IBADAH RAYA MINGGU, 19 JULI 2020
WAHYU PASAL 12
(Seri: 14)
Subtema: IBLIS
TIDAK TERDAFTAR DI SORGA, SELAIN YANG NAMANYA TERTULIS DALAM KITAB KEHIDUPAN
Shalom.
Selamat sore bagi kita sekaliannya. Biarlah damai
sejahtera Kristus memerintah di tengah-tengah perhimpunan Ibadah (Kebaktian)
Minggu ini, juga memerintah di hati kita masing-masing, sehingga dengan
demikian hidup rohani kita ini dipimpin sampai kepada penyembahan yang
sempurna; berada pada puncak yang tertinggi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan,
hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan dari TUHAN, supaya kiranya TUHAN
membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.
Oleh karena perkenanan TUHAN, kemurahan TUHAN, kita
akan memasuki perikop yang kedua dari WAHYU 12.
Wahyu 12:7A
(12:7) Maka timbullah
peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan
naga itu, dan naga itu dibantu oleh
malaikat-malaikatnya,
Perikop yang kedua dari Wahyu 12 ini diawali
dari ayat 7 bagian A, yaitu: “Maka timbullah peperangan di sorga.”
Kalimat ini menjelaskan kepada kita suatu pernyataan yang tak terduga, yang
terjadi di dalam Kerajaan Sorga.
Berkaitan dengan itu ...
Wahyu 4:2
(4:2) Segera aku
dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di
takhta itu duduk Seorang.
“Sebuah takhta terdiri di sorga, dan di
takhta itu duduk Seorang.” Seindah-indahnya Kerajaan Sorga atau
semegah-megahnya Kerajaan Sorga, hal itu tidak menjadi berarti jika sebuah
takhta tidak terdiri di dalamnya. Tidak artinya sorga, sekalipun begitu indah dan
megah, jikalah sebuah takhta tidak terdiri di sorga.
Demikian juga dengan kehidupan manusia; sekalipun
dalam kemewahan dunia yang dia miliki yaitu; harta, kekayaan, kedudukan,
kekuasaan yang dia miliki di dunia ini, namun hidupnya tidak akan menjadi indah
dan berarti di mata TUHAN, jikalau Allah tidak bertakhta di dalam kehidupannya.
Mari kita lihat TAKHTA ALLAH di mana di atas takhta
itu duduk Seorang.
Yesaya 9:5-6
(9:5) Sebab seorang
anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat
Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (9:6)
Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas
takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya
dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai
selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.
TUHAN Yesus Kristus adalah Raja Damai, besar
kekuasaan-Nya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud
dari sekarang sampai selama-lamanya, karena dasar dari Kerajaan Sorga adalah
kebenaran dan keadilan. Singkatnya; sebuah
takhta terdiri di sorga; artinya; ada damai sejahtera, ada kebenaran, ada
keadilan.
Keindahan sorga tanpa sebuah takhta terdiri di
sorga -- tanpa damai sejahera, tanpa kebenaran, tanpa keadilan --, maka
sorga tidak ada artinya; demikian juga dengan manusia. Jadi, jangan kita keliru
dalam mengikuti TUHAN.
Kolose 3:15
(3:15) Hendaklah damai sejahtera
Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi
satu tubuh. Dan bersyukurlah.
“Hendaklah damai sejahtera Kristus
memerintah dalam hatimu.” Tujuannya adalah demi terwujudnya
kesatuan tubuh. Persamaannya adalah ibadah atau pun hidup rohani kita akan
dipimpin sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan.
Kalau ada damai sejahtera di dalam nikah rumah tangga,
ada damai sejahtera dalam hubungan intim kita dengan TUHAN, maka damai
sejahtera itu akan memimpin hidup rohani kita sampai kepada puncaknya, yaitu
doa penyembahan. Jadi, puncak ibadah bukanlah Ibadah Raya Minggu, bukan Ibadah
Pendalaman Alkitab, tetapi “doa penyembahan”; dan TUHAN sedang berusaha untuk
memimpin kehidupan kita sampai kepada doa penyembahan.
Oleh sebab itu, hendaklah damai sejahtera Kristus
memerintah di dalam hati kita masing-masing, memerintah di dalam nikah dan
rumah tangga kita, supaya memimpin hidup rohani kita sampai kepada puncaknya,
itulah “doa penyembahan”, bagaikan asap dupa yang naik ke hadirat TUHAN,
menembusi takhta Allah, berjumpa dengan Allah.
Contoh: Di dalam Injil Matius 2 tentang
“Kelahiran Yesus”, orang-orang Majus dipimpin oleh Bintang Timur sampai kepada
penyembahan yang benar. Sebaliknya, Herodes hidup dalam penyembahan yang palsu,
sebab damai sejahtera Kristus tidak memerintah dalam hidupnya. Memang, dia
memerintahkan orang Majus itu dan berkata: “Pergi dan selidikilah dengan
seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia,
kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.” Tetapi
sebetulnya, itu adalah penyembahan palsu; mengapa demikian? Karena damai
sejahtera Kristus tidak memerintah dalam hatinya, tidak memerintah dalam nikah;
itu adalah penyembahan palsu.
Orang-orang Majus adalah gambaran dari tiga manusia
Ilahi yang terangkat hidup-hidup ke sorga; hal itu dapat dilihat dari apa yang
mereka persembahkan saat mereka sudah menemukan Yesus yang dilahirkan itu. Di
dalam Injil Matius 2:11, ada tiga hal yang mereka persembahkan:
1.
Emas.
2.
Kemenyan.
3.
Mur.
“Emas”, berbicara
tentang; kemurnian. Kalau emas dilemparkan ke dalam api (ujian/cobaan); semakin
diuji, maka semakin murni hidup rohaninya. Jadi, jangan kecil hati, jangan
kecewa kalau saat ini ekonomi keuangan kita sedang merosot akibat dampak dari
wabah Corona ini, tidak perlu kecil hati. Justru, dalam ujian itu akan tampak
kemurnian di dalam hal kita mengikuti TUHAN.
Itulah “emas”, yang berbicara tentang; kemurnian,
menunjuk kepada; FIRMAN ALLAH. Firman Allah itu murni; tidak boleh ditambahkan
dan tidak boleh dikurangkan, yang merupakan bayangan dari Musa; ia
adalah salah satu dari tiga manusia ilahi yang diangkat naik ke sorga -- selain
pribadi Yesus --.
“Kemenyan”, sama dengan;
penyembahan. Asap dupa yang naik ke hadirat TUHAN, itu merupakan penyembahan;
jelas, hal itu menunjuk kepada; KASIH ALLAH, yang merupakan bayangan dari Henokh;
ia adalah manusia ilahi yang terangkat naik ke sorga.
“Mur”, sama dengan;
urapan, menunjuk; ROH-EL KUDUS, yang merupakan bayangan dari Elia. Oleh
sebab itu, pada saat Elia naik terangkat ke sorga disertai dengan kereta berapi
dengan kuda berapi, yang disaksikan oleh Elisa.
Kereta berapi itu berbicara tentang Roh-El Kudus.
Inilah yang menjadi doa kerinduan kita, yang juga
tentu menjadi harapan TUHAN supaya kita semua menjadi manusia ilahi. Biarlah
kiranya takhta Allah ada di dalam Kerajaan Sorga. Biarlah kiranya Allah
bertakhta dalam kehidupan kita, sehingga damai sejahtera Kristus memerintah di
dalam kehidupan kita; inilah yang akan memimpin kehidupan rohani kita sampai
kepada penyembahan, sampai pada akhirnya kehidupan kita sama seperti tiga manusia ilahi --
itulah Henokh, Musa dan Elia --.
Demikianlah saya sampaikan mengenai Wahyu 12:7A
walaupun secara singkat saja, namun biarlah kita memperhatikannya dengan
sungguh-sungguh, sehingga lewat pemaparan yang singkat ini kita diberkati,
firman itu mendarah daging dalam kehidupan kita masing-masing.
Kita kembali untuk melihat Wahyu 12.
Wahyu 12:7-8
(12:7) Maka timbullah
peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan
naga itu, dan naga itu dibantu oleh
malaikat-malaikatnya, (12:8) tetapi mereka tidak dapat bertahan;
mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.
Di sini kita melihat: Malaikat Mikhael yang dibantu
oleh malaikat-malaikatnya berhadapan atau berperang melawan naga itu yang
dibantu oleh malaikat-malaikatnya. Tetapi naga itu dan malaikat-malaikatnya
tidak dapat bertahan, dengan kata lain; mereka mengalami kekalahan telak,
sehingga mereka tidak mendapat tempat lagi di dalam Kerajaan Sorga.
Itu sebabnya, pada ayat 7 bagian A ini sungguh
membuat kita terkejut; seolah-olah suasana sorga itu tidak ada damai.
Berkaitan dengan itu, hal yang senada terjadi dan
dialami oleh 70 (tujuh puluh) murid-murid di bumi ini.
Lukas 10:17-19
(10:17) Kemudian ketujuh
puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga
setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." (10:18) Lalu kata
Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. (10:19)
Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan
kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang
akan membahayakan kamu.
Pengakuan 70 (tujuh puluh) murid-murid: “Tuhan,
juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Kemudian, di sisi lain,
Yesus sendiri mengakui dan berkata kepada murid-murid: “Aku melihat Iblis
jatuh seperti kilat dari langit.”.
Tanpa dipungkiri, hal itu terjadi -- di mana musuh
(Setan) sudah ditaklukkan -- karena TUHAN yang memberi kuasa kepada
murid-murid, TUHAN yang memberi kuasa kepada 70 (tujuh puluh) murid-murid.
Lukas 10:21
(10:20) Namun demikian
janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah
karena namamu ada terdaftar di sorga."
Seorang utusan TUHAN, seorang hamba TUHAN di tengah
ibadah dan pelayanannya, pasti TUHAN sertai dengan kuasa, sehingga Setan pun
dikalahkan; tetapi, itu semua bukan menjadi suatu tolak ukur di dalam hal
kebahagiaan yang sempurna, atau bukan menjadi suatu tolak ukur untuk kita dapat
masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Oleh sebab itu, Yesus berkata: “Bersukacitalah
karena namamu ada terdaftar di sorga”, itu jauh lebih penting. Tidak salah
jika di tengah ibadah dan pelayanan, seorang hamba TUHAN mengadakan demonstrasi
di dalam hal mengusir Setan, serta tanda-tanda heran, dan lain sebagainya,
tetapi belum tentu dia masuk Kerajaan Sorga, karena hari esok dia harus tetap
memikul salibnya. Manakala dia lemparkan salibnya, maka dia akan binasa. Yang
terpenting adalah “bersukacitalah (berbahagialah) karena namamu ada
terdaftar di sorga”.
Mari kita bandingkan dengan Injil Matius 7.
Matius 7:22
(7:22) Pada hari
terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga?
Di hari-hari terakhir, akan terjadi kekeliruan yang besar, sebab di sini kita
melihat; hamba-hamba TUHAN mengukur Kerajaan Sorga dengan perbuatannya. Banyak
orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga? Jadi, seolah-olah Kerajaan Sorga itu diukur dari
perbuatannya, seolah-olah untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga itu diukur dari
perbuatannya, dari pelayanannya.
Hamba-hamba TUHAN itu mengukur Kerajaan Sorga dengan
perbuatannya, antara lain;
1.
Mengusir Setan demi nama TUHAN.
2.
Bernubuat demi nama TUHAN.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Dengan pelayanan (perbuatan) ini, mereka merasa bahwa
mereka berhak untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Itu sebabnya di atas tadi Yesus berkata: “Aku
melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit”, maksudnya; Yesus sendiri
melihat bahwa Setan-Setan sudah takluk, dilemparkan ke bumi seperti kilat dari
langit; memang itu terjadi, karena TUHAN yang memberi kuasa. Tetapi tidak
berhenti sampai di situ, Yesus juga berkata: “Bersukacitalah (berbahagialah)
karena namamu ada terdaftar di sorga.”
Jadi, mengusir Setan bukan menjadi tolak ukur supaya
seorang hamba TUHAN berhak masuk ke dalam Kerajaan Sorga; itu bukan tolak ukur,
itu adalah kekeliruan yang besar yang akan terjadi di hari-hari terakhir ini.
Kalau hamba TUHAN mengadopsi pengertian semacam ini,
bagaimana hidup dari sidang jemaat? Bagaimana masa depan dari sidang jemaat?
Sudah pasti sama-sama binasa. Oleh sebab itu, jangan keliru di dalam hal
mengikuti TUHAN. Pengertian kita tidak boleh keliru tentang Kerajaan Sorga.
Lalu, apa jawab Yesus terhadap mereka yang sudah
melakukan tiga perkara ajaib?
Matius 7:23
(7:23) Pada waktu itulah
Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Bayangkan; sudah melakukan tiga perbuatan ajaib,
tetapi Yesus justru berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”,
selanjutnya Yesus berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!”
Kalau seorang hamba TUHAN, seorang pemimpin rumah
TUHAN, sibuk mengadakan tiga perkara ajaib, sibuk mengadakan pengusiran setan
di tengah ibadah dan pelayanannya, tetapi salib Kristus (salib di Golgota)
diabaikan di tengah ibadah pelayanan, maka dia itu adalah hamba TUHAN yang;
1.
Tidak dikenal oleh TUHAN.
2.
Pembuat kejahatan.
Saliblah yang membuat damai. Biar mujizat terjadi
seratus kali, sejuta kali di depan mata; yang sakit sembuh, Setan diusir,
tetapi kalau hamba TUHAN tidak mau pikul salibnya, maka tidak ada damai di
situ; sakit sembuh, tetapi damai tidak ada. Oleh sebab itu, Yesus berkata: “Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Kalau hamba TUHAN tidak menyangkal diri dan tidak
memikul salibnya di tengah ibadah dan pelayanan, itu adalah pembuat kejahatan.
Juga, kalau imam-imam tidak menyangkal hatinya yang keras itu di tengah ibadah
dan pelayanan, dia pasti menimbulkan keonaran di tengah ibadah dan pelayanan,
tidak memberi damai sejahtera. Mari kita dukung pekerjaan TUHAN ini dengan baik
lahir batin.
Mari kita lihat BUKTI berikutnya.
Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap
orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Bukan setiap orang yang berseru kepada TUHAN, lalu
berkata: “Tuhan” Lalu kembali berkata: “Tuhan” dan terus menerus
berkata: “Tuhan” Atau, mengadakan tiga perkara ajaib tadi, mulai dari;
1.
Bernubuat demi nama TUHAN.
2.
Mengusir setan demi nama TUHAN.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Bukan itu ukuran untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
“ ... Melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Ukuran untuk masuk Kerajaan Sorga adalah melakukan kehendak Bapa di sorga.
Banyak anak TUHAN (orang Kristen) keliru;
dia pikir dengan mengadakan mujizat, lantas dia dapat masuk sorga, itu salah.
Dia kira dengan bangunan (gereja) mewah, lantas dia dapat masuk sorga; salah.
Dia kira dengan jemaat yang banyak, lantas dia dapat masuk sorga; salah. Yang benar
adalah siapa yang melakukan kehendak Allah Bapa, dialah yang berhak untuk masuk
ke dalam Kerajaan Sorga.
Jadi, tepat seperti yang dikatakan oleh
Yesus kepada murid-murid, bahwa Yesus sudah melihat setan dikalahkan seperti
kilat jatuh dari langit, tetapi jangan bersukacita, melainkan bersukacitalah
(berbahagialah) karena namamu ada terdaftar di sorga; itu yang
terpenting.
Ikutlah TUHAN dengan sungguh-sungguh. Siapa yang ingin
untuk masuk sorga, ikutlah TUHAN dengan cara-Nya TUHAN, jangan dengan caranya
hamba TUHAN. Cara hamba TUHAN bisa dengan politik, bisa dengan logika, bisa
dengan keinginan dagingnya, bisa dengan perasaannya, oleh sebab itu, ikutilah
TUHAN dengan cara TUHAN.
Sidang jemaat juga tidak boleh mengikuti TUHAN dengan
caranya, dengan seleranya, dengan keinginannya, tidak boleh. Silahkan mengikuti
Tuhan dengan caranya sendiri, tetapi ujungnya adalah maut.
Kita diluruskan oleh TUHAN: Tolak ukur untuk masuk ke
dalam Kerajaan Sorga adalah melakukan kehendak Bapa yang di sorga.
Sekarang, kita akan melihat KEHENDAK ALLAH BAPA di
sorga.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi
untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Dalam doa-Nya, Yesus berkata kepada Allah: “Ya
Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya,
jadilah kehendak-Mu!” Yesus telah meminum cawan Allah atau anggur asam,
sehingga dengan demikian; jadilah kehendak Allah atau kehendak Allah terlaksana
oleh-Nya.
Minum cawan Allah, artinya; dengan rela menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Dia menderita karena dosa manusia,
bukan karena dosa-dosa-Nya (minum anggur asam). Menderita karena dosa orang
lain, menderita karena kesalahan orang lain = minum cawan Allah.
-
Memang, sebagai seorang suami harus
bertanggung jawab; rela menderita karena kesalahan keluarganya.
-
Sebaliknya, seorang isteri juga harus rela
menanggung penderitaan karena kesalahan suami dan anak.
-
Sebaliknya, anak-anak harus rela menderita
karena kesalahan orang tuanya.
Dengan demikian, jadilah kehendak Allah atau kehendak
Allah terlaksana. Kalau Yesus tidak mau minum cawan Allah, maka kehendak Allah
tidak terlaksana. Kalau Yesus tidak menanggung penderitaan yang tidak harus Ia
tanggung di atas kayu salib, maka kehendak Allah, rencana Allah buyar
sama sekali; tanpa salib, recana
(kehendak) Allah tidak terlaksana.
Maka, saya dan sidang jemaat, maupun anak TUHAN yang
sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN, seharusnya salib itu tidak asing
bagi kita, salib itu sudah seharusnya menyatu dalam kehidupan kekristenan kita.
Kita harus kena mengena dengan darah salib Kristus; tidak boleh menghindar dari
salib. Itu sebabnya, Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup”
Dan “jalan” itu selalu terkait dengan pintu, kalau kita lihat juga dalam Injil Matius
7:3.
Dalam Tabernakel, terdapat tiga pintu:
Yang Pertama: PINTU GERBANG.
Berarti, menerima Yesus, percaya dan yakin.
Selanjutnya, berada di daerah halaman, di mana terdapat dua macam alat:
1.
Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan.
Orang yang bertobat, pasti memikul salibnya; menyalibkan dua tangan,
menyalibkan dua kaki, dan hatinya.
2.
Lanjut dengan Kolam Pembasuhan, itu
berbicara tentang baptisan Kristus; mati dan bangkit, sampai lahir baru.
Yang Kedua: PINTU KEMAH.
Lalu, untuk masuk ke dalam Ruangan Suci, harus
terlebih dahulu melewati PINTU KEMAH. Berarti, kepenuhan Roh Kudus untuk bisa
mengerjakan tiga macam alat di dalamnya, yang juga berbicara tentang ketekunan
dalam tiga macam ibadah pokok, yaitu:
1.
Meja Roti Sajian à Ketekunan dalam
Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
2.
Pelita Emas à Ketekunan dalam
Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
3.
Mezbah dupa à Ketekunan dalam
Ibadah Doa Penyembahan.
Untuk masuk ke dalam Ruangan Suci guna memperhatikan
tiga macam di dalamnya, maka seorang imam (pelayan TUHAN) harus penuh dengan
Roh Kudus. Imam-imam tidak boleh menuruti keinginan daging, sebab hal itu yang
akan memadamkan Roh Kudus; tidak boleh bertahan dengan kekerasan hati, supaya
di dalam melayani pekerjaan TUHAN tidak ada kemunafikan.
Yang Ketiga: TIRAI.
Itulah tubuh Yesus yang dirobek dari atas sampai ke
bawah. Jadi, perobekan daging itu dari atas ke bawah, bukan bentuk horizontal.
Kalau robek dengan bentuk horizontal, maka walaupun sudah robek, tetapi bagian
atas dan bagian bawah masih mengganjal untuk masuk ke dalam Ruangan Maha Suci.
Tetapi yang benar adalah perobekan itu dari atas sampai ke bawah, sehingga kita
boleh berada di dalam Ruangan Maha Suci, itulah tempat kudus, yang berbicara
tentang dua hal;
1.
Takhta Allah atau ibadah dan
pelayanan.
2.
Nikah suci.
Jadi, untuk mencapai kesempurnaan
itu harus melalui “jalan” yang terkait dengan pintu. Lebarlah pintu
dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, tetapi sesaklah pintu
dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan (keselamatan).
Jangan keliru di dalam hal mengikuti TUHAN. Ikuti cara TUHAN, jangan ikuti
keinginan sendiri. Karena kalau kita mengikuti keinginan sendiri, maka akan
berujung kepada maut.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi
untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan
ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
Perkataan Yesus: “Ya Bapa-Ku”,
menunjukkan bahwa Yesus, sebagai Anak, dengar-dengaran kepada Bapa. Seorang
utusan juga harus dengar-dengaran, tidak boleh keras hati, tidak boleh
pura-pura dengar-dengaran; harus dengar-dengaran yang tulus dan murni.
Selanjutnya, setelah
dengar-dengaran, Yesus berkata: “cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali
apabila Aku meminumnya” Mau tidak mau, Yesus harus minum cawan Allah, Yesus
harus menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, Dia harus menderita
karena dosa manusia. Dengan demikian, “jadilah kehendak-Mu”.
Kalau hanya mengadakan tiga perkara
ajaib yakni: -- bernubuat demi nama TUHAN, mengusir Setan demi nama TUHAN,
mengadakan banyak mujizat --, tetapi salib diabaikan, itu sama dengan hamba
TUHAN pembuat kejahatan. TUHAN tidak mengenal hamba TUHAN semacam ini.
Inilah yang saya maksud tadi; kalau
mau ikut TUHAN, ikuti cara TUHAN, jangan ikuti cara berpikir manusiawi,
maka kita harus dengar apa yang disampaikan Yesus kepada murid-murid di dalam Matius
16:24-25.
Matius 16:24-25
(16:24) Lalu
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (16:25)
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya;
tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Syarat untuk mengikut TUHAN adalah:
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut TUHAN. Artinya,
rela kehilangan nyawanya karena TUHAN. Jangan kita mempertahankan diri ini
(nyawanya) hanya karena uang, hanya karena harta, kekayaan, tetapi jauh dari
TUHAN (kehilangan nyawa), tetapi biarlah kita rela kehilangan nyawa karena
TUHAN.
Jaminannya adalah barangsiapa
kehilangan nyawanya karena salib Kristus, maka ia akan memperolehnya,
sama dengan; hidup kekal.
Jadi, yang memberi hidup kekal
adalah sangkal diri, pikul salib, ikut TUHAN. Kalau harta, kekayaan, uang,
kedudukan, jabatan, kekuasaan yang dimiliki oleh manusia di atas muka bumi ini
tidak bisa memberi jaminan karena tidak ada darahnya. Korban Kristus, darah
salib Kristuslah yang menjadi jaminan, berarti; sangkal diri, pikul salib, ikut
TUHAN.
Sejenak kita lihat persamaan dari
“sangkal diri, pikul salib, ikut TUHAN.”
Tentang: “Sangkal diri”,
berarti menyangkal segala sesuatu yang ada di dalam diri ini, termasuk
kelebihan-kelebihan apa saja, sangkal saja. Ini adalah pengertian sederhana;
jangan kita terlalu dalam mengerti, tetapi yang sederhana tidak sanggup
dilakukan, sebab hatinya saja tidak bisa disangkal di dalam hal mendengarkan
Firman TUHAN.
Tentang: “Memikul salibnya”,
menunjukkan bahwa; ia adalah seorang yang bertanggung jawab; ya di atas ya,
tidak di atas tidak. Masing-masing manusia mempunyai tanggung jawabnya;
-
Sebagai seorang suami bertanggung
jawab untuk menjadi kepala rumah tangga yang baik, bapa yang baik, suami yang
baik.
-
Seorang isteri juga harus
bertanggung jawab di hadapan TUHAN di dalam hal ketundukannya, sebab itulah
kemuliaan dari seorang isteri.
-
Seorang anak juga memiliki tanggung
jawab yang harus dipikul, yaitu hormat kepada orang tuanya, supaya panjang
umurnya, bahkan lanjut usianya. Panjang umur, berarti 70 (tujuh puluh) tahun;
lebih dari 70 (tujuh puluh) tahun, berarti lanjut usia; lebih lagi, berarti lanjut
usia; tambah lagi, lanjut usia.
-
Seorang hamba memiliki tanggung
jawab untuk hormat kepada tuannya. Yesus Kristus adalah TUHAN dari hamba-hamba
TUHAN.
-
Demikian juga sebagai seorang tuan,
harus bertanggung jawab untuk memperhatikan hamba-hambanya.
Jadi, setiap orang, setiap insan
mempunyai tanggung jawabnya masing-masing. Itulah pengertian sederhana soal
memikul salib.
Tentang: “Mengikut TUHAN.”
Di dalam hal mengikut TUHAN ini,
kita akan melihat Injil Yohanes 12.
Yohanes 12:24-26
(12:24) Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam
tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia
akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia
ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (12:26) Barangsiapa
melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun
pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Yang dimaksud dengan mengikut TUHAN
adalah sama seperti benih yang “jauh ke dalam tanah dan mati.” Misalnya;
benih gandum harus jatuh dulu ke tanah, baru mati.
-
“Jatuh ke tanah” = rendah hati.
-
“Baru mati”,
berarti; daging tidak bersuara lagi.
Kalau keinginannya, suara dagingnya
masih dituruti, berarti belum mati.
Jadi, yang dimaksud dengan mengikut
TUHAN; sama seperti benih yang jauh ke dalam tanah dan mati, berarti rendah
hati, dan daging tidak bersuara lagi. Itulah yang disebut pengikutan yang
benar; di mana TUHAN berada, di situlah pelayan TUHAN berada.
Kalau hamba TUHAN, pelayan TUHAN
tidak rendah hati, apalagi masih hidup menurut daging, maka dia bukanlah
pengikut TUHAN.
Kita kembali membaca Matius
16:25.
Matius 16:25
(16:25) Karena
barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa kehilangan nyawanya --
berarti sangkal diri, pikul salib, ikut TUHAN --, maka ia akan memperoleh hidup
kekal.
Jadi, “hidup” di sini dalam arti
lain adalah nama terdaftar di sorga, nama tertulis dalam kitab kehidupan Anak
Domba -- jika dikaitkan antara Injil Matius 16:24-25 dengan Injil
Lukas 10:20 --.
Dalam Injil Lukas 10 tadi,
murid-murid mengaku bahwa Iblis Setan sudah mereka taklukkan, dan Yesus sendiri
melihat bahwa Iblis itu jatuh dari langit seperti kilat. Tetapi Yesus kembali
berkata: “Bersukacitalah (berbahagialah) karena namamu ada terdaftar
di sorga.” Berarti, arti kata “hidup” di sini -- dalam Injil Matius 16
-- adalah nama terdaftar di sorga -- jika dikaitkan dengan Injil Lukas 10
--.
Ada beberapa nama-nama yang
terdaftar di sorga, antara lain, Yang Pertama: MUSA.
Dengan ayat referensinya bisa kita
periksa di dalam Keluaran 32:32, tetapi untuk mengetahui kisahnya, kita
akan memperhatikan ayat 31 terlebih dahulu.
Keluaran 32:31
(32:31) Lalu
kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat
dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.
Penekanan pada ayat 31 ini
ialah bangsa Israel jatuh (hidup) dalam penyembahan berhala. Mereka menyembah
patung anak lembu emas tuangan itu, sehingga Musa sungguh sangat menyesal
sekali dengan peristiwa itu. Saya juga sebagai seorang hamba TUHAN akan sangat
menyayangkan dan menyesalkan sekali apabila anak-anak TUHAN, sidang jemaat yang
dipercayakan oleh TUHAN dalam penggembalaan ini jatuh dalam penyembahan
berhala, terikat dengan penyembahan berhala; itu juga akan sangat saya
sayangkan sekali, sebagaimana Musa sangat menyesal sekali dengan peristiwa itu.
Musa berkata: “Ah, bangsa ini
telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.”
Jika sidang jemaat jatuh ke dalam penyembahan berhala, itu membuat seorang
hamba TUHAN menyesal dan mengalami kesedihan yang mendalam. Sungguh, percayalah
dengan apa yang saya sampaikan ini.
Berhala, artinya, Yang
Pertama: Segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN.
Contoh; meninggalkan TUHAN,
meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena kesibukan-kesibukan, terikat
dengan perkara-perkara lahiriah lainnya di bumi ini, karena pendidikan; itu
adalah berhala. Kalau sidang jemaat sibuk bekerja dan meninggalkan ibadah, maka
hamba TUHAN pasti menyesal sekali melihat kelakuan semacam ini; persis seperti
apa yang dikatakan oleh Musa: “Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar.”
Jadi, penyembahan berhala adalah
dosa besar. Tinggalkan TUHAN karena pekerjaan, itu adalah dosa besar.
Tinggalkan TUHAN karena pendidikan, itu adalah dosa besar; itu yang membuat
hamba TUHAN menyesal. Jangan saudara pikir saya tidak resah dengan saudara
manakala terikat dengan penyembahan berhala; saya resah, sungguh, TUHAN tahu.
Berhala, artinya, Yang Kedua:
Kekerasan hati.
Kekerasan hati itu merupakan
penyembahan berhala. Contoh: Saul sudah diurapi TUHAN oleh Samuel, dengan satu
tujuan; untuk memperhatikan bangsa Israel, bertanggung jawab dengan keselamatan
bangsa Israel terhadap musuh-musuh yang di sekitarnya, teristimewa Filistin,
supaya Filistin tidak menjajah bangsa Israel. 1 Samuael 10:1 dan 1
Samuel 13.
Selain Filistin, Saul juga harus
bertanggung jawab atas keselamatan bangsa Israel terhadap musuh yang di
sekitarnya, yaitu Amalek. TUHAN perintahkan Saul: “Bukankah engkau, walaupun
engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku
Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?”
TUHAN sudah mengurapi Saul, tetapi ia harus memperhatikan bangsa Israel
terhadap musuh-musuh di sekitarnya, termasuk Amalek harus ditumpas oleh mereka,
mulai dari rajanya sampai rakyat terkecil, laki-laki perempuan harus ditumpas,
bahkan sampai kepada binatang mereka harus ditumpas habis. Namun Saul tidak
mendengarkannya... 1 Samuel 15.
-
Saul hanya menumpas habis rakyat Amalek,
tetapi membiarkan Agag, raja Amalek, hidup.
-
Saul menumpas binatang yang kurus
bangunnya, tetapi mengambil binatang yang tambun-tambun.
Kemudian, dalam tindakan yang
demikian, TUHAN memberitahukan sakit hati TUHAN kepada Samuel. Lalu Samuel
datang dan bertanya: “Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa
engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?” Di
situ pun Saul tetap mengeraskan hati, di situ pun Saul masih tetap membela
diri, tidak segera mengakui kesalahannya.
Saul berkata: “Aku memang
mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku
dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah
kutumpas.” Saul berkata bahwa ia sudah menumpas orang Amalek dan hanya
membiarkan Agag, raja Amalek hidup. Seringkali karena kata: “hanya” ini, justru
membuat seseorang tidak dengar-dengaran, atau: “sedikit aja kok”, “itu
aja kok”, “itu doang”. Inilah ciri orang keras hati; tidak mau
dengar-dengaran.
Kemudian, Samuel juga menegor: “Kalau
begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi
lembu-lembu yang kudengar itu?” Saul menjawab: “Semuanya itu dibawa dari
pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu
yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu;
tetapi selebihnya telah kami tumpas.” Binatang yang kurus ditumpas oleh
Saul, tetapi binatang yang gemuk (tambun) diambil dengan alasan untuk digunakan
sebagai korban persembahan.
Tetapi Samuel berkata: “Apakah
TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti
kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari
pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba
jantan.” Mana yang lebih penting; memperhatikan Firman TUHAN atau korban
persembahanmu? Mana yang lebih penting; kedegilan hati atau korbanmu?
Yang TUHAN mau adalah supaya kita
belajar dengar-dengaran, bukan soal siapa yang lebih pintar, bukan soal korban
siapa yang lebih banyak. Yang TUHAN mau adalah supaya kita dengar-dengaran.
Berhala, artinya, Yang Ketiga:
Kebenaran diri sendiri.
Menunjukkan bahwa dia hidup di
bawah hukum Taurat. Ciri hukum Taurat itu menjelankan ibadah secara lahiriah.
Misalnya; mulut memuji memuliakan TUHAN, tetapi hati jauh dari TUHAN, sama
dengan; mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah, tetapi manusia
batiniahnya tidak dipersembahkan kepada TUHAN; itu adalah kebenaran diri
sendiri.
Kelemahan dari hukum Taurat yang
ditunjukkan oleh orang yang hidup di bawah hukum Taurat adalah;
1.
Menunjuk-nunjuk dosa.
2.
Membela diri = kebenaran diri sendiri.
Itulah penyembahan berhala dari
bangsa Israel.
Kita kembali membaca Keluaran
32:31.
Keluaran 32:31
(32:31) Lalu
kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat
dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.
Dalam penyesalan itu, Musa mengakui
bahwa memang bangsa Israel sudah jatuh dalam dosa penyembahan berhala. Artinya,
Musa betul-betul memperhatikan kawanan domba Allah. Memang itulah ciri dari
seorang hamba TUHAN yang rendah hati dan lemah lembut, ciri hamba TUHAN yang
bertanggung jawab. Tetapi, rupa-rupanya bangsa Israel betul-betul jatuh dalam
penyembahan berhala.
Dan perlu untuk diketahui: Kalau
seseorang jatuh dalam penyembahan berhala, di situ akan terjadi banyak
kekeliruan-kekeliruan, sebagai contoh, kita akan memperhatikan Keluaran
32:1-4.
Keluaran 32:1
(32:1) Ketika
bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka
berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari,
buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini,
orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa
yang telah terjadi dengan dia."
“Ketika bangsa itu melihat,
bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka
mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah,
yang akan berjalan di depan kami.” Baru sebentar saja Musa naik ke gunung
dan meninggalkan mereka di lereng gunung, mereka sudah tidak terkendali lagi.
Memang, penting sekali kita untuk
tergembala dengan baik; kalau tidak, hati dan pikiran serta perasaan tidak
terkendali lagi/menjadi liar.
Keluaran 32:2-6
(32:2) Lalu
berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada
pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya
kepadaku." (32:3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan
anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun.
(32:4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan
dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka:
"Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah
Mesir!" (32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di
depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi
TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah
bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Kekeliruan yang terjadi pada saat
bangsa Israel jatuh dalam penyembahan berhala, menyembah anak lembu emas
tuangan, yaitu:
YANG PERTAMA: Anting-anting emas
ditanggalkan dari telinga para isteri, anak laki-laki, anak perempuan.
Artinya, tidak dengar-dengaran lagi.
Salah satu perhiasan rohani yang
paling disukai oleh TUHAN adalah dengar-dengaran, seperti Anak Allah, Yesus
Kristus, dengar-dengaran kepada Bapa; Dia diutus untuk melakukan kehendak Allah
Bapa, dan Ia berkata: “Ya Bapa-Ku, cawan ini tidak mungkin lalu”,
berarti harus minum cawan. Tetapi lihatlah kekeliruan yang terjadi; mereka
menanggalkan anting-anting emas, tidak lagi dengar-dengaran, kehilangan
perhiasan yang sangat istimewa.
Kalau hamba TUHAN, pelayan TUHAN
tidak dengar-dengaran, maka ia tidak akan berhasil di tengah ibadah dan
pelayanan. Sidang jemaat yang tidak dengar-dengaran di tengah pengikutannya
kepada TUHAN, maka ia jauh dari berkat TUHAN, bahkan terjadi kekeliruan demi
kekeliruan.
YANG KEDUA: Sesudah anak lembu emas
tuangan itu berdiri, berkatalah Harun: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang
telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!”
Bukankah Allah sendiri yang
membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan Firaun? Anak Domba Paskah
telah disembelih pada waktu senja, lalu darah itu juga disapukan dengan
menggunakan hisop pada kedua tiang dan ambang pintu, sehingga tulah pemusnah
tidak masuk ke dalam rumah itu, sebaliknya kematian anak sulung di Mesir. Pada saat
itulah bangsa Israel dilepaskan; jelas karena darah Anak Domba Paskah yang
membebaskan bangsa Israel, bukan berhala.
Kita ini tidak bisa bebas dari
perbudakan dosa oleh karena harta, kekayaan, uang, kedudukan, dan kekuasaan
apapun, tidak bisa membebaskan kita dari perbudakan dosa. Hanya TUHAN yang
sanggup membebaskan kita dari perbudakan dosa; darah Anak Domba Paskah telah
disembelih pada waktu senja, sehingga bebaslah mereka dari perbudakan dosa.
Jadi, di sini kita melihat; sudah
terjadi kekeliruan. Kalau anak TUHAN jatuh dalam penyembahan berhala, pasti
keliru, pasti dia berpikir bahwa yang membebaskan dia dari dosa dan
pergumulan-pergumulan adalah hartanya, kedudukannya, uangnya, kekuasaannya;
sehingga pasti keliru.
Harun saja -- yang adalah Imam Besar
yang menjadi pengantara bangsa Israel dengan Allah; setiap sekali setahun dia
harus masuk Ruangan Maha Suci untuk memperdamaikan dosa -- bisa keliru, apalagi
kita? Lalu siapa kita, sehingga tidak sungguh-sungguh mengikuti TUHAN? Mengapa
keras hati?
YANG KETIGA: Mendirikan mezbah
untuk patung anak lembu emas tuangan.
Mezbah itu berbicara tentang
pelayanan, di mana di tengah ibadah pelayanan ini tentu kita akan membawa
korban dan persembahan. Dan pada saat itu, bangsa Israel mempersembahkan korban
bakaran dan korban keselamatan untuk patung anak lembu emas tuangan.
Tidak sedikit anak-anak TUHAN rela
berkorban hanya untuk berhala. Untuk pekerjaan rela berkorban, untuk teman rela
berkorban, untuk tetangga rela berkorban, untuk siapa saja rela berkorban, tetapi
separuh dari semua korban yang dia lakukan itu belum tentu dia kerjakan
untuk TUHAN. Bukankah ini adalah persembahan yang bodoh dan keliru?
Beberapa waktu yang lalu saya
pernah singgung sedikit; tentang kekeliruan yang terjadi di Amerika, di mana
satu warga kulit hitam mati terbunuh oleh polisi, lalu banyak orang di Amerika
mengadakan demonstrasi menuntut Hak Asasi Manusia; hal ini tidak salah. Tetapi
yang mau saya katakan adalah jika separuh dari cara dia menuntut pemerintah
dilakukan untuk TUHAN, apakah TUHAN tidak bahagia dan senang? Kita
mengadakan kekerasan; demo sana, demo sini, tetapi untuk TUHAN tidak mau
berjuang. Berjuang untuk berhala, berjuang untuk perkara lahiriah, tetapi tidak
berjuang untuk mengasihi TUHAN?
Demikianlah kekeliruan bangsa Israel,
sampai pada akhirnya nanti, ada akibat dari tiga kekeliruan yang terjadi
di atas tadi.
Keluaran 32:6
(32:6) Dan
keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan
korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum;
kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
“ ... Sesudah itu duduklah
bangsa itu untuk makan dan minum ...” Singkatnya, puncak dari kekeliruan
yang dilakukan oleh bangsa Israel adalah jatuh dalam dosa makan minum,
dilanjutkan dengan dosa kenajisan. Makan minum itu adalah dosa merokok,
minum-minuman keras, mabuk, lanjut sampai kepada kenajisan.
Lihat, tidak ada manusia yang bisa
mempertahankan dirinya menjadi suci apalagi sempurna, jika ia hidup di luar
TUHAN; itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi yang ada adalah kalau
seseorang jatuh dalam penyembahan berhala, maka ujungnya akan jatuh dalam dosa
makan minum, merokok, narkoba, minuman keras, mabuk, dan memuncak sampai kepada
dosa kenajisan. Itu sudah pasti, tidak bisa tidak. Siapapun dia di luaran sana,
pasti akan memuncak ke situ.
Keluaran 32:7
(32:7)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang
kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya.
Akhirnya, TUHAN berkata kepada
Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah
Mesir telah rusak lakunya.” Jadi, kalau sudah terjadi kekeliruan yang
memuncak dalam kenajisan, menunjukkan bahwa; rusak lakunya.
Tetapi lihatlah ayat 32 ...
Keluaran 32:32
(32:32) Tetapi
sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah
kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."
“Tetapi sekarang, kiranya Engkau
mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak ...” Pernyataan “jika tidak” dari Musa ini seperti
mengancam TUHAN untuk mengampuni dosa bangsa Israel. Musa mengancam “ ...
Hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” Musa
mengancam TUHAN dengan menghapuskan namanya supaya tidak terdaftar di sorga,
jika TUHAN tidak mengampuni dosa bangsa Israel; itu adalah ancaman Musa.
Memang betul-betul dia bertanggung
jawab, tetapi rupanya dia keliru dalam tanggung jawabnya. Di mana letak
kekeliruannya?
Keluaran 32:33
(32:33) Tetapi
TUHAN berfirman kepada Musa: “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang
itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.
Siapa yang berdosa kepada TUHAN
karena berhala, nama orang itu yang tidak terdaftar di sorga. Tetapi yang pasti; nama Musa dituliskan dalam
kitab kehidupan, terdaftar di sorga.
Teranglah kita mengerti, bahwa
supaya nama terdaftar di sorga, maka lepaslah dari penyembahan berhala.
Lepaskan diri dari penyembahan berhala.
Ada beberapa nama-nama yang
terdaftar di sorga, antara lain, Yang Kedua: RASUL PAULUS dan rekan
sekerjanya di dalam TUHAN.
Sebagai ayat referensinya Filipi
4:2-3.
Filipi 4:2-3
(4:2) Euodia
kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. (4:3)
Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah
mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil,
bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya
tercantum dalam kitab kehidupan.
Nama yang tercantum dalam kitab
kehidupan atau terdaftar dalam Kerajaan Sorga, yaitu: Rasul Paulus, Euodia,
Sintikhe, Sunsugos dan Klemens.
Tentu timbul pertanyaan; Ada apa
dan mengapa nama mereka tertulis dalam kitab kehidupan? Mengapa nama mereka
terdaftar di sorga? Untuk menjawabnya, kita akan melihat kelebihan-kelebihan
mereka:
1.
Euodia dan Sintikhe
menghargai dan menghormati nasihat-nasihat Rasul Paulus. Sore ini, Firman TUHAN
dinyatakan, itulah nasihat TUHAN yang harus kita hargai dan harus kita hormati.
Tujuan menghormati nasihat firman ialah supaya sehati sepikir di dalam melayani
TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Ingat firman tadi
malam dalam kesempatan Ibadah Kaum Muda Remaja: “Hikmat, tinggal
bersama-sama dengan kecerdasan.” Hikmat tidak tinggal kepada orang kaya, hikmat
tidak tinggal kepada orang pandai, hikmat tidak tinggal kepada orang yang
ijazahnya tinggi, tetapi hikmat tinggal bersama dengan kecerdasan. Jadi, ukuran
cerdas itu bukan doktor, profesor, ijazah tinggi, pendidikan tinggi, kedudukan
tinggi, bukan. Ukuran kecerdasan itu adalah menyerah, berarti; terima nasihat
firman.
2.
Sunsugos menjadi teman
yang setia bagi Rasul Paulus. Biarlah kiranya kita memiliki roh setia, dimulai
dari diri kita di hadapan TUHAN setia, sehingga dalam nikah jasmani (nikah
rumah tangga) pun setia; suami setia kepada isteri dan isteri setia kepada
suami.
Kemudian,
kelebihan dari Sunsugos ini adalah mau menolong dan mau memperhatikan
rekan-rekan (kawan) kerja yang lain. Dalam hal ini, harus kita buktikan juga;
saya tidak perlu menceritakan A, B dan C, cukup TUHAN yang tahu. Sidang jemaat
sekiranya mempunyai masakan yang agak banyak, perhatikan yang lain. Di rumah
ada beras yang banyak dan limpah, perhatikan yang lain; mari kita saling tolong
menolong. Itulah Sunsugos; menolong dan memperhatikan rekan kerja yang lain.
Barangkali kita hanya dapat lakukan sedikit, lakukanlah walaupun sedikit.
3.
Klemens adalah seorang
hamba TUHAN yang rela berjuang di tengah-tengah melayani pekerjaan TUHAN. Jadi,
hamba TUHAN harus berjuang, pelayan TUHAN harus berjuang. Kalau hanya melayani
di mimbar, tetapi tidak berjuang, itu bukanlah hamba TUHAN. Jadi, harus
berjuang; harus punya semangat di dalam melayani pekerjaan TUHAN, harus ada
daya juang dalam melayani TUHAN, tidak boleh malas-malasan dan tidak boleh terpaksa.
Saya sungguh
sangat sedih sekali kalau sidang jemaat malas-malasan dalam beribadah, apalagi
kalau bermain-main dalam mengatur waktunya persiapan ibadah. Seharusnya bisa
mempergunakan waktu untuk istirahat, tetapi justru digunakan untuk main HP dan
main game, akhirnya seringkali mengantuk saat beribadah. Kalau beribadah dan
melayani TUHAN; harus semangat, harus menjadi pejuang, bukan pecundang; harus
menjadi aktor intelektual, sedapat mungkin orang lain bergantung kepada kita --
tetapi bukan untuk pamer --.
Filipi 4:4
(4:4) Bersukacitalah
senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
Sekalipun dengan pengalaman dari Euodia,
Sintikhe, Sunsugos dan Klemens, namun mereka tetap
bersukacita.
Itulah nama-nama yang terdaftar di
sorga menurut ayat-ayat referensi yang sudah kita baca.
Ada beberapa nama-nama yang
terdaftar di sorga, antara lain, Yang Ketiga: Orang-orang YANG
MENANG.
Wahyu 3:5
(3:5)
Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak
akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya
di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
Barangsiapa menang, Yesus berkata:
“Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan”, sama dengan;
nama terdaftar di sorga.
Pertanyaannya: Menang dari apa?
Apakah menang dari lotre? Menang dari apa?
Wahyu 3:1
(3:1) "Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki
ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau
dikatakan hidup, padahal engkau mati!
TUHAN menyelidiki sidang jemaat di
Sardis; Dia tampil sebagai firman yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh
bintang, sehingga terlihatlah keberadaan dari sidang jemaat di Sardis: “Engkau
dikatakan hidup, padahal engkau mati.”
Sore hari ini TUHAN menyelidiki
kehidupan kita lewat pemberitaan Firman Allah dari Wahyu 12:7-8. TUHAN
mengoreksi dan TUHAN sudah melihat hati kita masing-masing; dari awal Firman
TUHAN dinyatakan, kita sudah dengar dan sudah terima, TUHAN sudah menyelidiki,
TUHAN sudah melihat.
Dan untuk sidang jemaat di Sardis
ini, TUHAN berkata: “Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!”,
menunjukkan bahwa sidang jemaat di Sardis ini berada di tengah-tengah kegiatan
Roh, berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tetapi sayangnya, mereka
hidup menurut daging. Roh itu hidup, daging itu mati.
Biarpun ada di tengah-tengah
kegiatan Roh semacam ini, berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan semacam
ini, tetapi masih menurut hawa nafsu
daging, berarti rohaninya mati -- sebab Roh itu yang menghidupkan, sementara
daging itu mati.
Wahyu 3:2
(3:2)
Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak
satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
“Bangunlah”, berarti berada
dalam suasana kebangkitan oleh Roh Allah; yang lama sudah berlalu, dosa apapun,
segala jenis kecemaran yang di belakang sudah berlalu. Kemudian, “Kuatkanlah
apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati.”
Jadi, jelas bahwa jemaat di Sardis
ini betul-betul hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging, betul-betul
rohani mereka mati, tetapi masih ada tinggal sedikit. Itu sebabnya di sini
dikatakan: “sudah hampir mati”, berarti masih ada tinggal sedikit
hal-hal yang bisa membangunkan rohani itu.
Lihatlah, akibat hidup padahal
mati, TUHAN berkata: “Tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di
hadapan Allah-Ku.” Banyak pekerjaan yang mereka kerjakan, tetapi
kenyataannya, satu pun dari pekerjaan yang mereka kerjakan itu tidak ada yang
sempurna.
Sama dengan penggembalaan GPT “BETANIA”, kita mengerjakan warta majalah per
minggu dan Majalah Gulungan Kitab Yang Terbuka untuk kita kirim kepada ratusan
hamba TUHAN. Untuk mengerjakan itu ada banyak bagian; ada bagian mengetik, ada
bagian mengedit, ada bagian mencetak, masing-masing punya bagiannya, ada banyak
pekerjaan. Tetapi kalau hidup menurut daging, itu semua mati, dan akibatnya;
sekalipun pekerjaan itu banyak, namun semuanya tidak ada yang sempurna.
Wahyu 3:3
(3:3) Karena itu
ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan
bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti
pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.
“Karena itu ingatlah, bagaimana
engkau telah menerima dan mendengarnya ...” Bukankah kita sudah terima hal
yang baik? Bukankah TUHAN sudah memperdengarkan dan memberitahukan isi
hati-Nya? Oleh sebab itu, turutilah itu dan bertobatlah, berjaga-jaga .
Jadi, langkah berikutnya, sebagai
syarat untuk kita bisa memperbaiki hidup ini adalah;
1.
Turutilah segala firman
yang kita sudah kita terima dan kita dengar dari TUHAN.
2.
Bertobatlah, berarti berhenti
berbuat dosa, bagaikan dua tangan yang terpaku, serta dua kaki yang terpaku dan
lambung yang ditombak.
3.
Berjaga-jagalah, artinya; hidup
dalam doa penyembahan.
Wahyu 3:4
(3:4) Tetapi di
Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan
berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk
itu.
Hasilnya adalah memperoleh pakaian
putih, itu berbicara lenan halus yang berkilau-kilauan, menunjuk;
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus. Kalau kita mengenakan
lenan halus, berarti segala kekurangan, segala ketelanjangan, segala kelemahan
tidak nampak lagi.
Kelemahan yang mendasar dari sidang
jemaat di Sardis adalah dikatakan hidup, padahal mati, jelas ini adalah
hidup menurut hawa nafsu daging.
Tetapi lewat proses demi proses
yang kita lewati; sesuai dengan proses dari sorga, dari Allah, pada akhirnya
memiliki pakaian putih untuk menutupi segala ketelanjangan kita, sehingga kita
layak untuk berjalan bersama dengan TUHAN. Ini adalah proses terakhir dalam
langkah-langkah pengikutan kita kepada TUHAN.
Salomo telah mengatakannya: Amsal
30:18-19.
1.
Jalan rajawali di udara.
2.
Jalan ular di atas cadas.
3.
Jalan kapal di tengah laut.
4.
Jalan seorang laki-laki dengan seorang
gadis.
Jalan seorang laki-laki dengan
seorang gadis, jelas itu berbicara pesta nikah Anak Domba sebagai perjalanan
rohani kita yang terakhir; dengan demikian, nama tertulis di dalam kitab
kehidupan Anak Domba, sama dengan; nama terdaftar di Sorga.
Kita sudah mendapatkan penjelasan
dan pemaparan dari Wahyu 12:7-8. Kita berdoa, supaya di minggu yang akan
datang, kita boleh mendapatkan pemaparan sekaligus berkat dari sorga dari ayat
9.
Yang pasti, pengertian yang kita
dapat dari Wahyu 12:7-8, “ ... Tetapi mereka tidak dapat bertahan;
mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.” Yang mendapat tempat di sorga
adalah mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba, sama
dengan; terdaftar di sorga.
Bagaimana saudara melihat kebaikan
TUHAN yang sedang dinyatakan di tengah perhimpunan ibadah sore hari ini? Betapa
TUHAN sedang berjuang untuk menyelamatkan hidup kita masing-masing. Jangan kita
menganggap sepi kekayaan dan kemurahan hati TUHAN. Jangan kita menganggap najis
darah perjanjian TUHAN; mari kita junjung tinggi korban Kristus.
Kalau kita sudah mendengar nasihat,
lalu kita menerima teguran-teguran, biarlah itu kita hormati, karena TUHAN
mempunyai tujuan yang mulia, yaitu supaya nama kita tertulis dalam kitab
kehidupan Anak Domba, nama kita terdaftar di sorga bersama dengan Musa, Rasul
Paulus dan rekan kerjanya, serta mereka yang menang terhadap perbuatan daging,
seperti jemaat di Sardis yang kepadanya dikaruniakan pakaian putih, menjadi
mempelai TUHAN. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment