IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 13 AGUSTUS 2020
KITAB
RUT
(Seri:
105)
Subtema:
HIKMAT BERSERU-SERU
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada TUHAN, Kepala Gereja yang
sudah mengasihi kita dan memelihara kehidupan kita sampai pada malam hari ini.
Biarlah kiranya TUHAN menyatakan lawatan-Nya bagi kita malam ini. Hati TUHAN
dan mata TUHAN tertuju kepada kehidupan kita sebagai rumah TUHAN.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan
kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita
sekaliannya.
Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB
RUT.
Rut
2:20
(2:20) Sesudah
itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu
oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang
hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum
kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Lagi
kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang
yang wajib menebus kita."
Singkatnya,
Naomi menjelaskan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu, dalam dua hal:
YANG
PERTAMA: Boas adalah kaum kerabat mereka.
Berarti,
Boas adalah sanak atau saudara terdekat dari Elimelekh, suami Naomi yang sudah
mati itu.
Kita
lanjut memperhatikan Amsal 7.
Amsal
7:4-5
(7:4)
Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan sebutkanlah
pengertian itu sanakmu, (7:5) supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan
jalang, terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.
Manfaat
bila hikmat dijadikan sebagai saudara dan pengertian sebagai sanak ialah
dilindungi dari dua perempuan yang menjadi lawan TUHAN, yaitu:
Yang
Pertama: Perempuan jalang atau liar.
Jelas
itu menunjuk; Babel besar, yakni ibu dari wanita-wanita pelacur dan ibu dari
kekejian bumi. Tentang wanita Babel ini tertulis di dalam Wahyu 17.
Wanita-wanita
pelacur à Antikris
yang menghentikan korban sehari-hari, yakni:
1.
Korban sembelihan, itulah ibadah dan
pelayanan.
2.
Korban santapan, itulah Firman Allah
sebagai kebutuhan pokok atau makanan rohani kita masing-masing.
Yang
Kedua: Perempuan asing, yang licin perkataannya.
Jelas,
itu menunjuk kepada Izebel, isteri Ahab, raja Israel. Oleh karena perkataan
yang licin dari Izebel, menyebabkan seluruh bangsa Israel dan juga nabi-nabi
pada saat itu berlaku timpang dan mendua hati, dengan kata lain; bangsa Israel
berada di dalam kebimbangan. Hal ini dengan jelas ditulis dalam 1 Raja-Raja
18:18-22.
Orang
yang mendua hati, orang yang berada dalam kebimbangan tidak mendapat apa-apa.
Oleh sebab itu, kalau ikut TUHAN, ikut TUHANlah dengan sungguh-sungguh; kalau
tidak, silahkan ikut (pilih) yang lain, seperti perkataan Elia: “Kalau TUHAN
itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Itulah pernyataan
dari pada nabi Elia seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN menghadapi
empat ratus lima puluh orang nabi-nabi Baal dan empat ratus orang nabi-nabi
Asyera.
Demikian
juga dengan kita; kalau ikut TUHAN, ikutlah TUHAN dengan sungguh-sungguh. Kalau
tidak, silahkan pilih mana yang saudara pikir baik. Karena orang yang mendua
hati, orang yang berada dalam kebimbangan tidak mendapat apa-apa; oleh sebab
itu, kita harus memilih satu dari antara dua supaya berhasil.
Kalau
ikut TUHAN dengan sungguh-sungguh pasti berhasil dan diberkati, juga berakhir
dengan selamat. Ikut dunia juga berhasil; sepertinya diberkati, sepertinya
limpah harta kekayaan, tetapi ujungnya binasa.
Saya
tambahkan sedikit lagi: Adapun hal-hal yang dilakukan oleh Izebel, antara lain:
1.
Izebel mengancam untuk membunuh Elia.
Penyebabnya ialah karena Elia telah membunuh 450 orang nabi-nabi Baal yang
mempengaruhi bangsa Israel sehingga bangsa Israel mendua hati; itu sebabnya
Izebel sangat marah sekali dan berusaha untuk membunuh Elia.
2.
Kemudian, Izebel juga telah mengambil
paksa kebun anggur Nabot; hal ini ditulis dalam 1 Raja-Raja 21:5-15.
Kesimpulannya:
-
Izebel mengancam untuk membunuh Elia,
artinya; berusaha untuk membatasi bahkan berusaha untuk menggagalkan rencana
Allah untuk masa yang akan datang (pandangan nubuatan). -- Tugas nabi adalah
bernubuat, memandang jauh ke depan. --
-
Kemudian, mengambil paksa kebun anggur Nabot,
artinya; tidak menghargai milik pusaka yang diwariskan oleh TUHAN, yakni ibadah
dan pelayanan. Ibadah dan pelayanan ini adalah milik pusaka yang diwariskan
kepada saya dan saudara; dan itu harus dihargai sungguh-sungguh.
Perkataan
Izebel ini adalah perkataan yang licin, sehingga oleh perkataan yang licin itu,
mari kita melihat 1 Raja-Raja 21.
1
Raja-Raja 21:1-3
(21:1) Sesudah
itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur
di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. (21:2) Berkatalah Ahab
kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan
kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun
anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau
lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang." (21:3) Jawab
Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan
milik pusaka nenek moyangku kepadamu!"
Singkatnya;
Nabot berusaha untuk mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya sampai
tetes-tetes darah penghabisan, sampai ia rela mati. Sebab pada akhirnya, oleh
karena mempertahankan tanah milik pusaka yang diwariskan oleh nenek moyangnya,
akhirnya Nabot mati karena Izebel mempengaruhi Ahab, suaminya, raja Israel,
dengan perkataannya yang licin, dengan perkataan yang penuh dusta, dengan
perkataan yang penuh muslihat itu mempengaruhi bangsa itu, sampai akhirnya
membunuh Nabot, karena Nabot tetap mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya.
Biarlah
kiranya kita tetap mempertahankan milik pusaka yang diwariskan TUHAN kepada
kita, yakni ibadah dan pelayanan ini sampai tetes darah penghabisan, sampai
kepada kesudahannya.
Nabot
mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya sekalipun diberi
penawaran-penawaran yang menarik, antara lain:
1.
Diganti dengan kebun anggur yang lebih
baik.
2.
Dibayar dengan uang yang banyak.
Kalau
kepada kita sudah diwariskan ibadah dan pelayanan ini sebagai milik pusaka;
jangan diganti dengan apapun dan oleh siapapun. Jangan gantikan ibadah dan
pelayanan ini dengan uang sekalipun dengan uang yang jumlahnya banyak; jangan
keliru lagi. Biarlah firman itu ada dan ditaruh di dalam hati kita supaya kita
jangan berdosa kepada TUHAN.
Tetapi
tidak sedikit orang Kristen yang tidak mempunyai pengertian, sehingga hanya
karena uang, dia tinggalkan ibadah; hanya karena uang, dia tinggalkan
pelayanan. Berbeda dengan Nabot;
-
Sekalipun ditawarkan kebun anggur yang
lebih baik dari milik pusaka yang diwariskan oleh nenek moyang, namun Nabot
tetap mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya.
-
Sekalipun ditawarkan dengan uang yang
banyak, tetapi Nabot tetap mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya.
Bagaimana
dengan pengikutan kita di hari-hari terakhir ini? Apakah sama seperti Nabot
tetap mempertahankan milik pusaka, yakni ibadah dan pelayanan, sampai tetes
darah penghabisan, sampai kesudahannya? Ini adalah pertanyaan yang juga menjadi
PR (Pekerjaan Rumah) yang harus kita usahakan di hari-hari terakhir ini.
Sebaliknya,
Ahab berusaha untuk menyerobot kebun anggur Nabot untuk dijadikan kebun sayur.
Kesimpulannya:
Berusaha untuk membunuh nabi dan mengambil tanah milik pusaka, menunjukkan
bahwa Izebel tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala. Itu sebabnya, dengan
perkataannya yang licin itu juga, Izebel bisa mempengaruhi Ahab, raja Israel.
Seharusnya, suami adalah kepala.
Perlu
untuk diketahui: Menurut Injil Matius 8:12, tubuh tanpa kepala, berarti
tubuh menjadi;
1.
Liangnya serigala. Serigala à roh jahat.
Pekerjaan dari serigala -- menurut Injil Yohanes 10:12 -- ialah menerkam
dan mencerai-beraikan kawanan domba sehingga domba-domba menjadi liar, tidak
tergembala. Kalau seseorang meninggalkan ibadah, jauh dari ibadah, itu adalah
tanda bahwa ia sudah diterkam oleh serigala. Kalau dalam hati dan pikiran ini
senantiasa berusaha untuk meninggalkan ibadah, senantiasa berusaha untuk
menjauhkan diri dari tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itu menunjukkan bahwa
dia sedang diterkam oleh serigala, gambaran dari roh-roh jahat di udara dengan
segala tipu dayanya.
2.
Sarangnya burung. Burung à roh najis.
Pekerjaan dari roh najis ialah menghambat pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna, sama artinya; merusak kesatuan tubuh Kristus = merusak nikah suci.
Nikah suci itu berbicara tentang kesatuan antara tubuh dengan kepala. TUHAN
mendambakan nikah yang suci, dimulai dari nikah yang terkecil dalam rumah
tangga, kemudian nikah yang lebih besar dalam penggembalaan (dalam ibadah dan
pelayanan), kemudian antar penggembalaan, kemudian antar denominasi gereja,
sampai akhirnya memuncak antar bangsa Israel dengan bangsa kafir; itulah
dambaan dan kerinduan TUHAN, supaya kita juga mengerti apa yang menjadi dambaan
dan kerinduan TUHAN. Jangan kita pusing dengan kerinduan-kerinduan kita yang
belum kesampaian itu, tetapi biarlah kita juga turut memikirkan apa yang
didambakan dan apa yang dirindukan oleh TUHAN.
Itulah
tentang Izebel yang perkataannya licin sekali, merusak segala sesuatunya,
sehingga tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala.
Kita
lihat PRIBADI IZEBEL ini di dalam Wahyu 2.
Wahyu
2:20
(2:20) Tetapi
Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang
menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya
berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Ketika
Izebel menjadi kepala, ia mengajar dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN, dengan
tujuan supaya;
Yang
pertama: Hamba-hamba TUHAN berbuat zinah.
Berbuat
zinah = menduakan hati TUHAN atau pergi ke lain hati dan meninggalkan TUHAN.
Tidak sedikit orang Kristen di hari-hari terakhir ini berbuat zinah karena
situasi kondisi yang sudah semakin mendesak, sehingga lakunya manusia semakin
rusak di hadapan TUHAN, tidak segan-segan menduakan hati TUHAN.
Yang
Kedua: Hamba-hamba TUHAN makan dari persembahan-persembahan berhala.
Berhala,
artinya; segala sesuatu yang melebihi TUHAN. Misalnya;
1.
Meninggalkan ibadah karena pekerjaan,
karena perkara-perkara lahiriah lainnya dan kesibukan-kesibukan lainnya; kalau
itu yang menjadi nomor satu, itu merupakan berhala, sekalipun tidak mendirikan
tugu, patung dan arca di rumah masing-masing.
2.
Kekerasan di hati, itu juga merupakan
penyembahan berhala.
3.
Kebenaran diri sendiri, itu juga merupakan
penyembahan berhala.
“Perempuan
Babel”
-- itulah perempuan jalang atau liar yang menimbulkan gereja TUHAN menjadi
wanita-wanita pelacur, juga meninbulkan kekejian di bumi -- dan “Perempuan
Izebel” -- itulah perempuan yang licin perkataannya --, kedua perempuan ini
ditulis dan diceritakan pada kitab Wahyu pasal 2 dan pasal 17.
Kitab
Wahyu adalah kitab yang terakhir, penutup dari semua kitab. Kitab Suci terdiri
dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, seluruhnya berjumlah 66 (enam puluh
enam) kitab, yang diakhiri oleh kitab Wahyu.
Artinya,
di hari-hari terakhir ini atau di ujung abad ini, karakter atau tabiat dari dua
perempuan tersebut dengan segala geliatnya akan terlihat (tampak) dengan jelas
dalam setiap ibadah-ibadah yang diselenggarakan di atas muka bumi ini, lewat
pelayanan-pelayanan dari hamba-hamba TUHAN yang tidak berpegang teguh kepada
perkataan TUHAN dan yang tidak menyimpan perkataan TUHAN di dalam hatinya,
sesuai dengan Amsal 7:1-3.
Selanjutnya,
kita akan memasuki Amsal 17:16.
Amsal
17:16
(17:16) Apakah
gunanya uang di tangan orang bebal untuk membeli hikmat, sedang
ia tidak berakal budi?
Singkatnya:
Orang bebal tidak membutuhkan hikmat, tidak membutuhkan pembukaan firman Allah,
sebab ia tidak berakal budi (tidak bijaksana).
Tetapi,
di atas tadi kita sudah melihat; Naomi sedang menjelaskan perihal Boas kepada
Rut, menantunya itu. Boas rohani itulah pribadi Yesus Kristus, TUHAN dan
Juruselamat kita, yang penuh hikmat. Tetapi orang Bebal tidak membutuhkan
hikmat, tidak membutuhkan pembukaan firman, sebab ia tidak berakal budi. Oleh
sebab itu, jangan bebal.
Amsal
17:17
(17:17) Seorang sahabat
menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Sesungguhnya,
apabila kita renungkan dan menyadarinya, bahwasanya hikmat atau pembukaan firman
adalah:
-
Sahabat yang menaruh kasih setiap waktu.
-
Menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Lihat,
apakah ada saudara yang bisa menaruh kasih setiap waktu di atas muka bumi ini?
Jawabnya; tidak ada. Di mana ada saudara yang selalu memperhatikan kita dalam
kesukaran kita? Jawabnya; tidak ada.
Oleh
sebab itu, jadikan hikmat sebagai saudara, jadikan hikmat sebagai kerabat;
demikianlah Naomi menjelaskan Boas sebagai kerabat, sebagai saudara, sebagai
sanak yang paling terdekat. Demikian juga di hari-hari terakhir, seorang hamba
TUHAN, teristimewa seorang pemimpin sidang jemaat, harus menjelaskan tentang hikmat
adalah sanak, harus menjelaskan bahwa hikmat adalah saudara yang senantiasa
menaruh kasih dalam setiap kehidupan kita, yang senantiasa menjadi saudara
dalam setiap kesukaran-kesukaran kita; itu harus dipahami.
Pada
ayat 17 ini dikatakan: “Seorang sahabat ...”
Pendeknya; “hikmat” dikatakan sebagai “seorang”, sedangkan kata “seorang”
menunjuk satu pribadi yang dapat (tampak jelas) dilihat secara gamblang.
Berkaitan
dengan “SEORANG” ini, mari kita lihat Amsal 8:11.
Amsal
8:11
(8:11) Karena hikmat
lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak
dapat menyamainya.
Kita
dapat menarik kesimpulan, bahwasanya; hikmat lebih berharga dari batu permata
apapun, sebab hikmat (pembukaan firman) senantiasa menaruh kasih setiap waktu.
Tidak ada saudara jasmani, saudara sedaging kita yang seperti ini, selain
hikmat. Dan hikmat juga senantiasa mengerti keadaan kita dalam setiap kesukaran
kita, sehingga kita dapat menarik kesimpulan, bahwa; hikmat lebih berharga dari
pada batu permata mana pun. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Sekali
lagi saya sampaikan: Hikmat lebih berharga dari pada batu permata, bahkan dari
segala perkara-perkara yang ada di atas muka bumi ini, yakni hal-hal yang
membuat mata menjadi silau. Hikmat tetap lebih berharga.
Pendeknya:
Apapun yang diinginkan, bahkan apapun yang dimiliki seseorang, itu tidak dapat
menyamai hikmat. Oleh sebab itu, perhatikanlah; sejauh mana kita menghargai
hikmat, sejauh mana kita menghargai pembukaan firman? Tetapi yang pasti, orang
bebal tidak butuh pembukaan firman, orang bebal hanya membutuhkan batu permata,
membutuhkan hal-hal yang menyilaukan mata. Hal-hal yang dianggap silau oleh
mata itu lebih berharga bagi dia, dibanding hikmat (pembukaan firman); itu
sebabnya, orang yang bebal tidak menghargai ibadah, tidak menghargai milik
pusaka sebagai warisan dari TUHAN, itulah ibadah dan pelayanan yang
dipercayakan oleh TUHAN. Hargailah hikmat, sebab Dialah yang mengerti kita, Dia
yang tahu kita dalam kesukaran kita.
Apapun
yang diinginkan, bahkan apapun yang dimiliki orang tidak dapat menyamai hikmat
(pembukaan Firman TUHAN). Sebagai bukti, kita akan kaitkan dengan PRIBADI YUSUF
yang menginginkan kelepasannya.
Kejadian
40:12-15
(40:12) Kata
Yusuf kepadanya: "Beginilah arti mimpi itu: ketiga carang itu artinya tiga
hari; (40:13) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau dan
mengembalikan engkau ke dalam pangkatmu yang dahulu dan engkau akan
menyampaikan piala ke tangan Firaun seperti dahulu kala, ketika engkau jadi
juru minumannya. (40:14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu
telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal
ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. (40:15)
Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun
aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke
dalam liang tutupan ini."
Penekanan
dari ayat 12-13 adalah Yusuf mengartikan mimpi dari kepala juru minuman.
Sedangkan
penekanan dari ayat 14-15 ialah Yusuf menginginkan kelepasannya dari dalam
penjara, dengan jalan supaya kepala juru minuman tersebut mau menceritakan hal
ihwalnya kepada Firauan, yaitu ia dicuri dan diculik begitu saja dari negeri
orang Ibrani, lalu dibawa ke Mesir dan dimasukkan ke dalam penjara tanpa salah
(tanpa dosa). Kemudian, Yusuf berkata: “tolonglah keluarkan aku dari rumah
ini”. Jadi, Yusuf menginginkan kelepasannya dari dalam penjara dengan cara
supaya kepala juru minuman itu menceritakan hal ihwalnya kepada Firaun apabila
nanti dia sudah kembali kepada pangkat semula, kepada jabatannya sebagai kepala
juru minuman dari Firaun.
Tetapi,
lihat saja ayat 23.
Kejadian
40:23
(40:23) Tetapi
Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.
Kenyataannya,
Yusuf tidaklah diingat sama sekali oleh kepala juru minuman itu, sebaliknya ia dilupakan.
Hal
ini menunjukkan suatu kenyataan yang pasti bahwa tidak ada kuasa dan tidak ada
kekuatan apapun yang berasal dari dalam dunia ini yang sanggup melepaskan
manusia atau hidup gereja TUHAN dari dalam penjara dunia ini; tidak ada.
Sementara
dunia ini dengan segala isinya, suatu kali nanti akan berlalu, diganti dengan langit
dan bumi yang baru. Langit bumi akan berlalu bersama dengan orang-orang yang
ditentukan binasa, jelas itu adalah orang-orang bebal yang tidak menghargai
hikmat.
Kejadian
41:1
(41:1) Setelah
lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai
Nil.
Namun,
setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun; inilah awal kelepasan yang
nanti dialami oleh Yusuf, gambaran dari gereja mempelai (sidang mempelai).
Berarti,
Yusuf masih berada di dalam penjara kurang lebih dua tahun lamanya, lalu
setelah lewat dua tahun, barulah Firaun mendapat mimpi. Hal ini merupakan
gambaran dan bayangan dari apa yang akan dialami oleh gereja TUHAN di hari-hari
terakhir ini. Sebab, dua tahun di dalam penjara, itu adalah sebuah nubuatan
penuh yang akan terjadi, di mana gereja TUHAN masih tetap berada di dalam
penjara dunia ini selama 2.000 (dua ribu) tahun penuh. Jadi, dua tahun dalam
penjara, itu merupakan nubuatan, di mana gereja masih ada di dalam penjara
dunia ini pada 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga.
Tetapi
yang pasti, kita ini sekarang berada pada Yobel yang terakhir, 2.000 (dua ribu)
tahun yang ketiga pada abad yang terakhir. Sekarang ini adalah penentuan bagi
gereja TUHAN; apakah mau menghargai hikmat (pembukaan firman) atau tidak?
Saya
yakin sekali mengatakan bahwa ini adalah tahun penentuan bagi kita. Tahun
penentuan, berarti tahun pemisahan dari dunia ini, di mana tanda-tanda
(ciri-ciri) sudah semakin terlihat; oleh karena virus Corona ini, berapa jiwa
yang mati di seluruh dunia ini? Dikonfirmasi ada di sekitar dua puluh juta jiwa
terpapar virus Corona. Setiap kali orang mati oleh karena virus Corona, tidak
ada suami, tidak ada isteri, tidak ada orang tua, tidak ada siapa-siapa yang
menyertai dalam pekuburan. Itulah tahun pemisahan dari dunia ini; inilah tahun
penentuan.
Jangan
bermain-main, jangan anggap enteng, jangan bebal hati, jangan keras hati,
jangan sombong, ini adalah tahun penentuan, tahun pemisahan. Kita harus
buktikan; kita membutuhkan hikmat atau tidak, yang mana saudara pilih? Pilih
dunia atau pilih TUHAN?
Hari
ini adalah hari-hari terakhir, ujung dari abad ini, ujung dari Yobel yang
ketiga, sudah di akhir 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga. Sedangkan dua tahun
di penjara, itu merupakan bayangan (nubuatan) di mana gereja masih tetap ada di
dalam penjara dunia ini, tetapi setelah lewat dari dua tahun, barulah Firaun
bermimpi.
Kejadian
41:8
(41:8) Pada
waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan
semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka,
tetapi seorang pun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya.
Semua
ahli dan semua orang berilmu di Mesir tidak dapat mengartikan mimpi Firaun
tersebut. Artinya;
-
Keahlian atau kemampuan pada bidang
tertentu tidak dapat meneropong kedalaman isi hati TUHAN.
-
Demikian juga ilmu atau pengetahuan yang
tinggi di dunia ini tidak sanggup mencapai kesempurnaan dari kasih Allah.
Kesimpulannya:
Baik keahlian maupun ilmu atau pun pengetahuan yang berasal dari dunia ini
belum sempurna untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari dalam penjara
dunia ini.
Saya
tidak pernah menahan seseorang untuk kuliah. Silahkan saja kuliah menuntut ilmu
setinggi-tingginya, bahkan saya tidak membatasi kemampuan seorang ahli di
bidang tertentu, silahkan saja. Tetapi yang mau saya sampaikan dengan tandas
adalah keahlian atau kemampuan seseorang pada bidang tertentu, kemudian ilmu
atau pengetahuan yang sangat tinggi yang berasal dari dunia ini belum sempurna
untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari penjara dunia ini.
Keahlian
maupun ilmu, ataupun pengetahuan yang berasal dari dunia belum sempurna untuk
menyelamatkan dan membebaskan manusia dari dalam penjara dunia ini, sehingga pada
waktu pagi gelisahlah hati Firaun. Ini adalah sebuah potret atau gambaran
yang dialami oleh seseorang apabila masalah belum terpecahkan, akibatnya;
seseorang tidak mengalami ketenangan dan hilanglah kebahagiaan di dalam
dirinya. Kalau masalah belum terpecahkan, pasti hilanglah kebahagiaan dan hanya
merasakan kegelisahan.
Saya
berharap, dalam setiap kita mendengar firman, biarlah itu kita nikmati. Pikiran
jangan melayang-layang, sebab kita membutuhkan hikmat di penghujung abad ini,
Yobel yang ketiga zaman Allah Roh Kudus. Oleh sebab itu, siapa yang menghujat
Anak Allah, ia masih diampuni, tetapi siapa yang menghujat Roh Kudus (zaman
Allah Roh Kudus) tidak akan diampuni.
Hati-hati,
ini adalah tahun pemisahan, ini adalah tahun pembebasan, Yobel yang ketiga,
2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga, dan sekarang adalah tahun 2020, berarti
sudah pada ujung abad ini setelah lepas 2.000 (dua ribu) tahun. Hati-hati,
jangan anggap enteng.
Gelisah
kalau tidak mempunyai kendaraan atau tidak mempunyai harta, tetapi tidak gelisah
tanpa hikmat sorgawi; bukankah ini aneh?
Siapa yang membebaskan kita? Siapa saudara kita yang sejujurnya? Apakah
harta, batu permata yang menyilaukan mata, atau hikmat (pembukaan firman)?
Tadi
kita sudah melihat; Yusuf berusaha untuk membebaskan dirinya, Yusuf
menginginkan kelepasannya dari penjara dengan caranya, namun tidak bisa. Tetapi
lihat, cara TUHAN begitu unik untuk menyelamatkan dan membebaskan kita dari
penjara dunia ini.
Kejadian
41:9-13
(41:9) Lalu
berkatalah kepala juru minuman kepada Firaun: "Hari ini aku merasa perlu
menyebutkan kesalahanku yang dahulu. (41:10) Waktu itu tuanku Firaun
murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan aku dalam rumah pengawal istana,
beserta dengan kepala juru roti. (41:11) Pada satu malam juga kami
bermimpi, aku dan kepala juru roti itu; masing-masing mempunyai mimpi dengan
artinya sendiri. (41:12)
Bersama-sama dengan kami ada di sana seorang muda Ibrani, hamba kepala pengawal
istana itu; kami menceritakan mimpi kami kepadanya, lalu diartikannya kepada
kami mimpi kami masing-masing. (41:13) Dan seperti yang diartikannya itu
kepada kami, demikianlah pula terjadi: aku dikembalikan ke dalam pangkatku, dan
kepala juru roti itu digantung."
Pada
akhirnya, di sini kita melihat; kepala juru minuman itu membuka mulutnya --
setelah dua tahun lamanya dia membungkam --, karena hati kecilnya mendorong dia
untuk segera mengakui kesalahan yang terdahulu, di mana ia tidak memberitahukan
pesan dari pada Yusuf untuk menceritakan hal ihwalnya.
Kemudian,
di sela-sela pengakuan itu, kepala juru minuman itu memberitahukan kepada
Firaun, bahwa; Yusuf, oleh hikmatnya, dapat mengartikan setiap mimpi.
Hal-hal
yang besar seringkali dinyatakan lewat mimpi, demikian juga waktu lahirnya
Yesus Kristus yang merupakan TUHAN dan Juruselamat dunia, itu dimimpikan oleh
Yusuf, suami Maria sendiri. Demikian juga untuk pembebasan dunia ini, maka
mimpi itu diterima oleh Firaun, di mana mimpi ini bersifat internasional untuk
menyelamatkan seantero dunia ini; tetapi tidak ada yang bisa mengartikannya, baik
ahli atau kemampuan di bidang tertentu, maupun ilmu atau pengetahuan yang
tinggi dari dunia ini tidak sanggup menjangkau rencana Allah yang heran, yaitu
di dalam rangka pembebasan manusia dari dalam penjara dunia ini. Ilmu dan ahli
dari dunia ini belum sempurna untuk menyelamatkan manusia.
Kejadian
41:14
(41:14) Kemudian
Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia
bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun.
Setelah
mulut terbungkam selama dua tahun terbuka oleh karena didorong hati nurani
(hati kecil) -- di mana kepala juru minuman itu menceritakan Yusuf yang dapat
mengartikan mimpi --, dan akhirnya Firaun mengetahui bahwa Yusuf mempunyai
hikmat dan dapat mengartikan segala sesuatunya, barulah Yusuf dilepaskan dan
keluar dari liang tutupan. Jadi, yang kita butuhkan di hari-hari terakhir ini
adalah hikmat (pembukaan Firman TUHAN).
Ketika
Firaun memanggil Yusuf, barulah ia dikeluarkan dari liang tutupan. Demikian
juga dengan nasib yang akan dialami oleh gereja TUHAN di ujung abad ini, akan
dibebaskan dari dalam penjara dunia ini, juga oleh karena hikmat atau karena
pembukaan rahasia Firman TUHAN.
Pertanyaannya: Siapakah
orang yang mau menghargai hikmat?
Jawabannya dapat
kita temukan dengan terang benderang di dalam Amsal 8:12.
Amsal
8:12
(8:12)
Aku,
hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan
dan kebijaksanaan.
Di
sini dikatakan: Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan,
atau orang yang cerdas bukanlah orang bebal, sebab orang yang bebal adalah
orang yang tidak berakal budi. Jadi, hikmat itu tinggal bersama-sama dengan kecerdasan,
tidak tinggal dengan orang bebal, dia tidak tinggal dengan orang yang tidak
berakal budi.
Tadi,
dalam Amsal 17:17, kata “seorang” menunjuk satu pribadi yang tampak
jelas dapat dilihat. Sedangkan di sini dikatakan: “Aku, hikmat” Berarti,
kata “Aku” menunjuk pribadi seseorang, yaitu satu pribadi yang dapat dilihat
secara gamblang, seperti juga pada Amsal 17:17, di situ dikatakan “hikmat”
adalah;
-
Seorang sahabat ... Jadi, hikmat
itu adalah pribadi seseorang, itu sebabnya di sini dikatakan: “Aku, hikmat”
-
Seorang saudara ... Seorang,
menunjuk kepada satu pribadi yang dapat dilihat.
Mari
kita melihat SATU PRIBADI itu dalam 1 Korintus.
1
Korintus 1:21-24
(1:21) Oleh
karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka
Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan
Injil. (1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang
Yunani mencari hikmat, (1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang
bukan Yahudi suatu kebodohan, (1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil,
baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan
hikmat Allah.
Sesungguhnya,
pribadi Yesus yang disalibkan adalah hikmat Allah, sekaligus kekuatan dari
Allah.
Jadi,
keahlian atau pun kemampuan pada bidang tertentu, serta ilmu atau pun
pengetahuan yang berasal dari dunia ini tidak sempurna untuk mengenal pribadi
Allah di dalam pribadi Yesus Kristus yang disalibkan itu. Sekali lagi saya
sampaikan; keahlian atau kemampuan di bidang tertentu, serta ilmu atau pun
pengetahuan dari dunia ini bukanlah hakikat dari hikmat Allah, melainkan
pribadi Yesus dan salib-Nya, itulah hikmat Allah -- hikmat yang sebenarnya --,
serta kekuatan Allah.
Saya
ini tidak sedang mengecilkan manakala mujizat kesembuhan terjadi dalam setiap
ibadah, saya ini tidak sedang mengecilkan manakala seorang hamba TUHAN selalu
bercerita soal berkat-berkat secara lahiriah; itu penting, tetapi kalau kalau
itu yang menjadi orientasi dari ibadah pelayanan seorang hamba TUHAN, dengan
mengabaikan hikmat yang sumbernya dari pribadi Yesus dan salib-Nya, jelas itu
adalah ajaran sesat, ajaran setan. TUHAN tidak mengenal hamba TUHAN yang sibuk
mengadakan mujizat kesembuhan, tetapi mengabaikan Yesus dan salib-Nya; itu
jelas ditulis di dalam Injil Matius 7:15,21-23.
Kesimpulannya,
kita baca kembali 1 Korintus 1.
1
Korintus 1:24
(1:24) tetapi
untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi,
Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Kesimpulan
dari ayat 24 ini adalah hikmat tinggal bersama-sama dengan orang-orang
yang terpanggil, yakni orang-orang yang menghargai korban Kristus, itulah orang
yang bijaksana. Kalau tidak mau menyangkal diri dan memikul salib, itu adalah
orang bebal, dan orang ini tidak memiliki hikmat, tidak berakal budi.
Hikmat
tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang terpanggil, baik dia adalah bangsa
kafir maupun orang Yahudi, itulah orang-orang yang mau menghargai pribadi Yesus
dan salib-Nya, menghargai korban Kristus.
Kalau
melayani TUHAN, tinggikan korban Kristus dalam hidup kita masing-masing; kalau
memang mau melayani TUHAN. kalau tidak mau, ya tidak apa-apa. Tetapi kalau mau
selamat, layanilah TUHAN, tinggikan korban-Nya; di situlah seorang imam, di
situ seorang pelayan TUHAN, di situ seorang hamba TUHAN, teramat lebih di situ
seorang pemimpin sidang jemaat memiliki hikmat dari sorga, dari Allah yang
melebihi dari hikmat dunia ini.
Tetapi
masih saja saya lihat di antara kita sangat sukar sekali untuk meninggikan
korban, sehingga tetap dalam kebodohan, tetap dengan kekerasan hati, tetap
dengan kebebalannya. Ketika hatinya senang, barulah dia bekerja, tetapi ketika
hatinya tidak senang, dia tidak bekerja. Satu di antara yang lain harus saling
memperhatikan, misalnya; yang punya kendaraan, pulang dari sini, yang bisa
diantar, antarlah.
Tinggikan
korban, supaya kita masing-masing memiliki hikmat. Berlomba-lomba tinggikan
korban, supaya hikmat itu semakin berlimpah-limpah. Hikmat itu tidak datang
serta merta begitu saja.
Saya
sendiri pun tetap belajar untuk meninggikan korban; berapa jam saya harus
membaca Alkitab untuk memperoleh pembukaan firman, berapa jam saya di kaki
salib TUHAN, hanya TUHAN dan saya yang tahu. Kalau tahun-tahun lalu dua jam,
tetapi sekarang bisa sampai tiga sampai empat jam; dan saya harus lakukan itu,
sebab inilah tanggung jawab saya. Tidak mungkin saya dapat menyampaikan hikmat
(Pembukaan Firman) yang begitu tinggi kalau saya tidak tinggikan korban. Kalau
saya sampaikan firman bukan dengan hikmat Allah, berarti saya adalah pendusta,
orang licik, pandai-pandai di mulut saja.
Ayo,
belajarlah dari contoh yang ada yang kita lihat dari TUHAN Yesus. Kalau sudah
ada contoh, ayo ikuti. Saya menceritakan ini dengan tidak bohong, TUHAN melihat
hati saya.
Contoh:
Yang punya kendaraan, jika hanya untuk mengantar sesama saja sukarnya setengah
mati, lalu bagaimana kita bisa berhikmat? Bagaimana kita bisa membedakan antara
yang tidak baik dengan yang tidak baik, antara yang suci dengan yang tidak
suci? Itu adalah sesuatu yang mustahil. Apalagi mau mengerti rencana Allah di
dalam rangka penyelamatannya dari dalam penjara dunia ini, itu adalah sesuatu
yang tidak mungkin; sadarlah.
Amsal
8:12,14-16
(8:12) Aku,
hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan
dan kebijaksanaan. (8:14) Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah
pengertian, padakulah kekuatan. (8:15) Karena aku para raja memerintah,
dan para pembesar menetapkan keadilan. (8:16) Karena aku para pembesar
berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.
Yesus
yang disalibkan itu adalah hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan,
itulah orang-orang yang mau meninggikan korban Kristus. Kemudian, kita harus
ketahui dengan yakin seyakin-yakinnya, bahwasanya;
-
di dalam hikmat itu ada nasihat,
-
di dalam hikmat ada pertimbangan --
bisa menimbang mana yang baik dan mana yang tidak baik --,
-
di dalam hikmat ada pengertian --
mengerti tentang segala sesuatu --,
-
juga di dalam hikmat ada kekuatan
yang luar biasa yang berasal dari TUHAN untuk mengatasi persoalan yang
digambarkan seperti gunung yang tinggi dan besar, namun semua rata di hadapan
Zerubabel.
Keuntungan
atau manfaat dari hikmat:
1.
Raja-raja dapat memerintah dengan baik. Bukankah
Yesus adalah Raja Agung, namun oleh pengurapan itu kita semua dijadikan
raja-raja kecil di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini untuk melayani
pekerjaan TUHAN.
2.
Para pembesar menetapkan keadilan.
Kemudian,
karena hikmat yang sama; para pembesar, para bangsawan dan para hakim di bumi
ini berkuasa. Namun, jangan kita salah mengerti soal “berkuasa”, jangan sempit
pemikiran kita tentang arti dari “berkuasa.”
Yang
dimaksud “berkuasa” di sini adalah mekanisme di lapangan dalam sebuah
pemerintahan, semuanya berjalan dengan baik sesuai dengan konsep sorgawi,
dengan kata lain; semua peraturan-peraturan yang berlaku berjalan dengan baik
oleh keadilan itu sendiri. Jadi, bukan karena otoriter dari seorang pemimpin.
Itulah yang dimaksud “berkuasa.”
Oleh
sebab itu, kalau kita menyadari sebagai orang bodoh sekali, kalau kita
menyadari sebagai orang bebal sekali, kalau kita menyadari sebagai orang susah
yang tidak mengerti apa-apa, ayo, hormati hikmat, terima hikmat, hargai
pembukaan firman TUHAN manakala kita duduk dalam mendengar Firman TUHAN di
setiap pertemuan-pertemuan ibadah.
Tetapi
ada saja yang masih kurang menghargai hikmat, bukankah ini adalah suatu
kebodohan?
Jadi,
arti dari “berkuasa” ialah mekanisme di lapangan semuanya berjalan dengan baik
sesuai dengan konsep sorgawi, dengan kata lain; semua peraturan-peraturan yang
berlaku berjalan dengan baik oleh keadilan itu sendiri. Jadi, bukan karena
otoriter dari seorang pemimpin atau seorang pejabat tinggi.
Contoh:
SALOMO dengan HIKMAT ALLAH.
1
Raja-Raja 3:1-5
(3:1) Lalu
Salomo menjadi menantu Firaun, raja Mesir; ia mengambil anak Firaun, dan
membawanya ke kota Daud, sampai ia selesai mendirikan istananya dan rumah TUHAN
dan tembok sekeliling Yerusalem. (3:2) Hanya, bangsa itu masih
mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan, sebab belum ada didirikan
rumah untuk nama TUHAN sampai pada waktu itu. (3:3) Dan Salomo
menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan
Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di
bukit-bukit pengorbanan. (3:4) Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon
untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling
besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu. (3:5)
Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu
malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan
kepadamu."
“Pada
suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah
bukit pengorbanan yang paling besar” Biarlah kita selalu berada di bukit
Golgota. Bukit pengorbanan yang lebih besar dari pengorbanan yang ada di atas
muka bumi ini adalah Golgota. Jangan kita pergi ke bukit-bukit, ke
gunung-gunung yang tidak ada korban untuk dipersembahkan di sana, yang hanya
berbicara soal mujizat, hanya berbicara soal berkat-berkat, soal
perkara-perkara lahiriah, tidak memikirkan tentang pribadi Yesus dan salib-Nya
yang merupakan sumber hikmat.
Tetapi
lihatlah Salomo, dia pergi ke Gibeon, bukit pengorbanan yang paling besar;
seharusnya inilah yang kita kerjakan sekarang ini. Datanglah ke bukit
pengorbanan yang besar itu, jangan ke mana-mana lagi. Jangan pergi ke
gunung-gunung, ke bukit-bukit yang di dalamnya hanya sibuk berbicara soal
mujizat kesembuhan, berbicara soal berkat-berkat dan uang, dan lain sebagainya.
Ada
banyak peristiwa yang terjadi, di atas gunung-gunung dan di atas bukit-bukit,
tata cara ibadah-ibadah yang keliru.
Contoh:
Dalam setiap ibadah seorang hamba Tuhan berusaha untuk membuat sidang jemaat
rubuh-rubuh (tumbang)? Sesudah rubuh-rubuh selanjutnya nyanyi, lalu kumpul
kolekte, selesai; jadi, apa manfaat rubuh-rubuh?
Saya
juga sedang berbicara kepada saudara yang sedang mengikuti pemberitaan firman
lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda
berada; bijaksanalah, kalau memang saudara terpanggil. Kalau saudara adalah
hamba TUHAN, bijaksanalah. Apalagi seorang pemimpin sidang jemaat, harus
meninggikan korban Kristus. Jangan kita membodoh-bodohi sidang jemaat sementara
kita ini sedang berada di ujung abad ini, kedatangan TUHAN sudah tidak lama
lagi, dan jelas bahwa tahun ini adalah tahun pemisahan.
Kita
harus segera di bukit-bukit pengorbanan yang tertinggi, itulah rumah TUHAN, di mana
di dalamnya ada korban yang dipersembahkan. Seorang hamba TUHAN janganlah hanya
sibuk mengadakan jemaatnya rubuh-rubuh, tetapi soal Yesus dan salib-Nya tidak
diajarkan; bagaimana mungkin sidang jemaat memiliki hikmat yang tertinggi?
Dari
pembacaan 1 Raja-Raja 3:1-5, singkatnya: Salomo pergi ke Gibeon, ke
bukit pengorbanan yang paling besar. Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas;
biarlah kita berada di bukit pengorbanan yang paling besar, di rumah TUHAN, di
mana di dalamnya ada korban bakaran yang dipersembahkan untuk TUHAN. Oleh sebab
itu, sengsara salib, aniaya karena firman jangan asing bagi kita; itu sudah
harus menyatu dengan kehidupan kita, menyatu dengan jiwa kita masing-masing.
Lalu,
pada saat itu, seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah
TUHAN, sehingga di Gibeon itulah TUHAN menampakkan diri kepada Salomo di
dalam mimpinya. Kemudian, di dalam mimpi itu TUHAN menawarkan sebuah permintaan
kepada Salomo yang hendak TUHAN berikan kepadanya.
Jadi,
tidak serta merta TUHAN menampakkan diri lalu menawarkan suatu tawaran untuk
segera Dia berikan kepada kita, tidak seperti itu. Kalau kita melihat kisah
ini; diawali dulu dengan berada di bukit pengorbanan yang tertinggi, di rumah
TUHAN, membawa korban dan persembahan, maka soal sengsara salib, aniaya karena
firman, itu tidak boleh asing lagi bagi kita. Oleh sebab itulah, di Gibeon
Salomo mendapat mimpi, sebab TUHAN mau menyatakan diri-Nya, TUHAN mau
memperlihatkan diri-Nya, sekaligus menawarkan kepada Salomo untuk meminta suatu
perkara kepada TUHAN yang akan TUHAN berikan sekaligus pada saat itu.
Salomo
sendiri juga senantiasa meninggikan korban, bukan serta merta pada akhirnya dia
memiliki hikmat; tidak seperti itu. Janganlah kita dibodoh-bodohi oleh Setan
dengan pelayanan-pelayanan yang tidak berkenan kepada TUHAN, apalagi mengingat
hari-hari ini adalah hari-hari terakhir. Sayangilah nyawa saudara. Jangan
seperti binatang yang hidup untuk dimusnahkan begitu saja; kita bukanlah
binatang.
Sesudah
ada tawaran dari TUHAN mengenai apa yang hendak diminta untuk segera diberikan
oleh TUHAN, lanjut kita memperhatikan ayat 6-12.
1
Raja-Raja 3:6-12
(3:6) Lalu
Salomo berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang
besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia,
benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih
setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di
takhtanya seperti pada hari ini. (3:7) Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku,
Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku,
sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. (3:8)
Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu
umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya. (3:9)
Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk
menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat,
sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (3:10)
Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. (3:11)
Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal
yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu,
melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, (3:12) maka sesungguhnya
Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan
kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak
ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun
seperti engkau.
“...
sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” Salomo ini
adalah kehidupan yang masih muda dan belum berpengalaman. Ayo, kehidupan yang
masih muda, atau yang merasa diri belum mempunyai pengalaman, hal ini harus
menjadi suatu pembelajaran yang baik. Jangan sombong, jangan keras hati, jangan
merasa diri lebih mengerti, itu tidak baik.
Dari
pembacaan 1 Raja-Raja 3:6-12, singkatnya; Salomo tidak meminta:
1.
Tidak meminta umur panjang.
2.
Tidak meminta kekayaan.
3.
Tidak meminta nyawa musuh.
Melainkan
Salomo meminta hikmat, yakni hati yang penuh hikmat, penuh dengan pengertian,
itulah pembukaan rahasia Firman TUHAN.
Mengapa
Salomo meminta hikmat? Karena kegunaan hikmat, YANG PERTAMA: Paham
menimbang sebuah perkara.
Dengan
demikian, Salomo dapat memberi keputusan yang adil saat menghakimi umat Israel.
Kalau tidak paham menimbang perkara, maka tidak bisa menjadi hakim, tidak tahu
membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, tidak tahu untuk membedakan
antara yang suci dan yang tidak suci; orang semacam ini tidak bisa menjadi
hakim, tidak bisa memberi keputusan yang adil.
Suatu
kali saya pernah bertanya kepada seorang pemuda: “Kamu tahu tidak kalau dia
licik, pura-pura rendah hati?” Lalu dia menjawab: “Tidak, saya tidak
melihat itu, sebab dia jujur.” Dalam hati ini saya hanya bisa merasakan
kasihat kepada dia. Pemuda ini sudah berapa lama mendengar pembukaan firman,
namun mengapa tidak mengerti? Karena yang dia inginkan hanyalah hawa nafsu
daging, yang dia inginkan adalah kekayaan, nyawa musuh, umur panjang, bukankah
itu adalah nafsu daging? Sehingga tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan
mana yang tidak baik. Maka, setiap kali mengambil keputusan, pasti orang yang
semacam ini menjadi salah. Orang yang semacam ini tidak layak menjadi pembesar,
tidak layak menjadi raja, tidak layak menjadi imam, tidak layak untuk menjadi
pemimpin.
Ayo,
mulai sekarang, kita harus jujur. Kalau memang anak salah, akui anak salah;
jangan wajah ini menjadi cabe keriting. Kalau suami salah, akui kalau suami
salah; jangan menjadi cabe keriting setelah kena firman, supaya tahu membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dengan demikian, barulah kita tahu
untuk mengambil keputusan yang baik, inilah pemimpin yang baik, contoh yang
baik. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan sungguh-sungguh.
Jadi,
kegunaan hikmat yang pertama ialah paham menimbang sebuah perkara, dengan
demikian Salomo dapat memberi keputusan yang adil saat menghakimi umat Israel;
inilah contoh pemimpin yang baik, karena dia penuh dengan hikmat.
Kemudian,
pada 1 Raja-Raja 3:16-28, oleh hikmatnya, Salomo dapat memutuskan hukum
seadil-adilnya, sebab dia dapat mengetahui ibu dari anak yang masih hidup.
Setelah
Salomo memperoleh hikmat dari TUHAN, ujian pertama ialah dua perempuan sundal
atau tuna susila, yang mengandung di luar nikah. -- Jelas, dua-duanya ini
berbicara tentang nikah yang hancur. --
Dua
orang perempuan sundal diam dalam satu rumah. Perempuan yang satu melahirkan
lebih dulu, lalu tiga hari kemudian perempuan yang kedua melahirkan anaknya.
Pada waktu malam, anak dari salah satu perempuan itu mati karena ia
menidurinya. Lalu perempuan itu bangun di tengah malam, ia mengambil anak yang
masih hidup untuk dibaringkan di pangkuannya, sementara anak yang mati
dibaringkan di pangkuan perempuan yang sedang tidur. Ketika bangun di pagi hari
untuk menyusui anaknya, perempuan itu -- yang anaknya masih hidup -- melihat
bahwa anak yang berada di pangkuannya sudah mati, tetapi ketika ia
mengamat-amati, hati nuraninya berkata bahwa bukan dia -- yang mati -- anak
yang ia lahirkan. Lalu kedua perempuan ini bertengkar dan mengambil keputusan
untuk segera mengambil peradilan di hadapan Salomo.
1
Raja-Raja 3:24
(3:24) Sesudah
itu raja berkata: "Ambilkan aku pedang," lalu dibawalah pedang
ke depan raja.
Melihat
dua perempuan ini berperkara merebutkan anak yang masih hidup itu, lalu Salomo
berkata: “Ambilkan aku pedang. Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua
dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang
lain.”
Tetapi,
mari kita lihat ayat 26-28 ...
1
Raja-Raja 3:26-28
(3:26) Maka kata
perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas
kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: "Ya tuanku! Berikanlah kepadanya
bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia." Tetapi yang lain
itu berkata: "Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!" (3:27)
Tetapi raja menjawab, katanya: "Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu,
jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya." (3:28) Ketika
seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka
takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah
ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.
Setelah
Salomo mengambil pedang, lalu berkata: “Penggallah anak yang hidup itu
menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi
kepada yang lain”. Selanjutnya, dua perempuan itu menjawab:
-
Yang satu mengatakan: "Ya tuanku!
Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh
dia."
-
Yang lain mengatakan: "Supaya
jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!"
Dari
jawaban ini, Salomo mengerti mana ibu yang anaknya masih hidup, lalu dia
mengambil keputusan yang tepat dan seadil-adilnya, dan menyerahkan anak yang
hidup itu kepada ibu yang anaknya masih hidup.
Perhatikanlah
kehidupan gereja yang masih kanak-kanak rohani. Kita yang sudah menjadi
imam-imam, perhatikan gereja TUHAN yang masih kanak-kanak rohani; jangan bebal,
jangan egois, jangan hanya mementingkan diri sendiri, sebab masih banyak orang
yang akan datang ke sini.
Nasib
kanak-kanak rohani di tangan seorang ibu; dia punya belas kasihan, menghormati
keputusan dari hikmat sorgawi, sebilah pedang tajam, itulah pedang Roh, Firman
Allah, mengetahui isi hati yang paling dalam.
1
Raja-Raja 3:27
(3:27) Tetapi
raja menjawab, katanya: "Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan
sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya."
Salomo
mengetahui siapa ibu dari anak yang masih hidup itu; ini adalah keputusan yang
baik, yang seadil-adilnya.
1
Raja-Raja 3:28
(3:28) Ketika
seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah
mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada
dalam hatinya untuk melakukan keadilan.
Oleh
hikmat Salomo ini, akhirnya umat Israel menjadi takut. Takut akan TUHAN ialah
membenci kejahatan, yakni kesombongan, kecongkakan, dan tingkah laku yang
jahat, serta mulut yang penuh dengan dusta, sesuai dengan Amsal 8:13;
dan orang yang seperti ini pasti penuh dengan hikmat.
Jadi,
kalau pemimpinnya penuh hikmat, takut akan TUHAN, pasti umat Israel yang
dipimpin juga menjadi suatu kehidupan yang takut akan TUHAN. Tetapi kalau
pemimpin tidak takut TUHAN, sidang jemaat juga tidak takut TUHAN, ini adalah kebebalan;
dan orang yang seperti ini tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
tidak baik. Oleh sebab itu, kalau mau melayani TUHAN, miliki takut akan TUHAN,
benci kejahatan, teristimewa kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat,
termasuk mulut yang ada dusta; bencilah itu.
Saya
merindu dan mau belajar untuk menjadi pemimpin sidang jemaat yang takut akan
TUHAN, supaya sidang jemaat juga menjadi kehidupan yang takut akan TUHAN.
Demikianlah
manfaat dari hikmat yang pertama, yaitu menjadi pemimpin yang baik karena dapat
mengambil keputusan seadil-adilnya, dapat membedakan antara yang baik dan yang
tidak baik, membedakan yang suci dengan yang tidak suci. Sekarang, kita akan
melihat manfaat hikmat yang kedua.
Mengapa
Salomo meminta hikmat? Karena kegunaan hikmat, YANG KEDUA.
1
Raja-Raja 9:1-3
(9:1) Ketika
Salomo selesai mendirikan rumah TUHAN dan istana raja dan membuat segala yang
diinginkannya, (9:2) maka TUHAN menampakkan diri kepada Salomo untuk
kedua kalinya seperti Ia sudah menampakkan diri kepadanya di Gibeon. (9:3)
Firman TUHAN kepadanya: "Telah Kudengar doa dan permohonanmu yang
kausampaikan ke hadapan-Ku; Aku telah menguduskan rumah yang kaudirikan ini
untuk membuat nama-Ku tinggal di situ sampai selama-lamanya, maka mata-Ku dan
hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.
“Ketika
Salomo selesai mendirikan rumah TUHAN dan istana raja dan membuat segala yang
diinginkannya ...” Tentang “yang diinginkannya”, kita menginginkan supaya
Kebaktian Natal Persekutuan PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT)
terselenggara pada tahun ini, dan saya kira, itu bukanlah keinginan daging.
Maka, kita harus rela berkorban, kita harus berada di bukit Gibeon rohani,
berada di bukit pengorbanan yang setinggi-tingginya, supaya kita selekasnya
tidak menunda-nunda untuk segera berkorban dengan seribu korban bakaran.
TUHAN
menampakkan diri kepada Salomo untuk yang kedua kalinya ketika Salomo selesai
mendirikan rumah TUHAN atau Bait Suci dan istana raja dengan hikmat TUHAN.
Tujuan dari membangun Bait Suci adalah untuk membuat nama TUHAN tinggal di situ
sampai selama-lamanya. Apa tandanya bahwa nama TUHAN tinggal di dalam Bait
Suci?
1.
Mata TUHAN tertuju kepadanya, maka
sudah pasti menjadi biji mata TUHAN. Biji mata, berarti; dipelihara baik lahir
maupun batin, masa depan dipelihara oleh TUHAN.
2.
Hati TUHAN tertuju kepadanya. Berarti,
hati menyatu dengan hati, sama dengan; satu hati. Inilah yang disebut nikah
suci yang tidak ternodai. Hubungan kita dengan TUHAN jangan ternodai dengan
kenajisan pikiranmu masing-masing.
Itulah
tanda bahwa Bait Suci Allah telah terbangun. Biarlah kehidupan kita dibangun
oleh hikmat Allah supaya nama TUHAN tinggal di dalamnya.
1
Raja-Raja 8:6-8
(8:6) Kemudian
imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN itu ke tempatnya, di ruang belakang
rumah itu, di tempat maha kudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub; (8:7)
sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu,
sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari
atas. (8:8) Kayu-kayu pengusung itu demikian panjangnya, sehingga
ujungnya kelihatan dari tempat kudus, yang di depan ruang belakang itu, tetapi
tidak kelihatan dari luar; dan di situlah tempatnya sampai hari ini.
Singkatnya;
sesudah Bait Suci selesai dibangun, selanjutnya Salomo pun memindahkan Tabut
Perjanjian ke Ruangan Maha Suci, sehingga Bait Suci itu penuh dengan kemuliaan
Allah; dan itu terjadi karena hikmat.
Kedatangan
TUHAN yang pertama tujuannya adalah untuk mengerjakan pekerjaan Allah, yakni
mempersembahkan diri-Nya sebagai korban persembahan, serta mengadakan
pendamaian terhadap dosa dunia. Pribadi Yesus dan salib-Nya adalah korban
Kristus, yang merupakan hikmat. Namun kedatangan TUHAN untuk yang kedua kalinya
itu terjadi setelah terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah
sidang mempelai TUHAN.
Jelas,
inilah manfaat dari pada hikmat TUHAN. Tetapi keahlian atau kemampuan di bidang
tertentu, termasuk ilmu atau pengetahuan yang begitu dalam, yang berasal dari
dunia ini belum sempurna untuk mengerti rencana TUHAN, belum sempurna untuk
menyelamatkan manusia dari penjara dunia ini. Pendeknya: Yang kita butuhkan
adalah hikmat.
Kita
akan melihat hikmat, yaitu kedatangan TUHAN yang dikaitkan dengan dua loh batu.
1
Raja-Raja 8:9
(8:9) Dalam
tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke
dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang
diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari
tanah Mesir.
Isi
dari Tabut Perjanjian, itulah dua loh batu, tidak ada yang lain.
Dua
loh batu yang pertama yang diterima oleh Musa di gunung Horeb, gunung Sinai,
itu ditulis langsung dengan ujung jari TUHAN, tetapi akhirnya dua loh batu itu
dipecahkan karena dosa berhala dari umat Israel.
Demikian
juga kedatangan TUHAN yang pertama; Ia telah memecah-mecahkan segenap hidupnya
di atas kayu salib, itulah hikmat, tetapi untuk kedatangan TUHAN yang kedua
kali yang dikaitkan dengan dua loh batu, akhirnya dua loh batu yang baru, yang
berisikan sepuluh hukum Allah, yang sama seperti dua loh batu yang pertama, itu
ditulis atau ditukik langsung oleh Musa, bukan lagi dengan ujung jari TUHAN.
Dua loh batu yang kedua yang baru ini, itulah yang masuk ke dalam Tabut
Perjanjian. Jadi, hikmat yang kedua adalah membawa kita masuk dalam pembangunan
tubuh Kristus yang sempurna, membawa kita dalam kemuliaan yang sempurna. Yakni:
Pengantin Perempuan, Mempelai Anak Domba.
Maka,
sudah sangat jelas bahwa di hari-hari terakhir, di ujung Yobel yang ketiga, di
ujung abad yang terakhir ini, mau tidak mau kita memang harus membutuhkan
hikmat lebih dari segala-galanya di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tidak
lagi sibuk mengadakan mujizat-mujizat kesembuhan, tidak lagi sibuk memikirkan
atau berbicara tentang perkara-perkara lahiriah atau berkat-berkat jasmani,
selain membicarakan pribadi Yesus yang disalibkan, itulah hikmat.
Biarlah
kita diluruskan pada malam hari ini; pandangan kita diluruskan, mindset,
cara berpikir yang lama, semuanya dirubah, harus dirubah, tidak bisa tidak,
supaya kita bisa tampil sebagai pemimpin-pemimpin dengan keputusan
seadil-adilnya, kasihi kanak-kanak rohani di luaran sana, dimulai dari kandang
penggembalaan ini. Masih banyak dari antara mereka mereka yang mau datang ke
tempat ini, juga masih banyak anak TUHAN yang kanak-kanak rohani; oleh sebab itu,
tidak boleh bebal, tidak boleh egois, tidak boleh sombong, tidak boleh angkuh,
tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri saja.
Contohnya;
beli motor jangan yang jok nya tinggi di atas, supaya bisa membawa orang lain.
Saya juga mempunyai kendaraan pun seperti itu, supaya bisa membawa orang lain.
Ayo,
ubah cara berpikir, jangan turuti ambisimu, sebab di situ banyak kebebalan
terjadi. Jangan turuti keinginan daging yang kuat, sebab di situ banyak
kebebalan, akhirnya tidak bisa mengerti mana yang baik dan yang tidak baik,
mana yang suci dan yang tidak suci.
1
Raja-Raja 8:10-11
(8:10) Ketika
imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, (8:11)
sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan
kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN.
Dan
akhirnya, gereja TUHAN dibawa ke dalam kemuliaan yang tertinggi. Apa tandanya
berada dalam kemuliaan yang tertinggi? Kehidupan yang bersifat daging rebah,
tidak sanggup menyelenggarakan kebaktian.
Biarlah
kita kelak berada dalam kemuliaan yang tertinggi, karena kita menghargai hikmat
sorgawi, itulah Yesus dan salib-Nya. Oleh sebab itu, biarlah kita belajar untuk
menyerah kepada hikmat, tunduk kepada hikmat, taat kepada hikmat. Jangan tunduk
kepada ambisi, jangan tunduk kepada keinginan daging yang membuat kita buta,
sehingga tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, tidak
dapat membedakan antara yang suci dan yang tidak suci.
Amsal
8:1
(8:1) Bukankah hikmat
berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya?
Bukankah
hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? Dan itu
telah terbukti, dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib. Setelah dari jam dua
belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga kegelapan meliputi
seluruh daerah itu, lalu berserulah Yesus di atas kayu salib: “Eli, Eli,
lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku, itulah hikmat yang berseru-seru dan kepandaian
memperdengarkan suaranya.
Tetapi
kebebalan betul-betul tidak menghargai hikmat. Hal itu bisa kita lihat dalam Injil
Matius 27, di mana ada beberapa orang yang tidak menghargai seruan Yesus di
atas kayu salib.
Matius
27:46
(27:46) Kira-kira
jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama
sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
"Eli,
Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? Inilah hikmat yang berseru-seru. Yesus dan salib-Nya,
itulah hikmat, sudah berseru-seru, kepandaian sudah diperdengarkan malam ini.
Lalu, siapa yang mau mendengarkan seruan ini? Jangan sampai kita mempertahankan
kebebalan hati ini, jangan sampai hati ini tidak mau berubah, jangan sampai
hati ini tidak mau dihancurkan (dikoyakkan).
Lihat,
ada tiga golongan sebagai orang bebal yang tidak mau diubahkan.
Matius
27:47-49
(27:47) Mendengar
itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil
Elia." (27:48) Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia
mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu
mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. (27:49)
Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia
datang untuk menyelamatkan Dia."
Golongan
YANG PERTAMA: Beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia
memanggil Elia." Beberapa orang yang berdiri di situ tidak mengerti
bahwa hikmat berseru-seru, tidak mengerti bahwa kepandaian memperdengarkan
suaranya.
Golongan
YANG KEDUA: Seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya
ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus
minum. Ini adalah kebebalan. Setelah mendengarkan seruan itu, justru hal
inilah yang dilakukan oleh satu pribadi ini; ini adalah kebebalan, bukan kecerdasan.
Golongan
YANG KETIGA: Orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat,
apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia." Menunjukkan bahwa
golongan yang ketiga ini tidak butuh seruan hikmat, tidak butuh kepandaian yang
diperdengarkan, tidak butuh pembukaan firman dalam setiap ibadah-ibadah yang
disampaikan.
Tetapi
lihatlah, siapapun kita yang terpanggil, bukan saja orang Yahudi, tetapi juga
bangsa kafir, asal saja mau menghargai firman hikmat, maka pasti tertolong,
seperti yang akan kita perhatikan pada ayat 54.
Matius
27:54
(27:54) Kepala
pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut
ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata:
"Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
“Kepala
pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ...”
Takut akan TUHAN membenci segala perbuatan jahat, kesombongan, kecongkakan,
perlakuan yang jahat, dan benci terhadap mulut yang penuh dengan dusta.
Kemudian,
kepala pasukan itu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Inilah orang yang menghargai hikmat yang berseru-seru, yaitu diselamatkan.
Dulu, dia itu adalah orang bebal; dulu, kepala prajurit ini adalah orang bodoh,
apa buktinya? Dia berulang-ulang melakukan kesalahan sebagai perbuatan yang
bodoh, tetapi setelah dia mendengarkan seruan hikmat, dia mau menghargai hikmat
yakni; pembukaan firman, akhirnya diselamatkan.
Jangan
kita yang sudah mendapat pembukaan Firman, namun tetap bodoh, terus mengulangi
kenajisannya, terus pikirannya kepada kenajisan. Ayo, malam ini, kita semua
ditegor oleh TUHAN; oleh sebab itu, berubahlah. Kalau kita menimbulkan dosa
kepada orang lain, berubahlah, perhatikan kanak-kanak rohani itu supaya ia
jangan dipotong oleh pedang.
Kalau
kita tidak menghargai pedang Roh hari ini, kalau kita tidak menghargai seruan
hikmat hari ini, tidak menghargai kepandaian, itulah pembukaan firman, maka
pedang Roh itu sendiri yang akan membunuh kita, itulah penghukuman dari tujuh
sangkakala. Jika tidak menghargai kegiatan Roh, itulah ibadah dan pelayanan,
maka tujuh meterai yang dibuka menjadi penghukuman bagi mereka yang tidak
menghargai kegiatan Roh. Sedangkan tujuh cawan murka Allah merupakan
penghukuman kepada mereka yang tidak menghargai kasih Allah. Oleh sebab itu,
hargailah tabiat dari Allah Trinitas itu, terutama hargailah hikmat pembukaan
firman, sehingga biarpun kita adalah bangsa kafir, namun kita tertolong oleh
hikmat yang berseru-seru. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman;
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment