IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 26 AGUSTUS 2020
KITAB
KOLOSE
(Seri:
110)
Subtema:
DIGARAP DAN DIKERJAKAN OLEH SALIB KRISTUS
Shalom.
Selamat
malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita, sekaligus
damai sejahtera Kristus itu memerintah di dalam hidup, ibadah, pelayanan dan
nikah kita masing-masing.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang
sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video
internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya,
mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan
firman-Nya bagi kita, membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna, memimpin hidup rohani kita sampai pada penyembahan yang tertinggi.
Sebelum
kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat
yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, malam ini saya juga
tidak lupa mengucapkan “Selamat Ulang Tahun yang ke-50 untuk Gereja Pantekosta
Tabernakel”, di mana kita berada di bawah naungan Gereja Pantekosta Tabernakel
yang telah lahir 50 (lima puluh) tahun yang lalu. Dan hari ini adalah Hari
Ulang Tahun dari Gereja Pantekosta Tabernakel. Biarlah Gereja Pantekosta
Tabernakel jaya terus, maju terus untuk membawa Pengajaran Mempelai dalam
Terangnya Tabernakel, dan juga hamba-hamba TUHAN AMB GPT se-Indonesia, mulai
dari PD I sampai dengan PD VII, kiranya TUHAN memakai dalam urapan yang luar
biasa untuk membawa Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel yang
ukurannya tidak bergeser sedikit pun supaya kita tepat dan berada di dalam
Kerajaan Sorga kekal sampai selama-lamanya sebagai doa dan kerinduan kita saat
ini.
Segera
kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat
yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE. Kita akan memperhatikan
Kolose 3, dan kita masih berada di ayat 19.
Kolose
3:19
(3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
“Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Ini
adalah suatu pernyataan dari Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami
supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar, sesuai dengan
ketetapan Firman TUHAN. Ini adalah nasihat firman yang harus diterima oleh
seorang suami dengan segala kerendahan hatinya, meskipun memang sang suami
adalah seorang kepala dalam hubungan nikah dan rumah tangga.
Pelajaran
yang baik bagi seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita
temukan dan pelajari dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di
Efesus.
Efesus
5:25-29
(5:25) Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan
telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah
Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27)
supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan
cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat
kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi
isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya
mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci
tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus
terhadap jemaat,
Suami-suami
di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak dua kali, yakni:
1.
Ayat 25-27.
2.
Ayat 28-29.
Hal
yang pertama, yaitu ayat 25-27, telah disampaikan untuk beberapa seri.
Sekarang, kita akan kembali memperhatikan HAL YANG KEDUA, yaitu ayat 28-29.
Efesus
5:28-29
(5:28) Demikian
juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri:
Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29)
Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan
merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Seorang
suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Berarti, siapa
yang mengasihi isterinya sama dengan mengasihi dirinya sendiri. Mengapa
demikian?
Efesus
2:31
(5:31) Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Mengapa
seorang suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri? Sebab antara
suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging (satu tubuh), sehingga ketika
suami mengasihi isterinya sama seperti mengasihi dirinya sendiri karena
kedua-duanya sudah menjadi satu tubuh (satu daging).
Kristus
adalah Kepala, Dialah suami yang kita kasihi, sedangkan sidang jemaat adalah
tubuh-Nya, isteri-Nya.
Sekarang,
pertanyaannya: APA ALAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SARANA YANG MEMPERSATUKAN?
Kita
akan temukan jawabannya di dalam Kejadian 2:22-24.
Kejadian
2:22-24
(2:22) Dan dari rusuk
yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. (2:23) Lalu
berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging
dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari
laki-laki." (2:24) Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging.
Sarana
yang digunakan sehingga antara suami dengan isterinya menjadi satu daging
adalah salib Kristus, salib di Golgota, tidak ada lagi sarana yang lain, sebab
di sini dikatakan; perempuan itu dibentuk dari salah satu tulang rusuk Adam.
Ketika
Allah mengoperasi Adam untuk mengambil salah satu tulang rusuk untuk membentuk
perempuan itu; hal ini merupakan gambaran dan bayangan dari salib Kristus,
salib di Golgota yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus, Anak Allah, 2.000
(dua ribu) tahun yang lalu.
Dan
setelah perempuan itu dibentuk dari salah satu tulang rusuk Adam, berkatalah
Adam: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Apa
yang dikatakan oleh Adam ini sudah berbicara tentang kesatuan, mereka sudah
menjadi satu.
Sedangkan
Yesus Kristus adalah Adam yang akhir, menjadi Roh yang menghidupkan -- menurut
ayat yang lain --.
Kita
kembali membaca Matius 19.
Matius
19:5-6
(19:5) Dan
firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu
daging. (19:6) Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia."
Kita
harus mengetahui dengan pasti -- bukan saja untuk orang yang sudah menikah,
tetapi kaum muda remaja juga harus mengetahui dengan pasti --, bahwa: “ ... apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”, baik itu
karena dosa kejahatan, maupun dosa kenajisan, maupun kecemaran-kecemaran yang
lain, sebab mereka bukan lagi dua melainkan satu daging, mereka sudah
dipersatukan oleh salib Kristus, salib di Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang
lalu.
Jadi,
jelas, kita harus menghargai korban Kristus, harus menjunjung tinggi korban
Kristus.
Syarat
memikul salib atau bersatu dengan isterinya ialah seorang laki-laki -- sebagai
suami -- akan meninggalkan ayah dan ibunya.
Kembali
kita membaca Efesus 5.
Efesus
5:31
(5:31) Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Di
sini kembali dikatakan: Laki-laki atau sang suami akan meninggalkan ayah dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya. Artinya, laki-laki harus meninggalkan
segala milik kepunyaannya atau segala yang paling berharga, dengan demikian
seorang suami dapat mengasihi isterinya seperti mengasihi dirinya sendiri.
Meninggalkan segala ego, meninggalkan segala keakuan, segala sesuatu yang
berharga di dalam dirinya, semua itu harus dilepaskan lebih dulu, maka nanti
suami dengan isteri bisa menjadi satu daging (satu tubuh).
Filipi
2:5-6
(2:5) Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa
Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan,
“Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama ...” Kita harus hidup rukun bersama sebagaimana
TUHAN telah memperhatikan kita, maka kita juga harus memperhatikan nasihat yang
baik ini. Kita semua sudah menerima yang baik dari TUHAN, maka junjung
tinggilah korban Kristus itu. Perhatikan dan hargai perhatian TUHAN, sebab kita
semua sudah diperhatikan; hormati perhatian TUHAN.
Yesus,
Anak Allah, rela meninggalkan Bapa-Nya dan rumah-Nya di sorga. Pendeknya;
Yesus, Anak Allah, rela meninggalkan segala milik yang paling berharga yang Dia
punyai, Dia rela tinggalkan segala sesuatunya, Dia menyangkal segala
sesuatunya.
Inilah
pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus yang harus dimiliki oleh
seorang suami, juga harus dimiliki oleh kita semua bersama-sama supaya kita
hidup rukun bersama-sama satu dengan yang lain.
Hal
ini harus kita perhatikan. Jangan kita lupakan karena digeser oleh
keinginan-keinginan yang tidak suci. Biarlah kiranya kita tetap mengingat
pelajaran yang kita terima dalam Ibadah Raya Minggu kemarin, di mana seorang
imam besar Yosua harus mengenakan serban tahir dan di depannya ada patam atau
plat emas yang terukir di dahinya. Jadi, pikiran ini harus tetap berpusat
kepada TUHAN Yesus Kristus, Dialah Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.
Itulah
sebabnya di sini dikatakan: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus ...” Inilah
pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus yang harus dimiliki
oleh seorang suami dan juga kita miliki bersama-sama supaya kita hidup rukun
bersama-sama.
Hidup
rukun bersama-sama, berarti; tidak saling menyakiti antara yang satu dengan
yang lain. Menyakiti itu tidak saja dalam bentuk pukulan (fisik), tetapi juga
dalam bentuk batin, pikiran, perasaan, dan lain sebagainya.
Filipi
2:7-8
(2:7) melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib.
Sebagaimana
Anak telah meninggalkan Bapa-Nya dan rumah-Nya di sorga, lalu turun ke dunia
dan menjadi sama dengan manusia. Selanjutnya di sini dikatakan: Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Singkatnya:
Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, telah mengalami dan
merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh manusia, mempelai perempuan-Nya.
Kalau Dia mengalami dan merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh manusia,
sama dengan; mengasihi isteri-Nya seperti mengasihi diri-Nya sendiri.
Dengan
demikian, sangat jelas sekali bahwa salib adalah sarana untuk mempersatukan
antara suami dengan isterinya, tidak ada cara yang lain. Maka, kita harus
terhubung langsung dengan salib.
Sidang
jemaat di tengah ibadah dan pelayanan harus terhubung langsung dengan salib.
Sidang jemaat tidak boleh merasa aneh terhadap salib, sidang jemaat tidak boleh
merasa tersakiti oleh salib. Sidang jemaat tidak boleh merasa bahwa salib itu
menjadi suatu perkara yang asing. Tetapi justru kita harus menyatu dengan
salib; kena mengena dengan salib, terhubung langsung dengan salib, teristimewa
imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, bahkan pemimpin sidang
jemaat.
Kita
harus kena mengena dengan salib; bukan saja para pelayan TUHAN, tetapi sidang
jemaat juga harus kena mengena dengan salib. Oleh sebab itu, jangan suka
bersungut-sungut dan jangan suka lari dari apa yang kita alami; hadapi saja.
Selanjutnya,
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENUJU SALIB (kena mengena dengan salib).
LANGKAH
YANG PERTAMA: “Mengosongkan diri-Nya sendiri”
Kosong
= nol = tidak berisi. Arti rohaninya ialah tidak bermegah terhadap segala
sesuatu yang dia miliki. Berarti, sekalipun ia mempunyai, tetapi seolah-olah
tidak mempunyai, dengan kata lain; menghampakan diri.
Hal
ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan telah disampaikan pada minggu
yang lalu.
LANGKAH
YANG KEDUA: “Mengambil rupa seorang hamba” atau menjadi hamba.
Terlebih
dahulu kita lihat pelajaran mengenai HAMBA di dalam Injil Lukas 17.
Lukas
17:7-10
(17:7)
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak
atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu,
setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah
sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah
pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah
itu engkau boleh makan dan minum. (17:9) Adakah ia berterima kasih
kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
(17:10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala
sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba
yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Kalau
kita mengerti tentang “hamba”, maka yang harus kita katakan adalah: “Kami
adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang
kami harus lakukan.”
Hal
ini harus dipahami oleh seorang hamba. Jadi, tidak boleh hanya tampil-tampil
tetapi tidak mengerti soal hamba. Sebagai seorang pemimpin pujian, singer,
kolektan, pemain musik, multimedia, semua, harus mengerti tentang hamba.
Singkatnya,
sekalipun berada di dalam keadaan berjerih payah dan berjerih lelah karena
melakukan segala sesuatu yang ditugaskan oleh tuannya kepadanya, namun seorang
hamba tetaplah berkata:
YANG
PERTAMA: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna.”
Siap
atau tidak siap, kalau seorang hamba TUHAN (pelayan TUHAN) sudah dipercayakan
tugas pelayanan, maka dia harus berkata di hadapan TUHAN: “Kami adalah hamba-hamba
yang tidak berguna”.
Artinya,
seorang hamba tidak boleh merasa berjasa. Seberapa banyak dan seberapa besar
yang telah dikorbankannya, segala jerih payah dan jerih lelahnya di tengah
ibadah dan pelayanan dalam mengerjakan tugas yang dipercayakan, tetapi seorang
hamba tetap berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna”,
artinya; seorang hamba tidak pernah merasa telah berjasa setelah sekian banyak
pengorbanan, setelah sekian lama berkorban.
Jangan
saudara bersungut-sungut karena harus mempersembahkan banyak korban di dalam
melayani pekerjaan Tuhan, sebab bersungut-sungut adalah tanda bahwa ia bukanlah
hamba, dengan kata lain; dia menempatkan dirinya sebagai “tuan” di bumi. Karena
dia menempatkan dirinya “tuan” di bumi, maka dia tidak layak berada dalam
Kerajaan Sorga, tetapi kalau kita mau merendahkan diri dan menjadi hamba, maka
nanti layak berada dalam Kerajaan Sorga. Siapa yang merendahkan diri akan
ditinggikan dan siapa yang meninggikan diri akan direndahkan.
YANG
KEDUA: “Kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan”.
Arti
rohaninya ialah seorang hamba bekerja melakukan tugasnya tanpa pamrih, tanpa
mengharapkan keuntungan, serta tidak mengharapkan ucapan terima kasih dari
tuannya.
Maukah
saudara menghambakan diri kepada TUHAN? Kalau sudah melayani TUHAN, mau tidak
mau dua pernyataan ini harus kita ungkapkan di hadapan TUHAN, namun bukan hanya
dengan mulut saja, tetapi juga langsung praktek di tengah ibadah dan pelayanan.
Tetapi,
ada saja pelayan TUHAN yang tinggal di rumah gereja; selesai minum, gelasnya
ditinggalkan begitu saja; selesai makan, piringnya ditinggalkan begitu saja.
Ini bukanlah sifat hamba. Belajar lebih dewasa sejak dari sekarang.
Intinya:
Seorang hamba tidak mempunyai hak atas dirinya sendiri selain dari pada tuannya
sendiri. Dalam bahasa Yunani disebut dengan doulos.
Yesus
Kristus adalah hamba TUHAN, sebab sekalipun Ia adalah Anak, namun Ia taat
kepada kehendak Allah Bapa untuk melakukan dua hal sesuai dengan ayat 7
tadi, yaitu:
1.
Membajak ladang.
2.
Menggembalakan ternak.
Tentang:
“MEMBAJAK LADANG”
Kalau
tugas seorang hamba adalah membajak, berarti hidup dari gereja TUHAN (anak-anak
TUHAN) adalah ladang TUHAN; itu hubungan timbal baliknya. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Rasul Paulus dalam suratnya 1 Korintus 3:6-9, Rasul
Paulus berkata: “kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang
Allah, bangunan Allah.”
Kita
semua adalah ladang-Nya TUHAN, hati ini adalah ladang TUHAN yang memang harus
digarap, dikerjakan oleh TUHAN sendiri sebagai hamba TUHAN, Dia telah melakukan
kehendak Allah Bapa.
Ciri-ciri
apabila ladang atau kehidupan dari gereja TUHAN telah dibajak, digarap,
dikerjakan oleh TUHAN.
Yesaya
11:1
(11:1) Suatu
tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari
pangkalnya akan berbuah.
Bagian
A: “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai”
Hal
ini menunjuk kepada pribadi Yesus Kristus, Anak Allah, Dia adalah Seorang yang
lemah lembut dan rendah hati, sesuai dengan Injil Matius 11:29.
Tunas
yang keluar dari tunggul Isai tersebut sangat lembut sekali. Oleh sebab itu,
biarlah kiranya kehidupan kita dalam pengikutan kita kepada TUHAN; semakin hari
semakin lemah lembut, semakin hari semakin rendah hati.
Tadi
kita sudah angkat pujian sebagai pengakuan dari hati kita yang paling dalam kepada
TUHAN: biarlah Engkau semakin bertambah-tambah, TUHAN, aku semakin
berkurang-kurang. Engkau semakin besar, aku semakin kecil, supaya nyata
pribadi Kristus dalam kehidupan kita masing-masing sebagai pribadi yang lemah
lembut dan rendah hati.
Oleh
sebab itu, biarlah kiranya kehidupan kita semakin hari semakin lemah lembut dan
semakin hari semakin rendah hati.
Matius
11:29
(11:29) Pikullah
kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Kehidupan
yang telah digarap dan dikerjakan oleh salib Kristus adalah suatu kehidupan
yang lemah lembut dan rendah hati.
Kita
akan kembali membaca Yesaya 11:1.
Yesaya
11:1
(11:1) Suatu
tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari
pangkalnya akan berbuah.
Bagian
B: “Taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”
Pada
bagian B ini, kita menemukan kata “tumbuh” dan “berbuah.”
Sebenarnya, kata “tumbuh” dan “berbuah” adalah sebuah harapan yang diberikan
oleh tanah atau ladang yang telah dibajak, digarap dan dikerjakan oleh salib
Kristus. Jangan berharap kepada benih yang ditaburkan di ladang yang belum
digarap dan dikerjakan untuk menjadi “tumbuh” dan “berbuah”.
Jadi,
kalau kita lemah lembut dan rendah hati – itu adalah tanda kehidupan yang telah
digarap oleh salib -- itu memberi harapan manakala benih firman itu ditaburkan,
mau tidak mau dia akan “tumbuh” dan “berbuah.”
Berbeda
dengan tanah yang berbatu-batu; ketika benih itu ditaburkan, dia tumbuh
sebentar saja tetapi tidak berakar. Mengapa tumbuh sebentar saja? Jawabnya:
Karena tumbuh, tetapi tidak berakar. Kerugiannya: Apabila ada penganiayaan
(ujian) karena firman, maka dia akan murtad, tetapi kalau tanah itu sudah
digarap, digemburkan, dikerjakan -- itulah kehidupan yang digarap oleh salib
-- maka dia memberi sebuah harapan,
yaitu “tumbuh” dan “berbuah.”
Sekali
lagi saya sampaikan: Kata “tumbuh” dan “berbuah” adalah sebuah harapan yang
diberikan oleh tanah atau ladang yang dibajak sebagai gambaran dari kehidupan
yang lemah lembut dan rendah hati.
Saya
juga berharap supaya anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang mengikuti pemberitaan
Firman TUHAN lewat live streaming juga terus mengikutinya supaya kita
ini menjadi suatu kehidupan yang lemah lembut dan rendah hati, tanda kehidupan
itu sudah digarap dan dikerjakan. Dan kalau ladang itu sudah subur, maka dia
akan memberi suatu harapan manakala benih itu ditaburkan; dia akan “tumbuh” dan
“berbuah”.
Matius
13:3-8,18-23
(13:3) Dan Ia
mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah
seorang penabur keluar untuk menabur. (13:4) Pada waktu ia menabur,
sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan
memakannya sampai habis. (13:5) Sebagian jatuh di tanah yang
berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh,
karena tanahnya tipis. (13:6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia
dan menjadi kering karena tidak berakar. (13:7) Sebagian lagi jatuh
di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya
sampai mati. (13:8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu
berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat. (13:18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan
penabur itu. (13:19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang
Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang
ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
(13:20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah
orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (13:21)
Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau
penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. (13:22)
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu,
lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga
tidak berbuah. (13:23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang
yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus
kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh
kali lipat."
Seorang
penabur keluar untuk menabur, di mana sebagian benih itu ...
1.
Jatuh di pinggir jalan.
2.
Jatuh di tanah yang berbatu-batu.
3.
Jatuh di tengah semak duri.
4.
Jatuh di tanah yang baik.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan arti rohaninya.
Yang
Pertama:
Benih
yang “jatuh di pinggir jalan”, artinya; orang yang mendengar firman
tentang Kerajaan Sorga, tetapi ia tidak sampai mengerti.
Kerugiannya adalah si
jahat -- Iblis atau Satan -- merampas benih firman yang ditaburkan dalam hati
orang itu, sehingga orang itu berubah menjadi jahat.
Jadi,
jangan sampai mendengar tetapi tidak mengerti. Mendengar harus berusaha sampai
mengerti. Atau jangan juga mendengar, mengerti, tetapi mengabaikan begitu saja.
Yang
Kedua:
Benih
yang “jatuh di tanah yang berbatu-batu”, artinya; mendengar firman dan
segera menerimanya dengan gembira, tetapi tidak berakar dan tahan sebentar
saja, dengan lain kata; tumbuh, tetapi tidak berakar. Tidak sedikit di antara
kita menerima firman dengan gembira, tetapi sayangnya benih firman itu tidak
berakar dan tahan sebentar saja.
Kerugian
bila tumbuh tetapi tidak berakar ialah tidak kuat terhadap ujian, tidak kuat
terhadap cobaan yang dihadapi, tidak kuat terhadap aniaya karena firman itu
sendiri, sehingga akhirnya ia murtad, mengundurkan diri.
Yang
Ketiga:
Benih
yang “jatuh di tengah semak duri”, artinya; Firman TUHAN yang didengar
itu dihimpit oleh dua perkara:
1.
Dihimpit oleh kekuatiran dunia.
2.
Dihimpit oleh tipu daya kekayaan.
Kalau
benih sudah terhimpit, maka kerugiannya ialah benih firman yang ditaburkan
tidak tumbuh dan tidak berbuah.
Tetapi,
sebelum kita melihat benih yang ditaburkan di tanah yang sudah digarap,
dikerjakan oleh salib Kristus (firman iman), kita kembali membaca ayat 19.
Matius
13:19
(13:19) Kepada
setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak
mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang
itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
Adapun
bentuk benih atau firman yang disampaikan itu adalah firman tentang Kerajaan
Sorga, yang merupakan benih atau firman yang benar dan murni. Sebaliknya,
apabila seorang hamba TUHAN sibuk membicarakan tentang kerajaan dunia dan
kemegahannya, itu merupakan ajaran Setan, sehingga apabila benih itu bertumbuh,
maka buah yang dihasilkan adalah penyembahan kepada Setan, sesuai dengan Injil
Matius 4:8-9, di mana Iblis atau Satan membawa Yesus ke atas gunung yang
tinggi, lalu memperlihatkan dan memberitakan kerajaan dunia dan kemegahannya.
Selanjutnya, Iblis berkata: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika
Engkau sujud menyembah aku."
Yang
Keempat:
Barulah
kita memperhatikan benih yang “jatuh di tanah yang baik”.
Benih
yang “jatuh di tanah yang baik” ialah mendengar firman sampai mengerti;
itulah tanah yang sudah digarap, dikerjakan oleh salib Kristus. Salib Kristus
adalah firman iman.
Dampak
positifnya ialah tumbuh dan berbuah ada yang seratus kali lipat, ada
yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
Jadi,
Injil Matius 13:23 ini sesuai dengan Yesaya 11:1B. Di
mana pada Yesaya 11:1B tersebut kita temukan kata “tumbuh”
dan “berbuah”, itu merupakan harapan yang berasal dari ladang yang sudah
digarap dan dikerjakan, itulah tanah yang baik dan subur. Dan hal ini sesuai
dengan Injil Matius 13:23 di mana benih yang ditaburkan di tanah yang
baik ialah mendengar firman sampai mengerti, sehingga ia tumbuh dan berbuah ada
yang seratus, enam puluh, tiga puluh kali lipat.
Berusahalah
untuk mengerti firman yang didengar, karena firman yang kita dengar adalah
firman tentang Kerajaan Sorga; dan inilah yang nanti akan membawa kita sampai
kepada penyembahan yang tertinggi. Tetapi sebaliknya kalau berita yang
disampaikan itu tentang kerajaan dunia dan kemegahannya, maka arah penyembahan
sebagai buah yang dihasilkan adalah penyembahan kepada Setan, dan itu tertulis
dengan jelas di dalam Matius 4:8-9 dan Wahyu 13:11-18.
Keterangan:
“Seratus kali lipat”
Seratus
kali lipat, menunjuk; kawanan domba yang tergembala. Kalau berbicara tentang
angka 100 (seratus), itu berbicara tentang kawanan domba.
Yehezkiel
20:37
(20:37) Aku akan
membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu
ke kandang dengan menghitung kamu.
Yesus
adalah Gembala Agung. Kemudian, Yesus berkata: “Aku akan membiarkan kamu
lewat dari bawah tongkat gembala-Ku”.
Lewat
dari bawah tongkat gembala-Ku, artinya; tergembala. Sebagai kawanan domba
Allah, biarlah kehidupan kita menjadi kehidupan yang tergembala. Kalau memang
kita menjadi kawanan domba Allah, buktikan, dengan kata lain; harus tergembala.
Tidak cukup hanya berkata “aku percaya”, tetapi rohaninya tidak tergembala; itu
tidak cukup.
Jadi,
lewat dari bawah tongkat gembala, arti rohaninya ialah tergembala, karena
memang kita adalah kawanan domba Allah, dan hal itu harus kita buktikan.
Kemudian,
kehidupan yang tergembala masuk dalam bilangan TUHAN, sama artinya; nama
terdaftar di sorga. Sebab di sini dikatakan: “Aku akan ... memasukkan kamu
ke kandang dengan menghitung kamu.” Kehidupan yang tergembala masuk
dalam bilangan TUHAN. Menghitung kamu, berarti masuk dalam bilangan
TUHAN, sama artinya; nama terdaftar di sorga.
Jadi,
tidak ada ruginya bila kita tergembala, apapun yang kita alami. Tetapi adalah
suatu kerugian yang besar kalau seseorang tidak mau tergembala.
Jadi,
supaya dihitung menjadi bilangan TUHAN, dengan kata lain: nama kita dikenal,
terdaftar di sorga, ukurannya bukanlah amal soleh, bukan dari perbuatan baik,
melainkan harus tergembala dengan baik, karena di dalam penggembalaan itu
terlalu banyak dan sangat banyak aturan-aturan yang harus kita ikuti di
dalamnya -> Salib Kristus = Firman Iman.
Berbahagialah
kalau saudara memperoleh pengertian ini, dengan lain kata; nama terdaftar di
sorga. Tidak ada cara lain supaya nama terdaftar di sorga selain tergembala
dengan baik dan mengikuti aturan-aturan (arahan) dari Gembala Agung.
Itu
sebabnya, bisa terlihat dengan jelas antara kehidupan yang tergembala dengan
kehidupan yang tidak tergembala (orang yang di luaran sana), pasti berbeda.
1
Petrus 2: 24
(2:24) Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita,
yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya
kamu telah sembuh.
Ingat:
“Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh”, itulah yang dialami oleh
kawanan domba, karena Yesus adalah Anak Domba Allah.
Namun,
tidak berhenti sampai di situ, mari kita memperhatikan ayat 25.
1
Petrus 2: 25
(2:25) Sebab
dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali
kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Dahulu
kamu sesat,
berarti; belum mengerti soal tergembala, dan belum mengerti tentang
penggembalaan; itulah perbedaan antara tergembala dan tidak tergembala. Kalau tidak
tergembala, maka sama seperti orang di luaran sana; sesat. Walaupun ia
menganggap jalannya lurus, ia menganggap sudah berbuat baik, suci dan benar,
tetapi kalau kerohaniannya tidak tergembala (di luar TUHAN), maka sesat,
semuanya sesat; perkataannya sesat, pikirannya sesat, perbuatannya sesat, semua
sesat, dan hal itu sudah kita rasakan sebelum tergembala.
“
... Tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.”
Setelah tergembala digembalakan oleh Gembala Agung, kita dibiarkan lewat dari
bawah tongkat gembala-Nya, maka kawanan domba itu terpelihara dengan baik;
tubuh, jiwa dan roh terpelihara dengan baik, hati, pikiran dan perasaan
dipelihara dengan baik, tidak sesat.
Itulah
keterangan “seratus kali lipat”, dimulai dari ladang yang sudah digarap dan
dikerjakan memberi suatu harapan “tumbuh” dan “berbuah”.
Keterangan:
“Enam puluh kali lipat”
Dalam
Pengajaran Tabernakel terkena pada tiang pagar halaman, di mana seluruhnya
berjumlah 60 (enam puluh) batang tiang pagar halaman, sudah terhitung dengan 4
(empat) tiang pintu gerbang. Tiang yang pertama dimulai dari pribadi Yesus
Kristus sampai tiang yang ke-56, itulah Abraham, ditambah 4 (empat) tiang pada
pintu gerbang, maka jumlah seluruhnya adalah 60 (enam puluh) tiang.
Adapun
perincian 60 (enam puluh) batang tiang pagar halaman adalah sebagai berikut:
Bagian
Pertama:
-
Sebelah Utara : 20 (dua puluh) batang tiang.
-
Sebelah Selatan : 20 (dua puluh) batang tiang.
-
Sebelah Barat : 10 (sepuluh) batang tiang.
-
Sebelah Timur : 6 (enam) batang tiang -- masing-masing 3 (tiga) tiang di
sebelah kanan dan kiri pintu gerbang --.
Jumlah
seluruhnya adalah 56 batang tiang.
Bagian
Kedua:
Pada pintu gerbang -- sebelah Timur Tabernakel -- terdapat 4 (empat) batang
tiang.
Jadi,
56 (lima puluh enam) batang tiang sekeliling Tabernakel + 4 (empat) batang
tiang pada pintu gerbang = 60 (enam puluh) batang tiang.
4
(empat) tiang pada pintu gerbang, menunjuk kepada 4 (empat) Injil, yakni:
Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Itulah pintu gerbang yang berbicara tentang
“percaya”. Sedangkan tentang 56 (lima puluh enam) batang tiang, mari kita
perhatikan Lukas 3:23-30, di mana terdapat 56 (lima puluh enam) nama
dari Yesus sampai kepada Abraham.
Lukas
3:23-30
(3:23) Ketika
Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut
anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, (3:24) anak Matat, anak
Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, (3:25) anak Matica, anak
Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, (3:26) anak Maat, anak Matica,
anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, (3:27) anak Yohanan, anak Resa, anak
Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, (3:28) anak Malkhi, anak Adi, anak
Kosam, anak Elmadam, anak Er, (3:29) anak Yesua, anak Eliezer, anak
Yorim, anak Matat, anak Lewi, (3:30) anak Simeon, anak Yehuda, anak
Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, (3:31) anak Melea, anak Mina, anak
Matata, anak Natan, anak Daud, (3:32) anak Isai, anak Obed, anak Boas,
anak Salmon, anak Nahason, (3:33) anak Aminadab, anak Admin, anak Arni,
anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, (3:34) anak Yakub, anak Ishak,
anak Abraham, anak Terah, anak Nahor,
Yesus
adalah (1) anak Yusuf, (2) anak Eli, (3) anak
Matat, (4) anak Lewi, (5) anak Malkhi, (6) anak Yanai, (7)
anak Yusuf, (8) anak Matica, (9) anak Amos, (10) anak
Nahum, (11) anak Hesli, (12) anak Nagai, (13) anak Maat,
(14) anak Matica, (15) anak Simei, (16) anak Yosekh, (17) anak
Yoda, (18) anak Yohanan, (19) anak Resa, (20) anak
Zerubabel, (21) anak Sealtiel, (22) anak Neri, (23) anak
Malkhi, (24) anak Adi, (25) anak Kosam, (26) anak Elmadam,
(27) anak Er, (28) anak Yesua, (29) anak Eliezer, (30)
anak Yorim, (31) anak Matat, (32) anak Lewi, (33) anak
Simeon, (34) anak Yehuda, (35) anak Yusuf, (36) anak
Yonam, (37) anak Elyakim, (38) anak Melea, (39) anak Mina,
(40) anak Matata, (41) anak Natan, (42) anak Daud, (43)
anak Isai, (44) anak Obed, (45) anak Boas, (46) anak
Salmon, (47) anak Nahason, (48) anak Aminadab, (49) anak
Admin, (50) anak Arni, (51) anak Hezron, (52) anak Peres, (53)
anak Yehuda, (54) anak Yakub, (55) anak Ishak, (56) anak
Abraham. Seluruhnya berjumlah 56 (lima puluh enam) nama dari Yesus sampai
kepada Abraham.
Jadi,
Yesus sampai kepada Abraham seluruhnya ada 56 (lima puluh enam), ditambah
dengan 4 (empat) batang tiang pintu gerbang, maka seluruhnya adalah 60 (enam
puluh).
Mengapa
hitungannya dari Yesus sampai kepada Abraham? Karena Abraham adalah bapa orang
percaya, bapa orang beriman.
Yakobus
2:23
(2:23) Dengan
jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah
Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."
Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."
Abraham
dibenarkan karena dia percaya. Abraham adalah bapa orang percaya, sehingga ia
disebut: “Sahabat Allah”.
Jadi,
siapa “sahabat Allah”? Itulah kehidupan yang dibenarkan. Mengapa dibenarkan?
Karena dia percaya kepada Allah, tidak bergantung dan tidak percaya kepada
harta kekayaan, tidak percaya kepada uang, melainkan hanya percaya kepada
Allah, sehingga ia menjadi “sahabat Allah”, itulah kehidupan yang dibenarkan.
Karena percaya, maka menjadi “sahabat Allah”.
Kita
harus menjadi “sahabat Allah”. Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,
dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran, Amsal 17:17. Jadi,
tidak ada salahnya bila kita menaruh percaya kepada TUHAN, supaya kita
dibenarkan sekaligus disebut “sahabat Allah”. Itulah berkat 60 (enam puluh)
kali lipat, jangan diabaikan begitu saja.
Mari
kita buktikan bahwa dia percaya kepada Allah, tidak percaya kepada yang
lain-lain.
Kejadian
22:10-11
(22:10) Sesudah
itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
(22:11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya:
"Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
Abraham
mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih Ishak, anaknya.
Abraham tidak ragu di situ, dia tidak percaya dengan yang lain, dia hanya
percaya kepada perkataan TUHAN supaya anaknya itu segera dipersembahkan di
gunung Moria.
Ishak
adalah anak tunggal, anak satu-satunya, itulah hartanya, itulah segalanya,
sebab ia (Ishak) didapatinya setelah umurnya tua (mati pucuk), sedangkan Sarah
(menopause), tetapi apa yang dikatakan oleh TUHAN, apa yang
diperintahkan oleh TUHAN, itu semua dikerjakan oleh Abraham, ia langsung
persembahkan anaknya, sesuai dengan perintah TUHAN. Abraham lebih percaya
kepada perkataan TUHAN dari pada perkataan orang lain, supaya akhirnya ia
dibenarkan dan menjadi sahabat Allah.
Jadi,
Abraham disebut “sahabat Allah” sejak ia menuruti kehendak Allah dan Abraham
juga takut akan Allah. Abraham lebih percaya kepada perkataan TUHAN, lebih
percaya kepada firman iman dari pada yang ada ini.
Galatia
3:16
(3:16) Adapun
kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.
Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud
banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu",
yaitu Kristus.
Adapun
kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak
dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" ... Jadi, bukan
dikatakan kepada semua keturunannya, tetapi janji itu diberikan kepada
keturunannya saja. Mengapa demikian? seolah-olah dimaksud banyak orang,
tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
Itulah
hitungan 56 (lima puluh enam) batang tiang pagar halaman, yaitu dari Yesus
sampai kepada Abraham. Benih Abraham -- itulah percaya -- sampai Yesus Kristus
lahir, itulah 56 (lima puluh enam) batang tiang pagar halaman. Jadi, benih
Abraham adalah Kristus. Benih yang disebut “orang percaya” tidaklah seluruhnya,
tetapi hanya orang yang percaya.
Galatia
3:27-28
(3:27) Karena
kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. (3:28)
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau
orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu
di dalam Kristus Yesus.
“
... Karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Itulah benih
Abraham, yaitu 56 (lima puluh enam) batang tiang pagar halaman; sudah menjadi
milik Kristus. Apakah kita sudah menjadi milik Kristus?
Itulah
secara singkat berbicara soal 60 (enam puluh) batang tiang pagar halaman.
Biarlah kiranya itu menjadi berkat bagi kita semua.
Jika
dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena pada Bait Suci (Kemah Allah),
yakni:
-
Ruangan Suci: 20 (dua puluh) hasta.
-
Ruangan Maha Suci: 10 (sepuluh) hasta.
Jadi,
20 hasta + 10 hasta = 30 (tiga puluh) hasta.
Sedangkan
30 (tiga puluh) hasta, jelas itu menunjuk 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga
atau Yobel yang ketiga, zaman Allah Roh Kudus, itulah zaman sekarang + 1.000
(seribu) tahun damai -- itulah kerajaan 1.000 (seribu) tahun damai, Ruangan
Maha Suci --.
Tentang:
RUANGAN SUCI, perinciannya adalah panjang x lebar x tinggi. Berarti, 20 hasta x
10 hasta x 10 hasta = 2.000 (dua ribu) hasta, itulah zaman Allah Roh Kudus --
dari Yesus sampai sekarang --.
Sedangkan
ukuran RUANGAN MAHA SUCI adalah panjang x lebar x tinggi. Berarti, 10 hasta x
10 hasta x 10 hasta = 1.000 (seribu) hasta, itulah kerajaan 1.000 (seribu)
tahun damai.
Jadi,
2.000 (dua ribu) + 1.000 (seribu) = 3.000 (tiga ribu) tahun.
Itulah
30 (tiga puluh) kali lipat, dimulai dari Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci.
Berarti, kesempurnaan dari mempelai diawali dengan kesucian. Tekunlah di dalam
pengudusan di dalam Ruangan Suci, itulah buah 30 (tiga puluh) kali lipat.
Maka,
kalau kita kaitkan dengan 3.000 (tiga ribu) orang yang bertobat di dalam Kisah
Para Rasul ...
Kisah
Para Rasul 2:41
(2:41)
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari
itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
3.000
(tiga ribu) jiwa ini adalah orang yang sudah bertobat dan sudah memberi diri
dibaptis.
Sesudah
bertobat dan dibaptis, mari kita perhatikan ayat 42.
Kisah
Para Rasul 2:42
(2:42) Mereka
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka
selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Kalau
Kisah Para Rasul 2:42 ini dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, jelas
terkena pada Ruangan Suci, sebab yang 3.000 (tiga ribu) jiwa itu bertekun dalam
hal:
1.
Tekun dalam memecahkan roti à Meja Roti Sajian
= Tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab.
2.
Tekun dalam persekutuan à Pelita Emas =
Tekun dalam Ibadah Raya Minggu.
3.
Tekun dalam berdoa à Mezbah
Dupa = Tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Itu
baru 2.000 (dua ribu), itulah kegiatan Roh yang harus kita kerjakan sekarang
ini; senantiasa berada di tempat pengudusan supaya kita boleh mengalami
pengudusan sampai nanti kelak sempurna, berada dalam 1.000 (seribu) hasta,
itulah Ruangan Maha Suci.
Mari
kita lihat tentang 1.000 (seribu) hasta.
Kisah
Para Rasul 2:43-45
(2:43) Maka
ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan
tanda. (2:44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu,
dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (2:45) dan
selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
“Dan
semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu ...” Ingat kata
“bersatu”. Yang sudah berada di dalam Ruangan Suci, mereka tetap bersatu.
“
... Dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama ...” Kalau
memiliki apapun, usahakan untuk dimiliki bersama, tidak boleh egois.
TUHAN
berikan motor pertama kepada saya waktu itu, yaitu motor Tossa, semua pun memakainya.
TUHAN berikan motor yang kedua, yaitu Supra Fit, dan semuanya pun pakai untuk
melayani pekerjaan TUHAN. TUHAN berikan rumah kepada kita, semuanya pun pakai.
Biarlah tanda bersatu itu kita miliki; inilah kehidupan yang sudah berada di
tempat pengudusan.
Dan
hal itu sudah dialami, termasuk oleh salah satu saudara kita, Sdr. Yesaya, di
mana seharusnya ia masih mencicil kendaraan bermotor miliknya sampai berapa
tahun lagi, tetapi sekarang sudah lunas. Jadi, harus bisa bersatu; yang sudah
berada di tempat pengudusan harus bersatu. Intinya; di dalam hal bersatu
ada kebersamaan.
Kisah
Para Rasul 2:47
(2:47)
sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan
menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
“Diselamatkan”,
berarti 1.000 (seribu) tahun damai.
Diawali
dengan bersatu, saling merasakan, ada kebersamaan di dalam tempat pengudusan,
sampai nanti betul-betul selamat, berada di dalam Ruangan Maha Suci, asal
bertekun di situ.
Kita
sudah awali dengan Roh, jangan akhiri dengan daging. Tetap bersatu, ada
kebersamaan, maka nanti berada dalam 1.000 (seribu) hasta, kerajaan 1.000
(seribu) tahun damai = “Diselamatkan.”
Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment