IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 18 OKTOBER 2022
KITAB KOLOSE
PASAL 4
(Seri: 4)
Subtema: BERTEKUN DALAM DOA
Selamat malam
bagi kita semua; salam sejahtera, bahagia di dalam kita menikmati Sabda Allah.
Saya tidak lupa
menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, para simpatisan, umat
ketebusan TUHAN, yang senantiasa tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook, di mana pun anda berada. Doa saya; saudara di sana bahagia sejahtera
dalam urapan yang penuh dengan hati yang terbuka untuk menikmati kemurahan
TUHAN lewat Firman Allah yang sebentar kita akan terima.
Kita sambut
Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Dan kita akan memasuki ayat yang baru, yaitu
Kolose 4:2.
Kita berdoa,
kita memohon kemurahan TUHAN, supaya Firman itu dibukakan dan selanjutnya
meneguhkan setiap kehidupan kita, membawa hidup kita rendah di kaki salib.
Kolose 4:2
(4:2) Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu
berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.
Bertekunlah
dalam doa, dan perkara itu harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Terkait dengan
hal ini, kita langsung hubungkan Roma 12.
Roma 12:12
(12:12) Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam
kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Di sini juga
dikatakan: Bertekunlah dalam doa.
Kemudian, bagian
dari "bertekun dalam doa", ada 2 hal:
- Yang Pertama:
Bersukacitalah dalam pengharapan.
- Yang Kedua:
Sabar dalam kesesakan.
Sekarang, kita
akan melihat penjelasan tentang:
YANG PERTAMA: BERSUKACITALAH DALAM PENGHARAPAN
Tentang
“bersukacita”, mari kita perhatikan Filipi
4, dengan perikop: “Nasihat-nasihat
terakhir”
Filipi 4:4
(4:4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!
Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
Kepada
orang-orang yang melayani TUHAN, Rasul Paulus dengan tegas berkata: “Bersukacitalah dalam TUHAN!”
Kepada orang-orang
yang melayani TUHAN, anak-anak TUHAN, kepada seluruh sidang jemaat, dengan
tandas saya berkata: “Bersukacitalah senantiasa
dalam TUHAN!”
Saya tidak
pungkiri, begitu banyak pergumulan yang harus kita hadapi, tetapi di dalam
TUHAN tetaplah bersukacita senantiasa.
Mengapa harus
bersukacita di dalam TUHAN? Sebab TUHAN adalah pengharapan kita, bukan yang
lain-lain.
Berbeda dengan
orang dunia yang bersukacita bilamana dia punya uang; tetapi ketika tidak ada
uang, semua salah, dunia salah, TUHAN salah. Itulah perbedaannya.
Bersukacitalah
dalam TUHAN, jangan dalam uang, dalam pekerjaan, dalam kekayaan dan kemewahan,
jangan; tetapi kita harus bersukacita di dalam TUHAN, karena TUHANlah yang
menjadi pokok pengharapan kita, tidak kepada yang lain, tidak kepada kedudukan,
jabatan, bisnis, apalagi pekerjaan.
1 Timotius 6:17
(6:17) Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini
agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu
seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan
kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
Jangan berharap
pada sesuatu yang tak tentu, tetapi tetaplah berharap kepada TUHAN,
bersukacitalah di dalam TUHAN.
Jangan berharap
kepada sesuatu yang tidak memberi kepastian, misalnya; harta dan kekayaan. Akan
tetapi, kita berharap hanya kepada Allah saja, yang dalam kekayaan-Nya akan
memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati bersama dengan TUHAN, karena
TUHANlah yang menjadi pokok pengharapan kita, bukan yang lain-lain.
1 Timotius
6:18-19
(6:18) Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik,
menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi
Orang yang
menaruh pengharapannya kepada TUHAN, tandanya:
- Senantiasa
berbuat baik
- Kaya dalam kebajikan
= murah hati dan jangan kikir dalam hal membagi tenaga, pikiran, dan waktu.
- Suka memberi dan
suka membagi.
Kalau 3 (tiga)
hal ini ada, berarti TUHANlah yang menjadi pokok pengaharapan kita, dengan
demikian; kita sedang mengumpulkan harta di sorga (hidup kekal), dengan lain
kata; telah mencapai hidup yang sebenarnya.
Inilah yang
menjadi pengharapan kita. Uang tidak menjamin keselamatan; jadi, untuk apa kita
mengharapkan uang.
Bersukacitalah
dalam pengharapan, berarti; bersukacita di dalam TUHAN, karena TUHANlah
pengharapan kita, bukan berharap kepada sesuatu yang tidak memberi kepastian --
seperti harta kekayaan --, tetapi kumpulkanlah harta di sorga, dengan cara;
senantiasa berbuat baik, kaya dalam kebajikan, suka memberi dan suka membagi.
Kita perhatikan
1 Petrus 1, dengan perikop: “Pengharapan, iman dan kasih”
1 Petrus 1:3-4
(1:3) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus,
yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan
Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh
pengharapan, (1:4) untuk
menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar
dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.
Oleh karena
kemurahan TUHAN, kita semua telah dilahirkan kembali oleh kuasa kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus; itu adalah kemurahan, ini adalah rahmat TUHAN.
Kemudian,
kehidupan yang telah dilahirkan kembali akan dibawa kepada suatu kehidupan yang
penuh pengharapan, supaya kematian dan kebangkitan Yesus tidak menjadi sia-sia.
Apa itu suatu kehidupan yang penuh pengharapan?
Yakni suatu bagian:
- yang tidak dapat
binasa,
- yang tidak dapat
cemar dengan segala kecemaran dunia,
- yang tidak dapat
layu.
Semuanya itu
tersimpan dengan rapi di sorga, di dalam kerajaan kekal bagi kita.
1 Petrus 1:6
(1:6) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun
sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai
pencobaan.
Bergembiralah /
bersukacitalah akan hal itu, yaitu atas pengharapan -- yang tidak dapat binasa,
tidak dapat cemar, tidak dapat layu -- sekalipun sekarang ini kita harus
berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
Sekalipun harus
menanggung banyak penderitaan tetaplah bersukacita, mengapa? Karena ada pengharapan. Inilah cara merawat dan menjaga
“bertekun dalam doa”.
Memang berdoa
itu benar, tetapi harus ada action,
harus ada tindakan, yaitu dengan bersukacitalah di dalam TUHAN, karena TUHANlah
pengharapan bagi kita.
2 Korintus 4:16
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia
lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui
dari sehari ke sehari.
Dengan tandas
Rasul Paulus berkata: Meskipun manusia lahiriah kita semakin merosot, namun
manusia batiniah kita dibaharui dari sehari ke sehari.
Meskipun raga
ini habis, lahiriah ini merosot, tetapi itu tidak jadi soal, asal manusia
dalam, manusia rohani, manusia batiniah kita dibaharui dari sehari ke sehari,
jangan semakin merosot.
2 Korintus 4:17-18
(4:17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini,
mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh
lebih besar dari pada penderitaan kami. (4:18)
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,
karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan
adalah kekal.
Inti dari 2 Korintus 4:17-18 adalah rela
menderita demi kemuliaan kekal = menderita dalam pengharapan.
Lagipula,
penderitaan kita sekarang ini hanyalah seketika saja, demi kemuliaan yang jauh
lebih besar dari yang kita alami.
Inilah cara
merawat supaya kita tetap bertekun dalam doa yang pertama, yaitu bersukacita
dalam pengharapan.
Sekarang kita akan
melihat;
YANG KEDUA: SABARLAH DALAM KESESAKAN
Banyak hal yang
menyesakkan hati ini, banyak hal yang menyesakkan hidup ini; itu tidak bisa
dipungkiri. Sesuai 2 Korintus 5:1-4,
Selama kita mendiami kemah tubuh ini, kita tidak luput dari banyaknya penderitaan
dan persoalan yang kita alami; itu sebabnya, Rasul Paulus ingin beralih kepada
kemah, itulah Kerajaan Sorga.
Banyak hal yang
menyesakkan kehidupan kita, namun sekalipun demikian, bersabar saja, sebab itu
hanya sesaat lamanya. Sabar, berarti; jangan buru-buru tinggalkan TUHAN.
Jangan buru-buru
lari dari kenyataan karena ada resiko yang harus dihadapi. Imam-imam jangan
lekas-lekas turun dari pelayanan. Sabar dalam kesesakan. Kalau kita tidak
bersabar dalam kesesakan, nanti resikonya besar sekali, karena setiap tindakan
ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh setiap orang.
Amsal 24:10
(24:10) Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah
kekuatanmu.
Orang yang mudah
menyerah ketika menghadapi persoalan, atau lari dari kenyataan, menunjukkan
bahwa kecillah kekuatannya, kekuatannya tidak seberapa.
Singkatnya:
Tawar hati pada masa kesesakan = Lari dari kenyataan hidup, menunjukkan bahwa;
kecillah kekuatannya, berarti; hatinya juga kecil kepada TUHAN, penyerahannya juga
kecil kepada TUHAN, pikirannya kecil karena pikirannya tidak ada kepada TUHAN.
Coba kalau
penyerahannya besar; kalau dia sadar bahwa dia butuh TUHAN, dia akan angkat
tangan, dia akan menyerah kepada TUHAN. Saat seseorang menyadari diri lemah tak
berdaya, dia akan angkat tangan. Ketika kita angkat tangan tanda penyerahan
diri kepada TUHAN, maka TUHAN akan turun tangan.
Tetapi kalau
kita tidak mau angkat tangan, mak TUHAN tidak turun tangan.
Oleh sebab itu,
dari awal saya sudah katakan: Sabar saja
dalam menghadapi masa kesesakan ini, sekalipun persoalan menyesakkan hidup.
Jangan coba-coba lari dari kenyataan, tetapi hadapi saja, sabar saja dalam
kesesakan; kalau kita lari, maka resikonya sangat berat sekali.
Matius 7:13-14
(7:13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu,
karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan
banyak orang yang masuk melaluinya; (7:14)
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan,
dan sedikit orang yang mendapatinya."
Kesesakan yang
kita alami sekarang ini, sesungguhnya itu adalah pintu untuk menuju kehidupan
yang kekal, yakni Kerajaan Sorga. Sabarlah dalam masa kesesakan, karena itu
adalah pintu menuju kepada Kerajaan Sorga.
Tetapi anehnya,
terlalu sedikit orang yang melalui pintu menuju Kerajaan Sorga.
Jadi, jalan
sempit maupun pintu sesak → Salib Kristus (salib di Golgota).
Kegunaan salib
Kristus: Membatasi manusia dari perbuatan daging, membatasi manusia sehingga
tidak leluasa dalam segala perbuatan-perbuatan daging, tidak leluasa menuruti
hawa nafsu dan keinginan dagingnya. Dan itu adalah pintu menuju Kerajaan Sorga,
tidak ada cara lain, hanya melalui satu pintu itu saja.
Yesus berkata: “Akulah pintu”, tidak ada pintu lain.
Kalau ada orang mengatakan bahwa dia adalah pintu sorga, itu adalah pintu
palsu.
Kitab Wahyu terdiri
dari 22 (dua puluh dua) pasal, namun terdiri dari 2 (dua) bagian:
- Bagian Pertama: Wahyu
1 sampai Wahyu 12. Wahyu 1 adalah pintu Kerajaan Sorga.
- Bagian Kedua: Wahyu
13 sampai Wahyu 22. Wahyu 13 adalah pintu menuju jurang maut.
Wahyu 13 adalah
tampilnya antikris dan nabi palsu, itu adalah pintu gerbang menuju kerajaan
maut. Antikris dan nabi palsu tidak sudi dengan sangkal diri dan pikul salib,
tidak sudi melalui pintu sesak. Lebih sudi hatinya menderita di pekerjaannya,
lebih sudi hatinya menderita (berkorban) demi mendapat uangnya, tetapi tidak
sudi berkorban menderita untuk TUHAN; itu adalah antikris dan nabi palsu. Dan
itu adalah pintu gerbang menuju maut. Jangan gagal paham.
Kembali saya
sampaikan: Kalan sempit maupun pintu sesak adalah Salib Kristus (salib di
Golgota), yang membatasi manusia dari segala perbuatan daging, membatasi
manusia supaya tidak leluasa dalam segala perbuatan daging.
Jadi, ibadah pelayanan
tanpa salib adalah ibadah pelayanan yang sia-sia, sebab ibadah semacam ini tidak
menemukan pintu untuk menuju Kerajaan Sorga, tetapi justru dia akan secepatnya
menemukan pintu maut.
Tetapi anehnya,
terlalu banyak orang Kristen mencari ibadah-ibadah dan pelayanan-pelayanan
tanpa salib (tanpa pengorbanan), walaupun ibadah itu merupakan pintu lebar yang
menuju kepada kebinasaan.
Singkatnya:
- Ibadah pelayanan
yang disertai dengan salib menemukan pintu menuju Kerajaan Sorga.
- Ibadah pelayanan
tanpa salib tidak menemukan pintu menuju Kerajaan Sorga, tetapi akan menemukan
pintu maut.
Apakah saudara
setuju untuk sangkal diri dan pikul salib di tengah ibadah pelayanan ini?
Tidak dipungkiri
bahwa di dalam beribadah kepada TUHAN, kita harus membawa korban persembahan, tetapi
jangan sampai karena memikirkan hal itu akhirnya lebih memilih overtime. Tidak ada pengeluaran, tetapi
penambahan yang masuk; itu adalah pintu menuju kepada maut, karena ibadah dari
antikris dan nabi palsu tidak sampai kepada salib. Mereka enggan, tidak suka
dengan pintu menuju Kerajaan Sorga.
Kita akan
memperhatikan Daniel 12, dengan
perikop: “Akhir zaman”
Daniel 12:1
(12:1) "Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael,
pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada
suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi
sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu
akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab
itu.
Akan ada suatu
waktu, di mana kesesakan yang sangat besar terjadi menimpa atas bumi ini, atas
seantero dunia. Dan kesesakan itu seperti yang belum pernah terjadi dan yang
tidak akan pernah terjadi untuk selama-lamanya. Nubuatan ini juga ditulis di
dalam Matius 24.
Kita perhatikan Matius 24, dengan perikop: “Siksaan yang berat dan mesias-mesias palsu”
Jadi, siksaan
itu terjadi pada saat pemimpin palsu (antikris) muncul.
Matius 24:15,21
(24:15) "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji
berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel --
para pembaca hendaklah memperhatikannya -- (24:21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan
yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia
sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
Suatu kali
nanti, akan terjadi suatu aniaya besar yang dahsyat di atas muka bumi ini,
tepatnya pada saat Pembinasa keji (antikris) berkuasa atas dunia ini.
Pada saat
antikris menjadi raja atas seantero dunia akan terjadi siksaan yang dahsyat,
itulah yang disebut kesesakan besar = Pintu menuju maut.
Oleh sebab itu,
dari sejak sekarang; kita semua harus sabar dalam kesesakan. Kalau kita tidak
sabar dalam kesesakan untuk menyangkal diri dan memikul salibnya, kalau kita
tidak sabar dalam hal membawa korban untuk dipersembahkan di atas mezbah, maka resiko
yang dihadapi adalah akan menemukan kesesakan besar pada saat antikris
(Pembinasa keji) menjadi raja.
Kalau kita
bijaksana, maka lebih baik sekarang menghadapi kesesakan sekarang untuk
menyangkal diri dan memikul salibnya, serta membawa korban persembahan di atas
mezbah; tetapi kalau bodoh karena lari dari kenyataan, maka dia akan hadapi kesesakan
pada saat antikris menjadi raja.
Doa saya; kita
semua menjadi orang yang bijaksana. Doa saya; kita semua menjadi orang yang
dewasa. Sabarlah dalam kesesakan; jangan lari dari sana.
- Kesesakan
sekarang adalah pintu menuju Kerajaan Sorga.
- Kesesakan nanti
pada saat antikris menjadi raja adalah pintu menuju neraka (maut).
Mana yang mau
kita pilih? Biarlah kiranya kita bijaksana.
Itulah cara
menjaga untuk tekun dalam doa, yaitu sabar saja dalam masa kesesakan.
Kita akan
perhatikan Lukas 22, dengan perikop:
“Percakapan waktu perjamuan malam”
Malam → Suasana
semakin gelap, di mana dosa sudah semakin memuncak, sebab kasih sudah semakin
dingin.
Lukas 22:24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara
murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara
mereka.
Murid-murid
berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar, resikonya; bertengkar,
berbantah-bantah satu dengan yang lain.
Oleh sebab itu,
marilah kita berlomba-lomba untuk menjadi suatu kehidupan yang rendah hati, maka
konsekuensinya ada damai sejahtera.
Lukas 22:25
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja
bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa
atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Suatu kali
nanti, antikris menjadi raja atas seantero dunia ini. Pada saat antikris
menjadi raja dan memerintah atas dunia ini, mari kita perhatikan Matius 20:25.
Matius 20:25
(20:25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata:
"Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya
dengan keras atas mereka.
Apabila antikris
kelak menjadi raja dan memerintah atas seantero dunia, maka:
- Mereka akan memerintah dengan tangan besi, berarti;
dengan otoriter. Kalau pemerintahan penuh dengan otoriter, maka orang yang
menolak aturan akan mendapat konsekuensi. Tetapi kalau kita berada di dalam
pemerintahan TUHAN sampai malam hari ini; sekalipun kita memberontak,
berulang-ulang melakukan kesalahan, tetapi TUHAN tetap menyatakan
kemurahan-Nya, sebagai panjang sabar TUHAN, yang adalah kesempatan. Namun,
kesempatan yang ada sudah sangat sedikit, sangat singkat; maka, manfaatkanlah
dengan baik.
- Mereka menjalankan kekuasaan dengan kekerasan. Kalau ditolak,
maka akan dihukum; itulah kekerasan.
Sehingga benar
saja; dunia akan mengalami kesesakan yang sangat besar. Inilah pintu kesesakan
yang menuju kepada maut.
Kalau kita lari
dari kenyataan saat ini, maka nanti kita akan menghadapi pintu kesesakan yang
menuju kepada maut.
Luar biasa
bagaimana Rasul Paulus mendidik sidang jemaat di Asia kecil, dan didikan itu
kita rasakan sampai malam hari ini. Tujuannya bukanlah untuk membuat kita
menderita, tetapi supaya kita selamat. Hal ini hanya bisa dilihat dari kacamata
rohani, tidak bisa dilihat dari sudut pandang daging.
Oleh sebab itu,
saya selalu pesankan; Berhikmat saja.
Itulah pentingnya tergembala; kita menerima didikan dari sorga supaya kita selamat.
Hanya didikan dari sorga yang dapat menyelamatkan, tidak bisa kita andalkan kekuatan
kita, dan pengetahuan kita pun terbatas.
Matius 16:24-25
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku. (16:25)
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.
Syarat untuk
mengikut TUHAN: Sangkal diri, pikul salib = Rela kehilangan nyawa karena TUHAN
Yesus.
Tetapi,
barangsiapa mempertahankan nyawa (tidak sangkal diri, tidak pikul salib), maka
ia akan kehilangan nyawa = Binasa.
Singkatnya:
- Sangkal diri,
pikul salib = Menyerahkan nyawa = Hidup kekal = Pintu menuju hidup kekal.
- Tetapi menolak
salib = Mempertahankan nyawa = Binasa = Pintu menuju jurang maut.
Matius 16:26
(16:26) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia
tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai
ganti nyawanya?
Orang yang
mempertahankan nyawa, orang yang mencintai nyawa = Orang yang cinta dengan kekayaan,
orang yang semacam ini tidak sudi menyangkal diri dan memikul salib.
Singkat kata: Orang
yang mempertahankan nyawa adalah orang yang menolak salib, sebab mereka
menginginkan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Untuk apa kita
memperoleh seisi dunia ini kalau akhirnya kita binasa? Kita tinggalkan ibadah, tinggalkan
pelayanan, dengan lain kata; tidak ada korban yang harus dipersembahkan hanya
karena dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Itu adalah ajaran
antikris, yang akhirnya membuat kita kehilangan nyawa.
Sekarang, kita
perhatikan 2 Tesalonika 2, dengan
perikop: “Kedurhakaan sebelum kedatangan
TUHAN” Jadi, sebelum TUHAN datang, nanti banyak yang mendurhaka,
memberontak dan mundur dari ibadah pelayanan.
2 Tesalonika
2:9-10
(2:9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan
Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda
dan mujizat-mujizat palsu, (2:10)
dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa
karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan
mereka.
Tanda kedatangan
antikris (si pendurhaka) yang adalah pekerjaan Iblis Setan, disertai dengan:
- Rupa-rupa perbuatan
ajaib.
- Tanda-tanda
heran.
- Mujizat-mujizat
palsu.
- Rupa-rupa tipu
daya jahat.
Dan pelayanan
dari antikris ini berlaku kepada orang-orang yang harus binasa. Siapakah mereka? Yang menerima pelayanan
dari antikris adalah orang-orang yang tidak menerima dan tidak mengasihi
kebenaran, itulah orang-orang yang menolak salib di golgota.
Jadi, orang yang
menolak salib pasti lebih suka dengan pelayanan antikris, yaitu dengan
rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda heran, mujizat-mujizat palsu, disertai
rupa-rupa tipu daya jahat; itu berlaku bagi mereka yang tidak menerima dan
tidak mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan, itulah Salib.
Tetapi, mari
kita lihat akhir hidup mereka.
2 Tesalonika
2:11-12
(2:11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan
atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (2:12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran
dan yang suka kejahatan.
Kalau seseorang "suka
kejahatan", maka ia pasti binasa. Apa
tanda bahwa seseorang suka kejahatan? Tandanya adalah menolak salib, tetapi
menyukai mujizat.
Menolak salib
karena mencintai nyawa, menolak salib karena harta kekayaan, menolak salib
karena dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, itu adalah perbuatan
jahat, dan itu adalah pintu maut.
Jadi, hanya satu
pintu menuju Kerajaan Sorga, tidak ada yang lain. Sabar dalam kesesakan,
sangkal diri dan pikul salib; tidak ada cara yang lain. Kalau ada hamba TUHAN
mengatakan cara lain, itu hanyalah mulutnya pandai-pandai untuk menjilat
jemaat, tetapi sesungguhnya dia tidak mengasihi jemaat; itu adalah perbuatan
jahat sejahat-jahatnya.
Kadang, bisa
diputar balik; yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Kalau diajar
tegas, justru dianggap salah, malahan bersungut-sungut dan ngomel. Yang lucunya
nanti; yang tidak mengerti Firman justru ikut ngomel lagi, bahkan kesalahan
orang lain pun didukung.
Tadi, di dalam Matius 16, menolak salib hanya karena
harta kekayaan. Tetapi di dalam 2
Tesalonika 2, mereka menolak salib hanya karena tanda-tanda heran, mujizat,
dan lain sebagainya, itu juga adalah perbuatan jahat, akhirnya binasa.
Jadi, sudah
sangat jelas: Cara pelayanan dari antikris, jelas adalah pintu maut.
Singkatnya:
Injil Matius 16:24-26 dan 2 Tesalonika 2:2-12 adalah ibadah laut
(ibadah antikris), itu adalah pintu maut.
Saya berharap,
kita tidak menginginkan kita semua binasa, bukan? Lihatlah antikris (binatang
pertama) itu sudah ada, lalu tidak ada, nanti muncul lagi ada (Wahyu 17:8).
- Dia sudah ada di
langit, sebab dia adalah bintang-bintang di sorga tadinya, dia adalah hamba TUHAN
yang ditinggikan (diurapi).
- Tetapi ekor naga
menyeret 1/3 (sepertiga) bintang di langit = Tidak ada lagi di permukaan,
karena dia sudah dilemparkan ke jurang maut. Jadi, sudah jelas bahwa antikris
adalah pintu menuju jurang maut.
- Kemudian, muncul
lagi; tampil menjadi antikris dengan
sistem pelayanan ibadah laut.
Sebagai ayat
referensi: Wahyu 9:1, Wahyu 8:10-11.
Ajaran dari
antikris membawa kepada kepahitan (binasa), tetapi ajaran yang benar itu
menyelamatkan sebab salib di Golgota dapat merubah yang pahit menjadi manis.
Pokoknya, sistem
pelayanan antikris adalah pintu maut. Oleh sebab itu, sabar saja dalam
kesesakan; kalau tidak, maka konsekuensinya akan menghadapi kesesakan (pintu
maut).
JALAN KELUARNYA.
Mazmur 138:7
(138:7) Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan
hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan
tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.
Kita harus
bersandar kepada TUHAN saja, maka TUHAN akan mempertahankan nyawa kita dan
menyelamatkan kita.
Cara TUHAN
mempertahankan nyawa kita, YANG PERTAMA: TUHAN
mengulurkan dua tangan, pada saat kita menghadapi kesesakan.
TUHAN
mengulurkan dua tangan pada saat kita angkat dua tangan, itulah penyerahan diri
sepenuhnya untuk taat pada kehendak Allah. Berarti, mau tidak mau, ibadah sudah
harus memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Kalau kita
angkat tangan, maka TUHAN turun tangan. Kalau kita turun tangan, maka TUHAN
angkat tangan.
Jadi, terhadap
kesesakan itu TUHAN turun tangan, karena TUHAN sudah melihat bahwa kita angkat
tangan, tanda bahwa kita menyerahkan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak
Allah, berarti; ibadah sudah sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan.
Ayub 39:29
(39:29) Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan
sayapnya menuju ke selatan?
Jika terbang
tinggi menuju ke selatan, berarti; meninggalkan utara. Kalau kita luput dari
kebinasaan takhta Setan, apakah karena pengertian kita? Tentu bukan, itu semua
karena TUHAN yang mengasihi kita.
Ayub 39:30
(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang
membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?
Rajawali yang
terbang tinggi di udara dengan kekuatan sayapnya dan membuat sarangnya di
tempat yang tinggi, itu bagaikan ibadah kita sudah memuncak sampai doa
penyembahan.
Saat ibadah kita
sudah memuncak, saat itulah kita menerima dua sayap burung rajawali, sayap burung
nasar yang terbang tinggi, sehingga mampu mengatasi masalah kesesakan yang
terjadi selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi. Itulah sayap burung
nasar.
Jadi, kalau kita
angkat tangan, maka TUHAN turun tangan, berarti; ibadah kita harus memuncak
sampai kepada doa penyembahan, bagaikan sarang di tempat yang tinggi. Pada saat
itulah kita menerima sayap burung rajawali, sayap burung nasar untuk
menerbangkan kita pada waktu kesesakan besar terjadi. Itulah jalan keluarnya,
tidak ada cara yang lain.
Ayub 39:31
(39:31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak
bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.
Kalau ibadah
kita memuncak sampai doa penyembahan, maka tidak bisa dikejar oleh mata ular,
sulit dikejar oleh antikris, sebab kita aman di dalam dua tangan TUHAN, aman
jiwa kita; kita mengalami ketenangan di tengah-tengah goncangan yang akan
terjadi nanti.
Cara TUHAN
mempertahankan nyawa kita, YANG KEDUA: Tangan
kanan-Mu menyelamatkan aku.
Yesus mati di
kayu salib, bangkit pada hari ketiga, 40 (empat puluh) hari kemudian Ia naik
dipermuliakan, dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah Mahabesar menjadi
Pembela.
Kita perhatikan Roma 8, dengan perikop: “Keyakinan Iman”
Roma 8:31-37
(8:31) Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang
semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (8:32) Ia, yang tidak menyayangkan
Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah
mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan
Dia? (8:33) Siapakah yang akan
menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah
yang akan menghukum mereka? (8:34)
Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang
juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? (8:35) Siapakah yang akan memisahkan
kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan,
atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada tertulis:
"Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah
dianggap sebagai domba-domba sembelihan." (8:37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada
orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Tidak ada yang
dapat memisahkan kita dari kasih Kristus pada saat masa kesesakan terjadi, pada
saat antikris berkuasa.
Saat antikris
berkuasa, 7 (tujuh) hal terjadi, yang dibagi 3 (tiga) bagian:
- Penindasan, kesesakan, penganiayaan,
- Kelaparan, ketelanjangan.
- Bahaya atau
pedang
Tetapi TUHAN
tampil sebagai Pembela; Daa Gembala Agung yang memelihara kawanan domba-Nya.
Sekalipun kita
kehilangan nyawa karena menjadi domba sembelihan, tetapi kita lebih dari
orang-orang yang menang, sebab TUHAN tampil sebagai Pembela.
Pada saat
antikris menjadi raja, di situ ada kesesakan besar, tetapi tangan kanan TUHAN menjadi
Pembela bagi kita.
Mazmur 91:15
(91:15) Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku
akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.
Bila kita berseru
kepada TUHAN, maka TUHAN akan menyertai kita pada saat masa kesesakan, tepatnya
saat antikris menjadi raja dan berkuasa di bumi.
Oleh sebab itu, bertekunlah
dalam doa, dan menjaganya dengan cara; bersukacita dalam pengharapan dan sabar
dalam kesesakan.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment