IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 09 JULI 2020
KITAB RUT
(Seri: 100)
Subtema: KELEDAI BEBAN MUDA DIBAWA MASUK KE YERUSALEM
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia
kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Puji TUHAN, oleh karena kemurahan TUHAN,
kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai
dengan perjamuan suci.
Segera saja kita menyambut firman
penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya:
"Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih
setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi
kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib
menebus kita."
Lagi kata Naomi kepada Rut, menantunya:
"Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus
kita."
Singkatnya, Naomi menjelaskan kepada Rut
menantunya itu bahwasanya Boas adalah kerabat atau saudara terdekat dari
Elimelekh, suaminya; dialah salah seorang yang wajib menebus Naomi dan Rut.
Jadi, apa yang telah dijelaskan oleh Naomi
kepada Rut, menantunya itu, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku
di Israel; hal itu ditulis dengan jelas di dalam Imamat 25:24-25. Lalu,
penggenapan dari nubuatan Imamat 25:24-25 telah dikerjakan oleh pribadi
Yesus Kristus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib. Perkara ini diakui
dan ditulis di dalam Injil Matius 20:28, “Anak Manusia datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang”, menjadi tebusan terhadap orang-orang yang
terjual kepada maut, seperti Naomi dan Rut.
Saya tambahkan sedikit: Naomi beserta
suaminya dan anak-anaknya pernah meninggalkan Betlehem-Efrata; tentu mereka
menjual harta bendanya, bahkan menjual milik pusaka mereka. Sedangkan Rut,
jelas adalah bangsa kafir, bangsa Moab, bukan bangsa Israel. Pendeknya, baik
Naomi maupun Rut, menantunya itu, telah terjual kepada maut.
Demikianlah Naomi menjelaskan perkara itu
kepada Rut menantunya itu setelah mereka kembali ke Betlehem.
Sekarang kita melangkah maju untuk melihat ayat
21.
Rut 2:21
(2:21) Lalu kata Rut, perempuan Moab itu: "Lagipula ia
berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sampai mereka
menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku."
Lalu kata Rut, perempuan Moab itu: “Lagipula
ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku …” Artinya, setelah
mendapatkan penjelasan dari Naomi, mertuanya itu, sontak saja (mendadak) Rut
teringat kembali dengan perkataan Boas kepadanya yang tertulis di dalam Rut
2:8.
Boas rohani itulah pribadi dari TUHAN Yesus
Kristus, Dialah Kepala Gereja, di mana perkataan-perkataan-Nya selalu diingat
oleh murid-murid-Nya.
Contoh peristiwa:
- Satu kali pada Injil Matius, tepatnya pada Injil
Matius 26:75. Hal ini telah disampaikan beberapa waktu lalu.
-
Dua kali pada Injil Lukas, antara lain;
1. Injil Lukas 22:61.
2. Injil Lukas 24:8
Hal ini pun telah diterangkan, dan tentu kita juga
telah diberkati oleh TUHAN.
-
Tiga kali pada Injil Yohanes, antara lain;
1. Injil Yohanes 2:17.
2. Injil Yohanes 2:22.
3. Injil Yohanes 12:16.
Hal yang pertama dan yang kedua pada Injil
Yohanes -- itulah Injil Yohanes 2:17 dan Injil Yohanes 2:22 --
telah diterangkan, dan sekarang kita akan memperhatikan hal yang ketiga dari
Injil Yohanes, di mana perkataan-perkataan Yesus selalu diingat oleh
murid-murid-Nya.
Keterangan: TIGA KALI PADA INJIL YOHANES,
antara lain, Yang Ketiga:
Yohanes 12:14-16
(12:14) Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke
atasnya, seperti ada tertulis: (12:15) "Jangan takut, hai puteri
Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai." (12:16)
Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus
dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa
mereka telah melakukannya juga untuk Dia.
Kesimpulannya: Yesus menunggangi keledai
muda, di mana tujuannya adalah Yerusalem -- ini (Yerusalem) adalah tujuan yang
sebenarnya, sehingga Yesus menunggangi keledai muda tersebut.
Tetapi pada ayat 16 dikatakan: “Mula-mula
murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu …” Demikian juga halnya kita;
dahulu, sebelum ditunggangi oleh TUHAN Yesus Kristus lewat ibadah pelayanan
ini, kita tidak mengerti arah dan tujuan dari rencana TUHAN dalam kehidupan
kita masing-masing. Bahkan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut TUHAN,
kita anggap hal itu adalah suatu kebodohan; tidak mengerti arah dan tujuan
rencana TUHAN dalam kehidupan kita sebagai bangsa kafir. Mengapa demikian? Hal
ini digambarkan pada ayat 14.
Yohanes 12:14
(12:14) Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik
ke atasnya, seperti ada tertulis:
Kita semua sama dengan “Seekor keledai
muda”.
Tambahan dari keledai muda ini telah
dinubuatkan oleh nabi Zakharia 9:9.
Zakharia 9:9
(9:9) Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion,
bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil
dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai
beban yang muda.
Di sini lebih jauh kita melihat: Yesus
mengendarai atau menunggangi “Seekor keledai beban yang muda”.
Singkatnya, kita menemukan tiga kata,
antara lain;
1. Keledai.
2. Beban.
3. Muda.
Jadi, jelas, inilah keberadaan kita bangsa
Kafir sebelum ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan pelayanan ini, bagaikan
tiga kata yang ditemukan dalam Zakharia 9:9.
Kita akan memperhatikan penjelasan tentang “Seekor
keledai beban yang muda”.
Tentang: “KELEDAI.”
Keledai à Bangsa
kafir. Kita ini bukan bangsa Yahudi, bukan bangsa Israel, tetapi kita ini
adalah bangsa kafir. Kalau kita ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan
pelayanan ini, itu adalah suatu kemurahan yang luar biasa, yang kita alami dan
terima dari TUHAN.
Tentang bangsa kafir ini juga bisa kita
temukan dalam Perjanjian Baru, sesuai dengan apa yang ditulis oleh Rasul Paulus
kepada sidang jemaat di Efesus.
Efesus 2:1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran
dan dosa-dosamu. (2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti
jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3)
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup
di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami
yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama
seperti mereka yang lain.
Bangsa kafir sebelum ditunggangi oleh TUHAN
sudah mati atau sudah terjual kepada maut, persis seperti kedudukan dari pada
Naomi dan Rut, menantunya itu; sebab ketika Naomi beserta Elimelek, suaminya,
dan anak-anaknya meninggalkan Betlehem, betul-betul mereka telah menjual harta
benda mereka, bahkan menjual milik pusaka yang menjadi bagian mereka.
Singkatnya, baik Naomi maupun Rut sudah terjual kepada maut.
Demikianlah kedudukan dari pada bangsa
kafir sebelum di dalam TUHAN, maka wajar saja kalau mula-mula murid-murid
Yesus tidak mengerti akan hal itu.
Jadi, bangsa kafir sebelum ditunggangi oleh
TUHAN sudah mati, sudah terjual kepada maut karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosa mereka, antara lain;
1.
Mengikuti
jalan dunia ini.
2.
Mentaati
penguasa kerajaan angkasa.
3.
Hidup di
dalam hawa nafsu daging.
Selanjutnya, kita akan melihat keterangan
tiga perkara di atas.
Keterangan: “Mengikuti jalan dunia
ini.”
Dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat
untuk menghanyutkan dan menenggelamkan kehidupan dari anak-anak TUHAN sampai
nanti pada akhirnya anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani.
1 Yohanes 2:15-17
(2:15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di
dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di
dalam orang itu. (2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu
keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia. (2:17) Dan dunia ini sedang lenyap
dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya.
Jikalau seseorang mengasihi dunia, maka
sudah barang tentu kasih akan Bapa tidak ada di dalam diri orang itu. Mengapa
demikian? Sebab segala sesuatu yang ada di dalam dunia hanyalah;
1. Keinginan daging, bukan keinginan Roh. Keinginan daging ini bertentangan sekali dengan
keinginan Roh.
2. Keinginan mata.
3. Keangkuhan hidup.
Kalau seseorang hidup di luar TUHAN, segala
sesuatu yang dia miliki yang berasal dari dunia ini, mulai dari harta,
kekayaan, uang yang banyak, kedudukan, jabatan atau kekuasaan yang dia miliki,
serta perkara-perkara lahiriah lainnya, semuanya itu merupakan pemicu
keangkuhan hidup dari bangsa kafir.
Tetapi kalau kita hidup di dalam TUHAN,
sekalipun mempunyai, tetapi seolah-olah tidak mempunyai, biasa saja, tetap
dalam kedudukannya, yakni di dalam kerendahan hati.
Sebaliknya, orang (kehidupan) yang
menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut TUHAN, ia tetap hidup
selama-lamanya. Jadi, saudara tidak perlu bersungut-sungut, tidak perlu harus
berbantah-bantah, tidak perlu harus ngomel manakala kita harus
menyangkal diri dan memikul salibnya di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang
TUHAN percayakan. Mengapa? Karena kita sekarang ini -- yang adalah bangsa kafir
-- sedang ditunggangi oleh TUHAN, di mana tujuannya ialah Yerusalem baru.
Tidak ada kerugian saat menyangkal diri dan
memikul salib, sebab hal itu bertujuan supaya kita memiliki hidup yang kekal.
Berbeda dengan mereka yang mengasihi dunia dengan segala yang ada di dalamnya,
mereka akan binasa seperti dunia ini akan berlalu.
Keterangan: “Mentaati penguasa
kerajaan angkasa.”
Dalam Efesus 2:2 dikatakan; penguasa
kerajaan angkasa sedang menguasai dan sedang bekerja di antara orang-orang
durhaka, sedang bekerja di antara orang-orang yang memberontak kepada TUHAN.
Kita lihat sedikit tentang PENDURHAKAAN di
dalam 1 Samuel 15.
1 Samuel 15:23
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa
bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala
dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia
telah menolak engkau sebagai raja."
Dosa pendurhakaan atau dosa pemberontakan
setara dengan dosa bertenung. Bertenung, artinya;
1. Mencari petunjuk-petunjuk dari arwah-arwah atau
penguasa kerajaan angkasa, tidak mencari petunjuk dari TUHAN.
2. Mencari petunjuk-petunjuk dari Setan lewat praktek
perdukunan.
3. Mengikuti arahan dari zodiak atau horoskop-horoskop
perbintangan. Seseorang yang suka membeli togel (toto gelap) itu selalu
menggunakan horoskop sebagai petunjuk, supaya ia mendapat keuntungan dari
undian yang tidak sah itu.
Itulah yang disebut bertenung.
Kemudian, “Pendurhakaan” itu akan diikuti
dengan “Kedegilan hati”. Sementara, kedegilan hati atau kekerasan hati setara
dengan dosa berhala atau terafim (tugu yang didirikan).
Berhala, artinya; segala sesuatu yang
melebihi dari TUHAN, misalnya; meninggalkan TUHAN atau ibadah dan pelayanan
hanya karena pekerjaan, hanya karena uang, hanya karena kesibukan-kesibukan di
dunia ini, hanya karena bisnis, dan lain sebagainya. Kalau meninggalkan ibadah
dan pelayanan hanya karena kesibukan, hanya karena uang, harta, kekayaan,
pendidikan, itulah yang disebut berhala. Jadi, kekerasan hati itu merupakan
penyembahan berhala.
Singkatnya, dosa pendurhakaan
(pemberontakan) dan dosa kedegilan hati (kekerasan hati) terjadi karena
penolakan terhadap firman TUHAN, seperti Saul menolak Firman Allah.
Tidak mungkin ada dosa pemberontakan
(pendurhakaan), tidak mungkin ada dosa kedegilan (kekerasan hati), kalau ia
dengan rela hati mau menerima/menuruti dan mengikuti Firman TUHAN.
Keterangan: “Hidup di dalam hawa
nafsu daging.”
Dalam Efesus 2:3, hidup di dalam
hawa nafsu daging, berarti;
Yang Pertama: Menuruti kehendak daging,
bukan menuruti kehendak TUHAN, atau sama dengan; tidak menyangkal diri dan
tidak memikul salibnya.
Yang Kedua: Menuruti pikiran yang jahat.
Andai saja seseorang menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga di dalam
Kristus Yesus, maka pastilah kita sama seperti Yesus di dalam tindakan-Nya,
yaitu:
1. Rela melepaskan segala kebanggaan diri, asal kita
memiliki TUHAN Yesus Kristus. Sama seperti Anak rela meninggalkan Bapa dan
rumah-Nya di dalam sorga untuk turun ke dunia, artinya; tidak mempertahankan
hak sebagai milik yang harus dipertahankan.
2. Rela mengosongkan diri, sama dengan; menghampakan diri
atau berada di titik nol, titik terendah. Kalau titik nol (menghampakan diri)
merupakan ruang lingkup dari seorang hamba TUHAN, ruang lingkup dari seorang
pelayan TUHAN (imam-imam), maka dia pasti selalu ingat TUHAN, pasti ia selalu
ingat pekerjaan TUHAN. Titik nol merupakan pertemuan antara garis vertikal dengan
garis horizontal. Jadi, sentral dari ibadah pelayanan ini merupakan titik nol.
Demikianlah orang yang hidup menuruti hawa
nafsu dan keinginan daging, selain menuruti kehendak daging, ia juga menuruti
pikiran yang jahat. Tetapi andai saja kita menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, maka kita sudah sama seperti Dia dalam
tindakan-Nya.
Kita bandingkan sejenak dengan pribadi
Rasul Paulus di dalam Filipi 3.
Filipi 3:7
(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan
bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Yang dahulu merupakan keuntungan bagi Rasul
Paulus, sekarang dianggap rugi karena dia sudah memiliki Kristus.
Filipi 3:8
(3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan
akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus,
Singkatnya, kebanggaan diri dianggap sampah
atau kotoran, supaya Rasul Paulus memperoleh Kristus; dia tidak mempertahankan
haknya sebagai milik yang harus dipertahankan. Segala sesuatu yang di belakang
sudah dia tinggalkan supaya ia memiliki Kristus.
Andai saja kita menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, maka kita tentu sama dengan
perbuatan-Nya; rela meninggalkan Bapa dan rumah-Nya di dalam sorga, tidak
mempertahankan hak sebagai milik yang harus dipertahankan. Demikian halnya
dengan Rasul Paulus; segala kebanggaan diri dianggapnya sampah dan kotoran asal
ia memiliki Kristus.
Ini adalah suatu contoh yang baik, benar,
suci dan mulia yang telah dibuktikan oleh Rasul Paulus di tengah-tengah ibadah
dan pelayanannya di hadapan TUHAN, dan dia juga rela menyerahkan dirinya untuk
dipertimbangkan di hadapan sidang jemaat.
Galatia 5:16-17
(5:16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak
akan menuruti keinginan daging. (5:17) Sebab keinginan daging berlawanan
dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan
daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak
melakukan apa yang kamu kehendaki.
Suatu perintah yang harus diperhatikan,
yaitu “Hiduplah oleh Roh”, maka kita tidak akan menuruti keinginan
daging lagi, sama seperti Rasul Paulus; segala kebanggaan diri dianggap sampah
atau kotoran, supaya ia memiliki Kristus.
Mengapa harus hidup oleh Roh? Sebab
keinginan daging bertentangan dengan keinginan Roh, demikian sebaliknya;
keinginan Roh bertentangan dengan keinginan daging; kedua-duanya itu
bertentangan, bertolak belakang (kontradiksi).
Kalau kita hidup oleh Roh, pada ayat 17
dikatakan: “ … Sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu
kehendaki.” Artinya; kalau kita hidup oleh Roh, maka tidak lagi hidup
menurut daging, seperti itulah Rasul Paulus setelah di dalam TUHAN, setelah
ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan pelayanannya.
Galatia 5:18-21
(5:18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin
oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (5:19)
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (5:20)
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (5:21) kedengkian,
kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu
-- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang
demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Barangsiapa menuruti hawa nafsu dan
kehendak daging, serta menuruti pikiran-pikiran yang jahat, maka ia tidak
mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.
Alangkah ruginya kalau kita masih menuruti
keinginan daging dan menuruti kehendak daging, serta menuruti pikiran-pikiran
yang jahat ini. Walaupun kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan,
namun pada akhirnya tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Jadi,
banyak kerugian yang terjadi kalau masih hidup menurut keinginan daging dan
menurut kehendak daging, serta masih menuruti pemikiran yang jahat; banyak
kerugian yang terjadi. Biar seberapa banyak kita berkorban di tengah ibadah dan
pelayanan ini, namun ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.
Terkhusus seorang pelayan TUHAN sangat
penting dan perlu untuk penuh dengan Roh TUHAN, sebab sudah pasti ruang
lingkupnya adalah titik nol; dia tidak lalai dengan pekerjaan TUHAN, itulah
Rasul Paulus. Apa artinya kita menjalankan, mengusahakan ibadah ini tetapi
masih hidup menurut daging, tidak mempersiapkan diri untuk berada di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan, begadang sampai jauh tengah malam untuk
perkara daging. Biarpun melayani dengan segala pengorbanan, namun ia tidak mendapat
bagian dalam Kerajaan Sorga, sebab ia melayani dalam keadaan daging
(ngantuk-ngantuk).
Ada 15 (lima belas) tabiat daging: (1) percabulan,
(2) kecemaran, (3) hawa nafsu, (4) penyembahan berhala,
(5) sihir, (6) perseteruan, (7) perselisihan, (8) iri
hati, (9) amarah, (10) kepentingan diri sendiri, (11) percideraan,
(12) roh pemecah, (13) kedengkian, (14) kemabukan, (15)
pesta pora.
Itu sebabnya, di ayat 16, Rasul
Paulus sudah memerintahkan “hiduplah oleh Roh”, supaya tidak hidup menurut
kehendak daging.
Jadi, kembali saya sampaikan: Di dalam Yohanes
12:14 dikatakan Yesus menunggangi “Seekor keledai muda”, tetapi
dalam Zakharia 9:9 dikatakan Yesus mengendarai atau menunggangi “Seekor
keledai beban yang muda”.
Tadi kita sudah memperhatikan tentang “Keledai”,
yang menunjuk kepada; bangsa kafir, di mana dahulu sudah terjual kepada maut
oleh karena tiga perkara;
1. Hidup menurut arus dunia.
2. Mendurhaka atau dikuasai oleh roh pemberontakan,
dikuasai oleh penguasa kerajaan angkasa.
3. Hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Itulah keadaan dari pada bangsa kafir
sebelum di dalam TUHAN, yang digambarkan seperti keledai dengan
kelemahan-kelemahannya, dengan segala kedunguannya. Tetapi ternyata, menurut
nubuatan Zakharia, keledai ini disebut juga dengan “Keledai beban”. Oleh
sebab itu, sekarang kita akan memperhatikan tentang “beban”.
Kita akan memperhatikan penjelasan tentang “Seekor
keledai beban yang muda”.
Tentang: “BEBAN.”
Beban di punggung keledai, jelas itu
menunjuk keadaan bangsa kafir yang masih ditunggangi oleh beban dosa, masih
ditunggangi oleh perkara-perkara dosa. Memang, tiadalah mungkin seseorang
mengalami kelepasan dari dosa jikalau ia tidak kena mengena terhadap darah
salib Kristus. Hanya darah salib Kristus yang berkuasa untuk melepaskan kita
dari beban dosa, persis seperti yang ditulis oleh 1 Petrus 1:18-19.
1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan
barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19)
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti
darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Kita ditebus dari hutang dosa bukan dengan
harta, bukan dengan kekayaan, itulah yang disebut barang fana, bukan pula
dengan perak atau batangan emas, tetapi oleh darah salib Kristus. Tiadalah
mungkin bangsa kafir yang jauh dari TUHAN bisa lepas dari beban dosa, jika
tidak kena mengena dengan darah salib Kristus; itu sesuatu yang mustahil.
Lihatlah keadaan dari pada KELEDAI BEBAN
ini, itulah kehidupan bangsa kafir dicengkram oleh dosa.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai
orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak
bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat
lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu
kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak
mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa
pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
Keadaan bangsa kafir sebelum di dalam
TUHAN:
Yang Pertama: Disebut orang-orang tak
bersunat = bangsa yang tidak bersunat. Artinya, daging dengan segala
keinginan-keinginan yang jahat itu masih berkuasa, masih melekat di dalam diri
kehidupan bangsa kafir.
Yang Kedua: Hidup mereka ialah;
1.
Tanpa
Kristus, sama dengan; tanpa kepala. Kalau Kristus
tidak menjadi Kepala, berarti serigala dan burung yang menjadi
kepala. “Serigala” Ã roh jahat,
di mana pekerjaannya ialah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba,
sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala. Sedangkan, “Burung”
à roh najis, di mana pekerjaannya ialah menghambat
pembangunan tubuh Kristus.
2. Tidak termasuk kewargaan Israel, sama artinya; bukan milik kepunyaan TUHAN.
3.
Tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang
dijanjikan. Kristus adalah "Ya" bagi semua janji Allah. Itulah
sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
4. Tanpa pengharapan. Saya teringat di mana Rasul Paulus memberi suatu pengertian oleh roh
hikmat dan wahyu yang dia terima dari TUHAN, sehingga oleh karena pengertian
itu, jemaat di Efesus mengerti tentang rahasia Kerajaan Sorga. Kemudian, mereka
juga memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, sampai pada akhirnya
mata rohani mereka dicelikkan. Ketika mata mereka tercelik, maka mereka dapat mengerti
pengharapan apa yang terkandung dalam panggilan TUHAN.
Banyak orang
Kristen yang dalam panggilannya (dalam mengikuti TUHAN) hanya berharap soal
berkat-berkat jasmani, hanya soal perkara-perkara lahiriah ataupun
mujizat-mujizat kesembuhan secara lahiriah, tidak lebih dari pada itu. Itulah
keadaan orang yang hidup tanpa kebenaran; tidak mengenal kebenaran, mata
rohaninya tidak tercelik, tidak mengenal TUHAN dengan benar, tidak mengerti
pengharapan apa yang terkandung dalam panggilannya.
5.
Tanpa Allah
di dalam dunia. Seseorang yang hidup tanpa Allah di dalam
dunia, maka orang yang semacam ini pasti hidup dalam kesombongan, hidup dalam
kecongkakan. Persis seperti orang fasik di dalam Mazmur 10:4, Kata
orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan
menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya. Hidup dalam
kesombongan, hidup dalam kecongkakan, pongah, cinta akan uang/loba.
Kalau seseorang mengalami lima hal -- pada
bagian kedua -- ini, maka sudah pasti berujung pada maut. Demikianlah keadaan
dari pada bangsa kafir; betul-betul masih dikuasai oleh dosa, daging masih
berkuasa. Itulah soal “beban.”
Kita akan memperhatikan penjelasan tentang “Seekor
keledai beban yang muda.”
Tentang: “MUDA.”
Arti rohani dari muda ialah suatu kehidupan
yang;
1. Belum mempunyai pengalaman hidup rohani di dalam
TUHAN.
2. Belum mempunyai pengertian yang benar dari TUHAN.
3. Tidak rendah hati, berarti; sombong, angkuh, congkak.
Itulah arti “muda”. Muda, berarti belum
tua, belum dewasa di dalam penggembalaan.
Yohanes 21:18
(21:18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau
masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke
mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan
mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke
tempat yang tidak kaukehendaki."
Yesus berkata kepada Simon Petrus, bahwa
ketika engkau masih muda, ada dua hal yang akan dialami:
1. Engkau mengikat pinggangmu sendiri, menunjuk kepada; kebenaran diri sendiri.
2. Engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, menunjuk kepada; melangkah menurut keinginan di
hati.
Itulah “muda”, belum mempunyai pengalaman
rohani bersama dengan TUHAN, belum mempunyai pengalaman hidup rohani di hadapan
TUHAN, sehingga yang terjadi ialah hidup menurut kebenaran diri sendiri
(mengikat pinggang sendiri) dan melangkah menurut keinginan di hati walaupun
itu bertolak belakang dengan keinginan di hati TUHAN.
Inilah keadaan dari “Seekor keledai
beban yang muda.” Dengan lain kata, ternyata bangsa kafir itu masih
betul-betul dalam beban dosa, tanpa pengalaman. Bayangkan kalau keadaan hidup
seperti ini tentu sangat rawan sekali dan mengerikan tentunya. Biarlah kiranya
hal ini dapat dipahami dengan baik.
Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, kita
akan melihat “jalan keluarnya”. Dan biarlah kiranya jalan keluar ini memberkati
kita semua. TUHAN menjangkau kita malam ini supaya ibadah pelayanan ini tidak
bermain-main. Jangan sampai di antara kita menganggap enteng ibadah, jangan
menganggap rendah darah perjanjian, sebab itu sama seperti penghujat Roh Kudus.
Menganggap rendah ibadah, menganggap rendah pelayanan, itu setara dengan
menghujat Roh Kudus. Dan perlu untuk diketahui: Orang yang menghujat Roh Kudus
tidak diampuni oleh TUHAN, persis seperti orang yang tidak mau mengakui dosanya
tidak diampuni oleh TUHAN. Oleh sebab itu, biarlah kita sungguh-sungguh
menjunjung tinggi korban Kristus.
Seorang imam, seorang pelayan TUHAN,
sesungguhnya ia berada pada suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa,
kalau hal ini disadari. Lalu, mengapa kita bermain-main dalam beribadah dan
melayani kalau kita mengetahui itu merupakan suatu kedudukan yang sangat tinggi
dan istimewa?
Malam ini, TUHAN mengerti keadaan kita
semua, TUHAN mau memberi jalan keluarnya.
JALAN KELUAR.
Yohanes 12:16
(12:16) Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal
itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu
mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia.
Yesus mengendarai (menunggangi) keledai
beban yang muda, namun mula-mula murid-murid tidak mengerti akan hal itu.
Persis seperti “Seekor keledai beban
yang muda”; mula-mula kita tidak mengerti apa-apa, tidak mengerti rencana
TUHAN sebelum kita sebagai bangsa Kafir ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan
pelayanan ini.
Setelah Yesus tiba di Yerusalem dengan
menunggangi keledai beban muda itu, orang-orang banyak mengelu-elukan Yesus
dengan memegang daun-daun palem: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan, Raja Israel!"
Sesudah Yesus dimuliakan, barulah murid-murid teringat dengan perkataan
Firman Allah -- yang tertulis di dalam Kitab Suci -- mengenai Dia, Yesus
Kristus Anak Allah, bahwa Dia akan dimuliakan di Yerusalem, dan bahwa mereka
telah melakukannya juga untuk Dia -- dengan lain kata; murid-murid juga turut
memuliakan Dia --. Inilah peristiwa di mana Yesus dimuliakan di Yerusalem.
Yohanes 12:12-14
(12:12) Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang
merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem,
(12:13) mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia
sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan, Raja Israel!" (12:14) Yesus menemukan seekor keledai muda
lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis:
Seharusnya, Yesus menunggangi keledai beban
muda terlebih dahulu diceritakan, lalu orang-orang menyongsong dan berseru: "Hosana!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Tetapi di
sini kita melihat; peristiwa Yesus menunggangi keledai beban muda itu justru
ditulis pada ayat 14.
Singkatnya; TUHAN menunggangi kehidupan
kita, sebagai bangsa kafir, untuk selanjutnya dibawa ke Yerusalem. Tidak lain,
tidak bukan, Yerusalem itu jelas menunjuk kepada “milik kepunyaan Allah
sendiri”. Jadi, biarlah kita merindu supaya menjadi milik kepunyaan Allah
sendiri. Itu sebabnya, TUHAN menunggangi kehidupan kita masing-masing lewat
ibadah pelayanan ini, supaya akhirnya kita dibawa ke Yerusalem, supaya akhirnya
kita menjadi milik kepunyaan TUHAN.
Yohanes 12:13
(12:13) mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi
menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia
yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"
Di sini kita melihat, pada ayat 13
ini; Yesus dielu-elukan. Berarti, terjadi suatu kegerakan yang besar sekali.
Kegerakan yang besar pada akhir zaman ini
puncaknya ialah Israel dan kafir dijadikan satu, sama seperti keledai beban
muda dibawa sampai ke Yerusalem, menjadi milik-Nya TUHAN, dengan kata lain;
dijadikan mempelai perempuan TUHAN, milik kepunyaan TUHAN sendiri.
Tetapi, ada yang sangat menarik di sini,
yang tidak boleh kita lupakan, yaitu; tentang perikop yang pertama pada Injil
Yohanes 12. Bahkan saya sendiri bersyukur, karena saya dicelikkan oleh
TUHAN, bahwa hidup rohani dari gereja TUHAN sudah harus terlebih dahulu
mencapai penyembahan yang tertinggi setinggi penyembahan dari Maria
pada Injil Yohanes 12:1-8; jangan lupakan hal itu.
Kalau kita kaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel, “penyembahan” terkena pada Mezbah Dupa yang terdapat di dalam
Ruangan Suci. Namun, menurut penglihatan Rasul Paulus ketika dia diangkat ke
tingkat yang ketiga dari sorga, Mezbah Pembakaran Ukupan Emas itu tiba-tiba
sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci. Sementara di dalam Ruangan Maha Suci
hanya ada satu alat yang terutama, itulah Tabut Perjanjian, yang berbicara
tentang dua hal;
1. Takhta Allah = Ibadah dan pelayanan.
2. Hubungan nikah antara Mempelai Laki-Laki dan mempelai
perempuan berdasarkan kasih.
Hal ini tidak boleh dilupakan untuk menjadi
mempelai TUHAN, milik kepunyaan Allah, Yerusalem Baru, sudah seharusnya berada
pada penyembahan yang sangat tinggi, setinggi penyembahan dari pada Maria (Yohanes
12:1-8).
Mari, kita akan memperhatikan sedikit
pembahasan tentang hal itu:
Tadi, keledai beban muda ditunggangi oleh
Yesus untuk dibawa masuk sampai ke Yerusalem ... Injil Yohanes 12:15.
Tetapi pada ayat 13, terjadi suatu kegerakan yang besar. Kegerakan yang
besar di akhir zaman adalah kafir dan Israel bersatu, menjadi milik-Nya TUHAN,
itulah Yerusalem baru. Tetapi jangan lupa, hidup rohani gereja TUHAN sudah
terlebih dahulu berada dalam penyembahan yang tertinggi setinggi penyembahan
Maria. Jangan lupakan hal itu.
Kalau memang seorang imam mau memperhatikan
perkara ini; Sebaiknya, hidupnya dalam penyembahan yang benar.
Penyembahan itu tidak sebatas hanya berlutut, tetapi sudah seharusnya sampai
kepada penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Yohanes 12:1
(12:1) Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania,
tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
Perikop ayat ini adalah “Yesus diurapi di
Betania”. Kita ini adalah keluarga Allah, GPT “BETANIA”, sudah sangat dekat dengan Yerusalem. Kita patut
bersyukur tentunya. Kiranya nama itu menjadi motivasi bagi kita.
“Enam hari sebelum Paskah Yesus datang
ke Betania … ” Yesus tampil di tengah-tengah perhimpunan keluarga besar GPT
“BETANIA”, dan kita
sudah melihat penampilan-Nya, wujud-Nya lewat pembukaan firman pada malam hari
ini.
Yohanes 12:2
(12:2) Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta
melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
Di sini kita melihat:
-
Marta melayani, tetapi sudah dalam keadaan tertib, tidak
lagi mengatur Yesus, juga tidak mempersalahkan dan mengatur Maria, menunjukkan
bahwa pelayanannya sudah baik, tidak lagi ngomel-ngomel.
-
Kemudian, kedudukan dari Lazarus turut
makan dengan Yesus; ini adalah suatu kedudukan yang sangat indah, seperti
halnya dengan kita yang sedang menikmati pembukaan firman malam hari ini.
Namun yang tidak kalah penting yang harus
kita soroti malam hari ini adalah tentang: Maria pada ayat 3.
Biarlah kita fokus memperhatikan hal ini, pikiran jangan mengarah kepada yang
tidak suci, apalagi imam jangan lupakan penyembahan.
Yohanes 12:3
(12:3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu
murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya
dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Maria mempersembahkan minyak narwastu murni yang mahal betul harganya, yang
dipersembahkan kepada tubuh dan kaki Yesus, sehingga ruangan itu bau harum
semerbak. Bau harum semerbak itu tidak hanya di dalam gedung gereja ini, tetapi
di mana saja Injil ini diberitakan, Maria harus diceritakan, itulah bau
semerbak kalau hidup rohani kita sudah sampai memuncak, mencapai penyembahan
yang tertinggi. Ini merupakan penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada
kehendak Allah.
Mari kita bandingkan dengan Sulamit,
mempelai TUHAN dalam Kidung Agung 7.
Kidung Agung 7:6,10
(7:6) Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta
di antara segala yang disenangi. (7:10) Kepunyaan kekasihku aku,
kepadaku gairahnya tertuju.
“Betapa cantik, betapa jelita engkau.” Ini merupakan suatu perawakan yang sangat disenangi
oleh TUHAN Yesus. Betapa cinta-Nya kepada mempelai TUHAN, milik kepunyaan-Nya.
Lihat, pengakuan dari pada Sulamit pada ayat
10: “Kepunyaan kekasihku aku.” Dalam bahasa sehari-hari: aku ini
milik TUHAN, milik dari orang yang
kucintai. Kalau kita sudah menyerahkan diri sepenuh untuk taat kepada
kehendak Allah, lihat pengakuan dari Sulamit berikut ini: “Kepadaku gairahnya
tertuju.” Ada suatu gairah yang sangat luar biasa, ada suatu perhatian
khusus dari TUHAN kepada mempelai TUHAN, milik kepunyaan-Nya.
Jadi, jangan saudara berpikir tidak ada
hubungan timbal balik. Pasti ada hubungan timbal balik. Kalau betul-betul dalam
penyembahan, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, pasti
ada ada hubungan timbal balik, dan itu merupakan pengalaman dari Sulamit,
mempelai TUHAN.
Lihatlah dua pernyataan yang begitu luar
biasa:
-
Pernyataan pertama: “Kepunyaan kekasihku
aku.” Mengapa dia berani melontarkan kalimat ini? Tentu karena dia sudah
mengalami, dia sudah merasakan cinta TUHAN sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga
kepada Sulamit, sebagai mempelai wanita-Nya.
-
Pernyataan kedua: “Kepadaku gairahnya
tertuju.” Berarti, perhatian TUHAN khusus tertuju kepada mempelai TUHAN.
Hal ini menunjukkan “ada hubungan timbal
balik”. Tidak mungkin kita bekerja tanpa upah, tidak mungkin kita menyerahkan
diri di dalam cinta-Nya yang agung, namun Dia tidak mencintai kita, tidak
memberikan perhatikan khusus kepada kita; itu sesuatu yang tidak mungkin.
Kalau kita mencintai TUHAN dengan
sepenuhnya, pasti cinta-Nya TUHAN tertuju kepada kita, perhatian TUHAN khusus
kepada kita, berarti kita dijadikan suatu kehidupan yang istimewa melebihi dari
yang lain. Jadi, jangan saudara tidak mengerti hal ini, jangan saudara berpikir
TUHAN tidak peduli dengan saudara. Ingat; TUHAN peduli, bahkan perhatian-Nya
khusus tertuju kepada kita, bagi saya dan bagi saudara. Biarlah kiranya hal ini
dipahami dengan baik.
Kita kembali membaca Injil Yohanes 12.
Yohanes 12:7
(12:7) Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal
ini mengingat hari penguburan-Ku.
Kata Yesus kepada murid-murid: “Biarkanlah
dia (Maria) melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.”
Di sini kita perhatikan; Persembahan Maria
khusus dia lakukan untuk TUHAN, yaitu suatu persiapan sebelum TUHAN dikuburkan.
Mengurapi Yesus dengan minyak adalah tanda
pengakuan khusus dari pribadi Maria kepada Yesus, bahwa;
1. Yesus adalah pribadi yang diurapi, Dialah Mesias.
2. Yesus adalah pribadi yang harus dimuliakan.
3. Yesus adalah pribadi yang harus ditinggikan di atas
muka bumi ini, tidak ada yang lain.
Sesudah Yesus mati, lalu Dia bangkit pada
hari ketiga. Kemudian, selama 40 (empat puluh) hari ada di atas muka bumi, lalu
naik ke sorga. Selanjutnya, 10 (sepuluh) hari kemudian Roh Kudus turun. Itulah;
mati, bangkit dan dipermuliakan.
Jadi, mempersembahkan minyak narwastu murni
yang mahal harganya, itu dikhususkan untuk TUHAN, mengingat hari penguburan
Yesus.
Inilah pernyataan kasih dari Maria tanpa
ungkapan dari mulut, tetapi dilihat oleh mata; TUHAN melihat isi hati kita
semua.
Kemudian, perhatikan: Sesudah menuangkan
minyak itu, menunjukkan bahwa kasih Maria betul-betul tertuju kepada pribadi
Yesus yang diurapi, tertuju kepada pribadi yang harus dimuliakan di bumi ini,
dan ditinggikan di bumi ini, mari kita perhatikan ayat 3.
Yohanes 12:3
(12:3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu
murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan
rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Setelah mengurapi, meminyaki kaki Yesus,
selanjutnya Maria menyekanya dengan rambutnya, ia membersihkan (menyapu) kaki
Yesus dengan rambutnya.
Kita perlu untuk membuktikan diri dengan
apa yang dilakukan oleh Maria ini. Sesudah mengkhususkan dirinya kepada TUHAN
dengan mempersembahkan minyak narwastu yang murni dan mahal, selanjutnya
menyekanya dengan rambutnya. Biarlah kita sama-sama belajar untuk membuktikan hal
itu di hadapan TUHAN.
Tentang “menyeka dengan rambutnya”, kita
bandingkan dengan Ibrani 13.
Ibrani 13:15
(13:15) Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa
mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan
nama-Nya.
Persembahan pujian kepada TUHAN dari bangsa
Israel, itulah ucapan bibir yang memuliakan TUHAN. Jadi, jika kita memuliakan
TUHAN dengan mulut bibir kita sebagai tanda ucapan syukur, puji TUHAN, itulah
yang dipersembahkan oleh bangsa Israel.
Tetapi berbanding terbalik dengan Maria, ia
memuliakan TUHAN dengan menggunakan rambutnya untuk menyeka kaki Yesus. Itu
sebabnya di atas tadi saya katakan; perlu pembuktian di hadapan TUHAN.
Tidak salah kita memuji TUHAN sebagai tanda
ucapan syukur dari bibir kita, tetapi Maria lebih dari pada itu; ia menggunakan
rambutnya untuk menyeka kaki Yesus, menunjukkan bahwa betul-betul kemuliaan itu
hanya bagi TUHAN. Bukankah rambut panjang adalah kemuliaan dari seorang
perempuan?
1 Korintus 11:15
(11:15) tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan,
jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk
menjadi penudung.
Rambut adalah suatu kemuliaan dari wanita;
dan itu telah diberikan kepada TUHAN oleh Maria. Oleh tindakannya itu, berarti
Maria telah menyerahkan seluruh hidupnya menjadi milik TUHAN. Hal ini
menimbulkan gairah dari mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan-Nya, sama
dengan apa yang kita baca dalam Kidung Agung 7:10, di mana perhatian
TUHAN khusus kepada milik kepunyaan-Nya, kegairahan TUHAN khusus kepada milik
kepunyaan TUHAN. Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik.
1 Korintus 7:3
(7:3) Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap
isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
Di sini kita melihat; ada suatu hubungan
timbal balik, di mana suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya,
demikian pula isteri terhadap suaminya.
Yohanes 12:15
(12:15) "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah,
Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai."
Tetapi, kalau kita perhatikan di sini: “Hai
puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang.” Sesungguhnya, perhatian dari
Mempelai Laki-Laki sebenarnya khusus kepada puteri Sion. Tetapi kenyataannya, “Rajamu
datang, duduk di atas seekor anak keledai”, TUHAN menunggangi keledai beban
muda lalu dibawa masuk ke Yerusalem untuk menjadi milik kepunyaan TUHAN.
“Puteri Sion” itu merupakan inti dari pada
mempelai wanita TUHAN, di mana jumlahnya ialah 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang. Sebetulnya, perhatian TUHAN hanya tertuju kepada puteri
Sion, tetapi kalaupun akhirnya bangsa kafir bisa menjadi satu dengan bangsa
Israel, sesungguhnya itu adalah kemurahan TUHAN.
Wahyu 7:3-8 adalah gambaran dari puteri Sion, di mana jumlah
mereka adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang; inilah inti dari
mempelai TUHAN. Tetapi, lihatlah dalam Wahyu 7:9 …
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya,
suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari
segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta
dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka.
Ternyata, bangsa kafir -- keledai beban
muda -- akhirnya menjadi bagian dari mempelai TUHAN. Sebetulnya, perhatian
TUHAN hanyalah puteri Sion, inti mempelai, itulah 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang. Tetapi juga ternyata bangsa kafir mendapat perhatian yang
luar biasa, sehingga menjadi bagian dari mempelai wanita TUHAN untuk melengkapi
dari inti mempelai. Lihat, keadaan mereka;
-
Mereka berdiri di hadapan takhta dan di
hadapan Anak Domba.
-
Dengan memakai jubah putih.
-
Dan memegang daun-daun palem di tangan
mereka.
Itu merupakan suatu tanda kegerakan yang
besar; kafir dan Israel bersatu.
Ingat; sebetulnya perhatian TUHAN hanya
kepada puteri Sion, tetapi ternyata keledai beban muda turut menjadi mempelai
wanita TUHAN. Ini adalah suatu kemurahan yang sangat besar. Oleh sebab itu,
jangan lupa bahwa hidup gereja Tuhan sudah
seharusnya berada pada penyembahan tertinggi. Sudah seharusnya kita
berada pada penyembahan yang tinggi setinggi penyembahan dari pada Maria; segalanya
serta kemuliaannya dia persembahkan.
Tidak ada waktu bagi kita untuk mengupas
(mempelajari) tentang 300 (tiga ratus) dinar, tetapi saya berharap; sejauh apa
yang sudah kita terima malam ini, biarlah itu sangat memberkati kehidupan kita
masing-masing. Amin
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment