IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 11 JULI 2020
STUDY YUSUF
(Seri: 199)
Subtema: DEWASA
ROHANI KARENA HIKMAT ALLAH
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada
TUHAN; oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah
Kaum Muda Remaja sebagaimana biasanya.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN,
hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Kita segera menyambut Firman Penggembalaan untuk
Ibadah Kaum Muda Remaja dari STUDY YUSUF.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang
tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang
dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi
nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah
membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah
bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama
Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri
kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh
tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki:
-
Yang
sulung bernama Manasye.
-
Yang kedua
bernama Efraim.
Selanjutnya, kita akan
melihat arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang
sulung, yakni Manasye.
MANASYE, artinya; Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1.
Yusuf lupa
kepada kesukarannya.
2.
Yusuf lupa
kepada rumah bapanya.
Kita masih
memperhatikan KESUKARAN YUSUF yang dibagi dalam tiga fase.
-
Fase yang
pertama: “Yusuf tinggal bersama saudara-saudaranya” … Kejadian 37.
-
Fase yang
kedua: “Yusuf di rumah Potifar” … Kejadian 39.
-
Fase yang
ketiga: “Yusuf berada di dalam penjara” … Kejadian 40.
Sekarang kita akan memperhatikan FASE YANG KETIGA,
yaitu “Yusuf berada di dalam penjara”.
Kejadian 40:1-4
(40:1) Sesudah semuanya
itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat
kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu, (40:2) maka murkalah Firaun
kepada kedua pegawai istananya, kepala juru minuman dan kepala juru roti itu. (40:3)
Ia menahan mereka dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara tempat Yusuf
dikurung. (40:4) Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama
dengan mereka untuk melayani mereka. Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu
lamanya.
Yusuf berada di dalam penjara bersama dengan kedua
pegawai istana Firaun. Keduanya ialah kepala juru minuman dan kepala juru roti.
Sebenarnya, kepala juru minuman dan kepala juru roti
ini merupakan bayangan dari pribadi Yesus Kristus dengan korban-Nya di bukit
Golgota. Mengapa saya mengatakan demikian? Sebab di sanalah Yesus mencurahkan
darah-Nya dan Ia telah memberikan -- menyerahkan, memecah-mecahkan -- segenap
tubuh-Nya.
-
Darah yang tercurah, sama dengan; anggur.
-
Tubuh yang diserahkan, sama dengan; roti.
Jadi, gambaran rohaninya -- biarpun tersembunyi,
tetapi sangat jelas -- ialah bahwa juru minuman dan juru roti itu murni
merupakan bayangan dari pribadi TUHAN Yesus Kristus dengan korban-Nya di bukit
Golgota.
Hal itu dapat dibuktikan langsung dari mimpi juru
minuman dan juru roti Firaun tersebut, yang diawali dari Kejadian 40:5-8.
Kejadian 40:5-8
(40:5) Pada suatu kali bermimpilah
mereka keduanya -- baik juru minuman maupun juru roti raja Mesir, yang
ditahan dalam penjara itu -- masing-masing ada mimpinya, pada satu malam juga,
dan mimpi masing-masing itu ada artinya sendiri. (40:6) Ketika pada
waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah
hati. (40:7) Lalu ia bertanya kepada pegawai-pegawai istana Firaun yang
ditahan bersama-sama dengan dia dalam rumah tuannya itu: "Mengapakah hari
ini mukamu semuram itu?" (40:8) Jawab mereka kepadanya: "Kami
bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu
kata Yusuf kepada mereka: "Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi?
Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku."
Juru minuman dan juru roti itu bermimpi, namun
keduanya tidak mengetahui arti mimpi mereka, sebab tidak ada orang yang dapat
mengartikannya.
-
Adapun mimpi dari juru minuman;
ditulis dengan lengkap pada Kejadian 40:9-11, yaitu tentang tiga
carang yang sedang bertunas atau berbunga pada pokok anggur.
-
Kemudian, mimpi dari juru roti;
ditulis dengan lengkap pada Kejadian 40:16-17, yaitu tentang tiga
buah bakul yang berisi penganan, berisi roti.
Itulah mimpi dari juru minuman dan juru roti.
Kejadian 40:12-13, 18-19
(40:12) Kata Yusuf
kepadanya: "Beginilah arti mimpi itu: ketiga carang itu artinya tiga hari;
(40:13) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau dan
mengembalikan engkau ke dalam pangkatmu yang dahulu dan engkau akan
menyampaikan piala ke tangan Firaun seperti dahulu kala, ketika engkau jadi
juru minumannya. (40:18) Yusuf menjawab: "Beginilah arti mimpi itu:
ketiga bakul itu artinya tiga hari; (40:19) dalam tiga hari ini Firaun
akan meninggikan engkau, tinggi ke atas, dan menggantung engkau pada sebuah tiang,
dan burung-burung akan memakan dagingmu dari tubuhmu."
Di sini kita melihat; Yusuf mengartikan mimpi dari
juru minuman dan juru roti tersebut, karena ia sendiri telah berkata kepada
keduanya pada ayat 8: “Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah
kiranya mimpimu itu kepadaku.” Itulah sebabnya mengapa Yusuf mengartikan
mimpi dari juru minuman dan juru roti tersebut.
Adapun tiga carang dan tiga bakul,
artinya: di mana dalam jangka waktu tiga hari itu …
-
Kepala juru minuman akan dikembalikan
kepada pangkat atau jabatannya yang semula, yaitu sebagai juru minuman Firaun,
dengan kata lain; HIDUP.
-
Sedangkan kepala juru roti akan digantung
pada tiang gantungan, dengan kata lain; MATI.
Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan,
bahwa; kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus telah ditentukan dalam
jangka waktu tiga hari dan tiga malam, di mana Yesus berada di dalam kubur.
KAITANNYA, kita akan perhatikan pada ayat 10.
Kejadian 40:10
(40:10) Pohon anggur itu
ada tiga carangnya dan baru saja pohon itu bertunas, bunganya
sudah keluar dan tandan-tandannya penuh buah anggur yang ranum.
Tiga cabang pada pokok anggur tersebut sudah bertunas,
berbunga, bahkan mengeluarkan buah anggur yang ranum (matang). Hal ini
merupakan bayangan yang berbicara tentang; hidup dalam suasana kebangkitan dari
TUHAN Yesus Kristus.
Kita akan lanjut melihat soal KEMATIAN dan KEBANGKITAN
dari TUHAN Yesus Kristus di dalam Injil Yohanes 2.
Yohanes 2:17-21
(2:17) Maka teringatlah
murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan
Aku." (2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya:
"Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak
bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak
Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya
kembali." (2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat
puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat
membangunnya dalam tiga hari?" (2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya
dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Secara khusus, kita akan memperhatikan ayat 17
dan ayat 19, yang berbicara tentang korban dari TUHAN Yesus Kristus,
serta pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya. Kuasanya ialah sanggup merombak
Bait Allah dan didirikan kembali dalam keadaan baru.
Inilah suasana kebangkitan; kehidupan kita ini
dirombak menjadi suatu kehidupan yang baru lewat korban Yesus, serta pengalaman
kematian dan kebangkitan-Nya.
2 Korintus 5:17
(5:15) Dan Kristus telah
mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan
untuk mereka. (5:16) Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun
menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran
manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. (5:17) Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah
ciptaan baru.
Berarti, yang lama sudah berlalu, dan sesungguhnya yang baru sudah datang.
Inilah kuasa dari pengalaman kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus.
“ … Supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk
mereka.” Inilah hidup dalam hidup yang baru, yaitu; tidak egois, tidak
hanya memikirkan diri sendiri, melainkan memikirkan ibadah dan pelayanan,
memikirkan orang lain. Itulah suasana kebangkitan bagi kita sekarang; hidup
dalam hidup yang baru, yang lama sudah berlalu.
Yang lama, misalnya; egois, yang lama, misalnya; mementingkan kepentingan diri sendiri, yang
lama, misalnya; tidak peduli dengan orang lain, tidak peduli dengan ibadah,
tidak peduli dengan pelayanan, tidak peduli dengan pekerjaan TUHAN; itulah
hidup yang lama.
Sama seperti orang Yahudi yang membangun Bait Allah
selama 46 (empat puluh enam) tahun, ditandai dengan kepentingan diri, ditandai
dengan egosentris, tidak peduli dengan orang lain. Tetapi setelah Bait Allah
dirombak dan didirikan kembali dalam keadaan baru lewat kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus -- itulah tiga hari di dalam kubur, dan akhirnya
bangkit --, sehingga suasana hidup baru itu tidak lagi hidup untuk diri
sendiri, tidak lagi egois, tidak lagi mementingkan kepentingan diri sendiri,
tetapi memikirkan ibadah dan pelayanan, memikirkan orang lain.
Baik anak-anakku pemuda remaja yang di Serang, maupun
yang di Cilegon, yang di Perumnas, bahkan sampai kepada pemuda remaja yang
sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video
internet Youtube, Facebook; mari, kita semua berada dalam suasana kebangkitan.
Biarlah kehidupan kita didirikan kembali menjadi suatu kehidupan yang baru, dirombak
oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, itulah “tiga hari”.
Sekarang, lebih jauh kita melihat TANDA CIPTAAN BARU.
Yohanes 2:20
(2:20) Lalu kata orang
Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini
dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
“Membangunnya dalam tiga hari”, berarti;
dirombak dan didirikan kembali dalam keadaan baru, sama dengan; ciptaan baru.
Tanda ciptaan baru ialah tidak berada di bawah hukum
Taurat. Berarti, bangunan yang dibangun selama 46 (empat puluh enam) tahun
tidak nampak lagi.
Angka 46, itu jelas menunjuk kepada; hukum Taurat, di
mana sepuluh hukum tertulis di dalam dua loh batu;
-
Loh batu yang pertama ditulis dengan empat
hukum.
-
Loh batu yang kedua ditulis dengan enam
hukum.
Itulah hukum Taurat.
Kita bandingkan antara HUKUM TAURAT dengan HIDUP BARU
di dalam Ibrani 10.
Ibrani 10:1
(10:1) Di dalam hukum
Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan
datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu
dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum
Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di
dalamnya.
Ibadah Taurat adalah bayangan dari keselamatan yang
akan datang, bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri, karena hukum Taurat
tidak dapat menyempurnakan hidup dari gereja TUHAN.
Sementara, kalau kita melihat ayat 2-4 …
Ibrani 10:2-4
(10:2) Sebab jika hal
itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka
yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali
untuk selama-lamanya. (10:3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap
tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (10:4) Sebab tidak mungkin
darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
Di sini kita melihat; ibadah Taurat itu
mempersembahkan korban. Korban yang dipersembahkan kepada TUHAN ketika berada
di bawah hukum Taurat adalah berupa binatang, berarti; ibadah Taurat, ibadah
yang dijalankan secara lahiriah.
Ibrani 10:5-10
(10:5) Karena itu ketika
Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki
-- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --. (10:6) Kepada korban
bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. (10:7) Lalu Aku
berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku
untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” (10:8) Di atas Ia berkata:
“Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau
kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” -- meskipun dipersembahkan
menurut hukum Taurat --. (10:9) Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku
datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya
menegakkan yang kedua. (10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah
kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh
Yesus Kristus.
Yang TUHAN dambakan dari hidup anak-anak TUHAN, kaum
muda remaja, ialah untuk melakukan kehendak Allah di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan yang TUHAN percayakan ini, sama dengan; menyangkal diri, memikul
salib, ikut TUHAN. Itulah yang TUHAN kehendaki.
Singkatnya: Sentral dari ibadah pelayanan kita
ialah melakukan kehendak Allah.
TUHAN tidak menghendaki korban persembahan berupa
binatang, tetapi yang TUHAN dambakan dari kehidupan pemuda remaja (hidup
anak-anak TUHAN) ialah supaya kita melakukan kehendak Allah di tengah-tengah
ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan.
Biarlah kehendak Allah yang jadi dalam setiap
kehidupan kita. Manusia hanya bisa berencana, tetapi TUHAN yang menentukan,
kehendak Allahlah yang terlaksana, kehendak Allah yang jadi, bukan kehendak
manusia. Itulah sentral dari ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan; sangkal
diri, pikul salib, ikut TUHAN = kehendak Allah.
Inilah perbandingan antara hukum Taurat dengan hidup
yang sudah diubahkan; melakukan kehendak Allah Bapa, sebab itu merupakan
sentral dari ibadah pelayanan ini.
Yohanes 2:22
(2:21) Tetapi yang
dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (2:22)
Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah
teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan
mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan
Yesus.
“Yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah
tubuh-Nya sendiri.” Yesus ditentukan dalam jangka tiga hari untuk masuk
dalam pengalaman kematian dan kebangkitan. Hal itu -- bahwa Yesus akan mati dan
bangkit -- telah diceritakan-Nya, telah disampaikan-Nya kepada 12 (dua belas)
murid, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah
diucapkan Yesus. Singkatnya: Perkataan Yesus dibuktikan dengan tindakan-Nya.
Mulut ini harus menjadi suatu ukuran, supaya kita
jangan asal-asal di dalam hal berucap, supaya kita jangan asal-asal di dalam
hal melontarkan kata-kata. Sekali lagi saya sampaikan: mulut harus menjadi
suatu ukuran.
Jadi, perkataan Yesus dibuktikan dengan sebuah
tindakan-Nya; inilah kehendak Allah, yang merupakan sentral dari ibadah
pelayanan, sebagai suatu teladan yang harus kita ikuti. Dia telah mengorbankan
diri-Nya di atas kayu salib; mati dan bangkit pada hari yang ketiga, dengan
demikian; Dia telah membuktikan perkataan-Nya.
Oleh sebab itu tadi saya menyampaikan; mulut ini
harus menjadi suatu ukuran dari anak-anak TUHAN. Jangan sampai kita dengan
mudah mengucapkan (melontarkan) kata-kata. Mulai dari sekarang, mulut harus
menjadi suatu ukuran; kalua kita berani berkata, maka kita harus berani
bertindak. Hati-hati dalam hal berbicara; baik juga dalam hal bercanda,
hati-hati, sebab kita diukur dari mulut.
Kembali saya tandaskan, bahwa: Melakukan kehendak
Allah Bapa, inilah sentral dari ibadah pelayanan; suatu teladan yang telah
ditinggalkan oleh Yesus, untuk selanjutnya kita ikuti.
1 Petrus 2:21-23
(2:21) Sebab untuk
itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. (2:22)
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23)
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia
menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang
menghakimi dengan adil.
Teladan Yesus Kristus yang harus kita ikuti:
YANG PERTAMA: “Ia tidak berbuat dosa”,
menunjukkan bahwa; Yesus adalah pokok kebenaran, sebagai pokok anggur yang
benar; sementara kehidupan kita ini adalah carang-carangnya.
YANG KEDUA: “Tipu tidak ada di dalam mulut-Nya”,
menunjukkan bahwa; perkataan dibuktikan dengan teladan-Nya. Kalau
perkataan-perkataan yang terlontar dari mulut mampu kita buktikan dengan suatu
tindakan yang positif, maka hal itu menunjukkan bahwa di mulut ini tidak ada
lagi dusta, tidak ada lagi tipu.
Ini merupakan gambaran dari buah anggur, karena
perkataan-Nya itu dibuktikan dengan perbuatan-Nya; perbuatan yang baik
merupakan buah anggur, tindakan positif untuk membuktikan perkataannya
merupakan buah anggur. Milikilah buah anggur untuk selanjutnya boleh dicicipi
dan dinikmati lewat ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan ini.
YANG KETIGA: “Tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan”, walaupun dimaki, walaupun menderita. Hal ini sama dengan
pemerasan anggur, sebagai tanda kedewasaan penuh. Berbeda dengan kanak-kanak
rohani; kalau ia dicaci maki, ia akan membalas dengan caci maki; kalau ia
menderita, dia akan membalas dengan penderitaan yang sama. Tetapi orang yang
dewasa secara rohani; dia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, walaupun
dia dimaki, walaupun dia harus menderita kesakitan, sama dengan; telah
mengalami pemerasan buah anggur, sebagai tanda kedewasaan penuh.
Kalau Yesus menderita di atas kayu salib, itu bukan
karena dosa-Nya, melainkan untuk menanggung dosa manusia; ini jelas menunjukkan
kedewasaan penuh. Kalau kita mampu menanggung penderitaan karena kesalahan
orang lain, jelas bahwa kita dewasa rohani. Jadi, mengalami pemerasan air
anggur, itu sama dengan; dewasa rohani. Sampai akhirnya, orang lain minum air
anggur yang manis, mengapa? Karena kita telah mengalami pemerasan air anggur.
Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga orang lain yang menikmati
manisnya air anggur, berarti; dewasa rohani.
Jadi, saya berharap; anak-anak TUHAN, kaum muda
remaja, terkhusus yang sudah mengambil bagian dalam pelayanan, harus rela
mengalami pemerasan air anggur, supaya orang lain juga turut mencicipi air
anggur yang manis dari TUHAN, dari sorga, sebagai tanda kedewasaan rohani
(matang, ranum).
Biarlah kiranya firman ini berkuasa dalam hidup kita.
Biarlah kita semua dalam kerelaan mengalami pemerasan air anggur, berarti;
dewasa. Dan memang, kehidupan yang melayani itu harus dewasa. Manakala
mengalami pemerasan air anggur, maka ia tidak membalas dengan mencaci maki,
walaupun menderita namun tidak membalas kejahatan dengan kejahatan; inilah
ukuran kedewasaan, kelayakan untuk melayani TUHAN. Biarlah kiranya hal ini
dipahami dengan baik dan bijaksana, supaya kita semakian dewasa.
Kedewasaan itu tidak bisa ditentukan oleh ijazah.
Sekalipun seseorang sudah memiliki ijazah sarana, namun belum tentu ia sudah
dewasa. Ketika ia -- yang memiliki ijazah tinggi -- mengalami sedikit fitnah,
lalu ia langsung bersungut-sungut, tidak mau lagi menerima nasihat-nasihat
firman Allah; hal ini menunjukkan bahwa ijazah yang tinggi tidak sanggup
membuat kita menjadi dewasa rohani.
Yang ada ini, termasuk ijazah yang tinggi, justru itu
bisa menjadi pemicu, sehingga kehidupan seseorang menjadi sombong dan tidak mau
menerima nasihat Firman TUHAN. Seharusnya, kita harus mengalami pemerasan air
anggur (dewasa rohani), sehingga orang lain dapat menikmati air anggur yang
manis; itulah hasil buah dari pelayanan kita di tengah ibadah pelayanan yang
TUHAN percayakan ini.
Ini adalah ukuran kedewasaan dari seorang pelayan.
Jadi, kalau belum mencapai ukuran ini, jangan kita bersungut-sungut, jangan
kita marah-marah mempersalahkan TUHAN, sementara kita belum layak untuk
melayani pekerjaan TUHAN.
Dewasalah; jangan ukur ijazahmu yang tinggi itu
sebagai kedewasaanmu. Intinya, ukuran kedewasaan adalah rela mengalami
pemerasan air anggur.
Untuk kita bisa melihat kedewasaan ini, kita ambil
persamaannya dengan Kejadian 40:10.
Kejadian 40:10
(40:10) Pohon anggur itu
ada tiga carangnya dan baru saja pohon itu bertunas, bunganya
sudah keluar dan tandan-tandannya penuh buah anggur yang ranum.
Lihat, kembali di sini dikatakan: Pohon anggur itu ada
tiga carangnya; bertunas, berbunga, serta berbuah yang ranum.
-
“Cabang pohon anggur” Ã Anak-anak TUHAN.
Yesus adalah pokok, sedangkan kita adalah cabangnya.
-
“Bertunas atau berbunga” Ã Cinta yang
berbunga-bunga; suatu tanda adanya persekutuan yang indah atau intim dengan
TUHAN. Kalau hubungan kita intim dengan TUHAN, maka pasti berbunga-bunga.
-
“Berbuah-buah” Ã Persekutuan yang
tetap, sehingga menghasilkan hidup yang berbuah-buah. Jadi, kehidupan kita,
anak-anak TUHAN, tidak hanya berhenti sebatas ada di dalam persekutuan
(berbunga), tetapi biarlah di dalam persekutuan yang tetap itu menghasilkan
hidup yang berbuah-buah.
-
Kemudian, “buah yang ranum” = matang.
Artinya, ukuran sepenuh dari kematangan rohani anak TUHAN, sama dengan; dewasa
rohani. Singkatnya, matang, berarti; dewasa rohani.
Berarti, Kejadian 40:10 sama dengan 1 Petrus
2:21-23.
Sekarang, lebih jauh kita melihat ukuran atau praktek
dari kedewasaan rohani.
Kidung Agung 8:8-10
(8:8) -- Kami mempunyai
seorang adik perempuan, yang belum mempunyai buah dada. Apakah yang akan
kami perbuat dengan adik perempuan kami pada hari ia dipinang? (8:9)
Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya; bila ia pintu,
akan kami palangi dia dengan palang kayu aras. (8:10) -- Aku
adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam
matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan.
Di sini kita melihat: Mempelai perempuan mempunyai “buah
dada”, menunjuk; sebuah kedewasaan rohani. Kalau dewasa, maka tandanya
adalah buah dada. -- Mohon maaf, jangan ambil negatif --.
Praktek dewasa rohani: Ada sebuah tindakan positif di
dalam hal memperhatikan kehidupan yang masih kanak-kanak rohani, yang belum
dewasa rohani, dengan lain kata; masih kanak-kanak rohani (belum mempunyai buah
dada). Itulah orang yang dewasa rohani, sama seperti orang yang mengalami
pemerasan air anggur supaya orang lain menikmati air anggur yang manis.
Kalau kita rela mengalami pemerasan air anggur supaya
orang lain menikmati air anggur yang manis, bukankah itu adalah suatu tindakan
yang positif di dalam hal memperhatikan orang lain supaya juga turut dewasa
rohani? Kehidupan yang dewasa rohani, gereja TUHAN yang dewasa rohani, pemuda
remaja yang dewasa rohani sangat memperhatikan hari di mana nanti Yesus tampil
sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga; perhatiannya tertuju di dalam hal pesta
nikah Anak Domba, dan dia sangat peduli dan memperhatikan kehidupan yang masih
kanak-kanak rohani, supaya pada akhirnya mereka juga turut masuk dalam pesta
nikah Anak Domba, pada hari dia dipinang.
Jadi, kesimpulannya; kehidupan yang dewasa rohani
tidak egois -- kita sudah melihat hal itu di dalam 2 Korintus tadi --,
dia sangat memperhatikan kehidupan yang belum dewasa rohani. Milikilah Roh
Mempelai, sebagai tanda kedewasaan rohani.
Pada ayat 8, mempelai perempuan berkata: “Apakah
yang akan kami perbuat dengan adik perempuan kami pada hari ia dipinang?”,
menunjukkan bahwa dia sangat peduli, dia sangat memperhatikan, supaya gereja
yang belum dewasa itu juga turut dipinang, masuk dalam pesta nikah Anak Domba,
sebagai sasaran akhir dari rencana Allah yang besar di atas muka bumi ini,
supaya kita semua menjadi satu seperti Bapa dan Anak adalah satu lewat pesta
nikah Anak Domba Allah.
Maka, saya pun sebagai hamba TUHAN yang sudah menerima
jabatan gembala, dengan meterainya adalah sidang jemaat yang dipercayakan oleh
TUHAN dalam penggembalaan GPT “BETANIA” ini; saya rindu untuk membawa
Pengajaran Mempelai ini dalam rangka pembangunan tubuh Kristus dari Timur
sampai ke Barat, apapun harga yang harus kita bayar.
Saya kira, kita harus berpihak kepada rencana Allah
yang besar, tanda bahwa kita dewasa rohani. Apapun kita harus korbankan dengan
segala kerelaan, jangan berhitung-hitung dengan korban. Tetapi janganlah kita
membawa korban persembahan dari binatang; itu bukanlah sentral dari ibadah
pelayanan. Ingat; sentral dari ibadah pelayanan adalah kehendak Allah.
Sesuai dengan 1 Korintus 7, mempunyai tetapi
seolah-olah tidak mempunyai; mempunyai harta tetapi seolah-olah tidak mempunyai
harta, mempunyai kekayaan tetapi seolah-olah tidak mempunyai kekayaan. Itulah
dewasa rohani; tidak bermegah, tidak memiliki kebanggaan diri, walaupun
memiliki.
TUHAN tidak mungkin lantarkan kita masing-masing,
karena kita adalah milik kepunyaan TUHAN, biji mata yang terus diperhatikan
oleh TUHAN. Oleh sebab itu, dewasalah selama masih ada waktu yang TUHAN berikan
ini.
Kemudian, pada ayat 9, ada dua perkara yang
harus kita perhatikan dari mempelai perempuan:
Yang Pertama: “Bila ia tembok, akan kami dirikan
atap perak di atasnya” Artinya; menjadi korban dan penebusan serta
pendamaian bagi kehidupan yang masih kanak-kanak rohani. Perak itu berbicara
tentang ketebusan; rela menjadi korban dan memperdamaikan orang lain. Itulah
menjadi atap bagi mereka yang belum dewasa rohani.
Yang Kedua: “Bila ia pintu, akan kami palangi dia
dengan palang kayu aras”
Untuk perkara ini, supaya lebih jelas, kita akan
memperhatikan Kidung Agung 1:17.
Kidung Agung 1:17
(1:17) Dari kayu aras balok-balok
rumah kita, dari kayu eru papan dinding-dinding kita.
“Dari kayu aras balok-balok rumah kita”
Berarti, perkataan mempelai perempuan pada ayat 9 bagian B adalah rela
menjadi balok-balok rumah, artinya; rela menjadi tiang penopang di dalam rumah
TUHAN. Biarlah kiranya kita semua menjadi suatu kehidupan yang dipancangkan di
dalam rumah TUHAN untuk menjadi penopang-penopang di dalam rumah TUHAN.
Lalu, pada Kidung Agung 8:10, mempelai
perempuan berkata: “Aku adalah suatu tembok” Berarti; memagari,
melindungi supaya terpisah dari hal-hal yang tidak suci, hal-hal yang tidak
baik, dan yang tidak benar. Jadilah “tembok” yang melindungi dan memagari dari
hal-hal yang tidak suci, supaya rencana Allah yang besar ini terwujud, itulah
pada hari dipinang, dengan lain kata; pesta nikah Anak Domba. Dalam hal ini,
saya sedang berjuang untuk itu, tetapi terkadang ada saja dari antara sidang
jemaat yang tidak mengerti; inilah yang sangat disayangkan.
Sebetulnya, TUHAN juga menjadi tembok yang memagari,
melindungi kita semua. Yang pasti, kalau kita ini ladang, maka TUHAN menjadi
tembok supaya;
-
Binatang buas tidak masuk dan tidak
merusak ladang TUHAN; itulah hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang
jahat.
-
Pengaruh-pengaruh yang tak suci, hal-hal
yang tidak suci tidak masuk ke dalam ladang-Nya.
-
Termasuk dunia dan arusnya tidak masuk ke
dalam ladang-Nya.
Selanjutnya, mempelai perempuan berkata: “Buah
dadaku bagaikan menara” Ini menunjukkan suatu penyembahan yang sangat
tinggi, bagaikan menara TUHAN, sampai menjangkau takhta Allah.
Kanak-kanak membutuhkan buah dada, membutuhkan
kedewasaan, kanak-kanak membutuhkan kenyamanan. Kanak-kanak akan merasa nyaman
bila dia berada dalam gendongan dua tangan untuk menikmati air susu; di situlah
dia merasakan kenyamanan. Kanak-kanak membutuhkan kenyamanan.
Biarlah kiranya kita membuktikan diri, bahwa kita
betul-betul telah mencapai kedewasaan penuh, dengan lain kata; sudah berada
pada penyembahan yang tertinggi, bagaikan menara yang tinggi sanggup menjangkau
takhta Allah, di mana Yesus, Anak Allah, sekarang duduk di sebelah kanan Allah
Bapa, sedang memperhatikan keadaan kita masing-masing, sedang memperhatikan
kehidupan kita masing-masing, berarti; Dita tampil sebagai tembok, Dia tampil
sebagai pagar, yang melindungi, membela, memelihara kehidupan kita, supaya hati
ini tetap terpelihara.
Inilah rencana Allah dalam kehidupan kita yang sudah
TUHAN nyatakan lewat pribadi Yusuf.
Jadi, kita dapat mengambil suatu kesimpulan: Hikmat
Yusuf diawali dengan korban Kristus, serta kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus.
Hikmat à Pembukaan
Firman TUHAN. Kalau terjadi pembukaan Firman TUHAN, maka segala pintu-pintu
yang tertutup akan terbuka; apa yang tidak mungkin bagi manusia, segalanya
mungkin bagi Allah. Firman Allah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya.
Firman Allah mempunyai kuasa dan daya cipta.
Kita bersyukur kepada TUHAN, karena TUHAN sudah
menyatakan hikmat-Nya, sehingga masalah-masalah pun dapat terselesaikan,
teratasi oleh hikmat.
Kejadian 40:6,8
(40:6) Ketika pada waktu
pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah
hati. (40:8) Jawab mereka kepadanya: "Kami bermimpi, tetapi
tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu kata Yusuf kepada mereka:
"Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah
kiranya mimpimu itu kepadaku."
Oleh hikmat Yusuf, segala masalah teratasi, segala
masalah terselesaikan. Tidak ada masalah, tidak ada persoalan yang tidak bisa
teratasi oleh pembukaan Firman TUHAN. Memang, selama seseorang belum selesai
dari pergumulan (persoalannya), dia akan tetap bersusah hati, tandanya; muka
muram, tidak berseri-seri. Seperti kepala juru minuman dan kepala juru roti.
Tetapi lihatlah; hikmat Yusuf, pembukaan Firman Allah
sanggup mengatasi segala persoalan sesulit apapun yang menghimpit kehidupan
manusia. Kita membutuhkan pembukaan Firman Allah, kita membutuhkan hikmat.
Jadi, terang saja, orang yang sangat
menjunjung tinggi korban Kristus, orang yang betul-betul satu dalam pengalaman
kematian dan kebangkitan Yesus adalah orang yang berhikmat. Orang yang semacam
ini tidak perlu ditakuti, orang yang semacam ini tidak perlu dikhawatirkan,
sebab orang yang semacam ini masa depannya indah dan cerah, sebab dia tidak
kuatir dalam keadaan situasi kondisi apapun di mana saja dia berada, sebagai
bukti bahwa nyata pemeliharaan TUHAN di dalam hidupnya.
Hikmat mengatasi segala persoalan di atas muka bumi.
Ayo, mulai sekarang, milikilah hikmat. Hikmat itu tidak datang karena kita
memiliki ijazah tinggi. Justru kalau kita jauh dari TUHAN, maka apapun yang
kita punya, termasuk ijazah tinggi, hal itu membuat kita menjadi sombong, tidak
mau mendengar nasihat firman. Miliki hikmat, berarti; menjunjung tinggi korban
Kristus, serta satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Dua kali Yusuf kehilangan jubah, itu menunjukkan bahwa
Yusuf mantap dalam pengalaman kematian. Tetapi sekalipun demikian, Yusuf tidak
mengalami kesusahan, Yusuf tidak lantas takut dan khawatir. Sampai akhirnya,
Yusuf dilemparkan ke dalam penjara yang paling dalam pun, namun ia tetap saja
tampil sebagai terang, bahkan ia menjadi pokok dari kebenaran itu sendiri. Pemeliharaan, perlindungan, pembelaan TUHAN
tetap berlaku bagi orang yang memiliki hikmat Allah.
Jadi, hidup kita dan masa depan kita tidak ditentukan
oleh situasi kondisi yang ada, tetapi hikmat mengatasi segala sesuatu; karena
memang kita betul-betul menjunjung tinggi korban Kristus, serta satu dalam
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Di mana pun orang semacam ini berada,
maka penyertaan, pemeliharaan, pembelaaan, perlindungan, tetap berlaku atasnya.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA,
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment