IBADAH PEMBAPTISAN, 31 JULI 2020
Subtema: PERINGATAN
TENTANG BAPTISAN
Shalom.
Selamat siang, salam sejahtera, bahagia-Nya kiranya
memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing. Kita bersyukur oleh kemurahan
hati TUHAN, kita diijinkan untuk mengadakan acara Ibadah Pembaptisan. Sebelum
masuk dalam prosesi pembaptisan teramat lebih kita beribadah dahulu kepada
TUHAN, supaya TUHAN terlebih dahulu ditinggikan, semata-mata bukan hanya soal
upacara pembaptisan. Kalau TUHAN sudah ditinggikan maka TUHAN akan menarik kita
untuk dibawa sampai kepada hadirat TUHAN.
Hari ini kita akan memasuki acara pembaptisan, maka
kita awali dahulu dari Roma 6.
Roma 6:1-4
(6:1) Jika demikian,
apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya
semakin bertambah kasih karunia itu? (6:2) Sekali-kali tidak! Bukankah
kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? (6:3)
Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus,
telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4) Dengan demikian kita
telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya,
sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
“Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya
semakin bertambah kasih karunia itu?” Jawabnya: tidak. Sebab
kasih karunia bertambah-tambah manakala kita menyangkal diri dan memikul salib,
sehingga dengan demikian dosa juga berhenti manakala kita menyangkal diri dan
memikul salib.
Baptisan Kristus adalah baptisan di dalam
kematian-Nya. Berarti, hidup yang lama sudah dikubur dalam-dalam lewat kematian
Yesus Kristus. Sama seperti orang mati; dagingnya (tubuhnya) tidak akan
bersuara lagi, dagingnya tidak lagi menjadi takhtanya Iblis atau Setan.
Biarlah kiranya kita senantiasa menyangkal diri dan
memikul salib, supaya kasih karunia itu semakin bertambah-tambah. Lewat salib
inilah lanjut sampai kepada pengalaman kematian untuk mengubur kehidupan yang
lama. Kemudian, hari ketiga Yesus bangkit, supaya kita hidup dalam hidup yang
baru. Itulah berbicara tentang baptisan Kristus, baptisan dalam kematian-Nya,
supaya hidup yang lama dikubur lewat kematian Yesus. Tidak ada orang yang sudah
mati, namun tidak dikubur. Kalau tidak dikubur, nanti orang lain mencium aroma
bau, orang lain tersandung.
Matius 28:16-19
(28:16) Dan kesebelas
murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada
mereka. (28:17) Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa
orang ragu-ragu. (28:18) Yesus mendekati mereka dan berkata:
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (28:19)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Amanat agung dari TUHAN Yesus Kristus kepada
rasul-rasul (murid-murid) adalah:
YANG PERTAMA: Jadikanlah semua bangsa murid-Ku.
Jadilah murid-murid yang baik. “Murid” terkait dengan
telinga; berarti, sudah seharusnya kita memiliki roh dengar-dengaran. Itulah
murid, berarti dengar-dengaran. Inilah amanat agung dari TUHAN Yesus untuk
semua bangsa.
YANG KEDUA: Baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Anak dan Roh Kudus.
Berarti, satu di dalam pengalaman Yesus Kristus dalam
tanda kematian dan kebangkitan-Nya, supaya kita hidup dalam hidup yang baru.
Inilah amanat agung dalam Perjanjian Baru, tetapi juga
ada amanat agung dalam Perjanjian Lama.
Keluaran 28:17-21
(30:17) Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: (30:18) "Haruslah engkau membuat bejana
dan juga alasnya dari tembaga, untuk pembasuhan, dan
kautempatkanlah itu antara Kemah Pertemuan dan mezbah, dan kautaruhlah
air ke dalamnya. (30:19) Maka Harun dan anak-anaknya haruslah membasuh
tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. (30:20) Apabila mereka
masuk ke dalam Kemah Pertemuan, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki dengan
air, supaya mereka jangan mati. Demikian juga apabila mereka datang ke mezbah
itu untuk menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban api-apian bagi
TUHAN, (30:21) haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya
mereka jangan mati. Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk
selama-lamanya, bagi dia dan bagi keturunannya turun-temurun."
Di sini ada perintah untuk membuat Bejana Kolam
Pembasuhan dari tembaga. Adapun posisi dari Kolam Pembasuhan Tembaga ini berada
di antara Pintu Kemah dan Mezbah Korban Bakaran.
Inilah amanat agung, sebagai perintah yang harus
dikerjakan oleh umat Israel pada zaman Taurat. Jadi, sama dengan amanat agung
yang tertulis dalam Perjanjian Baru.
Mengapa harus masuk dalam “baptisan air”? Baptisan air
berbicara tentang pengalaman kematian Yesus Kristus, tujuannya adalah supaya
layak untuk melayani TUHAN, berada di dalam tahbisan yang benar dan suci lewat
ibadah dan pelayanan kepada TUHAN.
Jadi, sebelum dibaptis, seseorang tidak layak untuk
menyelenggarakan kebaktian, tidak layak untuk mentahbiskan diri lewat ibadah
dan pelayanannya kepada TUHAN. Itulah pentingnya baptisan itu, yaitu supaya
kita layak untuk melayani pekerjaan TUHAN.
Berarti, orang yang melayani pekerjaan TUHAN terlebih
dahulu;
-
perjalanan hidupnya -- itulah dua kaki --
sudah dibasuh oleh kematian dan kebangkitan Kristus.
-
perbuatan hidupnya -- itulah dua tangan
-- sudah harus dibasuh, supaya dua tangan ini layak untuk membawa korban dan
mempersembahkannya di hadapan TUHAN.
Seperti pujian yang kita naikkan tadi: “Kutelah
mati ...”, berarti mengubur hidup yang lama supaya layak untuk melayani dan
mempersembahkan korban di atas mezbah, mempersembahkan hidup ini di atas mezbah
TUHAN lewat ibadah dan pelayanan kepada TUHAN.
Beberapa waktu lalu, saudara-saudara kita, yaitu;
keempat orang yang hendak dibaptis hari ini -- yaitu Pasti, Tiar, Herson, Johan
-- sudah terlebih dahulu menerima (mendengarkan) nasihat Firman TUHAN di
pastori. Pelajaran yang mereka terima ialah; tentang merendahkan diri, yaitu iota,
harus lanjut sampai kepada pengalaman kematian, yaitu; titik. Dengan
adanya titik ini, maka akan mengakhiri semua riwayat-riwayat dosa di masa lalu.
Jangan sampai sudah dibaptis, tetapi riwayat
dosa belum berhenti. Harus berhenti. Jadi, tidak cukup
hanya merendahkan diri -- bagaikan orang yang melayani di tengah ibadah --,
tetapi dari “iota” harus lanjut sampai kepada “titik”. Dengan adanya “titik”,
maka berakhirlah semua riwayat dosa di masa lalu.
Saya berharap kepada keempat anakku yang hendak
dibaptis hari ini: Pasti, Tiar, Herson, Johan, biarlah sungguh-sungguh dengan
nyata mengubur hidup yang lama.
Ada sebuah kisah yang sangat menarik sekali di dalam 1
Korintus 10.
1 Korintus 10:1-4
(10:1) Aku mau, supaya
kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah
perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. (10:2)
Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam
laut. (10:3) Mereka semua makan makanan rohani yang sama (10:4)
dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu
karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
Untuk menjadi pengikut Musa, bangsa Israel sudah
terlebih dahulu melewati Laut Teberau (laut Kolsom), dan itu merupakan bayangan
dari “baptisan air” atau “baptisan Kristus.”
Jadi, perjalanan bangsa Israel waktu melewati Laut
Teberau yang terbelah dua, di mana orang Israel berjalan dari tengah-tengah
laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai
tembok bagi mereka, itu berbicara soal pengalaman Yesus dalam tanda
kematian dan kebangkitan (Baptisan). Untuk menjadi pengikut Musa, mereka sudah
dibaptis dalam awan dan baptis laut.
Sesudah melewati baptisan itu, selanjutnya mereka
diberi;
-
Makan makanan rohani, yaitu
Firman Allah.
-
Minum minuman rohani dari batu
karang rohani, itulah Yesus Kristus. Yakni; Roh El-Kudus.
Biarlah kita fokus memandang salib Kristus dengan
batin (mata hati) kita masing-masing, supaya semua berjalan dengan teratur,
sebab kalau tumbuh akar pahit -- karena tidak memandang salib Kristus --, maka
semua akan rusuh. Ingatlah terus akan firman yang sudah kita terima kemarin
malam, lewat ibadah Pendalaman Alkitab, jangan langsung dilupakan begitu saja.
Jadi, untuk menjadi pengikut Musa, mereka terlebih
dahulu dibaptis, selanjutnya diberi makan makanan rohani, itulah Firman Allah,
yang harus disantap. Setelah makan, selanjutnya diberi minum, berarti
dipenuhkan oleh Roh-El Kudus. Itu sebabnya, kita bersama-sama dengan Roh TUHAN
di tengah ibadah dan pelayanan untuk baptisan pada saat ini.
Namun, lihatlah ayat 5-6 ...
1 Korintus 10:5
(10:5) Tetapi sungguhpun
demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka,
karena mereka ditewaskan di padang gurun.
Setelah dibaptis, lalu kemudian makan (firman) dan
minum (Roh), namun sekalipun demikian, Allah tidak berkenan kepada bagian yang
terbesar, sampai akhirnya mayat mereka bergelimpangan di padang gurun,
ditewaskan di padang gurun. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
1 Korintus 10:6
(10:6) Semuanya ini
telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya
jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah
mereka perbuat,
Rupanya, peristiwa pada masa lalu adalah sebuah contoh
untuk memperingatkan kita pada hari ini, supaya jangan sampai setelah dibaptis
namun justru mati rohani. Jangan sampai sudah dibaptis dan menikmati Firman
Allah dan Roh Allah di tengah ibadah pelayanan, namun akhirnya kita justru
tidak berkenan.
Berkali-kali saya sampaikan; kalau melihat sesuatu
yang tidak baik, jangan teruskan supaya jangan terlanjur-lanjur. Kita semua
harus lawan tipu daya dari kenajisan itu, baik laki-laki maupun perempun.
Sekali lagi saya tegaskan; lawan kenajisan itu. Kita semua harus berkaca dari
pengalaman yang sudah memperingati kita. Pengalaman mereka juga merupakan
cerminan hidup kita.
Bayangkan, sudah dibaptis, lalu di tengah-tengah
beribadah, diberi makan yaitu: Firman Allah dan diberi minum, yaitu; Roh Kudus,
namun hidup mereka tidak berkenan, dan akhirnya mereka semua mati di padang
gurun. Jangan sampai kita tidak berkaca pada pengalaman ini. Firman TUHAN
adalah cerminan. Pengalaman juga merupakan cerminan. Jangan sampai sudah
mempunyai pengalaman, tetapi tetap mengeraskan hati; itu namanya orang Bebal.
Jangan sampai seperti itu.
Janganlah kita menginginkan hal-hal yang jahat. Kalau
memang ada orang lain yang menginginkan hal-hal yang jahat, namun jangan kita
juga turut menginginkannya, mengapa? Karena kita telah dibaptis.
1 Korintus 10:7
(10:7) dan supaya jangan
kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang
dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan
dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
Inilah KEJATUHAN YANG PERTAMA dari bangsa Israel, yang
dicatat dalam 1 Korintus 10; sesudah dibaptis, ternyata mereka akhirnya jatuh
dalam penyembahan berhala, dengan mendirikan patung anak lembu emas
tuangan.
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari
TUHAN. Ada banyak berhala di bumi ini;
-
Berhala yang pertama: Meninggalkan ibadah
karena pekerjaan, itu berhala. Meninggalkan TUHAN, meninggalkan ibadah karena
bisnis, kesibukan, pendidikan, dan lain sebagainya, itu juga berhala. Itu
adalah dewa-dewa kecil di bumi ini.
-
Berhala yang kedua: Kekerasan di hati.
Orang yang keras hati itu berhala.
-
Berhala yang ketiga: Kebenaran diri
sendiri.
Inilah kejatuhan yang pertama yang dicatat dalam 1
Korintus 10, sesudah dibaptis, makan (firman), dan minum (Roh).
Kemudian, kita akan melihat KEJATUHAN YANG KEDUA dari
bangsa Israel pada ayat 8.
1 Korintus 10:8
(10:8) Janganlah kita
melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.
Peristiwa ini terjadi ketika bangsa Israel berkemah di
Sitim, di mana laki-laki dari antara bangsa Israel berbuat zinah dengan
perempuan-perempuan Moab.
Perempuan Moab adalah gambaran dari bangsa kafir yang
memang dilahirkan dari kenajisan. Moab adalah anak yang dilahirkan oleh puteri
Lot, hasil perzinahannya dengan Lot sendiri, yang adalah bapaknya. Jadi, benih
dari kenajisan itu turun; dan hasil dari kenajisan itu tersangkut paut dengan
laki-laki bangsa Israel. Janganlah hal itu terjadi; oleh sebab itu, kita harus
melawan dan menolak dengan tegas tipu daya dari kenajisan itu.
Walaupun di depan mata ini ada kenajisan, tetapi kita
harus melawan kenajisan itu, hapuskan dari hati dan pikiran. Saya pernah
sampaikan hal ini kepada seseorang supaya tidak berlanjur-lanjur, tetapi sudah
sampai berlanjur-lanjur pun masih tetap TUHAN disalahkan juga.
Pikiran ini harus fokus kepada salib Kristus, kepada
korban Kristus, dengan terus mengingat Firman TUHAN, jangan cepat lupa.
Penyakit lupa itu dapat mudah sekali tertarik kepada kenajisan; begitu kita
dibikin lupa, langsung ditarik kepada kenajisan. Setelah mendengar firman,
langsung lupa, akhirnya menjadi latah dalam kenajisan. Lawan itu, supaya
pengorbanan kita tidak sia-sia.
Kembali saya sampaikan; kejatuhan kedua sesudah
dibaptis adalah kenajisan. Jadi, berhala itu arahnya kepada kenajisan.
Sekarang, kita akan melihat KEJATUHAN YANG KETIGA,
pada ayat 9.
1 Korintus 10:9
(10:9) Dan janganlah
kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,
sehingga mereka mati dipagut ular.
Kejatuhan yang ketiga adalah mencobai TUHAN. Hanya
karena mereka tidak menemukan makanan dan minuman, mereka mencobai TUHAN dan
berkata: Adakah TUHAN bersama-sama dengan kami? Seolah-olah tangan TUHAN
tidak kurang panjang untuk segera terulur memberi pertolongan, baik termasuk
soal makan dan minum, sehingga pada saat itu mereka ingin kembali ke Mesir, mereka
teringat akan mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang
putih, termasuk ikan dan daging di Mesir.
Hati-hati, ingatlah akan firman ini: Sesudah jatuh
dalam penyembahan berhala, selanjutnya mereka masuk dan terjerat ke
dalam dosa kenajisan, selanjutnya adalah mencobai TUHAN.
Akhirnya, banyak dari antara mereka yang mengundurkan diri dari rombongan
perjalanan itu dan mati terpagut oleh ular. Kalau mencobai TUHAN, maka akhirnya
adalah mati terpagut oleh ular. Ular adalah gambaran dari: Iblis atau Setan.
Jangan sampai karena makan dan minum yang terkait
dengan pekerjaan, kesibukan-kesibukan, atau karena tidak mendapat pekerjaan,
akhirnya mundur dari ibadah pelayanan, maka akan dipagut ular nanti. Karena
memang hal itu akan terjadi seperti yang sudah kita perhatikan di atas tadi;
oleh sebab itu, perhatikan urutannya: Berhala à Kenajisan à Mencobai TUHAN.
Selanjutnya, kita akan melihat KEJATUHAN YANG KEEMPAT,
pada ayat 10.
1 Korintus 10:10
(10:10) Dan janganlah
bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,
sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Kisah ini terjadi pada saat pemberontakan dari pada
Korah dan kroni-kroninya (pengikut-pengikutnya), di mana pada akhirnya mereka
ditelan hidup-hidup oleh bumi, mereka dikubur hidup-hidup, dibinasakan oleh
malaikat maut. Oleh sebab itu, jangan membiasakan diri di dalam hal
bersungut-sungut.
Kejatuhan yang keempat dari bangsa Israel sesudah
dibaptis adalah memberontak kepada Musa. Bani Korah memberontak, mereka
menginginkan atau menuntut pangkat imam, padahal mereka adalah suku Lewi.
Artinya, sudah diberi kesempatan untuk melayani bersama-sama dengan imam-imam
di dalam Ruangan Suci, tetapi mereka masih mau juga menuntut “pangkat”, tidak
ada kepuasan, akhirnya memberontak, dikuasai oleh roh pendurhakaan. Inilah
kejatuhan yang keempat.
Jadi, orang yang suka memberontak, pasti riwayatnya
adalah;
-
Riwayat yang pertama adalah berhalanya
kuat.
-
Riwayat yang kedua adalah kenajisannya
kuat.
-
Riwayat yang ketiga adalah pasti suka bersungut-sungut.
-
Dan puncaknya adalah melawan TUHAN, memberontak.
Kalau sudah berani melawan hamba TUHAN, berarti ia
berani melawan TUHAN. Kalau kita sudah melihat ada yang berani “melawan”,
berarti hidupnya sudah berada pada tingkat yang parah, itu adalah puncak
kejatuhan sesudah dibaptis sama seperti Lucifer ... Yesaya 14:12.
Hati-hati, kalau di antara kita ada yang memberontak, biarlah satu dengan yang
lain saling mengingatkan, karena hal itu merupakan suatu tindakan yang sudah
parah sesungguhnya. Biarlah kita saling mengingatkan, karena saya tidak akan
mungkin membalas atau menghukum orang yang memberontak, tetapi ia akan berhubungan langsung dengan TUHAN
(berurusan), itulah yang harus diwaspadai.
Kita harus mengetahui, bahwa saya bukan kebetulan
menjadi hamba TUHAN, juga tidak kebetulan menjadi gembala sidang; jabatan
gembala diterima oleh seorang hamba TUHAN lewat kematian dan kebangkitan
Kristus, lewat baptisan Kristus. Oleh sebab itu, hargai baptisan Kristus.
Jangan sampai setelah dibaptis tetapi masih jatuh, seperti gambaran dari bangsa
Israel sebagai peringatan bagi kita siang hari ini, secara khusus kepada
keempat anakku yang hendak dibaptis.
Cukup sudah kenajisan di masa lalu menyakiti hati
TUHAN, sekarang hal itu harus dikubur dalam-dalam, supaya kita jangan lagi
menyakiti hati TUHAN, karena tipu daya kenajisan itu bisa merusak penggembalaan;
ini bukan omong kosong, nyata, sudah terbukti. Jangan teruskan kenajisan itu,
supaya kita layak dengan jumlah yang banyak.
Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku
dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Kita harus
bisa menyatu antara satu dengan yang lain. Kalau tidak, maka akan menjadi lawan
TUHAN. Jangan biarkan roh najis bergerilya; tubuh terlihat bagus, tetapi
hatinya bergerilya, hal itu tidak diperbolehkan.
1 Korintus 10:11
(10:11) Semuanya ini telah
menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan
bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
Peristiwa ini dituliskan kembali untuk mengingatkan
kita pada hari ini, karena itu adalah contoh yang tidak baik, yang tidak patut
untuk kita tiru. Kalau sudah dibaptis harus betul-betul menjadi pribadi yang
berada dalam hidup baru; yang lama sudah dikubur lewat kematian Kristus, itulah
arti baptisan.
Jangan kita terus menerus menyakiti hati TUHAN dengan
mengulangi dosa kejahatan dan tipu daya kenajisan. Cukup sampai di sini. Oleh
sebab itu, kerendahan hati = iota, harus dilanjutkan sampai kepada
pengalaman kematian, itulah “titik”. Tidak ada kekuatan satu manusia pun
yang bisa melepaskan dirinya dari maut, dari dosa, dari penjara dunia ini kalau
bukan karena kekuatan yang dari TUHAN. Itu sebabnya, wadah baptisan ini sangat
penting bagi kita siang ini, sebagai “amanat agung”.
Itulah perintah amanat agung dalam Perjanjian Lama
yang tertulis dalam Keluaran 30:17-21. Sekarang, kita akan melihat
PELAKSANANNYA dalam Keluaran 38:8.
Keluaran 38:8
(38:8) Dibuatnyalah bejana
pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga, dari cermin-cermin para
pelayan perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.
Di sini kita melihat pelaksanaan dari perintah amanat
agung itu, yaitu dibuatnyalah bejana pembasuhan dari tembaga, baik alasnya
maupun bejananya terbuat dari tembaga.
Tembaga ini adalah bekas dari
cermin-cermin para perempuan yang melayani di rumah TUHAN. Kalau
tembaga terus digosok, itu bisa menjadi cermin. Artinya, untuk masuk dalam
baptisan harus bayar harga, tidak boleh hitung-hitungan, semuanya itu harus
dihancurkan untuk dijadikan kolam/bejana baptisan dari tembaga; berapa pun
harganya harus dibayar.
Tembaga -> penghukuman atas dosa.
Kita lihat TUJUANNYA dengan melihat TABERNAKEL
SORGAWI dalam Wahyu 4.
Wahyu 4:6
(4:6) Dan di hadapan
takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu
dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan
di sebelah belakang.
Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca
bagaikan kristal. Artinya, setelah melewati pengalaman Yesus dalam
tanda kematian dan kebangkitan-Nya, selanjutnya kita semua dijadikan “kristal”.
Kristal = transparan, berarti; luar dan dalam sama, tidak ada lagi yang
ditutup-tutupi.
Jadi, tujuan dari baptisan air adalah menjadikan kita
semua menjadi kristal, berarti transparan.
Kita akan lanjut memperhatikan kehidupan yang KRISTAL
dalam Wahyu 15.
Wahyu 15:2-4
(15:2) Dan aku
melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca
itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan
patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah. (15:3)
Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba,
bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang
Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! (15:4) Siapakah
yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau
saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau,
sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu."
Keadaan dari pada kehidupan yang digambarkan seperti
kristal: “Aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api”
-
Bercampur api, itulah Mezbah
Korban Bakaran.
-
Lautan kaca bagaikan kristal, itulah
baptisan air.
Sesudah melewati itu, lalu di tepi lautan kaca itu
berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya
dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.
Mereka yang transparan itu adalah orang-orang yang
berkemenangan.
-
Menang terhadap binatang, itulah
roh antikris, roh jual beli.
-
Menang terhadap patung, berarti;
lepas dari berhala.
-
Menang terhadap bilangan namanya,
berarti tidak menerima cap meterai dari antikris, itulah 666 (enam ratus
enam puluh enam).
Selanjutnya, “di tangan mereka ada kecapi Allah.”
Jelas menandakan bahwa mereka betul-betul mengikuti irama sorgawi dalam tanda
kematian dan kebangkitan. Itulah kalau kehidupan kita sudah menjadi kristal,
lewat baptisan Kristus, yaitu berkemenangan terhadap dosa. Itulah harapan,
dambaan, dan kerinduan TUHAN bagi kita yang sudah dibaptis, teramat lebih yang
akan dibaptis hari ini; sudah seharusnya menjadi kristal, kehidupan yang
berkemenangan, lepas dari roh jual beli (antikris), lepas dari berhala,
lepas dari cap meterai antikris 666 (enam ratus enam puluh enam) --
singkatnya, tubuh, jiwa, roh tidak dikuasai oleh daging --. Sampai pada
akhirnya, tanda kemenangan ada di tangan mereka, yaitu kecapi Allah. -- “Kecapi
Allah” -> irama sorgawi dalam tanda kematian dan kebangkitan. --
Kita bersyukur kepada TUHAN. Berita firman pada siang
hari ini sudah seharusnya menjadi daging kita dan menjadi praktek dalam
kehidupan kita sehari-hari. Bukan semata-mata hanya sebuah pengetahuan,
melainkan sudah seharusnya menjadi daging, menjadi praktek dalam kehidupan
sehari-hari.
Ingat; pengalaman dari pada bangsa Israel sudah
menjadi cerminan bagi kita untuk memperingati kita di waktu-waktu di hari-hari
ini, supaya kita tidak mengikuti contoh yang tidak baik itu.
Kemudian, kalau kita kaitkan baptisan dalam Kisah
Para Rasul 2; Rasul Petrus dalam kotbahnya menceritakan tentang pengalaman
Yesus Kristus dalam tanda; kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus, lalu dipermuliakan, dan ketika mereka mendengar hal itu hati
mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang
lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Lalu
Petrus berkata: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi
dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu ...”
-
Langkah pertama adalah bertobat.
-
Langkah kedua adalah beri diri dibaptis.
Jadi, syarat dibaptis adalah bertobat, yang dalam
Pengajaran Tabernakel terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
Bertobat itu tidak boleh setengah-setengah, melainkan
harus bertobat 100 % (seratus persen), jangan hanya bertobat 50 % (lima puluh
persen). Kalau bertobat setengah-setengah, bertobat 50 % (lima puluh persen),
maksudnya ialah berhenti berbuat dosa sejenak, tetapi tidak menyerahkan diri
sepenuhnya kepada TUHAN.
Kalau sudah bertobat 100 % (seratus persen), berarti
berhenti berbuat dosa, selanjutnya menyerahkan jiwanya menjadi milik TUHAN,
karena Yesus mati untuk menebus jiwa kita. Kalau sudah ditebus (sudah dibeli)
dengan harga yang lunas, berarti kita ini adalah milik-Nya TUHAN. Oleh sebab
itu, pertobatan tidak boleh setengah-setengah, melainkan harus full.
Kita akan memperhatikan ayat yang manis, dan semoga
ini menjadi berkat, hati kita terharu mendengarkannya.
Kisah Para Rasul 2:32-36
(2:32) Yesus inilah yang
dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. (2:33)
Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang
dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. (2:34) Sebab
bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman
kepada Tuanku: (2:35) Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat
musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. (2:36) Jadi seluruh kaum Israel
harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
Kita harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat
Yesus yang disalibkan itu menjadi TUHAN dan Kristus, menjadi Juruselamat
manusia.
Kisah Para Rasul 2:37-38
(2:37) Ketika mereka
mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada
Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat,
saudara-saudara?" (2:38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh
Kudus.
Jadi, dibaptis itu berarti sudah seharusnya bertobat
100 % (seratus persen) baik lahir maupun batin.
Setelah mendengarkan kisah Yesus yang telah disaksikan
oleh rasul-rasul -- di mana Yesus mati terbunuh, lalu bangkit
pada hari ketiga, kemudian dipermuliakan dan duduk di sebelah kanan
Allah Bapa --, maka hati mereka terharu dan berkata: “Apakah yang harus kami
perbuat?” Petrus berkata: "Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
1.
Bertobat 100 % (seratus
persen), jangan 50 % (lima puluh
persen).
2.
Selanjutnya, beri diri dibaptis
untuk pengampunan dosa.
3.
Selanjutnya, penuh dengan Roh Kudus.
Disertai dengan karunia-karunia Roh Kudus, diperlengkapi untuk melayani
pekerjaan TUHAN.
Kisah Para Rasul 2:39
(2:39) Sebab bagi kamulah
janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu
sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."
Janji-janji TUHAN adalah untuk kita semua, dan biarlah
kiranya hal itu tergenapi; hidup kita diberkati, ibadah dan pelayanan
diberkati, hubungan intim dengan TUHAN diberkati -- itulah nikah suci --.
Kisah Para Rasul 2:40
(2:40) Dan dengan banyak
perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia
mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan
dari angkatan yang jahat ini."
“Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang
jahat ini” Biarlah kita memberi diri untuk diperdamaikan dengan Allah,
lewat pertobatan 100 % (seratus persen) baik lahir maupun batin, selanjutnya
berilah diri untuk dibaptis lewat pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya.
Kisah Para Rasul 2:41
(2:41) Orang-orang yang
menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah
mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Jadi, orang-orang yang dibaptis itu jumlahnya kira-kria
ada 3.000 (tiga ribu) jiwa.
“Tiga ribu jiwa” Ã Ruangan Suci
sampai Ruangan Maha Suci. Kalau tidak dibaptis, maka tidak bisa masuk ke
dalam Ruangan Suci, apalagi sempurna. Jadi, baptisan adalah;
-
Akhir dari pekerjaan penebusan.
-
Awal dari kekudusan (Ruangan Suci) sampai
kesempurnaan (Ruangan Maha Suci), itulah 3.000 (tiga ribu) hasta.
Sementara, dari Abraham sampai kepada baptisan Yohanes
ada 1.500 (seribu lima ratus) tahun jaraknya. Baptisan pada hukum
Taurat -- yang sudah kita lihat tadi mengenai Kolam
Pembasuhan Tembaga -- sampai kepada Yohanes Pembaptis -- sebagai nabi yang
terakhir -- ada 1.500 (seribu lima ratus) tahun, itulah daerah pelataran
(halaman), yang merupakan daerah Taurat.
Kemudian, pada Perjanjian Baru, yang bertobat dibaptis
ada 3.000 (tiga ribu) jiwa, itulah Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci,
dengan perincian: Ruangan Suci: Panjangnya 20 hasta, lebar 10 hasta,
tingginya 10 hasta = 2000 hasta ditambah Ruangan Maha Suci (Segi Empat):
PxLxT = 10x10x10 = 1000 hasta = 3000 hasta.
Jadi, Allah berhubungan langsung dengan umat-Nya
dimulai dari Abraham sampai 1.000 (seribu) tahun damai, dengan jumlahnya adalah
4.500 (empat ribu lima ratus) tahun. Ayo, pertimbangkanlah apa yang sudah kita
terima siang hari ini. Allah sudah berhubungan langsung dengan umat-Nya dari
sejak hukum Taurat sampai dengan Ruangan Maha Suci, itulah kerajaan 1.000
(seribu) tahun damai.
Ibadah Pembaptisan siang ini bukanlah ceremonial,
bukan ibadah liturgis, tetapi sudah seharusnya firman ini menjadi daging,
menjadi praktek dalam kehidupan kita masing-masing, supaya hidup kita
memuliakan TUHAN; ibadah dan pelayanan dari hidup kita memuliakan TUHAN,
perkataan memuliakan TUHAN, pikiran memuliakan TUHAN, hati memuliakan TUHAN.
Jadi, bukan hanya atributnya saja yang memuliakan TUHAN, melainkan lahir batin
memuliakan TUHAN. Kalau hanya “atribut” yang memuliakan TUHAN, maka “atribut”
itu bisa dikemas baik-baik, seperti ketika seorang perempuan yang mengenakan
lipstik. Jadi, jangan hanya atribut luar yang memuliakan TUHAN, tetapi manusia
batin juga harus menyenangkan hati TUHAN. Biarlah batin kita semua menyenangkan
hati TUHAN. Jangan lupa akan firman siang hari ini.
Lewat baptisan air pada hari ini, kita betul-betul
satu dengan baptisan Kristus. Selama menantikan kedatangan TUHAN, biarlah kita
bertekun untuk satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya, hidup dalam
pendamaian dengan Dia tanpa cacat dan cela. Jadilah kristal, supaya kita berada
dalam tanda berkemenangan.
Kalau dosa masih disembunyikan, maka akan terus
mengalami kekalahan dan dikejar-kejar oleh bayangan dosa. Ketika dikejar-kejar
oleh bayangan dosa, itulah yang merusak sistem imun. Kalau seseorang sudah
ketakutan karena dosa, maka imunnya akan rusak. Takut lagi karena dosa,
teringat akan dosa yang mengejar, maka imun semakin rusak. Jika takut lagi akan
dosa, dikejar-kejar hutang dosa kepada TUHAN, maka imunnya semakin rusak. Jadi,
jangan sampai imun kita dirusak, supaya masa depan tidak susah. Berjuanglah,
supaya kita ada kekuatan oleh darah salib. Ingat: begitu teringat dosa yang
membayangi, maka imun akan rusak. Akhirnya, lewat baptisan Kristus, baptisan
dalam kematian-Nya (titik), biarlah riwayat dosa berhenti (terkubur
dalam-dalam). Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA,
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
No comments:
Post a Comment