IBADAH RAYA
MINGGU, 29 MEI 2022
KITAB WAHYU
PASAL 14
(Seri: 07)
Subtema:
DIASINGKAN UNTUK KEMULIAAN
TUHAN
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, yang telah menghimpunkan kita di
tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian zangkoor.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan
umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT
“BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet YouTube, Facebook, di mana pun anda
berada.
Mari
kita berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu
betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita, sehingga ibadah ini tidak menjadi
sia-sia, tidak menjadi percuma kita kerjakan di hari-hari terakhir ini.
Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU 14, dan kita awali dari ayat 1, dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya”
Wahyu
14:1
(14:1)
Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak
Domba berdiri di bukit Sion bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang.
Intinya:
Wahyu 14:1 ini jelas berbicara
tentang bukit Sion atau gunung Sion.
Mari
kita melihat tentang GUNUNG SION di dalam Yesaya
2, dengan perikop: “Sion sebagai
pusat kerajaan damai”
Yesaya
2:2-3
(2:2)
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri
tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit;
segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3)
dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke
gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang
jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan
keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Keadaan
dari gunung Sion, tempat rumah TUHAN di hari-hari terakhir ialah :
1.
Akan
berdiri tegak di hulu gunung-gunung, berarti; mengatasi gunug-gunung lain.
2.
Menjulang
tinggi di atas bukit-bukit = Mengatasi segala bukit-bukit.
Setelah
kita melihat keadaan gunung Sion menjelang kedatangan TUHAN, selanjutnya kita
akan lihat PERSAMAANNYA di dalam Mazmur 50.
Mazmur
50:2
(50:2)
Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.
Keadaan
dari gunung Sion menjelang kedatangan TUHAN disebut sebagai puncak keindahan
(semakin tinggi, semakin indah), di mana Allah tampil bersinar.
Sekarang kita
akan melihat; WUJUD DARI GUNUNG SION (PUNCAK KEINDAHAN).
Wahyu
14:2
(14:2)
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan
deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
... seperti
bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya; kalimat ini
berbicara tentang doa penyembahan.
Jadi,
wujud nyata dari gunung Sion (puncak keindahan) adalah doa penyembahan.
Sedangkan doa penyembahan adalah tingkat ibadah yang tertinggi, disebut juga dengan
puncak ibadah.
Matius
27:50
(27:50)
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Doa
penyembahan = Penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah,
berarti; tidak ada lagi kepentingan diri. Jadi, penyerahan diri sepenuh untuk
taat kepada kehendak Allah adalah ukuran dari sebuah penyembahan yang benar. Singkatnya:
Suatu penyembahan yang benar tidak diukur oleh pengertian manusiawi.
Matius
27:51
(27:51)
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan
terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
Menurut
Matius 27:51, ada 3 (tiga) hal yang
terjadi apabila tingkat ibadah sudah berada pada kedudukan yang tertinggi,
itulah doa penyembahan, yang pertama:
TABIR BAIT SUCI TERBELAH DUA DARI KE
ATAS SAMPAI KE BAWAH.
Artinya;
sudah mengalami perobekan daging. Sebab, tabir Bait Suci (tirai) à Daging.
Mari
kita memperhatikan Ibrani 10, dengan
perikop: “Ketekunan”
Ibrani
10:19-21
(10:19)
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian
dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20)
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita
melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah
Allah.
Tabir
yang terbelah dua dari atas sampai ke bawah à
Daging yang sudah robek, sehingga setelah terjadinya perobekan daging, maka
terbukalah jalan yang baru dan yang hidup bagi kita. TUHAN membuka jalan yang
baru bagi kita, itulah jalan yang hidup bagi kita.
Pendeknya: Sebagai Imam Besar Agung dan sebagai Kepala Rumah TUHAN, Yesus telah mengerjakan pekerjaan pendamaian di atas kayu salib, sehingga kita mempunyai keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus (Ruangan Maha Suci).
Menurut Matius 27:51, ada 3 (tiga) hal yang
terjadi apabila tingkat ibadah sudah berada pada kedudukan yang tertinggi,
itulah doa penyembahan, yang kedua: TERJADILAH GEMPA BUMI.
Mari
kita memperhatikan Wahyu 8, dengan perikop: “Meterai yang ketujuh”
Wahyu
8:1
(8:1)
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah
di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Sunyi senyaplah
di sorga,
itu berbicara tentang doa penyembahan; dalam ketenangan dan kedamaian yang
penuh kebahagiaan yang begitu mendalam, yang tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata, tetapi hanya bisa dirasakan oleh orang itu sendiri.
Wahyu
8:3-4
(8:3)
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah
dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan
untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di
atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4)
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus
itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Yesus
Kristus adalah Imam Besar Agung; Ia memimpin ibadah kita di bumi sampai kepada
puncaknya, itulah doa penyembahan. Hal itu bagaikan asap dupa kemenyan yang
naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
Wahyu
8:5
(8:5)
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah,
dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai
halilintar dan gempa bumi.
Suatu
kali nanti, di bumi akan terjadi lemparan api dari mezbah, maka meledaklah bunyi
guruh disertai dengan halilintar dan gempa bumi.
Singkat kata: Terjadi suatu goncangan dari keributan-keributan yang begitu dahsyat dalam segala bidang, yakni menggoncang ekonomi, menggoncang politik dalam sebuah pemerintahan, bahkan menggoncang nikah rumah tangga.
Dan
itu sudah terjadi; saat gempa bumi terjadi mulai dari tahun 2019 sampai dengan
tahun 2021, ekonomi digoncang, politik dalam pemerintahan digoncang, sampai
kepada nikah rumah tangga digoncang, di mana banyak nikah-nikah yang mendatangi
KUA untuk mengadakan perceraian secara massal, dan itu mereka lakukan secara
sadar.
Pendeknya: Bumi
mengalami kehancuran dan sekarang bumi sedang menuju kepada kehancuran itu,
bahkan sudah di ambang kehancuran, supaya menggenapi Firman Allah.
Dalam
Ibrani 12:26-28 dikatakan: Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi,
tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan
bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ungkapan
"Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang
dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak
tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,
marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang
berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
Jadi,
sudah sangat jelas; di bumi ini akan terjadi ledakan-ledakan, akan terjadi
goncangan-goncangan gempa bumi sampai nanti mengarah kepada kehancurannya. Dan
penghancuran demi penghancuran itu sudah sedang terjadi dan sudah di ambang
kehancuran, supaya Firman Allah tergenapi.
Dan
di dalam Wahyu 21:1-2 juga
dikatakan: Lalu aku melihat langit yang
baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah
berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Jadi, Rasul Yohanes melihat langit
yang pertama, bumi yang pertama akan berlalu, bahkan laut pun -- laut di sini bisa
diartikan dengan antikris -- tidak ada lagi.
Kemudian,
Rasul Yohanes melihat kota yang kudus,
Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan
pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Jadi,
ledakan-ledakan di bumi, goncangan-goncangan di bumi, gempa bumi akan terjadi,
supaya pada akhirnya bumi ini menjadi hancur, diganti dengan langit yang baru,
bumi yang baru. Jadi, langit yang pertama dan bumi yang pertama ini tidak akan
bertahan lama.
Inilah yang
terjadi, yang kedua, bilamana hidup ibadah kita sudah memuncak sampai kepada
doa penyembahan, yaitu gempa bumi, di mana bumi akan mengalami penghancuran.
Ayo, segeralah; biarlah kita betul-betul menjadi gunung Sion, di mana wujudnya
adalah doa penyembahan, penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak
Allah.
Singkat
kata:
-
Dalam
Wahyu 8:1, Sunyi senyaplah di sorga, berarti; ada doa penyembahan yang memberi
ketenangan dan kedamaian yang luar biasa.
-
Sedangkan
pada Wahyu 8:5, Di bumi ada ledakan,
kehancuran-kehancuran, disertai dengan keributan-keributan dan gempa bumi yang
begitu dahsyat menggoncang bumi ini.
Dengan
demikian, nampaklah dengan jelas 2 (dua) keadaan yang begitu kontras:
1.
Kerohanian
yang semakin meningkat (memuncak) akan mengalami suatu ketenangan dan kedamaian
yang sangat tinggi dan tiada taranya, di tengah-tengah goncangan-goncangan yang
terjadi menimpa dunia ini.
2.
Sedangkan
manusia duniawi -- yang hidup dengan kedagingan akan daging mentah -- akan
ditimpa oleh gempa bumi, goncangan-goncangan, keributan-keributan,
demonstrasi-demonstrasi yang terjadi dalam segala bidang, yang sekarang ini pun
goncangan itu sudah dapat kita rasakan. Yang melakukan demonstrasi bukan hanya
lagi mahasiswa-mahasiswa, tetapi pendeta pun sudah demonstrasi sekarang ini;
keributan-keributan terjadi di mana-mana, sebab dunia sudah berada di ambang
kehancuran.
Jadi,
kita semua tidak boleh berdiam diri, kita tidak boleh bermasa bodoh dengan
situasi ini; maka, ibadah kita harus memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Saya
sedang berjuang bagi diri saya sendiri, nikah saya dan buah nikah; saya juga
sedang berjuang sekarang ini untuk sidang jemaat yang TUHAN percayakan ini;
untuk membawa kehidupan rohani kita masing-masing sampai kepada puncak ibadah,
itulah doa penyembahan, karena suatu kali nanti di bumi akan terjadi pelemparan
api dari mezbah, sehingga di situ terjadi halilintar, terjadi keributan yang
dahsyat, terjadi gempa bumi yang dahsyat, ledakan-ledakan terjadi di mana-mana.
Tetapi
kalau ibadah kita sudah memuncak sampai doa penyembahan, maka kita akan
mengalami suatu ketenangan dan kedamaian di tengah-tengah goncangan-goncangan
yang terjadi ini. Jangan kita bermasa bodoh lagi.
Inilah
yang sedang saya usahakan di hari-hari terakhir ini; biarlah kita semua
cepat-cepat paham, ibadah ini harus cepat-cepat sampai kepada doa penyembahan, kerohanian
kita harus meningkat, tidak boleh berjalan di tempat, sebab TUHAN menuntut saya
atas jiwa-jiwa saudara.
Menjadi
seorang hamba TUHAN itu tidak enak sebetulnya, karena jiwa-jiwa yang binasa itu
dituntut nyawanya kepada si penjaga, sesuai dengan Yehezkiel 33:6. Jadi, saya dan saudara harus bekerja sama, harus
bergandengan tangan. Tanggung jawab seorang hamba TUHAN itu besar, tidak hanya
menerima persembahan saja, tidak hanya dilihat terpandang, menarik memakai
dasi.
Menurut Matius 27:51, ada 3 (tiga) hal yang
terjadi apabila tingkat ibadah sudah berada pada kedudukan yang tertinggi,
itulah doa penyembahan, yang kedua: BUKIT-BUKIT BATU TERBELAH.
Tiga
hal di dalam Matius 27:51 ini dapat
kita lihat persamaannya di dalam Wahyu
16.
Wahyu
16:17-19
(16:17)
Dan malaikat yang ketujuh menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari dalam Bait
Suci kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu, katanya: "Sudah
terlaksana." (16:18) Maka memancarlah
kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang
dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu
hebatnya gempa bumi itu. (16:19)
Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah
kota-kota bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan
Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur
kegeraman murka-Nya.
Wahyu 16:17 berbicara
tentang penghukuman dari cawan murka Allah yang ketujuh. Namun pada ayat 17 ini ada disinggung tentang “Bait
Suci”, sedangkan dalam Matius 27:51
juga ada disinggung tentang “tabir Bait Suci” terbelah dua dari atas sampai ke
bawah.
Kemudian,
pada Wahyu 16:18 dikatakan: Memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh
dan terjadi gempa bumi yang dahsyat, berarti; suatu goncangan yang dahsyat
terjadi di bumi; hal yang belum pernah terjadi sebelum dunia dijadikan, jelas
hal ini terjadi pada saat antikris menjadi raja atas seluruh bumi.
Adapun
korban dari ledakan-ledakan di bumi, korban dari gempa bumi adalah manusia
duniawi yang kerohaniannya belum sampai kepada doa penyembahan.
Saya
melihat, sekarang ini waktu sudah berjalan begitu cepatnya. Perdana Menteri
Tony Blair sudah membuat suatu rancangan-rancangan yang luar biasa, sehingga
dengan mudah nanti manusia dijangkau, bukan hanya hidupnya, tetapi pikirannya
juga nanti akan terjangkau dengan mudah, dengan adanya suatu sistem yang begitu
canggih, sehingga orang-orang tidak repot lagi dalam mengerjakan segala
pekerjaannya di segala bidang, termasuk untuk melewati jalan tol pun sudah
tidak lagi menggunakan e-toll, tetapi
tinggal menggunakan sinyal-sinyal di udara. Segala sesuatunya sudah semakin
dipercepat.
Hal
ini menunjukkan bahwa bumi akan mengalami ledakan-ledakan, karena di bumi ada
pelemparan api dari mezbah sebagai penghukuman. Jadi, ledakan itu terjadi atas
seizin TUHAN.
Saya
ini tidak sedang menakut-nakuti, tetapi saya sedang menyampaikan apa yang baik
dari sorga, dari TUHAN. Kalau kita tanggap akan hal ini dan mau hidup di
dalamnya, puji TUHAN, tetapi kalau
tidak; saya pun tidak bisa memaksa saudara.
Selanjutnya
pada Wahyu 16:19, Babel, kota besar
terbelah menjadi tiga bagian:
-
Satu
bagian untuk si ular tua naga merah padam besar.
-
Satu
bagian untuk kota dari antikris.
-
Satu
bagian untuk kota nabi-nabi palsu.
Jadi, kalau
ibadah sudah sampai kepada tingkat ibadah yang tertinggi, ibadah kita sudah
sampai kepada puncaknya (doa penyembahan), maka yang terjadi adalah terbelahlah kota besar itu menjadi tiga
bagian, berarti; sudah tiba waktunya untuk menghancurkan kota Setan Tri
Tunggal.
Itulah
bukit-bukit batu terbelah, artinya;
bukit-bukit kefasikan di dalam hati, kesombongan, kekerasan di hati sudah
terbelah, termasuk terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian.
Itu
sebabnya TUHAN berkata di dalam:
-
Injil Matius
12:25,
Setiap kerajaan yang terpecah-pecah
pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah
tidak dapat bertahan.
-
Injil Markus 3:24-25, Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah,
kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah,
rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
-
Injil Lukas 11:17, Setiap
kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah
tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.
Betapa
pentingnya ibadah ini sampai akhirnya nanti memuncak kepada doa penyembahan. Mungkin
dahulu kita berpikir: “datang ibadah,
duduk, selesai, lalu pulang”, tidak seperti itu, tetapi harus memuncak,
supaya kita mendapat pertolongan dari TUHAN.
Wahyu 16:20
(16:20) Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak
ditemukan lagi gunung-gunung.
Semua
pulau hilang lenyap,
semua daratan hilang lenyap, ajaran nabi palsu tidak akan ada lagi, termasuk gunung-gunung tidak ditemukan lagi,
kecuali gunung Sion tegak berdiri di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di
atas bukit-bukit; inilah puncak keindahan itu.
Wahyu 16:21
(16:21) Dan hujan es besar, seberat seratus pon,
jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah
karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.
Hujan es menimpa seberat 100 pon (50 kg) jatuh dari langit menimpa manusia sampai manusia hancur (gepeng); tetapi manusia justru menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.
Inilah yang
terjadi bilamana ibadah kita sudah berada kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan.
Jangan sampai rohani kita tidak berada pada puncaknya, sebab akan mengalami
kerugian sendiri nantinya.
Sekarang,
kita akan melihat; ARAH DARI DOA PENYEMBAHAN.
Wahyu
14:2-3
(14:2)
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan
deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan
takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun
yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh
empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
144.000
(seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut menyanyikan suatu nyanyian baru
dan tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari bumi. Nyanyian
baru à Logat ganjil
atau bahasa Roh.
Mazmur
33:3
(33:3)
Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!
Arah
dari doa penyembahan adalah nyanyian baru yang keluar dari mulut, yang tidak
dapat dipelajari oleh siapapun, itulah logat ganjil, bahasa Roh, bahasa lidah.
1
Korintus 14:2
(14:2) Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada
manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti
bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
Nyanyian
baru adalah bahasa Roh, sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengerti
bahasanya; oleh Roh itu, ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Itulah nyanyian
baru, bahasa Roh, bahasa lidah yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
Jika
seseorang berbahasa lidah, ia bukan berkata-kata kepada manusia. Tetapi
sayangnya, banyak sekali hamba TUHAN mengajarkan bahasa lidah untuk
berkata-kata kepada manusia.
Bahasa
roh, bahasa lidah adalah nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun
kecuali orang yang melangsungkan hubungan itu dengan TUHAN, sebab oleh Roh, ia
mengucapkan hal-hal yang rahasia.
1
Korintus 14:4
(14:4) Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri,
tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.
Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa Roh, maka ia membangun dirinya sendiri. Jadi, nyanyian
baru yang tidak dapat dipelajari oleh orang lain sedang membangun hubungan
intim dengan TUHAN; inilah arah dari doa penyembahan.
Sekali lagi saya sampaikan: Bahasa Roh atau nyanyian baru adalah tanda bahwa ia sedang membangun dirinya dengan TUHAN, dengan lain kata; ada suatu persekutuan yang indah dengan TUHAN, disebutlah itu hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci.
Hubungan
kita dengan TUHAN bukanlah hubungan yang hanya sebatas domba dengan gembala, tetapi
hubungan kita dengan TUHAN merupakan hubungan intim, hubungan dalam nikah yang
suci. Jika hubungan itu semakin intim, ada suatu persekutuan yang indah, maka
di situ ada nyanyian baru yang tidak bisa dipelajari oleh siapapun. Di dalam
nikah yang intim, di situ ada bahasa-bahasa yang tidak dapat dipelajari oleh
orang lain, sebab oleh Roh, ia menyampaikan hal-hal yang rahasia.
Sejenak
kita memperhatikan Roma 8.
Roma
8:25-27
(8:25)
Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya
dengan tekun. (8:26) Demikian
juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu,
bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita
kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (8:27) Dan Allah yang menyelidiki hati
nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan
kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
Ketika
ada nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun, ia sedang membangun
hubungan intim dengan TUHAN. Hubungan dalam nikah yang suci tidak dapat
dipelajari oleh siapapun.
Jadi,
ketika hubungan intim itu sedang berlangsung, tidak ada seorangpun yang dapat
mengerti selain mereka yang sedang membangun hubungannya dengan TUHAN. Inilah
yang disebut nikah suci.
Singkat kata: Arah
dari doa penyembahan jelas membangun hubungan intim dengan TUHAN; itulah nikah
suci yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
Kita akan
membaca Kejadian 15, untuk melihat
suatu kisah sebagai nubuatan.
Kejadian
15:10-11
(15:10)
Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya
bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu
tidak dipotong dua. (15:11) Ketika
burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram
mengusirnya.
Abram
mempersembahkan korban sesuai dengan perintah TUHAN. Kemudian pada saat korban
itu dipersembahkan, burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang
itu, maka Abram mengusirnya. Burung-burung buas, itulah kenajisan percabulan,
itulah Babel antikris.
Kejadian
15:12
(15:12)
Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak.
Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.
Kita
perhatikan kalimat: Menjelang matahari
terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak.
Tidur
nyenyak à Pengalaman
Yesus di dalam tanda kematia-Nya.
Inilah
yang seharusnya menjadi pengalaman kita di hari-hari terakhir ini menjelang
datangnya hari TUHAN; sudah seharusnya kita mengalami tidur nyenyak. Sebab
sebelum TUHAN datang kembali, akan terjadi suatu persitiwa, yaitu turunlah meliputinya gelap gulita yang
mengerikan = Gelap gulita yang mengerikan akan meliputi seluruh bumi ini.
Kisah ini adalah suatu nubuatan yang akan terjadi (tergenapi), di mana antikris akan berkuasa di bumi ini. Jadi, puncak kegelapan adalah masa kesesakan (masa kesukaran) pada saat antikris menjadi raja dan berkuasa atas bumi ini; untuk mengantisipasi hal ini, maka sudah sebaiknya kita tidur nyenyak.
Itu sebabnya
TUHAN memerintahkan Abram untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Dan kita
juga diajar untuk membawa korban persembahan kepada TUHAN sampai betul-betul
kita tidur nyenyak.
Kejadian
15:13
(15:13)
Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa
keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan
mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat
ratus tahun lamanya.
Bangsa
Israel dianiaya (diperbudak) selama 400 (empat ratus) tahun lamanya di Mesir; maka,
sepertinya keturunan Abram, itulah bangsa Israel diasingkan oleh TUHAN.
400 (empat ratus) tahun x 360 (tiga ratus enam puluh) hari = 144.000 (seratus empat puluh empat ribu).
Inilah
jumlah orang yang disingkirkan, inilah jumlah orang yang diasingkan dari bumi
ini untuk TUHAN, bagaikan orang-orang yang menyanyikan nyanyian baru yang tidak
dapat dipelajari oleh siapapun.
Diasingkan,
disingkirkan dari bumi ini untuk TUHAN; itulah 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang, itulah gunung Sion, di mana wujudnya adalah doa penyembahan.
Sementara doa penyembahan arahnya adalah untuk membawa hubungan intim dengan
TUHAN.
Jumlah
mereka adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang; inilah yang
diasingkan, inilah yang disingkirkan dari bumi dan dosa; untuk TUHAN mereka
disingkirkan, untuk TUHAN mereka diasingkan. Jadi, apa yang dikatakan oleh
TUHAN kepada Abram adalah suatu nubuatan yang sudah nampak di dalam Wahyu 14:1-3.
Demikianlah keadaan
seseorang bila membangun hubungannya dengan intim bagi TUHAN, maka akan
disingkirkan dan diasingkan dari perbudakan dunia untuk TUHAN.
Kalau memang
orang dunia bisa berhasil dengan keberhasilan mereka, tidak usah kecut hati,
karena TUHAN asingkan kita untuk Dia; itu jauh lebih penting dari pada
seseorang memperoleh seisi dunia tetapi dia harus kehilangan nyawanya, sesuai
dengan Injil Matius 16.
Mari
kita melihat kehidupan yang diasingkan (disingkirkan) untuk TUHAN di dalam Kisah Para Rasul 26, dengan perikop: “Paulus menceritakan pertobatan dan
panggilannya” Hal ini dia lakukan di hadapan raja Agripa.
Kisah
Para Rasul 26:13
(26:13)
tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan
itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari
langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
Cahaya
kemuliaan Allah meliputi Saulus dan teman seperjalanannya; hal ini disampaikan
kepada raja Agripa. Cahaya kemuliaan TUHAN telah meliputi kita, sehingga
betul-betul panggilan dan pilihan itu nyata di hadapan TUHAN.
Kisah
Para Rasul 26:14
(26:14)
Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan
kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?
Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.
Dalam
panggilan itu, TUHAN berkata dalam bahasa Ibrani kepada Saulus: “Saulus,
Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah
rangsang.”
Artinya;
semakin dia mencobai TUHAN, menganiaya anak-anak TUHAN, maka dia akan semakin
menderita.
Janganlah
kita bertahan dengan kebodohan. Semakin kita tinggalkan TUHAN, maka kita akan
semakin menderita; semakin kita melawan TUHAN, maka akan semakin banyak penderitaan;
semakin tidak mau bertobat, tidak mau menghargai panggilan TUHAN, maka akan
semakin banyak menderita.
Kisah
Para Rasul 26:15-16
(26:15)
Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang
kauaniaya itu. (26:16) Tetapi
sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk
menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala
sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan
Kuperlihatkan kepadamu nanti.
TUHAN
menampakkan dirinya kepada Saulus;
- untuk menetapkan
Paulus menjadi pelayan,
- untuk menetapkan
Paulus menjadi saksi tentang segala sesuatu yang telah ia lihat dari TUHAN dan
tentang apa yang akan TUHAN perlihatkan kepadanya nanti.
Singkat kata:
TUHAN menetapkan Paulus menjadi pelayan dan saksi TUHAN.
Inilah
pertobatan dan panggilan yang diceritakan kepada raja Agripa.
Kisah Para Rasul 26:17
(26:17) Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini
dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka,
Rasul Paulus
diasingkan untuk TUHAN, sebab TUHAN tetapkan ia menjadi pelayan, TUHAN tetapkan
ia menjadi saksi, baik bagi orang Yahudi maupun bagi bangsa kafir (non-Yahudi).
Inilah gunung
Sion sebagai puncak keindahan, di mana wujudnya adalah doa penyembahan, yang
arahnya kepada hubungan intim. Jika kita membangun hubungan dengan TUHAN,
disebutlah itu hubungan intim, hubungan dalam nikah suci untuk diasingkan bagi
TUHAN. Demikian juga Rasul Paulus diasingkan untuk TUHAN, sebab ia ditetapkan sebagai
pelayan dan saksi, baik terhadap yang dia lihat pada saat dia terpanggil dan
apa yang akan diperlihatkan oleh TUHAN kepadanya; itu semua akan disaksikan
kepada orang Yahudi dan kepada bangsa kafir.
Sekarang, kita
akan melihat 2 Korintus 12, dengan
perikop: “Paulus menerima penglihatan dan
penyataan”
2
Korintus 12:1-4
(12:1)
Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun
demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan
yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku
tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam
tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang
orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah
yang mengetahuinya -- (12:4) ia
tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan,
yang tidak boleh diucapkan manusia.
Ketika
Rasul Paulus diasingkan, disingkirkan dari bumi untuk TUHAN, pada saat itulah
ia mendengarkan kata-kata yang tidak terkatakan yang tidak boleh diucapkan oleh
manusia
Jadi, TUHAN membawa kita sampai kepada puncak ibadah, menjadi gunung Sion, wujudnya doa penyembahan, arahnya adalah untuk membangun hubungan kita dengan TUHAN, disebutlah itu hubungan intim, hubungan dalam nikah suci, sebab bila hubungan itu intim dalam nikah yang suci, maka orang tidak akan tahu apa yang terjadi di dalam nikah itu. Demikian juga ketika Rasul Paulus diasingkan oleh TUHAN, dia mendengarkan kata-kata yang tak terkatakan yang tidak bisa dikatakan oleh manusia, itulah nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun, kecuali mereka yang membangun hubungan intim dengan TUHAN.
Betapa
indahnya kehidupan ini kalau betul-betul ibadah kita sudah sampai kepada puncak
keindahan, itulah gunung Sion.
Kita
akan memperhatikan Ibrani 9, dengan
perikop: “Tempat kudus di bumi dan di
sorga”, Tabernakel bumi dan Tabernakel sorgawi.
Ibrani
9:1-2
(9:1)
Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah
dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling
depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian.
Bagian ini disebut tempat yang kudus.
Kalau
ibadah tidak sampai kepada doa penyembahan, berarti sama dengan; ibadahnya hanya
…
-
penuh
dengan Firman = Meja Roti Sajian = Ibadah Pendalaman Alkitab,
-
dan
penuh dengan Roh = Pelita Emas = Ibadah Raya Minggu.
Itu
adalah ibadah di bumi; masih tertinggal.
Ibrani
9:3-4
(9:3)
Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat
yang maha kudus. (9:4) Di situ
terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian,
yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan
buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh
batu yang bertuliskan perjanjian,
Ketika
Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga, disebut Firdaus, atau diasingkan
(disingkirkan) untuk TUHAN, pada Ruangan Maha Suci terdapat:
1.
Mezbah
pembakaran ukupan dari emas, itulah doa penyembahan.
2.
Tabut
perjanjian.
Tabut
Perjanjian terdiri dari 2 (dua) bagian:
1.
Tabut
atau peti à Gereja TUHAN
yang sempurna, itulah sidang mempelai wanita TUHAN, yang kualitas rohaninya
sudah sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga. Memang peti dari tabut
perjanjian itu terbuat dari kayu penaga, gambaran dari daging dan keinginannya,
namun sudah dilapisi dengan emas bagian dalam dan luarnya, sehingga tidak lagi
terlihat daging dan keingannya.
2.
Tutup
pendamaian dengan dua kerub yang ada di atasnya à Allah Trinitas, yakni TUHAN
Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria Sorga.
Sedangkan arti rohani tabut perjanjian:
1.
Takhta
Allah à Ibadah dan
pelayanan
2.
Hubungan
nikah atau hubungan intim antara Kristus Mempelai Pria Sorga dengan sidang
jemaat sebagai mempelai wanita TUHAN berdasarkan kasih.
Sekarang,
kita perhatikan Keluaran 25, dengan perikop:
“Mengenai Tabut Perjanjian”
Keluaran
25:10-11
(25:10)
"Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta
panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. (25:11) Haruslah engkau menyalutnya
dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di
atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.
Di
atas tabut itu harus dibuat bingkai emas sekelilingnya atau mahkota emas sekelilingnya,
itu menunjuk; hubungan intim atau persekutuan yang suci dengan Kristus Mempelai
Pria Sorga, yang datangnya dari mempelai wanita TUHAN.
Inilah gunung
Sion, wujudnya doa penyembahan, arahnya hubungan intim; diasingkan dan
disingkirkan untuk TUHAN.
DAMPAK
POSITIF HUBUNGAN INTIM (disingkirkan, diasingkan untuk TUHAN).
Mazmur
40:4
(40:4)
Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang
akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.
Lewat
nyanyian baru (hubungan intim, hubungan dalam nikah suci antara tubuh dengan
Kepala), di sini dikatakan: “Banyak orang
melihatnya dan menjadi takut akan TUHAN.”
Kalau
kita membangun hubungan intim dengan TUHAN dalam hubungan nikah yang suci, maka
banyak orang menjadi takut akan TUHAN. Kita disingkirkan diasingkan untuk TUHAN
supaya orang lain juga takut akan TUHAN.
Kemudian,
selain takut akan TUHAN, juga percaya kepada TUHAN, berarti; tidak percaya
kepada tuhan-tuhan kecil di bumi, tidak percaya kepada berhala-berhala.
Berhala,
artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN.
-
Kalau
meninggalkan ibadah karena pekerjaan, itu berhala.
-
Kalau
meninggalkan ibadah karena pendidikan, itu juga berhala.
-
Kalau
meninggalkan ibadah karena kesibukan, itu juga berhala.
Tetapi
lihatlah di sini: Karena ada orang yang diasingkan untuk TUHAN, maka orang yang
melihat …
1.
Dihinggapi
roh takut TUHAN.
2.
Dihinggapi
dengan mempercayakan dirinya hanya kepada TUHAN, tidak kepada berhala-berhala.
Itulah
pentingnya hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, diasingkan untuk
TUHAN, supaya menjadi kesaksian, menjadi contoh teladan yang dapat diteladani
dari hidupnya, baik perkataannya, baik perbuatannya, sikap, solah tingkah, gerak-gerik
sekecil apapun, lahir batin dapat dicontoh.
Kalau
tidak ada contoh, itulah yang menyebabkan banyak orang rusak di luaran sana.
Jadi, jangan pakai logika dalam mengikuti TUHAN.
Mengapa
orang lain menjadi rusak? Ya mungkin
karena kita tidak bisa menjadi contoh, tidak mau diasingkan untuk TUHAN. Coba
kalau betul-betul lahir batin kita diasingkan untuk TUHAN, pasti orang lain
tertolong.
Mulai
sekarang belajarlah; jangan kerjakan yang negatif yang merugikan diri sendiri,
tetapi izinkanlah rencana TUHAN ada di dalam diri kita masing-masing.
Diasingkan disingkirkan untuk kemuliaan TUHAN saja; dewasalah mulai dari
sekarang.
Di
antara kita banyak yang mundur, kenapa?
Karena belum ada yang mau diasingkan untuk TUHAN. Kalau kita mau diasingkan
untuk TUHAN, maka pasti tidak akan ada yang mundur; saya terlalu yakin
mengatakan itu. Karena justru yang mundur itu adalah yang keras hati, merasa
benar sendiri, kejahatan, kenajisan, dunia dan lain sebagainya; tetapi
sekalipun itu ada, kalau ada di antara kita yang diasingkan dan disingkirkan
untuk TUHAN, maka hal-hal itu tidak akan memisahkan dia dari TUHAN, kecuali dia
hanya menjadi suatu kehidupan yang takut akan TUHAN dan yang selalu
mempercayakan dirinya hanya kepada TUHAN, tidak kepada berhala.
Itulah
pentingnya diasingkan untuk TUHAN; itulah 144.000 (seratus empat puluh empat
ribu) orang.
Seringkali
ketika kita melihat orang lain mundur dari pelayanan, kita lantas gemas, tetapi apakah kita mau diasingkan
untuk TUHAN? Kita gemas melihat orang
yang ogah-ogahan beribadah, bermasa bodoh dalam menjalankan ibadah, bahkan
tidak sedikit kita akan marah-marah; tetapi maukah kita intropeksi menjadi
orang yang seharusnya diasingkan untuk kemuliaan TUHAN?
Tidak
ada artinya kita marah-marah, gemas kepada orang lain kalau kita tidak mau
diasingkan untuk kemuliaan TUHAN, baik lahir maupun batin. Bijaksanalah mulai
dari sekarang; dewasalah.
Kisah
Para Rasul 26:16-18
(26:16)
Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk
menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah
kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. (26:17) Aku akan mengasingkan engkau
dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau
kepada mereka, (26:18) untuk membuka
mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa
Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh
pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan.
Oleh
kesaksian dari pada orang yang diasingkan untuk kemuliaan TUHAN, maka berkuasa
untuk membuka mata orang lain = mencelikkan mata rohani, wujudnya:
1.
Mereka
berbalik dari kegelapan kepada terang.
2.
Mereka
berbalik dari Setan kepada Allah.
Ini
adalah tanggung jawab kita masing-masing; menjadi suatu kehidupan yang
diasingkan bagi kemuliaan TUHAN harus nyata dalam kehidupan kita untuk mecelikkan
mata orang lain. Kalau mata orang lain sudah tercelik, maka;
-
kegelapan
akan mereka tinggalkan dan berbalik kepada terang,
-
juga
Setan dan kuasanya akan ditinggalkan untuk berada di dalam Allah.
Itulah
kuasa dari pada suatu kehidupan yang diasingkan (disingkirkan) untuk kemuliaan
TUHAN supaya mata orang lain tercelik.
Biarlah
dengan kesaksian kita, mata orang lain tercelik, mata orang lain terbuka. TUHAN
menaruh belas kasihan kepada kita semua; demikian juga hendaknya kita menaruh
belas kasihan kepada orang lain, tetapi bukan dengan roh jahat dan roh najis, melainkan
dengan caranya TUHAN.
Kisah
Para Rasul 26:19
(26:19)
Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak
pernah aku tidak taat.
Rasul
Paulus taat kepada 2 (dua) perkara:
1.
Taat
untuk hidup dalam doa penyembahan.
2.
Taat
untuk membangun hubungan intim dengan TUHAN.
Biarlah
kita taat dalam doa penyembahan, juga taat membangun hubungan intim dengan
TUHAN.
Kisah Para Rasul 26:20
(26:20)
Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di
Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa
mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.
Biarlah
kita melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, sebab itu adalah pekerjaan
yang sesuai dengan pertobatan.
Kita
bersyukur kepada TUHAN, karena malam ini TUHAN sudah memberi suatu pengertian
kepada kita tentang gunung Sion, di mana jumlah mereka adalah 144.000 (seratus
empat puluh empat ribu) orang, yang tegak berdiri di hulu gunung-gunung,
menjulang tinggi mengatasi bukit-bukit, itulah yang disebut dengan puncak
keindahan, di mana Allah tampil bersinar.
Kehidupan yang
diasingkan (disingkirkan) untuk kemuliaan TUHAN, maka sama seperti puncak
keindahan, dari sanalah Allah tampil bersinar, sehingga ketika orang sudah
dicelikkan, maka dia akan tinggalkan kegelapan dan beralih kepada terang, dia
tinggalkan Setan dan beralih kepada TUHAN.
Inilah yang
harus kita kerjakan di hari-hari terakhir ini; taatlah dalam doa penyembahan,
taatlah dengan hubungan intim. Taatilah itu, jangan taati suara-suara asing
yang merusak hubungan intim dengan TUHAN. TUHAN menaruh belas kasih kepada saya
dan saudara, maka kita juga harus menaruh belas kasih kepada sesama, satu
dengan yang lain.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment