IBADAH RAYA MINGGU, 20 AGUSTUS 2017
(Seri 30)
“KITAB WAHYU”
Subtema: MENGIKUTI
JEJAK KRISTUS SAMPAI TIBA HARI PEMETERAIAN.
Shalom saudaraku.
Salam sejahtera, salam di dalam
kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan
untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Segera kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 7.
Tidak ada sesuatu yang terjadi
di atas muka bumi tanpa seizin Tuhan dan segala sesuatu yang terjadi
mendatangkan kebaikan bagi kita. Hari-hari ini kita semakin merasakan, dimana pemurnian
semakin terjadi, semakin terlihat, firman Tuhan begitu gencarnya, begitu
hebatnya, menghampiri jiwa kita, hati kita, bagaikan pedang yang lebih tajam
dari pedang bermata dua manapun, dia menusuk amat dalam, mengoreksi tiga
perkara; jiwa,
roh, sumsum dan
sendi-sendi, kemudian dapat membedakan pertimbangan dan pikiran
hati. Tiga perkara ini tidak dapat dilihat oleh mata manusia, selain pedang roh, pedang yang lebih tajam dari
pedang bermata dua manapun.
Kemudian saudaraku, tidak bisa
dipungkiri bahwa pengajaran salib memang sakit bagi daging, Dia melukai hati kita tetapi Dia juga nanti yang membalut kita semua, menyembuhkan
segala sakit penyakit, masalah terselesaikan. Yang tetap bertahan (setia), masalah selesai, hidup menjadi ringan tetapi yang tidak bertahan dia
akan mundur dari ibadah, dia akan mundur dari pelayanan. Itu yang saya maksud;
di hari-hari ini kehidupan kita semua semakin dimurnikan. Betapa pembukaan
rahasia firman semakin gencar menghampiri kehidupan kita sekalian, baik firman penggembalaan
dalam Ibadah Raya Minggu, firman penggembalaan untuk
Ibadah Doa Penyembahan, dan firman penggembalaan untuk ibadah pendalaman Alkitab begitu gencar sekali menghampiri kehidupan
kita semua.
Kedatangan Tuhan sudah tidak
lama lagi, maka waktu yang tersisa tinggal sedikit, jangan sampai kita gunakan untuk berburu daging, seperti Esau. Ketika dia datang untuk
mencari berkat yang satu itu, dia ditolak, sebab dia tidak menggunakan
kesempatan yang ada.
Kita kembali memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 7.
Saudaraku, Wahyu 7:1-17
ini dibagi menjadi dua bagian.
Bagian yang pertama adalah Wahyu
7: 1-8, dimana 144.000 yang dimeteraikan dari 12 suku keturunan Israel,
inilah inti dari mempelai wanita Tuhan, seperti yang tertulis dalam Wahyu
14: 1.
Wahyu 14: 1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak Domba berdiri di bukit
Sion bersama dengan 144.000 orang yang dimeteraikan tadi.
Berdiri di bukit Sion menunjukkan
bahwa mereka itu adalah pengantin perempuan, mempelai Anak Domba...Wahyu
21:9-11, mereka itu adalah inti dari mempelai wanita Tuhan.
Kemudian di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya menunjukkan bahwa mereka telah
dimeteraikan sebagai milik kepunyaan Allah.
Wahyu 7: 3
(7:3) katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau
laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada
dahi mereka!"
Sebelum bumi, laut, pohon-pohonan
dirusak, terlebih dahulu hamba-hamba Allah yang menjadi milik kepunyaan-Nya dimeteraikan
pada dahi mereka.
Jadi tanda milik kepunyaan
Allah adalah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Itu bagian yang pertama.
Dan dua hal telah kita lihat,
ketika 12 suku Israel dimeteraikan...Wahyu 7:5-8.
Yang pertama: suku Dan tidak diikutsertakan di dalam pemeteraian,
yang
diganti oleh suku Manasye, cucu dari Yakub,
bukan anak.
Yang kedua: nama yang pertama disebut dalam pemeteraian adalah
suku Yehuda, bukan Ruben, padahal anak yang pertama adalah Ruben, bukan Yehuda.
Yehuda adalah anak yang keempat yang dilahirkan oleh Lea bagi Yakub.
Dari sisi Ruben kita lihat
bahwa dia telah menaiki tempat tidur ayahnya, menyingkapkan aurat ibunya...Kejadian 49:9, sehingga Yakub
berkata: engkau (Ruben) bukan lagi yang
terutama, sehingga dalam pemeteraian, Ruben bukan lagi yang pertama. Jadikan diri kita masing-masing, bahkan pastikan
diri kita masing-masing menjadi yang terutama.
Kemudian dari sisi Yehuda kita
sudah melihat ketika Yakub membagikan berkat bahwa dua tangannya (Yehuda) digunakan
untuk menekan tengkuk musuh...Kejadian 49:8, berarti musuh tidak lagi sanggup berhadap-hadapan secara face to
face.
Ada dua musuh abadi, yaitu:
(1) Setan.
(2) Daging dengan
segala hawa nafsunya.
Wujud dan pekerjaan Setan terlihat di dalam diri antikris, yaitu; pembunuh manusia dari sejak semula. Kemudian musuh yang kedua: daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya, itulah nabi palsu, melayani dengan
hawa nafsu daging, tandanya;
menyampaikan firman yang ditambahkan dan dikurangkan.
Dan itu bisa dikalahkan oleh
singa dari Yehuda, sebab
Dia sanggup membuka gulungan kitab, Dia sanggup membukakan rahasia firman (menyingkapkan rahasia firman) yang berkuasa menyingkapkan dosa yang terselubung, masalah selesai, air mata dihapuskan...Wahyu 5:5. Singa dari
suku Yehuda, berarti
imamat rajani, setelah dia menerkam, dia naik ke
tempat tinggi...Kejadian
49:9.
Itulah posisi orang yang melayani Tuhan. Tidak ada yang
bisa mengusik. =
memerintah sebagai raja di bumi.
Yesus telah mengalahkan musuh
2017 tahun yang lalu, kepala ular telah diinjak (diremukkan) oleh tumit Yesus di atas kayu salib.
Pendeknya,
setelah Dia menerkam, Dia naik ke tempat tinggi, Anak
Domba yang telah
disembelih, dan akhirnya menjadi singa dari suku
Yehuda.
Dua pertanyaan ini sudah
terjawab, maka kita akan melihat bagian kedua dari Wahyu 7, yaitu ayat 9-17. Sekarang kita akan melihat ayat
9...
Wahyu 7: 9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat:
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan
takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun
palem di tangan mereka.
Orang banyak yang tidak
terhitung banyaknya datang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa.
Lalu mereka memakai jubah putih
dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Jadi Wahyu 7: 9 datang
dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa, masuk di dalam pemeteraian dan
menjadi bagian dari anggota tubuh dari pada mempelai wanita Tuhan, sebagai pelengkap dari inti mempelai wanita Tuhan (144.000 yang berdiri di bukit Sion).
Pendeknya,
bangsa kafir masuk dalam pemeteraian, ini adalah kemurahan.
Sejenak
kita melihat kondisi dari bangsa kafir....
Efesus
2: 11-12
(2:11) Karena itu
ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging,
yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya
"sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu
itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat
bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dalam dunia.
Ini
kondisi dari pada bangsa kafir; tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam
dunia. Sesungguhnya kondisi dari
bangsa kafir sangat memprihatinkan, karena sudah dekat dengan kebinasaan
Lalu pertanyaannya,
bagaimana akhirnya bangsa kafir berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba atau kata lain ikut masuk dalam pemeteraian?
Kita lihat jalur bangsa kafir
untuk ikut dalam pemeteraian.
Wahyu 7: 10-12
(7:10) Dan dengan suara nyaring mereka berseru:
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak
Domba!"
(7:11) Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan
tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan
menyembah Allah,
(7:12) sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan
kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi
Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"
Perhatikan seruan mereka: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba.”
Jadi, jalurnya bangsa kafir
untuk ikut masuk dalam pemeteraian adalah melalui pekerjaan keselamatan
di dalam diri Yesus Kristus. Itu jalurnya.
Efesus 2: 13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu,
yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah
Kristus.
Ikuti pekerjaan keselamatan ini
yang telah dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib, sehingga oleh darah-Nya; yang
jauh menjadi dekat.
Inilah pekerjaan keselamatan di
dalam diri Yesus Kristus untuk bangsa kafir.
Jangan menyimpang ke kiri dan
ke kanan. Ikuti saja.
Tuhan memanggil kita (sebagai bangsa kafir), untuk mengikuti contoh teladan-Nya. Dalam doa tadi saya dengar; pemimpin pujian berterima kasih kepada Tuhan untuk hari Sabat (hari perhentian,
hari ketujuh), itulah ibadah dan pelayanan. Dengan ibadah ini, kita
nanti mendapat dua hal (mengerti tentang dua hal):
1. Belajar
dari pengalaman bangsa Israel diperbudak di Mesir...Ulangan 5:15.
2. Kita
mengikuti contoh teladan Tuhan, setelah enam hari menyelesaikan pekerjaan-Nya,
hari ketujuh berhenti...Keluaran 20:11.
Ikuti saja contoh teladan yang Tuhan tinggalkan, berarti mengikuti pekerjaan keselamatan. Jangan menyimpang ke kiri dan ke kanan supaya kita
berhasil
dan beruntung.
1 Petrus 2: 18-20
(2:18) Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh
ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga
kepada yang bengis.
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang
karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung.
(2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu
menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu
kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Perhatikan
kalimat: “...Karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang
tidak harus Ia tanggung...” Kemudian: berbuat baik dan karena itu
kamu harus menderita maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Inilah pekerjaan keselamatan
yang dikerjakan oleh Yesus Kristus supaya bangsa kafir memperoleh kasih
karunia.
Jangan anggap enteng didikan,
jangan putus asa saat ditegur oleh teguran salib. Karena
yang jauh menjadi dekat oleh karena darah Yesus, dan mengalami percikan darah. Itulah orang yang mengikuti teladan Tuhan supaya nanti memperoleh kasih karunia.
1 Petrus 2: 21
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena
Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu,
supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Untuk itulah kita dipanggil
karena Kristus telah menderita untuk kita dan Ia telah meninggalkan teladan itu
bagi kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya.
Pendeknya,
jejak Kristus yang harus diikuti ialah: rela menderita.
Ajaran Setan mulai mengaburkan jejak
yang ditinggalkan oleh Tuhan. Ajaran Setan mengatakan: Yesus telah mati dan
menderita di atas kayu salib, maka kita tidak perlu lagi menderita! Setan mulai
mengaburkan.
Kita bangsa kafir, bukan anak yang dilahirkan
dari benih janji, harus mengikuti jalur pekerjaan keselamatan,
mengalami percikan darah, yaitu: menanggung penderitaan yang tidak harus
ditanggung. Menderita bukan karena kesalahan, tetapi karena sadar akan kehendak Allah, sehingga rela menanggung penderitaan, itu percikan darah.
1 Petrus 2: 22-23
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam
mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan
mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya
kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
Teladan/jejak/tapak-tapak kaki
Yesus:
1.
Tidak berbuat dosa.
2.
Tipu tidak ada di dalam mulut-Nya = tidak ada dusta.
3.
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki = ketika Ia
menderita, Ia tidak mengancam.
Inilah jejak, tapak-tapak yang
ditinggalkan oleh Yesus bagi kita semua (bangsa kafir).
Tiga perkara ini, dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel.
Namun,
kita harus melihat terlebih dahulu dalam Ibrani.
Ibrani 10: 20
(10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan
yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
Tabir Bait Suci terbelah dua
dari atas sampai ke bawah, itulah pribadi Yesus, tubuh-Nya yang telah
disalibkan.
Ibrani 9: 11
(9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar
untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih
besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --
artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, --
Perhatikan
kalimat: “...Ia telah melintasi kemah yang lebih sempurna, yang bukan dibuat
oleh tangan manusia...”
Pendeknya; Yesus adalah
Tabernakel sejati.
Dari ayat ini, kita berangkat,
bahwa; tiga jejak yang harus kita ikuti, bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel.
YANG PERTAMA: IA TIDAK BERBUAT DOSA.
Menunjukkan bahwa Yesus
Kristus adalah roti tanpa ragi yaitu: kemurnian dan kebenaran.
1 Korintus 5: 6-8
(5:6) Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu,
bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan?
(5:7) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi
adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita
juga telah disembelih, yaitu Kristus.
(5:8) Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan
ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan
roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.
Tadi yang pertama; tidak
berbuat dosa -> roti tanpa ragi, mengapa? Sebab Anak Domba Paskah kita
telah disembelih. Tubuh Yesus yang dipersembahkan di atas kayu salib, itulah
roti tanpa ragi
tanpa dosa = Ia tidak berbuat dosa.
Kalau dikaitkan dalam pelajaran
Tabernakel, jejak yang pertama tadi itu terkena pada HALAMAN, dimulai pintu
gerbang dan selanjutnya berada di daerah halaman.
Anak Domba Paskah telah
disembelih bila
dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel terkena pada mezbah korban bakaran. Mezbah Korban Bakaran itulah
salib, yang menjadi korbannya adalah Anak Domba, itulah pribadi Yesus Kristus yang disalibkan. Darah salib Kristus yang membenarkan saya dan saudara.
Selanjutnya, setelah mengalami
sengsara salib, Yesus mati dan pada hari yang ketiga Dia bangkit.
Tanda di dalam pengalaman
kematian dan kebangkitan = baptisan Kristus.
Kebangkitan itu dimulai dari
pengalaman kematian. Yesus mati di atas kayu salib, hari ketiga Yesus bangkit.
Jadi, baptisan itu tidak berhenti hanya sebatas di kolam
pembasuhan
tetapi benar-benar berada di dalam tanda pengalaman kematian dan tanda kebangkitan Yesus Kristus. Itu langkah yang pertama.
Kita berpesta bukan dengan ragi
yang lama tetapi dengan roti tanpa ragi, tubuh Yesus yang disalibkan, Dialah
Anak Domba Paskah, lanjut sampai kepada; baptisan Kristus. Yesus mati di
atas kayu salib, hari ketiga Dia bangkit.
Kemudian langkah kedua adalah
...
YANG KEDUA: TIPU TIDAK ADA DI DALAM MULUTNYA.
Tidak berdusta, menunjukkan bahwa Yesus penuh dengan
Roh Kudus.
1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan
yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh
orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala
sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia
dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam
Dia.
Kalau kita memberi diri
dipimpin, diajar oleh
Roh Kudus, maka mulut tidak berdusta, lidah tidak
bercabang, tidak ada tipu muslihat, karena ajaran-Nya itu benar, tidak
berdusta...1
Yohanes 2:27.
Ini adalah langkah kedua dari
jejak, tapak-tapak kaki Yesus yang ditinggalkan-Nya.
Saya tambahkan sedikit; dusta
itu adalah tempat yang paling efektif bagi orang yang tetap mempertahankan
dosanya, misalnya seorang pencuri, untuk mengemas dosa mencuri maka mau tidak
mau dia harus berdusta.
Kalau kita kaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, itu menunjuk kepada RUANGAN
SUCI.
Sesuai dengan 1 Yohanes 3: 3.
(3:3) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu
kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah Suci.
artinya, kalau penuh dengan Roh
Kudus (pengharapan), Dia akan
menguduskan/menyucikan dirinya seperti Dia suci adanya.
Roh Kudus = pengharapan. Berarti, dalam Pengajaran Tabernakel; menguduskan diri terkena pada Ruangan Suci.
Penyucian terjadi sesuai dengan
tiga macam alat yang ada di dalam Ruangan Suci:
-
Alat yang pertama: Meja Roti Sajian = penyucian oleh firman.
-
Alat yang kedua: Pelita Emas = penyucian oleh Roh Kudus.
-
Alat ketiga: Mezbah Dupa = penyucian lewat doa penyembahan.
Jadi firman, Roh dan
Kasih (penyembahan) itu berkuasa menyucikan kehidupan kita semua.
Untuk berada di dalam Ruangan Suci, harus melalui
pintu kemah, itu berbicara tentang kepenuhan Roh Kudus (baptisan Roh
Kudus).
Lalu jejak yang ketiga ...
YANG KETIGA: KETIKA IA
DICACI MAKI, IA TIDAK MEMBALAS DENGAN MENCACI MAKI, KETIKA IA MENDERITA, IA
TIDAK MENGANCAM.
Artinya; tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan, menunjukkan bahwa Dia hidup di dalam kasih (tinggal di dalam kasih).
Kita lihat sejenak definisi
kasih.
1 Petrus 4: 8
(4:8) Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh
seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
Kasih Allah menutupi banyak sekali dosa sehingga orang yang memiliki
kasih Allah tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Mari kita lihat kegunaan kasih
yang kedua ...
Kolose 3: 14
(3:14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih,
sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Kasih yang berguna sebagai
pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (membawa kita kepada
kesempurnaan), itulah RUANGAN MAHA SUCI.
Kesempurnaan
-> Ruangan Maha Suci.
Pada saat saya menyelediki
firman ini; saya berpikir bahwa kemurahan Tuhan sungguh luar biasa lewat jejak
Kristus yang dikaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel sebab memang Yesus sendiri adalah Tabernakel
sejati.
Maka kalau kita jauh dari Pengajaran Tabernakel, Pengajaran Mempelai, saya kira sangat bodoh sekali rasanya.
Memang teladan yang ditinggalkan
itu betul-betul ditandai dengan darah, penuh dengan percikan darah.
Kalau rela berkorban berarti ada; tanda darah, sedangkan menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung adalah; percikan
darah. Ini jalan yang harus terus dilalui, jangan lari dari situ (jangan menyimpang
ke kiri dan ke kanan) sampai tiba hari
pemeteraian. Ini jalur khusus bagi bangsa kafir. Kita ini bukan bangsa Israel
yang lahir
dari benih janji.
Tidak membalas kejahatan
menunjukkan bahwa Yesus penuh dengan kasih Allah, yang berguna sebagai
pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan kita semua -> Ruangan Maha Suci.
Tadi kita sudah melihat; dahulu kita adalah orang-orang yang hidup di luar Tuhan, namun pada akhirnya percaya (pintu gerbang),
selanjutnya berada di HALAMAN, kita dibenarkan oleh darah Yesus, lanjut kepada baptisan
Kristus (kolam pembasuhan).
Kemudian,
berada pada RUANGAN SUCI (dengan tiga macam alat di dalamnya)
-> ketekunan dalam
tiga macam ibadah pokok untuk menyucikan.
Selanjutnya
berada pada RUANGAN MAHA SUCI -> kasih Allah,
semuanya ditandai dengan percikan darah. Itu jalurnya bangsa kafir, pekerjaan
keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus.
Kita tentu bersyukur, kita
dituntun sampai masuk kedalam
Ruangan Maha Suci, menjadi tubuh mempelai wanita Tuhan, berarti diikutsertakan dalam pemeteraian. Jangan tinggalkan jalur ini, jangan lari dari jalur ini, sebab jalur ini spesial bagi kita bangsa kafir.
Dalam Pengajaran Tabernakel KASIH -> pada Ruangan Maha Suci berbicara tentang kesempurnaan. Dan kesempurnaan
itu juga dikerjakan oleh kasih Allah.
Di dalam Ruangan Maha Suci
terdapat satu alat, itulah tabut perjanjian. Tabut perjanjian adalah
alat yang terutama dari semua perabotan yang ada di dalam Tabernakel.
Tabut perjanjian, terdiri dari
dua bagian, yaitu;
-
Yang pertama: peti dari tabut
perjanjian, yang terbuat dari kayu penaga -> gereja Tuhan. Peti itu telah
disalut dari emas murni bagian luar maupun dalamnya, sehingga tabiat-tabiat
daging tidak terlihat lagi, karena tabiat daging disalut, ditutupi oleh tabiat
ilahi, dengan demikian kita menjadi sama dengan Dia.
Emas -> tabit
Ilahi. Sekalipun masuk dalam dapur api (cobaan), emas tetaplah emas. Justru semakin dicobai, akan semakin
terlihat kemurniannya.
-
Yang kedua: tutup peti pendamaian dengan
dua kerub di atasnya, itu berbicara tentang Allah Trinitas.
Tutup peti
pendamaian -> pribadi Yesus Kristus. Sedangkan kerub yang di sebelah
kanan -> Allah Bapa, kerub yang di sisi yang lain -> Allah Roh Kudus.
Jadi tabiat dari Allah Trinitas
itu telah menutupi tabiat daging sehingga menjadi serupa, menjadi sama dengan
Dia (segambar, serupa dengan Dia). Untuk kembali kepada wujud semula (segambar dan serupa dengan Dia), itu adalah pekerjaan dari kasih Allah Bapa.
Bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di hadirat Tuhan,
artinya;
bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya. Pendeknya, yang
mempersatukan tubuh dengan kepala adalah kasih. Sama seperti leher,
mempersatukan tubuh dengan kepala.
Maka kalau kita lihat Ibrani
9, dupa emas itu ada di dalam Ruangan Maha Suci.
Ibrani 9: 2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian
yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian.
Bagian ini disebut tempat yang kudus.
(9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu
kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.
(9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari
emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut
perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah
bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Doa Penyembahan membawa kita
bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya. Maka kalau seseorang tidak hidup di
dalam doa penyembahan, itu ibarat leher digorok oleh pedang antikris.
Kalau hanya memiliki hukum dan
kesaksian Roh akan digorok oleh pedang antikris, tetapi lewat doa
penyembahan ini mempersatukan tubuh dengan kepala itulah leher, itulah kasih.
Inilah jalur yang harus dilalui
oleh bangsa kafir, semua ditandai darah dan percikan darah.
Itu sebabnya tutup peti dari
tabut itu disebut tutup pendamaian, itu pekerjaan dari imam besar. Yesus adalah
Imam Besar, tugas-Nya; memperdamaikan dosa manusia, sehingga setiap kali
satu tahun imam besar Harun membawa darah lembu jantan muda dan domba jantan
lalu mengadakan pendamaian atas dosanya dan bangsanya dengan mengadakan tujuh kali percikan di depan tabut dan di
atas tutup pendamaian.
Jadi, semua langkah-langkah, jejak tapak-tapak yang
ditinggalkan Yesus, semua ditandai darah (percikan
darah).
Imamat 16: 13-15
(16:13) Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di
atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup
pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati.
(16:14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah
lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di
bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit
dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.
(16:15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan
yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya
masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu
seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus
memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.
Tujuh kali percikan darah lembu
jantan muda dan darah domba jantan untuk memperdamaikan dosanya dan bangsanya. Pendeknya, dari pintu gerbang sampai Ruangan Maha Suci, semuanya
mengalami percikan darah, itulah jejak tapak-tapak yang ditinggalkan oleh Yesus
kepada bangsa kafir supaya akhirnya nanti masuk di dalam pemeteraian.
Kita bersyukur, yang jauh
menjadi dekat dan turut masuk ke dalam pemeteraian, oleh karena pekerjaan
keselamatan yaitu darah Yesus.
Pekerjaan keselamatan bagi Allah oleh Kristus Yesus dan
telah diakui oleh bangsa kafir.
Kita harus mengakui kemurahan
Tuhan, kita ada sebagaimana ada karena kemurahan Tuhan, kita dipakai karena Tuhan, kita dapat melayani karena Tuhan,
kita beribadah malam ini karena Tuhan.
Pengakuan atas kemurahan Tuhan
harus keluar dari mulut.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment