IBADAH RAYA
MINGGU, 05 JULI 2020
WAHYU PASAL
12
(Seri: 12)
Subtema: DEKAT DENGAN TUHAN,
MENYINGKIR DARI DUNIA
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, kepada Allah kita yang hidup, yang
telah memberi kesempatan kepada kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah
Raya Minggu disertai kesaksian pada sore hari ini. Biarlah damai sejahtera
kiranya memenuhi ruangan hati kita dan ruangan gedung gereja ini.
Saya juga
tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan
kemurahan dari TUHAN, supaya kiranya TUHAN memberikan, TUHAN membukakan
firman-Nya bagi kita; itulah yang kita doakan saat ini.
Segera saja
kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian
dari Wahyu 12. Pada kesempatan sore hari ini kita akan memasuki Wahyu
12:6, tetapi saya merasa penting untuk kembali membaca ayat 5.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak
laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi;
tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Gereja TUHAN
yang sempurna atau mempelai TUHAN melahirkan seorang Anak laki-laki.
Pada minggu
yang lalu, telah dijelaskan tentang Anak laki-laki tersebut, bahwa sesungguhnya
itu bukanlah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus. Tetapi yang pasti, Anak
laki-laki tersebut;
Yang
Pertama: “ … Akan menggembalakan semua bangsa
dengan gada besi …”
Selain Anak
laki-laki yang dilahirkan oleh gereja TUHAN yang sempurna, ada dua lagi yang
akan menggembalakan dengan gada besi, antara lain;
1. Orang-orang yang menang dan orang-orang
yang melakukan pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya. Hal ini dituliskan dalam Wahyu
2:26-27.
2. Yang Setia dan Yang Benar. Hal ini ditulis
dalam Wahyu 19:11,15.
Kesimpulannya:
Menggembalakan bangsa-bangsa dengan tongkat besi adalah tugas dari Anak
laki-laki yang dilahirkan oleh gereja TUHAN, yang dilahirkan oleh mempelai
TUHAN, supaya bangsa-bangsa “mengalami pembaharuan”, sebab tongkat besi
akan menghancurkan, meremukkan tembikar tukang periuk. Tembikar daging ini
memang harus dihancurkan. Malam hari ini kita datang di tengah-tengah
perhimpunan Ibadah Raya Minggu tujuannya supaya tembikar daging ini dihancurkan
oleh Firman Allah, sehingga manusia daging berubah menjadi manusia rohani.
Tetapi tidak
hanya berhenti sampai di situ, selain mengalami pembaharuan, juga “menerima
bintang Timur”, yang kegunaannya adalah senantiasa mengarahkan
bangsa-bangsa kepada keselamatan, menjadi petunjuk untuk membawa kita sampai
kepada TUHAN, sampai kepada keselamatan. Biarlah kiranya bintang Timur terbit
bersinar di dalam hati kita, sehingga menjadi bintang Timur yang gilang gemilang,
menjadi petunjuk untuk membawa kita sampai kepada keselamatan; hal ini dapat
diperhatikan dan dibaca di dalam Mazmur 2:8-9, serta Wahyu 2:27-28.
Itu sedikit
penjelasan dengan singkat tentang Wahyu 12:5, supaya tetap ada di dalam
ingatan kita masing-masing. Biarlah pada akhirnya kita betul-betul menjadi
suatu kehidupan yang dimeteraikan oleh TUHAN Yesus Kristus, milik kepunyaan
Allah, berarti di dahi ini tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Kita kembali
membaca Wahyu 12:5.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka
ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa
dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada
Allah dan ke takhta-Nya.
Jadi, Anak
laki-laki -- yang dilahirkan oleh gereja TUHAN atau mempelai perempuan TUHAN --
itu bukanlah pribadi TUHAN Yesus Kristus. Tetapi yang pasti, Anak laki-laki
tersebut;
Yang Kedua: “ … Tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan
dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.”
Dirampas,
berarti; diambil dengan paksa, dengan lain kata; direbut. Untuk apa? Untuk
dibawa lari ke Allah dan ke takhta-Nya.
Dari semua
perkara di bumi ini hanya ada satu perkara yang dapat menembus hingga sampai ke
takhta Allah, itulah asap dupa kemenyan. Pendeknya, hanya ada satu cara untuk
merampas kehidupan kita dari dunia yang fana ini untuk merampas kita dari api
neraka, yaitu; lewat doa penyembahan.
Sebagai ayat
referensinya, antara lain; Wahyu 8:3-4, Wahyu 5:8-9.
Biarlah
kiranya Wahyu 12:5 ini betul-betul termeterai di dahi kita semua sebagai
tanda milik kepunyaan Allah sendiri, itulah mempelai TUHAN.
Selanjutnya,
kita akan bergerak melangkah dengan pasti untuk melihat ayat berikutnya, itulah
ayat 6.
Sebelum saya
sampaikan lebih jauh, perlu saya nyatakan saat ini juga: Jikalau TUHAN membawa
kita sampai berada pada Wahyu 12:6, tentu itu karena kemurahan TUHAN.
Biarlah hidup rohani kita bergerak melangkah maju terus sampai Yerusalem Baru.
Wahyu 12:6
(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun,
di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara
di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
“Perempuan
itu” -- berarti gereja TUHAN yang sempurna,
itulah mempelai TUHAN -- lari ke padang gurun, ke suatu tempat yang
disediakan Allah baginya. Tujuan lari ke padang gurun adalah supaya mendapatkan
“pemeliharan langsung dari TUHAN” selama 1.260 (seribu dua ratus enam
puluh) hari -- sama dengan 42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan 3.5 (tiga
setengah) tahun.
Terkait dengan
PEMELIHARAAN LANGSUNG DARI TUHAN, hal itu dapat kita pelajari dari keberadaan
bangsa Israel dan Yusuf ketika di Mesir. Mari kita berangkat memperhatikan hal
ini dalam Kejadian 45.
Kalau TUHAN
suruh kita berangkat, maka biarlah kita berangkat; kalau TUHAN suruh kita maju,
maka kita biarlah maju; sambil kita memikul Tabut Perjanjian. Oleh sebab itu,
dengarlah bunyi dua nafiri dari perak yang ditiup.
Kejadian
45:8
(45:8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke
sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa
bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh
tanah Mesir.
Inilah
perkataan Yusuf kepada 11 (sebelas) saudaranya yang lain: “ … bukanlah kamu
yang menyuruh aku ke sini (ke Mesir) …” Pelajaran ini sudah kita lihat
lewat Study Yusuf sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja;
bagaimana perjalanan proses rohani Yusuf sampai tiba di Mesir, jelas karena
rencana TUHAN sedang berlangsung atas kehidupan dari pada Yusuf. Tidak sedikit
Yusuf harus melewati jalan salib;
-
Yang pertama; Yusuf harus dibuang ke sumur --
itulah pengalaman kematian ---, dan dia harus mengorbankan jubah yang maha
indah -- itulah karunia-karunia Roh Kudus.
-
Yang kedua; Yusuf dilemparkan ke dalam penjara
tanpa salah -- itu juga merupakan pengalaman kematian --, dan pada saat itu
Yusuf harus mengorbankan pakaiannya -- itulah kebenaran --, karena kebenaran
itu sudah dirampas oleh isteri Potifar.
Lewat “dua kali”
pengalaman kematian yang dialami Yusuf, menunjukkan bahwa pengalaman kematian
itu sudah mantap di dalam diri (kehidupan) Yusuf.
Jadi,
pengalaman kematian itu harus mantap, tidak boleh setengah mati. Kalau setengah
mati mengikuti TUHAN, maka hidup ini juga setengah mati. Sebentar ikut,
sebentar tidak ikut, sebentar diberkati, sebentar tidak diberkati; jadi, tidak
jelas, setengah mati jika seseorang hidup seperti ini. Kalau ikut TUHAN,
biarlah sungguh-sungguh ikut TUHAN, berarti; pengalaman kematian itu mantap.
Apa arti
“mati”? Mati, berarti; daging tidak bersuara lagi. Jadi, orang yang
sungguh-sungguh ikut TUHAN itu sudah mantap di dalam pengalaman kematiannya.
Kejadian
45:9-13
(45:9) Segeralah kamu kembali kepada bapa dan
katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku
sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah
tunggu-tunggu. (45:10) Engkau akan tinggal di tanah Gosyen dan akan
dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu
dan segala milikmu. (45:11) Di sanalah aku memelihara engkau --
sebab kelaparan ini masih ada lima tahun lagi -- supaya engkau jangan jatuh
miskin bersama seisi rumahmu dan semua orang yang ikut serta dengan engkau. (45:12)
Dan kamu telah melihat dengan mata sendiri, dan saudaraku Benyamin juga, bahwa
mulutku sendiri mengatakannya kepadamu. (45:13) Sebab itu ceritakanlah
kepada bapa segala kemuliaanku di negeri Mesir ini, dan segala yang telah kamu
lihat, kemudian segeralah bawa bapa ke mari."
Kesimpulan
dari apa yang sudah kita baca adalah pada akhirnya, Yakub, ayah Yusuf, -- yang
berganti nama menjadi Israel --tinggal di Gosyen, jelas atas kehendak TUHAN.
Biarlah
kiranya kita hidup karena kehendak TUHAN. Jangan kita hidup atas dasar kehendak
manusia daging sendiri, tetapi biarlah kita hidup atas dasar kehendak TUHAN.
Seperti itulah pada akhirnya Israel atau Yakub tinggal di Gosyen atas kehendak
TUHAN, dengan satu tujuan; supaya mendapatkan pemeliharaan langsung dari TUHAN.
Ini adalah
berkat yang benar, bukan berkat dari tipu-tipu. Berkat yang benar ialah
memelihara umat Israel di Mesir sampai berakhirnya masa tujuh tahun kelaparan.
Pada ayat
11 dikatakan: “ … kelaparan ini masih ada lima tahun lagi …”
Berarti, ketika saudara-saudara Yusuf mendatangi Yusuf di Mesir, pada saat itu
sudah terjadi dua tahun kelaparan yang dahsyat atas seluruh (seantero) dunia,
sebab sesungguhnya kelaparan itu akan terjadi selama tujuh tahun (tujuh masa).
Tujuh masa (tujuh tahun) jika dibagi dua, maka itulah;
-
Tiga setengah tahun yang pertama.
-
Tiga setengah tahun yang kedua.
Pendeknya:
Masa kelaparan yang dahsyat itu akan berakhir sampai tiga setengah tahun yang
kedua, tepatnya pada saat pembinasa keji berdiri di tempat kudus, dengan kata
lain; aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini.
Jadi,
pemeliharaan TUHAN itu berlangsung kepada gereja TUHAN sampai pada saat
pembinasa keji berdiri di tempat kudus, berkuasa di atas muka bumi selama 3.5
(tiga setengah) tahun; itulah pemeliharaan TUHAN terhadap gereja TUHAN, itulah
pemeliharaan langsung dari TUHAN kepada Israel -- dan kita ini adalah Israel
rohani --. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Jadi, tujuh
tahun kelaparan di Mesir adalah bayangan dari masa kesesakan yang akan terjadi
selama tujuh tahun di atas muka bumi ini, dengan perincian: Tujuh tahun
kelaparan = 2 x 3.5 tahun masa kesesakan. Sedangkan puncak kesesakan ialah 3.5
(tiga setengah) tahun yang kedua, di mana nanti aniaya antikris berkuasa di
atas muka bumi ini atau yang disebut juga pembinasa keji berdiri di atas rumah
TUHAN; itulah yang disebut puncak kesesakan atau puncak dari gelapnya malam.
Sebagai
contoh:
Keluaran
10:21-23
(10:21) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya datang gelap meliputi tanah
Mesir, sehingga orang dapat meraba gelap itu." (10:22) Lalu
Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita di seluruh
tanah Mesir selama tiga hari. (10:23) Tidak ada orang yang dapat
melihat temannya, juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama
tiga hari; tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya.
Perikop dari
ayat ini adalah “Tulah kesembilan: gelap gulita”. Gelap gulita meliputi
di seluruh tanah Mesir selama tiga hari; itu disebut juga dengan puncak malam.
Peristiwa ini -- tulah kesembilan -- terjadi sebelum bangsa Israel mengalami
kelepasan dari perbudakan Mesir dan Firaun. Sebab tulah ke sepuluh, barulah
bangsa Israel lepas dari Mesir, lepas dari perbudakan Firaun.
Maka, saat
ini tidak sedikit anak-anak TUHAN, orang-orang Kristen terikat dengan
perbudakan dosa, terikat dengan kerja paksa tanpa hari perhentian, terikat
dengan bisnis tanpa hari ketujuh (hari perhentian). Jadi, masih terikat dalam
perbudakan kerja paksa Mesir, masih terikat dalam perbudakan Firaun, tanpa hari
perhentian, tanpa ibadah, tanpa pelayanan, sampai puncak malam -- itulah tulah
kesembilan -- sebelum kelepasan -- tulah kesepuluh.
Jadi, gelap
gulita meliputi seluruh tanah Mesir itu adalah gambaran dari puncak gelapnya
malam, gambaran dari puncak aniaya antikris berlangsung selama 3.5 (tiga
setengah) tahun di atas muka bumi ini.
Demikian
juga akan terjadi; sebelum gereja TUHAN mengalami kelepasan dari dunia ini,
antikris akan berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun -- yang disebut juga
puncak dari gelapnya malam. Antikris nanti akan berkuasa selama 3.5 (tiga
setengah) tahun di atas muka bumi ini menjadi diktator yang ganas, menjadi
binatang buas, karena memang antikris adalah binatang buas yang keluar dari
dalam laut … Wahyu 13:1-3
Hal ini
perlu dicermati sebelum hari itu tiba, sebelum puncak dari gelapnya malam tiba,
sebelum antikris berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua
berlangsung. Hal ini perlu dicermati, janganlah kita menganggap enteng.
Saya banyak
melihat anak-anak TUHAN di hari-hari terakhir ini terlalu anggap enteng dengan
nyawanya. Seolah-olah nyawa ini seperti binatang yang terbuat (dibentuk) dari
tanah. Sebenarnya nyawa manusia lebih mahal dari malaikat. Kalau malaikat
berdosa, ia langsung jadi Setan -- untuk sementara disimpan dalam gua sebelum
akhirnya dilemparkan ke dalam api neraka --, tetapi kalau manusia berdosa hari
ini, masih ada pengampunan, darah Yesus masih berlaku atas tubuh dan darah
kita. Malaikat tidak bisa mendapat pengampunan karena dia tidak mempunyai
sarana untuk menampung darah Yesus, tetapi bagi kita (manusia) masih tersedia kesempatan.
Selama ada hayat terkandung dalam daging (tubuh) ini, biarlah kita menghargai
korban Kristus. Perhatikanlah hal ini dengan sungguh-sungguh.
Apa yang
terjadi pada saat gelap gulita atau gelap malam telah memuncak?
Ada dua hal yang terjadi pada saat aniaya antikris,
yaitu:
Yang
Pertama: “Tidak ada orang yang dapat melihat
temannya.”
Arti kalimat
ini ialah:
1. Kasih sudah sangat dingin. Manakala kasih
itu sudah sangat dingin, maka otomatis antara satu dengan yang lain sudah tidak
peduli lagi dengan tetangga kiri, kanan, muka, belakang, orang yang di sekitar.
Jangankan dengan sesama, suami isteri saja bisa saling tidak peduli lagi; oleh
sebab itu, hati-hati.
2. Manusia tidak dapat bergantung kepada orang
atau sesamanya, selain hanya kepada TUHAN. Coba saja kalau malam gelap gulita
meliputi dunia ini, apa yang terjadi? Yang pasti “tidak ada orang yang dapat
melihat temannya”, tidak mungkin bisa melihat. Lalu, apa yang bisa kita
perbuat? Selain hanya bergantung kepada TUHAN saja.
Biarlah
kiranya hal ini dipahami dengan baik.
Yang Kedua: “Tidak ada orang yang dapat bangun dari
tempatnya selama tiga hari.”
Kalau tidak
ada orang yang dapat bangun dari tempatnya, dengan demikian tergenapilah apa
yang dilakukan oleh antikris selama berkuasa di atas muka bumi ini. Apa yang
dilakukan antikris saat gelap malam? Menurut nabi Daniel, antikris akan menghentikan korban sehari-hari, persis
seperti Daniel 12.
Korban
sehari-hari menunjuk dua hal:
1. “Korban sembelihan” = ibadah pelayanan. Kalau kita menjalankan
ibadah, pasti membawa korban dan persembahan yang disembelih, lalu
dipersembahkan kepada TUHAN, sama artinya; menyangkal diri, memikul salib di
tengah ibadah pelayanan ini.
Namun, pada
saat antikris berkuasa di atas muka bumi, korban sembelihan akan dihentikan.
Kalau dihentikan, berarti tidak bisa lagi bangun dari tempatnya. Kalau tidak
ada ibadah pelayanan (korban sembelihan), tidak menyangkal diri dan memikul
salib, berarti sama dengan tidak dapat bangun dari tempatnya. Tetapi di
hari-hari ini, tidak sedikit orang Kristen yang tidak dapat bangun dari
tempatnya sebelum puncak malam terjadi; tidak mengerti soal ibadah dan
pelayanan, tidak mengerti soal menyangkal diri dan memikul salibnya.
2. “Korban santapan” = Firman Allah sebagai kebutuhan jiwa,
kebutuhan hidup rohani kita. Pada saat antikris berkuasa, Firman Allah tidak
lagi ditemukan di atas muka bumi ini, sehingga tergenapilah nubuatan dari nabi Amos
8:11-12, di mana TUHAN akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan
kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan
firman TUHAN. Jadi, pada saat pembinasa keji berdiri di atas muka bumi ini,
pada saat aniaya antikris berkuasa di dalam rumah TUHAN, maka korban
sehari-hari akan dihentikan, itulah Firman Allah yang seharusnya kita santap
dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita; tetapi itu akan dihentikan atas
seizin TUHAN.
Oleh sebab
itu, selagi kita masih ada kesempatan untuk menikmati korban santapan, biarlah
kita menikmati Firman Allah, pasal demi pasal, ayat demi ayat kita kumpulkan
dan nikmati sampai mendarah daging, sebelum nubuatan Amos 8:11-12
tergenapi. Dan memang, Amos 8:11-12 ini kelak akan tergenapi, karena
memang pembinasa keji akan berdiri di tempat kudus untuk menghentikan korban
sehari-hari.
Pendeknya:
Kalau korban sehari-hari dihentikan (disingkirkan), itu sama artinya tidak ada
orang yang dapat bangun dari tempatnya.
Sejenak kita
membaca Injil Matius 6, suatu kaitan yang erat sekali dengan peristiwa
puncak dari gelapnya malam.
Matius 6:22A
(6:22) Mata adalah pelita tubuh.
Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
“Mata
adalah pelita tubuh.” Kalau mata adalah pelita tubuh, berarti “mata”
menunjuk kepada; hamba-hamba TUHAN yang menjadi pemimpin-pemimpin di dalam
rumah TUHAN. Itulah mata dari anggota tubuh, dan kita semua ini adalah anggota
tubuh.
Pendeknya:
Hamba TUHAN, pelayan TUHAN, pemimpin dalam rumah TUHAN, jelas adalah biji mata
TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri.
Matius 6:22B-23
(6:22) Mata adalah pelita tubuh.
Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (6:23) jika matamu
jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu
gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Dari
pembacaan ini, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa hidup gereja TUHAN
juga tergantung kepada pemimpin di dalam rumah TUHAN. Sangat erat kaitannya
antara sidang jemaat (anggota-anggota dari tubuh) dengan mata; sidang jemaat
sangat erat kaitannya dengan pemimpin di dalam rumah TUHAN, sebab di sini
dikatakan:
1. Jika matamu baik, teranglah seluruh (anggota) tubuhmu. Dalam hal ini,
sidang jemaat perlu juga berdoa kepada saya, mengapa? Supaya saya, sebagai
pemimpin rumah TUHAN, senantiasa benar, baik dan jujur di dalam hal memberitakan
Firman Allah, sehingga sidang jemaat yang disebut anggota tubuh dibawa kepada
terang yang ajaib. Dibawa kepada terang yang ajaib, berarti berada di dalam
terang yang ajaib, berada di dalam terang yang heran; itulah kalau “mata” baik.
Itu sebabnya posisi mata selalu di atas, paling tinggi dari seluruh anggota
tubuh, termasuk telinga, untuk menjadi terang atas seluruh anggota tubuh ini.
2. Sebaliknya, “jika matamu jahat, gelaplah
seluruh tubuhmu.” Berarti, jika seorang hamba TUHAN yang sudah menerima
jabatan gembala atau pemimpin rumah TUHAN buta rohani, maka sidang jemaat
berada dalam kegelapan malam, bahkan tidak tertutup kemungkinan berada di dalam
puncak dari gelapnya malam, sama artinya berada di dalam cengkraman antikris.
Jadi, sidang
jemaat sangat bergantung (terkait erat) dengan mata, itulah pemimpin rumah
TUHAN. Jangan main-main. Jangan hanya melihat hamba TUHAN dari fisiknya saja,
tetapi kita juga perlu melihat penyerahan dirinya untuk membawa kehidupan kita
sebagai anggota tubuh, di mana sel-sel tubuh ini berada di dalam terang yang
ajaib, tidak berada dalam puncak gelapnya malam, tidak berada dalam cengkraman
antikris, tidak berada dalam kekuasaan dari pembinasa keji yang akan
berlangsung di atas muka bumi ini, terkhusus 3.5 (tiga setengah) tahun yang
kedua. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Keluaran 10:23
(10:23) Tidak ada orang yang dapat melihat temannya,
juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari;
tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya.
Tadi kita
sudah melihat: Berada dalam puncak malam, artinya; kedudukan dari gereja TUHAN
berada dalam kekuasaan antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun, maka yang
terjadi adalah;
-
“Tidak ada orang yang dapat melihat temannya.”
-
“Tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya
selama tiga hari.”
Hal ini
terjadi pada saat puncak dari gelapnya malam, terjadi pada saat aniaya antikris
berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua.
“Tetapi pada
semua orang Israel, ada terang di tempat kediamannya”, yaitu Gosyen; di mana tadi Yusuf
menempatkan bangsa Israel di Gosyen dekat dengan Yusuf itu sendiri, supaya
terpeliharalah kehidupan dari mereka, anak dan cucu mereka.
Jadi, nanti,
Mesir yang adalah gambaran dari dunia akan berada dalam kuasa antikris, berada
dalam kekuasaan dari pembinasa keji, yang memuncak pada saat 3.5 (tiga
setengah) tahun yang kedua, tetapi lihatlah di sini; “pada semua orang
Israel ada terang di tempat kediamannya”, yaitu Gosyen.
TUHAN Yesus
baik sekali kepada kita. Kurang apa TUHAN itu kepada kita? Mengapa kita hanya
bergantung kepada sesuatu yang tidak bisa memberi jaminan? Banyak anak TUHAN
hanya bergantung pada harta kekayaan; habis uangnya lantas habis semuanya.
Tetapi kalau kita bergantung kepada TUHAN, maka TUHAN pelihara sampai pada masa
puncak gelap malam; dipelihara langsung oleh TUHAN.
Firman TUHAN
ini nyata, bukan fiktif, bukan khayalan, bukan dongeng-dongeng nenek tua. Sorga
itu nyata, neraka juga nyata; mana yang saudara pilih?
Tetapi
sebagai hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, saya berdoa kepada
semua sidang jemaat supaya tidak berada dalam kuasa kegelapan (puncak malam),
tidak berada pada kuasa antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun berlangsung
di atas muka bumi ini; saya berdoa. Tetapi sidang jemaat juga perlu berdoa
untuk saya; karena ternyata, anggota tubuh terkait dengan mata. Puji TUHAN …
TUHAN Yesus baik.
Kalau kotbah
(pemberitaan firman) hanya soal berkat, itu terlalu kecil; habis uang maka
habis juga berkat, habislah semua pemeliharaan dari manusia. Tetapi kasih
Mempelai tidak berkesudahan.
Itulah doa
saya terhadap sidang jemaat, tetapi kalau sidang jemaat tidak sungguh-sungguh
beribadah melayani, maka hati saya hancur, sebab saya pun menantikan pembukaan
firman ini di kaki salib dengan serendah-rendahnya, dibutuhkan waktu
berjam-jam; tetapi kalau saudara tidak sungguh-sungguh, hati saya hancur.
Kebanggaan
saya, sebagai gembala sidang, adalah kalau saudara sungguh-sungguh. Kalau
saudara punya jabatan, kedudukan, uang yang banyak, tetapi tidak takut TUHAN,
saya tidak bangga akan hal itu. Ayo, mari kita saling menghibur satu dengan
yang lain. Penghiburan saya hanya itu; terlihat hasil yang luar biasa indah di
hadapan TUHAN, tidak ada yang lain-lain.
Sekali lagi
saya tandaskan: “Pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya”,
yaitu Gosyen. Berarti, bangsa Israel mendapatkan pemeliharaan langsung dari
TUHAN.
Nanti, pada
masa aniaya antikris, uang tidak berfungsi lagi bagi orang yang dipelihara oleh
TUHAN, bagaikan bangsa Israel di Gosyen; karena di situ, anak-anak TUHAN tidak
perlu lagi menggunakan uang. Jadi, bangsa Israel mendapat pemeliharaan langsung
dari TUHAN. Demikian halnya, perempuan itu (gereja TUHAN) lari ke
padang gurun supaya dipelihara; begitulah cara TUHAN memelihara.
Ketika tulah
kesembilan -- itulah puncak dari gelapnya malam -- berlangsung selama tiga hari
di Mesir, selanjutnya kita perhatikan ayat 27-28.
Keluaran
10:27
(10:27) Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun,
sehingga dia tidak mau membiarkan mereka pergi.
Sekalipun
gelapnya malam itu berlangsung selama tiga hari, tetapi TUHAN mengeraskan
hati Firaun, sehingga dia tidak mau membiarkan bangsa Israel keluar dari
Mesir.
Jadi, kalau
seseorang terikat dengan pekerjaan, tanpa hari perhentian, diperbudak dosa
tanpa ibadah, terikat dengan kesibukan dunia tanpa hari perhentian (ibadah dan
pelayanan), itu adalah tanda keras hati, sama seperti Firaun yang keras hati.
Dan kalau seseorang membiasakan diri keras hati dari sekarang, tidak mau
berubah, di sini dikatakan; TUHAN mengeraskan hati Firaun. Jadi kalau
kekerasan hati dipertahankan, tidak mau berubah, maka TUHAN turut mengeraskan
hati orang itu; oleh sebab itu, biasakan untuk melepaskan diri dari ikatan
dunia, dari perbudakan dosa, biasakan diri ada pada hari perhentian.
Sekali lagi
saya tandaskan: Hati-hati dengan kekerasan hati, sebab itu adalah penyembahan
berhala.
Keluaran
10:28-29
(10:28) Lalu Firaun berkata kepadanya:
"Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab
pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati." (10:29)
Kemudian Musa berkata: "Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat
mukamu lagi!"
Kemudian,
Firaun berkata: “Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku
lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati.” Musa
berkata: “Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!” Maksudnya
ialah akan masuk ke “tulah kesepuluh”, itulah kematian dari anak sulung dari
bangsa Mesir sampai kepada anak sulung binatang dari bangsa Mesir.
Setelah
tulah itu, betul-betul Musa tidak lagi melihat muka Firaun; setelah terjadi
kelepasan, tidak lagi melihat penguasa dunia, penguasa kegelapan. Biarlah
kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
“Jika
matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu.” Jangan mencari hamba TUHAN dari
fisiknya; dengan melihat gedung gereja yang besar dan jemaat yang ribuan, tetapi
kalau tidak ada pembukaan firman; “hati-hati”, karena anggota tubuh (sidang
jemaat) terkait dengan mata.
Mau dibawa
ke mana ibadah pelayanan ini? Hanya ada dua pilihan; berada pada puncak malam
atau terjadi kelepasan, seperti yang dialami oleh bangsa Israel; dipelihara
langsung oleh TUHAN selama ada di Gosyen.
Biarlah kita
dekat TUHAN saja. Kalau kita ada di Gosyen, di dalam ibadah pelayanan ini,
berarti dekat dengan TUHAN; sama seperti Yakub dekat dengan Yusuf, anaknya;
itulah jaminan. Harta, uang, kekayaan, bisa datang dan bisa pergi; itu bukan
jaminan. Hanya kasih Allah yang sempurna, kekal menghiasi ruang-ruang hati kita
ini.
Kita kembali
melihat YAKUB (ISRAEL) dan YUSUF DI MESIR.
Kejadian
45:10
(45:10) Engkau akan tinggal di tanah Gosyen
dan akan dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan
lembu sapimu dan segala milikmu.
Singkatnya:
Israel tinggal di Gosyen, dekat kepada Yusuf.
Saat ini
kita ada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu, bagaikan berada di Gosyen.
Ada di tengah ibadah, berarti bagaikan di Gosyen; ada di tengah ibadah, berarti
dekat dengan TUHAN. Di luar ibadah, seseorang tidak dekat dengan TUHAN. Oleh
sebab itu, jangan sesuka hati beribadah; hari ini datang, besok tidak, tetapi
tetaplah di Gosyen, tetaplah mengusahakan ibadah pelayanan, sama artinya; dekat
TUHAN.
Masih ada di
antara sidang jemaat yang sesuka hati beribadah, jangan ikuti cara hidup yang
demikian; hidup tidak boleh sesuka hati, tetapi Kristus harus tetap menjadi
Kepala.
Sekarang,
pertanyaannya: SIAPA YUSUF INI?
Kejadian
45:8
(45:8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke
sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi
Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas
seluruh tanah Mesir.
TUHAN
menempatkan Yusuf di Mesir sebagai:
1. Bapa bagi Firaun.
2. Tuan atas seluruh istananya.
3. Kuasa atas seluruh tanah Mesir.
Itulah
Yusuf. Apakah kita tidak mau dekat TUHAN, kalau seperti ini yang ada di dalam
pribadi Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga?
“Bapa”,
“tuan”, “kuasa”, tiga sebutan ini merupakan bayangan dari tabiat dari Allah
Trinitas (Allah Tri Tunggal), yaitu, TUHAN Yesus Kristus.
Yang
Pertama: “Bapa” Ã TUHAN = Allah Bapa.
Tabiat dari Allah Bapa adalah kasih. Jadi, gereja
TUHAN membutuhkan kasih yang sempurna, gereja TUHAN membutuhkan kasih yang tak
berkesudahan. Langit, bumi dan segala isi dunia akan berlalu, tetapi kasih yang
sempurna tidak akan berkesudahan. Itulah Yusuf.
Lalu, apakah kita tidak mau dekat dengan TUHAN kalau
memang begini tabiat-Nya? Kok lebih suka dengan tabiat yang tidak baik?
Mengapa kita lebih suka dengan tabiat yang tidak suci? Mengapa tidak dekat
dengan tabiat Allah Bapa, kasih yang tak berkesudahan? Sementara langit bumi dan
segala isinya, yang ada ini -- baik itu uang, harta, kekayaan, kedudukan,
jabatan, ijazah yang tinggi -- akan berlalu semua, tetapi kasih Allah tidak
berkesudahan.
Perhitungkan kasih Allah itu dalam nikah kita
masing-masing, supaya nikah itu menjadi suatu nikah yang begitu indah dan
harmonis; walaupun tidak punya uang, namun tetap harmonis dan indah. Sekalipun
tidak punya harta, tidak punya apapun di bumi ini, nikah tetap harmonis.
Yang Kedua: “Tuan”
à Yesus = Anak Allah.
Perlu untuk diketahui: Tuan dari semua hamba-hamba
TUHAN adalah Yesus. Tabiat dari Yesus, Anak Allah, adalah mengadakan penebusan
oleh darah salib.
Kita (rumah TUHAN) adalah milik Allah, mengapa? Karena
kita sudah ditebus dari perbuatan yang sia-sia, yang merupakan dosa warisan --
dosa keturunan, kutuk nenek moyang --, ditebus bukan dengan barang fana, bukan
dengan harta, bukan pula dengan perak, bukan pula dengan batangan emas, tetapi
kita ditebus dengan darah yang mahal. Apakah saudara tidak mau dekat dengan
Yesus yang memiliki tabiat semacam ini?
Itulah sebabnya Yusuf berkata: “Tinggal di tanah
Gosyen dan akan dekat kepadaku.” Darah penebusan itu perlu dekat dan
menyatu dengan kehidupan kita; itulah jaminan.
Puji TUHAN kalau anak TUHAN diberkati, punya pekerjaan
yang bagus dan baik; puji TUHAN kalau punya harta, kekayaan, bisnis berjalan
dengan baik, puji TUHAN, tidak salah. Tetapi yang menebus dosa kita adalah
darah salib. Jadi, oleh karena itulah kita perlu menyatu dengan darah salib,
berarti; menyangkal diri, memikul salib.
Yang Ketiga: “Kuasa” Ã Roh-El Kudus.
Roh-El Kudus itu berkuasa, sebagaimana dalam Kisah
Para Rasul 1, murid-murid bertanya: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memulihkan kerajaan bagi Israel?” Lalu Yesus menjawab: “Engkau tidak
perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut
kuasa-Nya.” Yang terpenting adalah kalau Roh Kudus turun atas hidup kita,
maka kita akan berkuasa. Jadi, kuasa menunjuk kepada Roh-El Kudus.
Dalam Injil Yohanes 14-16, nyata bahwa; jika
Roh Kudus menguasai kita, maka akan terlihat tujuh perkara, antara lain;
1. Menolong kehidupan kita.
2. Memimpin kehidupan kita.
3. Menyertai kehidupan kita.
4. Mengajar kita dalam segala hal.
5. Penghibur.
6. Menguatkan.
7. Menginsafkan kita semua.
Itulah tanda
kalau Roh-El Kudus itu berkuasa. Oleh sebab itu, ijinkanlah Roh Kudus berkuasa
sepenuhnya di dalam diri kita masing-masing.
Roh Kudus
itu peka dan sensitif, maka kita juga harus peka dan sensitif, jangan sampai
kita tidak mau tahu terhadap Roh Kudus. Harus peka dengan Roh Kudus; dijaga,
dirawat dengan baik, jangan sampai Dia tinggalkan kita, berarti; “Jangan
padamkan Roh.” Oleh sebab itu, biarlah kita berkobar-kobar, berapi-api di
dalam melayani pekerjaan TUHAN.
Kemudian, “Jangan
dukakan Roh Kudus.” Saat kapan Roh Kudus berduka? Saat ada kematian.
Kematian rohani menunjukkan bahwa seseorang hidup menurut hawa nafsu dan
keinginan daging. Kalau seseorang sudah menuruti keinginan daging, berarti mati
rohani; dan saat seseorang mati rohani, Roh Kudus berduka. Oleh sebab itu,
pekalah dengan Roh Kudus; rawat, pelihara, jaga Dia, jangan biarkan Dia lepas.
Perhatikan
dalam setiap tindak tanduk, perhatikan dalam setiap perbuatan, perhatikan dalam
setiap perkataan; kalau perbuatan dan perkataan itu menyakiti Roh Kudus, jangan
lanjutkan; itulah yang dimaksud dengan peka dan sensitif. Itulah kuasa yang ada
di dalam diri Yesus.
Oleh sebab
itu, jangan tinggalkan Gosyen, itulah ibadah dan pelayanan; berarti, dekatlah
dengan TUHAN supaya kita mendapatkan pemeliharaan langsung dari TUHAN selama
kita ada di atas muka bumi ini, dan pemeliharaan TUHAN juga berlangsung sampai
pada puncak gelapnya malam, di mana pembinasa keji berdiri di tempat kudus,
itulah aniaya antikris berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka
bumi ini.
Kalau kita
mendapat pengertian yang baik dari sorga, dari TUHAN, lewat pembukaan firman,
maka kita tahu untuk menyukakan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan.
Tetapi celakalah hidup gereja TUHAN kalau beribadah dan melayani TUHAN tanpa
pengertian; dia tidak akan mengerti untuk menyukakan hati TUHAN. Oleh sebab
itu, doakan terus pembukaan firman, supaya kita beroleh pengertian, dan oleh
pengertian ini kita dapat menyukakan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan.
Selama ini
kita hanya pandai-pandai menyukakan hati manusia saja. Mengapa takut kepada
manusia? Mengapa tidak takut kepada TUHAN saja? Ayo, tinggallah di Gosyen
rohani (ibadah pelayanan), dekat dengan TUHAN.
Kita akan
kembali membaca Wahyu 12:6.
Wahyu 12:6
(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun,
di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara
di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
“Perempuan
itu lari ke padang gurun”, menunjukkan bahwa gereja TUHAN yang
sempurna itu telah menyingkir. Jadi, gereja TUHAN tidak terangkat, ini bukanlah
pengangkatan ke sorga, melainkan “penyingkiran” ke padang belantara.
Soal
“penyingkiran” ini penting untuk diperhatikan. Mulai dari sekarang, mari kita
belajar untuk sungguh-sungguh menyingkir dari dunia ini dengan segala yang ada
di dalamnya sebagai ikatan. Belajarlah menyingkir dari dunia ini, menyingkir
dari segala ikatan-ikatan dunia. Pendeknya, berusaha untuk melepaskan diri dari
ikatan dunia, sehingga nanti terjadi kelepasan.
Tanda
terjadi kelepasan dari ikatan-ikatan dunia, Yang Pertama: Kaki
dapat berjalan untuk melangkah bersama dengan TUHAN, berarti; iring TUHAN,
iring Yesus.
Kalau kaki
terikat, maka seseorang tidak bisa iring Yesus, tidak bisa iring TUHAN. Tetapi
biarlah kaki ini melangkah sesuai dengan ketetapan Firman TUHAN. Jangan kita
melangkah kepada satu arah yang tidak jelas. Oleh sebab itu, mari kita
melangkah bersama dengan TUHAN, mari kita iring TUHAN sesuai dengan
ketetapan-ketetapan firman yang kita terima.
Beberapa waktu
lalu keluarga Yeremia, suami isteri dan anak datang ke pastori. Hanya satu
pesan saya kepada keluarga Bp. Yeremia: Jangan pulang kampung, bertahanlah.
Bahasa rohaninya; tetaplah di Gosyen. Biarlah kita betul-betul
diteguhkan oleh pengalaman kematian, seperti kematian dari pada Yusuf; tidak
lagi mendengar suara daging, tidak menuruti keinginan hati.
Inilah tanda
kelepasan; kaki dapat berjalan iring Yesus, melangkah sesuai ketetapan firman.
Jangan kita melangkah kepada satu arah, tetapi tidak sesuai dengan ketetapan
firman; itu bukanlah iring Yesus, itu adalah iring perasaan manusia daging,
yang berujung pada kebinasaan.
Tanda
terjadi kelepasan dari ikatan-ikatan dunia, Yang Kedua: Tangan
dapat digunakan untuk membawa korban dan persembahan, sama dengan; melayani
TUHAN.
Bersyukurlah
kalau saudara mempunyai dua tangan yang baik; gunakanlah itu membawa korban dan
persembahan, gunakanlah itu melayani TUHAN. Paling malang rasanya; ingin
melayani, ingin menggunakan dua tangan, tetapi tidak bisa.
Lihat saja orang
stroke; mau melayani, bahkan sampai menangis darah pun, tetap tidak
bisa. Ada uang, tetapi tidak bisa melayani. Ada harta, ada mobilitas, tetapi
tidak bisa melayani. Itu adalah hal yang paling malang di dunia ini. Oleh sebab
itu, selama ada kesempatan, gunakan dua tangan untuk membawa korban dan
persembahan, layani TUHAN dengan sungguh-sungguh, selagi hayat dikandung badan,
kalau masih ada umur panjang.
Kita kembali
memperhatikan Wahyu 12:6, di mana “perempuan itu lari ke padang gurun
atau padang belantara.”
Tentang
“padang belantara”, kita harus melihat fakta-fakta yang lain, yaitu; seperti
perjalanan bangsa Israel yang dipimpin langsung oleh TUHAN di padang gurun.
Dalam perjalanan padang gurun (padang belantara) ini ada hal yang sama yang
bisa kita temukan di situ.
Keluaran
19:4
(19:4) Kamu sendiri telah melihat apa yang
Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di
atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
“Kamu
sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir …”, di mana
bangsa Mesir dengan sepuluh tulah;
-
Tulah kesembilan itu berbicara soal puncak dari
gelapnya malam.
-
Tulah kesepuluh itulah kematian dari anak sulung orang
Mesir sampai kematian dari anak sulung semua binatang.
Sehingga
sesudah “tulah kesepuluh” menghukum bangsa Mesir, maka selanjutnya terjadilah
kelepasan bagi umat Israel.
Kemudian “ …
dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa
kamu kepada-Ku.” TUHAN menuntun bangsa Israel di padang gurun (padang
belantara) dengan mendukungnya di atas sayap rajawali, yakni sayap burung nazar
yang besar. Ini adalah fakta lain dari padang gurun (padang belantara) yang
terkait dengan sayap burung nazar; di mana sayap burung nazar yang besar itu
mendukung perjalanan bangsa Israel di padang gurun (padang belantara).
Perjalanan
bangsa Israel di padang gurun merupakan bayangan dari perjalanan gereja TUHAN
di hari-hari terakhir, di atas muka bumi ini, dan itu merupakan perjalanan di
luar kemampuan daging.
Perjalanan
padang gurun merupakan di luar kemampuan daging. Tidak bisa lagi kita atasi
padang gurun dengan kekuatan daging; maka, perlu menyerah. Kalau kita merasa
bahwa hal itu di luar kemampuan daging, maka tinggal menyerah, dan berkata: “Aku
tidak mampu, TUHAN. Aku tidak bisa lagi, TUHAN.”
Kalau
saudara berpikir bahwa saat ini sakit penyakit sudah tidak mampu lagi
dipikirkan oleh kemampuan daging, maka tinggal menyerah saja. Kalau saat ini
ekonomi merosot, tidak bisa lagi diatasi dengan kemampuan daging, maka tinggal angkat
tangan saja, lawan kekerasan hati; pada saat itulah, perjalanan bangsa Israel
yang dipimpin oleh TUHAN di padang gurun didukung oleh sayap burung nazar yang
besar.
Seringkali
terjadi; kita sudah tahu bahwa kita tidak mampu, tidak bisa berbuat apa-apa,
tetapi masih saja mengandalkan kekuatan daging. Ingat; perjalanan padang
belantara, itu merupakan perjalanan di luar kemampuan daging; tinggal menyerah.
Pemuda-pemudi
yang mau menikah, tinggal menyerah saja; yang mau mendapatkan pekerjaan,
tinggal menyerah saja; yang sakit kronis, tinggal menyerah saja; maka nanti,
sayap burung nazar yang besar akan mendukung perjalanan rohani kita, dengan
kata lain; dipelihara, dilindungi, dibela oleh TUHAN, sampai kepak sayap burung
nazar membawa kita dekat dengan TUHAN.
Jadi, tidak
ada berhala-berhala yang bisa membawa bangsa Israel untuk dekat dengan TUHAN,
selain kepak sayap atau selain sayap burung nazar yang besar. Itulah fakta lain
terkait dengan padang belantara.
Kalau kita
renungkan bagaimana TUHAN menyatakan rencana-Nya dalam kehidupan kita, tentu
hati kita hancur, bukan? TUHAN menyatakan kasih-Nya yang luar biasa,
kebaikan-Nya, rencana-Nya, perbuatan tangan-Nya.
Matius 24:28
(24:28) Di mana ada bangkai, di situ burung
nazar berkerumun."
“Di mana ada
bangkai, di situ burung nazar berkerumun.” Bangkai atau korban Kristus -- kematian Yesus Kristus
-- itu adalah jaminan hidup kita.
Kita perlu
bergantung kepada korban Kristus; kita perlu menyatu dengan darah salib
Kristus; kita perlu menyatu dengan sengsara salib, menyatu dengan kematian
Yesus Kristus; di situlah burung nazar berkerumun. Bangkai yang adalah gambaran
dari kematian Yesus, di situlah kita mendapatkan sayap burung nazar. Kita tidak
akan menemukan sayap burung nazar di luar sengsara salib; di luar bangkai, kita
tidak akan temukan sayap burung nazar.
Jadi, kita
perlu bergantung kepada kematian Yesus Kristus; sengsara derita sampai kepada
kematian-Nya, supaya kita memperoleh
sayap burung nazar untuk memelihara kehidupan kita di padang belantara.
Sewaktu Kebaktian
Natal Persekutuan: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) berlangsung di
bulan Desember tahun 2019; setelah kegiatan selesai dilaksanakan, satu dari
hamba-hamba TUHAN yang hadir langsung datang menghampiri saya, lalu
menceritakan soal masa aniaya antikris yang berlangsung selama 3.5 (tiga
setengah) tahun. Lalu dia menganjurkan kepada saya dan memberi pengertian
kepada saya, supaya saya bercocok tanam. Saya sudah geli mendengar
kalimat pernyataan seperti ini. Ketika saya bertanya untuk apa saya bercocok
tanam? Lalu dia menjawab: Pada saat itu nanti, Pak Pendeta, kita tidak lagi
mendapatkan makanan dan minuman dari mana-mana. Jadi, kita harus memelihara
hidup ini dengan cara bercocok tanam.
Kalau saya
menjawab pernyataan beliau, pasti terjadi pertengkaran, namun hati nurani saya
berbicara: Berarti anda belum mengerti soal bangkai, anda belum mengerti soal kematian Yesus
Kristus, anda belum mengerti soal korban Kristus. Bagi kehidupan semacam
ini, korban Kristus atau pengalaman kematian Yesus Kristus terlalu asing; dan
orang yang semacam ini sukar untuk diajar. Tetapi, marilah kita berdoa dalam
ucapan syukur sepenuhnya, karena kita sudah memperoleh pengertian yang benar,
suci dan mulia dari TUHAN, sampai akhirnya kita memperoleh sayap burung nazar yang
besar; di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun.
Jadi, pengalaman
kematian ini sudah seharusnya tidak asing bagi kita, sudah seharusnya menyatu
dalam kehidupan kita. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment