IBADAH RAYA
MINGGU, 16 OKTOBER 2022
KITAB WAHYU
PASAL 4
Subtema:
SEMBAHLAH
ALLAH
Pertama-tama
saya mengucapkan; puji syukur kepada TUHAN. Oleh karena rahmat-Nya, kita limpah
kasih karunia, kita diizinkan untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Raya
Minggu disertai dengan kesaksian-kesaksian, termasuk kesaksian zangkoor.
Kiranya
itu juga menjadi korban persembahan yang berbau harum, bahkan nanti dari cara
kita duduk diam mendengarkan Firman TUHAN, biarlah kiranya itu juga menjadi
korban persembahan yang berbau harum kepada TUHAN Yesus Kristus.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat
ketebusan TUHAN yang senantiasa tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook, di mana pun anda berada. Doa saya; saudara berbahagia, kehidupan yang
dirahmati oleh TUHAN.
Baik
juga kita yang tatap muka di gedung ini; TUHAN juga rahmati kita masing-masing.
Kita datang membawa segala perkara kita, tetapi percayalah; TUHAN Yesus adalah
Hakim yang adil, Dia akan memberi keputusan seadil-adilnya, Dia akan memberi
jalan keluar dari setiap masalah kita. Dan kita pun mulai dari sekarang,
belajar mengasihi keadilan.
Mari,
secepatnya kita sambut KITAB WAHYU sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah
Raya Minggu. Kita berdoa, supaya TUHAN bukakan Firman-Nya; sekaligus oleh pembukaan
Firman itu, meneguhkan setiap kehidupan kita masing-masing.
Wahyu 14:6-13 ialah hal pemberitahuan tentang
penghakiman oleh 3 (tiga) malaikat.
- Malaikat pertama
dan isi pokok pemberitahuannya ada pada Wahyu
14:6-7.
- Malaikat kedua
dan isi pokok pemberitahuannya ada pada Wahyu
14:8.
- Malaikat ketiga
dan isi pokok pemberitahuannya ada pada Wahyu
14:9-10.
Pemberitahuan tentang penghakiman dari 3 (tiga) malaikat tersebut merupakan kemurahan hati TUHAN bagi orang-orang yang diam di bumi, secara khusus bagi gereja yang tertinggal. Sebab, ketika antikris menjadi raja atas seantero dunia:
- mereka akan
memerintah dengan tangan besi,
- serta menjalankan
kekuasaannya dengan kekerasan = disertai dengan pemerintahan yang otoriter.
Hal itu akan
berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini.
Pada saat
antikris menjadi raja dan berkuasa atas seantero dunia, maka sumber pemberitaan
Firman Allah sudah tidak ada lagi di bumi ini.
Sementara
gereja TUHAN yang sempurna (sidang mempelai TUHAN) telah disingkirkan untuk
dipelihara ke padang belantara (padang gurun, padang pasir), itu berarti;
gereja yang sempurna lepas dari masa aniaya antikris, lepas dari masa aniaya yang
sangat besar yang sangat menyakitkan, aniaya yang sangat dahsyat, yang
berlangsung nanti selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Inilah
yang menjadi doa kerinduan kita; biarlah kita semua nanti dilayakkan oleh TUHAN
untuk menerima sayap rajawali (sepasang sayap burung nasar yang besar) untuk
menerbangkan kita ke padang belantara, diasingkan, dipelihara, sehingga kita
mengalami ketenangan yang begitu dahsyat di tengah-tengah goncangan yang
terjadi atas dunia.
Marilah
kita kembali untuk mengikuti penjelasan dari MALAIKAT YANG PERTAMA, di dalam Wahyu 14:6-7, dengan perikop: “Pemberitahuan tentang penghakiman”
Wahyu 14:6-7
(14:6) Dan aku
melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan
padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang
diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, (14:7)
dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan
muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang
telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."
Malaikat pertama
terbang di tengah-tengah langit; padanya ada Injil yang kekal.
Kalau
di bumi ini tidak ada lagi sumber pemberitaan Firman Allah, maka dari langit,
Allah mengirimkan Injil-Nya yang kekal untuk disampaikan kepada mereka yang
diam di bumi, secara khusus untuk gereja yang tertinggal. Sebab, gereja yang
sempurna sudah diasingkan ke padang belantara -- kepada mereka sudah diberikan
sayap burung nasar yang besar --; jadi, mereka akan mengalami suatu ketenangan
yang luar biasa di tengah-tengah goncangan yang terjadi di dunia.
Jadi,
mata TUHAN tetap tertuju kepada gereja yang tertinggal, tetapi kalau toh pada akhirnya juga ada yang
terhilang dan binasa, itu bukanlah salah TUHAN. TUHAN tidak bisa disalahkan,
TUHAN tidak bisa dituntut apabila ada orang yang terhilang dan binasa.
Apabila
ada orang yang dilemparkan ke dalam api neraka, maka ia tidak boleh
bersungut-sungut di sana, seperti orang kaya yang bersungut-sungut di sana, tidak
boleh; karena hari ini TUHAN sudah menyatakan hati-Nya yang paling dalam
sebagai kasih yang sempurna, supaya tidak ada yang binasa di antara kita,
termasuk keluarga besar GPT “BETANIA” Serang
Cilegon, Banten, Indonesia, termasuk anak TUHAN, umat TUHAN yang senantiasa
tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang
Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook, di mana pun anda berada; TUHAN
memberkati kita semua.
Wahyu 14:7
(14:7) dan ia
berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah
Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah
menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."
Malaikat pertama
berseru dengan suara nyaring.
Suara nyaring,
itulah Firman Allah yang disampaikan oleh seorang hamba TUHAN dengan jelas,
dengan benar, dengan terang benderang. Pendeknya: ayat-ayat Firman Allah yang
disampaikan itu diterangkan (dijelaskan) oleh ayat-ayat Firman yang lain; jadi,
ayat menerangkan ayat, ayat menjelaskan ayat, sehingga ada jalan keluar.
Kalau
satu dua ayat di terangkan oleh cerita isapan jempol, diterangkan oleh dongeng
nenek-nenek tua, diterangkan oleh takhayul-takhayul, diterangkan oleh filsafat
kosong, itu bukan suara nyaring, itu adalah suara yang datang dari dunia, dari
hamba TUHAN, dari bumi, bukan dari sorga. Apalagi jika pemberitaan Firman itu
ditambah dengan guyon-guyon supaya memberi daya tarik, maka orang bodoh yang
tidak memiliki pengertian akan berkata: “Wah,
pendeta ini hebat, pintar membuat guyon, sehingga aku tidak ngantuk-ngantuk”,
itu adalah pengertian yang bodoh.
Tetapi
suara nyaring, itulah pemberitaan Firman yang disampaikan dengan jelas,
maksudnya di sini adalah ayat-ayat Firman yang disampaikan oleh hamba TUHAN itu
harus diterangkan oleh ayat lain dari Kejadian sampai Wahyu; ayat menjelaskan
ayat, ayat Firman diterangkan oleh ayat Firman yang lain, sehingga ada jalan
keluar.
Tidak
mungkin dongeng nenek tua, guyon-guyon memberi jalan keluar; itu adalah sesuatu
yang mustahil. Oleh sebab itu, bijaksanalah, jangan keliru; carilah sesuatu yang
bisa menyelamatkan, yaitu berada dalam suatu penggembalaan yang bisa menjamin
keselamatan, sebab TUHAN Yesus ada di tengah ibadah itu.
Adapun isi pokok
yang diserukan dengan seruan yang nyaring oleh malaikat pertama, antara lain:
- Takutlah akan
Allah
- Muliakanlah
Allah
- Sembahlah Allah
Seruan yang
ketiga dari malaikat pertama: “SEMBAHLAH ALLAH”
Seruan ini sebetulnya
adalah tanda perhatian TUHAN kepada gereja yang tertinggal supaya gereja yang
tertinggal jangan lagi sibuk menyembah yang bukan TUHAN Yesus Kristus, jangan
lagi menyembah allah-allah asing, tuhan-tuhan kecil di bumi, karena ini adalah
hari-hari yang terakhir.
Hal ini
ditujukan terkhusus kepada gereja yang tertinggal, karena gereja yang sempurna
sudah diasingkan di padang belantara untuk dipelihara, sehingga mereka
mengalami suatu ketenangan yang dahsyat di tengah-tengah goncangan dunia nanti.
Jadi, kita
jangan lagi keliru dalam menyembah, kita harus tahu mana TUHAN yang hidup dan
mana allah yang mati. Jangan segala sesuatu kita pertuhankan.
Intinya: Sembahlah
Allah, berarti; jangan kita menyembah berhala, jangan kita menyembah tuhan yang
bukan Allah Israel.
Berhala,
artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN.
- Kalau tinggalkan
TUHAN, tinggalkan ibadah hanya karena "pekerjaan", itu adalah tuhan
kecil di bumi.
- Kalau
"kuliah" nomor satu, lalu tinggalkan ibadah karena "kuliah",
berarti "kuliah" adalah tuhan kecil di bumi.
- Kalau tinggalkan
TUHAN karena "bisnis" yang menjadi nomor satu, berarti "bisnis"
adalah tuhan kecil di bumi.
Jadi,
ini adalah hari-hari terakhir; oleh sebab itu, sembahlah Allah, berarti; jangan
menyembah berhala, jangan mempertuhankan perut, jangan menjadi hamba dari
kenajisan percabulan, sebab tubuh untuk TUHAN, TUHAN untuk tubuh.
Terkait
dengan “sembahlah Allah”, kita akan melihat kisahnya di dalam Injil Matius 4:8-9, tentang: “Pencobaan di padang gurun” Ini adalah
kisah ketika Yesus dicobai ular (bayangan dari Iblis Setan) sebanyak 3 (tiga)
kali di padang gurun.
Ujian yang pertama
tertulis di dalam Matius 4:3-4, yaitu;
BATU MENJADI ROTI
Ujian yang
pertama ini terkait dengan keinginan daging. Ujian pertama adalah kebenaran
Setan.
Ujian yang kedua tertulis di dalam Matius 4:5-7, yaitu; YESUS DITEMPATKAN DI BUBUNGAN BAIT ALLAH.
Bubungan Bait
Allah, berarti; tempat tinggi atau menara gereja.
Perlu untuk
diketahui: Kalau Setan meninggikan manusia, tujuannya adalah untuk menjatuhkan.
Itu sebabnya, setelah berada di tempat tinggi, Setan berkata: “Jatuhkan diri-Mu”, alasannya; nanti ada malaikat yang menatang. Ingat:
Jangan cobai TUHAN Allah. Kalau manusia jatuh ke dalam dosa, tidak ada yang
bisa menatang kita, malaikat sekalipun tidak bisa, kecuali oleh darah salib di
Golgota. Hanya darah salib yang bisa menebus dosa.
Sekali lagi saya
sampaikan dengan tandas: Jangan cari tempat tinggi kalau itu datangnya dari
Setan, karena kalau Setan meninggikan manusia, tujuannya hanya untuk
menjatuhkan.
Ujian yang kedua
ini terkait dengan keangkuhan hidup. Ujian kedua adalah kesaksian Setan. Angkuh
itu sepertinya tinggi (terang), tetapi itu adalah kesaksian Setan, bukan
kesaksian Roh.
Barulah
kita fokus memperhatikan yang terkait dengan “sembahlah Allah” di dalam Injil Matius 4:8-9.
Matius 4:8-9
(4:8) Dan Iblis
membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan
kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Ujian yang
ketiga adalah IBLIS MEMBAWA YESUS KE ATAS GUNUNG YANG SANGAT TINGGI.
Saat ini kita
berada di atas gunung TUHAN; beribadah melayani lewat Ibadah Raya Minggu
disertai kesaksian koor dan kesaksian Roh. Kalau kita berada di atas gunung
Allah yang kudus, pasti TUHAN memperlihatkan kita Kerajaan Sorga dengan segala
sesuatu yang ada di dalamnya.
Tetapi di sini
kita melihat: Dari atas gunung yang sangat tinggi itu, Setan memperlihatkan
kerajaan dunia dengan segala keindahan-keindahannya, dengan segala
kemegahannya, dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Sesuai dengan 1 Yohanes 2:15-16, Segala sesuatu yang
ada di dalam dunia ialah:
1.
Keinginan
daging.
2.
Keinginan
mata.
3.
Keangkuhan
hidup.
Jadi, ujian yang
ketiga ini adalah keinginan mata, sebab dari atas gunung yang sangat tinggi,
Setan memperlihatkan kerajaan dunia dan kemegahan-kemegahannya, kerajaan dunia
dan keindahan-keindahannya, kerajaan dunia dengan segala sesuatu yang ada di
dalamnya.
Setelah
diperlihatkan kerajaan dunia dengan segala kemegahannya, kemudian Iblis
menawarkan semuanya itu kepada Yesus, tetapi dengan syarat; Yesus sujud
menyembah kepada Setan.
Kerajaan dunia
dengan segala keindahannya, kerajaan dunia dan kemegahannya, kerajaan dunia dengan
segala sesuatu yang ada di dalamnya, itu
akan menjadi bagian setiap orang, dengan syarat; menyembah Setan.
Dari hal ini kita dapat memetik pelajaran: Jika hati seseorang hanya mendambakan kerajaan dunia dengan kemegahannya, mendambakan kerajaan dunia dengan keindahan-keindahannya, mendambakan kerajaan dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya = Menyembah Setan -- walaupun dia mengaku sebagai orang Kristen --.
Matius 4:10
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Matius 4:10 menunjukkan kepada kita bahwa Yesus
Anak Allah menyembah Allah yang hidup, bahkan Dia juga menghimbau supaya
menyembah Allah yang hidup.
Maka, saya juga
sebagai hamba TUHAN menyatakan kepada sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Indonesia: Miliki sikap yang tegas, sembahlah Allah yang hidup. Jangan
menyembah berhala, tetapi sembahlah Allah yang hidup!
Pada Matius 4:8-9 Iblis menghasut Yesus. Tetapi pada Matius 4:10, dengan cepat dan tegas, Yesus berkata: Enyahlah, Iblis! Artinya; Setan ditengking oleh Yesus.
Mengapa Yesus menengking Setan dan berkata “Enyahlah, Iblis!”?
Karena
Yesus taat kepada Firman Allah yang tertulis di dalam kitab suci = Takluk
kepada hukum-hukum Allah yang tertulis dalam Kitab Suci, Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu. Dia takluk kepada
Firman Allah, tunduk kepada Firman Allah, taat kepada hukum-hukum Allah.
Orang yang
berpihak kepada TUHAN; ia takluk kepada hukum Allah, taat kepada Firman Allah
yang tertulis.
Selanjutnya,
kepada Setan, Yesus berkata: “Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Pendeknya: Wujud
dari sebuah penyembahan adalah berbakti kepada TUHAN.
Hari ibadah kita
adalah hari kebaktian. Berbaktilah kepada TUHAN, sebab itu merupakan wujud dari
penyembahan. Sembahlah Allah yang hidup, di mana wujudnya adalah berbakti
kepada TUHAN.
Berbakti kepada
TUHAN = Beribadah dan melayani TUHAN, serta melayani pekerjaan TUHAN di
tengah-tengah pertemuan-pertemuan ibadah itu. Jangan kita berkata “menyembah”,
tetapi kita tidak “berbakti” kepada TUHAN.
Soal “BERBAKTI”,
kita selidiki di dalam Keluaran 20,
dengan perikop: “Kesepuluh Firman”
yang tertulis di dalam dua loh batu.
Keluaran 20:11
(20:11) Sebab enam
hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan
Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat
dan menguduskannya.
Sebelum
kita lanjutkan penjelasan, kita bandingkan terlebih dahulu dengan Wahyu 14:7, dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan
muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia
yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua
mata air."
Mengapa
kita menyembah Dia? Karena Dialah yang telah menjadikan langit dan bumi dan
laut dan semua mata air. Berarti, Keluaran
20:11 = Wahyu 14:7, secara khsus sama dengan seruan yang ketiga dari
malaikat yang pertama.
Selanjutnya,
mari kita perhatikan penjelasan dari Keluaran
20:11.
6 (enam) hari
lamanya TUHAN menjadikan langit, bumi dan laut dan segala isinya = 6 (enam) hari
TUHAN bekerja. Berarti, dari sini kita bisa melihat; manusia juga diizinkan
untuk beraktivitas, baik itu bekerja, sebagai pebisnis, wiraswasta, petani, pedagang,
nelayan, dsb. Jadi, TUHAN tidaklah egois.
Tetapi ingat;
Tuhan berhenti pada hari ketujuh. Hari ketujuh adalah hari Sabat, yakni hari
perhentian untuk TUHAN, dengan lain kata; beribadah kepada TUHAN, melayani
TUHAN, serta melayani pekerjaan TUHAN.
Lebih
dalam lagi kita perhatikan di dalam Ulangan
5.
Ulangan 5:12
(5:12) Tetaplah ingat
dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu
oleh TUHAN, Allahmu.
Ingat dan
kuduskanlah hari Sabat, hari perhentian bagi TUHAN Allah = Berbakti kepada
TUHAN.
Inilah Firman
Allah yang tertulis dalam kitab Suci, dan itulah yang disampaikan oleh Yesus
kepada Setan, “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat. Hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Jadi, betul-betul
Yesus takluk kepada kehendak Allah, taat kepada Firman Allah, Dia ingat Firman yang
tertulis dalam Kitab Suci.
Kita harus
berpihak kepada perasaan dan hati pikiran TUHAN Yesus, jangan berpihak kepada
perasaan teman kerja. Kita boleh hormat kepada atasan, tetapi perasaan TUHAN
haruslah diperhatikan. Kok kita
justru takut manusia, seolah-olah manusia yang memelihara hidup ini.
Yang menciptakan
langit bumi adalah TUHAN, yang memberikan pekerjaan adalah TUHAN, yang
memberikan nafas hidup adalah TUHAN, tetapi kok
takut kepada manusia, kok takut
kepada perut?
Taatlah kepada
Firman; oleh sebab itu, ingat dan kuduskan hari Sabat.
Ulangan 5:13-14
(5:13) Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, (5:14)
tetapi hari ketujuh adalah hari
Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau
anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu
perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang mana pun, atau orang
asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan
berhenti seperti engkau juga.
TUHAN berikan 6 (enam)
hari kepada manusia untuk bekerja melakukan aktivitas, untuk mengerjakan segala
pekerjaan dalam segala bidang sebagai apapun dia.
Tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat, hari perhentian bagi TUHAN Allah; jadi, tidak boleh
ada aktivitas di situ. Baik sebagai orang tua, sebagai anak laki-laki, anak
perempuan, saudara laki-laki, saudara perempuan, baik hewan peliharaan di dalam
rumahmu, jangan sibuk untuk hal-hal itu semua, lalu meninggalkan ibadah;
jangan.
Jadi, 6 (enam)
hari bekerja, silahkan saja beraktivitas dengan segala aktivitasnya, tetapi
ingat 1 (satu) hari, itulah hari ketujuh. Hanya 1 (satu) hari saja kok, bahkan 1 (satu) hari itu pun bukan
10 (sepuluh) jam, hanya 3 (tiga) jam saja kok.
TUHAN beri 6
(enam) hari dari pagi sampai malam, selama 24 (dua puluh empat) jam, tetapi
ingat 1 (satu) hari saja, itulah hari ketujuh. Jangan lagi ada aktivitas di
situ, kecuali berhenti untuk TUHAN.
Ingat dan
kuduskan hari Sabat; beribadah dan melayani TUHAN, dan melayani pekerjaan
TUHAN.
Kok terlalu murahan kita ini berbakti
kepada manusia, tetapi kepada tidak berbakti TUHAN? Terlalu murahan sekali
kita. Berbakti kepada uang, tetapi kepada tidak berbakti TUHAN; sungguh terlalu
murahan sekali kita.
Itulah yang
TUHAN katakan kepada Esau: “Nafsu rendah”
= Murahan, karena Esau meninggalkan ibadah pelayanan hanya karena sesuap nasi.
Masakan uang yang mengatur kita?
6 (enam) hari
bekerja melakukan segala aktivitas dalam segala bidang, akan tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN Alalh, hari perhentian bagi TUHAN, lewat ibadah
dan pelayanan. Jadi, hari ketujuh adalah hari di mana kita harus berbakti
kepada TUHAN
Layanilah
pekerjaan-Nya. Jangan curang. Adillah di hadapan TUHAN. Oleh sebab itu, ingat
dan kuduskan hari Sabat.
Kita perhatikan 2 Petrus 3, dengan perikop: “Hari TUHAN”
2 Petrus 3:3-4
(3:3) Yang
terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan
tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang
hidup menuruti hawa nafsunya. (3:4) Kata mereka: "Di
manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa
leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada
waktu dunia diciptakan."
Tanda akhir
zaman: Akan tampil pengejek-pengejek. Adapun ejekan-ejekan mereka, yaitu: Di manakah janji tentang kedatangan TUHAN
itu?
Alasan mereka
mengejek: Bapa-bapa leluhur mereka (nenek
moyang) sudah meninggal dari generasi ke generasi, dari keturunan ke keturunan,
dari zaman dahulu, sementara dunia tetap sama seperti sedia kala. Itulah
alasan mereka. Janganlah kita seperti mereka itu.
2 Petrus 3:5-7
(3:5) Mereka sengaja
tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak
dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (3:6 ) dan
bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (3:7)
Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara
dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang
fasik.
Pengejek-pengejek
ini dengan
sengaja tidak mau tahu. Mereka mengejek, mengabaikan ibadah pelayanan
bukan karena tidak tahu, justru karena tahu,
tetapi tidak mau tahu, bahwa sebetulnya ...
- Firman Allah
berkuasa menciptakan langit dan bumi,
- juga Firman
Allah berkuasa menjadikan yang tidak ada menjadi ada,
- juga Firman
Allah berkuasa memelihara sampai pada hari penghakiman.
Mengapa TUHAN
belum datang? Karena Firman ini perlu untuk disampaikan. Jadi, jangan kecilkan
Firman yang sudah kita dengar.
Jadi, sebetulnya
mereka sengaja tidak mau tahu, walaupun sudah tahu; itulah sikap dari pada
pengejek-pengejek. Karena mereka memang manusia daging yang hidup menjalankan
hawa nafsunya, bukan karena Roh TUHAN, bukan karena Firman TUHAN yang diurapi
itu.
Sengaja tidak
mau tahu ibadah, sengaja tidak mau tahu berbakti kepada TUHAN; sudah tahu,
tetapi sengaja tidak mau tahu.
Mungkin mulut
tidak mengejek saya dan kita yang hadir pada malam hari ini, tetapi kalau dia
tidak menghargai hari ketujuh, hari perhentian, dan sengaja tidak mau tahu
padahal sudah tahu, disebutlah ia pengejek-pengejek.
Pengejek
lahiriah, berarti; mulutnya mengejek. Tetapi pengejek rohani ialah mengabaikan
ibadah, pelayanan, pekerjaan TUHAN, jauh dari hari ketujuh, tidak mau tahu tentang
ibadah; itulah pengejek, karena mereka menganggap “dunia ini tetap sama; dari keturunan ke keturunan sudah mati, dari
generasi ke generasi sudah berlalu, tetapi dunia tetap sama.” Kiranya
Firman in imenyentuh dan ada di hati kita, jangan berlalu begitu saja.
2 Petrus 3:8
(3:8) Akan tetapi,
saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan,
yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun
dan seribu tahun sama seperti satu hari.
Yang satu ini tidak boleh kita lupakan. Derajat dari
ayat ini seiras dan seirama dengan “ingat
dan kuduskan hari Sabat.”
Yang satu ini
tidak boleh kita lupakan. Apa yang “satu ini”? Yaitu 1 (satu) hari = 1000
(seribu) tahun. Sebaliknya, 1000 (seribu) tahun = 1 (satu) hari.
Betapa
pentingnya satu hari ini, sebab derajatnya sama dengan hari ketujuh, hari
perhentian, kerajaan 1000 (seribu) tahun damai. Jadi, untuk sampai kepada
derajat kerajaan 1000 (seribu) tahun, imamat rajani yang memerintah selama 1000
(seribu) tahun, maka ingat dan kuduskanlah hari Sabat. “Satu hari” ini tidak
boleh dilupakan.
Singkatnya: "Yang
satu ini", jelas adalah hari ketujuh, hari Sabat, hari perhentian, itulah ibadah
dan pelayanan yang tidak boleh kita lupakan.
Kalau kita
perhatikan peta zaman: 6 (enam) hari bekerja, berarti itu adalah dari zaman
Adam sampai sekarang ini, di mana perhitungannya adalah;
- Adam sampai
Abraham ada 2 (dua) hari = 2000 (dua ribu) tahun. Dan selalu ada peristiwa setiap
2 (dua) hari, di mana Ishak dikorbankan, bayangan dari Yesus, Anak Tunggal
Bapa.
- Dari Abraham
sampai Yesus Kristus naik ada 2 (dua) hari = 2000 (dua ribu) tahun. Yang
dikorbankan bukan lagi Ishak, tetapi Yesus Kristus.
- Sedangkan Yesus
Kristus sampai sekarang ada 2 (dua) hari = 2000 (dua ribu) tahun. Nanti pun ada
yang dikorbankan; bukan lagi Ishak, bukan lagi Yesus, tetapi yang tidak
menghargai hari ketujuh.
6 (enam) hari
bekerja, tetapi ingat; 1 (satu) hari, itulah hari ketujuh. 1 (satu) hari = 1000
(seribu) tahun kerajaan damai di bumi nanti.
Sesudah naik
dalam pesta nikah di awan nan permai, turun lagi ke bumi 1000 (seribu) tahun.
Barulah nanti dilepaskan antikris sesaat lamanya, tetapi tidak berkuasa lagi,
barulah penghakiman takhta dari batu putih. Yang mati dari zaman Adam sampai
pada hari itu dibangkitkan, itulah yang disebut kebangkitan kedua, tetapi
selanjutnya adalah penghakiman, di situlah ada kematian yang kedua.
Jadi, ingat 1 (satu)
hari, sebab kualitasnya itu sederajat dengan hari ketujuh. Hari ketujuh, hari
perhentian, sederajat dengan kerajaan 1000 tahun damai. TUHAN sangat jelas
berbicara kepada kita.
Ingat dan jangan
lupakan; 1 (satu) hari = 1000 (seribu) tahun. 1000 (seribu) tahun = 1 (satu) hari.
Yang “satu hari” itu adalah hari ketujuh, hari perhentian, jangan lupakan itu.
Singkatnya: Hari Sabat adalah hari di mana kita harus berbakti; jangan lupakan TUHAN. Berbakti adalah wujud dari penyembahan.
Jangan kita
berkata: “Aku sudah menyembah”,
tetapi tidak mau berbakti; itu tidak mungkin. Seharusnya, orang yang sudah menyembah
Allah, pasti berbakti. Tetapi jangan kebaktian Setan;
- Batu menjadi
roti, itu daging, itu kebenaran Setan.
- Lalu keangkuhan
hidup, tetapi dijatuhkan; itu kesaksian Setan, bukan kesaksian Roh.
- Sampai akhirnya,
penyembahannya adalah perkara lahiriah, itu penyembahan Setan. Kalau
penyembahan TUHAN tidaklah seperti itu.
Jadi, wujud dari
penyembahan adalah berbakti; ingat dan kuduskanlah hari Sabat. Jangan lupa
“satu hari”. 1 (satu) hari = 1000 (seribu) tahun, itulah hari ketujuh, hari
perhentian, ibadah dan pelayanan, hari di mana kita berbakti, supaya kita ada
pada hari ketujuh yang sifatnya kekal.
Dalam hal ini,
saya terus berjuang, karena saya belajar untuk mengasihi TUHAN, belajar untuk
mengasihi saudara. Saya menyampaikan Firman dengan dasar kasih, bukan dengan
dasar yang lain-lain. Kalau dasar saya melayani bukanlah kasih, maka saya sudah
pasti tidak peduli dengan orang lain, dan lebih mementingkan “yang manis-manis
saja”. Ketika ada kesalahan tidak ditegur, ketika benar pun tidak didorong;
saya kira, itu bukanlah kasih.
Sesuai Amsal 27:5, Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Tegur saja kalau salah; itu adalah dasar saya melayani TUHAN.
Jadi, orang yang
belum mengerti Pengajaran Mempelai pasti tersinggung, tetapi kalau sudah
mendarah daging dengan Pengajaran Mempelai, pasti rendah hati menerima teguran;
dia tidak mau ditipu dengan kasih yang tersembunyi.
Tetap saya akan
gombar-gambirkan soal hari ketujuh; jangan lupa yang satu ini, itu berbicara
tentang hari ketujuh, hari perhentian, di mana kita harus berbakti kepada
TUHAN. Dan itu juga ciri bahwa hamba TUHAN itu diurapi oleh TUHAN.
Dalam Yesaya 28:11-13, Sungguh, oleh
orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa
asing akan berbicara kepada bangsa ini, akan berbicara kepada umat TUHAN, yaitu Dia yang telah berfirman
kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, hari ketujuh, Sabat
TUHAN, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat
peristirahatan!" Jadi, hari perhentian itu ditujukan untuk yang
lelah, karena TUHAN tahu selama kita hidup di bumi, kita mengalami banyak
masalah. Kita tidak mampu menghadapi masalah itu, percayalah.
Tetapi mereka
tidak mau mendengarkan, sama seperti 2 Petrus 3:3-4, di mana
pengejek-pengejek “tahu” tetapi sengaja “tidak mau tahu”.
Maka mereka akan
mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini
mesti begitu, tambah
ini tambah itu!" Inilah
kasih yang tersembunyi, yang bukan teguran; pada akhirnya, mereka akan menerima
banyak aturan, baik itu aturan di pekerjaan, aturan di bisnis, semua itu
dipakai, singkatnya; aturan dunia dipakai.
Supaya dalam
berjalan mereka jatuh telentang = Tergeletak.
Sesungguhnya, jika kita menghadapi ujian, tidaklah sampai tegeletak, tidak
melebihi dari pencobaan, karena TUHAN yang memberi kekuatan. Tetapi jika tidak
menghargai hari perhentian yang TUHAN berikan, maka ia akan jatuh telentang,
jatuh tergeletak.
Saat telentang tidak berdaya, maka akan mengalami 2 (dua) hal:
1. Mengalami luka = Menderita luka batin yang tidak kunjung sembuh,
menderita karena persoalan yang tidak sembuh-sembuh. Banyak persoalan di bumi
ini, tetapi tidak sembuh-sembuh, tidak selesai-selesai; itulah luka.
2. Sudah menderita karena luka batin, menderita karena persoalan,
selanjutnya tertangkap dan tertawan = Dianiaya oleh antikris.
Mengapa 2 (dua)
hal ini bisa terjadi? Mengapa bisa telentang? Karena pengejek-pengejek walaupun
sudah tahu, tetapi tidak mau tahu dengan pemberitaan Firman TUHAN yang
disampaikan oleh hamba-hamba TUHAN yang berlogat ganjil, yang disampaikan oleh
hamba-hamba TUHAN yang berbahasa asing.
Hamba-hamba
TUHAN yang diurapi telah berjibaku, hamba-hamba TUHAN yang diurapi oleh Roh
Kudus tanpa batas telah menyampaikan: "Berhentilah
pada hari ketujuh", tetapi pengejek-pengejek mengabaikan hal itu; akhirnya,
ketika berjalan, dia jatuh telentang, tidak berdaya dan tidak bangkit-bangkit
lagi.
Saat tidak
berdaya, 2 (dua) hal dialami:
1.
Luka.
Banyak yang membuat luka, termasuk luka batin. Banyak persoalan, itu juga
membuat luka. Luka perasaan, luka
hati, luka pikiran, luka semua dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kalau hanya
luka karena salib, menderita karena menerima kekurangan orang lain, tetapi
tidak tertangkap dan tertawan, itu bagus sekali.
2.
Tetapi
justru ini ditambah dengan tertangkap dan tertawan, dianiaya oleh antikris,
sesuai dengan Wahyu 13:10, Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia
akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus
dibunuh dengan pedang. Siapa yang sanggup menerima ini? Siapa yang sanggup
melihat jika anggota keluarga digorok? Tetapi itu akan terjadi nanti; ditawan,
ditangkap, diinjak-injak oleh antikris.
Itu sebabnya, saya
ini sedang berjuang berjibaku untuk menyampaikan soal hari ketujuh, hari perhentian,
itu tempat kita di mana kita harus berbakti kepada TUHAN.
Rasul Paulus
dengan tegas berbicara kepada sidang jemaat di Korintus, dalam 2 Korintus 5:1-2, Selama aku mendiami kemah ini, mendiami tubuh ini, banyak persoalan
yang aku alami. Selama aku tinggal di kemah bumi ini, banyak persoalan yang
harus di hadapi. Maka, kemah yang pertama ini harus dibongkar, karena dia
rindu dengan kemah Kerajaan Sorga.
Tetapi lihatlah pengejek-pengejek
yang tidak mau menghargai hari ketujuh; akhirnya dalam berjalan, mereka jatuh
telentang, sehingga mereka mengalami luka, tertangkap dan tertawan, diinjak-injak
pada masa aniaya antikris.
Jangan lupa yang satu
ini. 1 (satu) hari = 1000 (seribu) tahun. 1000 (seribu) tahun = 1 (satu) hari,
itulah hari ketujuh, hari perhentian, Sabat TUHAN Allah.
Saya tidak rela kalau satu
pun di antara kita haru terhilang dan binasa. Itu sebabnya, saya terus berjibaku,
terus datang di kaki salib, memohon kepada TUHAN supaya kita semua, sidang
jemaat TUHAN, mendapat pengertian dari TUHAN. Saya berjuang untuk menantikan
apa yang menjadi kehendak TUHAN.
Seperti untuk malam ini
pun saya berjuang. Tetapi kalau saudara tidak percaya, mau bagaimana lagi?
Adakah dari antara saudara yang saya rampas uangnya, yang saya porot uangnya?
Tidak ada. Satu pun dari antara saudara, tidak ada yang saya porot. Murni;
dasar saya melayani adalah karena kasih.
Air mata ini bukan
cengeng, tetapi karena saya bersyukur atas kemurahan TUHAN, sebab TUHAN masih
dengarkan doa permohonan kita, TUHAN terus bukakan Firman-Nya, supaya kita tertolong.
Air mata karena tidak ada
beras, itu tidak menyelamatkan; air mata karena tidak ada uang, air mata karena
bisnis gagal, itu tidak menyelamatkan; tetapi air mata hamba TUHAN saat
menantikan pembukaan Firman, itu yang menyelamatkan.
Kita semua harus tahu
perbedaan air mata; mana air mata syukur, mana air mata karena lelah tidak
mampu menghadapi persoalan di atas muka bumi ini.
Tidak ada seorang pun yang
tidak lelah, hanya saja dia merasa hebat. Sebetulnya dia lelah, karena
banyaknya persoalan yang sedang dihadapi saat ini oleh kenajisannya,
kejahatannya, dustanya, kemunafikannya, kesombongannya, keangkuhannya, tipu
muslihatnya, dan sebagainya; itu yang membuat lelah. Persoalan-persoalan ini
menjadikan seseorang lelah.
Dan hamba TUHAN yang
diurapi dengan Roh yang tak terbatas diutus oleh TUHAN untuk menyatakan tentang
hari ketujuh, tetapi lihatlah pengejek-pengejek; sudah tahu, tetapi tidak
mau tahu. Namun resikonya ada, konsekuensi dari sebuah tindakan pasti ada;
-
Kalau tindakannya benar,
maka konsekuensinya ada.
-
Kalau tindakannya salah
pun juga ada konsekuensinya.
Pada
akhirnya mereka jatuh telentang, tidak berdaya lagi, sehingga mengalami luka,
tertangkap dan ditawan oleh antikris.
Camkanlah hal
ini: Hari ketujuh adalah hari di mana kita harus berbakti kepada TUHAN, sebagai
wujud dari menyembah Allah. Sembahlah Allah, wujudnya; berbaktilah kepada Dia.
Hanya kepada Dia sajalah kita berbakti, tidak kepada yang lain.
Tadi kita sudah
melihat, di mana TUHAN mengutus hamba TUHAN untuk menyampaikan hari perhentian dengan
Roh yang tidak terbatas; logat ganjil, bahasa asing, hamba TUHAN yang diurapi
diutus dengan Roh yang tak terbatas. Tetapi pengejek tidak mau tahu, akhirnya
luka, tertangkap dan tertawan = Menderita karena masalah belum selesai, tetapi
ditawan lagi, diinjak lagi oleh antikris.
2 Petrus 3:9
(3:9) Tuhan
tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya
sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki
supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan
bertobat.
Inilah jawaban
tegas dari TUHAN kepada para pengejek: Sesungguhnya,
TUHAN tidak lalai menepati janji-Nya, itulah janji kedatangan-Nya kembali
sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga di bumi ini.
Sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, itulah
pengejek, tetapi TUHAN sabar terhadap kamu, saya dan saudara, termasuk
pengejek-pengejek rohani, karena Ia menghendaki supaya satu pun di antara kita jangan
ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
Saya jadi teringat dengan peristiwa waktu Musa memimpin umat Israel,
tepatnya ketika berada di kaki gunung Horeb, gunung Sinai, gunung TUHAN, gunung
Allah kudus: Atas perintah TUHAN, Musa harus naik ke atas gunung itu. Lalu di
situ dia berjumpa dengan Allah 40 (empat puluh) hari, 40 (empat puluh) malam
dengan visi misi yang mulia, itulah membangun Tabernakel, membangun Bait Allah.
Selama 40 (empat puluh) hari, 40 (empat puluh) malam itu, di situlah
Musa belajar Alkitab dari TUHAN Yesus secara langsung; menerima
petunjuk-pentujuk bagaimana caranya membangun Tabernakel, bagaimana caranya
untuk membangun tubuh Kristus selama 40 (empat puluh) hari, 40 (empat puluh)
malam.
Namun pada saat
itu, umat Israel merasa bahwa Musa ini menunda-nunda turun dari gunung Sinai.
Sesuai Keluaran 32:1, Ketika bangsa
itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka
berkumpullah mereka mengerumuni Harun -- yang sudah dipercayakan oleh Musa
untuk melayani umat itu -- dan berkatalah umat itu kepada Harun: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan
berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar
dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
Musa bukan sedang
mengundur-undurkan dirinya untuk turun ke bawah memperhatikan sidang jemaat,
TUHAN juga bukan sedang mengundur-undurkan diri-Nya, TUHAN bukan sedang menunda-nunda
kedatangan-Nya, tetapi TUHAN sedang menunjukkan masa kesabaran-Nya, supaya
terwujud pembangunan tubuh Kristus (Tabernakel). Itu adalah cara TUHAN, itu
adalah kesabaran TUHAN, bukan TUHAN lalai.
Tetapi
pengejek-pengejek justru berkata “lalai”. Hati TUHAN sedih; biar sudah diomong,
bahkan sampai tidak tahu bagaimana caranya lagi memberitahukannya supaya tetap
tekun beribadah, tetapi pengejek-pengejek tetap saja tidak mau tahu.
TUHAN itu bukan
sedang mengundur-undurkan diri, itu adalah masa sabar-Nya, supaya terwujud
pembangunan Tabernakel (tubuh Kristus), pembangunan rumah TUHAN; saya dan
saudara terwujud kesatuan.
- Dimulai dari kesatuan
nikah,
- lalu kesatuan
yang lebih besar adalah di penggembalaan ini,
- lalu antar penggembalaan,
antar denominasi gereja,
- antar
internasional,
- antar kafir dan
Israel; mengerucut.
Itulah gunung
Sion, itulah tubuh Kristus yang sempurna.
Itu sebabnya
TUHAN percayakan kepada kita suatu organisasi yang sudah disahkan oleh negara
kepada kita, itulah Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), supaya kita
menyebar-luaskan Pengajaran Pembangunan Tabernakel dalam Terangnya Mempelai
ini, supaya kita semua dimempelaikan oleh TUHAN.
Jadi, TUHAN itu
bukan lalai; demikian juga Musa bukan sedang mengundur-undurkan diri, tetapi
dia sedang menerima petunjuk “bagaimana cara membangun Tabernakel”.
2 Petrus 3:9
(3:9) Tuhan tidak
lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai
kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki
supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik
dan bertobat.
TUHAN
menghendaki pertobatan dari orang fasik dan orang berdosa; TUHAN tidak
menghendaki kebinasaan dari orang fasik dan orang berdosa. Itulah masa
kesabaran-Nya, itulah panjang sabar-Nya.
Dan itu juga
diajarkan kepada Yehezkiel sebagai penjaga yang baik dalam Yehezkiel 33:11, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik,
melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya
supaya ia hidup kekal dalam Kerajaan Sorga.
Jadi, panjang
sabar TUHAN bukan karena Ia sedang mengundur-undurkan diri, tetapi panjang
sabar TUHAN kesempatan bagi kita untuk memperoleh keselamatan, dengan jalan
bertobat, karena TUHAN tidak menghendaki kebinasaan dari orang berdosa
Masakan TUHAN
menciptakan manusia, lalu diizinkan untuk binasa dan mati? Tentu tidak. Kita semua
diciptakan supaya sempurna, tetapi manusia pengejek tidak mau sempurna; namun
TUHAN tetap memberikan kesempatan. Kesempatan yang ada ini adalah panjang sabar
TUHAN supaya kita memperoleh keselamatan dengan cara bertobat.
Bertobatlah
100%, jangan 50%.
- Bertobat 50% itu
berhenti berbuat dosa.
- Tambahkan 50%
lagi, kembalilah kepada TUHAN
Itulah bertobat 100%.
Kembalilah
kepada Sang Khalik, Pencipta langit dan bumi, Dia yang empunya kita (manusia).
Kembalilah kepada Dia yang memelihara jiwa.
Sebetulnya,
tidak ada yang susah dalam BERIBADAH; hanya duduk diam dan mendengarkan Firman.
Bukankah itu enak, dari pada capek harus kerja, kerja, kerja? Memang harus
bekerja selama 6 (enam) hari, tetapi itu capek. Kuliah pun capek, tetapi duduk
dengar Firman tidaklah capek. Malah hati TUHAN pun senang kalau kita duduk diam
mendengarkan Firman.
Jangan hanya
memuji selama 1 (satu) jam atau 1.5 (satu setengah) jam, tetapi mendengar
Firman hanya dalam hitungan menit.
Supaya
kita jangan binasa, mari kita melihat JALAN
KELUARNYA.
Matius 4:8-9
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang
sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan
kemegahannya, (4:9) dan berkata
kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud
menyembah aku."
Kembali saya
sampaikan hal yang senada di atas tadi: Iblis membawa Yesus ke atas gunung yang
sangat tinggi. Dari sana, Iblis memperlihatkan kerajaan dunia dengan kemegahannya,
dengan keindahan-keindahannya, dan dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya
-- itulah keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup, sesuai 1 Yohanes 2:16 --.
Lalu, Iblis berkata: Semua kuserahkan kepadaMu, syaratnya; sujud menyembah Setan.
Jadi,
penyembahan dari Setan atau puncak ibadah dari Setan adalah perkara-perkara
lahiriah. Atau sebaliknya, kerajaan dunia dan kemegahannya, itulah puncak ibadah
dari Setan.
Matius 4:10
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan
hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Wujud dari
penyembahan (menyembah) adalah berbakti.
Hari ketujuh
adalah hari di mana kita harus berbakti, berarti; beribadah, melayani TUHAN, dan
melayani pekerjaan-Nya.
Tetapi, puncak
dari kebaktian (puncak dari ibadah pelayanan) adalah doa penyembahan.
Penyembahan =
Penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja, bukan
lagi kepada kehendak-kehendak yang lain.
Mungkin kita
sudah menyembah, tetapi ukuran dari penyembahan itu adalah penyerahan diri
sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah. Mungkin kita sudah menyembah 1
(satu) jam, tetapi jika masih ada kehendak-kehendak daging yang bertentangan
dengan kehendak TUHAN, itu adalah penyembahan lahiriah, berarti belum memenuhi
ukuran penyembahan TUHAN.
Pada Matius 4:8-9, Penyembahan atau puncak ibadah
dari Setan adalah kerajaan dunia dengan segala kemegahan-kemegahannya, itulah perkara-perkara
lahiriah (keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup). Itu berarti,
kerajaan dunia dengan kemegahannya adalah takhta Setan.
Itu
sebabnya di atas tadi saya katakan; jika di hati ini yang didambakan hanyalah kerajaan
dunia dan kemegahannya = Menyembah Setan.
Jadi,
gunung tertinggi dari Setan, atau ibadah tertinggi dari Setan adalah kerajaan
dunia. Berarti, kerajaan dunia inilah yang menjadi takhta dari Setan.
Sekarang, bandingkan
dengan PENYEMBAHAN YANG BENAR, YANG ADA DI DALAM SORGA.
Kita perhatikan Wahyu 4, dengan perikop: “Kedua puluh empat tua-tua dan keempat
binatang”
Wahyu 4:1
(4:1) Kemudian dari
pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan
suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi
sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang
harus terjadi sesudah ini.
Kalau kita
berada di puncak ibadah, itulah doa penyembahan, maka yang diperlihatkan oleh
TUHAN adalah Kerajaan Sorga.
Demikian juga
sesudah bumi ini lenyap, maka TUHAN akan perlihatkan Kerajaan Sorga; itulah
yang terjadi kalau kita ada pada puncak ibadah, gunung tertinggi, itulah doa
penyembahan.
Wahyu 4:2
(4:2) Segera aku
dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di
takhta itu duduk Seorang.
Rasul Yohanes
melihat sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
Sedikit saya
tambahkan: Seindah-indahnya sorga, tidak ada artinya, kalau takhta tidak
terdiri di situ. Demikian juga sehebat-hebatnya seseorang -- mungkin karena
kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi, harta kekayaan, uang yang banyak, atau
pun karena kelebihan-kelebihan yang dia punya, karena kecakapannya -- tidak
akan berarti di hadapan TUHAN, kalau Allah tidak bertakhta di hatinya.
Singkat kata: Kerajaan Sorga adalah takhta dari Allah. Sedangkan kerajaan dunia dan kemegahannya adalah takhta dari Setan.
Wahyu 4:3
(4:3) Dan Dia yang
duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata
sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan
zamrud rupanya.
Dia yang duduk
di takhta itu nampaknya;
- Bagaikan permata yaspis = Iman = TUHAN. Dasar dari kegiatan rohani kita di dalam Kerajaan Sorga
ini, di dalam ibadah pelayanan ini adalah iman kita, itulah permata yaspis.
Motor penggerak kita adalah iman.
- Bagaikan permata sardis = Kasih = YESUS oleh korban-Nya. Permata sardis itu berwarna merah,
itulah kasih Allah oleh karena korban-Nya.
- Bagaikan permata zamrud = Harap = KRISTUS.
Berarti, yang
duduk di takhta Kerajaan Sorga adalah TUHAN
YESUS KRISTUS.
Maka di bumi
juga, yang duduk di hati kita adalah iman,
harap, dan kasih; itulah ibadah
kita di bumi.
Jadi,
tidak usah ragu; yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga bukanlah Setan, tetapi
TUHAN Yesus Kristus; bukan hantu, tetapi TUHAN Yesus Kristus.
Kita
harus mengerti bahwa puncak ibadah betul-betul adalah penyembahan. Jangan kita
hanya memuji-muji TUHAN, senang-senang memuji TUHAN, tetapi tidak mengerti Kerajaan
Sorga, tidak tahu melangkah untuk ke sorga; tidak ada artinya ibadah semacam itu.
Banyak
memuji TUHAN selama 1.5 (satu setengah) jam, tetapi untuk mendengar Firman
justru kurang dari 1.5 (satu setengah) jam. Dia mau didengar oleh TUHAN, tetapi
tidak mau mendengar Firman TUHAN; bukankah ini curang, tidak adil?
- Kalau kita
memuji TUHAN, berarti TUHAN yang mendengar kita.
- Tetapi kalau
kita mendengar Firman, berarti kita mendengar TUHAN.
Kalau
pujian yang diperbanyak, berarti kita hanya mau TUHAN mendengar kita, tetapi
kita tidak mau dengar TUHAN; bukankah itu curang namanya?
Kita
harus mengerti Firman, kita harus lebih banyak mendengar Firman. Jadi, jangan
lagi salah mengerti dalam beribadah, jangan lagi mau dihipnotis dengan
kegirangan-kegirangan daging.
Wahyu 4:4-5
(4:4) Dan
sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta
itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan
mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh
obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Di sekeliling
takhta Allah ada 24 (dua puluh empat) takhta, dan di takhta itu duduk 24 (dua
puluh empat) tua-tua. Dalam pola Tabernakel, 24 (dua puluh empat) tua-tua terkena
pada Meja Roti Sajian.
Persamaannya
adalah di atas Meja Roti Sajian ada 12 (dua belas) ketul roti; yang terdiri
dari 2 (dua) susun, masing-masing 6 (enam) ketul roti, yang bila disatukan 66
(enam puluh enam), bila dijumlahkan ada 12 (dua belas) ketul roti, itulah;
- Pengajaran dari
12 (dua belas) rasul hujan awal,
- juga 12 (dua
belas) rasul hujan akhir.
Jadi, sudah
sinkron dengan 24 (dua puluh empat) tua-tua yang mengelilingi takhta Allah,
itulah;
- 12 (dua belas)
rasul hujan awal.
- 12 (dua belas)
rasul hujan akhir.
Jadi, ibadah di
bumi harus sama dengan ibadah di sorga. Tetapi banyak orang Kristen tidak mengerti
ibadah, tidak tahu ibadah, karena tidak berpola.
Sekarang, kalau
TUHAN tunjukkan pola Kerajaan Sorga, maka kita semua harus menerima, harus
bersyukur kepada TUHAN, supaya jangan keliru dalam menjalankan ibadah di bumi.
Kalau kita salah dalam menjalankan ibadah di bumi, maka tidak masuk sorga. Inilah
dasar saya menyampaikan Firman, yaitu kasih.
Kemudian, ada 7
(tujuh) obor menyala-nyala di hadapan takhta itu.
Kalau dilihat
persamaannya dalam Tabernakel Musa, jelas itu adalah kaki dian dengan 7 (tujuh)
pelita menyala di atasnya.
Singkatnya:
- Meja Roti Sajian
→ Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
- Pelita Emas → Ketekunan
dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian-kesaksian.
Jadi, Ibadah
Raya Minggu bukanlah puncak ibadah, tetapi mari kita lihat PUNCAK IBADAH.
Sesudah Wahyu 4:4-5, ada Wahyu 4:5-6, Dan di hadapan
takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal, yang berada di halaman. Kita
tidak boleh turun ke halaman, sebab kita sudah berada di dalam Ruangan Suci.
Di dalam Wahyu 4 ini, kita belum menemukan
puncak ibadah, lalu di mana dia? Tentu hal ini ada maksudnya; mengapa puncak
ibadah, itulah doa penyembahan, tidak ditulis di dalam Wahyu 4 ini?
Mengapa hanya
ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab (Meja Roti Sajian) dan ketekunan
dalam Ibadah Raya Minggu (Pelita Emas), lalu di mana puncak ibadahnya? Kok justru langsung ke halaman? Bukankah
seharusnya kita menggenapi Ibrani 6:1-2?
Kita sudah naik berada di Ruangan Suci, tetapi kok turun lagi ke halaman; untuk apa? Tentu ada maksud TUHAN di
situ.
Mari kita
perhatikan Wahyu 8.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah
dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan
untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas
mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah
asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
malaikat itu ke hadapan Allah.
Malaikat lain,
itulah Pribadi TUHAN Yesus Kristus, Dialah yang memimpin ibadah-ibadah di bumi
ini -- yang melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa -- sampai kepada puncak
ibadah, itulah doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang membumbung
tinggi naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
Hanya satu perkara yang merampas kita dari maut, hanya satu perkara yang merampas kita dari dunia takhta Setan ini, hanya satu perkara yang merampas kita dari gravitasi bumi / daya tarik bumi (kerajaan dunia dan kemegahannya), itulah doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik ke hadirat Allah.
Itu sebabnya di dalam
takhta Allah (Tabernakel sorga) yang tertulis dalam Wahyu 4, di situ tidak disebutkan satu alat, itulah Mezbah Dupa,
tetapi justru dia pergi di Wahyu 8.
Maksudnya adalah
bahwa puncak ibadah itu adalah doa penyembahan. Dan untuk sampai kepada puncak ibadah,
kita harus berjuang, mulai dari pasal 4, 5, 6, 7, sampai 8; kita harus temukan
itu. Itulah maksudnya.
Puncak ibadah
bukanlah Meja Roti Sajian (Ibadah Pendalaman Alkitab) juga bukan Pelita Emas
(Ibadah Raya Minggu), tetapi asap dupa kemenyan naik ke hadirat TUHAN, itulah doa
penyembahan.
Hanya satu
perkara yang dapat merampas kita dari bumi; hanya satu perkara yang bisa
melepaskan kita dari kerajaan maut, takhta Setan, dunia dan keinginannya,
itulah doa penyembahan.
Di tangan saya
ada satu benda; apabila benda ini saya lempar ke atas, dia akan jatuh ke bawah.
Mengapa? Menurut ilmu Fisika, hal itu
disebabkan karena gaya gravitasi atau gaya daya tarik bumi, arti rohaninya;
itulah kerajaan dunia dan kemegahannya, yaitu keinginan daging, keinginan mata,
dan keangkuhan hidup.
Biar dia sudah penuh
Firman dan penuh Roh Kudus, tetapi hanya satu perkara yang dapat melepaskan kita
dari daya tarik bumi ini, itulah asap dupa kemenyan, doa penyembahan; oleh
sebab itu, sembahlah Allah!
Hai yang
bernafas, hai yang diam di bumi; Sembahlah
Allah! Ibadah harus memuncak sampai doa penyembahan; pengertian ini harus
kita miliki. Biar dia kaya, tetapi dia tidak akan masuk sorga, kalau ibadahnya
tidak memuncak.
Itu adalah
penglihatan dari Rasul Yohanes. Ada lagi penglihatan dari Rasul Paulus di dalam
Ibrani 9:2-4, yang mana peristiwa
ini dialami oleh Rasul Paulus ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga, lalu
dia ceritakan secara langsung kepada jemaat di Korintus, tetapi ditulis kembali
kepada orang Ibrani.
Kita perhatikan Ibrani 9, dengan perikop: “Tempat kudus di bumi dan di sorga”
Ibrani 9:2
(9:2) Sebab ada
dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di
situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian.
Bagian ini disebut tempat yang kudus.
Di dalam kemah,
yaitu bagian yang paling depan, itulah RUANGAN SUCI, di dalamnya terdapat:
1.
Kaki
dian (Pelita Emas).
2.
Meja
Roti Sajian.
Tetapi di sini
tidak kita temukan Mezbah Dupa. Padahal, pada Tabernakel Musa, di dalam Ruangan
Suci ada Mezbah Dupa. Justru apa yang dilihat oleh Rasul Paulus ini sama dengan
Tabernakel sorgawi.
Jadi, apa yang dilihat
oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos, itu sama dengan apa yang dilihat oleh Rasul
Paulus ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Memang di sini
tidak ditemukan Mezbah Dupa, mengapa? Ada
artinya di situ.
Ibrani 9:3-4
(9:3) Di belakang
tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha
kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran
ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan
emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat
Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Sesudah Ruangan Suci, melewati tirai yang robek, barulah masuk Ruangan
Maha Suci. Di dalam Ruangan Maha Suci itu terdapat mezbah pembakaran ukupan
dari emas.
Mengapa bisa
demikian? Artinya, puncak ibadah di bumi bukanlah Ibadah
Pendalaman Alkitab dan bukanlah Ibadah Raya Minggu, tetapi Ibadah Doa
Penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik ke hadirat Allah, menembusi
takhta Allah.
Jadi, bukan “ada
yang hilang”, tetapi justru penyembahan itulah yang membawa kita sampai ke
hadirat Allah, tidak ada cara yang lain. Percayalah.
Dan itu
sebetulnya sudah diceritakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dalam 2 Korintus 12:1-4. Secara khusus pada 2 Korintus 12:4 dikatakan: ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar
kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Jadi, apa yang
dilihat oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos, itu jugalah yang dilihat oleh Rasul
Paulus di tingkat yang ketiga dari sorga, disebutlah itu Firdaus, di situ ia
melihat bahwasanya Mezbah Pembakaran Ukupan, doa penyembahan itu sudah ada di hadirat
TUHAN; itulah yang membawa kehidupan kita sampai ke hadirat TUHAN.
Maka, kalau kita
perhatikan Wahyu 12:5, Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki,
yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas
dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Hanya satu
perkara yang melepaskan kita, merampas kita dari bumi, dari takhta Setan, dari kuasa
maut, itulah asap dupa kemenyan doa penyembahan; tidak ada cara lain. Di mana
pun saudara beribadah, kalau tidak mengikuti pola ini, tidak akan bisa.
Saya tidak
sedang membuat hati saudara gundah gulana, juga tidak sedang menantang saudara,
tidak; tetapi yang saya sampaikan ini adalah ajaran yang benar. Bukan saya yang benar, tetapi ayat ini yang
benar; tidak ada cara lain untuk sampai ke hadirat TUHAN, kecuali asap dupa
kemenyan (doa penyembahan).
Jadi,
ibadah kita harus memuncak sampai kepada doa penyembahan. Itulah sebabnya,
malaikat pertama, dalam seruannya yang ketiga, ia berkata: “SEMBAHLAH
ALLAH”, karena hanya dengan demikianlah cara satu-satunya untuk
merampas kita dari bumi, merampas kita dari maut, merampas kita dari takhta Setan,
yaitu doa penyembahan. “SEMBAHLAH ALLAH”
Kemudian,
dalam Wahyu 12:14, ketika terjadi
goncangan, maka mempelai perempuan -- itulah gereja yang sempurna, yang ibadah
sudah sampai memuncak --, kepadanya diberikan sayap burung nasar yang besar
supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun (padang belantara, padang
pasir), di situ ia dipelihara jauh dari mata ular selama 3.5 (tiga setengah)
tahun.
Di
tengah-tengah goncangan dunia, mempelai perempuan ada dalam ketenangan penuh =
Tenang di tengah-tengah goncangan, itulah penyembahan.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment