IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 02 JULI 2020
KITAB RUT
(Seri: 99)
Subtema: MEROMBAK BAIT SUCI ALLAH
DALAM 3 HARI
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita
masing-masing.
Saya tidak
lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan
kemurahan dari TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita
malam ini.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang
disertai dengan perjamuan suci.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada
menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat
kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Lagi kata
Naomi kepada Rut, menantunya: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah
seorang yang wajib menebus kita.”
Singkatnya,
Naomi menjelaskan kepada Rut, menantunya itu, bahwa Boas adalah kaum kerabat
atau saudara yang terdekat mereka dan salah seorang yang wajib menebus mereka.
Jadi, apa
yang telah dijelaskan oleh Naomi kepada Rut, menantunya itu, sesuai dengan
ketentuan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Israel. Hal itu ditulis
dengan jelas dalam Imamat 25:24-25; apabila salah seorang dari bangsa
Israel itu jatuh miskin dan menjual segala hartanya, maka kerabat atau saudara
yang terdekat harus datang untuk menebusnya.
Kemudian,
penggenapan dari nubuatan itu telah dikerjakan oleh pribadi Yesus Kristus dua
ribu tahun yang lalu di atas kayu salib. Perkara ini diakui dan ditulis langsung
di dalam Injil Matius 20:28, yang mengatakan: “Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang”, menjadi tebusan terhadap orang-orang
yang terjual kepada maut, seperti Naomi dan Rut.
Setelah
Naomi menjelaskan perkara itu kepada Rut, menantunya, sekarang kita akan
memasuki ayat 21 untuk melihat respon dari Rut terhadap penjelasan
Naomi.
Rut 2:21
(2:21) Lalu kata Rut, perempuan Moab itu:
"Lagipula ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sampai
mereka menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku."
Setelah
mendapatkan penjelasan dari Naomi, mertuanya itu, sontak saja (mendadak) Rut
teringat kembali dengan perkataan Boas kepadanya di dalam Rut 2:8.
Boas rohani,
itulah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja, di mana perkataan-Nya
selalu diingat oleh murid-murid-Nya. Contoh peristiwa:
-
Satu kali pada Injil Matius, tepatnya; Matius 26:75 --
hal itu telah diterangkan beberapa waktu yang lalu --.
-
Dua kali pada Injil Lukas, antara lain;
1. Injil Lukas 22:61
2. Injil Lukas 24:8
-- Dan hal itu juga telah diterangkan. --
-
Tiga kali pada Injil Yohanes, antara lain;
1. Yohanes 2:17 -- Hal ini telah diterangkan
pada minggu yang lalu. --
2. Yohanes 2:22 -- Kita akan memperhatikan hal
ini. --
3. Yohanes 12:16
Sekarang,
kita akan memperhatikan TIGA KALI PADA INJIL YOHANES, antara lain, Yang
Pertama: “Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis:
"Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” … Yohanes 2:17
Hal ini telah
diterangkan pada minggu yang lalu. Kiranya apa yang telah dipaparkan menjadi
berkat, menjadi praktek dalam hidup kita masing-masing.
Sekarang
kita akan fokus memperhatikan TIGA KALI PADA INJIL YOHANES, antara lain,
Yang Kedua:
Yohanes 2:22
(2:22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara
orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah
dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan
yang telah diucapkan Yesus.
“ … Sesudah
Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa
hal itu telah dikatakan-Nya …”
Tentang
derita dan sengsara atau kematian dari pada Yesus di atas kayu salib, lalu
bangkit pada hari ketiga; hal itu telah disampaikan (diterangkan) atau
diajarkan oleh Yesus kepada kedua belas murid-Nya; yang dituliskan langsung
dengan jelas di dalam Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas.
Namun,
perkataan itu sempat dilupakan oleh murid-murid. Akan tetapi, setelah semuanya
itu menjadi kenyataan, barulah murid-murid teringat kembali bahwa hal itu telah
dikatakan-Nya kepada mereka.
Sebenarnya,
dalam konteks ayat ini, Yesus belum mati dan belum bangkit pada hari yang
ketiga; tetapi mengapa soal kebangkitan-Nya dituliskan pada Injil Yohanes
2:22? Inilah yang menjadi pertanyaan.
Jawabnya:
Bermula dari tindakan Yesus, sebab Ia mengadakan penyucian terhadap Bait Allah
pada ayat 14-16. Singkatnya, Yesus menyucikan Bait Allah dari tiga
perkara:
1. Pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan
merpati.
2. Meja-meja penukar uang.
3. Tempat duduk.
Kita akan
melihat sejenak tentang tiga perkara yang disucikan oleh Yesus di dalam Bait
Suci Allah.
Tentang: “Pedagang-pedagang
lembu, kambing domba dan merpati.”
Jelas, hal
ini menunjuk; orang-orang yang menjual korban Kristus.
-
Tidak sedikit hamba-hamba TUHAN atau pelayan-pelayan
TUHAN (orang-orang yang melayani TUHAN) menjual korban Kristus di tengah-tengah
ibadah pelayanan di hadapan TUHAN. Prakteknya: Melayani karena perut, melayani
karena uang, melayani karena popularitas atau mencari nama, melayani karena
kedudukan dan lain sebagainya; itu sama dengan menjual korban Kristus.
-
Kemudian, tidak sedikit orang Kristen atau anak-anak
TUHAN yang menjual korban Kristus. Prakteknya: Meninggalkan ibadah hanya karena
pekerjaan, meninggalkan ibadah hanya karena uang, meninggalkan ibadah hanya
karena menempuh pendidikan dan usaha yang dikelola, serta perkara-perkara
lahiriah lainnya di dalam dunia ini; itu sama saja dengan menjual korban
Kristus.
Hal ini
harus disucikan dari dalam Bait Suci Allah, supaya dengan demikian;
-
Baik hamba-hamba TUHAN berkenan di hadapan TUHAN di
tengah-tengah ibadah pelayanannya;
-
Maupun umat TUHAN, anak-anak TUHAN, orang Kristen
berkenan ketika ia menjalankan ibadahnya di hadapan TUHAN.
Tentang: “Meja-meja
penukar uang.”
Jelas, hal
ini menunjuk kepada; orang yang cinta akan uang atau yang hatinya terikat
dengan uang.
Sebenarnya,
hati itu adalah tempatnya Firman Allah karena hati menjadi cerminan dari hidup
manusia.
Sejenak kita
membaca Amsal 3.
Amsal 3:1-4
(3:1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan
ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (3:2) karena panjang
umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. (3:3)
Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada
lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, (3:4) maka engkau akan
mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.
Perhatikan:
Jikalau Firman TUHAN mendapat tempat di dalam hati kita, maka ada beberapa
keuntungan yang akan kita peroleh, yaitu:
1. Panjang umur dan lanjut usia. Kalau seseorang hidup sampai berusia
tujuh puluh tahun, itu sama dengan panjang umur; tetapi apabila ditambahkan
lagi, maka sama dengan lanjut usia, ditambahkan lagi lanjut usianya,
ditambahkan lagi lanjut usia.
2. Kesejahteraan ditambahkan. Berarti, damai sejahtera tidak terambil
dari kehidupan yang menyimpan firman dengan baik di dalam hatinya, melainkan
ditambahkan.
3. Mendapat kasih dan penghargaan dalam
pandangan Allah dan manusia. Berarti,
dikasihi dan dihargai oleh pandangan Allah dan pandangan manusia.
Itulah
beberapa keuntungan yang kita peroleh kalau hati ini menjadi tempatnya Firman
TUHAN; oleh sebab itu, perhatikanlah sungguh-sungguh dengan baik. Jangan kita
mengeraskan hati terhadap Firman Allah yang dipaparkan malam ini bagi kita.
Berkaitan
dengan hal itu, lebih jauh kita melihat dalam Amsal 7:1-4.
Amsal 7:1-4
(7:1) Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku,
dan simpanlah perintahku dalam hatimu. (7:2) Berpeganglah pada
perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. (7:3)
Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu. (7:4)
Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan sebutkanlah
pengertian itu sanakmu,
“Berpeganglah
pada perkataanku, berpeganglah pada perintahku”, berarti; firman Allah
disimpan di dalam hati.
Jikalau
Firman Allah sudah mendapat tempat di dalam hati, maka tanpa sadar kita
berkata:
-
Kepada hikmat -- itulah pembukaan firman --: “Engkaulah
saudaraku."
-
Dan kepada pengertian: “Engkaulah sanakku.”
Dalam Amsal
17:17 mengatakan: “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan
menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Jadi, kalau Firman Allah mendapat
tempat di dalam hati, maka dia akan menjadi jawaban, dia akan memberi jalan keluar
dari setiap persoalan-persoalan yang menghimpit sekalipun.
Oleh sebab
itu, meja-meja penukar uang di dalam Bait Allah itu harus disucikan, supaya
hati tetap (difungsikan) menjadi tempatnya Firman Allah.
Tentang: “Tempat
duduk.”
Jelas, hal
ini menunjuk kepada; orang yang masih mempertahankan harga dirinya serta
keakuannya di hadapan TUHAN. Kerugiannya adalah menolak takhta Allah dan
kebenaran yang ada di dalamnya. Singkatnya, tidak rendah hati di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan, sekalipun ia berada pada kedudukannya sebagai seorang
imam -- karena tempat duduk masih ada di dalam Bait Suci Allah --.
Hal ini juga
harus segera disucikan dari dalam Bait Allah. Jangan sampai ada keakuan dengan
mempertahankan harga diri, supaya kita jangan menolak takhta Allah dan
kebenaran yang ada di dalamnya. Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik.
Namun,
setelah Yesus mengadakan penyucian terhadap Bait Allah, kita akan kembali
melihat Injil Yohanes 2:18.
Yohanes 2:18
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya:
"Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak
bertindak demikian?"
Setelah
melihat Yesus bertindak untuk mengadakan penyucian terhadap Bait Allah,
selanjutnya orang-orang Yahudi menentang Yesus dan berkata: “Tanda apakah
dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?”
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi menolak penyucian yang
diadakan oleh Yesus terhadap Bait Allah.
Sebenarnya,
tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak penyucian yang diadakan oleh Yesus
terhadap Bait Allah tersebut. Kalau kita perhatikan pernyataan Yesus saat
mengadakan penyucian itu, pada ayat 16: “Ambil semuanya ini dari
sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Dalam
Injil yang lain dikatakan: “menjadi sarang penyamun”, menjadi tempat
gerombolan-gerombolan (perbuatan kejahatan).
Jadi,
sebenarnya, tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak penyucian yang diadakan
oleh Yesus terhadap Bait Allah tersebut; karena tentunya, Bait Allah tidak
boleh dijadikan sebagai sarang penyamun, tempat jual beli.
Kita datang
beribadah bukan untuk mencari keuntungan. Jangan sampai kita mencari TUHAN
karena ingin diberkati secara jasmani saja. Jadi, Bait Allah tidak boleh
diperalat seperti itu, tidak boleh dijadikan sarang penyamun. Tidak boleh
berada di dalam Bait Allah lewat ibadah dan pelayanan atau mencintai TUHAN
hanya karena berkat jasmani; hal itu tidak diperbolehkan, sebab itu merupakan
roh jual beli, atau sama dengan sarang penyamun.
Tidak banyak
hamba TUHAN yang melayani TUHAN hanya untuk mencari berkat, mencintai TUHAN
karena berkat jasmani; akhirnya, jangan heran, sidang jemaat pun datang
beribadah hanya karena berkat jasmani.
Perlu untuk
diketahui: Hidup orang Kristen atau hidup gereja TUHAN atau hidup dari
anak-anak TUHAN, sebenarnya adalah Bait Allah atau pun rumah TUHAN. Hidup kita
adalah Bait Allah, hidup kita adalah rumah TUHAN, yang tidak boleh dijadikan
sebagai tempat berjualan, tidak boleh dijadikan sebagai sarang penyamun. Hal
ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sesuai 1 Korintus 6:19-20.
1 Korintus
6:19-20
(6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari
Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah
dengan tubuhmu!
Rasul Paulus
dengan tandas berkata kepada sidang jemaat di Korintus: “… bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri …” Berarti, baik tubuh maupun hidup ini bukanlah
milik kita sendiri, dengan demikian; kita tidak berhak lagi atas tubuh ini
maupun hidup ini, kita tidak berhak untuk melakukan segala sesuatu dengan bebas
menurut keinginan hati sendiri, selain memuliakan Allah dengan tubuh atau pun
hidup ini.
Kita tidak
boleh berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan hati sendiri, tidak boleh; karena
tubuh ini adalah milik TUHAN, Bait Allah, tempat Roh Allah berdiam. Jadi, kita
tidak boleh sesuka hati dengan bebas berbuat dosa, tidak boleh sesuka hati
beribadah -- kadang datang, kadang tidak, kadang datang, kadang tidak --, tidak
boleh sesuka hati melakukan keinginan-keinginan di hati sendiri; tidak boleh
dengan bebas melakukan itu semua, selain bahwa tubuh ini ada untuk memuliakan
TUHAN, tubuh ini ada hanya untuk TUHAN saja, tidak boleh untuk yang lain. Jadi,
jangan salah mempergunakan hidup di hadapan TUHAN.
Mengapa
demikian? “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena
itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Kita semua telah dibeli dan harganya
telah lunas dibayar dengan darah yang mahal, sesuai dengan 1 Petrus 1:18-19.
Kita sudah
dibeli dan harganya telah lunas dibayar, bukan dengan barang fana, bukan dengan
harta, kekayaan, bukan dengan uang, bukan dengan perak dan batangan emas,
tetapi dengan darah yang mahal, darah yang suci dan tak bercacat cela.
Jadi, jelas
bahwa; tubuh ini maupun hidup ini adalah Bait Allah, milik-Nya TUHAN. Jangan
sesekali kita berbuat dengan sesuka hati; melakukan apa yang ingin kita
lakukan, apa yang kita mau kita lakukan, tidak boleh seperti itu, sebab hidup
(tubuh) ini adalah Bait Allah, milik TUHAN.
Sekali lagi
saya tandaskan: Tidak boleh dengan bebas melakukan kehendak sendiri di
dalam diri ini. Beribadah juga tidak boleh sesuka hati; kadang datang, kadang
tidak, tidak boleh. Ingat: kita ini adalah Bait Allah.
Kalau
seseorang hidup sesuka hati, maunya sendiri, melakukan segala sesuatu sesuai
keinginannya sendiri, berarti dia itu adalah orang yang tidak mengerti kehendak
TUHAN, belum mengerti rencana-Nya TUHAN. Oleh sebab itu, kalau kita datang
beribadah tanpa pengertian, maka kita tidak bisa menyukakan hati TUHAN; maka,
tidak sedikit orang Kristen, umat TUHAN, anak TUHAN, bahkan hamba TUHAN, yang
tidak mampu menyukakan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan.
Tetapi kalau
kita menyadari bahwa baik tubuh maupun hidup ini merupakan Bait Allah, maka
kita tidak lagi sesuka hati berbuat segala sesuatu menurut keinginan di hati
ini saja.
2 Korintus
6:16
(6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan
berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah
ini: "Aku akan diam bersama-sama
dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah
mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Kita -- baik
tubuh maupun hidup ini -- adalah Bait dari Allah yang hidup, menurut pernyataan
dari firman Allah yang berikut ini, antara lain:
1.
Aku akan diam bersama-sama dengan mereka.
2.
hidup di tengah-tengah mereka.
3.
dan Aku akan menjadi Allah mereka.
4. dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Menurut
Firman Allah yang dibagi menjadi empat hal di atas, inilah ukuran bahwa kita --
baik tubuh maupun hidup ini -- adalah benar-benar Bait Allah.
Jika
dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, Firman Allah dalam 2 Korintus 6:16
-- yang dibagi menjadi empat hal -- terkena pada; TABUT PERJANJIAN. Dengan
perician sebagai berikut:
-
Hal yang pertama sampai dengan hal yang ketiga,
menunjuk; Tutup pendamaian.
-
Hal yang keempat, menunjuk; Peti dari Tabut
Perjanjian.
“Tutup
pendamaian” dengan dua
kerubium di atasnya, menunjuk; Allah Trinitas, yakni; TUHAN Yesus Kristus.
-
Tutupan pendamaian (tutupan grafirat), sama dengan;
Yesus, Anak Allah.
-
Kerub (I), sama dengan; Allah Bapa.
-
Kerub (II), sama dengan Allah Roh-El Kudus.
Kemudian, “Peti
dari Tabut Perjanjian”, menunjuk; gereja TUHAN yang sempurna, yakni sidang
mempelai TUHAN. Peti dari Tabut Perjanjian ini terbuat dari kayu penaga, yang
berbicara soal kedagingan. Namun, peti yang terbuat dari kayu penaga itu telah
disalut dengan emas, baik dari dalam maupun dari luar, sehingga tabiat-tabiat
daging tidak terlihat lagi, selain tabiat Ilahi, itulah emas. Emas itu murni,
tidak bisa berubah-berubah. Bahkan jika dilemparkan ke dalam api; semakin
dipanaskan maka semakin nyata kemurniannya, semakin mengalami banyak ujian maka
semakin terlihat kemurniannya.
Jadi, jelas
“Peti dari Tabut Perjanjian” menunjuk kepada; gereja TUHAN yang sempurna, yakni
sidang mempelai TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri; hal ini menunjukkan bahwa
kita ini adalah Bait Allah yang kudus.
Dengan
demikian, empat pernyataan dalam 2 Korintus 6:16 menunjukkan bahwa kita
adalah Bait Allah yang kudus, gereja TUHAN yang sempurna, yakni mempelai TUHAN.
Jadi, ukuran dari Bait Allah adalah empat hal di dalam 2 Korintus 6:16 yang
dibagi menjadi dua bagian.
Kita sudah
melihat ukuran bahwa kita -- baik tubuh maupun hidup ini -- adalah benar-benar
Bait Allah. Sekarang, kita akan lebih jauh kita melihat dalam ayat 17.
2 Korintus
6:17
(6:17) Sebab itu:
Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka,
firman Tuhan, dan janganlah menjamah
apa yang najis, maka Aku akan
menerima kamu.
Karena tubuh
kita ini adalah Bait Allah (rumah TUHAN); oleh sebab itu, dua hal yang harus
kita perhatikan:
1. Keluarlah dan pisahkanlah dirimu dari
mereka. Artinya;
-
Jangan menjadi serupa dengan dunia ini.
-
Jangan menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tidak percaya.
Sebab hal itu merupakan noda kekafiran; itu
dinyatakan oleh Rasul Paulus pada ayat 15-16.
2. Jangan menjamah apa yang najis. Dunia orang mati merupakan dunia
kenajisan. Jadi, jangan berada di dunia orang mati; biarlah orang mati
mengurusi orang mati, tidak usah kita sibuk mengurusi dunia orang mati, supaya
kita tidak hidup dalam kenajisan. Tetapi hidup dari gereja TUHAN (anak-anak
TUHAN) harus berada di dalam Bait Allah, serta sibuk menggunakan dua tangan
untuk melayani pekerjaan TUHAN. Sekali lagi saya tandaskan: Jangan menjamah apa
yang najis, tetapi biarlah kita gunakan dua tangan untuk melayani pekerjaan
TUHAN, sebab dunia orang mati adalah dunia yang najis.
Mengapa kita
harus memperhatikan dua hal di atas? TUHAN berkata: “maka Aku akan menerima
kamu.” Supaya kita diterima oleh TUHAN, maka biarlah kehidupan kita
memperhatikan dua perkara di atas.
2 Korintus
6:18
(6:18) Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku
laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan
demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."
Janganlah
kita menjamah apa yang najis, supaya kita tahu “status kita di hadapan TUHAN”
dan kita juga tahu “status Allah bagi kita”.
-
Status Allah bagi kita adalah sebagai Bapa.
-
Status kita di hadapan Allah adalah dijadikan sebagai
anak-anak Allah.
Dia menjadi
Bapa bagi kita dan kita dijadikan sebagai anak-anak-Nya. Dengan demikian,
status kita jelas, yaitu menjadi anak-anak TUHAN, yang perlu untuk diperhatikan
oleh TUHAN, seperti Bapa memperhatikan anak-anak-Nya. Camkanlah hal ini dengan
baik.
Tadi, kita
sudah memperhatikan; bagaimana tubuh (hidup) ini di hadapan TUHAN, yang
merupakan Bait Allah di hadapan TUHAN. Tetapi kalau kita kembali mengacu kepada
pertanyaan dari orang-orang Yahudi tersebut pada Yohanes 2:18 tadi,
menunjukkan bahwa; seakan-akan orang-orang Yahudi tidak peduli dengan kenyataan
yang ada, tidak peduli dengan segala sesuatu, baik status Allah bagi manusia
dan status manusia bagi Allah.
Seakan-akan mereka tidak peduli dengan kenyataan yang ada, bahwa tubuh
atau hidup ini benar-benar adalah Bait Allah.
Sekali lagi
saya sampaikan dengan tandas; kalau anak-anak TUHAN tidak mempunyai pengertian
di tengah ibadah dan pelayanan, maka dia tidak mengerti untuk menyenangkan hati
TUHAN dan tidak mengerti rencana TUHAN di dalam diri-Nya. Oleh sebab itu,
jangan pernah berhenti berdoa, supaya TUHAN terus membukakan firman-Nya,
sehingga oleh hikmat itu kita memperoleh pengertian untuk datang di tengah
ibadah dan pelayanan, sehingga dengan pengertian itu kita dapat menyukakan hati
TUHAN, kita dapat mengerti rencana TUHAN, masa depan kita jelas indah di dalam
TUHAN.
Oleh sebab
itu, kita kembali membaca Injil Yohanes 2.
Yohanes
2:18-19
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus,
katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau
berhak bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka:
"Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali."
Setelah
Yesus mengadakan penyucian terhadap Bait Allah, orang-orang Yahudi menentang
Yesus dan berkata: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa
Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada orang-orang Yahudi: “Rombak
Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.”
Pendeknya,
TUHAN mau merombak Bait Allah, TUHAN mau merombak hidup kita ini dan
membangunnya kembali dalam tiga hari saja. TUHAN mau memperbaiki kehidupan kita
ini, dibangun kembali, dirombak kembali dalam tiga hari saja.
Kalau Yesus
berkata: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya
kembali.” Sebenarnya, perkataan itu merupakan tanda kasih-Nya yang besar
dan amat heran kepada orang Yahudi dan juga kepada kita pada malam hari ini.
Tiga hari
(angka tiga) Ã Pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan
kebangkitan-Nya. Jadi, apa yang dikatakan-Nya itu merupakan tanda kasih yang
besar dan heran.
Yesus mati
dan bangkit bagi kita karena Yesus mengasihi kita. Demikianlah caranya untuk
merombak bait Allah dengan tiga hari saja, tidak dengan cara yang lain.
Kita lihat
soal MATI dan BANGKIT ini dalam Roma 6.
Roma 6:3-4
(6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua
yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4)
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup
dalam hidup yang baru.
Baptisan
Kristus adalah baptisan di dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
-
Kuasa kematian Yesus Kristus ialah mengubur hidup yang lama. Berarti,
mati terhadap dosa; itu adalah perbuatan yang lama. Kalau mati, pasti dikubur;
kalau tidak dikubur, nanti orang lain akan mencium baunya. Kalau dosa tidak
dikubur maka orang lain yang menghirup baunya, orang lain yang tersandung.
Jadi, hidup lama memang harus dikubur.
-
Kuasa kebangkitan Yesus Kristus ialah hidup dalam hidup yang baru, lahir
baru, sebab yang lama sudah berlalu.
Itulah
baptisan Kristus; mati dan bangkit. Jadi, kematian dan kebangkitan-Nya itu
merupakan tanda kasih.
“Rombak
Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”, itu
merupakan tanda kasih.
Roma 6:5-6
(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan
apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu
dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. (6:6) Karena kita
tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya
tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada
dosa.
Jikalau kita
satu di dalam kematian-Nya, maka tentu kita juga satu di dalam kebangkitan-Nya;
itu merupakan satu paket, satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jadi,
kalau kita sudah mati terhadap dosa atau manusia lama telah disalibkan, maka
tentu kita tidak lagi menjadi hamba dosa. Kalau kita sudah mati terhadap dosa
-- atau manusia lama disalibkan --, maka kita tidak lagi menjadi hamba dosa.
Roma 6:10
(6:10) Sebab kematian-Nya adalah kematian
terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah
kehidupan bagi Allah.
Selanjutnya,
“kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa”, dan itu dilakukan-Nya satu
kali untuk selama-lamanya. Yesus tidak perlu mati di atas kayu salib
berkali-kali, Dia cukup mati satu kali untuk selama-lamanya, sebab korban-Nya
cukup untuk menyempurnakan kehidupan kita.
Kemudian, “kehidupan-Nya
(kebangkitan-Nya) adalah kehidupan bagi Allah.” Jadi, biarlah kita
hidup bagi Allah; sebab hidup itu adalah terang; dan terang itu bercahaya dalam
kegelapan, dan kegelapan tidak menguasainya; itulah arti hidup di hadapan
TUHAN. Kalau hidup tetapi masih menyembunyikan dosa, itu adalah gelap, bukan
hidup.
Pendeknya,
Bait Allah itu sudah dirombak, sudah diperbaharui lewat pengalaman kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus.
Yohanes 2:20
(2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat
puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat
membangunnya dalam tiga hari?"
Selanjutnya,
mendengarkan pernyataan Yesus pada ayat 19: “Rombak Bait Allah ini,
dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”, orang-orang Yahudi
berkata kepada-Nya kembali: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait
Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?”
Yohanes 2:21
(2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait
Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Yang
dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Jadi, istilah
“merombak Bait Allah dalam tiga hari dan akan didirikan-Nya kembali”, itu
merupakan istilah rohani, bukan istilah secara lahiriah, karena pada ayat 21
ini dituliskan dengan jelas bahwa: “Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait
Allah ialah tubuh-Nya sendiri.” Maksudnya ialah bahwa Yesus akan mati atau
terbunuh di atas kayu salib, dan bangkit pada hari ketiga.
Jadi,
singkatnya; orang-orang Yahudi ini tidak mengerti rencana TUHAN, tidak mengerti
arti rohani dari pernyataan Yesus pada ayat 19. Sebab, mereka
mengartikan perkataan Yesus ini secara lahiriah saja, menunjukkan bahwa mereka
menjalankan ibadah secara lahiriah.
Orang-orang
Yahudi berkata: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan
Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Pernyataan mereka ini
menunjukkan bahwa mereka menjalankan ibadah secara lahiriah.
Angka 46 Ã Hukum Taurat.
-
Empat hukum pada loh batu yang pertama.
-
Enam hukum pada loh batu yang kedua.
Jadi, jelas,
empat dan enam, menunjuk kepada; hukum Taurat. Artinya, orang-orang Yahudi ini
masih hidup di bawah hukum Taurat.
Orang yang
masih menjalankan ibadah Taurat, menjalankan ibadah lahiriah, menjalankan
ibadah hanya sebatas ceremonial atau liturgis; bagi orang-orang semacam
ini, pengalaman kematian dan kebangkitan itu asing bagi mereka, aneh bagi
mereka, bahkan bisa membuat mereka terkejut; pengalaman kematian dan kebangkitan
tidak bisa diterima oleh akal dan pikiran mereka.
Dan kalau
kita ingat kisah tentang Nikodemus yang adalah pemimpin orang Yahudi; dia tidak
mengerti soal pengalaman kematian dan kebangkitan, tidak mengerti soal
“kelahiran kembali”. Pengalaman kematian dan kebangkitan itu aneh, asing bagi
orang-orang yang masih menjalankan ibadah Taurat, bagi orang-orang yang masih
menjalankan ibadah lahiriah, ibadah liturgis, ibadah yang dijalankan secara ceremonial
saja.
Coba saja
perhatikan orang yang biasa menjalani ibadah dengan bermain-main; hanya datang
duduk dengar firman, tubuhnya di tengah ibadah (di dalam Bait Allah) tetapi
batinnya tidak diserahkan kepada TUHAN; orang yang semacam ini, soal pengalaman
kematian dan kebangkitan Yesus itu asing bagi dia. Kalau dia diminta untuk
masuk dalam pengalaman itu, maka dia akan menolak, dia akan menyangkalinya,
sebab pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus itu sangat asing bagi dia.
Demikianlah
orang-orang Yahudi di hadapan TUHAN.
Mari kita
lihat MEREKA YANG MENJALANKAN IBADAH TAURAT di dalam Ibrani 10.
Ibrani 10:1
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya
terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan
hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama,
yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak
mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (10:2)
Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi,
sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah
disucikan sekali untuk selama-lamanya. (10:3) Tetapi justru oleh
korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (10:4)
Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan
dosa.
Hukum Taurat
hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, bukan hakekat
dari keselamatan itu. Pendeknya, ibadah pelayanan yang dijalankan menurut hukum
Taurat adalah ibadah pelayanan yang dijalankan secara lahiriah saja.
Ibrani
10:5-8
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia
berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau
telah menyediakan tubuh bagiku --. (10:6) Kepada korban bakaran
dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. (10:7)
Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis
tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." (10:8) Di
atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya"
-- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
Perhatikan
ibadah yang dijalankan menurut hukum Taurat: Mereka membawa binatang dan
mempersembahkannya sebagai korban di hadapan TUHAN. Artinya sudah sangat jelas,
bahwa ibadah itu dijalankan secara lahiriah, ibadah itu dijalankan secara
Taurat. Misalnya; mulut memuliakan TUHAN di tengah ibadah pelayanan, tetapi
sesungguhnya, hatinya, manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada TUHAN.
Masih banyak
di antara kita yang menjalankan ibadah Taurat; tubuhnya ada di tengah ibadah,
mulutnya memuliakan TUHAN, tetapi hatinya, manusia batinnya tidak
dipersembahkan kepada TUHAN; itulah ibadah Taurat (ibadah lahiriah). Maka, ibadah
yang dijalankan secara Taurat itu hanya bayangan saja, bukan hakekat dari
keselamatan itu.
Perlu untuk
kita pahami bersama: Ibadah Taurat tidak menjanjikan keselamatan.
Ibrani
10:9-10
(10:9) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku
datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan,
supaya menegakkan yang kedua. (10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah
kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh
Yesus Kristus.
Tetapi
ibadah yang berkenan kepada TUHAN ialah menyangkal diri dan memikul
salib. Jadi, jangan diganti dengan mempersembahkan korban dari binatang.
Seberapa mahal harga binatang sekalipun, itu tidak akan bisa digunakan sebagai
korban persembahan kepada TUHAN. Tetapi ibadah yang berkenan kepada TUHAN
adalah menyangkal diri dan memikul salibnya, sama dengan; melakukan kehendak
Allah Bapa; itulah yang benar, itulah yang TUHAN mau.
Itu
sebabnya, TUHAN dengan tegas berkata kepada orang-orang Yahudi dalam Injil
Yohanes 2:19, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali.” Oleh sebab itu, cara ibadah yang lama, cara ibadah
yang pertama, itulah ibadah Taurat, harus dirubah. Jangan kita datang beribadah
melayani dengan bersifat lahiriah saja. Ibadah lahiriah harus berubah, harus
dirombak; jangan mempertahankan ibadah Taurat.
Apa artinya
kita menjalankan ibadah Taurat? Tubuh saudara ada di tengah ibadah, tetapi hati
saudara tidak mengarah kepada TUHAN, apa artinya? Menghabiskan waktu saja?
Semuanya sia-sia, baik tenaga, waktu, semuanya sia-sia. Apa artinya kalau
semuanya sia-sia? Oleh sebab itu, ibadah semacam ini harus dirombak.
Mengorbankan
binatang lalu dipersembahkan kepada TUHAN; yang dikorbankan adalah hati,
pikiran dan perasaan ini, tubuh, jiwa dan roh ini yang dikorbankan. Berarti,
menyangkal diri, memikul salib, melakukan kehendak Allah Bapa; itulah yang
dipersembahkan kepada TUHAN.
Sebab, pada ayat
8 dengan jelas dikatakan …
Ibrani 10:8
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban
dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak
Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
Korban
bakaran, korban penghapus dosa dari binatang yang dipersembahkan tidak berkenan
kepada TUHAN; seindah apapun binatang itu dan sekalipun nilai jualnya mahal.
Tetapi yang
TUHAN kehendaki ialah sangkal diri, pikul salib, dan lakukan kehendak Allah Bapa;
sebab Yesus datang ke dunia ini untuk melakukan kehendak Allah Bapa. Dan hal
itu ada tertulis di dalam Gulungan Kitab yang Terbuka, itulah pembukaan firman
yang disampaikan di tengah-tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan ini.
Jadi, inti
dari pembukaan firman adalah Yesus mati di atas kayu salib untuk melakukan
kehendak Allah Bapa. Praktek bagi kita di tengah-tengah ibadah pelayanan adalah
menyangkal diri, memikul salib, ikut TUHAN setiap hari, sampai TUHAN datang
pada kali yang kedua.
Lihat, kelemahan-kelemahan
dari pada hukum Taurat:
1. Suka menunjuk-nunjuk dosa, berarti; tidak
ada pengampunan.
2. Suka membela diri atau membenarkan dirinya
dengan caranya.
Itulah hukum
Taurat, itulah kelemahan hukum Taurat.
Jadi, hukum
Taurat itu tidak berkuasa menyelamatkan kita, karena hukum Taurat tidak berdaya
terhadap daging dengan segala kelemahan di dalam daging. Maka, Allah
menggantikannya dengan tubuh Yesus di atas kayu salib, sehingga Ia diremukkan
di atas kayu salib, Dia menanggung semua penderitaan di atas kayu salib, karena
hukum Taurat tidak berdaya.
Oleh sebab
itu, kita juga harus menyangkal diri dan memikul salib. Kalau kita beribadah
hanya dengan menuruti peraturan-peraturan saja, itu tidak akan bisa, tidak akan
cukup; tetapi yang benar ialah: harus memikul salibnya, menyangkal dirinya,
ikut TUHAN. Ikut Tuhan artinya; sampai kepada pengalaman kematian, titik
terendah.
Sama halnya
dengan benih gandum; kalau tidak jatuh ke tanah dan mati, dia tidak akan
berbuah. Jadi, harus jatuh ke tanah terlebih dahulu -- itu
berbicara tentang kerendahan hati --, dan mati -- berarti tidak
menuruti suara daging --, maka benih ini akan tumbuh dan berbuah; itulah yang
disebut dengan ikut TUHAN. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Yohanes
2:19-20
(2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak
Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (2:20)
Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang
mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
Derita dan
sengsara atau pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus melenyapkan
sistem ibadah Taurat. Oleh sebab itu, pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus sudah seharusnya menyatu dalam kehidupan kita sehingga hal itu tidak
asing lagi bagi kita untuk melenyapkan sistem ibadah Taurat.
Roma 3:1-8
(3:1) Jika demikian, apakah kelebihan orang
Yahudi dan apakah gunanya sunat? (3:2) Banyak sekali, dan di dalam
segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah. (3:3)
Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah
ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? (3:4) Sekali-kali tidak!
Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada
tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan
menang, jika Engkau dihakimi." (3:5) Tetapi jika ketidakbenaran
kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah
Allah -- aku berkata sebagai manusia -- jika Ia menampakkan murka-Nya? (3:6)
Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi
dunia? (3:7) Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah
bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? (3:8)
Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata:
"Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari
padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.
Jika ada
yang tidak setia; dapatkah yang tidak setia ini membatalkan kasih Allah? Kita
datang beribadah, di mana korban Kristus diperdengarkan, tetapi ternyata kita
tetap menjalankan ibadah Taurat; namun TUHAN tetap menunjukkan atau menampilkan
diri-Nya sebagai korban Paskah.
Mana yang
benar; apakah ketidaksetiaan kita dapat menggagalkan kebenaran Allah? Tentu
tidak, sebab korban Paskah adalah yang benar. Itulah hebatnya TUHAN untuk
membenarkan kita.
Tidak
mungkin orang menjalankan ibadah Taurat, dengan tujuan untuk memuliakan TUHAN;
sebaliknya, orang yang menjalankan ibadah Taurat, ia hanya datang untuk mencari
keuntungan, ia menampilkan dirinya di tengah ibadah pelayanan namun dengan
kepentingan dirinya sendiri di situ.
Tetapi
sekalipun demikian, TUHAN tetap menampilkan diri-Nya sebagai korban Paskah;
supaya hukum Taurat digagalkan, supaya ketidaksetiaan itu digagalkan oleh
korban Kristus.
Mana yang
benar; ketidaksetiaan atau korban Kristus? Tentu yang benar adalah korban
Kristus. Itulah hebatnya TUHAN.
Jadi, jelas,
ketika Yesus berkata kepada orang Yahudi: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam
tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Sesungguhnya, itu adalah tanda
kasih; tetapi seringkali kita merasa bahwa teguran Firman TUHAN, di mana dosa
yang disembunyikan itu ditunjuk-tunjuk, lalu kita komentari dengan mengatakan
bahwa: Tuntutan firman terlalu keras dan besar di tempat ini. Lalu di
lain kesempatan kita berkata: Salib di sini terlalu keras.
Sebetulnya,
pernyataan TUHAN terhadap orang Yahudi merupakan tanda kasih. Kalau tidak
demikian, maka kita tidak akan mungkin bisa berubah, karena kalau kita datang
menjalankan ibadah Taurat, sesungguhnya itu hanya untuk mencari keuntungan
sendiri, pamer, supaya dilihat oleh orang lain, sebagai tanda ketidaksetiaan
kita, namun TUHAN tetap setia untuk membatalkan ketidaksetiaan, sebab Dia
tampil sebagai korban Paskah.
“Rombak
Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” TUHAN
sedang melenyapkan ibadah dengan sistem Taurat kita, yang selama ini kita
kerjakan di hadapan TUHAN. Dengan tampilnya Yesus sebagai korban Paskah, Ia
telah melenyapkan ketidaksetiaan kita.
Sebetulnya,
pengalaman kematian itu tidak lama; hanya tiga hari. Lalu, mengapa tidak
bangkit-bangkit? Tentu karena daging, karena masih hidup menurut tabiat daging.
Sesungguhnya dengan “tiga hari” saja sudah cukup, seperti Yesus bangkit pada
hari ketiga.
Malam hari
ini TUHAN memberi suatu pengertian bagi kita, supaya kita datang menjalankan
ibadah dan melayani TUHAN dengan pengertian yang baik, pengertian yang suci,
dan pengertian yang sehat; supaya dengan demikian, kita boleh menyenangkan hati
TUHAN sekaligus mengerti rencana-rencana yang sedang TUHAN kerjakan dalam
setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Yohanes 2:13
(2:13) Ketika hari raya Paskah orang
Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
Kita tampil
dengan ibadah Taurat, tampil dengan ketidaksetiaan, tetapi Yesus tampil sebagai
korban Paskah untuk membatalkan ketidaksetiaan, untuk membatalkan ibadah
Taurat, untuk membatalkan segala perbuatan-perbuatan yang tidak suci di hadapan
TUHAN.
Yohanes
2:21-22
(2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait
Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (2:22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari
antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah
dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan
perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Setelah
Yesus bangkit dari antara orang mati, barulah murid-murid itu teringat, bahwa
hal itu telah dikatakan Yesus kepada mereka secara gamblang. Kemudian, dua hal
yang nyata;
1.
Percayalah akan Kitab Suci. Yang tertulis dalam Kitab Suci dalam Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru.
2. Percayalah akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Perkataan (kesaksian) Yesus itu roh nubuat, berarti harus tergenapi. Setiap apa
yang diucapkan-Nya pasti tergenapi.
Yohanes 2:23
(2:23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari
raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda
yang diadakan-Nya.
Pengalaman
kematian dan kebangkitan, itu sangat berarti bagi kehidupan kita untuk
membatalkan ketidaksetiaan kita, untuk membatalkan ibadah Taurat, yang
menyebabkan segala sesuatu yang tidak baik, yang tidak benar, yang tidak suci.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment