IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 25 OKTOBER 2022
KITAB KOLOSE
PASAL 4
(Seri: 5)
Subtema:
PUNCAK
IBADAH MENGATASI PUNCAK PENCOBAAN
Selamat
malam bagi kita semua; salam sejahtera, bahagia di dalam kita menikmati Sabda
Allah, duduk diam mendengar Firman, seperti Maria.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat
ketebusan TUHAN yang senantiasa tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook.
Selanjutnya,
mari kita berdoa; dalam doa kita mohon kemurahan TUHAN supaya Firman yang
dibukakan itu meneguhkan kita, membawa hidup kita rendah di kaki salib, sujud
menyembah kepada Dia, sebab Dialah Allah sesembahan kita sekaliannya, dengan
lain kata; lepas dari berhala-berhala di bumi yang tidak bisa memberi jaminan
keselamatan. Tetapi Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup, yang sudah
menebus kita sekaliannya oleh darah salib Calvari.
Mari kita sambut
KITAB KOLOSE -- surat Paulus yang dikirim kepada jemaat di Kolose -- sebagai
Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan.
Kolose 4:2
(4:2) Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah
sambil mengucap syukur.
Minggu lalu,
TUHAN telah memberkati kita dari ayat 2
ini, terkait dengan bertekunlah dalam doa.
Malam ini kita
memperhatikan tentang: Berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.
Hal ini harus
menjadi pengalaman kita. Dan pengalaman ini harus mendarah daging, tidak lekang
dimakan waktu-waktu yang ada ini, tidak berubah atau tidak bisa digoyahkan oleh
karena situasi kondisi yang kita hadapi di hari-hari terakhir ini.
Memang di
hari-hari terakhir ini, keadaan dunia sudah semakin bergelora, sudah tidak
nyaman lagi untuk didiami; maka oleh sebab itu, perhatikan segala sesuatunya
supaya kita sekaliannya mendapatkan kemurahan dari TUHAN.
Sebelum kita
melihat soal “berjaga-jaga” ini, saya mau sampaikan terlebih dahulu tentang: Pengalaman
Yesus bersama-sama dengan murid-murid-Nya sebelum Ia ditangkap atau diserahkan,
sesuai dengan yang tertulis dalam Injil
Matius 26.
-
Yang
Pertama: Yesus diurapi di kampung Betania (Matius
26:6-13). Peristiwa yang pertama ini menunjuk kepada PENGHARAPAN.
-
Yang
Kedua: Yesus makan Paskah dengan murid-murid-Nya, disebut juga dengan perjamuan
malam (Matius 26:26-29). Peristiwa yang
kedua ini menunjuk kepada IMAN.
-
Yang
Ketiga: Di Taman Getsemani (Matius
26:36-46). Peristiwa yang ketiga ini menunjuk kepada KASIH.
Terkait dengan “berjaga-jaga”,
mari kita perhatikan Injil Matius 26,
dengan perikop: “Di taman Getsemani”
Matius 26:36
(26:36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya
ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk
berdoa."
Yesus
bersama-sama dengan murid-murid di taman Getsemani.
Matius 26:37-38
(26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak
Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (26:38) lalu kata-Nya kepada mereka:
"Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah
dengan Aku."
Secara khusus; Petrus,
Yakobus dan Yohanes berjaga-jaga bersama dengan Yesus.
Matius 26:39
(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu
dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang
Engkau kehendaki."
Yesus maju
sedikit, berarti; terpisah dari Petrus, Yakobus dan Yohanes. Setelah memisahkan
diri, lalu Yesus sujud dan berdoa.
Malam ini, oleh
dua tangan TUHAN yang kuat, menarik kita bersama-sama dari tempat kita
masing-masing untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan. Di
tengah Ibadah Doa Penyembahan ini kita akan membawa hidup kita rendah di kaki
salib TUHAN, tersungkur di hadapan takhta-Nya, sujud menyembah Allah yang
hidup. Itu karena kemurahan TUHAN; TUHAN himpunkan kita di malam ini untuk
sujud dan berdoa.
Singkat kata:
Dari peristiwa di taman Getsemani, Yesus bersama-sama dengan murid-murid-Nya,
kita menemukan dan dapat melihat tingkatan rohani:
- Tingkatan rohani
yang pertama: Ada pada ayat 36,
berbicara soal kehidupan yang dibenarkan oleh IMAN.
- Tingkatan rohani
yang kedua: Ada pada ayat 37-38,
berbicara soal hidup dalam PENGHARAPAN.
- Tingkatan rohani
yang ketiga: Ada pada ayat 39, berbicara
soal hidup dalam KASIH, yakni sujud dan berdoa. Ini adalah tingkatan yang
tertinggi.
Matius 26:40
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu
dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus:
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Setelah sujud
berdoa, Yesus kembali kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes, namun Yesus mendapati
mereka sedang tertidur.
Tertidur,
menunjukkan bahwasanya; manusia itu masih ditandai dengan kelemahan, dengan
lain kata; belum sempurna adanya.
Terkait
dengan “belum sempurna”, kita perhatikan 1
Korintus 13.
1 Korintus
13:8-10
(13:8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (13:9) Sebab pengetahuan kita tidak
lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (13:10)
Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan
lenyap.
Kasih itu tidak
berkesudahan = Kekal = Sempurna.
Oleh sebab itu,
jika yang sempurna nanti tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Jadi, sudah sangat jelas; ketika Petrus, Yakobus, Yohanes didapati sedang tertidur, menunjukkan bahwa manusia itu belum sempurna, karena hidup rohani mereka belum sampai kepada puncak ibadah, yaitu berjaga-jaga; sujud dan berdoa.
Tetapi kalau yang
sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap; tidak mungkin
tertidur, tidak mungkin lengah, tidak mungkin teledor, tidak mungkin menunda-nuda
pekerjaan TUHAN, tidak mungkin bermasa bodoh.
Itulah sebabnya,
berjaga-jagalah, berarti; sujud dan berdoa. Inilah tingkat rohani yang
tertinggi, yaitu kasih, supaya apabila yang sempurna tiba, maka yang tidak
sempurna itu akan lenyap, sesuatu yang tidak baik, yang tidak benar, yang tidak
suci akan lenyap, termasuk yang sedang “tertidur” -- berarti; lengah,
menunda-nunda pekerjaan, bermasa bodoh, tidak mau tahu --.
Lebih
lengkap lagi kita perhatikan ayat 13.
1 Korintus 13:13
(13:13) Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman,
pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Yang paling besar
di antaranya adalah kasih. Berarti, kita semua harus berada pada tingkat ibadah
tertinggi, yaitu doa penyembahan.
Tinggal di dalam
kasih = Sempurna. Apabila yang sempurna itu tiba, maka nanti yang tidak
sempurna itu akan lenyap.
Mungkin
hari ini kerohanian kita sedang tertidur, sehingga banyak pekerjaan yang
tertunda, bermalas-malasan, bermasa bodoh, tidak mau tahu dengan ibadah, hanya
mau tahu dengan kepentingannya sendiri saja, bahkan akhirnya menjadi hamba
uang, dan hidup hanya dalam kelimpahan, menjadi hamba terhadap kenajisan
percabulan. Itulah dosa akhir zaman yang tidak bisa dipungkiri.
Itu sebabnya,
kita harus berjaga-jaga dan mengucap syukur senantiasa, itulah puncak ibadah,
prakteknya; sujud dan berdoa = Tinggal dalam kasih = Sempurna. Supaya apabila
yang sempurna itu tiba, maka nanti yang tidak sempurna itu akan lenyap; kita
tidak akan lagi bermasa bodoh, tidak lagi menunda pekerjaan TUHAN, tidak lagi mengabaikan
apa yang baik, yang benar, yang suci dari TUHAN.
Kita kembali
untuk memperhatikan Injil Matius 26.
Matius 26:40
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu
dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah
kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Hidup rohani
kita harus sampai kepada tingkat berjaga-jaga selama satu jam.
Matius 26:41
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya
kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging
lemah."
Berjaga-jagalah
dan berdoalah.
Mari kita lihat
soal BERDOA di dalam 1 Timotius 2.
1 Timotius 2:1
(2:1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan,
doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,
Tingkatan doa,
antara lain:
1.
Doa permohonan. Sentralnya
adalah apa yang kita inginkan atau apa yang kita kehendaki yang disampaikan
lewat permohonan.
2.
Doa syafaat. Sentralnya
adalah mendoakan bangsa-bangsa, negara, para pejabat tinggi, pemerintah-pemerintah
dan lain sebagainya.
3.
Doa syukur. Sentralnya
adalah mensyukuri atas segala sesuatu yang kita terima dari TUHAN.
Tetapi puncak dari pada doa adalah berjaga-jaga dan berdoa (Matius 26:41) = Hidup dalam doa penyembahan, sebagai tingkat ibadah yang tertinggi, dengan lain kata sebagai puncak ibadah.
Selanjutnya,
mari kita perhatikan Wahyu 14,
dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya
yang ditebus-Nya”
Wahyu 14:1-2
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri
di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:2) Dan aku mendengar suatu suara
dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan
suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik
kecapinya.
Wahyu 14:1, berbicara soal gunung Sion, sebagai
puncak ibadah = Tingkat ibadah yang tertinggi.
Sedangkan Wahyu 14:2, ada bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya, itu berbicara
tentang doa penyembahan, wujud dari gunung Sion, tingkat ibadah yang tertinggi.
Singkatnya:
Kita semua harus berjaga-jaga dan berdoa, artinya; ibadah kita harus memuncak sampai
kepada penyembahan.
MANFAAT
BERJAGA-JAGA (hidup dalam doa penyembahan).
Matius 26:41
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Manfaat doa penyembahan
sebagai puncak ibadah ialah supaya jangan jatuh ke dalam pencobaan.
Kalau kita sudah
berada pada tingkat ibadah yang tertinggi -- atau disebut juga puncak ibadah,
itulah doa penyembahan --, maka tidak jatuh dalam pencobaan.
TUHAN berkata
dalam 1 Korintus 10:13A, Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah
pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia = Dicobai, tetapi
tidak sampai tergeletak.
Berbeda dengan
teruna-teruna dan anak dara yang cantik: Suatu kali nanti, pada saat TUHAN
kirimkan kelaparan atas negeri ini, bukan lapar dengan makanan, bukan haus
dengan minuman, tetapi akan mendengarkan Firman TUHAN, pada saat itulah nanti
mereka akan:
- mengembara dari
laut ke laut,
- menjelajah dari
Utara ke Timur,
untuk mencari
Firman TUHAN. Tetapi pada saat itu juga nanti mereka akan rebah dan lesu, sampai
akhirnya tidak bangkit-bangkit = Tidak mampu menghadapi pencobaan yang terjadi
di atas muka bumi ini. Itu menunjukkan bahwa ibadah mereka belum memuncak sampai kepada doa
penyembahan.
Kemudian dalam 1 Korintus 10:13B, Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Jadi, sudah
sangat jelas di sini: Berjaga-jagalah dan berdoalah, tujuannya; supaya kita jangan
jatuh dalam pencobaan. Dan kalau pun ada pencobaan, kita mampu melewati segala
persoalan, kita mampu mengatasi segala pencobaan yang terjadi di atas muka bumi
ini, sebab ada jalan keluar.
Selama kita
hidup di bumi, kita akan menghadapi pencobaan. Dan pencobaan yang kita alami,
TUHAN katakan dengan tandas “adalah
pencobaan-pencobaan yang biasa, yang
tidak melebihi kekuatan manusia” Berarti, dicobai tetapi tidak sampai
rebah, tidak sampai tergeletak dan binasa.
Selama kita
hidup di bumi, kita akan mengalami ujian; selama kita hidup di bumi, kita akan
mengalami banyak pencobaan silih berganti; itu tidak bisa kita pungkiri dan
tidak bisa kita tolak, itu harus kita hadapi, artinya; tidak boleh lari dari
kenyataan, karena itu terjadi atas seizin TUHAN.
Tetapi yang
pasti; tingkat ibadah atau tingkat rohani kita harus memuncak sampai kepada doa
penyembahan.
Sebab nanti, akan
ada puncak pencobaan, tepatnya pada saat antikris menjadi raja atas seantero
dunia, di mana mereka akan memerintah dengan tangan besi, dan menjalankan
kekuasaan dengan kekerasan (otoriter); itu adalah puncak pencobaan, itu adalah
puncak kesesakan, itu adalah batu besar yang akan kita hadapi nanti.
Tetapi manakala
ibadah kita memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka TUHAN memberi jalan
keluar, sehingga kita mampu melewati segala pencobaan. Itulah manfaat dari pada
doa penyembahan; berjaga-jagalah dan berdoa, supaya tidak jatuh dalam
pencobaan.
Sekali lagi saya
sampaikan dengan tandas: Banyak pencobaan yang kita hadapi, dan itu harus kita
hadapi; tidak boleh lari dari kenyataan, sebab ibadah harus tetap kita
kerjakan. Kita semua harus sangkal diri dan pikul salib, tidak boleh lari dari
kenyataan, supaya ibadah dibawa sampai puncaknya, sehingga manakala kita
menghadapi puncak pencobaan, maka TUHAN beri jalan keluar, manakala ibadah kita
sudah dibawa sampai kepada puncaknya.
Pencobaan akan memuncak, tetapi jangan lupa; ibadah
kita harus memuncak,
supaya ada jalan keluar. Itulah manfaat dari berjaga-jagalah. Jangan kita
bermasa bodoh, jangan kita tidak mau tahu, jangan berpikir pendek hanya hidup
sementara saja. Kalau berpikir pendek hanya hidup sementara saja disebutlah
orang yang tidak berakal budi, yang sama seperti hewan (binatang) yang lahir
untuk ditangkap, selanjutnya dimusnahkan.
TUHAN berikan
pembukaan supaya kita memiliki pengertian. Dan oleh pengertian itu, kita
menjadi bijaksana, berakal budi, tidak seperti binatang yang lahir untuk
ditangkap dan dimusnahkan saja oleh nafas mulut Allah, tetapi kita tidaklah
demikian.
Pencobaan boleh
memuncak, tetapi ibadah juga harus memuncak, sehingga di situ ada jalan keluar.
Itulah baiknya
TUHAN; Dia setia kepada kita sekaliannya. Kesetiaan Allah itu sudah dibuktikan
oleh Anak Tunggal Bapa di atas kayu salib; taat sampai mati, bahkan sampai mati
di atas kayu salib (Filipi 2:8).
Yesus melayani
di atas muka bumi tidak hanya sekedar menyembuhkan orang sakit, tetapi lebih
dari pada itu; Dia rela mati di atas kayu salib, bahkan dia taat sampai mati,
bahkan sampai mati di atas kayu salib = Setia kepada Bapa. Jadi, kita harus
berjaga-jaga dan berdoa; itu adalah puncak ibadah, doa penyembahan.
Banyak pencobaan
yang terjadi di bumi, dan puncaknya adalah pada saat antikris menjadi raja.
Pencobaan boleh memuncak, tetapi ibadah juga harus memuncak supaya ada jalan
keluar, sehingga kita mampu mengatasi segala persoalan yang ada terjadi di bumi
ini, sampai kepada puncak pencobaan. Itulah manfaat doa penyembahan.
Pengertian ini
jangan ditolak, sebab itu adalah hikmat, akal budi dan kebijaksanaan.
- Hikmat itu membawa
kita di jalan lurus.
- Hikmat itu dapat
membedakan antara yang tidak baik dan tidak baik.
- Hikmat itu
mengalahkan musuh.
Singkat kata:
Hikmat itu kemuliaan. Percayalah.
Sekarang kita
perhatikan Matius 24, dengan
perikop: “Siksaan yang berat dan
Mesias-mesias palsu”
Matius 24:15,21
(24:15) "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji
berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel --
para pembaca hendaklah memperhatikannya -- (24:21)
Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum
pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan
terjadi lagi.
Apabila antikris
menjadi raja berkuasa atas seantero dunia, di situlah terjadi suatu siksaan
yang dahsyat, disebutlah puncak pencobaan.
Tetapi percayalah;
anak bangsamu, umat ketebusan TUHAN akan tetap mendapat penyertaan dari TUHAN (Daniel 12:1), sebab Allah itu setia;
Dia tidak akan membiarkan kita sampai jatuh tergeletak.
Jadi,
camkanlah apa yang sudah TUHAN katakan, dan TUHAN berfirman selalu tepat pada waktunya.
Artinya, pemberitaan Firman TUHAN dalam penggembalaan GPT “BETANIA” sangat relevan sekali dengan kondisi keadaan yang
ada sekarang ini.
Sedikit
kesaksian: Saya bersama isteri dan anak menuju tempat ibadah ini dengan
menggunakan transportasi online, yaitu Maxim. Saya kira, tidak ada istilah
kebetulan di dalam hidup anak-anak TUHAN, umat TUHAN, apalagi hamba TUHAN.
Sementara
dalam perjalanan, sang supir bercerita tentang ilmu dan pengetahuan yang dia
dapat, di mana ia bisa membuat orang muntah darah dan lain sebagainya. Peristiwa
itu dia lakukan di Medan; sebagai seorang yang bertanggung jawab di bidang safety di tempat dia bekerja, ada yang
berlaku sombong, tinggi hati, angkuh. Akhirnya, orang yang sombong ini menjadi korban.
Mulai
dari cerita itu, sampai akhirnya ia berkata bahwasanya dalam sekejap mata, dia
bisa sampai ada di Bogor oleh karena ilmu yang dimiliki dari gurunya yang
tinggal di Jawa Tengah sana, sudah hidup selama 300 (tiga ratus) tahun lebih
katanya.
Lalu,
di situ dia bertemu dengan banyak hal. Kalau beliau berkata tadi: “Itu wujud manusia”, tetapi menurut saya,
itu adalah wujud roh yang tidak dia sadari. Nyi Roro Kidul ada di situ, dan
disebut sebagai ratu. Kemudian, ada rajanya juga, dan lain sebagainya.
Waktu
pertemuan di Bogor dan di Maja -- dekat Rangkasbitung sana --, ada yang berkata
bahwa: 10 (sepuluh) tahun lagi, dunia ini
akan berlalu, karena Imam Mahdi dan Isa akan melenyapkan semua. Namun itu
adalah pengertian dari yang dia dapat.
Kemudian,
dia berkata: Dunia ini harus sampai
kepada 30 (tiga puluh) tahun, nanti Imam Mahdi akan menggenapi 40 (empat puluh)
tahun. Dalam hati saya, istilah 30
(tiga puluh) dan 40 (empat puluh) itu
benar sekali; hanya saja dia tidak mengerti, dia hanya mengerti tentang
versinya dia, tetapi yang sejatinya; dia tidak mengerti.
Soal
30 (tiga puluh) itu benar sekali;
Yesus mulai melayani umur 30 (tiga puluh)
tahun, selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Istilah 40 (empat puluh) tahun, itulah tamatnya segala sesuatu, tamatnya
daging. Dan itu benar sekali.
Maka,
kalau kita kaitkan dengan kisah dari pada Yusuf di Mesir, dia menjadi mangkunegara
(orang nomor dua di Mesir). Mulai dari dia diangkat menjadi raja, itu tepatnya
pada usia 30 (tiga puluh) tahun.
Setelah
dia genap berusia 30 (tiga puluh)
tahun, terjadilah 7 (tujuh) tahun kelimpahan. Sesudah 7 (tujuh) tahun
kelimpahan, barulah menyusul langsung 7 (tujuh) tahun kelaparan yang dahsyat,
berarti; ada 14 (empat belas) tahun. Sedangkan Yesus ada di atas muka bumi
selama 33.5 (tiga puluh tiga setengah) tahun.
Jadi,
kalau kelimpahan itu dihitung mulai dari tahun 2020, berarti;
- Tahun 2020 + 7 (tujuh)
tahun kelimpahan = Tahun 2027.
- Tahun 2027 + 7 (tujuh(
tahun kelaparan = Tahun 2034.
Maka,
genaplah 33.5 (tiga puluh tiga setengah) tahun itu jatuh di tahun 2034.
Jadi,
waktu dia bicara umur 30 (tiga puluh)
dan 40 (empat puluh), dan dia bilang 10 (sepuluh) tahun lagi, angka-angka itu
sudah tepat sekali, hanya saja kebenaran itu tidak dia mengerti sebagaimana
kebenaran yang sejati yang kita dapat dari pembukaan Firman TUHAN.
Maka,
tadi saya berkata: Perkataan bapa benar.
Saya tidak kebetulan bertemu dengan bapa malam ini dengan menaiki kendaraan ini.
Jadi,
TUHAN sudah berikan penglihatan di antara kita, soal KTP. TUHAN juga sudah
berikan penglihatan bahwa saya mendengar perkataan “dunia ini sudah hilang”, lalu saya tanya ke sebelah kiri “maksudnya angka enam?”, lalu dia jawab “iya”. Waktu dia menjawab “iya”, di benak
(pikiran) ini; manusia di dunia ini sudah dicor, tidak ada tahu lagi untuk
mengasihi TUHAN.
Maka,
apa yang dikatakan oleh kesaksian Yunus, itu sudah benar: TUHAN bukan mau
datang, tetapi “sudah datang”, sampai nanti semuanya tergenapi.
Inilah
keuntungan dari pada berjaga-jagalah dan berdoa = Doa penyembahan, sebagai
puncak ibadah. Sebab, pencobaan akan memuncak, tepatnya pada saat antikris
menjadi raja, tetapi ingat; ada jalan keluarnya, asal ibadah kita juga memuncak
sampai kepada doa penyembahan.
Lihatlah
di hari-hari terakhir ini; yang jahat terus berbuat jahat, tetapi yang benar
biarlah selalu berbuat benar. Jangan bermasa bodoh.
Tadi,
saya sudah sampaikan: Yesus maju sedikit,
lalu sujud dan berdoa; itu adalah
puncak ibadah. Waktu kembali kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes, ditemukanlah dalam
keadaan “tertidur”.
Saya
sudah sampaikan 3 (tiga) tingkatan, itulah iman, pengharapan dan kasih. Ada
dalam pengharapan untuk memperoleh keselamatan, tetapi belum sempurna karena
masih tertidur; tetapi yang TUHAN mau adalah supaya kita ada dalam puncak
ibadah, itulah doa penyembahan, sebagai tingkat ibadah tertinggi.
Berjaga-jagalah dan berdoa, manfaatnya; supaya kita mampu melewati puncak
pencobaan yang akan terjadi.
Matius 24:21
(24:21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang
dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai
sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
Ingat: Akan
terjadi siksaan yang dahsyat, yang belum terjadi dan tidak akan terjadi lagi. Kalau
kita mengabaikan hal ini, maka resiko akan ditanggung sendiri dan jangan pernah
persalahkan TUHAN. Jangan pernah ngomel sedikit pun kepada TUHAN, seperti orang
kaya yang berada di alam maut -- dia ngomel
dan bersungut-sungut, bahkan mengajari --.
Sekali lagi saya
sampaikan dengan tandas: Kalau ada yang terhilang dan binasa, TUHAN tidak bisa
dipersalahkan, sebab TUHAN sudah tolong kita dengan pengertian yang luar biasa.
Berjaga-jagalah sambil mengucap syukur, jangan ngomel.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang