IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 01 JUNI 2018
KITAB RUT
(Seri: 14)
Subtema: MENJADI KAKI DIAN KARENA SETIA.
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh
karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Kita juga berterima kasih kepada Tuhan karena kita
mendapat kunjungan. Di tengah-tengah ibadah ini, bersama dengan kita Bapa
Pendeta A. Siregar yang datang dari Sumatera.
Juga saya tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba
Tuhan dalam negeri atau pun di luar negeri yang sedang mengikuti live streaming
video internet, kiranya Tuhan memberkati kita.
Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab Rut pasal yang pertama.
Sebelum kita memperhatikan pembahasan Rut 1 : 14, namun saya juga ingin
kembali menyampaikan bahwa Naomi tiga kali berkata: “Pulanglah” kepada kedua menantunya Orpa dan Rut, yaitu:
1. Rut 1: 8
2. Rut 1: 11
3. Rut 1: 12
Sebelum kita membaca ayat 14, kita awali dengan membaca
ayat 13.
Rut 1: 13
(1:13)
masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus
menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah
jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung
terhadap aku?"
Di sini kita melihat Naomi berkata: “bukankah jauh lebih pahit yang aku alami
dari pada kamu”
Naomi mengatakan itu karena ia telah kehilangan
Elimelekh suaminya, serta kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, inilah yang menjadi
alasan sehingga Naomi menghalang-halangi kedua menantunya untuk mengikutinya ke
Betlehem dan berada di tengah-tengah bangsanya.
Kerugian yang lain kalau pengalaman pahit yang menjadi
tolak ukur di tengah-tengah ibadah pelayanan.
Kembali Naomi berkata: “sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?”, artinya Naomi
mempersalahkan Tuhan dengan segala keputusan-keputusan yang Tuhan buat.
Seolah-olah Tuhan membuat suatu rancangan kecelakaan kepada Naomi.
Jadi dengan perkataan: “Pulanglah”, menunjukkan bahwa Naomi menghalang-halangi kedua
menantunya untuk mengikuti dia pulang ke Betlehem dan berada di tengah-tengah
bangsanya.
Kerugian lain selain menghalang-halangi kedua
menantunya: mempersalahkan Tuhan, seolah-olah Tuhan membuat suatu rancangan
kecelakaan terhadap Naomi atas kehilangan Elimelekh suaminya dan kedua anaknya,
Mahlon dan Kilyon.
Sebelum jauh lebih dalam kita memperhatikan tentang
kisah Naomi dan kedua menantunya, sejenak kita baca Yeremia 29.
Yeremia 29: 11
(29:11)
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh
harapan.
Rancangan Tuhan kepada manusia yaitu: “rancangan damai sejahtera, bukan rancangan
kecelakaan, itu harus kita ketahui dengan benar.”
Tujuan dari rancangan Tuhan adalah untuk memberi masa
depan yang penuh harapan. Kadangkala kita mempersalahkan
Tuhan
ketika
terjadi sesuatu yang tidak enak bagi diri kita, seolah-olah itu adalah suatu rancangan
kecelakaan, sebetulnya Tuhan sedang mendidik kita. Itu bukan rancangan
kecelakaan, itu adalah rancangan damai sejahtera dan masa depan penuh dengan
harapan.
Oleh sebab itu jangan bersungut-sungut
apalagi di dalam mengerjakan suatu pekerjaan, kemudian apabila
tidak sesuai dengan keinginan dihati, jangan cepat-cepat berkata: “Sialan” .
Yeremia 29: 12-14
(29:12) Dan
apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan
mendengarkan kamu;
(29:13)
apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan
Aku dengan segenap hati,
(29:14) Aku
akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan
memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan
dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman
TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah
membuang kamu. --
Dalam kesusahan, apalagi dalam pengalaman pahit seperti
yang dialami oleh Naomi, sebetulnya tidak perlu menghalang-halangi orang lain
untuk mengikuti Tuhan, kemudian jangan
menyesali keputusan Tuhan dan segala
rancangan-Nya.
Yang terpenting bagi kita adalah segera membuktikan
diri dengan tiga hal, yaitu:
Yang pertama: Berseru
dan datang untuk berdoa kepada-Nya.
Pertanyaannya: Mengapa harus bertindak seperti itu? sebab Ia akan mendengarkan seruan-seruan
kita.
Tuhan tidak jauh dari kita,
jarak Tuhan dengan kita sejauh doa. Tuhan
dengar seruan-seruan kita. Jangan lantas segera mengutuki Tuhan apalagi
berkata: “sial” Jangan lantas
bersungut-sungut, yang terpenting membuktikan diri dengan tiga hal, yang
pertama; berseru dan datang untuk berdoa kepada-Nya.
Yang Kedua: Mencari
Dia.
Pertanyaannya: Mengapa harus bertindak seperti itu?
Jawabnya: sebab Ia akan ditemukan.
Banyak orang Kristen berusaha untuk mencari Tuhan
tetapi tidak menemukannya. Sebetulnya bukan Tuhan tidak dapat ditemukan tetapi
cara untuk mencari tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan Tuhan.
Seringkali kita mencari Tuhan dengan cara-cara manusia
duniawi, tidak akan pernah menemukan Tuhan.
Yang Ketiga: Menanyakan
Dia dengan segenap hati.
Pertanyaannya: Mengapa harus bertindak seperti itu?
Jawabnya: sebab Ia akan ditemukan atau Ia
akan menjawab segala sesuatu yang kita tanyakan.
Detik ini, saat ini,
saya jadi teringat dengan Saul; ketika Saul menanyakan Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawabnya, lalu dia segera
pergi untuk bertanya kepada roh-roh tenung.
Ini kesalahan besar. Saul tidak bertanya kepada Tuhan dengan segenap hati, Tuhan
tidak menjawab dia, karena hatinya jauh dari Tuhan, DIA ADALAH PRIBADI YANG
TIDAK DENGAR-DENGARAN.
-
Yang pertama; ketika menghadapi Filistin, dia mendahului Samuel untuk mempersembahkan korban kepada
Tuhan, itu bukan pekerjaan seorang raja, itu pekerjaan seorang imam, itu tanda
tidak dengar-dengaran.
-
Yang kedua; dia membiarkan Agag, raja Amalek, hidup, kemudian mengambil
kambing domba, jarahan yang tambun-tambun, tetapi yang kurus bangunnya
ditumpas, dibinasakan, dia tidak dengar-dengaran.
Tuhan tidak menjawab Saul. Sebetulnya
apabila kita menanyakan dengan segenap hati, maka Ia akan ditemukan dan Ia akan
menjawab segala sesuatu yang kita tanyakan.
Dengar-dengaran adalah modal yang baik, dasar kita
untuk bertanya kepada Tuhan. kalau tidak dengar-dengaran, sampai kapanpun,
sampai langit runtuh, tidak akan pernah mendapat jawaban (solusi)
dari persoalan yang kita hadapi. Intinya,
dengar-negaran saja, maka segala doa dan permohonan akan didengar.
Hasil dari tiga tindakan di atas:
1. Ia akan memulihkan keadaan umat-Nya. Ketika
umat-Nya dipulihkan, menunjukkan bahwa Dia adalah tabib yang ajaib.
2. Yang tercerai-berai akan dikumpulkan
kembali,
menunjukkan bahwa Ia adalah gembala yang baik. Gembala yang baik akan
menyerahkan hidupnya. Beda dengan gembala upahan; ketika serigala datang, ia
lari, karena ia adalah seorang upahan, sehingga serigala itu menerkam dan
mencerai-beraikan kawanan domba.
Pekerjaan dari roh jahat (serigala) adalah untuk mencerai-beraikan kawanan
domba dalam satu kandang penggembalaan. Tetapi di sini kita perhatikan; yang
tercerai-berai akan dikumpulkan kembali, menunjukkan bahwa Dia adalah gembala yang baik. Gembala yang
baik menyerahkan nyawanya di atas kayu salib, menyerahkan segenap hidupnya
untuk kawanan domba. Beda dengan gembala upahan; tidak bertanggung jawab
terhadap kawanan domba yang dipercayakan oleh Tuhan.
Kita bersyukur, karena kita mempunyai
seorang Gembala Agung
yang baik, sehingga kalau kita melihat pengalaman Daud ketika digembalakan oleh
gembala Agung, pengalamannya diinventarisir dengan baik dalam
Mazmur 23, Daud berkata: “Yesus adalah
gembala yang baik” , selanjutnya Daud berkata: “takkan kekurangan aku” secara lahiriah
tidak kekurangan, tercukupkan, dalam hal yang rohani tidak terlihat
kekurangan, aib dan cacat cela, kalau kita tergembala dengan baik. Beda dengan
orang yang tidak tergembala (liar), tercerai-berai dari kawanan domba
mengambil jalannya masing-masing.
3. Akan dikembalikan dari pembuangan,
menunjukkan bahwa Allah itu kasih dengan kasih yang sempurna. Jadi bukan kasih
eros, bukan kasih fileo, tetapi kasih yang sempurna.
Lebih rinci tentang kasih yang sempurna
dalam Yeremia 29.
Yeremia 29: 10
(29:10)
Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel,
barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan
mengembalikan kamu ke tempat ini.
Setelah genap tujuh puluh tahun,
orang-orang buangan, yaitu orang-orang Israel dan Yehuda yang dibuang ke Babel
akan kembali ke Yerusalem.
Jadi, ketika orang-orang Israel dan
orang-orang Yehuda dibuang ke Babel, sebetulnya itu bukan rancangan kecelakaan,
tetapi rancangan yang indah, masa depan yang indah dan penuh harapan, itu bukan rancangan kecelakaan, sebab Tuhan mau mendidik Israel dan Yehuda. Itu
sebabnya di muka tadi saya katakan; kalau ada sesuatu yang tidak enak terhadap
daging ini atau pengalaman pahit yang terjadi seperti yang dialami Naomi, bukan
berarti kita harus segera mengutuuki Tuhan dan mempersalahkan Tuhan dengan
segala keputusan-Nya.
Tuhan mau mendidik bangsa Israel dan Yehuda
ketika mereka dibuang ke Babel, tetapi nanti setelah genap tujuh puluh tahun, mereka
akan kembali ke Yerusalem, itu janji Firman.
Terkadang kita diijinkan untuk mengalami
sesuatu yang tidak enak, tetapi itu merupakan didikan, tidak perlu anggap
enteng didikan, jangan juga putus asa saat mengalami didikan yang pahit.
Saya kira kita di tengah-tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci hari
ini bukan suatu kebetulan. Tuhan mau pulihkan
keadaan Sion, keadaan kita semua, termasuk anak-anak Tuhan, hamba Tuhan yang
sedang menyaksikan pemberitaan firman lewat live streaming video internet di
manapun anda berada.
Kita lihat lebih jauh lagi ...
Matius 18: 21-22
(18:21)
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa
kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai
tujuh kali?"
(18:22)
Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh
kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali
“tujuh puluh
kali tujuh kali” -> kasih Allah yang sempurna.
Tuhan ampuni, seperti Allah mengampuni bangsa Israel
dan Yehuda, mereka dikembalikan ke Yerusalem.
Ada juga beberapa di antara kita yang sempat
mengundurkan diri lalu kembali lagi berada dalam kandang penggembalaan ini, itu
adalah kasih Allah dengan kasih yang sempurna.
Kita akan memasuki Rut 1:14…
Rut 1: 14
(1:14)
Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta
diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
Sekarang kita memasuki ayat 14, malam ini inti dari
pemberitaan firman adalah ayat 14.
Setelah didesak oleh Naomi dengan perkataan: “pulanglah” sebanyak tiga kali, “lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri”,
artinya; pengikutan Orpa berhenti dan gugur di tengah jalan.
Rut 1: 7, “Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya
itu, bersama-sama dengan kedua menantunya” Sebetulnya mereka sudah berjalan
dan berangkat untuk kembali ke Betlehem, tetapi karena
perkataan: “Pulanglah” sebanyak tiga
kali, Orpa merasa terdesak, lalu Orpa mencium mertuanya itu (Naomi),
minta diri.
Itu sebabnya kalau kita mengalami sesuatu yang pahit
seperti yang dialami Naomi, jangan menjadi batu sandungan, jangan menghalang-halangi
orang lain untuk mengikuti Tuhan dan jangan sekali-kali mempersalahkan Tuhan
dengan segala keputusan-Nya dan
segala rancangan-Nya, akibatnya fatal sekali.
Hei yang sering menjadi batu sandungan karena
pengalaman pahit yang sedang terjadi, malam ini minta ampun kepada Tuhan,
menangislah sejadi-jadinya, jangan sampai mengeraskan hati dan tidak mau mengakui kesalahan.
Kembali baca ayat 8 ...
Rut 1: 8
(1:8)
berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah
masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu,
seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan
kepadaku;
Untuk yang pertama kali Naomi berkata: “Pulanglah”
kepada
menantunya, tetapi pada ayat 10,
Orpa dan Rut berkata: “Tidak, kami ikut
dengan engkau pulang kepada bangsamu”. Pendeknya Orpa dan Rut bertahan.
Puji Tuhan, sampai hari ini kita masih bertahan menjadi
suatu kawanan domba Allah dalam kandang penggembalaan dan menjadi keluarga GPT BETANIA semua karena
kemurahan Tuhan. Banyak sandungan, banyak desakan tetapi masih bisa bertahan, iitu kemurahan Tuhan.
Orpa juga seperti itu, AWALNYA masih bertahan.
Pengkotbah 7: 8
(7:8) Akhir
suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada
tinggi hati.
“Akhir
suatu hal lebih baik dari pada awalnya.” Kolerasinya atau hubungan timbal
baliknya; “panjang sabar lebih
baik dari pada tinggi hati”.
Artinya; mengakhiri suatu hal itu adalah pekerjaan atau
perbuatan dari orang-orang panjang sabar, itu bukan pekerjaan dari orang yang
tinggi hati dan sombong.
Tuhan menantikan perjuangan kita sampai pada akhirnya (sampai langkah-langkah terakhir). Tuhan menantikan langkah-langkah atau
perjalanan rohani kita pada mil-mil terakhir, Tuhan juga menantikan waktu
bahkan detik detik terakhir dari segala perjuangan kita di atas muka bumi ini
dalam melayani Tuhan.
Panjang sabar itu pekerjaan dari orang yang rendah
hati. Orang yang mau mengakhiri pekerjaannya adalah orang yang panjang sabar,
bukan pekerjaan dari orang yang sombong, tinggi hati.
Kita lihat pribadi Rasul Paulus di dalam 2 Timotius.
2 Timotius 4: 7
(4:7) Aku
telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis
akhir dan aku telah memelihara iman.
Rasul Paulus telah mengakhiri sebuah
pertandingan yang baik sebab dia telah mencapai garis akhir.
2 Timotius 4: 6
(4:6)
Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat
kematianku sudah dekat.
Kunci keberhasilan
dari Rasul Paulus sehingga dia mencapai garis akhir. Dapat dilihat dari pengakuannya:
“Mengenai diriku,
darahku sudah mulai dicurahkan
sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat.”
Berarti, diawali
dengan persekutuan di dalam penderitaan-Nya, kemudian diakhiri dalam tanda pengalaman kematian. Tidak ada kematian kalau
tidak diawali dengan sengsara salib atau persekutuan dalam penderitaan-Nya. Di
sinilah letak keberhasilan sehingga kita bisa mengawali dan mengakhiri
pekerjaan yang Tuhan percayakan ini. Ini kunci dan rumus keberhasilan
ini tidak boleh diabaikan kalau mau berhasil.
Banyak kali orang Kristen maunya enak-enak melayani
Tuhan, itu suatu kekeliruan.
Keberhasilan diawali dengan sengsara salib, darah
tercurah, baru nanti diakhiri dengan pengalaman kematian; daging tidak
bersuara, berarti mati terhadap dosa. Kalau daging tidak bersuara, otomatis
mati terhadap dosa.
Kematian adalah akhir dari sebuah kompetisi atau
pertandingan hidup rohani kita dihadapanTuhan.
2 Timotius 4: 5
(4:5) Tetapi
kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan
pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
Pertandingan hidup Rasul Paulus adalah menunaikan tugas
pelayanan, yaitu pekerjaan pemberita Injil.
Pemberita Injil tidak
mesti harus dari mimbar ini tetapi dengan menjadi surat pujian, dengan menjadi
surat Kristus di mana firman itu sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus, ditukik di
dalam hati, itu adalah pemberita Injil yang luar biasa, itu sama dengan
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.
PERBUATAN
YANG BESAR ATAU KARYA ALLAH YANG TERBESAR ADALAH SALIB DI GOLGOTA. KALAU KITA MEMBAWA SALIB DALAM HIDUP INI,
ITU SUDAH PERBUATAN BESAR, ITU ADALAH PEMBERITA INJIL.
Namun perlu untuk diketahui, di tengah-tengah
menunaikan tugas pelayanan, di tengah-tengah pemberitaan Injil, di dalamnya
Rasul Paulus menguasai diri di dalam
segala hal, kemudian sabar menderita.
Filipi 1: 21
(1:21)
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Ayat ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Hidup adalah Kristus, artinya; di dalam
kegiatan rohani Rasul Paulus banyak menanggung penderitaan.
b. Mati adalah keuntungan, artinya; Rasul
Paulus telah mengakhiri pertandingan hidup dengan baik, dan itu adalah suatu
keuntungan. Berarti dia telah mencapai garis akhir, itu
suatu keuntungan.
Lihat keuntungan yang dimaksud di sini, kembali kita
membaca surat tahbisan 2 Timotius 4.
2 Timotius 4: 8
(4:8)
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan
kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya
kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Kepada Rasul Paulus tersedia mahkota kebenaran yang
akan dikaruniakan kepadanya oleh Tuhan. Inilah tanda bahwa dia telah mencapai
garis akhir (kematian adalah keuntungan). Keuntungannya ialah dimahkotai dengan mahkota
kebenaran.
Banyak orang mengakhiri suatu pertandingan tetapi belum
tentu diberi mahkota kebenaran, padahal sudah berjuang setengah mati. Tetapi
kalau kita mengikuti cara Rasul Paulus, diawali dengan sengsara salib, darah tercurah, diakhiri dengan pengalaman kematian, baginya tersedia mahkota kebenaran. Cari dahulu
Kerajaan Sorga di mana di dalamnya terdapat kebenaran. Jangan diputar balik.
Banyak orang Kristen; terlebih dahulu mencari kerjaan, itu salah. Yang benar; cari
dahulu Kerajaan Sorga, maka semuanya
ditambahkan, sebab di dalamnya ada kebenaran.
Cari dahulu Kerajaan Sorga dan kebenarannya, nanti semuanya
ditambahkan yaitu; mahkota kebenaran.
Saya kira di bumi juga kita bisa mendapat mahkota
kebenaran, asal betul-betul ada tanda dalam pengalaman kematian itu.
Kita kembali memperhatikan ...
Rut 1: 14
(1:14)
Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta
diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
Kembali saya katakan; pengikutan Orpa berhenti di tengah jalan, tetapi di sisi lain Rut tetap berpaut kepada Naomi, mertuanya.
Kita sudah melihat satu sisi, itulah sisi Orpa. KEMUDIAN
DI SISI LAIN, RUT TETAP BERPAUT PADA NAOMI.
-
Orpa -> gereja yang hanya sebatas berbuat baik.
-
Rut -> gereja Tuhan yang setia.
Berpautlah kepada Tuhan. jangan berpaut kepada yang
lain-lain.
Kalau Tuhan percayakan hal-hal yang lahiriah, puji
Tuhan, dipercayakan suatu kedudukan atau posisi yang tinggi di perusahaan atau di tempat saudara bekerja,
puji Tuhan, atau saudara menuntut ilmu yang tinggi, puji Tuhan, atau masih ada
berkat-berkat yang lain, puji Tuhan. Tetapi jangan berhenti, atau tidak berhenti sampai di situ.
Mari kita berpaut kepada Tuhan. Rut, gambaran dari
gereja Tuhan yang setia, tetap berpaut kepada Tuhan. jangan berpaut kepada yang
lain-lain.
Amsal 20: 6
(20:6)
Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah
menemukannya?
Orang baik terlalu banyak, baik hati banyak, tetapi orang yang
setia sangat sedikit, bahkan terlalu
sedikit.
Saudaraku, orang kaya suka berbuat baik, apalagi kalau
ada maunya, suka berbuat baik, dan kalau seorang gembala
tidak hati-hati dalam hal ini, lama-lama orang kaya yang menjadi majikan dalam
rumah Tuhan. Maka seorang hamba Tuhan
yang sudah menerima jabatan gembala, kepadanya, Tuhan curahkan Roh dengan limpah, termasuk Roh hikmat, Roh marifat,
pengertian dan akal budi, Tuhan curahkan itu, supaya semuanya terproteksi
dengan baik.
Tetapi sebagai seorang gembala saya menghimbau; jangan
berbuat baik karena ada sesuatu, atau karena ada
kepentingan diri di dalamnya, itu tidak murni
melayani Tuhan. Di atas tadi sudah dijelaskan, orang yang
mengaku diri baik hati terlalu banyak tetapi orang yang setia sangat sedikit dan sukar untuk ditemukan.
Sebelum zaman Nuh, hanya satu orang yang setia, yaitu; Henokh.sedangkan pada Zaman Nuh hanya delapan orang yang setia.
Menjelang kedatangan
Tuhan untuk yang kedua kali,
kejadiannya juga persis seperti zaman Nuh; makan minum, itu dosa daging, kawin
dan mengawinkan, itu dosa kenajisan.
Nuh itu adalah seorang pemberita kebenaran. Setialah.
Pujian yang sudah kita naikkan tadi mengatakan: “kuberjuang sampai akhirnya, Kau dapati aku
tetap setia”
Biar kita malam ini diselidiki oleh firman. Biarlah
kita semua menjadi pemberita-pemberita firman kebenaran dengan setia, seperti
Nuh.
Ketika Nuh membangun
bahtera di atas gunung dia diolok-olok, namun dia tidak peduli, dia tetap setia, membangun bahtera itu memang harus di atas
gunung. Saya baru mengerti di hari-hari ini. Malam ini bukankah kita berada di
atas gunung Tuhan, gunung Sion, sedang membangun hidup kita. Juga Musa menerima
suatu perintah untuk membangun Tabernakel pada saat dia berada di atas gunung
Sinai, gunung Horeb, gunungnya Tuhan, di situ dia mendapat perintah untuk
membangun Tabernakel, (Bait Allah/rumah Tuhan)
kediaman Allah, supaya di situ Dia menjadi Raja dan memerintah
umat-Nya.
Setialah menjadi pemberita kebenaran apapun yang
terjadi, entah itu dicaci maki, diolok-olok, dijelek-jelekkan, tetaplah setia. Bertahan dan
terus berada di atas gunung Tuhan, tetaplah setia
menjadi pemberita kebenaran sesui dengan 1
Petrus (tentang Nuh).
Berbuat baik itu harus, itu harus kita kerjakan, tetapi
tidak berhenti sampai di situ. Harus dilanjutkan sampai SETIA.
Mari kita melihat injil Matius 25.
Matius 25: 14-15
(25:14)
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar
negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
(25:15) Yang
seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain
lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
Perlu saya sampaikan malam ini; untuk menjadi hamba
kepada seorang tuan, itu adalah perbuatan baik, seperti hamba pertama dipercaya
lima talenta, hamba kedua dipercaya dua talenta, hamba ketiga dipercaya satu
talenta.
Pendeknya; untuk menjadi hamba bagi tuannya, itu adalah
suatu perbuatan baik, dan berbuat baik itu adalah suatu keharusan yang harus
kita kerjakan. Memang Tuhan maunya supaya kita menjadi hamba, mengambil rupa
sebagai seorang hamba, bukan mengambil rupa sebagai seorang tuan yang bisanya
memerintah dan memerintah.
Menjadi hamba, itu adalah suatu perbuatan baik.
Segera kita memperhatikan ayat 16-18
Matius 25: 16-18
(25:16)
Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan
uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
(25:17)
Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan
berlaba dua talenta.
(25:18)
Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di
dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Sekarang kita akan melihat tiga hamba yang dipercayakan
oleh tuannya;
-
Hamba yang pertama dipercaya lima talenta dan
mengusahakannya lalu ia beroleh laba
lima talenta.
-
Hamba yang kedua dipercaya dua talenta dan
mengusahakannya lalu ia beroleh laba dua
talenta pula.
-
Hamba yang ketiga dipercaya satu talenta, tetapi ia pergi
dan mengubur talenta itu. Pendeknya; hamba yang ketiga ini dia hanya
seorang hamba yang baik, tetapi tidak setia. Banyak orang mengaku dirinya baik
hati, tetapi siapa yang menemukan orang yang setia? Terlalu sedikit.
Matius 25: 19-23
(25:19) Lama
sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan
mereka.
(25:20)
Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta,
katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah
beroleh laba lima talenta.
(25:21) Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik
dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan
kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan
tuanmu.
(25:22) Lalu
datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan
percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
(25:23) Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik
dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang
kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Di sini kita melihat, pada saat mengadakan perhitungan,
tuan dari hamba-hamba itu berkata kepada hamba yang pertama dan kedua sebagai hamba yang baik dan setia. Jadi
seorang hamba tidak cukup hanya berbuat baik, tetapi juga harus setia.
Pada saat tuan dari
hamba-hamba itu mengadakan perhitungan kepada hamba-hambanya, hamba yang
pertama dan hamba yang kedua berkata: “Lihat, aku telah beroleh laba”,
Perkataan “Lihat”,
artinya; mereka dapat membuktikan diri bahwa hamba yang pertama dan hamba yang kedua tidak hanya berbuat baik tetapi setia kepada tuannya.
Mari kita semua membuktikan diri bahwa kita setia,
bukan kepada manusia, tetapi kepada Yesus Kristus, Tuan dari hamba-hamba Tuhan.
Seringkali kita hanya berbuat baik pada saat di lihat
orang. Banyak juga di antara kita seperti menulis dengan tulus tetapi dia hanya
membuktikan diri kepada manusia, bukan kepada Tuhan, yang melihat hati.
Mengapa Tuhan memilih Daud? Karena Daud setia, Saul
tidak setia. Pada saat upacara pentahbisan, mengurapi seorang raja di Betlehem,
ketika melihat anak yang pertama dari pada
Isai, Samuel berkata: “Oh ini dia yang diurapi oleh Tuhan” sampai kepada anak yang ketiga,
karena memang gagah perkasa, selalu mengikuti Saul ke mana saja dalam
peperangan, sedangkan Daud tidak, dia selalu pulang untuk menggembalakan kambing
domba ayahnya yang tiga ekor itu.
Pada saat mengurapi
anak-anak Isai yang gagah perkasa itu, Tuhan berkata: “hei, Samuel, bukan yang dilihat manusia yang dilihat Tuhan. Manusia
hanya melihat apa yang ada di depan mata, tetapi Tuhan melihat segenap hati,
batin manusia, manusia dalam.” Itu sebabnya di atas tadi saya katakan;
tidak perlu kita membuktikan diri baik di hadapan manusia, buktikan saja kepada
Tuhan. Kalau hanya berbuat baik kepada manusia, orang
semacam ini tidak pernah setia.
Akhirnya, setelah Daud tampil di muka Samuel, Tuhan
berkata: “ini dia yang Aku pilih”,
selanjutnya Samuel mengurapi Daud dengan minyak urapan yang dari tabung tanduk. Sedangkan Saul diurapi dengan minyak dari buli-buli
tanah liat. Buli-buli tanah liat -> daging dengan segala tabiatnya.
Bukankah tadi tuan dari hamba-hamba ini berperkara
kepada tiga hamba? Hamba yang pertama dan kedua mereka setia, dan membuktikan
diri kepada tuannya dengan setia. Mari kita buktikan kesetiaan itu kepada Yesus
Kristus, Tuan dari hamba-hamba Tuhan. Kita semua hamba.
Kiranya julukan atau predikat sebagai hamba yang baik dan setia, melekat di
dalam hidup kita masing-masing, seperti hamba yang pertama dan yang kedua tadi.
Matius 25: 24-26
(25:24) Kini
datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu
bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan
tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
(25:25)
Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah:
Ini, terimalah kepunyaan tuan!
(25:26) Maka
jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu,
bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat
di mana aku tidak menanam?
Jadi hamba yang ketiga ini kotras atau berbanding
terbalik dengan hamba yang pertama dan kedua. Julukan yang diberikan kepada
hamba yang ketiga ini adalah hamba yang jahat dan malas.
Kalau seseorang jahat pasti malas. Sebaliknya, orang malas pasti jahat. Tidak ada orang yang malas; disebut orang yang baik. Malas bekerja untuk Tuhan, malas
berkorban itu bukan disebut orang baik, tetapi jahat.
Sebaliknya, jahat itu malas.
Saya pastikan sekali lagi, orang malas pasti jahat
perbuatannya. Tidak ada orang malas perbuatannya baik. Itu sebabnya tadi, saya
tandaskan; kiranya predikat sebagai seorang hamba yang baik dan setia ditujukan
atau melekat pada diri kita masing-maisng. Tidak perlu kita dipuji manusia,
biarlah predikat itu langsung datangnya dari sorga.
Sekarang kita lihat;
Praktek
jahat dan malas.
Yang pertama: Hamba
yang ketiga itu mempersalahkan tuannya dan berkata: “tuan adalah manusia yang kejam”.
Kalau ada orang yang
berkata: “Terkutuklah Yesus”, berarti
dia bukanlah hamba yang diurapi Roh Kudus. Kalau hamba diurapi Roh Kudus, maka
dia tidak akan pernah berkata: “Terkutuklah Yesus” atau “Yesus bukan Tuhan”
Saya jadi teringat, sedikit kesaksian, dulu, kurang
lebih empat belas tahun yang lalu, kami hamba-hamba yang masih muda-muda
membuka perintisan di Jabodetabek ini seringkali berfellowship tiga empat orang, ini
kejadiannya di Cinere, hamba Tuhan yang
ada di sana mengajak kami untuk mendoakan jemaat yang sedang depresi. Kami doa,
doa, bergandengan tangan, mendoakan jemaat
tersebut. Pendek
cerita selesai doa, kami bertiga pulang. Pada saat kami
pulang, orang yang kami doakan itu berkata sambil
bernyanyi: “Tuhan, saya sudah mengalahkan
Setan-Setan itu. Setan-Setan itu sudah pergi” Kami berdoa untuk mengusir Setan sebaliknya kami dikatakan Setan. Kami
hanya bisa tersenyum saja.
Tadi, praktek jahat dan malas yang pertama,
mempersalahkan tuannya dan berkata: “tuan
adalah manusia yang kejam”
Tuduhan kejam yang dimaksud di sini adalah:
-
Yang menuai dimana tuan tidak menabur
-
Yang memungut di mana tuan tidak menanam
Oleh sebab itu dia
berkata: “tuan adalah manusia yang kejam”
Sekarang kita lihat dulu perjanjian mereka dari awal.
Matius 25: 14-15
(25:14)
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar
negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
(25:15) Yang
seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain
lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
Hamba yang ketiga lupa bahwa tuan dari hamba-hamba itu mempercayakan talenta-talenta kepada
hamba-hambanya menurut kesanggupan masing-masing. Kalau tidak sanggup,
tidak mungkin tuan dari hamba-hamba itu mempercayakan, talenta-talenta itu.
Lalu setelah dia gagal, setelah dia tidak sanggup, dia
persalahkan dan menuduh bahwa Tuhan kejam. Banyak seperti
itu terjadi. Lupa dengan perjanjian semula. Tuan itu mempercayakan talenta
kepada hambanya tentu sesuai kesanggupan, kalau tidak sanggup, tidak mungkin dipercayakan.
Hamba pertama dipercaya lima talenta, dia sanggup.
Hamba kedua dipercaya dua talenta, dia sanggup. Hamba ketiga hanya satu
talenta, tetapi dia gagal, tetapi dia
persalahkan Tuhan, dan hamba ketiga itu mengatakan bahwa Tuhan itu kejam, ini sesuatu yang mustahil. Sesuai dengan pujian
Psallo, setelah gagal dan tidak mampu lagi, persalahkan Tuhan, tuding Tuhan,
persalahkan ibadah, persalahkan pelayanan, persalahkan orang-orang di sekitar.
Praktek
jahat dan malas.
Yang Kedua: Suka
mencari alasan, sesuai dengan perkataan hamba yang ketiga itu kepada
tuannya: “Karena itu aku takut dan pergi
menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah” ini kan suatu alasan, suka
mencari alasan, padahal sebetulnya kalimat selanjutnya: “Ini, terimalah kepunyaan tuan!”
Jadi karena dia tidak sanggup lagi, dia terpaksa mencari
alasan.
Sebetulnya tidak ada kata-kata tidak mampu, tinggal
menyerah saja, seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka selama empat puluh
tahun di padang gurun, diluar kemampuan
daging, tinggal
menyerah saja, supaya Tuhan yang memberi kemampuan.
Kesimpulannya; takut dan pergi menyembunyikan talenta
dalam tanah = menolak memikul tanggung jawab yang dipercayakan oleh tuannya.
Dan perlu untuk diketahui, menyembunyikan talenta dalam tanah, (mengubur talenta) berarti; binasa
sebelum Tuhan datang.
Hamba yang ketiga dipercaya oleh tuannya satu talenta,
dikaitkan dengan PELITA EMAS.
Keluaran 25: 39
(25:39) Dari
satu talenta emas murni haruslah dibuat kandil itu dengan segala
perkakasnya itu.
Kandil atau pelita emas terbuat dari satu talenta emas
murni.
Pelita emas -> pribadi dari Allah Roh Kudus.
Wahyu 4: 5
(4:5) Dan
dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor
menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Tujuh obor yang menyala-nyala di atas kandil di hadapan
takhta itu, itulah ketujuh Roh Allah, sedangkan dari takhta itu keluar kilat
dan bunyi guruh yang menderu, itu suatu kesaksian yang dahsyat yang luar biasa
dari orang-orang yang diurapi oleh Roh Kudus.
Berarti kalau kita kaitkan kembali dengan hamba yang
ketiga yang dipercayakan satu talenta, seharusnya kesaksiannya dahsyat dan luar
biasa.
Waktu zaman Nuh; lima
bulan lamanya air itu berkuasa di atas muka bumi, semua dihabisi, kecuali pohon
zaitun. Ini kesaksian yang dahsyat, terlepas dari dosa kenajisan (air bah),
itu kesaksian yang dahsyat dari orang-orang yang diurapi, yaitu mereka yang berdiri
di hadapan takhta kasih karunia. Seharusnya itulah yang menjadi kesaksian dari hamba yang ketiga, tetapi kenyatannya
tidak.
Wahyu 5: 6
(5:6) Maka
aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di
tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih,
bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi.
Hamba-hamba Tuhan
yang diurapi oleh Roh Kudus adalah orang-orang yang diutus ke seluruh bumi.
Kita ini diutus ke provinsi Banten untuk menjadi tujuh
pelita yang menyala di atas kandil emas, menjadi kesaksian yang dahsyat dan
luar biasa.
Kita lihat injil Matius 5, untuk memperlengkapi Wahyu 4
dan 5
Matius 5: 14
(5:14) Kamu
adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi.
Diurapi menjadi
terang, gambarannya seperti kota yang terletak di atas bukit, gunung, tidak ada
yang tersembunyi, tidak ada yang ditutup-tutupi, semua terlihat dengan jelas
dari berbagai penjuru, hidupnya terlihat dengan jelas, tidak ada yang
disembunyikan.
Matius 5: 15
(5:15)
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam
rumah itu.
Pelita yang menyala
bukan untuk diletakkan di bawah gantang.
Gantang -> Mengukur
segala sesuatu menurut kebenaran diri sendiri. Dan pelita yang menyala tidak
ditaruh di bawah gantang, artinya: melayani
bukan menurut ukuran kebenaran diri sendiri.
Melayani Tuhan, untuk menjadi pelita, harus dengan
ukurannya Tuhan, berarti pelita menyala harus di atas kandil.
Sekarang ...
Praktek baik
dan setia.
Matius 25: 21-23
(25:21) Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik
dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu.
(25:22) Lalu
datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan
percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
(25:23) Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik
dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil,
aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah
dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Praktek baik dan setia: setia memikul tanggung jawab
dalam perkara yang kecil.
Sekarang kita akan melihat, HAMBA PERTAMA DIPERCAYA
LIMA TALENTA.
Lima talenta dikaitkan dengan lima gadis bijaksana.
Tadi hamba ketiga dengan
satu talenta dikaitkan dengan PELITA EMAS. Hal ini
juga dikaitkan dengan pelita emas, yaitu lima gadis bijaksana.
Kita lihat ...
Matius 25: 1-3
(25:1)
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil
pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
(25:2) Lima
di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
(25:3)
Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
Di sini kita melihat; Kerajaan Sorga seumpama sepuluh
gadis mengambil pelitanya dan menyongsong Mempelai
Laki-laki Sorga.
Sasaran dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi
ini adalah pesta nikah Anak Domba. Yang menjadi mempelai Laki-Laki Sorga adalah
Yesus Kristus dan mempelai perempuan-Nya itulah
gereja Tuhan, itulah sasaran dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi
ini. Sama seperti sepuluh gadis; mengambil pelita untuk menyongsong Mempelai
Laki-Laki Sorga, itu sasaran ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini;
pesta nikah Anak Domba, tidak lain tidak bukan, bukan mujizat, bukan perkara
lahiriah, bukan berkat-berkat.
Matius 25: 4
(25:4)
sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak
dalam buli-buli mereka.
Sepuluh gadis; lima di antara bodoh dan lima di antaranya bijaksana.
Lima gadis
bodoh
membawa pelita tetapi tidak membawa minyak sebagai persediaan, itu adalah
perbuatan bodoh.
Kemudian lima
gadis bijaksana; membawa pelita, juga membawa minyak dalam buli-buli
sebagai persediaan, itu menunjukkan bahwa mereka bijaksana.
Membawa pelita serta
minyak persediaan dalam buli-buli itu memang merepotkan. Beribadah dan melayani
disertai sangkal diri dan pikul salib, itu memang merepotkan, padahal kita tahu
dengan pasti; pengurapan itu datang dari salib. Pengurapan itu bukan berasal
dari minyak goreng yang digunakan seorang ibu yang sedang memasak di dapur.
Ibadah disertai sangkal diri pikul salib, repot, tetapi
jangan salah, itu sumbernya pengurapan. Kalau ibadah tanpa salib, tidak ada
pengurapan.
Saya sudah jelaskan tadi;
pengurapan Daud dengan pengurapan Saul. Pengurapan Daud dari tabung tanduk, itu menunjuk korban Kristus. pengurapan Saul; dari
buli-buli tanah liat, itu menunjuk daging.
Jadi salib, sumbernya pengurapan. Untuk menghasilkan minyak
urapan juga harus menumbuk pohon zaitun lalu diperas. Kalau pun kita mengalami
penumbukan yaitu sangkal diri, pikul salib, seperti Yesus mengalami penumbukan
di atas kayu salib, itu menghasilkan minyak. Pendeknya, Ibadah
disertai dengan sangkal diri, berarti membawa minyak persediaan dalam
buli-buli.
Matius 25: 5
(25:5)
Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka
semua lalu tertidur.
Karena Mempelai Laki-Laki lama tidak datang-datang
juga, mengantuklah lima gadis yang bodoh, juga
lima gadis yang bijaksana, artinya adalah bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
Tidak ada yang baik, satu pun tidak ada. Hanya Dia yang baik.
Rasul Paulus juga setuju di dalam suratan Roma. Tidak
ada yang sempurna.
Matius 25: 6
(25:6) Waktu
tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah
dia!
Pengajaran mempelai ini akan membawa kita sampai kepada
pesta nikah Anak Domba, tetapi tidak mungkin kita sampai kepada pesta nikah
Anak Domba kalau tidak membawa minyak dalam buli-buli.
Jadi baik hamba yang ketiga tetap kaitannya dengan
pelita, baik hamba yang pertama dipercaya lima talenta tetap kaitannya dengan
pelita. Memang kalau menjadi hamba, melayani, harus menjadi pelita, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi
(Wahyu 5:6).
Sekarang, HAMBA KEDUA DIPERCAYA DUA TALENTA.
Dikaitkan dengan dua
pohon zaitun.
Zakharia 4: 2-4
(4:2) Maka
berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku: "Aku
melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di
bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada
masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu.
(4:3) Dan
pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan
satu di sebelah kirinya."
(4:4) Lalu
berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu:
"Apakah arti semuanya ini, tuanku?"
Dua pohon zaitun terukir pada kandil sebelah kiri dan kanan tempat minyak. Pada kandil itu terukir dua pohon zaitun.
Mari kita lihat artinya.
Zakharia 4: 12-14
(4:12) Untuk
kedua kalinya berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua dahan pohon
zaitun yang di samping kedua pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari
atasnya itu?"
(4:13) Ia
menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku:
"Tidak, tuanku!"
(4:14) Lalu
ia berkata: "Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat
Tuhan seluruh bumi!"
Dua pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak kandil
sebelah kiri dan sebelah kanan -> Musa dan Elia, yang menjadi kesaksian, menjadi
terang di tengah dunia ini, mereka adalah orang yang diurapi berdiri di dekat
Tuhan seluruh bumi.
Kita diutus di bumi provinsi Banten, ada juga dua pohon
zaitun yang lain diutus di bumi provinsi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Irian Jaya, bahkan seluruh bumi, dan sebelum Yesus datang pada kali yang kedua terlebih
dahulu Musa dan Elia turun dan dunia akan memperhatikan kesaksian mereka,
tetapi kita tidak sampai pada penjelasan itu Wahyu 11.
Dunia akan melihat kesaksian dua pohon zaitun ini.
Mereka berdiri dekat Tuhan seluruh bumi. Jangan berdiri dekat-dekat yang lain,
yang jahat, yang najis, yang bodoh, yang malas. Berdirilah dekat Tuhan seluruh
bumi di manapun kita diutus, di manapun komunitas kita.
Dua pohon zaitun ini kaitannya pada ayat 6-9, di situ
terlihat juga pribadi yang luar biasa.
Zakharia 4: 6
(4:6) Maka
berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya:
Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku,
firman TUHAN semesta alam.
Untuk menjadi kesaksian bukan karena gagah hebat, bukan
karena keperkasaan, bukan karena kekuatan, namun oleh Roh Tuhan, itulah
kehidupan yang diurapi Roh Kudus.
Siapa dia?
Zakharia 4: 7-9
(4:7)
Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah
rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali
batu itu!"
(4:8)
Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian:
(4:9)
"Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga
akan menyelesaikannya. Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang
mengutus aku kepadamu.
Pekerjaan Tuhan (pembangunan
rumah Tuhan) akan terselesaikan kalau kita menjadi
kehidupan yang diurapi Roh Kudus, kalau kita menjadi dua pohon zaitun yang
berdiri dekat Tuhan seluruh bumi.
Demikian halnya dengan Zerubabel, pada saat dia kembali
dari pembuangan, saya sudah singgung sedikit, dari Babel kembali ke Yerusalem, dia dipercaya
untuk membangun
rumah Tuhan sampai selesai. Zerubabel meninggikan
korban Kristus, yaitu: batu yang mahal, batu penjuru, dasar
bangunan. Saat dia meletakkan dasar
bangunan, semua turut meninggikan korban Kristus, mereka berkata: “Bagus! Bagus sekali batu itu!” Ayo,
semua harus meninggikan korban Kristus.
Bagi Zerubabel, tidak ada persoalan yang besar, gunung
tinggi menjadi rata, ini kaitan dengan dua pohon zaitun.
Hamba kedua dipercaya dua talenta,
bagaikan dua pohon zaitun, dan kaitannya Zerubabel membangun rumah Tuhan, di
Yerusalem setelah kembalinya dari pembungan di Babel.
Ayo, bukan karena gagah hebat untuk menjadi
dua pohon zaitun, namun oleh Roh Tuhan. Bukan karena kepintaran, bukan karena
uang, bukan karena kekuatan, kekayaan, namun oleh Roh Tuhan.
Dampak
positif baik dan setia.
Matius 25: 23
(25:23) Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik
dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil,
aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah
dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Dampak positif apabila kita baik dan setia: “Masuk dan turut dalam kebahagiaan tuannya.”
Yang masuk dan turut dalam kebahagiaan tuannya, antara
lain;
1. Lima gadis bijaksana, pada
akhirnya mereka masuk dalam pesta nikah Anak Domba. Sedangkan lima gadis yang
bodoh yang tadinya membawa pelita, yang tadinya ada di dalam, namun akhirnya di
luar.
2. Dalam injil
Matius 7, nabi-nabi palsu melakukan
tiga perkara ajaib, semuanya mereka lakukan demi nama Tuhan, tetapi pada
akhirnya Tuhan berkata: “Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Kalau melayani Tuhan, berarti sudah ada di
dalam, tetapi kita melihat di situ, pada akhirnya, Tuhan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Awalnya sudah
di dalam, akhirnya keluar.
Pada injil Matius 7: 21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga.”
Yesus sebagai Anak melakukan kehendak Allah
Bapa. Orang yang melakukan kehendak Allah Bapa; dengar-dengaran, sebab Yesus berkata: " Ya Bapa-Ku jikalau
cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
Ini yag masuk dalam Kerajaan Sorga; melakukan kehendak Allah Bapa, bukan karena
menyebut: “Tuhan, Tuhan”, atau bukan
karena melakukan tiga perkara ajaib (hebat) demi nama Tuhan, biarpun tadinya di
dalam tetapi keluar pada akhirnya.
3. Anak bungsu; dulu terhilang
tetapi kembali kepada Bapa dan turut merasakan kebahagiaan bapa. Sedangkan anak
yang sulung, awalnya sudah di ladang, sudah di dalam, namun begitu bapanya
keluar dan menariknya untuk masuk, dia menolak untuk masuk, dia tetap di luar,
tidak turut dalam kebahagiaan tuannya, karena iri hati dan dengki.
Mungkin hidup kita sepertinya pernah
terhilang, berfoya-foya pada siang hari, berlaku cabul, tetapi kembali kepada
bapa, nanti dipercayakan tiga perkara; jubah
yang maha indah itulah KASIH ALLAH, cincin
meterai itulah METERAI ROH KUDUS, dan kasut
itu adalah kerelaan untuk memberitakan injil, FIRMAN ALLAH.
Itulah yang turut masuk dalam kebagaiaan tuannya; lima gadis bijaksana, anak bungsu, kemudian yang melakukan kehendak Allah Bapa. Dengar-dengaran, itu
kuncinya. Ayo belajar dengar-dengaran, mulai dari malam ini. Melakukan kehendak
Allah Bapa; dengar-dengaran. Dasar kita melayani adalah dengar-dengaran, bukan
karena kita pintar, bukan karena kita mampu. Nanti
yang turut dan masuk dalam kebahagiaan tuannya, ialah orang-orang yang dengar-dengaran. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment