IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 06 AGUSTUS 2020
KITAB
RUT
(Seri:
104)
Subtema: PEREMPUAN
ASING, YANG LICIN PERKATAANNYA
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi
lepas pribadi.
Kita
patut bersyukur; oleh karena kemurahan TUHAN, kita masih dimungkinkan untuk
mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang
sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video
internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita
mohonkan kemurahan dari hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya
bagi kita untuk malam ini.
Segera
kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari RUT 2.
Rut
2:20
(2:20) Sesudah
itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu
oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang
hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat
kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Lagi
kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah
seorang yang wajib menebus kita."
Singkatnya;
Naomi menjelaskan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu, dalam dua hal,
yaitu, YANG PERTAMA: Boas adalah kaum kerabat atau saudara atau
sanak yang terdekat dari Elimelekh, suami Naomi, yang sudah mati itu.
Jadi,
sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, bahwa; kerabat sama artinya dengan
sanak atau saudara yang terdekat.
Amsal
7:4-5
(7:4)
Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan
sebutkanlah pengertian itu sanakmu, (7:5) supaya engkau
dilindunginya terhadap perempuan jalang, terhadap perempuan asing,
yang licin perkataannya.
Manfaat
bila “hikmat dijadikan sebagai saudara” dan “pengertian sebagai
sanak” ialah dilindungi terhadap dua perempuan yang tidak dikenal, yaitu:
1.
Perempuan jalang atau liar.
2.
Perempuan asing, yang licin
perkataannya.
Kita
patut bersyukur, kita tidak rugi bila menganggap bahwa hikmat adalah saudara
kita dan pengertian merupakan sanak kita masing-masing, sebab hikmat dan
pengertian yang sanggup melepaskan kita dari penjara dunia ini, teramat lebih
dari dua perempuan yang tidak dikenal ini.
Kedua
perempuan tersebut sebenarnya ditulis di dalam kitab Wahyu dan diceritakan
dengan jelas. Kitab Wahyu adalah kitab yang terakhir; ialah penutup semua
kitab. Artinya, karakter atau pun tabiat dari kedua perempuan tersebut dengan segala
geliatnya akan terlihat dengan jelas di hari-hari terakhir ini atau di akhir
penutup zaman ini -- pada yobel terakhir ini -- di tengah-tengah setiap
ibadah-ibadah di mana pun dilaksanakan (diselenggarakan) di atas muka bumi ini,
lewat pelayanan-pelayanan hamba-hamba TUHAN yang tidak berpegang teguh pada
perkataan TUHAN dan yang tidak menyimpan perkataan TUHAN di dalam hatinya... Amsal
7:2-3.
Adapun
kedua perempuan yang tidak dikenal yang ditulis dalam kitab Wahyu, antara lain;
YANG
PERTAMA: “Perempuan jalang (liar)” à Perempuan Babel, atau disebut juga dengan
Babel besar.
Menurut
Wahyu 17:4-5, Babel besar adalah ibu dari;
1.
Wanita-wanita pelacur.
2.
Kekejian bumi.
Pada
minggu yang lalu, dua hal di atas telah diterangkan dengan jelas; biarlah
kiranya hal itu menjadi berkat yang besar bagi kita semua. Jangan dilupakan
begitu saja, itu adalah tanda bahwa kita menikmati pelayanan roh, bukan
pelayanan tubuh, bukan ibadah yang dijalankan secara lahiriah. Jadi, berita
firman itu tidak hanya menjangkau perasaan manusia, tetapi sudah seharusnya
sampai mendarah daging, artinya firman itu sudah menjadi praktek dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Sekarang
kita akan melihat tentang perihal Perempuan...
YANG
KEDUA: “Perempuan asing”
Sekarang,
mari kita akan melihat keterangan dari perempuan asing. Perempuan asing, jelas
menunjuk kepada; Izebel, sebab perkataannya yang licin. Perkataannya yang licin
itu sangat berperan penting bagi Izebel untuk menyesatkan dan menjatuhkan
hamba-hamba TUHAN dalam setiap perkataan-perkataannya. Jadi, lewat perkataannya
yang licin itu, berkuasa untuk menjatuhkan dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN.
Selanjutnya,
mari kita melihat PERKATAAN-PERKATAAN LICIN dari perempuan asing atau perempuan
yang tidak dikenal oleh TUHAN.
2
Timotius 2:14
(2:14)
Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka
di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama
sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya.
Nasihat
Rasul Paulus kepada Timotius adalah agar “jangan bersilat kata” di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Bersilat kata à perkataan licin yang tidak berguna.
Mengapa
Rasul Paulus memberi nasihat ini kepada Timotius? Jawabnya; karena perkataan
licin yang tidak berguna itu akan mengacaukan si pendengar, akan
mengacaukan orang-orang yang mendengarkan perkataan licin itu. Kacau, sama
artinya; bercampur aduk (bercampur baur), sehingga tidak dapat membedakan
antara yang baik dan yang tidak baik, dan akhirnya menjadi kusut atau tidak
karu-karuan, dan keadaan pun tidak aman, juga tidak kondusif. Itulah yang
ditimbulkan oleh perkataan licin, yaitu mengacaukan orang-orang yang
mendengarkan perkataan itu.
Biarlah
kita selalu berdoa senantiasa kepada TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan
firman-Nya dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, supaya kehidupan dari
sidang jemaat dikala mendengarkan Firman TUHAN tidak mengalami kekacauan.
2
Timotius 2:15-16
(2:15)
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak
usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran
itu. (2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak
suci yang hanya menambah kefasikan.
Nasihat
Rasul Paulus berikutnya ialah supaya Timotius ini menjadi hamba TUHAN yang
tidak perlu malu di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN, terutama di dalam hal
pemberitaan Firman TUHAN. Tandanya ialah berterus terang di dalam hal
memberitakan perkataan kebenaran atau Injil kebenaran, berarti; menolak
perkataan-perkataan yang licin, yaitu;
Yang
Pertama:
“Omongan yang kosong” = tidak ada isi = tidak membangun. Sebaliknya,
omongan atau perkataan yang berisi ialah berita tentang salib; inilah perkataan
yang berisi, kotbah yang berisi dari setiap pemberitaan firman TUHAN yang
disampaikan oleh hamba TUHAN, karena sifat dasarnya ialah membangun.
Yang
Kedua:
“Perkataan yang tak suci.” Contohnya ialah;
1.
Menjelaskan Firman TUHAN dari syair
lagu-lagu (nyanyian) dunia. Saya banyak sekali menemukan hamba TUHAN di dalam
menjelaskan Firman Tuhan menurut pengertian dari syair lagu-lagu dunia atau
artikel-artikel dunia; sesungguhnya, itu adalah perkataan yang tak suci, yang
tidak disadari oleh hamba-hamba TUHAN tersebut.
2.
Menjelaskan (menerangkan) Firman TUHAN
yang disampaikan menurut filsafat-filsafat manusia daging, manusia yang tidak
percaya kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat manusia. Jadi,
filsafat manusia, digunakan untuk menjelaskan berita firman yang disampaikan,
padahal filsafat itu berasal dari orang yang tidak mengenal Yesus Kristus
sebagai TUHAN dan Juruselamat. Itu adalah perkataan yang tidak suci di
tengah-tengah pemberitaan Firman TUHAN.
Jadi,
perkataan yang tidak suci bukan saja perkataan yang mengandung dusta, bukan
saja perkataan yang mengandung hal-hal yang jahat atau yang bersifat najis
(porno). Tetapi manakala hamba TUHAN itu menerangkan, menjelaskan berita firman
lewat filsafat-filsafat kosong dari manusia daging, itu juga merupakan
perkataan yang tidak suci.
Kemudian,
perkataan yang tidak suci tidak membawa seseorang kepada sebuah
kebenaran sorgawi, melainkan hanya menambah kefasikan atau kesombongan
di hadapan TUHAN, tanpa disadari. Jadi, walaupun perkataan yang tak suci
tersebut diselingi dengan berita firman, sebetulnya hal itu tidak membawa
gereja TUHAN, anak-anak TUHAN atau si pendengar kepada sebuah kebenaran
sorgawi, melainkan hanya menambah kefasikan atau kesombongan di hadapan TUHAN,
tanpa disadari. Mengapa demikian? Sebab setiap perkataan ada rohnya.
2
Timotius 2:17-18
(2:17) Perkataan
mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk
Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari
kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah
berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.
Perkataan
yang licin, yakni omongan kosong dan yang tak suci, merupakan pemicu dari
terjadinya penyakit kanker. Jangan sampai suka berseloroh-seloroh (bercanda),
tetapi disertai dengan perkataan kosong dan licin, itu adalah pemicu terjadinya
penyakit kanker rohani. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga menjadi pemicu
terjadinya penyakit kanker secara jasmani; menimbulkan bisul, yang menjadi
tumor, sampai akhirnya menjadi kanker ganas.
Ciri
dari penyakit kanker ialah “menjalar.” Berarti, menjangkitkan dan
menyebarkan luaskan penyakit, sehingga menggerogoti sel-sel tubuh atau anggota-anggota
tubuh yang lain (sesama kita). Jadi, perkataan licin ini dapat merusak sel-sel
tubuh yang lain, merusak anggota tubuh yang lain, merusak serta menggerogoti
hidup rohani orang lain (sesama).
Anak-anak
TUHAN, gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini tidak boleh menganggap enteng
perkataan yang licin, tidak boleh menganggap enteng omongan kosong dan
perkataan tak suci seperti yang saya uraikan di atas tadi. Jangan anggap
enteng, sebab itu adalah perkara yang besar. Tentu saja kita bersyukur malam
ini karena TUHAN memberi suatu pengertian yang suci, supaya dengan pengertian
ini kita dapat menyenangkan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan ini
tentunya.
Tadi
kita sudah melihat, bahwa: Perkataan licin merupakan pemicu terjadinya penyakit
kanker yang menjangkitkan dan menyebarkan penyakit, sehingga menggerogoti
sel-sel tubuh atau anggota-anggota tubuh yang lain (sesama).
Contohnya
ialah Himeneus dan Filetus yang mengajarkan kepada orang-orang
bahwa kebangkitan itu telah berlangsung, padahal itu merupakan kebangkitan
palsu. Inilah yang dimaksud dengan omongan yang kosong, dan perkataan yang tak
suci, atau disebut juga dengan perkataan yang licin.
Kita
akan melihat ayat 19, sebagai perbandingan untuk mengetahui, bahwa;
ketika Himeneus dan Filetus mengatakan: Kebangkitan kita telah berlangsung,
ternyata itu merupakan kebangkitan palsu (tidak benar).
2
Timotius 2:19
(2:19) Tetapi dasar
yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal
siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan
hendaklah meninggalkan kejahatan."
Dari
sinilah kita mengetahui, bahwa ternyata apa yang telah disampaikan oleh
Himeneus dan Filetus itu merupakan omongan kosong, sebab pada ayat 19
ini dengan jelas dinyatakan bahwa: “... Dasar yang diletakkan Allah itu
teguh ...”
Mengajarkan
dan mengatakan bahwa ibadah pelayanan mereka berada dalam suasana kebangkitan,
namun tanpa dasar yang teguh, sebenarnya itu adalah kebangkitan palsu.
Mari,
kita melihat bahwa apa yang disampaikan oleh Himeneus dan Filetus itu merupakan
omongan yang kosong.
1
Korintus 3:10-11
(3:10) Sesuai
dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang
ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus
di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus
membangun di atasnya. (3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat
meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus
Kristus.
Rasul
Paulus menjelaskan bahwa dasar bangunan yang telah diletakkan itu ialah Yesus
Kristus yang disalibkan atau dasar dari bangunan yang diletakkan, itulah korban
Kristus. Inilah dasar bangunan yang teguh.
Sementara
Himeneus dan Filetus tiba-tiba saja berkata “Kebangkitan kita telah
berlangsung”, tetapi tidak mempunyai alasan yang jelas dan benar, tidak
mempunyai dasar bangunan yang teguh; itulah kebangkitan palsu, atau bangunan
yang palsu, gambaran dari hidup manusia yang palsu.
Kehidupan
yang tidak dibangun di atas dasar korban Krisus adalah palsu. Sekalipun dia
adalah seorang pendeta, sekalipun dia adalah seorang hamba TUHAN, sekalipun dia
adalah seorang pastor, sekalipun dia adalah seorang doktor atau professor,
tetapi kalau hidup manusia tidak dibangun di atas dasar korban Kristus, pasti
hidupnya palsu.
Jangan
hidup dengan hidup yang palsu. Jangan melayani dengan kepalsuan. Suami jangan
palsu, isteri juga jangan palsu, imam juga jangan palsu, sidang jemaat juga
tidak boleh palsu. Oleh sebab itu, mari kita lihat Zakharia 4:6.
Zakharia
4:6
(4:6) Maka
berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan
dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan
roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.
Pertama-tama
kita harus ketahui, bahwa; seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani TUHAN dan
pekerjaan Tuhan bukanlah karena keperkasaannya, juga bukan dengan kekuatannya.
Tetapi seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN dengan Roh
TUHAN, bukan dengan kekuatan dan keperkasaan.
Jadi,
jangan kita sesekali melayani dengan kemampuan daging, sebab kemampuan daging
itu terbatas sifatnya. Tetapi biarlah seorang hamba TUHAN, seorang pelayan
TUHAN, teramat lebih seorang pemimpin sidang jemaat betul-betul melayani TUHAN
dengan Roh TUHAN, berada di dalam pengaruh yang kuat, pengaruh yang besar dari
Allah Roh Kudus. Biasakan bergaul dengan Roh TUHAN dan peka terhadap Roh TUHAN.
Jangan peka dengan mempertahankan kekerasan hati, tetapi pekalah dengan
pekerjaan Roh Kudus.
Zakharia
4:7-9
(4:7) Siapakah
engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata.
Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus
sekali batu itu!" (4:8) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku,
demikian: (4:9) "Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah
ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya. Maka kamu akan
mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.
Zerubabel
telah membangun rumah TUHAN sampai selesai di hadapan TUHAN. Biarlah kita juga
melayani pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya.
Zerubabel
telah meletakkan batu utama atau batu pilihan sebagai dasar dari bangunan rumah
TUHAN tersebut. Jadi, tidak ada dasar yang lain yang telah diletakkan, selain
pribadi Yesus yang disalibkan, selain korban Kristus, sebagai dasar yang teguh.
Lihatlah,
Zerubabel ini seorang hamba TUHAN yang dipakai dan diutus oleh TUHAN; di dalam
hal membangun rumah TUHAN sampai selesai, karena ia telah meletakkan batu utama
sebagai dasar dari bangunan itu, itulah bayangan dari korban Kristus, atau
gambaran dari pribadi Yesus yang disalibkan. Jadi, tidak ada dasar yang lain
selain pribadi Yesus yang disalibkan atau korban Kristus, sebagai dasar dari
setiap bangunan rumah TUHAN. Inilah gambaran dari suatu ibadah dan pelayanan
atau suatu bangunan rohani yang berada dalam suasana kebangkitan yang
sesungguhnya. Haleluya..
Zakharia
4:10
(4:10) Sebab
siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan
bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini
adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi."
Peristiwa
tentang salib Kristus harus lebih mulia dari semua peristiwa-peristiwa yang
terjadi di atas muka bumi ini, termasuk peristiwa hari kelahiran manusia,
karena pribadi Yesus yang disalibkan sebagai korban Kristus merupakan suatu
peristiwa yang luar biasa, suatu momentum untuk mengerjakan keselamatan.
Berarti,
peristiwa tentang Yesus disalibkan yang pernah terjadi dua ribu tahun yang lalu
lebih mulia dari semua peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di atas muka
bumi ini, termasuk peristiwa kelahiran manusia.
Jadi,
sudah sangat jelas bahwa; korban Kristus adalah dasar yang teguh. Tetapi
Himeneus dan Filetus tiba-tiba berkata “kebangkitan kita telah berlangsung”,
namun mereka tidak memiliki dasar yang teguh; ini menunjukkan bahwa
kebangkitannya palsu.
Kita
bersyukur; oleh karena kasih karunia-Nya, kita boleh merasakan lawatan TUHAN
malam ini, supaya manakala kita datang di tengah-tengah ibadah dan pelayanan
tidak dengan kepalsuan, tetapi betul-betul berdiri di atas korban Kristus,
sebagai dasar yang teguh di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN.
“Sebab
siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan
bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel.” Jelas, penekanan dari
ayat 10 ini adalah menjunjung tinggi korban Kristus lebih dari semua
yang ada ini di dalam hidup kita pribadi lepas pribadi, menjunjung tinggi
korban Kristus setinggi-tingginya lebih dari apa yang kita miliki.
Marilah
kita kembali membaca ayat 7.
Zakharia
4:7
(4:7) Siapakah
engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah
rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus
sekali batu itu!"
Jikalau
pribadi Yesus yang disalibkan (korban Kristus) dijadikan sebagai dasar bangunan
rumah TUHAN = menjunjung tinggi korban Kristus, di situ ada dua perkara yang
kita lihat;
1.
Gunung yang besar menjadi tanah rata.
Segala pergumulan
sebesar gunung apapun menjadi rata; tidak ada yang sulit kalau kita berdiri di
atas korban Kristus, kalau kita betul-betul menjadi rumah TUHAN yang benar.
Jika Tuhan ijinkan, tidak lama lagi dan sudah di depan mata, kita akan melayani
pekerjaan TUHAN dalam Kebaktian Natal Persekutuan: Pengajaran Pembangunan
Tabernakel (PPT), dan kita membutuhkan dana yang besar untuk itu, tetapi
kalau kita berdiri di atas korban Kristus, maka gunung yang besar menjadi rata,
pergumulan sesulit apapun rata di hadapan TUHAN (teratasi).
2.
Ia akan mengangkat batu utama, sedang
orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!
Singkatnya; ada
sukacita, ada kesukaan yang besar oleh karena korban Kristus, bukan karena yang
lain-lain lagi. Dengan demikian, kehidupan ini tidak lagi palsu.
Jangan
menjadi suami yang palsu; jangan menjadi isteri yang palsu; jangan menjadi anak
rohani yang palsu; jangan menjadi imam-imam yang palsu; itulah kehidupan yang
dibangun di atas dasar yang teguh, yaitu korban Kristus, sehingga;
-
Ada kemenangan terhadap pergumulan sebesar
dan sesulit apapun; sebagai gambaran dari gunung yang besar dan tinggi.
-
Dan ada kesukaan yang besar, itulah
sukacita mempelai.
Kebahagiaan
itu berasal dari dasar bangunan yang teguh, itulah suasana kebangkitan yang
benar, bukan kebangkitan palsu.
Matius
7:24-25
(7:24)
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama
dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin
melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas
batu.
Orang
yang bijaksana adalah orang yang mendirikan rumahnya di atas batu; oleh sebab
itu, jadilah bijaksana.
Ciri
dari orang yang bijaksana adalah mendirikan rumahnya di atas batu, sebagai
dasar yang teguh.
Perlu
untuk diketahui: Jika rumah TUHAN dibangun di atas dasar korban Kristus, maka
tentu saja rumah itu kuat menghadapi semua jenis ujian. Sekalipun ujian itu
sebesar dan setinggi gunung yang besar, namun semua menjadi rata, terkhusus
memiliki kekuatan untuk menghadapi tiga jenis ujian yang ada pada ayat 25
ini.
Jika
rumah dibangun di atas dasar korban Kristus, maka akan kuat menghadapi tiga
jenis ujian, yaitu:
1.
Turunlah hujan.
2.
Datanglah banjir.
3.
Angin melanda.
Tentang:
“Turunlah hujan.”
Jelas,
hal itu menunjuk ujian yang berasal dari atas, yakni roh-roh jahat di udara
dengan segala tipu dayanya, sesuai dengan Efesus 6:11-12.
CONTOH
kuat menghadap ujian yang berasal dari atas (roh-roh jahat di udara) dengan
segala tipu dayanya ialah ketika Yesus diadili di hadapan;
-
Mahkamah Agama, oleh Imam Besar Kayafas.
-
Pilatus, wali negeri.
-
Raja Herodes.
Ketika
Yesus diadili di hadapan tiga pengadilan di atas tadi, pada saat itu, tampillah
saksi-saksi palsu dengan tuduhan-tuduhan mereka yang palsu kepada Yesus
Kristus. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tetap berdiam diri, tidak membuka
mulut-Nya, berarti; tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Mengapa
demikian? Karena sesungguhnya perjuangan kita bukan melawan darah dan daging
(sesama manusia), tetapi melawan roh-roh jahat di udara dengan segala tipu
muslihatnya, dengan segala perangkapnya, dengan segala jeratnya. Itulah yang kita
hadapi... Efesus 6:11-12.
Itu
sebabnya, ketika Yesus diadili di hadapan tiga pengadilan tadi, Yesus tetap
berdiam diri, sekalipun tampil saksi-saksi palsu dengan tuduhan-tuduhan yang
palsu; Dia berdiam diri, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, karena
Yesus sadar bahwa perjuangan kita bukan melawan darah daging, bukan melawan
sesama yang sedang mengadili Dia, melainkan melawan roh-roh jahat di udara
dengan tipu dayanya.
Berdiam
diri (tidak membuka mulut), bagaikan anak domba yang dibawa ke pembantaian
dan seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya, Ia tidak membuka mulutnya, Ia tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan... Yesaya 53:7. Mengapa demikian? Karena perjuangan kita bukan
melawan darah dan daging, melainkan melawan tipu daya dari roh-roh jahat di
udara.
Sebenarnya,
bisa saja Yesus mendatangkan berlaksa-laksa pasukan bala tentara sorgawi --
sesuai dengan pernyataan-Nya di dalam Injil Yohanes 19 itu -- untuk
membinasakan mereka, tetapi Ia tidak melakukan hal itu, supaya rencana Allah
yang besar terlaksana, yaitu menyelamatkan manusia dari dosa di atas kayu
salib, dengan kata lain; pekerjaan penyelamatan itu harus Dia kerjakan di atas
kayu salib.
Pekerjaan
penyelamatan yang harus dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib, di
bukit Golgota, itu merupakan proyek Allah yang besar, yang terjadi hanya satu
kali untuk selama-lamanya.
Kalau
saja Yesus membela diri-Nya dengan cara: membalas kejahatan dengan kejahatan
saat berada di 3 pengadilan tersebut, maka pekerjaan penyelamatan di atas kayu
salib berhenti, tidak terlaksana. Tetapi, supaya pekerjaan penyelamatan ini
terlaksana, supaya proses penyaliban untuk menyelamatkan manusia berdosa terus
terlaksana, maka Dia harus berdiam diri, tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan, sehingga dengan demikian tidak terperangkap dengan tipu daya
dari roh-roh jahat di udara (Iblis/Setan).
Masalah
tidak akan teratasi kalau kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Hanya Salib
yang sanggup menyelesaikan segala perkara di atas muka bumi ini, tidak ada satu
pun kekuatan, tidak ada satu pun kuasa yang dapat menyelesaikan masalahnya di
atas muka bumi, apalagi menyelamatkan dirinya dari dosa (maut).
Oleh
sebab itu, Dia harus berdiam diri, seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian dan seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulut-Nya. Dia biarkan saja proses salib
terjadi supaya pekerjaan penyelamatan itu terlaksana. Dengan kata lain,
pekerjaan penyalamatan itu harus Dia kerjakan di atas kayu salib; dan itu juga
harus kita kerjakan di ujung abad yang terakhir ini supaya kita beroleh
selamat.
Pendeknya;
Yesus tidak terperangkap dengan tipu daya atau tipu muslihat dari roh-roh jahat
di udara.
Tentu
saja kita mengucap syukur kepada TUHAN sedalam-dalamnya, dan berterima kasih
kepada Dia setinggi-tingginya, sebab oleh rahmat-Nya, oleh kasih karunia-Nya,
kita boleh mengalami keselamatan.
Jadi,
sudah sangat benar sekali, bahwa korban Kristus adalah dasar yang teguh. Kalau
berbicara tentang: “Kebangkitan telah berlangsung”, namun tanpa
meletakkan dasar yang teguh, sesungguhnya itu adalah kebangkitan palsu yang
mendatangkan kerugian besar, yaitu: tidak akan sanggup menghadapi tipu muslihat
dari roh-roh jahat di udara.
Tentang:
“Datanglah banjir”
Jelas,
hal ini menunjuk kepada; dosa kenajisan yang sedang melanda kehidupan manusia
di seluruh dunia ini (di atas muka bumi ini). Dosa kenajisan ini tidak
memandang bulu, sebab dosa kenajisan ini melanda semua kalangan, dan tidak
tertutup kemungkinan bisa saja melanda hamba-hamba TUHAN.
Dosa
kenajisan melanda semua kalangan atau lapisan manusia, baik orang kaya maupun
melanda orang miskin, baik orang yang pandai maupun orang bodoh, baik yang tua
maupun yang muda, baik yang cakap rupa maupun rupa yang pas-pasan, baik di desa
maupun di kota.
Dosa
kenajisan tidak memandang bulu, melanda semua kalangan, melanda semua lapisan,
semua dilanda oleh dosa kenajisan ini, seperti banjir yang pernah melanda bumi
ini, yaitu pada zaman Nuh, semua dihabisi, tidak memandang bulu, tidak
memandang apakah ia berasal dari kalangan kaya (atas) atau kalangan miskin
(bawah), tua muda, di desa dan di kota, di mana-mana dilanda oleh banjir,
yakni: Nikah suci.
Dan
banjir ini pernah melanda dunia pada zaman Nuh; memporak-porandakan hidup
manusia pada zaman itu, sampai akhirnya dibinasakan. Sebab, kenajisan ini
merusak tatanan suasana sorga; kepala menjadi ekor, ekor menjadi kepala. Jadi,
kenajisan ini betul-betul merusak tatanan dari Kerajaan Sorga.
Saya
berharap, supaya kita harus terus belajar untuk melakukan firman, tidak boleh
kendor. Di tengah-tengah kita belajar melakukan firman, kita juga harus
berjuang. Jangan menjadi lemah. Oleh sebab itu, saya tidak boleh serta merta
mengatakan; “kebangkitan telah berlangsung”, tanpa meletakkan: “dasar yang
teguh.” Berarti, kita harus betul-betul berdiri di atas korban Kristus, supaya
jangan menjadi suatu kehidupan yang palsu. Ayo, kita harus belajar dan
berjuanglah.
Kejadian
6:2-3
(6:2) maka
anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik,
lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa
saja yang disukai mereka. (6:3) Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku
tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu
adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
“
... Anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu
cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan
itu, siapa saja yang disukai mereka.” Saking cantik-cantiknya, anak-anak
TUHAN (laki-laki) mengambil perempuan dengan sesuka hati, main comot saja.
Kalau main comot dengan perempuan yang cantik-cantik, itu adalah dosa
kenajisan. Lihat yang cantik, dicomot; lihat lagi yang cantik, dicomot; itu
adalah dosa kenajisan.
Ayat
2-3
ini jelas berbicara tentang dosa kenajisan, akibatnya; Roh TUHAN tidak akan
selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu daging. Tetapi
seandainya, kalau hidup manusia atau bangunan rumah TUHAN pada zaman itu
berdiri di atas korban Kristus, maka sudah pasti bangunan rumah TUHAN itu akan
tetap berdiri teguh, tidak akan dikuasai oleh
dosa kenajisan/tidak terperangkap dengan tipu daya kenajisan.
Jadi,
kalau daging ini tidak dihukum dengan salib (korban Kristus), maka tentu saja
daging menjadi takhtanya Setan, itulah roh najis. Oleh sebab itu, daging ini
harus dihancurkan, dan harus dihukum oleh sengsara salib, supaya roh najis
tidak bertakhta di dalam daging. Daging ini hanyalah sebatas takhtanya Setan,
takhtanya roh najis; itu sebabnya, daging ini harus dihukum (dihancurkan),
supaya jangan berbentuk lagi. Perhatian khusus bagi perempuan-perempuan, jangan
merawat tubuh untuk memuaskan hawa nafsunya.
Berusahalah
dengan rendah hati untuk menerima firman ini. Kalau saudara menyadari bahwa
sampai hari ini betapa roh najis itu masih berkuasa, maka kita harus terima
firman dengan lapang hati kalau mau lepas dari kenajisan itu; jangan sampai
ditolak.
Kejadian
7:22-24
(7:22) Matilah
segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat. (7:23)
Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik
manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga
semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua
yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. (7:24) Dan berkuasalah
air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.
Demikianlah
dihapuskan Allah segala yang ada. Oleh karena banjir yang hebat itu
melanda bumi, maka matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya; hal ini
berbicara tentang kematian rohani.
Kalau
banjir, itulah dosa kenajisan, melanda manusia, maka manusia akan mengalami
kematian rohani, siapapun dia. Sekalipun dia adalah pendeta hebat, hamba TUHAN
hebat, tetapi kalau dosa banjir (kenajisan) melanda dia, maka pasti dia akan
mengalami kematian rohani.
Kemudian,
“Berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya”.
Banjir itu melanda bumi selama 150 (seratus lima puluh) hari. Jika 150 : 3 = 50
à Yobel yang
terakhir, berarti dua ribu tahun yang ketiga.
-
Yobel yang pertama; 2.000 (dua ribu) tahun
yang pertama, itulah zaman Adam sampai Abraham.
-
Yobel yang kedua; 2.000 (dua ribu) tahun
yang kedua, itulah dari Abraham sampai Yesus disalibkan.
-
Yobel yang ketiga; 2.000 (dua ribu) tahun yang
ketiga, itulah dari Yesus datang pada pertama kali sampai dengan sekarang.
Kejadian
7:17
(7:17) Empat
puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi; air itu naik dan mengangkat
bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi.
Kemudian,
di sini dikatakan: Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi.
Angka
50 x 40 = 2.000 tahun à Yobel
yang terakhir, itulah 2000 (dua ribu) tahun yang ketiga zaman dari Allah Roh
Kudus, zaman kita sekarang.
Peristiwa
Nuh yang dikaitkan dengan YOBEL TERAKHIR ini, dapat kita temukan dalam Injil
Matius 24:37-38.
Matius
24:37-38
(24:37)
"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada
kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab
sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin
dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,
Kedatangan
Yesus kembali, sama seperti pada zaman Nuh sebelum air bah melanda dunia, di
mana mereka itu sibuk dengan dua perkara:
1.
Dosa makan dan minum à Dosa merokok,
narkoba dan mabuk-mabukan.
2.
Dosa kawin dan mengawikan à Dosa kenajisan.
Melihat yang cantik, lalu dicomot; melihat yang cantik lagi, lalu dicomot; itu
adalah dosa kenajisan.
Demikian
juga di penghujung Yobel yang ketiga, akhir dari dua ribu tahun yang ketiga
ini, dosa semacam ini akan melanda dunia. Jangan sampai kita terseret oleh
banjir yang luar biasa ini. Apalagi kita sudah memiliki pengertian yang sehat
yang diperoleh dari TUHAN, dari sorga, lalu kita dengan mudah diseret; dimulai
dari hati diseret, pikiran diseret, maka tidak tertutup kemungkinan tubuh pun
diseret. Jadi, kenajisan itu adalah tipu daya. Jangan tertipu, jangan sampai
hati terseret, serta pikiran terseret, supaya tubuh juga jangan terseret.
Kenajisan
ini mematikan rohani semua kalangan dan menimbulkan ratap tangis yang luar
biasa. Jangan dianggap enteng. Jangan coba-coba kalau mau tetap dipakai TUHAN,
kalau mau melihat pekerjaan ini semakin besar dan bertambah-tambah.
Saya
sudah berkali-kali sampaikan; apa sih artinya kenajisan di hati itu, kok
selalu mengajak orang lain dengan nyanyian berbalas-balasan? Bukankah hal itu
tidak ada artinya? Justru merusak situasi yang ada, mematikan rohani orang
lain.
Andaikata
ada keuntungan besar berlimpah-limpah walaupun itu salah, masih ada alasannya;
tetapi kenyataannya, tidak ada keuntungan di situ, selain menimbulkan cucuran
air mata saja, ratap tangis, nikah jadi hancur-hancuran. Renungkanlah firman
ini dengan baik; jangan kita sombong.
Tadi
kita sudah melihat; banjir melanda dunia selama 150 (seratus lima puluh) hari.
150 : 3 = 50 x 40 = 2.000, itulah Yobel yang ketga, zaman Roh-El Kudus, zaman
kita sekarang. Di hari-hari terakhir pada abad ini.
Sekarang,
kita melihat kehidupan (bangunan rumah TUHAN) yang betul-betul diletakkan di
atas dasar yang teguh, itulah pribadi Nuh.
Kejadian
6:9
(6:9)
Inilah
riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di
antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Perikop
ayat ini adalah “Riwayat Nuh”. Perhatikanlah firman TUHAN; barangkali riwayat
dosa kenajisan sudah banyak, tetapi perhatikanlah firman TUHAN malam ini.
Marilah kita belajar dari riwayat hidup dari seorang yang luar biasa; bangunan
rumah TUHAN yang dibangun di atas korban Kristus, batu karang yang teguh, batu
utama, batu pilihan (korban Kristus), itulah pribadi Nuh.
Di
sini kita akan temukan tiga kata, Nuh adalah;
1.
Seorang yang benar.
2.
Tidak bercela.
3.
Hidup bergaul dengan Allah.
Bila
dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “hidup benar” terkena
pada daerah Halaman. Di situ terdapat dua alat;
1.
Mezbah Korban Bakaran.
2.
Kolam Pemasuhan.
Pendeknya,
HALAMAN disebut juga daerah pembenaran.
Bila
dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “tidak bercela” terkena
pada Ruangan Suci, dengan tiga alat yang ada di dalamnya;
1.
Meja Roti Sajian, berarti;
disucikan lewat Firman Allah, serta tubuh dan darah Yesus.
2.
Pelita Emas, berarti;
persekutuan dengan Roh Kudus, atau disucikan oleh Roh Kudus.
3.
Mezbah Dupa, berarti;
persekutuan dengan Kasih Allah, atau disucikan oleh kasih Allah.
Sehingga
tidak bercacat cela (tidak bercela), berarti; tidak ada noda, bagaikan kain
putih yang dihamparkan tidak terlihat titik-titik noda. Pendeknya, RUANGAN SUCI
disebut juga daerah pembenaran, sehingga tidak bercela.
Bila
dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “bergaul dengan Allah”
terkena pada Ruangan Maha Suci. Praktek bergaul dengan Allah, sudah jelas dapat
kita pelajari dari Tabut Perjanjian yang ada di dalam Ruangan Maha Suci, di
mana Tabut Perjanjian berbicara tentang dua hal;
1.
Takhta Allah à Ibadah dan
pelayanan. Berarti, dengan kita berada di tengah ibadah dan pelayanan, sama
dengan bergaul dengan Allah. Jadi, saudara tidak perlu bertanya-tanya bagaimana
caranya untuk bergaul dengan Allah. Dengan berada di tengah ibadah dan
pelayanan, itu sama dengan sudah bergaul dengan Allah.
2.
Hubungan nikah suci antara Kristus, sebagai
Mempelai Laki-Laki Sorga, dengan sidang jemaat, sebagai mempelai perempuan-Nya,
berdasarkan kasih. Itulah yang disebut dengan bergaul TUHAN atau hubungan
intim. Kalau hubungan seseorang intim, maka pasti ia menjaga nikah yang suci.
Sebaliknya, kalau nikah suci, maka pasti hubungan mereka intim.
Pendeknya,
RUANGAN MAHA SUCI, disebut juga daerah kesempurnaan = bergaul/berhubungan
langsung dengan Allah.
Oleh
kemurahan TUHAN, dari dua tangan TUHAN yang kuat yang terpaku itu, kehidupan
kita semua pribadi lepas pribadi ditarik supaya dekat dengan Dia, dan kita juga
senantiasa bergaul dengan Dia, lewat ibadah ini.
Kejadian
6:15-16
(6:15) Beginilah
engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta
lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. (6:16) Buatlah atap pada
bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah
pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan
atas.
Di
sini TUHAN perintahkan kepada Nuh untuk membangun (membuat) bahtera. Bukankah
hidup kita ini adalah bahtera rohani? Biarlah kiranya kehidupan kita dibangun
di atas dasar yang teguh.
Apa
tandanya kehidupan kita dibangun di atas dasar yang teguh? Lihat perintah Tuhan
kepada Nuh, “pasanglah pintunya pada lambungnya” Jelas, itu menunjuk
lambung Yesus yang ditikam oleh ujung tombak, sehingga segera mengalir keluar darah
dan air. Inilah kehidupan atau bahtera yang dibangun di atas dasar
korban Kristus.
Kalau
kita kaitkan dengan PENGAJARAN TABERNAKEL;
-
“Darah” terkena pada
Mezbah Korban Bakaran, yang merupakan gambaran atau pun bayangan dari salib
Kristus. Sedangkan domba yang disembelih, itulah bayangan dari Anak Domba
Allah, pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan.
-
“Air” terkena pada
Kolam Pembasuhan Tembaga. Ini adalah bayangan dari baptisan Kristus, atau
bayangan dari pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya,
sehingga hidup dalam hidup yang baru.
Jadi,
ketika Nuh membangun bahtera dengan memasang pintunya pada lambungnya,
jelas inilah gambaran dari kehidupan yang dibangun di atas korban Kristus,
dibangun di atas pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Yesus
memang pernah berkata pada injil Yohanes 2: "Cinta untuk
rumah-Mu menghanguskan Aku", itu adalah gambaran dari korban bakaran.
Ketika potongan daging dari korban bakaran itu dipersembahkan di atas Mezbah
Korban Bakaran, itu dibiarkan sampai pagi, berarti sampai hangus, sampai daging
tidak bersuara. Kemudian, Yesus juga berkata kepada ahli Taurat dan orang
Farisi: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya
kembali.”
Inilah
kehidupan yang dibangun di atas korban Kristus, sehingga terbuktilah bahwa
kebangkitan itu sedang berlangsung. Apa buktinya? Lepas dari kenajisan yang
melanda dunia ini. Oleh sebab itu, jangan jauh dari ibadah dan pelayanan,
teruslah bergaul dengan TUHAN, supaya kebangkitan itu pun berlangsung.
Kita
bersyukur, karena TUHAN Yesus baik, dan kita diberkati oleh suatu pengertian
yang suci.
Tentang:
“Angin melanda”
Jelas,
hal ini menunjuk kepada; angin-angin pengajaran palsu.
Efesus
4:14
(4:14) sehingga
kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan,
Yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran palsu ialah gereja yang
masih kanak-kanak rohani atau yang kerohaniannya masih kanak-kanak.
Namun,
lihatlah, BANDINGKAN dengan kehidupan yang sudah dewasa.
Efesus
4:10,13
(4:10) Ia yang
telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada
semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:13) sampai kita semua
telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan
penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
“Ia
yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua
langit”, ini berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus. Biarlah kita menyatu dengan pengalaman ini; turun dan naik, mati dan
bangkit.
Kemudian,
kehidupan yang dewasa, telah mengalami pertumbuhan rohani yang sehat, yakni:
pertumbuhan itu harus sesuai dengan kepenuhan Kristus, dengan lain kata;
Kristus menjadi kepala, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa
angin pengajaran palsu.
Yang
sudah dibangun oleh pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, mereka
itu menempatkan Kristus sebagai Kepala. Berbeda dengan kanak-kanak rohani;
begitu ada ajakan “Ayo, ibadah disana, ada sembako”, dia pergi beribadah
ke tempat itu. Nanti, ketika minggu depan ada sembako di tempat ibadah yang
lain, “Ayo, ibadah disana, ada sembako”, dia pergi beribadah ke sana.
Nanti sebentar-sebentar ada KKR di sana “Ayo, di sana ada KKR kesembuhan”,
lalu dia pergi ke sana, ikut lagi ke situ. Hal ini menunjukkan bahwa ia
diombang-ambingkan kian kemari oleh rupa-rupa angin pengajaran dengan segala
tipu daya kelicikan hamba TUHAN itu.
Oleh
sebab itu, berpegang teguhlah kepada Pengajaran Mempelai dalam Terang
Tabernakel, supaya kita menjadi dewasa oleh kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus. Hanya orang yang dewasa yang bisa mengikuti irama sorgawi, itulah
pengalaman Yesus dalam tanda kematian
dan kebangkitan-Nya. Anak-anak tidak bisa mengikuti irama sorgawi, tidak
mengerti soal pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kita
kembali membaca Matius 7:25.
Matius
7:25
(7:25) Kemudian
turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah
itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Kesimpulannya:
rumah yang dibangun di atas batu, itulah korban Kristus, tidak rubuh, melainkan
kuat menghadapi tiga jenis ujian tadi, yaitu;
1.
Turunlah hujan à ujian yang datang
dari atas.
2.
Datanglah bajir à dosa kenajisan.
3.
Angin melanda rumah itu à rupa-rupa angin
pengajaran palsu.
Kalau
kehidupan kita dibangun di atas korban Kristus, maka kita kuat. Berarti, sama
saja dengan Zakharia 4:10, “Sebab siapa yang memandang hina hari
peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di
tangan Zerubabel.” Kalau kehidupan dibangun di atas dasar korban Kristus,
maka ada sorak dan kesukaan besar, tidak akan goyah dengan tiga ujian tadi,
sama artinya; tidak akan dipermalukan. Kalau seseorang sudah jatuh dalam dosa,
berarti mendapat malu, sebab ia dipermalukan oleh Setan.
1
Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada
tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu
yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang
percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
Aku
meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih -- itulah batu
utama -- sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya,
tidak akan dipermalukan. Setiap bangunan rohani yang dibangun di atas
korban Kristus, maka tidak akan dipermalukan, berdiri teguh, kebangkitannya
tidak palsu, ibadah dan pelayanannya tidak palsu, nikahnya tidak palsu, sebab
dia adalah suami yang tidak palsu, dia isteri yang tidak palsu, dia anak yang
tidak palsu, dia imam yang tidak palsu, dia sidang jemaat yang tidak palsu di
hadapan TUHAN. Jangan permalukan nikah-nikah yang suci kepada orang yang tidak
mengenal TUHAN; kesenangan sesaat itu tidak ada artinya, justru melukai hati
TUHAN.
Maka,
kalau kita dibangun di atas korban Kristus, hidup kita teguh, kebangkitan tidak
palsu, tidak dipermalukan oleh TUHAN, yakinlah.
Kita
kembali memperhatikan 2 Timotius 2.
2
Timotius 2:17-18
(2:17) Perkataan
mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus
dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan
mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak
iman sebagian orang.
Himeneus
dan Filetus mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung, tetapi tidak
mengajarkan dasar yang teguh, itulah korban Kristus. Akibatnya ia telah merusak
iman dan mengacaukan sidang jemaat yang mendengar berita firman
semacam ini.
Tetapi
saya percaya; malam ini, bukan saja sidang jemaat yang diberkati, tetapi juga
anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Biarlah
kehidupan rohani kita dibangun di atas korban Kristus, sehingga kita tidak akan
pernah dipermalukan oleh TUHAN, berada dalam suasana kebangkitan yang benar,
bukan palsu, seperti ajaran Himeneus dan Filetus, di mana perkataan mereka
licin; inilah gambaran dari perempuan asing yang juga terdapat di dalam kitab
Wahyu.
Wahyu
13:1,3
(13:1) Lalu aku
melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan
berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada
kepalanya tertulis nama-nama hujat. (13:3) Maka tampaklah kepadaku satu
dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka
yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut
binatang itu.
Ayat
1,
berbicara tentang binatang yang keluar dari dalam laut à antikris. Pada ayat 3 mengatakan
bahwa pelayanan dari antikris ialah mengadakan mujizat kesembuhan. Dengan
pelayanan mujizat kesembuhan ini, seluruh dunia heran, lalu mengikuti binatang
itu, tetapi sebetulnya, ini adalah gambaran pelayanan dalam suasana kebangkitan
palsu dari antikris. Sebab, ketika satu dari kepala-kepalanya itu kena luka
yang membahayakan hidupnya, selanjutnya di situ terjadi kesembuhan; seharusnya,
dilanjutkan dengan pengalaman kematian, supaya pada hari ketiga ada
kebangkitan.
Sama
halnya dengan lima luka utama Yesus, itulah yang membawa Yesus sampai masuk ke
dalam pengalaman kematian, tetapi ingat, hari ketiga Yesus bangkit; inilah
pelayanan yang benar; tetapi pelayanan dari antikris adalah kebangkitan palsu.
Maka, kalau hanya mengejar mujizat kesembuhan, tidak mengenal pengalaman
kematian dan kebangkitan, itu adalah kebangkitan palsu.
Wahyu
2:20
(2:20) Tetapi
Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang
menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat
zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Izebel
menyebut dirinya nabiah sehingga mendapat kesempatan untuk mengajar dan
menyesatkan hamba-hamba TUHAN. Izebel adalah perempuan asing, yang licin
perkataannya = omongan kosong dan tak suci, sehingga menyesatkan hamba-hamba
TUHAN.
Ketika
hamba-hamba TUHAN mengalami kesesatan, yang terjadi adalah;
1.
Berbuat zinah.
2.
Makan persembahan-persembahan berhala.
Sebentar
akan saya sampaikan mengenai riwayat Izebel ini dalam 1 Raja-Raja 1:18-19,
di mana 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal dan 400 (empat ratus)
nabi-nabi Asyera mendapat makan dari meja istana Izebel. Jadi, Wahyu 2:20
itu menggenapi 1 Raja-Raja 1:18-19, di mana hamba-hamba Allah berbuat
zinah dan sudah makan persembahan-persembahan berhala. Menjadi hamba, tetapi
terhadap dosa, dan dia hidup dari pelayanan itu = makan persembahan berhala.
Kemudian,
pada 1 Raja-Raja 18:20-21, di situ dikatakan bahwa seluruh bangsa Israel
“berlaku timpang” dan “bercabang hati” = mendua hati.
Pendeknya,
Israel berada di dalam kebimbangan oleh karena perkataan yang licin; menjadi
kacau, tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, sehingga
merusak iman dan mengacaukan sidang jemaat yang mendengarkan berita firman yang
demikian. Berlaku timpang dan mendua hati, berarti; berada dalam kebimbangan;
bimbang antara ikut TUHAN atau berhala bimbang antara ikut TUHAN atau tidak,
berada dalam kebimbangan. Inilah yang terjadi oleh karena perkataan licin ini.
Kerugian apabila hidup Gereja Tuhan berada dalam kebimbangan: Tidak mendapat
apa-apa dari Tuhan.
Tetapi
kalau kita dibangun di atas dasar korban Kristus, maka kita yakin, kuat dan
teguh, berada dalam kebangkitan yang benar, tidak palsu. Mulai detik ini sampai
seterusnya, jadilah kehidupan yang tidak palsu, dalam suasana kebangkitan yang
tidak palsu. Jauh dari perkataan licin, itulah omongan kosong dan yang tidak
suci. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman;
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment