IBADAH RAYA
MINGGU, 28 JUNI 2020
WAHYU PASAL
12
(Seri: 11)
Subtema: “ANAK LAKI-LAKI” DIRAMPAS
& DIBAWA LARI KEPADA ALLAH DAN KE TAKHTA-NYA
Shalom.
Puji TUHAN …
Tidak lupa saya mengucap syukur kepada TUHAN oleh karena rahmat dan kasih karunia-Nya
yang dianugerahkan kepada kita, sehingga kita dimungkinkan untuk mengusahakan
Ibadah Raya Minggu pada kesempatan ini. Sekalipun dalam suasana di mana virus
Corona sedang mewabah (melanda) dunia ini, tetapi kita tidak bisa terpisahkan
oleh kasih Kristus, oleh apapun dan oleh siapapun.
Saya juga
tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada; kiranya TUHAN memberkati kita semua.
Dan selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN
membukakan firman-Nya untuk kita sore petang hari ini.
Segera saja
kita menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah (Kebaktian) Minggu dari WAHYU
PASAL 12.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak
laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi;
tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
“Maka ia
melahirkan seorang Anak laki-laki …” Pendeknya, gereja TUHAN yang sempurna
atau mempelai perempuan TUHAN melahirkan seorang Anak laki-laki. Hal ini tentu
merupakan hasil dari hubungan yang intim antara mempelai perempuan dengan Allah
Tri Tunggal, sebagai suaminya.
Jadi, anak
yang dilahirkan itu bukan anak gampangan, melainkan hasil dari hubungan intim
antara mempelai perempuan TUHAN dengan Allah Tri Tunggal, sebagai suaminya,
seperti yang nyata pada ayat 1 dengan tiga tanda.
1. “Matahari” à Benih dari kasih Allah Bapa. Sebagai ayat
referensinya ialah: 1 Yohanes 4:7-8.
2. “Bulan” à Benih dari firman Anak Allah. Sebagai ayat
referensinya ialah: 1 Petrus 1:23-25.
3. “Bintang-bintang” à Benih dari Roh Allah. Sebagai ayat
referensinya ialah: Yohanes 3:8.
Selanjutnya,
kita akan melihat; GAMBARAN (TANDA) DARI HUBUNGAN INTIM sebagai puncak kasih
dari hidup gereja TUHAN dengan Mempelai Laki-Laki Sorga ialah ada nyanyian
baru yang tidak dapat dipelajari orang lain.
Walaupun
pada minggu yang lalu telah disampaikan, namun sejenak kita akan kembali
memperhatikan hal itu pada Wahyu 14.
Wahyu 14:3
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru
di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak
seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus
empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
144.000
(seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut menyanyikan suatu nyanyian baru
di hadapan takhta, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu,
selain dari pada mereka yang telah ditebus, itulah 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang tersebut.
Jelas, hal
ini menunjukkan adanya suatu hubungan intim antara 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang tersebut dengan TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai
Pria Sorgawi. Nyanyian baru itu merupakan tanda hubungan intim antara mempelai
perempuan TUHAN dengan Mempelai Laki-Laki Sorga. Ketika hubungan intim
berlangsung, tidak ada orang yang tahu setiap perkataan-perkataan yang baru
yang terucap dari mulut, artinya; tidak tercemari dengan dosa.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Di dahi
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut tertulis nama-Nya dan
nama Bapa-Nya. Pendeknya, meterai Allah ada di dahi mereka; menunjukkan bahwa
mereka adalah milik kepunyaan Allah sendiri. Mereka itu adalah inti dari
mempelai perempuan TUHAN.
Singkatnya:
Oleh karena hubungan intim itulah, pada akhirnya, mempelai perempuan TUHAN
mengandung, dengan masa kandungan selama 9 (sembilan) bulan yang dimulai dari Wahyu
8 sampai dengan Wahyu 12. Dan pada Wahyu 12:5, gereja TUHAN
yang sempurna atau mempelai TUHAN melahirkan seorang Anak laki-laki.
Tentang masa
kandungan ini telah diuraikan pada minggu yang lalu secara singkat, dan biarlah
kiranya hal itu masih jelas di dalam ingatan kita masing-masing.
Saat
hubungan itu intim, ada sesuatu hal yang bergerak di dalam tubuh dari mempelai
perempuan itu. Kemudian, pergerakannya mulai melamban, lalu perhatiannya
tercurah kepada penyembahan, sudah mulai tenang; itulah keadaan seseorang pada
masa mengandung. Perkara itu dapat dilihat dengan jelas pada Wahyu 8.
Pertanyaannya:
SIAPAKAH ANAK LAKI-LAKI YANG DILAHIRKAN ITU?
Yang pasti,
Anak laki-laki yang dilahirkan itu bukanlah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus,
dengan dua alasan yang kuat dan pasti, antara lain, YANG PERTAMA.
Pada ayat
5, Anak laki-laki yang dilahirkan itu: “… yang akan menggembalakan semua
bangsa dengan gada besi …”
Inilah bukti
yang pertama bahwa Anak laki-laki yang dilahirkan oleh mempelai perempuan itu
bukanlah Yesus Kristus, sebab Anak laki-laki yang dilahirkan itu “akan”
menggembalakan semua bangsa dengan gada (tongkat) besi.
Sementara,
Yesus Kristus telah ditentukan sebagai Gembala Agung dari sejak semula; dan itu
telah dituliskan oleh nabi Daud atau raja Daud di dalam nyanyiannya yang
terbesar, itulah Mazmur 23, menurut pengalaman hidupnya di hadapan
TUHAN.
Jadi,
walaupun penulisan “Anak laki-laki” dalam ayat 5 ini menggunakan huruf besar,
tetapi itu bukanlah pribadi TUHAN Yesus Kristus.
Hal ini
telah diterangkan pada minggu yang lalu. Kiranya hal itu menjadi berkat yang
besar bagi kita sebagai tanda bahwa kita senantiasa menikmati pelayanan Roh,
bukan pelayanan tubuh. Kalau kita terus ingat firman dan firman mendarah
daging, itu adalah tanda bahwa kita menikmati pelayanan Roh, bukan pelayanan
tubuh, dengan lain kata; bukan menjalankan ibadah secara lahiriah (rutinias),
bukan menjalankan ibadah Taurat semata.
Itulah
alasan yang pertama yang telah diuraikan. Sekali lagi saya sampaikan; biarlah
kiranya firman itu mendarah daging, sebagai tanda bahwa kita menikmati
pelayanan Roh.
Pertanyaannya:
SIAPAKAH ANAK LAKI-LAKI YANG DILAHIRKAN ITU?
Yang pasti,
Anak laki-laki yang dilahirkan itu bukanlah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus,
dengan dua alasan yang kuat dan pasti, antara lain, YANG KEDUA.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki,
yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu
dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Alasan yang
kedua, pada ayat 5 dikatakan: “ … tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan
dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Inilah alasan yang kedua,
sehingga Anak laki-laki yang dilahirkan itu bukanlah pribadi dari TUHAN Yesus
Kristus.
Tetapi yang
pasti, Anak laki-laki yang dilahirkan oleh mempelai perempuan ini adalah Anak
laki-laki yang ketiga; sebab, ia adalah seorang pemimpin yang menggembalakan
semua bangsa dengan gada (tongkat) besi untuk membebaskan bangsa-bangsa dari
segala ikatan-ikatan dan dari segala perbudakan dosa. Ini adalah Anak laki-laki
sebagai pembebas terhadap segala ikatan dan segala perbudakan-perbudakan dosa.
Adapun tiga
Anak laki-laki yang dimaksud di sini adalah:
1. Musa; dilahirkan untuk membebaskan bangsa
Israel dari perbudakan Mesir dan Firaun.
-
Musa à pemimpin, yang tugasnya adalah
membebaskan; itulah Anak laki-laki, bukan anak perempuan.
-
Israel à umat TUHAN.
-
Mesir à dunia dengan segala arusnya yang ada di
dalamnya.
-
Firaun à Iblis atau Setan.
2. Yesus
Kristus; dilahirkan pada masa Herodes. Ia rela mati di atas kayu salib untuk
membebaskan dosa dunia.
3. Anak laki-laki yang dilahirkan oleh
mempelai perempuan untuk menggembalakan bangsa-bangsa dengan gada (tongkat)
besi, dengan lain kata; tugasnya adalah untuk membebaskan umat TUHAN di dunia
ini.
Semua
bangsa-bangsa akan dibebaskan dari dunia ini, sebab dunia dengan segala isinya
ini akan berlalu, diganti dengan langit bumi yang baru, yakni Yerusalem yang
baru. Yang ada ini suatu kali nanti akan berlalu; oleh sebab itu, kita tidak
perlu harus mempertahankan segala sesuatu yang ada ini, supaya kita memiliki
Yerusalem yang baru.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan lebih jauh tentang TIGA ANAK LAKI-LAKI tersebut.
-
Pada zaman lahirnya Musa; semua anak
laki-laki dibunuh oleh Firaun, tetapi TUHAN melindungi Musa untuk dijadikan
pembebas bagi bangsa Israel.
-
Pada zaman lahirnya Yesus; anak
laki-laki di Betlehem dibunuh oleh Herodes, tetapi Allah melindungi Yesus,
Anak-Nya untuk menjadi TUHAN dan Juruselamat manusia.
-
Pada zaman akhir ini, Iblis atau Setan
berusaha untuk membunuh Anak laki-laki yang dilahirkan oleh mempelai perempuan,
namun Allah melindungi Anak laki-laki yang dipilihnya menjadi penebus atau
pembebas.
Kemudian,
kita akan memperhatikan pelajaran berikutnya yang harus kita pahami; oleh sebab
itu, biarlah kita memperhatikan pemberitaan Firman TUHAN ini dengan baik,
dengan sungguh-sungguh.
Ada tiga
yang memerintah dengan tongkat (gada) besi, siapakah mereka itu?
1. Yang Setia
dan Yang Benar … Wahyu 19:11-15.
2. Anak
laki-laki yang dilahirkan mempelai perempuan … Wahyu 12:5.
3. Gereja TUHAN
yang menang dan yang melakukan pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya … Wahyu
2:26-27.
Untuk hal
yang ketiga -- itulah gereja TUHAN yang menang dan yang melakukan pekerjaan
TUHAN sampai kesudahannya --, kita akan memperhatikan sedikit pembahasannya
dalam Wahyu 2:26-27.
Wahyu
2:26-27
(2:26) Dan barangsiapa menang dan melakukan
pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas
bangsa-bangsa; (2:27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat
besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk
-- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku --
Perhatikan:
Barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya, maka
kepadanya TUHAN karuniakan kuasa atas bangsa-bangsa dan memerintah
bangsa-bangsa dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar
tukang periuk.
Biarlah
kiranya kita berkemenangan terhadap semua musuh, yakni:
1. Daging dengan segala keinginan-keinginannya yang
jahat.
2. Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan
kerohanian anak TUHAN.
3. Iblis atau Setan dengan pengaruh-pengaruh yang
tidak suci.
Tetapi,
tidak berhenti sampai di situ, kita juga harus melakukan pekerjaan TUHAN sampai
kesudahan dunia ini; jadi, melakukan pekerjaan Tuhan tidak berhenti di tengah
jalan. Sama seperti Rut, di dalam hal menyangkal diri dan memikul salib, serta
mengikut TUHAN; tidak berhenti di tengah jalan, sampai akhirnya masuk dalam
perjamuan kawin Anak Domba, menjadi mempelai TUHAN.
Sejenak kita
melihat, di mana tongkat besi itu akan meremukkan bangsa-bangsa seperti tembikar
tukang periuk.
Mazmur 2:7-9
(2:7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan
TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan
pada hari ini. (2:8) Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan
Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. (2:9)
Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka
seperti tembikar tukang periuk."
Anak
laki-laki akan menggembalakan bangsa-bangsa dengan tongkat besi, serta
memecahkan bangsa-bangsa seperti tembikar tukang periuk.
Tembikar
daging memang harus diremukkan, harus dipecahkan oleh pengajaran Firman Allah
yang kita terima, karena manusia daging harus diubahkan menjadi rohani; dari
manusia nafsani menjadi manusia rohani. Jadi, kita datang sore ini adalah
supaya tongkat besi itu menghancurkan tembikar daging ini. Jangan sesekali kita
menuruti hawa nafsu dan keinginan daging. Tembikar daging ini harus
dihancurkan, supaya kehidupan kita berubah menjadi manusia rohani.
Itu sebabnya,
mempelai perempuan melahirkan Anak laki-laki, di mana ia akan menggembalakan
bangsa-bangsa dengan tongkat besi, menghancurkan tembikar daging. Kita tidak
akan mungkin diterima di dalam Kerajaan Sorga kalau kita masih hidup menuruti
hawa nafsu dan keinginan daging.
Tetapi yang
pasti, Anak laki-laki yang dilahirkan oleh mempelai perempuan bukanlah Yesus
Kristus, sebab alasan yang kedua sudah jelas kita lihat tadi, yaitu: tiba-tiba
Anak itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
-
Pada Wahyu 12:5, Anak laki-laki yang
dilahirkan ini dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
-
Lalu pada Wahyu 12:6, Perempuan --
ibu dari Anak laki-laki -- itu lari ke padang gurun, menyingkir ke padang
belantara.
Dan kalau
kita perhatikan kembali, konteks dari Wahyu 12:1-6 itu terjadi pada masa
aniaya antikris berlangsung (memerintah) di bumi ini, selama 3.5 (tiga
setengah) tahun yang kedua. -- Ada tujuh masa, dengan dua kali 3.5 (tiga
setengah) tahun --.
Sedangkan,
kalau kita perhatikan dan kita bandingkan dengan peristiwa lahirnya Yesus
Kristus pada masa Herodes, yang terjadi tidaklah demikian; Yesus tidak diangkat
ke sorga, lalu ibu-Nya harus menyingkir, tidak seperti itu. Maka, jelaslah
bahwa “Anak laki-laki” ini bukanlah pribadi TUHAN Yesus Kristus.
Mari kita
lihat PERISTIWA LAHIRNYA YESUS sebagai perbandingannya.
Matius
2:13-14
(2:13) Setelah orang-orang majus itu berangkat,
nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah,
ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai
Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh
Dia." (2:14) Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta
ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
Yusuf
membawa Anak itu serta ibu-Nya, lalu menyingkir bersama-sama ke Mesir, dan
tinggallah mereka di sana.
Jadi, dengan
jelas di sini kita melihat, bahwa Yesus tidak tiba-tiba diangkat, lalu ibu-Nya
harus menyingkir, tidak seperti itu, tetapi di sini kita melihat; Yusuf membawa
Anak itu dan ibu-Nya, lalu menyingkir bersama-sama dan tinggal di Mesir.
Matius 2:15
(2:15) dan tinggal di sana hingga Herodes mati.
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari
Mesir Kupanggil Anak-Ku."
Mereka
menyingkir dan tinggal di Mesir hingga Herodes mati. Berarti, sebelum Herodes
mati, mereka tidak akan kembali ke Betlehem, karena Herodes berusaha untuk
membunuh Yesus Kristus, Anak laki-laki yang dilahirkan oleh Maria, ibu-Nya.
Perlu untuk
kita ketahui: Herodes adalah gambaran dari Iblis atau Setan.
Lebih rinci
kita akan melihat PEKERJAAN DARI IBLIS SETAN dalam Yesaya 14.
Yesaya
14:16-17
(14:16) Orang-orang yang melihat engkau akan
memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat
bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, (14:17)
yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan
kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang
ke rumah?
Setan --
yang adalah gambaran dari Herodes -- menyebabkan lima hal:
1. “Membuat
bumi gemetar” Jelas ini menunjuk kepada orang yang dikuasai dengan kekuatiran,
sehingga hidup tanpa kepastian, tidak jelas arah tujuan hidupnya; itulah orang
yang kuatir. Berbeda dengan orang yang pasti tujuan hidupnya; biar tidak ada
uang, biar tidak punya apa-apa, namun tidak kuatir akan masa depan (tidak
gemetar).
2. “Membuat
kerajaan-kerajaan bergoncang”, sama dengan; pelayan-pelayan TUHAN yang melayani pekerjaan TUHAN tanpa
kekudusan.
3. “Membuat
dunia seperti padang gurun”, sama dengan; tandus = kering-kering rohani. Berarti, tidak berbuah,
seperti ranting yang kering tidak berbuah. Artinya, hidup tanpa persekutuan
yang benar dengan TUHAN. Kalau ranting tidak melekat pada pokok anggur, tanpa
persekutuan yang benar dengan TUHAN, maka ranting menjadi kering, tidak berbuah,
lalu dikumpulkan orang, dan dicampakkan ke dalam api untuk dibakar sampai
selama-lamanya, binasa sampai selama-lamanya; itulah kehidupan yang
kering-kering, tanpa persekutuan dengan TUHAN.
4. “Menghancurkan
kota-kotanya”, sama dengan; ibadah yang tidak berkenan kepada TUHAN. Ibadah dan
pelayanan ini adalah kota kudus, kota-Nya TUHAN. Kalau sebuah ibadah dan
pelayanan tidak berkenan, itu sama dengan; kota-kotanya sudah hancur -- secara
rohani ---.
5. “Tidak
melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah” Artinya, tidak ada kebebasan untuk
beribadah dan tidak ada kebebasan untuk melayani TUHAN dengan sebebas-bebasnya,
mengapa? Karena masih ada suatu ikatan yang tak suci. Kalau dua kaki terikat,
ia tidak akan bisa melangkah di Bait Suci. Kalau dua tangan terikat, ia tidak
akan dapat mempergunakan dua tangan ini untuk melayani dengan sebebas-bebasnya,
untuk membawa korban persembahan kepada TUHAN.
Itulah
pekerjaan dari pada Herodes, yang adalah gambaran dari Iblis atau Setan.
Tidak bebas beribadah dan melayani kepada TUHAN karena ada suatu ikatan
yang tak suci, jelas hal ini menunjuk kepada; orang yang masih mempertahankan
keakuannya, orang yang masih mempertahankan kebenaran diri sendiri, orang yang
masih mempertahankan harga dirinya, dengan lain kata; belum dilepaskan dari
keakuan, kebenaran diri sendiri, harga diri.
Kalau hal-hal itu semua masih dipertahankan, maka seorang pun tidak akan
bebas untuk melayani TUHAN. Kalau seseorang masih terikat dengan yang tak suci,
maka ia tidak bebas beribadah, tidak bebas melayani TUHAN. Bukankah ini adalah
pekerjaan dari Herodes?
Untuk
pembuktian yang konkret, kita baca kembali peristiwa lahirnya Yesus dalam Injil
Matius 2.
Matius 2:1-3
(2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di
tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke
Yerusalem (2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang
Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan
kami datang untuk menyembah Dia." (2:3) Ketika raja Herodes
mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
Lihat,
reaksi dari pada Herodes setelah mendengar berita lahirnya raja orang Yahudi,
itulah Yesus Kristus, ialah “ … terkejutlah ia (Herodes) beserta
seluruh Yerusalem.” Singkatnya, Herodes dan seluruh Yerusalem terkejut saat
mendengar lahirnya Yesus Kristus, raja orang Yahudi.
-
Herodes adalah gambaran dari Iblis Setan.
-
Yerusalem à Imam-imam kepala, tua-tua, dan ahli-ahli
Taurat = imamat rajani.
Memang,
jikalau seseorang masih mempertahankan harga dirinya, keakuannya, kebenaran
diri sendiri, egosentrisnya, orang semacam ini akan terkejut dan susah menerima
Yesus Kristus, susah menerima kerajaan-Nya sebagai suatu kebenaran yang hakiki
yang seharusnya bertakhta di dalam hati kita masing-masing.
Sekali lagi
saya sampaikan dengan tandas: Herodes serta Yerusalem terkejut mendengar
lahirnya Yesus, sebagai raja orang Yahudi. Mengapa demikian? Jelas, kalau
seseorang masih mempertahankan keakuannya, masih mempertahankan egonya, masih
mempertahankan kebenaran diri sendiri, dan egosentrisnya, maka ia tidak akan
mau menerima Yesus Kristus, serta tidak akan mau menerima kerajaan-Nya sebagai
suatu kebenaran yang harus bertakhta di hatinya. Itulah suatu keadaan dari
orang yang terkejut; susah menerima Yesus, susah menerima kerajaan-Nya, sebagai
suatu kebenaran yang hakiki.
Lihat, si
pencemooh; kalau kebenaran dinyatakan, ia akan berpaling dan tidak akan
memandang ke arah dari mana pernyataan yang baik itu dinyatakan, karena dia
tetap mengeraskan hati. Atau bahkan, mungkin dia terlihat tunduk di depan mata
manusia, dia terus tunduk seolah rendah hati, tetapi sebenarnya ia tidak mau
mengarahkan pandangan hatinya ke arah tujuan yang baik.
TUHAN
merindukan supaya Ia bertakhta di hati kita dan hendaklah kebenaran ada di
dalam hati kita masing-masing, tetapi ternyata, Herodes masih ada,
ikatan-ikatan yang tidak suci itu masih ada, dengan lain kata; masih
mempertahankan keakuan, masih mempertahankan kebenaran diri sendiri, masih
mempertahankan keegoisan. Hal ini menunjukkan bahwa ia “terkejut”, tidak bisa
menerima Yesus Kristus dan kerajaan-Nya sebagai kebenaran yang hakiki.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan CIRI-CIRI TERKEJUT.
Matius
2:7-12
(2:7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil
orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana
bintang itu nampak. (2:8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem,
katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu
dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun
datang menyembah Dia." (2:9) Setelah mendengar kata-kata raja itu,
berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu
mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu
berada. (2:10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah
mereka. (2:11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak
itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat
harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan
dan mur. (2:12) Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan
kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
Dari Matius
2:7-12 ini, jelas kita dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa: Jikalau
seseorang masih mempertahankan takhtanya, keakuannya, harga dirinya, kebenaran
dirinya sendiri, egoisnya, maka ciri-cirinya adalah ia hidup dalam penyembahan
yang palsu.
Tidak
sedikit di antara kita -- sidang jemaat, umat TUHAN, anak-anak TUHAN -- suka
berlutut, tetapi hatinya masih liar seperti binatang buas; itu adalah penyembahan yang palsu.
Mari, kita
belajar dari apa yang TUHAN nyatakan kepada kita malam hari ini. Jangan
keraskan hati, jangan pertahankan harga diri, keakuan, ego dan kebenaran diri
sendiri; biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Saya kira,
firman ini tidaklah keras, karena ini adalah fakta yang harus kita terima,
tidak boleh ditolak. Sebetulnya, yang keras itu adalah hati manusia. Kalau kita
terima firman ini dengan lapang hati, lemah lembut, rendah hati, maka tentu
firman itu akan terasa enak. Yang menjadikan rasanya tidak enak adalah
kekerasan hati, masih mempertahankan takhta, keakuan dan ego. Pendeknya, masih
ada ikatan-ikatan yang tak suci.
Singkatnya;
kalau masih mempertahankan takhta, keakuan, ego dan kebenaran diri sendiri,
menunjukkan bahwa penyembahannya adalah penyembahan palsu.
Pada ayat 8,
Herodes berkata: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak
itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun
datang menyembah Dia” Ini adalah penyembahan palsu.
Berbeda
dengan orang-orang Majus; begitu mereka tiba di tempat bayi Yesus berada, maka
segeralah mereka sujud menyembah Dia -- sesuai dengan misi dan visi dari hidup
gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, di mana TUHAN akan memimpin kehidupan
kita sampai kepada penyembahan yang benar --.
Oleh sebab
itu, dalam penyembahan palsu dari Herodes ini, kita akan lanjut memperhatikan ayat
14-15.
Matius
2:14-15
(2:14) Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak
itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, (2:15) dan
tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang
difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
Itulah
sebabnya Yesus dan Maria, ibu-Nya, harus menyingkir dan tinggal di Mesir hingga
Herodes mati. Kalau kita hidup dalam penyembahan yang palsu karena masih
mempertahankan takhta, keakuan, ego dan kebenaran diri sendiri, maka TUHAN akan
menyingkir dari hidup kita.
Berkali-kali
TUHAN menyingkir dari umat Israel pada zaman itu. Kalau kita melihat dalam Injil
Yohanes 6, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus. Mengapa
demikian? Jelas karena;
-
Mujizat kesembuhan yang terjadi yang telah
dilakukan oleh Yesus.
-
Mujizat yang dilakukan oleh Yesus di mana
Yesus memberi makan 5000 orang dengan lima roti dan dua ikan.
Dan oleh
karena mujizat-mujizat ini, mereka berencana untuk menjadikan Yesus sebagai
Raja. Tetapi, melihat gelagat, melihat keinginan yang licik, TUHAN segera
menyingkir.
Kalau
mengikuti TUHAN hanya sebatas mujizat, maka TUHAN akan menyingkir, Ia tidak
akan mau menjadi Raja. Demikian juga, kalau seseorang masih mempertahankan
takhta, yaitu harga diri, keakuan, kebenaran diri sendiri, ego, maka TUHAN akan
menyingkir, TUHAN tidak mungkin menjadi Raja atas orang yang seperti itu,
sekalipun ia ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Kembali kita
memperhatikan: Yesus dan Maria, ibu-Nya, harus menyingkir dan tinggal di Mesir
hingga Herodes mati; dengan demikian, tergenapilah nubuatan dari nabi Hosea, “Dari
Mesir Kupanggil Anak-Ku”.
Jadi, bukan
“dari Yerusalem Kupanggil Anak-Ku”, bukan, tetapi “dari Mesir Kupanggil
Anak-Ku”. Kalau kita ada di Yerusalem, maka tidak usah dipanggil, tetapi
kalau seseorang jauh dari ibadah dan pelayanan, maka saya harus menghimbau: “Ibadah,
ya …” Saya panggil: “Ayo, ibadah sungguh-sungguh. Jangan keraskan hati.
Jangan banyak tidur, tetapi hai imam-imam, persiapkanlah diri untuk beribadah.”
Saya akan himbau, ibarat dipanggil; dari Mesir -- itulah gambaran dunia
-- Kupanggil Anak-Ku. Tetapi kalau kedudukannya sudah berada di
Yerusalem, maka tidak perlu untuk dipanggil.
Mari kita
lihat NUBUATAN HOSEA, sebagai pembuktiannya.
Hosea 11:1
(11:1) Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia,
dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.
Perikop ayat
ini adalah “Kasih TUHAN mengalahkan kedegilan orang Israel”. Pendeknya, hidup
ini hanya karena kasih TUHAN saja.
“Ketika
Israel masih muda, Kukasihi dia …” Ini adalah pengakuan langsung dari TUHAN
kepada bangsa Israel. Kemudian, TUHAN kembali berkata: “ … dan dari Mesir
Kupanggil anak-Ku itu” Kalau TUHAN mengatakan demikian, berarti TUHAN sudah
melakukannya.
TUHAN sudah
memanggil kita semua dari dunia yang fana sana. Oleh sebab itu, kita patut
bersyukur; biarlah kiranya kita berpadanan dengan panggilan kudus, menghargai
panggilan kudus.
Tadi kita
sudah melihat, betapa hebatnya, betapa herannya kasih TUHAN terhadap umat
Israel, milik kepunyaan-Nya, dan itu dikatakan secara langsung kepada kita sore
hari ini. Namun, kita lihat perkembangan berikutnya; bagaimana bangsa Israel di
hadapan TUHAN, bagaimana kehidupan kita sesudah dipanggil, seperti apa
perkembangan berikutnya?
“Dipanggil”
saja, tentu kita sudah patut bersyukur, tetapi setelah berada dalam panggilan,
seperti apa perkembangan berikutnya? Hal ini harus diperhatikan dan dicamkan
dengan baik-baik; bagaimana perkembangan di dalam panggilan, sebagai kemurahan
TUHAN itu?
Hosea 11:2
(11:2) Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka
itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan
membakar korban kepada patung-patung.
“Makin
Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku” Bukankah ini
adalah hal yang aneh? Kemudian, ada yang luar biasa: “ … mereka
mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada
patung-patung.”
Kalau sudah
begini, maka sudah tentu hati TUHAN sangatlah hancur.
Lihat, dalam
perkembangannya; Makin dipanggil, Israel justru makin menjauh dari hadapan
TUHAN. Jangan sampai ketika kita semakin dipercayakan suatu ibadah,
dipercayakan suatu pelayanan, namun justru semakin jauh karena kejahatan,
semakin jauh karena banyaknya pelanggaran, semakin jauh karena dosa yang
disengaja, maupun kenajisan-kenajisan yang disengaja.
Bayangkan,
itulah perkembangan berikutnya yang terjadi. Coba, jika hal ini direnungkan,
tentu kita tahu jawabannya, yaitu hati TUHAN hancur.
Semakin
dipanggil, tetapi kok justru semakin jauh; apa maksudnya? Semakin
dipercaya ibadah, tetapi justru semakin jauh. Semakin dipercaya pelayanan
sesuai karunia-karunia -- entah itu satu talenta, atau dua talenta, atau lima
talenta --, tetapi kok semakin jauh, semakin terpisah karena dosa
kejahatan, pelanggaran, kesalahan-kesalahan lainnya yang disengaja?
Bayangkan,
itulah perkembangan berikutnya. Ibaratnya; seorang anak dari lahir, kecil,
semakin beranjak remaja, semakin beranjak muda, semakin berkembang, tetapi
justru semakin jauh dari orang tuanya; maka sudah barang tentu hati orang tua
pasti hancur. Demikian juga, kalau saudara merenungkannya, maka saudara pasti
tahu jawabannya; hati TUHAN hancur.
Sampai
akhirnya, di sini dikatakan; praktek jauh dari TUHAN adalah jatuh dalam dosa
penyembahan berhala, sebab mereka mempersembahkan korban kepada para Baal,
dan membakar korban kepada patung-patung.
Berhala,
artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN, misalnya;
- Rela meninggalkan ibadah dan pelayanan
hanya karena perkara-perkara lahiriah, karena pekerjaan, karena
kesibukan-kesibukan, karena harta, uang, dan lain sebagainya; itu adalah
berhala.
-
Dan kekerasan hati, itu juga merupakan
berhala.
-
Kemudian kebenaran diri sendiri, itu juga
merupakan berhala.
Perhatikan
pada ayat berikutnya …
Hosea 11:3
(11:3) Padahal Akulah yang mengajar Efraim
berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf,
bahwa Aku menyembuhkan mereka.
TUHAN
berkata: “Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka
di tangan-Ku …”
Perjalanan
di padang gurun adalah perjalanan di luar kemampuan manusia daging. Pada saat
kita berjalan mengikuti TUHAN di luar kemampuan daging, dan kita tidak mampu
menempuhnya, maka yang dibutuhkan hanya satu, yaitu mengangkat dua tangan,
artinya; menyerah saja. Pada saat kita mengangkat dua tangan sebagai tanda
penyerahan diri kepada TUHAN, maka pada saat itulah TUHAN turun tangan untuk
mengajar kita. Seperti itulah TUHAN mengajar mereka dari sejak semula; untuk
berjalan, TUHAN yang mengajar.
Semua
pergumulan, semua persoalan-persoalan yang kita hadapi di bumi ini, sebetulnya
itu semua merupakan perjalanan di luar kemampuan daging. Tetapi kalau sampai
hari ini kita bisa melewati semua itu, tentu itu karena TUHAN yang mengajar
kita dengan dua tangan-Nya. Janganlah kita tidak mau mengakui-Nya.
Dalam
keadaan kita tertatih-tatih untuk melewati semua perjalanan pergumulan ini,
lalu kita angkat tangan, maka TUHAN turun tangan; itu sebabnya TUHAN berkata: “Akulah
yang mengangkat mereka di tangan-Ku”.
TUHAN yang
mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka dengan tangan-Nya sendiri,
tetapi Efraim tidak mau insaf, bahwa TUHAN juga menyembuhkan mereka.
Menyembuhkan,
berarti; segala sakit penyakit disembuhkan, baik lahir maupun batin.
-
Kalau ada suatu masalah yang disimpan dalam
hati, itu adalah penyakit.
-
Kalau dosa disembunyikan, itu juga
penyakit.
-
Tumbuh akar pahit, itu juga penyakit.
-
Ada kekecewaan, itu juga penyakit.
-
Dendam, dengki, iri, itu semua adalah
penyakit rohani di dalam batin.
Hal-hal yang
semacam itu, TUHAN yang menyembuhkan. Dahulu kita tidak mengerti mengampuni
orang lain, dahulu kita tidak mengerti mengasihi orang lain yang berbuat dosa
kepada kita; tetapi sekarang TUHAN memberikan kita pengertian, sehingga kita
mampu melakukannya, tanda bahwa TUHAN yang menyembuhkan.
Tetapi di
sini kita memperhatikan: “Efraim tidak mau insaf” Artinya, masih terus
melakukan dosanya, terus mengulangi kesalahan yang sama; itulah maksud dari
“tidak mau insaf”. Bayangkan, demikianlah perkembangan berikutnya; TUHAN sudah
sembuhkan, tetapi tidak insaf-insaf juga.
Hosea 11:4
(11:4) Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan,
dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari
tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan.
TUHAN Yesus
itu baik sekali; dengan dua tangan-Nya, TUHAN menarik bangsa Israel dekat
kepada TUHAN. Dua tangan TUHAN yang kuat merupakan gambaran dari “tali
kesetiaan dengan ikatan kasih.”
Kemudian,
bagi mereka, TUHAN seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka.
Mengapa harus tulang rahang mereka? Bayangkan, ini diumpamakan seperti beban
yang diletakkan di tangan kanan dan di tangan kiri. Kemudian, masih ada beban,
lalu ditaruh di pundak kanan; masih juga ada beban, lalu ditaruh di pundak kiri;
masih juga ada beban yang tidak selesai-selesai, lalu ditaruh di kepala; masih
juga ada beban, lalu dipikul di pundak; masih juga ada beban, maka terpaksa
ditaruh di tulang rahang, diikatkan di tulang rahang. Kalau sudah seperti ini,
apa yang bisa kita perbuat? Tentu kita tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi pada
saat itu, TUHAN berkata: “Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk
dari tulang rahang mereka” = suatu pergumulan yang sangat susah
diselesaikan.
Kemudian, “Aku
membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan” Tidak berhenti hanya
sebatas menyelesaikan pergumulan yang mustahil, tetapi TUHAN juga membungkuk
kepada mereka untuk memberi mereka makan. Kalau TUHAN Yesus tidak turun ke
dunia orang mati di atas kayu salib, lalu memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di
atas kayu salib, maka kita tidak mungkin makan dan kenyang.
Haleluya …
TUHAN Yesus baik; dua tangan TUHAN yang kuat merupakan tali kesetiaan dengan
ikatan kasih. Masih maukah saudara menganggap sepi kebaikan dan kemurahan TUHAN
semacam ini? Hal ini tidak cukup dijawab dengan kata-kata, tetapi praktekkan di
dalam diri kita masing-masing, dihadapan Tuhan.
Hosea 11:5-6
(11:5) Mereka harus kembali ke tanah Mesir, dan
Asyur akan menjadi raja mereka, sebab mereka menolak untuk bertobat. (11:6)
Pedang akan mengamuk di kota-kota mereka, akan memusnahkan palang-palang pintu
mereka, dan akan memakan mereka di benteng-benteng mereka.
Tadi kita
sudah melihat pada ayat 1, “dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu”,
tetapi perkembangan berikutnya; dari lahir, remaja, muda, tidaklah benar.
Akhirnya, mereka harus kembali ke tanah Mesir.
Siapa yang
sudah dipanggil, tetapi ingin kembali ke dunia? Sebaliknya, siapa yang sudah
dipanggil oleh TUHAN, tetapi ingin tetap bertahan di dalam TUHAN? Bertahanlah
jika saudara ingin bertahan.
Seorang anak
muda yang dikirim dari daerah Sumatera Utara, dulu pekerjaannya adalah pemanjat
pohon jengkol, tetapi sekarang dipanggil TUHAN. Dan ada juga pemuda yang dari
gunung-gunung, TUHAN bawa ke tempat ini, dipanggil oleh TUHAN. Apakah saudara
ingin kembali ke gunung-gunung, ingin kembali lagi menjadi tukang pemanjat
jengkol, ingin kembali lagi ke dunia? Ada juga yang latar belakangnya dari
seorang rentenir; apakah ingin kembali lagi menjadi rentenir?
Tetapi di
sini kita melihat; mereka harus kembali ke tanah Mesir sebagai konsekuensi
perbuatan-perbuatan mereka yang begitu jahat sekali, tidak mau insaf, tidak mau
bertobat, tidak mau berubah dari kesalahannya.
Kemudian “Asyur
akan menjadi raja mereka” Artinya, mengalami penindasan-penindasan,
termasuk ditindas dalam hal ekonomi. Itulah Asyur, di mana bangsa Israel harus
memberikan upeti kepada Asyur.
“… sebab
mereka menolak untuk bertobat …” Jika tidak mau insaf, tidak mau bertobat,
diperbudak dosa, tanpa hari perhentian, jauh dari ibadah pelayanan, sehingga
konsekuensinya adalah kembali ke Mesir dan Asyur akan menjadi raja mereka.
Kemudian, “Pedang
akan mengamuk di kota-kota mereka …” Artinya, ada di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan, tetapi terus menerus terjadi perselisihan, tidak berhenti dari
perselisihan demi perselisihan.
Selanjutnya,
“akan memusnahkan palang-palang pintu mereka”, berarti; tanpa
pertahanan, tanpa pembelaan, tanpa support (dukungan).
Sampai
akhirnya “ … dan akan memakan mereka di benteng-benteng mereka”,
berarti; binasa. Benteng-benteng mereka tidak dapat menolong mereka, sampai
akhirnya binasa. Seringkali kita gunakan harta, uang, jabatan, kedudukan,
kekuasaan, dan apapun yang kita miliki sebagai benteng, tetapi di sini kita
melihat; sampai binasa di benteng-benteng mereka.
Sesungguhnya,
yang benar ialah Yesus adalah gunung batu yang teguh; Dialah kota benteng kita
yang teguh.
Hosea 11:7
(11:7) Umat-Ku betah dalam membelakangi Aku;
mereka memanggil kepada Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku.
Lihat dan
perhatikan pernyataan TUHAN pada ayat 7 ini: “Umat-Ku betah dalam membelakangi
Aku” Umat TUHAN betah dalam membelakangi TUHAN, terus saja menikmati
dosanya, terus saja menikmati kesalahannya, dan dia betah di situ.
Sampai
akhirnya “mereka memanggil kepada Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku”
Saat mereka memanggil kepada Baal, hidup dalam penyembahan berhala, akhirnya
mereka berhenti meninggikan nama TUHAN.
Banyak orang
Kristen betah meninggalkan TUHAN, betah membelakangi TUHAN, betah dengan
dosanya, betah dengan kesalahannya, betah dengan kefasikannya, betah dengan pelanggarannya,
betah dengan kenajisannya. Jangankan membelakangi TUHAN, membelakangi isteri
saja rasanya tidak enak; apalagi isteri membelakangi suami, rasanya tidak enak.
Kita bisa
berjalan di muka atau di depan orang yang kita pandang hormat di dunia dengan
merendahkan diri, tetapi di sini bangsa Israel betah sekali membelakangi TUHAN,
tanpa ada rasa sungkan-sungkannya sedikitpun.
Inilah
perkembangan selanjutnya, padahal sebetulnya Tuhan telah berkata: “dari
Mesir Kupanggil anak-Ku itu”.
Jadi, apapun
pergumulan yang kita hadapi, apa yang kita alami sampai saat ini, semuanya
telah dialami oleh Yesus Kristus di atas kayu salib; itu artinya, Dia
menyingkir ke Mesir.
Hosea 11:8-9
(11:8) Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim,
menyerahkan engkau, hai Israel? Masakan Aku membiarkan engkau seperti Adma,
membuat engkau seperti Zeboim? Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku
bangkit serentak. (11:9) Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang
bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah
dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk
menghanguskan.
Tetapi
lihatlah, persis seperti judulnya; kasih Tuhanlah yang mengalahkan kedegilan
orang Israel.
Tadi,
perkembangan berikutnya telah TUHAN tunjukkan lewat pemaparan firman sore ini,
dan kita sudah melihat dengan jelas, di mana Efraim (Israel) tidak bertobat,
tidak mau insaf, betah membelakangi TUHAN. Tetapi lihatlah, pada ayat 8:
“Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak” Hati
TUHAN berbalik, diri TUHAN berbalik, sekaligus bersama dengan belas kasihan-Nya
dinyatakan kepada bangsa Israel dalam suasana kedegilan.
Tidak
berhenti sampai di situ, pada ayat 9, TUHAN berkata: “Aku tidak akan
melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu”, artinya; tidak akan
membinasakan Efraim dalam kedegilannya.
Mengapa
TUHAN menyatakan berbalik kepada Efraim, kepada Israel, disertai dengan belas
kasihan? Lihat dan perhatikan jawaban yang pasti dari TUHAN: “Aku ini Allah
dan bukan manusia” Kalau manusia; ia selalu membelakangi TUHAN, tidak mau
insaf, tidak mau bertobat. Kalau manusia; kebenciannya terus dipertahankan,
amarahnya terus dipertahankan, kebenciannya tidak berkesudahan. Tetapi TUHAN
itu bukan manusia, TUHAN kita adalah Allah yang kudus, yang ada di
tengah-tengah kita sore hari ini. TUHAN tidak datang di tengah perhimpunan
ibadah sore hari ini untuk menghanguskan, tetapi Dia datang untuk menyelamatkan
kehidupan kita. Belas kasihan TUHAN mengalahkan kedegilan. Kemurahan
TUHAN yang sanggup menolong kita semua.
Tidak ada
maksud untuk menunjukkan apapun yang saya perbuat sampai saat ini; tetapi
sebagai seorang hamba TUHAN, yang sudah menerima jabatan gembala, dengan
meterai sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN, saya mau belajar untuk
bertanggung jawab, saya mau belajar untuk memperhatikannya. Sekecil apapun itu,
saya buktikan bukan di hadapan manusia, tetapi di hadapan TUHAN langsung. Kalau
saya membuktikan kepada manusia, justru nanti bisa hanya menyombongkan diri;
oleh sebab itu, saya belajar untuk memperhatikan hal sekecil apapun dan itu
saya buktikan kepada TUHAN.
Tetapi
terkadang, manusia daging ini tidak tahu bersyukur, sehingga betah membelakangi
TUHAN, tetap dengan jurang pemisah oleh karena tabiat daging bagaikan binatang
buas; liar, tidak terkendali.
Bagaimana
kalau di pihak kita ada orang yang melakukan hal seperti itu? Kita sudah tolong
sampai jerih payah, sampai jungkir balik, tetapi ternyata orang itu tidak tahu
bersyukur.
Luar biasa
belas kasihan TUHAN kepada kita. Sekalipun kita betah membelakangi TUHAN,
tetapi TUHAN tetap nyatakan belas kasih-Nya. Mengapa? Karena TUHAN bukan
manusia, TUHAN itu yang kudus di tengah-tengah kita. Sore ini Dia tidak datang
untuk menghanguskan, tetapi Dia datang untuk menyatakan belas kasih-Nya. TUHAN
mau membawa kita dengan dua tangan TUHAN yang kuat, dengan kesetiaan dan tali
kasih sayang TUHAN Yesus Kristus.
Adakah
saudara merenungkan kebaikan TUHAN? Adakah saudara merasakan apa yang menjadi
pergumulan TUHAN sampai hari ini? Kalau saudara merasakan apa yang menjadi
pergumulan TUHAN, maka saudara tidak akan tega berbuat dosa, tidak akan tega
membelakangi TUHAN, tidak tega berbuat zinah baik lahir maupun batin, tidak
tega untuk sibuk dengan keinginan daging masing-masing, kalau memang
betul-betul merenungkan kebaikan TUHAN. Tetapi seringkali kita bermasa bodo;
sudah degil, lalu masa bodo, tidak peduli dengan pekerjaan TUHAN, tidak peduli
dengan ibadah pelayanan, tidak peduli dengan apa yang sudah kita terima dari
TUHAN.
Bukankah Dia
mengajar kita untuk berjalan dengan dua tangan-Nya? Kalau sampai hari ini kita
masih ada, itu karena dua tangan TUHAN; betul-betul tidak terselami dengan akal
pikiran manusia.
Ulangan 29:1
(29:1) Inilah perkataan perjanjian yang diikat
Musa dengan orang Israel di tanah Moab sesuai dengan perintah TUHAN, selain
perjanjian yang telah diikat-Nya dengan mereka di gunung Horeb.
Perjanjian
bangsa Israel di gunung Horeb di hadapan TUHAN adalah kami mau melakukan
perintah TUHAN, kami mau beribadah kepada TUHAN; itulah perjanjian bangsa
Israel yang sudah diikatkan dengan TUHAN.
Tetapi
selain perjanjian di gunung Horeb itu, ada perjanjian kembali yang dibuat oleh
TUHAN karena mereka sudah melakukan kesalahan di Moab, di mana bangsa Israel
telah berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, juga menyembah Baal-Peor ketika
berkemah di Moab. Itu sebabnya kembali diadakan perjanjian baru.
TUHAN itu baik.
TUHAN terus membuat perjanjian-perjanjian yang baru. Bangsa Israel melanggar
perjanjian yang pertama, TUHAN terus membuat perjanjian-perjanjian yang baru;
TUHAN itu baik, TUHAN tidak ingat kesalahan kita.
Itulah
awalnya; di mana TUHAN kembali membuat perjanjian baru dengan bangsa Israel,
setelah bangsa Israel melakukan kesalahan di hadapan TUHAN. Mari kita
perhatikan akhirnya pada ayat 29.
Ulangan
29:28-29
(29:28) TUHAN telah menyentakkan mereka dari tanah
mereka dalam murka dan kepanasan amarah dan gusar-Nya yang hebat, lalu
melemparkan mereka ke negeri lain, seperti yang terjadi sekarang ini. (29:29) Hal-hal yang tersembunyi ialah
bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi
anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan
hukum Taurat ini."
Lihat, hal-hal
yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita. Artinya, tidak tersembunyi
pikiran-pikiran TUHAN, tidak terselami akal dan pikiran TUHAN -- seperti yang
telah TUHAN nyatakan di dalam nubuatan Hosea 11 tadi -- sekalipun bangsa
Israel membelakangi TUHAN. Tetapi dengan kasih setia, dengan segala kebaikan
dan kemurahan-Nya tetap mengingat kembali Efraim dan Israel; Dia tidak datang
untuk menghanguskan mereka, sehingga jelas di sini dikatakan: “Hal-hal yang
tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita”, tidak terselami jalan-jalan
TUHAN, tidak terselami pikiran TUHAN, tidak terselami hati-Nya TUHAN,
sebagaimana kemurahan-Nya tadi dinyatakan dalam nubuatan Hosea 11.
Kemudian, di
sisi yang lain; “tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi
anak-anak kita sampai selama-lamanya”, tujuannya; “supaya kita melakukan
segala perkataan hukum Taurat”, melakukan perintah TUHAN.
Hal-hal yang
dinyatakan adalah bagi kita; TUHAN sudah nyatakan kasih-Nya, TUHAN sudah
nyatakan kemurahan-Nya. Untuk apa? Supaya kita melakukan perintah TUHAN, taurat
TUHAN.
Kita sudah
lihat tadi; bagaimana TUHAN kembali membuat perjanjian yang baru setelah
perjanjian yang pertama diingkari oleh bangsa Israel. Artinya, TUHAN itu sabar;
sekalipun salah, tetapi TUHAN tetap sabar, sehingga jelas hal-hal yang
tersembunyi adalah bagi TUHAN, Allah kita. Tidak terselami jalan TUHAN. Tidak
terselami pikiran TUHAN. Tidak terpikirkan segala kemurahan yang sudah
dinyatakan oleh TUHAN dan pengampunan-Nya. Tetapi sebaliknya; hal-hal yang
dinyatakan ialah bagi kita, bagi anak-anak kita, sampai selama-lamanya. TUHAN
sudah menyatakan kasih-Nya, kemurahan-Nya, belas kasih-Nya; TUHAN sudah
mengulurkan dua tangan-Nya kepada kita.
TUHAN sudah
mengerjakan hal-hal yang baik supaya kita boleh berjalan melewati semua
pergumulan-pergumulan di atas muka bumi ini; hal-hal itu sudah dinyatakan,
tujuannya supaya kita betul-betul melakukan Firman TUHAN. Kalau TUHAN sudah
menolong kita, ayo, sebaliknya dari sisi kita; lakukanlah apa yang TUHAN mau.
Kita kembali
untuk memperhatikan Hosea 11.
Hosea 11:10
(11:10) Mereka akan mengikuti TUHAN, Ia
akan mengaum seperti singa. Sungguh, Ia akan mengaum, maka anak-anak akan
datang dengan gemetar dari barat, (11:11) seperti burung dengan gemetar
datang dari Mesir, dan seperti merpati dari tanah Asyur, lalu Aku akan menempatkan
mereka lagi di rumah-rumah mereka, demikianlah firman TUHAN.
Lewat
pembukaan Firman TUHAN yang dinyatakan sore hari ini, maka anak-anak akan
datang dengan gemetar dari barat.
“Dari
barat”, menunjuk kepada; mereka yang sudah di tengah ibadah dan pelayanan; oleh
sebab itu, biarlah tetap dalam keadaan takut dan gentar datang ke hadapan
Tuhan. Takut akan TUHAN, berarti; benci kejahatan, kecongkakan, dan dosa-dosa,
di mana gambarannya adalah;
1. seperti
burung dengan gemetar datang dari Mesir.
2. seperti
merpati dari tanah Asyur.
Dan pada
akhirnya, TUHAN menempatkan mereka lagi; kembali dipercayakan segala sesuatu
kemurahan-Nya di dalam rumah TUHAN. Itulah panjang sabarnya TUHAN; Dia tidak
segera menghukum, menghanguskan dan membinasakan kita.
Amos 3:4-5
(3:4) Mengaumkah seekor singa di hutan, apabila
tidak mendapat mangsa? Bersuarakah singa muda dari sarangnya, jika belum
menangkap apa-apa? (3:8) Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut?
Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
“Mengaumkah
seekor singa di hutan, apabila tidak mendapat mangsa? Bersuarakah singa muda
dari sarangnya, jika belum menangkap apa-apa?” Oleh sebab itu, TUHAN tidak
berhenti membukakan firman-Nya pada sore malam hari ini. Dia tidak berhenti
untuk membukakan firman-Nya sebelum kita berubah, sebelum masalah selesai
dengan tuntas; biarlah kita bersyukur akan hal itu.
“Singa
telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah
yang tidak bernubuat?” Tugas nabi adalah bernubuat, menyingkapkan segala
rahasia yang terselubung, sama dengan; dosa dibongkar dengan tuntas. Berarti,
semua persoalan terselesaikan, semua pergumulan terselesaikan.
Selama
pergumulan kita belum selesai, TUHAN tidak berhenti membukakan firman-Nya bagi
kita; Dialah singa dari suku Yehuda yang selalu mengaum, membukakan firman-Nya
sampai masalah selesai, sebab dosa dibongkar dengan tuntas.
Selanjutnya,
barulah akhirnya kita dapat melihat, bahwa; benar, apa yang dituliskan oleh Injil
Matius 2:15, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku”; ini adalah penggenapan
nubuatan dari Hosea 11:1.
Kalau
dikaitkan dengan Wahyu 12:5, “tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan
dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Maka, ayat ini sangat sinkron
sekali dengan orang Majus; setelah melihat bintangnya yang menuntun mereka
sampai tiba di tempat di mana Yesus dilahirkan, lalu sujudlah mereka menyembah
dan mempersembahkan korban.
Jadi, sangat
sinkron sekali; Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku untuk memimpin kehidupan
kita, untuk memimpin kehidupan gereja TUHAN sampai dibawa kepada penyembahan
yang benar, seperti Anak laki-laki yang dilahirkan itu dirampas dan dibawa ke
takhta-Nya.
Saya sangat
bahagia sekali menyampaikan hal ini, karena TUHAN menyampaikan hal ini bukan
semata-mata karena kekuatan saya, semata-mata bukan karena pengertian saja,
tetapi jelas TUHAN mengaum dari gunung Sion untuk memimpin kehidupan gereja
TUHAN untuk dibawa sampai kepada penyembahan yang benar.
Hal ini sama
dengan “tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke
takhta-Nya” Persis seperti yang dialami oleh orang Majus; begitu tiba di
tempat Yesus dilahirkan, mereka langsung menyembah Dia, membawa korban dan
persembahan; itulah “dari Mesir Kupanggil Anak-Ku”. Itu sebabnya, tadi
saya katakan: Anak laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan itu bukanlah TUHAN
Yesus Kristus.
Jadi, inilah
penggenapan “dari Mesir Kupanggil Anak-Ku”, di mana persamaannya adalah
“tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke
takhta-Nya”. Lalu, apa wujudnya? Apakah Yesus yang melakukan itu? Sementara
gereja TUHAN yang sempurna disingkirkan ke padang belantara, lalu siapakah ini
dan apa wujudnya?
Kita akan
melihat dalam Wahyu 8.
Wahyu 8:3-6
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan
ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya
diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka
naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
malaikat itu ke hadapan Allah. (8:5) Lalu malaikat itu mengambil
pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi.
Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi. (8:6)
Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk
meniup sangkakala.
Yesus, Imam
Besar, memimpin doa penyembahan dari orang-orang kudus, bagaikan asap
kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu
ke hadapan Allah. Yesus, Imam Besar, memimpin hidup gereja TUHAN sampai
kepada penyembahan yang benar, bagaikan asap dupa yang naik di hadirat TUHAN --
karena gereja TUHAN yang sempurna masih di padang belantara, sementara Anak
laki-laki yang dilahirkan itu sudah dirampas ke takhta Allah --. Jadi,
tergenapilah “dari Mesir Kupanggil Anak-Ku”.
Apa yang
sedang kita alami sekarang, apa yang sedang kita hadapi, semuanya sudah dialami
oleh Yesus dan sudah ditanggung di atas kayu salib, sampai pada akhirnya
kehidupan rohani dari gereja TUHAN dipimpin sampai kepada penyembahan yang
benar.
Itu
sebabnya, kalau kita perhatikan Ibrani 9 …
Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu
bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti
sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
Bagian yang
paling depan, di situ terdapat KAKI DIAN dan MEJA ROTI SAJIAN; bagian itu
disebut tempat yang kudus atau Ruangan Suci, itulah Tabernakel di bumi yang
dibangun oleh Musa.
Sebetulnya,
ada satu alat lagi, itulah yang disebut Mezbah Dupa; tetapi di sini, apa yang
dituliskan oleh Rasul Paulus kepada orang Ibrani, tidak terdapat Mezbah Dupa
Emas.
Ibrani 9:3-4
(9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat
suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ
terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang
seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan
buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh
batu yang bertuliskan perjanjian,
Seharusnya,
kalau menurut Tabernakel Musa, di dalam Ruangan Maha Suci hanya terdapat tabut
perjanjian. Tetapi menurut apa yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada orang
Ibrani, di dalam Ruangan Maha Suci terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas
= tiba-tiba dirampas ke takhta Allah.
Jadi, sudah
sangat jelas; Yesus, Imam Besar, Dia memimpin hidup gereja TUHAN dalam
penyembahan yang benar, bagaikan Anak laki-laki yang dirampas sampai ke
takhta-Nya; itulah nubuatan Hosea “dari Mesir Kupanggil Anak-Ku”.
Memang,
bangsa Israel dan Efraim pernah jatuh dalam dosa -- menurut perkembangan
selanjutnya --, tetapi oleh belas kasihan TUHAN mengalahkan segala kedegilan
hati dari pada Efraim dan Israel.
Lalu,
mengapa hal ini -- mezbah pembakaran ukupan ada di Ruangan Maha Suci --
dituliskan oleh Rasul Paulus kepada orang Ibrani? Kalau secara logika, mungkin
kita akan berpikiran dan berkata bahwa hal ini adalah suatu kesalahan, sebab
tidak sesuai dengan apa yang dilihat oleh Musa di atas gunung Sinai, gunung
Horeb, gunung TUHAN.
Seolah-olah
apa yang dilihat oleh Musa dan Rasul Paulus ini tidak sinkron dan bertolak
belakang. Oleh sebab itu, mari kita perhatikan dan temukan jawabannya di dalam 2
Korintus.
2 Korintus
12:2-4
(12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat
belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar
tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat
ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang
itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia
mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Kalau Rasul
Paulus menuliskan perkara Ibrani 9:2-4, itu karena sesuai dengan apa
yang dia lihat di sorga. Ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga
dari sorga, di Firdaus, di situlah dia melihat perkara-perkara itu semua.
Maka, sangat
sinkronlah: “tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan
ke takhta-Nya”.
Apa wujud
dari “Anak laki-laki”? Apakah Yesus kembali melakukan hal yang sama? Tidak
mungkin. Lalu, apakah itu mempelai perempuan yang sempurna? Itu juga tidak
mungkin.
Yang pasti,
itulah hidup rohani gereja TUHAN yang dipimpin oleh Imam Besar untuk
dibawa sampai kepada penyembahan yang benar; dari Mesir Kupanggil
Anak-Ku untuk memimpin kehidupan dari gereja TUHAN untuk selanjutnya dibawa
kepada penyembahan yang benar.
Inilah hal
yang sangat saya syukuri di hadapan TUHAN; hal-hal yang tersembunyi adalah bagi
TUHAN. Tetapi hal-hal yang dinyatakan adalah bagi kita, bagi anak-anak cucu
kita semua, supaya apa? Supaya kita setia melakukan Firman TUHAN.
Inilah hasil
penyembahan di kaki salib; tidak cukup dua tiga jam, tetapi berjam-jam. Apakah
saudara mau menghargai korban Kristus? Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan
baik.
Dia datang
bukan untuk menghanguskan kita dalam api neraka, tetapi TUHAN mau menyatakan
belas kasihan-Nya supaya kita berubah dari kedegilan, supaya tidak keras hati,
tidak lagi membelakangi TUHAN, tidak betah meninggalkan TUHAN. Setelah kita
mengenang kebaikan TUHAN ini, apakah masih tetap keras hati; apakah tidak bisa
hancur lagi hati ini; apakah tidak bisa berubah lagi dari kekerasan hati? Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment