauhlah
dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!” Alasan mereka mengatakan itu ialah
-
sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang
telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah
perbudakan,
-
dan yang telah
melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri,
-
dan yang telah
melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa
yang kita lalui,
-
TUHAN menghalau
semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita.
Kami pun akan beribadah kepada TUHAN,
sebab Dialah Allah kita.
Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: “Tidaklah kamu sanggup beribadah
kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia
tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu.”
Jadi, yang diutamakan di sini adalah kesetiaan dan kekudusan. Kalau tidak,
maka kita tidak akan mampu beribadah kepada TUHAN. Biarlah kita tulus ikhlas, hidup dalam kesucian,
dan setia; kalau tidak, maka kita tidak akan bisa beribadah dengan baik kepada
TUHAN.
Sesungguhnya, bangsa Israel
ini tahu kalau TUHAN yang membebaskan nenek moyang bangsa Israel dari tanah
Kanaan, juga yang membela bangsa Israel di tengah perjalanan, sampai menghalau ketujuh
bangsa yang kuat di tanah Kanaan; mereka sadar akan hal itu.
Yosua
24:28
(24:28) Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi,
masing-masing ke milik pusakanya.
Jadi, sesudah mengatakan sikap
yang tegas bahwasanya Yosua harus berlaku setia, sesudah mengatakan itu, barulah
Yosua melepas bangsa itu pergi -- jadi, harus terlebih dahulu ada perjanjian
--. Mereka dilepas masing-masing ke milik pusakanya, itulah tanah yang
dijanjikan oleh TUHAN kepada Abraham Ishak Yakub, dengan;
-
9.5 (sembilan setengah) suku Israel di tanah Kanaan.
-
2.5 (dua setengah) suku Israel seberang sungai Yordan, tidak dibawa
masuk ke tanah Kanaan.
Jadi, terlebih dahulu harus
ada perjanjian. Mari, kita adakan perjanjian (kesepakatan) di hadapan TUHAN;
maukah saudara berlaku setia di hadapan TUHAN? Oleh sebab itu, ayo, tulus
ikhlas dan hidup suci. Kalau tidak, maka kita tidak bisa berlaku setia di hadapan
TUHAN dalam beribadah.
Ini adalah perkataan dari
seorang yang mempunyai segudang pengalaman, karena pada waktu jatuhnya bangsa
Israel dalam penyembahan berhala, hal itu jelas terjadi di depan mata Yosua,
abdi dari pada Musa; oleh sebab itu, dia harus memiliki sikap yang tegas.
PEMICU TERJADINYA ANAK LEMBU
EMAS.
Keluaran
32:1
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa
mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka
mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah,
yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami
keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
Singkat kata: Bangsa Israel tidak percaya kepada
hidupnya Musa, sebagai seorang gembala yang diutus TUHAN untuk membawa
dan memimpin bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan, keluar dari tanah Mesir dan penindasan Firaun
Sekarang kita BANDINGKAN dengan Keluaran 2:23 sampai Keluaran
3:1, dengan perikop: “Musa diutus TUHAN”.
Jadi, betul-betul TUHAN yang mengutus Musa untuk memimpin
bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan.
Keluaran
2:23-25
(2:23) Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang
Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga
teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. (2:24) Allah mendengar mereka
mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan
Yakub. (2:25) Maka Allah melihat
orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.
Orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan
mereka berseru-seru, berarti mereka tertekan, tertindas, terintimidasi, sehingga seruan itu
sampai kepada Allah.
Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia
mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub, karena erangan itu sampai di telinga TUHAN,
teringatlah TUHAN dengan perjanjian-Nya kepada Abraham Ishak Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah
memperhatikan mereka, di mana keadaan mereka dalam
penindasan yang hebat oleh Firaun
Keluaran
3:1
(3:1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba
Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba
itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
Di sini kita melihat: Musa
biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian.
Tergembala itu harus mendarah
daging. Jangan heran melihat orang yang tergembala, sebab tergembala harus
sampai mendarah daging.
Biasa, berarti; harus mendarah daging. Jangan sampai kita
tergembala karena aturan, karena peraturan gerejawi, atau karena tidak enak
dengan sesama gereja, bukan; tetapi tergembala itu harus biasa, maksudnya ialah tergembala itu harus sampai
mendarah daging.
Kalau sudah mendarah daging,
maka andaikata hal itu terlepas dari daging (hidup) ini, andaikata tidak
tergembala, itu bagaikan sesuatu yang hilang.
Tergembala itu sudah seharusnya mendarah daging. Jadi,
tergembala itu bukan karena aturan gereja, atau bukan karena tidak enak kepada
tetangga atau sesama gereja, bukan. Tergembala itu harus sudah mendarah daging.
Apa keuntungannya kalau
tergembala sudah sampai mendarah daging?
Sekali ketika, Musa menggiring
kambing domba ke sebrang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni
gunung Horeb. Inilah kalau tergembala itu sudah mendarah daging; sekali waktu,
kita akan berada sampai ke gunung TUHAN. Inilah yang kita cari, yaitu sampai ke
gunung TUHAN. Ingat: Tergembala sudah harus sampai mendarah daging.
Keluaran
3:10
(3:10) Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau
kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari
Mesir."
Sudah sangat jelas di sini
kita perhatikan, bahwa: TUHAN-lah yang mengutus Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari
penindasan Firaun dan Mesir, karena Musa mempunyai pengalaman di dalam hal
menggembalakan kambing domba.
Masakan sidang jemaat yang
besar jumlahnya dipercayakan kepada hamba TUHAN yang tidak mempunyai pengalaman soal
penggembalaan? Itu kan tidak masuk akal.
Saya ini adalah seorang hamba
TUHAN, tetapi sudah menerima jabatan gembala, mengapa? Karena saya sudah harus
tergembala. Kalau roh saya tergembala, maka tentu TUHAN akan percayakan
domba-domba untuk digembalakan.
Banyak gereja yang belum
mengenal sistim penggembalaan; hanya tahu beribadah di hari Minggu saja, sudah,
titik, tidak tahu sistem penggembalaan. Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, TUHAN didik, TUHAN
ajar kita untuk beroleh pengertian tentang penggembalaan, sampai mendarah
daging.
Keluaran
3:11
(3:11) Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah
aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel
keluar dari Mesir?"
Musa adalah hamba TUHAN yang rendah hati dan lemah
lembut, juga -- dalam kitab Ibrani -- disebut hamba TUHAN yang setia; dia merasa tidak layak.
Inilah hamba TUHAN yang rendah
hati dan lemah lembut, yaitu selalu merasa
tidak mampu, merasa tidak bisa. Tetapi kalau kita merasa tidak layak, maka nanti TUHAN yang
layakkan; kalau kita merasa tidak mampu,
maka nanti TUHAN yang mampukan. Sebaliknya, orang yang merasa diri bisa, pasti
tidak bisa; orang yang merasa diri mampu, pasti tidak mampu.
Oleh sebab itu, jangan
memandang enteng ibadah pelayanan dalam penggembalaan. Oleh sebab itu,
tergembala itu sudah harus sampai mendarah daging. Melayani TUHAN tidak boleh
anggap enteng. Melayani pekerjaan-Nya juga tidak boleh anggap enteng.
Tetapi biarlah kita merasa diri tidak
bisa. Apa ciri orang yang merasa diri tidak
bisa? Ya, banyak belajarlah. Saya pun belajar; bukan hanya di belakang meja,
tetapi di kaki salib juga saya harus belajar untuk menantikan pembukaan firman.
Jujur, bagi daging, itu tidak enak; kalau belajar di kaki salib 3 (tiga) sampai
4 (empat) jam, berjam-jam, itu tidak enak bagi daging; tetapi kalau kita sudah
terbiasa dan mendarah daging, enak atau tidak enak ya enak terus.
Karena saya juga merasa tidak
mampu kok; saya mengatakan ini bukan
karena saya pura-pura rendah hati, tetapi memang saya merasa tidak mampu. Saya sadar bahwa saya tidak mampu, maka saya
belajar. Jangan pingsan, tetapi harus belajar tidak mampu, belajar tidak layak,
maka nanti TUHAN yang layakkan. Kalau
engkau merasa tidak mampu, merasa bodoh sekali, maka pasti ada keinginan untuk
belajar.
Keluaran
3:12
(3:12) Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai
engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau
telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada
Allah di gunung ini."
Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan
menyertai engkau? Kalau kita merasa tidak mampu, merasa tidak bisa, pasti penyertaan TUHAN berlaku
bagi dia, ingat itu. Tetapi kalau merasa diri bisa, merasa diri mampu, merasa diri hebat, maka penyertaan TUHAN tidak berlaku atas orang yang semacam itu.
Tanda bahwa TUHAN yang mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar
dari Mesir adalah Musa akan menuntun bangsa Israel, dan begitu tiba di gunung Sinai, Musa
dan bangsa Israel akan beribadah di gunung Sinai.
Jadi, tanda bahwa TUHAN
mengutus Musa adalah Musa dan bangsa Israel adalah beribadah kepada Allah di
gunung Horeb atau gunung Sinai, tempat Musa
berjumpa dengan Allah. Itulah
tandanya kalau TUHAN yang mengutus Musa.
Sekarang, kita akan terus
telusuri; apakah itu akan betul-betul menjadi kenyataan (faktual), pada
Keluaran 24, dengan perikop: “Musa di gunung Sinai”.
Akhirnya, tergenapi juga bahwa
Musa di gunung
Sinai, itu adalah tanda bahwa TUHAN
mengutus Musa membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, yaitu Musa dan
bangsa itu akan beribadah kepada TUHAN di gunung itu juga.
Keluaran
24:12
(24:12) TUHAN berfirman kepada Musa: "Naiklah
menghadap Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku
akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah
Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka."
TUHAN berfirman kepada Musa: “Naiklah menghadap
Aku ...”
Jadi, jelas TUHAN yang
mengutus Musa. Begitu mereka tiba di gunung Sinai, TUHAN berfirman kepada Musa “naiklah menghadap Aku”, berarti betul-betul TUHAN yang mengutus Musa untuk
membebaskan bangsa Israel dari penindasan.
Singkatnya: Musa naik ke atas gunung Sinai menghadap Allah, sebab Allah akan
memberikan kepadanya 2 (dua) loh batu yang berisikan 10 (sepuluh) hukum Allah.
Berarti jelas, TUHAN-lah yang mengutus Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan Firaun, sampai akhirnya mereka
tiba di gunung Sinai dan beribadah kepada TUHAN di gunung Sinai, bersama bangsa
Israel. Jadi, betul-betul TUHAN yang mengutus.
Keluaran
24:13-17
(24:13) Lalu bangunlah Musa dengan Yosua, abdinya, maka
naiklah Musa ke atas gunung Allah itu. (24:14)
Tetapi kepada para tua-tua itu ia berkata: "Tinggallah di sini menunggu
kami, sampai kami kembali lagi kepadamu; bukankah Harun dan Hur ada
bersama-sama dengan kamu, siapa yang ada perkaranya datanglah kepada
mereka." (24:15) Maka Musa
mendaki gunung dan awan itu menutupinya. (24:16)
Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai, dan awan itu menutupinya enam
hari lamanya; pada hari ketujuh dipanggil-Nyalah Musa dari tengah-tengah
awan itu. (24:17) Tampaknya
kemuliaan TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung itu pada
pemandangan orang Israel.
Baik
tua-tua, maupun Harun dan Hur, bahkan bangsa Israel sendiri menyaksikan
kemuliaan TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung Sinai. Mereka semua menyaksikan itu; menyaksikan kemuliaan TUHAN sebagai api yang
menghanguskan di puncak gunung Sinai.
Keluaran
24:18
(24:18) Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan
mendaki gunung itu. Lalu tinggallah ia di atas gunung itu empat puluh hari
dan empat puluh malam lamanya.
Akhirnya,
tinggallah Musa di atas gunung Sinai, selama 40 (empat puluh) hari
dan 40 (empat puluh) malam.
Singkat kata: Sebetulnya, tua-tua, Harun, Hur, serta
bangsa itu melihat peristiwa itu, bahwa jelas TUHAN yang mengutus Musa. Bahkan
sebelum Musa tinggal di atas gunung Sinai selama 40 (empat puluh) hari
dan 40 (empat puluh) malam, bangsa Israel sendiri mengetahui bahwasanya TUHAN menampakkan diri di
atas gunung Sinai dengan tanda-tanda yang nyata, yakni;
1. Ada guruh dan kilat.
2. Awan padat di atas gunung.
3. Lalu terdengar bunyi sangkakala yang sangat keras.
Peristiwa itu terjadi setelah hari ketiga bangsa Israel
tiba dan berkemah di depan gunung Sinai, di mana kisah ini ditulis dalam
Keluaran 19:1-25.
Jadi, sebelum Musa menghadap TUHAN pun dan tinggal di
atas gunung Sinai
selama
40 (empat puluh) hari dan 40 (empat puluh) malam, sebetulnya bangsa Israel sendiri tahu bahwa TUHAN turun di atas gunung
Sinai. Setelah mereka tiba di gunung Sinai, dan berkemah pada hari ketiga di
gunung Sinai, barulah mereka tahu bahwa TUHAN turun di atas gunung Sinai.
Jadi, sebetulnya, mereka tahu kalau TUHAN turun di atas
gunung Sinai. Juga sebetulnya bangsa Israel tahu, kalau TUHAN yang mengutus
Musa untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Tetapi
memang dasar keras kepala saja kok bangsa Israel ini.
Kita sudah melihat cukup bukti bahwa memang TUHAN yang
mengutus Musa untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir;
Keluaran 24, Keluaran 19, itu adalah bukti yang sangat kuat bahwa betul-betul
TUHAN yang mengutus.
ALASAN
ISRAEL TIDAK PERCAYA KEPADA MUSA.
Keluaran
32:1
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa
mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka
mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah,
yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami
keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan
dia."
Musa mengundur-undurkan atau
berlambat-lambatan turun dari puncak gunung Sinai. Inilah alasan bangsa Israel
untuk tidak setia, sehingga mendirikan patung anak lembu emas tuangan.
Kalau hal ini dijadikan
sebagai alasan untuk tidak setia di hadapan TUHAN, maka alasan ini
menggambarkan tampilnya pengejek-pengejek di akhir zaman ini. Mereka berkata Musa
mengundur-undurkan, Musa berlambat-lambatan untuk turun dari puncak gunung Sinai;
ini adalah gambaran dari pengejek-pengejek di akhir zaman.
Sebetulnya alasan ini tidak
pas dijadikan sebagai alasan; tetapi memang dasar tidak setia ya tidak setia saja, sehingga apapun bisa dijadikan
alasan. Memang, kalau orang yang tidak setia, terlalu banyak alasan. Mereka
beralasan bahwa Musa mengundur-undurkan untuk turun; inilah orang yang tidak
setia, banyak sekali alasannya, padahal dasar tidak setia, dasar keras kepala, dasar
tegar tengkuk, ada saja alasannya. Alasan semacam itu sama seperti
pengejek-pengejek di akhir zaman.
Kita perhatikan 2 Petrus 3, dengan perikop: “Hari
TUHAN”, itulah hari kedatangan TUHAN.
2
Petrus 3:3
(3:3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada
hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan
ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
Di hari-hari terakhir akan tampil
pengejek-pengejek, yaitu orang-orang yang hidup menurut hawa nafsu. Jadi, pengejek-pengejek itu ternyata hidup menuruti hawa nafsu
mereka.
Dan itu akan nyata di
hari-hari terakhir; pengejek-pengejek itu akan tampil. Jadi, kalau
pengejek-pengejek itu akan tampil, kita tidak usah kaget, tidak usah heran.
2
Petrus 3:4
(3:4) Kata mereka: "Di manakah janji tentang
kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala
sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan."
Sebetulnya, pertanyaan pengejek-pengejek pada ayat 4 ini, mengandung ejekan, sebab mereka berkata: "Di manakah janji
tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal,
segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan."
Pendeknya: Pengejek-pengejek tidak yakin dengan janji
kedatangan TUHAN, itu sebabnya mereka berkata: sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu
tetap seperti semula.
2
Petrus 3:5-7
(3:5) Mereka sengaja
tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu,
dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (3:6) dan bahwa oleh
air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (3:7) Tetapi oleh
firman itu juga langit dan bumi yang
sekarang terpelihara dari api dan
disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.
Pengejek-pengejek tidak mau
tahu atau tidak peduli, bahwa;
-
Langit dan bumi dijadikan oleh firman.
-
Kemudian, oleh firman, langit dan bumi yang pernah hancur itu oleh
karena tsunami besar (air bah) pada zaman Nuh, terpelihara sampai sekarang,
bahkan terpelihara dari api dan disimpan untuk hari
penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.
Mereka tidak peduli bahwa langit
dan bumi dijadikan oleh firman. Mereka juga tidak peduli bahwa fenomena yang
sangat mengerikan terjadi, yaitu tsunami besar-besaran terjadi, itulah air bah
pada zaman Nuh. Tetapi sekalipun demikian, oleh firman itu juga langit dan bumi
yang telah rusak itu juga terpelihara, namun tinggal menunggu waktunya akan
dilemparkan ke dalam api bersama dengan orang-orang fasik. Hati-hati, kalau
kita abaikan firman, maka firman itu sendiri yang akan menjadi hakimnya; tetapi
kalau kita limpah firman, maka firman yang akan menolong kita juga.
Jangan sampai tidak mau tahu
dengan firman yang dibukakan. Biar sejuta kali terjadi mujizat di depan mata,
tetapi kalau tidak ada pembukaan firman, maka ibadah itu nol, tidak ada
artinya. Firman kok yang memelihara hidup.
Jadi, tinggal tunggu waktunya,
di mana langit dan bumi akan dilemparkan ke dalam api bersama dengan
orang-orang fasik, bersama dengan orang-orang yang congkak, bersama dengan
orang-orang yang sombong, tidak rendah hati.
Maka, saya sangat bahagia
sekali mendapatkan pernyataan dari seorang yang mempunyai pengalaman yang baik
soal kesetiaan, itulah Yosua.
Kita harus setia lahir maupun
batin. Mengapa harus lahir batin setia? Karena TUHAN itu Roh. Jadi, hati kita
yang harus setia kepada TUHAN, bukan tubuhnya yang terlihat baik dan gemulai, tidak,
melainkan hati yang tidak boleh liar. Yosua mempunyai segudang pengalaman, maka
pengalaman itu harus diperhatikan. Bukan tubuh yang kelihatan baik-baik,
gemulai, bukan, tetapi hati yang tidak boleh liar. Tidak boleh condong kepada
yang lain hati, tidak boleh condong kepada berhala. Jangan bangkitkan cemburu
TUHAN, karena kita tidak lebih kuat dari TUHAN.
Berlakulah setia. Ingat:
Jangan bengkok jika memang masih banyak cita-citamu ke depan. Kalau bengkok,
hatimu tidak tulus, maka TUHAN pun belat-belit, sehingga apapun doa mu tidak
akan didengar TUHAN. Belajarlah setia.
2
Petrus 3:8
(3:8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang
satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari
sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.
Perlu untuk diketahui, di hadapan TUHAN;
-
1 (satu) hari = 1000 (seribu) tahun.
-
Sebaliknya, 1000 (seribu) tahun = 1 (satu) hari.
Berarti, kerajaan 1000 (seribu) tahun damai = 1 (satu) hari bagi TUHAN.
Kerajaan 1000 (seribu)
tahun damai, jika dikaitkan dengan peta zaman, terkena pada hari yang ketujuh.
Namun, PROSES untuk berada pada hari ketujuh,
untuk sampai pada kerajaan 1000 (seribu) tahun damai ialah 6 (enam) hari bekerja à Ketaatan dan
ketundukan gereja TUHAN harus nyata di hadapan TUHAN; bukan kepada manusia, melainkan di hadapan TUHAN.
Kita semua sebagai mempelai
TUHAN harus taat dan tunduk kepada suami. Ketaatan dan ketundukan yang
sungguh-sungguh ini harus nyata sungguh-sungguh di hadapan TUHAN, itulah
prosesnya.
Sekali lagi saya sampaikan: Untuk
sampai kepada kerajaan 1000 (seribu) tahun damai, prosesnya ialah 6 (enam) hari, ini berbicara tentang; ketaatan dan ketundukan
gereja kepada suami, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Itulah prosesnya.
Untuk sampai kepada ketaatan
dan ketundukan, PRAKTEKNYA:
Yang Pertama: Mengikuti contoh teladan TUHAN, Keluaran
20:9-11.
Enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan
segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Jadi, prakteknya ialah berhenti pada hari
ketujuh, itulah contoh teladan.
Yang Kedua: Belajar dari kesalahan masa lalu.
Untuk sampai kepada ketaatan
dan ketundukan, belajarlah dari masa lalu; gunakan
pengalaman hidup menjadi guru. Jangan sudah berkali-kali
salah, tetapi terus salah, tidak pernah belajar. Itulah proses untuk taat dan
tunduk kepada TUHAN. Tidak usah ngomel kita kalau salah, tidak usah
kita lawan Firman TUHAN. Kalau kita lawan dan membenarkan diri, mungkin kita
memang benar, tetapi firman-Nya tidak membenarkan kita, lalu apa artinya itu
semua?
Biarlah kita belajar dari
pengalaman. Kalau kita pernah melakukan kesalahan, belajarlah dari situ;
jadilah pengalaman sebagai guru supaya jangan terlanjur-lanjur
dalam kesalahan, baik lahir maupun batin.
Siapa yang mau menampilkan
ketaatan ketundukannya kepada Kristus sebagai Kepala? Maka, tunjukkanlah itu
kepada TUHAN, jangan kepada manusia. Itu sebabnya tadi saya katakan; taat dan
tunduk itu harus dari hati.
Ulangan 5:13-15
(5:13)
Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (5:14) tetapi
hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu
yang mana pun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu
laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. (5:15)
Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan
engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan
lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau
merayakan hari Sabat.
Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun
dahulu budak di tanah Mesir ... Ingat masa lalu, belajar dari pengalaman. Kalau pernah tertekan,
tertindas karena perbudakan dosa, ingatlah masa lalu, belajar dari pengalaman;
itu adalah proses untuk kita bisa menampilkan ketaatan dan ketundukan kepada
Kristus, sebagai Kepala.
-
Jadi, proses yang pertama ialah ikuti contoh teladan TUHAN. Kalau Dia
lemah lembut, maka kita lemah lembut; kalau Dia rendah hati, maka kita rendah
hati; kalau Dia suci, maka kita suci; menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat dalam Kristus Yesus.
-
Proses yang kedua ialah belajar dari pengalaman, dari kesusahan, dari
penindasan karena kesalahan, karena perbudakan dosa. Itulah prosesnya.
Jangan sampai berita firman
ini hanya sebatas cerita, apalagi sebatas pengetahuan, tetapi biarlah pengertian
ini mendarah daging supaya menjadi praktek, sehingga nanti nyata ketaatan dan
ketundukan. Itulah proses 6 (enam) hari untuk sampai kepada kerajaan 1000
(seribu) tahun damai. Jangan diabaikan; tidak usah ngomel-ngomel, supaya nyata
ketaatan dan ketundukan, sehingga firman itu ada di dalam hati kita
masing-masing.
PERSAMAANNYA.
1 Petrus 3, judulnya adalah “Hidup bersama suami
isteri”, yang terdiri dari ayat 1-7,
tetapi terbagi menjadi 2 (dua) bagian:
-
Ayat 1-6, secara khusus berbicara tentang ketaatan gereja TUHAN. Ketaatan
dari pada Sara sebagai isteri -- gambaran dari gereja TUHAN -- yang taat dan
tunduk kepada suaminya, Abraham.
-
Sedangkan ayat 7 itu berbicara tentang Suami yang bijaksana.
Jadi, untuk sampai kepada
perhentian, penyatuan tubuh dengan Kepala, prosesnya itu 6 (enam) hari, itu
berbicara tentang ketaatan dan ketundukan, di mana prakteknya ialah:
1.
Ikuti contoh teladan TUHAN.
2.
Belajar dari masa lalu. Kalau pernah tertindas karena dosa, jangan
ulangi lagi.
Dengan demikian, akan nyata
persamaannya dengan jelas di dalam 1 Petrus 3:1-7.
-
Ayat 1-6, itu berbicara soal 6 (enam) hari, berbicara soal ketaatan dan
ketundukan Sara kepada suaminya.
-
Sedangkan ayat 7, itu berbicara tentang Suami, hari ketujuh, itulah
kerajaan 1000 (seribu) tahun damai.
Hari ketujuh yang dimaksud di
sini adalah Sabatnya TUHAN Yesus, bukan Sabatnya orang Yahudi. Kalau Sabatnya
Yahudi adalah hari Sabtu, tetapi kita berbicara Sabatnya TUHAN.
2
Petrus 3:9
(3:9) Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun
ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar
terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa,
melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
Yang pasti: TUHAN tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun pengejek-pengejek menganggapnya sebuah kelalaian. Sebenarnya, TUHAN ingin menunjukkan
kesabaran-Nya, sebab Ia tidak menghendaki kebinasaan orang-orang berdosa, melainkan
Ia menghendaki supaya semua orang berbalik kepada TUHAN, semua orang bertobat kepada TUHAN.
Kalau TUHAN sepertinya mengundur-undurkan
waktu, bukan berarti TUHAN lalai, tetapi TUHAN sedang menunjukkan panjang sabar-Nya, karena TUHAN tidak menghendaki kebinasaan dari orang-orang berdosa.
Yang TUHAN kehendaki adalah supaya orang berdosa berbalik kepada TUHAN, supaya
orang berdosa bertobat 100% (seratus persen).
Jadi, jangan kita tampil sama
seperti pengejek-pengejek di akhir zaman; seolah-olah TUHAN tidak dapat
menepati janji-Nya. Kalau TUHAN mengundur-undurkan waktu-Nya, itu karena
panjang sabar.
Jangan kita bilang “Berlambat-lambatan
TUHAN ini datang. Berlambat-lambatan TUHAN ini, padahal dunia ini sudah terjadi
tsunami, sudah terjadi Covid-19”, jangan. TUHAN mau menunjukkan panjang sabar-Nya. TUHAN tidak menghendaki
kebinasaan dari orang-orang berdosa, tetapi supaya orang berdosa berbalik dan
bertobat 100% (seratus persen).
Jadi, manfaatkanlah panjang
sabar TUHAN ini, sebab kesempatan yang ada, yang tersisa ini merupakan panjang
sabarnya TUHAN. Jangan mengejek, jangan bilang bahwa TUHAN lalai, tidak; TUHAN
tidak pernah lalai, TUHAN selalu menepati janji-Nya. Dia ingat kita, Dia tahu
kita seperti apa; sengsara kita, penderitaan kita, TUHAN tahu. Dia ingat
janji-Nya.
1
Petrus 3:10
(3:10)
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti
pencuri. Pada hari itu
langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan
hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang
lenyap.
Perlu untuk diketahui: Hari
TUHAN akan tiba seperti pencuri = Kedatangan TUHAN itu tiba-tiba atau mendadak.
1
Tesalonika 5:1-2
(5:1) Tetapi tentang zaman dan masa,
saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (5:2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan
datang seperti pencuri pada malam.
Tentang zaman dan masa tidak perlu dituliskan kepada kita semua, yang
pasti; hari TUHAN datang seperti pencuri pada malam hari, kedatangan-Nya
mendadak tiba-tiba. Tidak
usah ditulis kapan TUHAN datang kembali untuk yang kedua kali; tahun, hari,
tanggal, minggu, bulan, tidak perlu. Yang pasti kita ketahui; kedatangan TUHAN
itu seperti pencuri di malam hari, berarti; tiba-tiba. Kalau tiba-tiba, berarti
kita harus bersegera dari sejak sekarang, itu saja.
TUHAN tidak beri tahu zaman
dan masanya, yang pasti; kedatangan TUHAN seperti pencuri di malam hari.
1
Tesalonika 5:3
(5:3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman
-- maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang
perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin -- mereka pasti tidak akan
luput.
Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai
dan aman ... Inilah orang yang tidak
bersegera, santai rohaninya, mereka berkata: Semuanya
damai dan aman. Ini
adalah kerohanian yang santai, bermalas-malasan, bermasa bodo, tidak bersegera;
kerohanian yang seperti ini berbahaya.
Karena tidak bersegera,
akibatnya; maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh
kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin = Tidak terelakkan lagi. Tidak ada orang hamil
yang mau melahirkan, namun tidak sakit menderita. Hati-hati, jangan santai
rohani.
Kalau suamimu santai, jangan
isteri ikut santai. Kalau isteri santai, jangan suami ikut santai. Kalau orang
tua santai, anak-anak jangan santai. Kalau anak-anak santai, orang tua juga
jangan santai. Jangan berkata seperti pengejek-pengejek tadi yang berkata: Semuanya damai dan aman. Hati-hati, tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, persis seperti seorang
perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin -- mereka pasti tidak akan luput.
Jadi, bagi mereka tidak ada
lagi kesempatan untuk berbalik dan bertobat. Kalau TUHAN datang tiba-tiba
seperti pencuri, maka bagi mereka, bagi kerohanian yang santai-santai, yang
berkata “semuanya damai dan aman”, tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk
bertobat.
Yang di Cilegon, di Serang, jangan santai. Yang di Taman
Krakatau tidak boleh santai. Persiapkan diri kapan pun dia datang, sehingga
bagi kita, Dia tidak datang seperti pencuri; tetapi bagi orang yang tidak
bersegera, kedatangan TUHAN seperti pencuri, tidak luput dari kebinasaan dan
tidak ada kesempatan untuk bertobat. Kalau TUHAN menyatakan firman ini bagi
kita, itu bukanlah suatu kebetulan, sebab sudah terlalu banyak di antara kita
yang santai rohani, menganggap biasa saja, tidak ada persoalan.
1
Tesalonika 4:5-6
(5:4) Tetapi kamu,
saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu
tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, (5:5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan
anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. (5:6) Sebab itu baiklah jangan kita
tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
Kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang, tidak santai-santai. Anak-anak terang,
anak-anak siang itu bukan orang-orang malam
atau orang-orang kegelapan yang tidak bersegera, yang kerohaniannya santai, yang selalu berkata:
“Semuanya damai dan aman.”
Zaman dan masa tidak perlu
dituliskan kepada kita, yang terpenting adalah berjaga-jaga dan sadar saja.
Kembali saya sampaikan: Untuk
sampai kepada kerajaan 1000 (seribu) tahun damai, prosesnya adalah 6 (enam) hari,
itu berbicara tentang ketaatan dan ketundukan gereja TUHAN, sebagai isteri,
sebagai tubuh, sebagai mempelai TUHAN, di mana prakteknya;
1.
Ikuti contoh teladan TUHAN.
2.
Belajar dari kesalahan yang menindas kita semua sampai menderita.
Kita perhatikan Matius 26,
dengan perikop: “Di taman Getsemani”. Di taman Getsemani, TUHAN Yesus adakan doa
penyembahan, di situ peluh-Nya seperti
titik-titik darah, berarti, TUHAN Yesus berada dalam suatu tekanan yang begitu
berat. Karena beratnya tekanan itu, peluh-Nya itu persis seperti titik-titik darah.
Matius
26:40
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan
mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah
kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Berjaga-jaga di taman Getsemani = Hidup dalam doa penyembahan. Kemudian, ukuran dari penyembahan
adalah satu jam.
Imam-imam sudah diwajibkan
untuk menyembah satu jam lamanya di rumah masing-masing.
Biarlah ibadah kita sampai
kepada doa penyembahan, di mana ukurannya adalah satu jam. Yang terpenting bagi
kita adalah hiduplah dalam doa penyembahan. Entah besok, entah lusa, kita sudah
berjaga-jaga, sehingga kedatangan TUHAN tidak seperti pencuri di malam hari,
tidak mendadak, tidak tiba-tiba, karena kita sudah berjaga-jaga. Oleh sebab
itu, hidup rohani kita harus sampai kepada doa penyembahan. Silahkan TUHAN mau
datang kapan saja; entah hari ini, besok, lusa, silahkan TUHAN; oleh sebab itu, jangan lagi kita santai-santai rohani.
2
Petrus 3:10B-12
(3:10)
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti
pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan
unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di
atasnya akan hilang lenyap. (3:11)
Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan
salehnya kamu harus hidup (3:12)
yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu
langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti
pencuri. Kedatangan TUHAN akan tiba
seperti pencuri, tetapi sekalipun demikian, zaman dan masa tidak perlu
dituliskan, sebab yang penting adalah kita bersegera, hidup rohani kita sampai
kepada doa penyembahan, berjaga-jaga.
Jadi, entah sekarang, entah
besok, entah lusa TUHAN datang, namun kita sudah siap karena berjaga-jaga. Doa
penyembahan = Berjaga-jaga.
Saat TUHAN datang, akhirnya nanti
langit lenyap disertai gemuruh yang dahsyat, dan unsur-unsur dunia akan hangus
dalam nyala api, dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Jadi, saat TUHAN datang, yang ada ini akan
berlalu, ingat itu; tetapi bagi kita semua yang berjaga-jaga, kedatangan TUHAN
tidak seperti pencuri di malam hari, tidak binasa seperti langit bumi yang
pertama akan binasa.
Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur
secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup. Betapa suci dan salehnya kehidupan yang
memuncak sampai kepada doa penyembahan,
yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat
kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan
unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
Ingat: Mereka yang
berjaga-jaga akan terselamatkan dari kebinasaan. Sementara langit bumi akan
hancur dan segala unsur-unsurnya akan binasa dan dilemparkan ke dalam api
neraka, tetapi mereka yang berjaga-jaga dan hidup dalam doa penyembahan
diselamatkan oleh TUHAN.
2
Petrus 3:13
(3:13) Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru
dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Langit yang baru, bumi yang
baru digambarkan 2 (dua) hal:
1.
Yerusalem baru = Sadar.
2.
Gunung Sion = Doa penyembahan.
Itulah ukuran dari doa penyembahan,
yaitu gunung Sion. Gunung Sion adalah ukuran dari doa penyembahan.
TUHAN tidak menghendaki
kebinasaan dari orang berdosa, tetapi TUHAN menghendaki supaya kita berbalik kepada
TUHAN, bertobat 100 % (seratus persen). Jangan bertobat 50 % (lima puluh
persen).
Bertobat 50 % (lima puluh
persen), misalnya; dahulu berzinah dalam kenajisan, sudah berhenti, itu baru 50
% (lima puluh persen). Tetapi yang TUHAN mau adalah berbalik hatinya 100 %
(seratus persen) kepada TUHAN. Itulah bertobat 100 % (seratus persen), tidak
boleh bertobat 50 % (lima puluh persen).
Yang pasti, TUHAN tidak perlu
menuliskan zaman dan masa kepada kita, sebab yang terpenting adalah
berjaga-jaga, doa penyembahan satu jam. Entah hari ini TUHAN datang, namun kita
sudah siap. Entah besok TUHAN datang, namun kita sudah siap. Entah lusa TUHAN
datang, namun kita sudah siap. Berjaga-jaga dan sadarlah.
Ibadah kita sudah seharusnya
memuncak sampai kepada doa penyembahan = berjaga-jaga, di mana ukurannya adalah
satu jam. Kalau ibadah sudah memuncak sampai doa penyembahan, silahkan TUHAN
kapan datang, sebab bagi kita, kedatangan TUHAN tidak seperti pencuri di malam
hari. Kalau TUHAN Yesus datang hari ini, silahkan, tetapi hatimu sudah sampai
doa penyembahan belum? Sudah serahkan hati kepada hati TUHAN, belum? Masih liar
atau tidak? Itulah ukurannya. Itulah arti satu jam; hatimu betul-betul satu
dengan TUHAN. Itulah penyembahan yang benar, yaitu hati kita satu dengan hati
TUHAN, itulah satu jam.
Yang santai rohani, tidak
bersegera, tidak bergegas-gegas di dalam melayani TUHAN, di dalam melayani
pekerjaan TUHAN, yang bermalas-malas, yang bermasa bodo, yang tidak peduli,
perhatikanlah hal ini: Jangan asal menyembah malam ini, tetapi hatimu sudah
harus satu dengan hatinya TUHAN, itu satu jam.
Ingat, satu hari sama dengan
seribu tahun di hadapan TUHAN; sebaliknya, seribu tahun sama dengan satu hari.
Sedangkan kerajaan seribu tahun damai, kalau dikaitkan dengan pelajaran peta
zaman, terkena pada hari ketujuh, hari perhentian. Jadi, jelas, enam hari itu
berbicara tentang ketaatan dan ketundukan; itulah proses untuk sampai kepada
hari ketujuh, sedangkan prakteknya adalah;
1.
Ikuti contoh teladan TUHAN.
2.
Belajar dari pengalaman.
Jangan sampai sudah tertindas
karena kesalahan karena kebodohan, karena dosa kejahatan, karena hati yang
liar, tetapi tidak mau belajar dari pengalaman itu. Jadikan pengalaman itu
menjadi guru, itulah prakteknya.
Tetapi yang pasti, TUHAN ajari
kita, TUHAN beri suatu pengertian yang heran, di mana ibadah ini harus sampai
kepada doa penyembahan, berjaga-jaga selama satu jam. Satu jam, artinya; hati
kita satu dengan hati TUHAN, tidak hanya sekedar berlutut.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment