KEBAKTIAN KENAIKAN PERSEKUTUAN
PENGAJARAN PEMBANGUNAN
TABERNAKEL (PPT)
JUMAT, 14 MEI 2021 (Sesi II)
Tema:
YESUS DIPERMULIAKAN (Kisah Para Rasul
1:3,9)
Subtema:
CINCIN METERAI ALLAH
Selamat
siang, salam sejahtera, salam di dalam kasih-Nya TUHAN kita, Yesus Kristus.
Biarlah
kiranya damai sejahtera dan bahagia memerintah di hati kita masing-masing,
memerintah di ruangan (gedung) ini, juga memerintah di kehidupan rekan-rekan
hamba TUHAN di mana pun berada, di tanah air ini, dari Sabang sampai Merauke. Bahkan
sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, bahkan umat TUHAN yang sedang mengikuti
pemberitaan Firman TUHAN lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook, kiranya TUHAN memberkati dan
hadir di sana sebagai Imam Besar; melayani, berdoa, dan memperdamaikan dosa
kita masing-masing.
Selanjutnya
marilah kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya oleh
pembukaan Firman Allah yang kita terima berkuasa untuk meneguhkan setiap
kehidupan kita pribadi lepas pribadi, sehingga ibadah ini betul-betul menjadi
berkat, bahkan lebih dari pada itu, ibadah ini betul-betul menyenangkan hati
TUHAN.
Selanjutnya,
marilah kita terima pemberitaan Firman TUHAN pada sesi yang kedua ini dengan
hati yang terbuka lebar-lebar, dengan segala kerendahan hati kita, sampai
sejauh mana nanti Firman TUHAN membawa kita; namun, biarlah kiranya dengan
rendah hati saya mohon, biarlah keadaan kita persis sama seperti Maria yang duduk
dekat kaki TUHAN dan terus dengar Firman TUHAN.
Satu
jam berlalu nanti, namun terus dengar Firman TUHAN; satu setengah jam berlalu,
namun terus dengar Firman TUHAN; dan itu juga merupakan tanda atau sinyal besar
bagi kita bahwa ternyata Maria betul-betul menikmati pembukaan firman, karena
pembukaan firman itu memberi suatu pengertian, menjadi daya tarik yang luar
biasa bagi kita, sehingga tidak ada rasa jenuh dan bosan untuk mendengar Firman
TUHAN di kaki salib TUHAN. Biarlah kiranya hal itu nyata bagi kita
masing-masing.
Terima kasih
untuk doa-doa rekan-rekan ku hamba TUHAN, karena kalau kebaktian sesi yang
kedua ini bisa terselenggara, tentu saja karena kemurahan TUHAN, baik juga para
panitia, pemain musik dan semua, yang mengelola live streaming; terima kasih
untuk doa-doanya. Kiranya TUHAN membalaskan lewat firman yang akan kita terima
pada saat siang hari ini.
Kita
kembali memperhatikan tema yang ada, yaitu: KENAIKAN TUHAN YESUS
(DIPERMULIAKAN). Untuk itu, mari kita perhatikan Kisah Para Rasul 1:3, dengan perikop: “Roh Kudus dijanjikan.”
Tadi
kita naikkan puji-pujian: “Kirimlah
perjanjian TUHAN”, dan TUHAN pasti kirim, mengapa? Sebab TUHAN tidak mau
membiarkan kita seperti yatim piatu di tengah ibadah dan pelayanan kita, di
tengah pengikutan kita kepada TUHAN. Roh TUHAN yang dijanjikan itu dapat
membalikkan keadaan kita nanti.
Kisah
Para Rasul 1:3
(1:3) Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah
penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia
hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri
dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya
setelah penderitaan-Nya atau sengsara atau pengalaman kematian-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia
membuktikan, bahwa Ia hidup, hari ketiga Yesus bangkit dan maut dikalahkan.
Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang
menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah, untuk
membuktikan bahwa Dia hidup.
Singkatnya:
Yesus telah melewati pengalaman kematian dan kebangkitan, kemudian Dia berusaha
untuk membuktikan diri bahwa Dia benar-benar hidup, sehingga selama 40 (empat
puluh) hari di atas bumi, selama itu pula Dia manfaatkan sebaik mungkin,
seefisien mungkin; Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada
murid-murid tentang Kerajaan Allah atau kemuliaan kekal.
Jadi,
selama 40 (empat puluh) hari itu, Dia gunakan dengan maksimal untuk membuktikan
bahwa Dia hidup, sekaligus membicarakan tentang kemuliaan kekal. Namun,
kemuliaan kekal atau Kerajaan Allah tidak hanya sekedar dibicarakan, dan
kemuliaan kekal bukan hanya impian semata, tetapi kelak kemuliaan kekal akan
menjadi bagian kita bersama-sama, kita turut dipermuliakan bersama-sama.
Kisah
Para Rasul 1:9
(1:9) Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia
disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Sesudah
menceritakan kemuliaan itu selama 40 (empat puluh) hari, selanjutnya
terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka.
“Terangkatlah Ia”, berarti; Yesus
dipermuliakan, dan peristiwa itu disaksikan oleh murid-murid, disaksikan oleh
orang-orang Galilea.
Siapa
lagi yang menyaksikan ketika Yesus terangkat?
Kisah
Para Rasul 1:10
(1:10) Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik
itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
Kemudian,
waktu Yesus naik dan dipermuliakan, tiba-tiba berdirilah 2 (dua) saksi Ilahi,
yaitu -- tidak lain tidak bukan -- Musa dan Elia.
Pendeknya:
Peristiwa Yesus dipermuliakan …
-
Dibuktikan
dengan adanya saksi dari bumi.
-
Kemudian,
dibuktikan dengan saksi dari Sorgawi, itulah 2 (dua) saksi Ilahi (Musa dan Elia).
Jadi,
kemuliaan kekal yang Dia bicarakan selama 40 (empat puluh) hari, itu bukan
isapan jempol, bukan ilusi, tetapi real (nyata);
-
Disaksikan
oleh murid-murid, sebagai kesaksian dari bumi.
-
Disaksikan
oleh Musa dan Elia, sebagai kesaksian dari Sorga.
Dua
saksi adalah sah. Puji Tuhan, Haleluya ..
Jadi,
sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Kerajaan Sorga (kemuliaan kekal) bukan
hanya sekedar diceritakan, bukan hanya sekedar impian semata, bahkan bukan
hanya ilusi atau khayalan, tetapi yang benar; kemuliaan kekal itu nyata, real,
bukan ilusi, dengan catatan; kita harus
percaya. Apakah saudara mau percaya?
1
Tesalonika 4:13-14
(4:13) Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa
kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan
berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. (4:14) Karena jikalau kita percaya,
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa
mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama
dengan Dia.
Kalau
kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan bangkit, maka kita juga harus percaya
kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Kalau kita mati dan bangkit
bersama dengan Kristus -- satu dalam kematian dan kebangkitan Kristus --, maka
kita juga percaya bahwa kita semua turut dipermuliakan pada saat Dia datang
kembali untuk yang kedua kalinya.
Jadi,
kita percaya juga bahwa orang-orang yang meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan
Allah bersama-sama dengan Dia, artinya; turut dipermuliakan bersama-sama dengan
Dia. Namun, sudah terlebih dahulu satu dalam kematian dan kebangkitan TUHAN
Yesus Kristus.
1
Tesalonika 4:18
(4:18) Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain
dengan perkataan-perkataan ini.
Hiburkanlah seorang akan yang lain dengan
perkataan-perkataan ini, artinya; setelah melewati pengalaman kematian dan
kebangkitan, kita percaya bahwa kita semua turut dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia.
Peristiwa
ini harus disampaikan sebagai berita penghiburan; oleh sebab itu, jangan kita
berdukacita kalau kita satu dalam kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus,
tidak perlu kita panas hati, seperti Haman.
Manakala
kita harus menanggung penderitaan, menyangkal diri dan memikul salib di tengah
ibadah dan pelayanan kita masing-masing, maka mulai dari saya, sampai kepada
imam-imam, tanpa terkecuali sidang jemaat, bahkan juga rekan-rekanku hamba
TUHAN; tidak perlu kita panas hati, tidak perlu kita harus bersungut-sungut di
dalam hal memikul salib masing-masing. Pikul tanggung jawab masing-masing di
atas pundak masing-masing.
Sekarang
kita akan melihat KEMULIAAN ALLAH di dalam Perjanjian Lama, sebagai bayangan
dari kemuliaan TUHAN Yesus Kristus, di mana kita akan melihat itu di dalam
pribadi Yusuf, orang muda itu.
Sebelum
kita melihat Yusuf dipermuliakan, kita juga melihat pengalaman kematian dan
kebangkitan, di dalam Kejadian 40.
Kejadian
40:14
(40:14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah
baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal
ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. (40:15) Sebab aku dicuri diculik
begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak pernah
melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang
tutupan ini."
Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila
keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan
menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah
ini.
Yusuf minta tolong supaya secepatnya dia keluar dari pengalaman itu, yaitu
pengalaman liang tutupan. Sebab aku
dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak
pernah melakukan apa-apa -- dipenjarakan tanpa dosa -- yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan
ini."
Singkatnya:
Hal ihwal Yusuf ialah …
-
Ia
dicuri dan diculik dari negeri orang Ibrani.
-
Lalu
dibawa ke Mesir.
-
Dan
dimasukkan ke dalam liang tutupan tanpa dosa, tanpa salah.
Jelas,
hal ini berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Sama
seperti Yesus Kristus; dari Sorga, Dia turun ke bumi, lalu harus menderita dan
mati di atas kayu salib tanpa dosa, lalu bangkit pada hari yang ketiga. Yusuf
pun memiliki hal ihwal yang sama.
Kejadian
40:23
(40:23) Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru
minuman itu, melainkan dilupakannya.
Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru
minuman itu, melainkan dilupakannya. Artinya, pengalaman Yesus dalam tanda
kematian dan kebangkitan-Nya, itu adalah kehendak Allah Bapa, bukan kehendak
manusia. Berarti, pengalaman kematian dan kebangkitan tidak dapat dipalsukan
oleh siapa pun.
Pengalaman
kematian itu tidak boleh dipalsukan. Jangankan kemuliaan, sedangkan pengalaman kematian
dan kebangkitan pun tidak boleh dipalsukan; karena kematian dan kebangkitan
TUHAN Yesus Kristus, itu adalah kehendak Allah Bapa.
Sejenak
kita melebar sedikit dulu soal pengalaman kematian dan kebangkitan ini, karena
tadi malam sudah terlanjur saya sampaikan bahwa itu bukan kehendak manusia, tetapi kehendak Allah, maka pengalaman
kematian dan kebangkitan itu tidak boleh dipalsukan. Sedikit saya lebarkan soal
ini, tetapi ingat; benang merahnya harus tetap kita ingat, di mana kita hanya
berbicara soal “kemuliaan.” Kita belajar dari Firman TUHAN dengan segala
kerendahan hati, bukan?
Sedikit
melebar tentang: kematian dan kebangkitan
palsu, di dalam 2 Timotius 2.
2
Timotius 2:16
(2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak
suci yang hanya menambah kefasikan.
Inilah
nasihat Rasul Paulus kepada anak kekasihnya, itulah Timotius, yaitu: Hindarilah omongan yang kosong dan yang tak
suci. Mengapa? Sebab omongan yang kosong dan yang tak suci memicu semakin
bertambahnya kefasikan, memicu bertambahnya dosa kesombongan, lupa diri, lupa
kepada TUHAN, itulah orang fasik.
Oleh
sebab itu, omongan yang kosong dan yang tak suci harus dihindari sedapat
mungkin oleh gembala sidang, hamba TUHAN, imam, sampai kepada seluruh sidang
jemaat, tanpa terkecuali.
Apa sih
omongan yang kosong dan yang tak suci?
2
Timotius 2:17-19
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker.
Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari
kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung
dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. (2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya
ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang
yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
Perkataan mereka menjalar seperti penyakit
kanker,
itulah omongan yang kosong dan tak suci, di mana perkataannya seperti penyakit
kanker. Di antara mereka termasuk
Himeneus dan Filetus, yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan
bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman
sebagian orang. Mengapa? Tetapi dasar
yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal
siapa kepunyaan-Nya, TUHAN mengenal hamba TUHAN" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah
meninggalkan kejahatan."
Singkat
kata: Himeneus dan Filetus mengajarkan kepada sidang jemaat bahwa kebangkitan
mereka itu sedang berlangsung, tetapi sayangnya, tanpa meletakkan dasar yang
teguh, itulah derita, itulah sengsara atau pengalaman kematian TUHAN Yesus
Kristus.
Membicarakan
bahwa “kebangkitan sedang berlangsung”
tanpa dasar yang teguh, tanpa sengsara salib, tanpa pengalaman kematian, tetapi
dia bicara soal kebangkitan tanpa
kematian, tanpa dasar yang teguh. Jadi, kalau kematiannya palsu, otomatis
kebangkitannya juga palsu.
Itu
sebabnya, Rasul Paulus dengan tegas berkata kepada Timotius: Hindarilah omongan yang kosong, jangan
bicara tentang kebangkitan tanpa kematian. Kalau kematiannya palsu maka
kebangkitannya palsu.
Jadi,
kematian dan kebangkitan itu tidak bisa dipalsukan, karena kematian dan
kebangkitan itu merupakan kehendak Allah, bukan kehendak manusia. Maka, dalam
hal melayani pekerjaan TUHAN, tidak boleh kita pandai-pandai, tidak boleh
pintar-pintar, cerdik tetapi tidak tulus, melayani tetapi licik. itu tidak
boleh.
Itu loh maksudnya bahwa pengalaman kematian
dan kebangkitan itu adalah kehendak Allah.
Saya
tidak bermaksud menghakimi siapa pun, namun kenyataannya; perkara kebangkitan
palsu ini sedang marak. Omongan kosong yang tak suci dari mulut hamba TUHAN
sedang marak, sehingga merusak iman dari sidang jemaat, sama seperti penyakit
kanker; merusak iman seseorang, merusak iman dari sel-sel anggota tubuh yang
lain.
Tidak
mungkin terwujudnya pembangunan tubuh (Tabernakel) kalau kita melayani dengan
omongan yang kosong dan yang tak suci.
Jadi,
sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Pengalaman kematian dan kebangkitan
itu adalah kehendak Allah, dan itu tidak dapat dipalsukan oleh hamba TUHAN
siapa pun, termasuk Yusuf sekalipun.
Yusuf
betul-betul harus melewati pengalaman kematian dan kebangkitan sesuai kehendak
Allah. Nanti, setelah melewati pengalaman kematian dan kebangkitan sesuai
kehendak Allah -- setelah satu dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus --,
barulah nanti kemuliaannya benar.
Mari
kita kembali membicarakan tentang KEMULIAAN.
Kita
kembali memperhatikan pribadi Yusuf yang muda ini, di dalam Kejadian 41, dengan perikop: “Yusuf di Mesir sebagai penguasa”,
sebagai kepala pemerintah, sebagai mangku negara, atau
istilah sekarang perdana menteri, dialah yang memimpin
pemerintahan. Sekalipun Firaun mempertahankan takhtanya, tetapi kepala
pemerintahan adalah Yusuf; ini berbicara tentang “kemuliaan.”
Tetapi
kemuliaan ini harus terlebih dahulu melewati kematian dan kebangkitan yang
murni sesuai dengan kehendak Allah, supaya kemuliaannya tidak palsu, sama
seperti Haman memiliki cincin meterai palsu; kelihatannya dipermuliakan,
pangkatnya naik, kedudukannya lebih besar dari pembesar yang lain, tetapi
muslihatnya adalah cincin meterai palsu, karena dia ternyata gila hormat. Kalau
dia penuh dengan Roh Kudus, maka dia tidak akan gila hormat, dia tidak akan
menantang, dia tidak mendengki, dia tidak ada keinginan untuk membunuh dengan
muslihatnya.
Mari
kita lihat kemuliaan yang sesungguhnya, itulah CINCIN METERAI yang
sesungguhnya.
Kejadian
41:40-41
(41:40) Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada
perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari
padamu." (41:41)
Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik
engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan
kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat – jelas, Yusuf dipermuliakan --; hanya takhta inilah kelebihanku dari
padamu." Sekalipun takhta menjadi kelebihan dari Firaun, namun itu tidak
jadi soal, sebab biarpun ada taktha, tetapi bukan dia yang memegang
pemerintahan.
Demikian
juga nanti di akhir zaman; sidang mempelai TUHAN akan tertolong, sebab biar Setan
berkuasa atas dunia ini, tetapi mempelai TUHAN akan tampil sebagai pemimpin.
Camkanlah itu sungguh-sungguh mulai dari sejak sekarang: biar Setan
mempertahankan takhtanya di dunia ini, tetapi sidang mempelai TUHAN akan
memimpin pemerintahan untuk dibawa masuk ke dalam Kerajaan Sorga/kemuliaan
kekal.
Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf:
"Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
Singkat
kata: Yusuf dilantik menjadi kuasa, menjadi kepala pemerintahan atas seluruh
tanah Mesir, istilah lain disebut mangku negara atau perdana menteri.
Pendeknya:
Yusuf dipermuliakan; tentu saja setelah melewati bermacam-macam kesusahan,
bermacam-macam kesulitan, bermacam-macam penderitaan, itulah yang disebut
pengalaman kematian dan kebangkitan yang benar dan murni, sesuai dengan
kehendak Allah.
Kalau
kematiannya benar, maka kebangkitannya benar. Kalau satu dalam kematian dan
kebangkitan Yesus murni, maka kelak kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan
Dia, kalau kita percaya.
Sejenak
kita melihat Kolose 3, dengan
perikop: “Carilah perkara di atas.”
Kolose
3:1-4
(3:1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus,
carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan
Allah. (3:2) Pikirkanlah perkara yang
di atas, bukan yang di bumi. (3:3) Sebab
kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam
Allah. (3:4) Apabila Kristus,
yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri
bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan
bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas … Inilah suasana
kebangkitan, yaitu mencari perkara di atas, di
mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Barulah kemudian; pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang
di bumi, bukan perkara di bawah, itulah suasana kebangkitan.
Sebab kamu telah mati … Setelah kita satu
dalam kematian-Nya, kita tentu satu dalam kebangkitan-Nya, dan itu satu paket.
Saya
mendengar seorang hamba TUHAN terkenal di televisi berkata: “Ada seorang hamba TUHAN muda membicarakan
teologi penderitaan, dia tidak mau membicarakan tentang kebangkitan.” Dari
perkataan beliau ini, saya menjadi tahu bahwa hamba TUHAN ini tidak mengerti
firman, sebab kematian dan kebangkitan itu satu paket; tidak mungkin ada
kebangkitan tanpa kematian.
Lalu
dia tambahkan lagi: “Maka hamba TUHAN yang
berbicara soal teologi penderitaan ini hanya berbicara (berkotbah) tentang natal,
penderitaan, natal, penderitaan, tidak ada kebangkitan.” Ketika dia
berbicara begitu, sesungguhnya dia tidak mengerti Firman.
Padahal,
sebelum saya menjadi hamba TUHAN, hamba TUHAN ini sudah cukup terkenal di
televisi, tetapi kenyataannya beliau tidak
mengerti firman. Ini bukan bicara untuk menghakimi,
tidak; tetapi yang saya maksud adalah pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus itu sudah satu paket.
Kembali
kita memperhatikan: Sebab kamu telah mati
dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Jadi,
sesudah satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, maka ciri-cirinya adalah
mencari perkara di atas, memikirkan perkara di atas.
Kemudian,
selanjutnya di sini kita perhatikan: Apabila
Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Ingat
dengan baik: Kalau kita tekun dalam kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus
Kristus, maka apabila Kristus menyatakan diri kelak, kita bersama-sama akan
menyatakan diri dengan Dia kemuliaan kekal, camkanlah
itu!
Kita
kembali memperhatikan Kejadian 41.
Kejadian
41:41
(41:41) Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan
ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
Singkat
kata: Yusuf dipermuliakan.
Sekarang
kita lihat, BUKTI YUSUF DIPERMULIAKAN pada ayat 42.
Kejadian
41:42
(41:42)
Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin
meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah
kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung
emas pada lehernya.
Dengan
meminjamkan tangan Firaun, di sini kita melihat; Allah mengaruniakan 3 (tiga)
hal kepada Yusuf, yaitu:
1.
Cincin
meterai.
2.
Pakaian
dari lenan halus.
3.
Kalung
emas.
Siang
hari ini kita kembali untuk mengikuti penjelasan, tentang: CINCIN METERAI, sebagai
seri kedua.
Dan
seri kedua ini merupakan perbandingan dari cincin meterai yang dimiliki oleh
Haman, yang sudah kita perhatikan pada tadi malam.
Cincin meterai à Roh Allah yang
suci dengan kuasa yang sangat besar, dengan kuasa penuh; itulah arti dari pada
cincin meterai. Mengapa demikian? Sebab pada cincin meterai terukir stempel
kerajaan, itulah yang disebut meterai.
Sebuah
surat akan diakui legalitasnya atau dianggap sah apabila surat itu telah diberi
meterai, telah diberi stempelnya.
Kebenarannya
dapat kita temukan dalam kitab Ester.
Tadi
malam sudah kita lihat, bahwasanya Haman memiliki cincin meterai, tetapi
sayangnya …
1.
Haman
adalah seteru orang Yahudi.
2.
Kemudian
Haman adalah orang gila hormat.
3.
Serta
Haman juga adalah orang Agag.
Semuanya
telah diuraikan dengan kesederhanaan secara rinci, sehingga kita dapat
mengambil kesimpulannya, bahwasanya; muslihat Haman adalah cincin meterai yang
palsu.
Setelah
kita mendapat penguraian tentang …
-
Gila
hormat.
-
Kemudian
dia juga adalah orang Agag.
-
Sekaligus
seteru orang Yahudi.
Maka
kita mengambil kesimpulan, bahwasanya; muslihat Haman atau kelicikan Haman
merupakan cincin meterai yang palsu.
Sekarang
kita akan bandingkan dengan CINCIN METERAI YANG DARI ALLAH YANG MURNI DAN
BERKUASA.
Kalau
tadi malam diawali dari Ester 3 tentang cincin meterai palsu, sekarang kita
sama-sama belajar tentang cincin meterai yang dari Allah dan berkuasa, dari Ester 8:1, dengan perikop: “Perintah raja yang menguntungkan orang
Yahudi.”
Tetapi,
sebelum kita melihat ayat 1 ini, supaya jelas sebaiknya kita melihat dulu Ester 7, dengan perikop: “Haman diadukan oleh Ester dan dihukum mati.”
Ester
7:10
(7:10) Kemudian Haman disulakan pada tiang yang
didirikannya untuk Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja.
Haman
disulakan pada tiang yang dia dirikan sendiri untuk Mordekhai. Haman mati di
tiang yang ia dirikan sendiri. Maka, surutlah panas hati raja Ahasyweros.
Ester
8:1
(8:1) Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan
harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan
Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa
pertalian Mordekhai dengan dia.
Hari
yang sama dengan matinya Haman, hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan
harta milik Haman kepada Ester.
Kemudian,
dari apa yang sudah kita baca pada ayat
1: Dalam kesempatan yang sama, Mordekhai masuk menghadap raja, sebab Ester
telah memberitahukan pertalian atau hubungan antara Mordekhai dengan Ester,
sang ratu.
Maka,
Ester 8 ini, kalau dikaitkan dengan Pelajaran
Tabernakel terkena pada Peti Perjanjian atau Tabut Perjanjian, di mana Tabut
Perjanjian itu terdiri dari 2 (dua) bagian.
Bagian
Pertama adalah peti dari Tabut Perjanjian itu sendiri, itu berbicara soal
gereja TUHAN yang sempurna, sebab peti yang terbuat dari kayu penaga itu sudah
dilapisi dengan emas bagian dalam dan bagian luarnya, itu berbicara soal tubuh
Kristus;
pertalian antara Ester dengan Mordekhai, antara tubuh Kristus yang lain.
Jadi, jelas; Ester 8, Ester 9, Ester 10
kalau dikaitkan dengan susunan Tabernakel atau pelajaran Tabernakel terkena
kepada Peti Perjanjian, dan itu bisa dilihat dari alur cerita di dalamnya.
Kiranya nanti kita diberkati oleh TUHAN.
Bagian Kedua adalah Tutup pendamaian.
Jadi,
Ester telah memberitahukan pertalian, hubungan antara Mordekhai dengan sang
Ratu, itu terkena dengan Tabut Perjanjian; pertalian tubuh Kristus.
Ester
8:2
(8:2) Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil
dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai
diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman.
Hari
itu juga raja Ahasyweros mencabut cincin meterai yang diambil dari Haman, lalu
diserahkan kepada Mordekhai.
Singkat
kata: Cincin meterai berpindah tangan dari Haman ke tangan Mordekhai. Artinya,
cincin meterai itu tergantung kehendak TUHAN juga, sebab TUHAN menaruh belas
kasihan kepada siapa Dia menaruh belas kasihan; jadi, semata-mata bukan karena
manusia.
Kita
ikuti pelan-pelan kisah ini. Kiranya kisah ini bermakna dan mengandung arti yang
luar biasa bagi kita.
Ester
8:3-5
(8:3) Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud
pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya
maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap
orang Yahudi. (8:4) Maka raja
mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di
hadapan raja, (8:5) serta sembahnya:
"Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat kasih raja,
dan hal ini kiranya dipandang benar oleh raja dan raja berkenan kepada hamba,
maka hendaklah dikeluarkan surat titah untuk menarik kembali surat-surat yang
berisi rancangan Haman bin Hamedata, orang Agag itu, yang ditulisnya untuk
membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan.
Singkatnya,
dari apa yang sudah dibaca, di sini kita melihat: Ester memohon kepada raja
Ahasyweros supaya menarik kembali surat Haman yang berisi rancangan untuk
membunuh (memunahkan) orang Yahudi.
Marilah
kita sama-sama menyelidiki Alkitab yang sama, dan kiranya nanti kita diberkati
TUHAN.
Ester
8:6
(8:6) Karena bagaimana hamba dapat melihat malapetaka
yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat melihat kebinasaan sanak
saudara hamba?"
Alasan
Ester memohon permohonannya pada ayat 3-5,
untuk mengetahui hal itu dapat kita lihat di ayat 6, di mana Ester tidak menginginkan kebinasaan dari bangsanya
sendiri. Inilah alasan Ester untuk datang memohon kepada raja Ahasyweros.
Berarti,
Ester ini tidak egois, Ester ini tidak hanya mementingkan dirinya sendiri.
Hamba TUHAN, saya sendiri, juga imam-imam, bahkan seluruh sidang jemaat tidak
boleh egois, tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri; itu sebabnya, acara
Kebaktian Kenaikan Yesus Kristus dalam Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT)
dapat terlaksana, karena memang kita tidak mempertahankan dan tidak memelihara
roh egosentris. Milikilah roh Ester.
Ester
8:7-8
(8:7) Maka jawab raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu,
serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: "Harta milik Haman telah
kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada
tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi. (8:8) Tuliskanlah atas nama raja
apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah
surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang dituliskan atas
nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat ditarik
kembali."
Memang
tadi Ester sudah memohon supaya kiranya raja menarik kembali surat itu, karena
isi surat itu adalah untuk memunahkan orang Yahudi di daerah teritorial raja
Ahasyweros; 127 daerah dari India sampai Etiopia -- jadi, bangsa Yahudi itu bercecer
di situ --.
Ester
memohon supaya surat yang sudah terlanjur dikirim oleh Haman atas nama raja
Ahasyweros, dan yang dimeteraikan oleh cincin meterai raja itu ditarik kembali.
Tetapi raja Ahasyweros berkata: Apa yang
sudah ditulis dengan atas nama raja dan sudah dimeteraikan oleh cincin meterai
raja itu tidak bisa lagi ditarik kembali. Jadi, oleh sebab itu, isteriku,
ratuku, Ester, dan iparku, Mordekhai, tulis saja apa yang kau pandang baik
tentang bangsamu, orang Yahudi, toh juga Haman sudah mati. Maksudnya, toh juga
cincin meterai itu sudah engkau terima, cincin meterai itu sudah milikmu.
Setelah engkau tuliskan nanti apa yang kau pandang baik tentang bangsamu, ya
sudah tuliskan surat itu atas nama saya, dan stempelkan dengan cincin meterai,
cukup. Tetapi, untuk menarik surat yang pertama, itu tidak tidak bisa, karena
sudah ada nama saya dan cincin meterai raja. Tetapi sekarang, cincin meterai
itu sudah berpindah tangan, sudah berada di tangan Mordekhai, ya sudah,
kehendak Mordekhai sekarang. Jadi, apa yang dipandang baik untuk keadaan
bangsa Yahudi, ya terserah mereka,
sebab cincin meterai sudah di tangan mereka (Mordekhai dan Ester).
Kita
sekarang ada di dalam kegiatan Roh, dan kita dengan leluasa melakukan apa yang
baik di hadapan TUHAN, itulah meterainya, itulah tandanya kita bebas melakukan
yang baik untuk TUHAN.
Nah,
sekarang, kita perhatikan ayat 9.
Ester
8:9
(8:9) Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja,
dalam bulan yang ketiga -- yakni bulan Siwan -- pada tanggal dua puluh tiga,
dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat
kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati
dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Etiopia, seratus
dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya
dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang
Yahudi menurut tulisan dan bahasanya.
Lalu,
mendengar pernyataan dari pada raja Ahasyweros, maka timbullah kepercayaan diri
pada diri Ester dan Mordekhai.
Kalau
Roh TUHAN berkuasa atas kita, maka kita dibuat berkobar-kobar di dalam melayani
TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Lalu,
secepatnya panitera atau sekretaris
raja, atas perintah Mordekhai menulis surat …
-
Kepada
orang Yahudi.
-
Kepada
wakil pemerintah.
-
Kepada
para bupati.
-
Kepada
para pembesar daerah.
-
Kepada
tiap daerah menurut tulisannya.
-
Kepada
tiap-tiap bangsa menurut bahasanya.
-
Kepada
orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya, dari India sampai ke Etiopia, seluruhnya
ada 127 (seratus dua puluh tujuh) daerah.
Itulah
tembusan surat yang dituliskan oleh Mordekhai.
Ester
8:10-12
(8:10) Maka ditulislah pesan atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai
dengan cincin meterai raja, lalu dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat
yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di
pekudaan, dikirimkanlah surat-surat (8:11)
yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul
dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh
atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan
perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka,
dan untuk merampas harta miliknya, (8:12)
pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal
tiga belas bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar.
Adapun
isi surat yang dikirimkan dengan tembusan-tembusan tadi itu ialah:
Bagian
A: Raja
mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul.
Oleh
karena kemurahan TUHAN, siang ini kita boleh berkumpul di tengah-tengah
perhimpunan Ibadah Kenaikan TUHAN Yesus Kristus, bersama dengan Pengajaran
Pembangunan Tabernakel. Atas seizin TUHAN, TUHAN himpunkan kita bersama-sama. Itu
adalah bukti bahwa cincin meterai sudah menjadi bagian kita; TUHAN izinkan kita
mengadakan perhimpunan Kebaktian Kenaikan TUHAN Yesus Kristus, bersama dengan Pengajaran
Pembangunan Tabernakel. Itu adalah bukti bahwa cincin meterai sudah menjadi
bagian kita. Jadi, tidak usah ragu dalam mengikuti Kebaktian Kenaikan TUHAN
Yesus Kristus, bersama dengan Pengajaran Pembangunan Tabernakel; tidak usah
ragu. TUHAN sudah izinkan; Roh Kudus ada di antara kita, sudah dimeteraikan,
TUHAN sudah izinkan.
Bagian
B: Raja
mengizinkan untuk mempertahankan nyawa masing-masing.
Upah
dosa adalah maut, tetapi TUHAN tidak menginginkan kematian dari orang-orang
berdosa. TUHAN masih beri kesempatan bagi kita untuk bertobat dan berbalik
kepada Dia, berarti kesempatan yang TUHAN berikan ini adalah panjang sabarnya
TUHAN. Panjang sabar TUHAN adalah kemurahan hati TUHAN; itu sebabnya, TUHAN
izinkan kita untuk mempertahankan nyawa kita, dan kita tidak binasa, sebab cincin
meterai sudah menjadi bagian kita.
Karena
Haman sudah mati, cincin meterai sudah berpindah tangan, sudah menjadi bagian
kita, maka ayo, ada di dalam kegiatan Roh untuk mempertahankan nyawa
masing-masing, jangan binasa. Kesempatan yang TUHAN berikan adalah panjang
sabarnya TUHAN. Pertahankan nyawa masing-masing.
Bagian
C: Raja
mengizinkan untuk memunahkan, membunuh, membinasakan segala tentara, anak-anak,
perempuan-perempuan dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang.
Jadi,
musuh dalam bentuk apapun harus dikalahkan; jangan menaruh belas kasihan
seperti Saul.
Manakala
kita tertindas, jangan kita merasa menaruh belas kasihan, lalu mengelus-elus
daging ini, apalagi engkau adalah seorang imam. “Kasihan ya, engkau sudah melayani TUHAN, sudah memikul salib, tetapi
masih ditegasin sama bapak gembala. Aduh, kasihan ya, sabar ya.” Tidak boleh
seperti itu. Kalau daging sudah bersuara, hancurkan, hantam dan kalahkan;
jangan dielus-elus. Kalau dielus-elus, itu namanya cengeng; kalahkan saja semua
musuh, semua si seteru, mulai dari dunia dan arusnya, kalahkan saja. Jangan
sampai berkata: “Sayang ya androidnya
mahal-mahal”, tetapi dia tergiur dengan dosa yang ada di dalam android;
hantam saja, buang ke laut, kalau memang itu menimbulkan dosa; tetapi kalau
berguna untuk kemuliaan, ya gunakan
saja, toh cincin meterai sudah
menjadi bagian kita. Kemudian, roh jahat dan roh najis juga dikalahkan saja;
jangan elus-elus daging ini.
Bagian
D: Raja
mengizinkan untuk merampas harta milik mereka.
Kehidupan
kita ini adalah kehidupan yang dirampas dari maut, seperti puntung dari api,
itulah keadaan dari Imam Besar Yosua ketika dia memakai pakaian kotor. Tetapi
ada cara lain untuk merampas kita dari dunia ini; seperti anak yang dilahirkan
oleh mempelai perempuan pada Wahyu 12:5,
hanya dengan satu cara, tidak ada cara yang lain, itulah doa penyembahan; asap
dupa kemenyan,
itulah yang merampas kita dari bumi.
Maka,
ibadah kita di bumi harus memuncak. Puncak ibadah di bumi adalah doa
penyembahan. Tetapi, gereja-gereja tidak paham hal ini; gereja hanya sibuk
dengan sensasi, gereja hanya sibuk dengan mujizat, gereja hanya sibuk dengan
perkara lahiriah, berkat-berkat lahiriah, padahal yang merampas kita dari bumi,
untuk dirampas naik ke dalam Kerajaan Sorga adalah doa penyembahan, puncak
ibadah, bagaikan asap dupa yang naik ke atas, menembusi takhta Allah.
Saya
pun, sebagai gembala sidang, seberapapun jemaat yang ada, mau sedikit atau pun
banyak, itu adalah tanggung jawab saya supaya jemaat ini pun dirampas dari bumi
ini untuk digunakan sebagai hormat dan kemuliaan. Banyak pemuda pemudi yang dari desa dikirim ke
tempat ini, nol, tidak tahu apa-apa, namun lama kelamaan akhirnya dipakai TUHAN
untuk melayani, dirampas untuk hormat dan kemuliaan bagi nama TUHAN.
Bagian
E: Raja
mengizinkan orang-orang Yahudi untuk melakukan semua itu pada hari yang sama di
semua daerah raja Ahasyweros pada tangan 13, bulan 12, bulan Adar.
Berarti,
sesuai dengan tanggal dan bulan di mana nanti Haman akan mengeksekusi,
memunahkan semua orang Yahudi. Dan tulisan yang bagian E ini, di mana raja mengizinkan orang-orang Yahudi untuk
melakukan semua itu, mulai dari kegiatan ibadah, mempertahankan nyawa,
merampas, membunuh musuh, itu diperkenankan untuk dilakukan pada hari yang sama di semua daerah raja
Ahasyweros pada tangan 13, bulan 12, bulan Adar.
Jadi,
bangsa Yahudi diperkenankan untuk mempertahankan nyawa, untuk membunuh musuh, lalu
diizinkan untuk beribadah, dan hal itu dilakukan pada hari yang sama, tanggal
13, bulan 12, bulan Adar. Jadi, semuanya isi-isinya itu ditulis atas nama raja
Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja juga, artinya; surat itu
dianggap sah.
Ester
8:13
(8:13)
Salinan pesan tertulis itu harus diundangkan
di tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dan orang
Yahudi harus bersiap-siap untuk hari itu akan melakukan pembalasan kepada
musuhnya.
Salinan pesan tertulis itu harus
diundangkan di tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dari 127 (seratus
dua puluh tujuh) daerah dari India sampai Etiopia, dan orang Yahudi harus bersiap-siap untuk hari itu akan melakukan
pembalasan kepada musuhnya. Kemudian, bangsa Yahudi di mana pun berada, di
daerah teritorial Ahasyweros harus bersiap-siap untuk hari itu, hari yang sama,
yaitu tanggal 13, bulan 12, bulan Adar, untuk melakukan pembalasan kepada
musuhnya.
Lihat,
sudah mulai nampak; Roh Kudus ternyata bisa mengubahkan keadaan. Jangan putus
asa, jangan merasa hina, jangan merasa bodoh, jangan merasa “saya kecil”,
jangan merasa “gereja kecil”, tidak punya apa-apa; asal memiliki cincin meterai,
maka Roh Kudus bisa mengubah keadaan, Roh Kudus bisa mengubah segala-galanya.
Tidakkah kita bersyukur?
Oleh
sebab itu, jangan cepat-cepat putus asa, jangan cepat minder, sebab orang
minder itu tidak bagus. Dulu, saya pikir, orang minder itu bagus, padahal
tidak, karena kalau dia kaya, pasti sombong. Orang kaya kalau tiba-tiba miskin,
pasti minder. Percayalah; orang minder itu tidak bagus. Lihat, kalau seseorang
minder; ketika dia punya, pasti dia sombong, percayalah. Jadi, jangan minder,
jangan putus asa. Roh Kudus bisa mengubahkan segala sesuatu.
Roh
Allah yang suci berkuasa penuh, berkuasa mengubahkan keadaan;
-
Pelayanan
yang sepi menjadi ramai.
-
Jemaat
yang tidak mengerti berkorban nanti TUHAN ubahkan, TUHAN jamah hatinya, Roh
TUHAN bekerja.
Jadi,
rekan-rekan hamba TUHAN tidak usah pusing; sabar-sabar saja. Yang pasti adalah dimulai
dari pengalaman kematian dan kebangkitan, lalu bertekun di dalamnya, maka kelak
akan dipermuliakan. Tandanya adalah cincin meterai.
Ester
8:14
(8:14) Maka dengan terburu-buru dan tergesa-gesa
berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai kuda kerajaan yang
tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam
benteng Susan.
Dengan
terburu-buru dan tergesa-gesa, berangkatlah para pesuruh-pesuruh cepat
mengendarai kuda tangkas Kerajaan. Kemudian, undang-undang itu dikeluarkan di
dalam benteng Susan, tempat gadis-gadis cantik dikumpulkan.
Ester
8:15
(8:15) Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan
memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain
lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari
pada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka kota Susan pun bertempiksoraklah
dan bersukaria:
Lihat,
inilah yang sangat mengagumkan, setelah saya selidiki sepanjang malam sampai
saya kurang tidur; tetapi ini saya bukan sedang mengeluh. Saya malu kalau
cincin meterai ini tidak mampu mengubahkan segala sesuatu, saya bergumul
semalam-malaman, dan sampai hari ini saya belum sempat tidur, namun sempat
tertidur di kaki salib, lalu bangun lagi untuk menantikan pembukaan Firman.
Lihatlah
ayat 15 ini: Akhirnya, Mordekhai
keluar dari hadapan raja dan tampil dalam penampilannya:
a.
Tampil
dengan memakai pakaian kerajaan dari kain
ungu tua dan lenan.
b.
Tampil
dengan memakai tajuk atau mahkota emas
sebagai perhiasan di kepala yang mengagumkan.
c.
Tampil
dengan memakai jubah dari lenan halus dan
ungu muda.
Singkat
kata: Dengan atribut yang dia miliki, menunjukkan bahwa Mordekhai tampil
sebagai Imam Besar.
Apa
tugas Imam Besar di tengah ibadah dan pelayanan?
1.
Melayani.
2.
Berdoa.
3.
Memperdamaikan
dosa kita.
Perhatikan:
-
Kita
tidak mungkin bisa mempertahankan nyawa kalau tidak ada Imam Besar.
-
Walaupun
diizinkan untuk berada di tengah kota, beribadah dan melayani, tetapi itu tidak
mungkin terjadi kalau tidak ada Imam Besar.
-
Kita
tidak mungkin bisa mengalahkan musuh, kalau tidak ada Imam Besar.
-
Kita
tidak mungkin bisa merampas harta untuk dipergunakan melayani TUHAN, kalau
tanpa Imam Besar.
Itu
sebabnya, saya katakan: Ester pasal 8
dalam susunan pelajaran Tabernakel terkena pada Tabut Perjanjian.
Ester 8:1-2 berbicara tentang
tali persaudaraan, itulah tubuh Kristus, peti dari tabut perjanjian. Sedangkan
tampilnya Mordekhai sebagai Imam Besar, itu terkena pada tutupan grafirat,
tutupan pendamaian yang di atas tabut, dengan dua kerub di
atasnya. Jadi, jelas, Ester pasal 8
terkena pada peti perjanjian.
Di
sinilah saya: Wah, terima kasih TUHAN. Saya pikir; saya sudah tamat ini, TUHAN.
Saya sudah malu ini, TUHAN. Saya
sudah tidak tahu lagi mau taruh muka di mana ini, TUHAN. Tetapi kalau
cincin meterai di pihak kita, maka TUHAN sanggup mengubahkan segala sesuatu. Sudah
yakinkah saudara?
Tidak
mungkin kita bisa mempertahankan nyawa, kalau Yesus tidak tampil sebagai Imam
Besar untuk melayani, berdoa, memperdamaikan dosa kita. Tidak mungkin kita
berada di tengah ibadah ini, kalau Yesus tidak tampil di tengah-tengah ibadah
ini sebagai Imam Besar untuk melayani, berdoa, memperdamaikan dosa kita. Jelas,
Ester pasal 8, dalam susunan Tabernakel terkena pada Tabut Perjanjian.
Sekarang,
kita sedikit melihat dulu mengenai TUGAS DARI IMAM BESAR. Kalau dalam Perjanjian
Lama, saudara dapat membaca Imamat 16
ayat 1 sampai seterusnya, di mana setiap tahun, Imam Besar Agung masuk
Ruangan Maha Suci untuk mengadakan pendamaian dosa; dia harus membawa darah
lembu jantan dan domba jantan, kemudian …
-
Mengadakan
7 (tujuh) kali percikan darah di atas tutup pendamaian (tutupan grafirat),
itulah sengsara Yesus terhadap mempelai-Nya.
-
Kemudian,
mengadakan 7 (tujuh) kali percikan di depan tabut perjanjian, itu adalah
sengsara yang dialami oleh gereja, untuk mencapai kesempurnaannya sebagai
mempelai TUHAN.
Jadi,
sengsara tanpa dosa, itulah yang membawa kita sampai kepada kesempurnaan untuk layak
menjadi mempelai TUHAN, dan itu adalah penyucian terakhir.
Itu
sebabnya, tadi saya katakan:
-
Tidak
mungkin kita bisa mempertahankan nyawa kalau
Yesus tidak tampil sebagai Imam Besar di tengah ibadah.
-
Tidak
mungkin kita dapat menyelenggarakan kebaktian semacam ini, kalau Yesus tidak
tampil sebagai Imam Besar.
-
Tidak
mungkin kita bisa merampas harta, tidak mungkin kita bisa mengalahkan musuh
apapun jenisnya, kalau Yesus tidak tampil sebagai Imam Besar.
Yang
saya sebut tadi dalam Imamat 16, itu hanyalah bayangan, bukan hakekat
keselamatan. Kita tidak perlu membangun Tabernakel secara fisik,
tetapi yang perlu kita lihat adalah arti rohaninya. Hidup rohani kita-lah yang
harus kita bangun.
Jadi,
jangan saudara berpikir, bahwa Teologia lain berkata “Wah, Tabernakel itu kolot, dia tidak mengerti, itu sudah kadaluarsa”.
Loh, bukan soal kadaluarsa; Alkitab itu tidak pernah kadaluarsa, dari Kejadian sampai Wahyu.
-
Musa membangun
Tabernakel, dia melihat bagian belakang
dari TUHAN Yesus, dan Musa memiliki 5 (lima) kitab.
-
Rasul Yohanes pun memiliki 5
(lima) kitab, dan dia melihat bagian
depan TUHAN Yesus.
Jadi,
tidak ada yang kadaluarsa. Justru antara Musa dan Yohanes;
-
Musa;
Tabernakel di bumi.
-
Yohanes;
Tabernakel sorgawi.
Keduanya
saling melengkapi. Jadi, tidak ada yang kadaluarsa. Jadi, mohon, rekan-rekan
hamba TUHAN, jangan salah mengerti dengan pemahaman yang ada di luaran sana. Lalu,
ada yang mengatakan Tabernakel itu kuno; tidak, Tabernakel tidak kuno. Dia
mengatakan itu karena dia tidak mengerti arti rohani, tetapi coba diamat-amati
seperti kita siang ini, pasti dia mengerti.
Mari
kita lihat PENAMPILAN IMAM BESAR dalam Ibrani
10.
Ibrani
10:1
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja
dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu
sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus
dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang
datang mengambil bagian di dalamnya.
Di dalam hukum Taurat hanya terdapat
bayangan saja dari keselamatan yang akan datang … Jadi, mengenai Tabernakel
Musa itu; kita tidak diajar untuk membangun fisiknya, tetapi yang diajar adalah
arti rohaninya. Oleh sebab itu, dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja,
dan bukan hakekat dari keselamatan itu
sendiri.
Karena itu dengan korban yang sama, yang
setiap tahun terus-menerus dipersembahkan … Setiap tahun, imam besar Harun
harus masuk ke dalam Ruangan Maha Suci, untuk membawa darah lembu jantan muda,
membawa darah domba jantan, untuk mengadakan pendamaian dosa terhadap dosanya dan
dosa bangsanya, dosa keluarganya, satu kali dalam setiap tahun.
Kemudian,
di sini dikatakan: … Hukum Taurat tidak
mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
Tetapi
darah lembu jantan dan darah domba jantan tidak mungkin menyucikan dosa; oleh
sebab itu, saya pun, rekan hamba TUHAN, kalau kotbah jangan ditambahkan dengan
si kancil, si kura-kura, si buaya, sebab si buaya dan si kancil tidak bisa
menyucikan dosa. Lalu, jangan sibuk cerita Israel dan Amerika Serikat jalan-jalan
ke sana ke mari, tidak usah, sebab itu tidak bisa menyucikan dosa. Mohon maaf,
jangan dulu tersinggung; tetapi itu faktanya, sebab terlalu banyak hamba TUHAN mencari
sensasi, tetapi tidak diakui TUHAN, dia sendiri yang mengakui dirinya.
Sekarang,
kita BANDINGKAN IMAM BESAR DALAM KESEMPURNAANNYA.
Ibrani
10:12-13
(10:12) Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban
saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, (10:13) dan sekarang Ia hanya
menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya
satu korban saja karena dosa … Hanya satu kali. Tadi kita melihat; Imam
Besar Harun satu kali mempersembahkan korban setiap tahun, tetapi justru itu
merangsang dosa, menimbulkan dosa, karena besok masih ada pengampunan dosa,
tahun depan masih ada pengampunan lagi. Jadi, hukum Taurat itu merangsang dosa,
walaupun ada 9 (sembilan) kali kata “jangan” di dalam 10 (sepuluh) hukum dalam
2 (loh) batu itu, tetapi justru kata “jangan” itu merangsang dosa, justru orang
berbuat dosa. Demikian juga dengan darah domba, darah lembu setiap tahun, justru
merangsang dosa, karena besok masih ada pengampunan.
Tetapi
lihatlah, dalam kesempurnaan Yesus sebagai Imam Besar: Setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk
untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan
saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
Jadi,
hanya satu korban saja; semua sudah diselesaikan, tinggal tunggu waktu-Nya,
musuh-musuh akan diletakkan di bawah kaki-Nya. Dan itulah yang terjadi pada
peristiwa Ester 8, di mana keadaan berbalik total, apalagi dengan tampilnya
Mordekhai. Penampilan Mordekhai adalah gambaran Yesus sebagai Imam Besar; satu
kali Dia berkorban untuk dosa, lalu Dia duduk untuk selama-lamanya di sebelah
kanan --berarti, sudah selesai --, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di
mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
Jangankan
darah lembu jantan dan domba jantan, cerita si kancil, si buaya, si kura-kura,
cerita fiksi, filsafat kosong sekalipun tidak bisa sucikan dosa.
Oleh
sebab itu, kita kembali lihat Ester 8.
Ester
8:15-17
(8:15) Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan
memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai
tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari pada kain lenan halus dan kain
ungu muda. Maka kota Susan pun bertempiksoraklah dan bersukaria: (8:16) orang Yahudi telah beroleh kelapangan
hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan. (8:17) Demikian juga di tiap-tiap
daerah dan di tiap-tiap kota, di tempat mana pun titah dan undang-undang raja
telah sampai, ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi,
dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu
masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.
Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja
dengan …
-
Memakai pakaian
kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain lenan.
-
Dengan memakai
tajuk emas yang mengagumkan. Serban dengan patam di depan, itu adalah
tajuk.
-
Serta jubah dari
pada kain lenan halus dan kain ungu muda. Jubah, jelas itu menunjukkan bahwa dia
tampil sebagai Imam Besar, di mana tugasnya adalah melayani, berdoa dan memperdamaikan
dosa. Tugas pengantara adalah memperdamaikan dosa, dan itu sudah Dia lakukan di
atas kayu salib; menjadi pengantara, mengadakan pendamaian dosa di atas kayu
salib.
Maka kota Susan pun bertempiksoraklah dan
bersukaria,
sebab keadaan sudah berubah; musuh sudah dikalahkan hanya oleh satu kali korban
saja, tinggal tunggu waktunya nanti. Kemudian, di sini kita perhatikan: Orang Yahudi telah beroleh …
1.
Kelapangan hati.
2.
Dan sukacita.
3.
Kegirangan dan
kehormatan.
Orang
Yahudi mengalami kelapangan hati; dulu sesak nafas, mpot-mpotan karena dikejar hutang, dikejar dosa jahat, dosa najis,
dikejar ini, dikejar itu, mpot-mpotan,
tetapi akhirnya, setelah tampilnya Yesus di tengah ibadah pelayanan kita
sebagai pendamaian, sebagai Imam Besar untuk melayani, berdoa, memperdamaikan
dosa, maka kita beroleh kelapangan di hati, tidak sesak. Sekalipun tidak punya
uang, tetapi tidak sesak; sekalipun tidak punya beras, tetapi tidak sesak;
sekalipun belum ada untuk bayar SPP anak, tetapi tidak sesak, sebab sudah
beroleh kelapangan di hati.
Orang
Yahudi mengalami sukacita. Bayangkan, tidak punya uang, tetapi sukacita; tidak
punya beras, tetapi sukacita. Sukacita semacam apa yang bisa ditimbulkan dunia,
walaupun tidak punya beras, tetapi tetap ada sukacita? Tetapi Roh Kudus bisa
membalikkan keadaan; jadi, sekalipun tidak punya beras, sekalipun kulkas sudah
kosong, tetapi tetap sukacita, dan rekan-rekan hamba TUHAN pun tidak perlu minta-minta
ke jemaat, tidak perlu berpantun kepada jemaat. Jangan sampai kita pakai pantun jenaka; “Oh, hordennya bagus, ya. Keramiknya bagus, ya.” Kemudian, ada lagi,
berkata: “Oh, daun kelornya bagus ya”,
dengan maksud supaya sayur daun kelor dibawa ke rumah. Ayo, tanam masing-masing
pokok singkong di rumah masing-masing, supaya tumbuhlah daun singkong.
TUHAN
balikkan semua keadaan, karena cincin meterai sudah berpindah tangan; dari
seteru orang Yahudi, dan sekarang menjadi bagian kita. Itu sebabnya kita berada
dalam perhimpunan kebaktian Kenaikan TUHAN Yesus Kristus dalam Pengajaran
Pembangunan Tabernakel, sehingga sekalipun tidak ada beras namun tetap
sukacita, sekalipun kulkas kosong namun tetap sukacita, sekalipun SPP anak
belum tahu dari mana namun tetap sukacita, sekalipun sidang jemaat malas-malas
beribadah namun tetap sukacita, sebab keadaan dibalikkan.
Kemudian,
Orang Yahudi mengalami kegirangan dan kehormatan. Sekalipun
hamba TUHAN tidak punya uang, tetapi kalau ada tahbisannya kepada TUHAN, namun
ia tetap dihormati; sisirannya rapi belah samping, namun tetap dihormati. Kalau
tahbisannya kepada TUHAN, maka ia tetap dihormati, sebab keadaan dibalikkan.
Demikian juga di tiap-tiap daerah dan di
tiap-tiap kota, di tempat mana pun titah dan undang-undang raja telah sampai,
ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari
gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena
mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.
Kalau
keadaan sudah berbalik, maka banyak jiwa dimenangkan. Jadi, rekan hamba TUHAN,
mohon maaf, saya tidak menggurui, tetapi “sabar saja.” Yang pasti, yang harus kita
pikirkan nomor satu adalah bagaimana cincin meterai itu menjadi bagian kita.
Roh
Kudus itu sangat sensitif; jangan buat Dia berduka, jangan kita sakiti hati-Nya
karena keinginan daging, dan lain sebagainya, karena pandai-pandai main pantun.
Tetapi yang pasti adalah bagaimana caranya supaya cincin meterai itu menjadi
bagian kita, maka nanti, tinggal tunggu waktunya; Yesus, sebagai Imam Besar,
sudah mengadakan pendamaian dosa. Tinggal tunggu waktunya saja; oleh sebab itu,
sabar-sabarlah rekan-rekan hamba TUHAN. Sekalipun hanya satu sidang jemaat,
tetapi tetaplah sabar-sabar.
Saya
lama tidak mempunyai jemaat; tetapi sabar-sabar saja, yang penting adalah kita
memiliki cincin meterai, maka TUHAN bisa ubahkan, sebab Dia tampil sebagai Imam
Besar. Berbeda dengan imam besar sekarang yang penuh dengan kelemahan, tetapi
Imam Besar yang kita miliki, Dia sempurna.
Kalau
keadaan sudah berbalik, maka jiwa-jiwa bertambah; tambah satu, tambah satu.
Jangan saudara menggunakan metode-metode yang lain-lain, saya tidak mau
menghakimi. Gunakan cara yang benar; mati, bangkit, dipermuliakan, miliki
cincin meterai, maka nanti keadaan berbalik; tambah satu jiwa, tambah dua jiwa.
Satu
tahun bertambah satu jiwa pun itu sudah bersyukur. Jika sepuluh tahun bertambah
sepuluh jiwa, kan bersyukur. Lalu
yang sepuluh ini memiliki anak kan dalam
sepuluh tahun sudah menjadi seratus jiwa. Tunggu waktu-Nya; jangan ingin
cepat-cepat, seperti dalam Yesaya 30, nanti cepat binasa. Tetapi ikutilah cara
TUHAN, yaitu; mati, bangkit, nanti dipermuliakan. Tanda dipermuliakan adalah
miliki cincin meterai.
Setelah
memenangkan jiwa karena keadaan sudah diubahkan, kita lihat Ester 9, dengan
perikop: “Tindakan orang Yahudi terhadap
musuhnya.”
Ester
9:1
(9:1) Dalam bulan yang kedua belas -- yakni bulan Adar --,
pada hari yang ketiga belas, ketika titah serta undang-undang raja akan
dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi berharap mengalahkan orang
Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan
pembenci-pembenci mereka.
Singkat
kata: Roh Kudus membelokkan keadaan. Inilah cincin meterai dari Allah yang
sesungguhnya; mengubah fakta.
Seharusnya,
orang Yahudi dibinasakan, dipunahkan, tetapi justru sebaliknya; pada hari yang ketiga belas, ketika titah
serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi
berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah
yang sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka.
Berarti, betul-betul Roh Kudus mampu mengubah keadaan kita semua; nasib bisa
berubah. Jadi, jangan bergantung nasib, dengan berkata: “Sudah suratan tangan. Panggilan sudah selesai.” Wah, cetek kalau
saudara berkata seperti itu. Kalau bahasa Jakarta dikatakan: “Cetek (cemen), Coy”, jangan.
Lihat,
untuk semakin meneguhkan kita, di dalam Hagai
2, dengan perikop: “Janji kepada
Zerubabel.”
TUHAN
tidak akan pernah meninggalkan kita sebagai yatim piatu, karena tidak akan
mungkin kita bisa melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN seperti yatim
piatu.
Lihatlah
pada ayat 24 ini; Dia naik, lalu TUHAN kirimkan janji-Nya, Roh Kudus-Nya,
cincin meterai yang sesungguhnya, tentu saja setelah melewati pengalaman
kematian, kebangkitan, dipermuliakan; dan bukti dipermuliakan adalah cincin
meterai.
Hagai
2:24
(2:24) Pada waktu itu, demikianlah firman
TUHAN semesta alam, Aku akan mengambil engkau, hai Zerubabel bin Sealtiel,
hamba-Ku -- demikianlah firman TUHAN -- dan akan menjadikan engkau seperti cincin
meterai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman TUHAN
semesta alam."
Singkat
kata: Zerubabel adalah hamba TUHAN yang dipilih, bagaikan cincin meterai dari
Allah.
Mari
kita lihat sepak terjang dari cincin
meterai ini.
Zakharia
4:6-7
(4:6) Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman
TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan
dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.
(4:7) Siapakah engkau, gunung
yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan
mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu
itu!"
Maka berbicaralah ia, katanya:
"Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan seorang hamba
TUHAN dan bukan dengan kekuatan seorang
hamba TUHAN, melainkan dengan roh-Ku, dengan
Roh Allah yang suci dan kuasa yang besar, firman
TUHAN semesta alam.
Siapakah engkau, gunung yang besar, persoalan besar,
apapun yang besar? Mungkin tidak ada
jemaat, tidak ada uang lagi, tidak ada perpuluhan lagi, apalagi sekarang ini
adalah musim pandemi; ekonomi sidang jemaat juga merosot, perkara besar apapun
yang digambarkan sebagai gunung besar, lihatlah; Di depan Zerubabel engkau -- semua gunung-gunung besar -- menjadi tanah rata, itulah cincin meterai.
Saya
bangga menyampaikan Firman ini. Semoga spirit
ini sampai kepada rekan-rekanku hamba TUHAN, sebab saya bangga menyampaikan
ini.
Terima kasih, TUHAN, persekutuan kami
tidak sia-sia. Gunung besar menjadi rata. Percayalah kepada Firman. Mungkin saudara
tidak percaya kepada saya, tetapi saudara harus percaya kepada Firman.
Terima
kasih, TUHAN. Saya bahagia. Siapakah
engkau, gunung yang besar? Siapakah engkau, pergumulan besar? Hai,
pergumulan besar, siapa engkau? Engkau bukan siapa-siapa. Biar saya tidak punya
uang, engkau tidak bisa apa-apa terhadap aku.
Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah
rata. Kalau
kita menjadi cincin meterai Allah, maka persoalan besar menjadi rata di hadapan
kita semua.
Ia akan mengangkat batu utama, sedang
orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!" Dasar dari
bangunan, itulah korban Kristus. Kalau hamba TUHAN meninggikan korban Kristus, maka
sidang jemaat akan berkata: Bagus, Oom.
Bagus, Oom. Bagus, Oom. Tetapi kalau hamba TUHAN tidak tinggikan korban
Kristus, maka biarpun dia memiliki pendidikan tinggi, biar dia adalah doktor
dan professor, sidang jemaat tidak akan berkata: Bagus, Oom. Bagus, Oom. Bagus, Oom.
Tetapi
kalau dia adalah cincin meterai, dia tinggikan korban Kristus, maka sidang
jemaat akan berkata: “Bagus, Oom.
Pekerjaan PPT bagus, Oom. Berapa biayanya? Bagus, Oom.” Jadilah cincin
meterai, saudaraku; jangan putus harap. Sidang jemaat akan berkata: “Bagus, Oom. Bagus, bapa gembala.”
Saya
tahu, siapapun di antara kita hamba-hamba TUHAN mungkin sudah mulai putus asa,
tetapi ingatlah Firman siang ini, sebab TUHAN bisa balikkan keadaan; oleh sebab
itu, jangan putus asa dulu.
Zakharia
4:8-9
(4:8) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian: (4:9) "Tangan Zerubabel telah meletakkan
dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya. Maka kamu
akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.
Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar
Rumah ini …
Jadi, betul-betul dia meninggikan korban Kristus. Batu utama, itulah dasar
bangunan korban Kristus. Rasul Paulus, dia adalah ahli bangunan, karena dia
sudah meletakkan dasarnya, dan tidak ada dasar yang lain selain korban Kristus.
Beberapa
puluh tahun yang lalu, sewaktu saya baru menjadi hamba TUHAN, ada seorang yang
berkata: “Mengapa GPT, Pengajaran
Tabernakel itu kalau bicara “batu” kok selalu korban Kristus?” Loh, korban
Kristus itu adalah dasar bangunan. Dasar nikah rumah tangga adalah korban
Kristus, itulah kasih. Mungkin beliau sudah sampai S3 namun tidak mendapat
pelajaran itu, tetapi kita semua pasti mengerti hal itu.
Jangan
sampai kita berdiri di atas kebenaran diri sendiri, di atas daging, uang, dan
lain sebagainya; sebab nanti ketika datang 3 (tiga) macam ujian, kita justru
rubuh, tidak mampu, sesuai Matius 7. Tetapi biarlah bangunan itu didirikan di
atas batu, korban Kristus, maka kita kuat.
Selanjutnya
di sini dikatakan: … Dan tangannya juga
akan menyelesaikannya. Dia akan menyelesaikan dengan rapi, kalau dasarnya
sudah bagus, bangunan juga ke atas bagus. Maka
kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.
Barulah akhirnya kita menyadari; “Oh,
panggilan saya belum selesai, TUHAN pakai sampai hari ini. Eben-Haezer sampai
hari ini.” Besok pertolongan TUHAN nyata: “Oh, TUHAN masih pakai saya. Eben-Haezer.” Lusa pun kembali berkata:
“Eben-Haezer. Oh, TUHAN masih tetap utus.
TUHAN masih tetap pakai.”
TUHAN
bisa ubah keadaan. Ingat: Bukan karena gagah, hebat dan kuat kita
masing-masing.
Saudara,
masih banyak hal yang harus saya sampaikan mengenai cincin meterai ini, sebab
seharusnya, kita melihat ciri-ciri orang yang memiliki cincin meterai, baik
dari pihak Ester maupun dari pihak Mordekhai. Tetapi kita sudah satu jam tiga
puluh menit dalam pemberitaan Firman; namun sekiranya saudara bisa bertahan,
maka lima menit lagi saya akan tambahkan.
Apakah
sidang jemaat bisa bertahan? Apakah rekan-rekan hamba TUHAN bisa bertahan lima
menit, tujuh menit? Kalau saudara penasaran, silahkan angkat tangan, maka saya
akan tambahkan tujuh menit saja.
Tahun
ini, persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel hanya 2 (dua) sesi saja;
kita hanya bisa mencapai cincin meterai. Sebetulnya, cincin meterai ini pun
bisa selesai kalau andaikata tambah satu sesi lagi, tetapi saya anggap “sudah
selesai.” Maka, di tahun depan, kita akan kembali dalam persekutuan yang sama,
persekutuan dalam kemuliaan Pengajaran Pembangunan Tabernakel dari sisi Yusuf
kembali, tetapi soal “lenan halus”, barulah sesudah itu “kalung emas” di tahun
selanjutnya.
Jadi,
tahun depan, jika TUHAN izinkan, Pengajaran Pembangunan Tabernakel ini
berlanjut, maka tahun depan kita akan melihat kemuliaan dari pada Yusuf dari
sisi “lenan halus.” Tetapi kalau saudara masih penasaran tentang “cincin
meterai”, kita akan lanjutkan di tahun yang akan datang. Tetapi sampai di sini
dulu, karena yang saya lihat 40% (empat puluh persen) hamba TUHAN yang angkat
tangan. Yang rindu adalah 40% (empat puluh persen), tetapi yang 60% (enam puluh
persen) kurang rindu. Tetapi biarlah Roh Kudus tetap berkuasa atas kita.
Biarlah
kehidupan kita betul-betul menjadi kehidupan hamba TUHAN yang dipilih, betul-betul
menjadi cincin meterai, dan gunung besar pun semuanya menjadi tanah rata, dan
kita tidak takut apa-apa. Haleluya.. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment