IBADAH RAYA
MINGGU, 05 JUNI 2022
KITAB WAHYU
PASAL 14
(Seri: 08)
Subtema:
DOSA DIHAPUSKAN DALAM SATU
HARI SAJA
Salam sejahtera
dan bahagia di dalam kita menikmati Sabda Allah. Saya tidak lupa mengucap
syukur kepada TUHAN, karena sore petang ini kita diizinkan oleh TUHAN untuk
mengusahakan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian zangkoor dan
kesaksian dari 2 (dua) orang yang baru saja dibaptis.
Kemudian, Ibadah
Raya Minggu hari ini juga dirangkai dengan Hari Pentakosta, Hari Pencurahan
Roh-El Kudus. Biarlah kiranya kesempatan di sore hari ini betul-betul kita
merasakan pertolongan dan kemurahan TUHAN, lewat pembukaan Firman yang sebentar
akan kita terima.
Oleh sebab itu,
kita mohon kemurahan TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul
meneguhkan setiap kehidupan kita yang hadir secara tatap muka, maupun yang
mengikuti ibadah dan pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming, sehingga ibadah ini betul-betul meneguhkan setiap
kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Saya tidak lupa
menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, umat ketebusan TUHAN yang
senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia. Sekali lagi
kita mohon kemurahan TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul
meneguhkan setiap kehidupan kita.
Kita sambut
Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu, itulah KITAB WAHYU. Kita kembali untuk yang kesekian kali kita membaca Wahyu 14:1.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh
empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama
Bapa-Nya.
Anak Domba
berdiri di bukit Sion bersama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
Kemudian, di dahi dari 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya, dengan lain kata; meterai Allah ada pada
dahi mereka.
Kita lanjut
untuk membaca Wahyu 7.
Wahyu 7:4
(7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan
itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari
semua suku keturunan Israel.
Di sini kembali
ditegaskan, bahwasanya: Jumlah mereka yang dimeteraikan itu ialah 144.000 (seratus
empat puluh empat ribu) orang dari semua keturunan Israel, dari 12 (dua belas)
suku Israel.
Dengan perincian …
Wahyu 7:5-8
(7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang
dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua
belas ribu, (7:6) dari suku Asyer
dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye
dua belas ribu, (7:7) dari suku
Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku
Isakhar dua belas ribu, (7:8)
dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu,
dari suku Benyamin dua belas ribu.
12 (dua belas) suku
x 12.000 (dua belas ribu) dari tiap-tiap suku = 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang. Inilah yang menjadi inti mempelai Sebenarnya, hal ini telah
dinubuatkan oleh nabi Yehezkiel.
Yehezkiel 9:3-4
(9:3) Pada saat itu kemuliaan Allah Israel sudah
terangkat dari atas kerub, tempatnya semula, ke atas ambang pintu Bait Suci dan
Dia memanggil orang yang berpakaian lenan dan yang mempunyai alat
penulis di sisinya. (9:4) Firman
TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan
tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena
segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana."
Kepada orang
yang berpakaian lenan dan yang mempunyai alat penulis diperintahkan untuk
menuliskan huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala
perbuatan-perbuatan keji di Yerusalem.
Singkat kata: Huruf T adalah meterai Allah untuk orang-orang yang berkeluh kesah, atau dengan rela menyangkal dirinya dan memikul salibnya.
Singkat kata: Huruf T adalah meterai Allah untuk orang-orang yang berkeluh kesah, atau dengan rela menyangkal dirinya dan memikul salibnya.
Jadi, sudah
sangat jelas; upah dari menyangkal diri dan memikul salib itu ada, dan upahnya
itu besar. Oleh sebab itu, kita tidak perlu ragu di dalam menyangkal diri dan memikul
salib; tidak perlu berpikir dua kali untuk membawa korban dan mempersembahkannya
di atas mezbah. Itu sebabnya, di dalam setiap pertemuan ibadah, kita harus
membawa korban, selanjutnya dipersembahkan di atas mezbah.
Yehezkiel 9:5-6
(9:5) Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia
berfirman: "Ikutilah dia dari belakang melalui kota itu dan pukullah
sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan. (9:6) Orang-orang tua, teruna-teruna
dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi
semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan
mulailah dari tempat kudus-Ku!" Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang
berada di hadapan Bait Suci.
Pada ayat 5 dan
ayat 6 ada perintah: Semua orang yang ditandai huruf T itu jangan disinggung, berarti;
meterai di dahi adalah sebuah jaminan
yang heran dari Allah bagi kita semua.
Huruf T (sangkal diri, pikul salib) adalah jaminan hidup. Oleh sebab itu, marilah kita mempercayakan hidup kita hanya kepada darah salib di Golgota, hanya kepada korban Kristus, tidak kepada yang lain-lain.
Persamaan
Yehezkiel 9:5-6 di dalam Wahyu 7, dengan perikop: “Orang-orang yang dimeteraikan dari bangsa Israel.”
Wahyu 7:1
(7:1) Kemudian dari pada itu aku melihat empat
malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat
angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut
atau di pohon-pohon.
4 (empat) malaikat
berdiri pada 4 (empat) sudut bumi atau penjuru bumi, itulah Timur, Barat,
Utara, Selatan, atau atas seantero dunia ini. Adapun tugas 4 (empat) malaikat
tersebut adalah menahan keempat angin bumi, maksudnya adalah; supaya jangan ada angin bertiup baik di darat,
di laut, dan di pohon-pohon.
Wahyu 7:2-3
(7:2) Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari
tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru
dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk
merusakkan bumi dan laut, (7:3)
katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon
sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
Kepada 4 (empat)
malaikat itu ditugaskan untuk merusakkan bumi, laut dan pohon-pohonan.
- Bumi adalah bayangan dari segala kepalsuan-kepalsuan yang terjadi,
itulah kepalsuan yang dikerjakan nabi-nabi palsu.
- Laut adalah bayangan dari segala kenajisan percabulan yang telah terjadi
dan dikerjakan oleh antikris. Binatang pertama yang keluar dari dalam laut
itulah antikris dengan segala kenajisan yang telah dikerjakannya.
- Pohon-pohonan adalah bayangan dari manusia duniawi yang hidup dalam hawa
nafsu dan keinginan daging yang jahat
Tetapi, sebelum
bumi, laut dan pohon-pohonan dirusak, pada ayat 3 dikatakan: Orang-orang yang
memiliki meterai dari Allah tidak disinggung, tidak dirusak.
Pendeknya: Huruf
T pada dahi (kehidupan yang dimeteraikan) mendapat suatu JAMINAN.
Jadi, meterai Allah pada dahi adalah jaminan sehingga tidak disinggung, tidak dirusak seperti bumi, laut dan pohon-pohonan.
Jadi, meterai Allah pada dahi adalah jaminan sehingga tidak disinggung, tidak dirusak seperti bumi, laut dan pohon-pohonan.
Tuhan memang
memerintahkan empat malaikat pada empat sudut bumi untuk menahan angin supaya
jangan dulu merusakkan bumi, laut dan pohon-pohonan, tetapi pada akhirnya nanti
bumi, laut dan pohon-pohonan akan dirusak. Namun, sebelum dirusak terlebih
dahulu Tuhan memeteraikan tanda milik kepunyaan-Nya pada dahi mereka.
Jadi, meterai
Allah pada dahi adalah sebuah jaminan yang heran bagi kita. Segala perkara yang
ada di atas muka bumi ini tidak bisa dijadikan jaminan tetapi meterai Allah
pada dahi adalah sebuah jaminan yang heran untuk tidak disinggung, tidak turut
dirusak bersama dengan laut, bumi dan pohon dirusak. Oleh sebab itu,
sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada Tuhan sebab masa sekarang adalah masa
penantian, tidak lama lagi Tuhan datang. Maka, pada masa pemeteraian ini jangan
dukakan Roh Kudus.
2 Korintus
1:21-22
(1:21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama
dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (1:22) memeteraikan tanda milik-Nya
atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan
dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Roh Allah yang
dimeteraikan pada dahi adalah jaminan
dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Singkat kata: Roh Kudus adalah meterai dari milik kepunyaan Allah.
Jadi, milik
kepunyaan Allah, tandanya (meterainya) adalah Roh Kudus (Roh Allah yang suci)
yang sudah dimeteraikan pada dahinya, diberikan di dalam hati kita
masing-masing.
Oleh sebab itu,
biarlah kiranya TUHAN memberi tanda pada dahi kita masing-masing; TUHAN
mengurapi kehidupan kita, sebab memang kita rindu untuk menjadi milik-Nya.
Biarlah kiranya hati kita sepenuhnya menjadi milik Roh Allah yang suci.
Jangan sampai
ada cap lain ada di dalam tubuh kita dan jangan biarkan itu ada.
Huru
T itulah tanda darah, itulah kehidupan.
Efesus 1:13-14
(1:13) Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah
mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu
juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya
itu. (1:14) Dan Roh Kudus itu
adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Roh Kudus adalah
meterai dari milik kepunyaan Allah
dan Roh Kudus adalah jaminan bagian
kita sampai kita memperoleh seluruhnya.
Pendeknya:
Menjadi milik Allah untuk memuji
kemuliaan Allah, bukan memuji yang lain-lain.
Jadi,
orang yang sudah menerima meterai Allah di dahi tidak akan disinggung, tidak
dirusak walaupun si perusak akan tiba nanti. Sebab, jaminannya adalah METERAI
ALLAH dan tidak ada yang lain yang bisa kita jadikan jaminan. Oleh sebab itu,
fokus menerima Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, jangan mendua
hati dan jangan menyimpang ke kiri dan ke kanan supaya kita tertolong pada hari
Tuhan nanti.
Zerubabel
tidak terlalu membesar-besarkan hari besar di bumi ini, melainkan membesarkan
batu penjuru yang ada di tangannya itulah dasar bangunan kita.
- Dasar dari
ibadah adalah kasih dari Sorga, itulah salib di Golgota.
- Dasar dari nikah
adalah adalah salib di Golgota, itulah kasih dari Allah.
Oleh
sebab itu, jangan kita membesar-besarkan yang lain.
Yehezkiel 9:11
(9:11) Lihat, orang yang berpakaian lenan itu dan yang
mempunyai alat penulis di sisinya memberikan laporan, katanya: "Aku
sudah kerjakan seperti Engkau perintahkan kepadaku."
Orang yang
berpakaian lenan dan yang mempunyai alat penulis memberikan laporan kepada
Allah: "Aku sudah kerjakan seperti
Engkau perintahkan kepadaku." Artinya: Pekerjaan terakhir dari seorang
malaikat sidang jemaat (gembala sidang atau pemimpin rohani) adalah membawa
sidang jemaat atau membawa gereja TUHAN untuk menerima meterai Allah yang hidup.
Bukan soal
berkat-keberkatan, bukan soal keberhasilan, bukan soal mujizat kesembuhan,
tetapi tugas terakhir dari seorang malaikat sidang jemaat (gembala sidang atau
pemimpin rohani) adalah membawa gereja Tuhan untuk sampai menerima meterai
Allah yang hidup, tidak ada yang lain dan jangan mau disesatkan oleh pengertian
yang lain.
Wahyu 1:20
(1:20) Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat
pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu
ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh
jemaat."
Ketujuh bintang
di tangan kanan TUHAN adalah malaikat ketujuh sidang jemaat, disebut juga gembala
sidang atau pemimpin rohani.
Daniel 12:3
(12:3)
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang
telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang,
tetap untuk selama-lamanya.
Tugas pokok dari
bintang-bintang di langit (ketujuh bintang di tangan kanan Tuhan) adalah
menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Apa
yang dinubuatkan oleh nabi Daniel jauh sebelumnya sudah dibenarkan oleh Rasul
Paulus. Jadi, antara nabinya Tuhan dengan rasulnya Tuhan itu sama, satu Roh,
dikerjakan oleh Roh Tuhan yang satu yang sama itu.
Kita
baca Filipi 2, dengan perikop: “Tetaplah kerjakan keselamatanmu.”
Filipi 2:12-17
(2:12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa
taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut
dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih
pula sekarang waktu aku tidak hadir, (2:13)
karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan
maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (2:14) Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut
dan berbantah-bantahan, (2:15)
supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak
Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya
dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia, (2:16)
sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari
Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah. (2:17) Tetapi sekalipun darahku
dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita
dengan kamu sekalian.
Untuk menjadi
bintang-bintang yang bercahaya di antara orang-orang yang bengkok hatinya dan
yang sesat, YANG PERTAMA: Diawali dengan TAAT (ayat 12).
Taat, berarti; patuh
pada ajaran yang benar. Tanda seseorang yang taat ialah mengerjakan keselamatan
itu dengan takut dan gentar di hadapan TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja,
Mempelai Pria Sorga, bukan di hadapan manusia. Kalau hanya di hadapan manusia;
kita bisa berbuat baik di depan manusia, tetapi belum tentu di belakangnya.
Untuk menjadi
bintang-bintang yang bercahaya di antara orang-orang yang bengkok hatinya dan
yang sesat, YANG KEDUA: MEMILIKI
KEMAUAN DAN KERELAAN YANG BERASAL DARI TUHAN (ayat 13).
Di dalam
melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN harus memiliki kemauan, imam-imam
atau hamba TUHAN harus memiliki kemauan, harus memiliki kerelaan yang berasal
dari TUHAN (yang dikerjakan oleh TUHAN) di dalam diri kita. Jangan kita datang beribadah,
apalagi imam melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN dengan kemauan dan keinginan
sendiri; rela karena ada maunya, bukan itu yang TUHAN mau. Tetapi kita harus memiliki
kemauan dan kerelaan yang dikerjakan oleh TUHAN untuk kita, selanjutnya kita
boleh datang menghadap TUHAN, melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN.
Tanda melayani TUHAN dengan kemauan dan kerelaan yang dari TUHAN ialah tidak suka bersungut-sungut dan tidak suka berbantah-bantah di dalam melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN (ayat 14).
Yang lucunya
adalah sudah salah, tetapi justru berani membantah. Bayangkan, jika seseorang
lalai hanya karena main game
semalam-malaman sampai jauh pagi, tetapi justru berani membantah; ditegur,
tetapi berani membantah.
Dampak positif
bila tidak berbantah-bantah dan tidak bersungut-sungut ialah tidak beraib, tidak
bernoda dan tanpa cacat cela (ayat 15), berarti; bisa menjadi contoh teladan
yang diteladani setiap orang.
Untuk menjadi
bintang-bintang yang bercahaya di antara orang-orang yang bengkok hatinya dan
yang sesat, YANG KETIGA: BERPEGANG
TEGUH KEPADA FIRMAN KEHIDUPAN (ayat 16-17).
Firman kehidupan
à Pengajaran
salib. Rela bersusah-susah, rela berkorban, itu adalah pengajaran salib.
Pendeknya:
Bintang-bintang di langit harus berpegang teguh pada Firman kehidupan, yakni
terus memberitakan Kristus yang disalibkan, seperti Rasul Paulus rela
bersusah-susah di dalam melayani TUHAN dan melayani pemberitaan TUHAN, sampai
mencurahkan darah untuk korban dan ibadah iman dari sidang jemaat.
Itulah
wujud dari Firman kehidupan, yaitu tetap berpegang teguh kepada pengajaran
salib; jangan dirubah-rubah. Ada juga Firman yang bukan kehidupan, tetapi
pengajaran salib yang diberitakan di tengah ibadah pelayanan dalam setiap
pertemuan ibadah, itulah yang disebut Firman Kehidupan.
1 Korintus
1:22-23
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang
Yunani mencari hikmat, (1:23)
tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi
suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
Rasul Paulus
tetap memberitakan Kristus yang disalibkan, sekalipun pemberitaan itu adalah
...
- Suatu sandungan
bagi orang-orang Yahudi. Mengapa?
Karena orang Yahudi hanya menghendaki tanda atau mujizat di tengah ibadah.
- Suatu kebodohan
bagi orang-orang Yunani (bangsa kafir). Mengapa?
Karena orang Yunani datang beribadah hanya untuk mencari hikmat pengetahuan
dalam tata cara mengelola ibadah supaya ibadah pelayanan itu ada sebuah daya
tarik secara lahiriah, mempesona sehingga banyak orang datang ke sana, tetapi
mengabaikan berita Kristus yang disalibkan.
Tetapi Rasul
Paulus tetap memiliki pendirian yang kuat, dengan lain kata; berpegang teguh
kepada Firman kehidupan.
Inilah
keadaan seorang hamba TUHAN yang disebut ketujuh bintang di tangan kanan TUHAN,
di mana tugasnya adalah menuntun sidang jemaat sampai kepada kebenaran. Dan
pekerjaan terakhir dari malaikat dari ketujuh bintang adalah membawa gereja
TUHAN untuk menerima meterai dari Allah yang hidup.
Sekarang, kita
akan memperhatikan: ARAH PELAYANAN dari ketujuh bintang di tangan kanan TUHAN.
Wahyu 1:20
(1:20) Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat
pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah
malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh
jemaat."
Ketujuh sidang
jemaat di Asia Kecil menjadi 7 (tujuh) kaki dian emas.
Wahyu 1:10-12
(1:10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku
mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (1:11) katanya: "Apa yang engkau
lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh
jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira,
ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (1:12) Lalu aku berpaling untuk melihat
suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh
kaki dian dari emas.
Tujuh sidang
jemaat di Asia kecil, itulah:
1.
Efesus.
2.
Smirna.
3.
Pergamus.
4.
Tiatira.
5.
Sardis.
6.
Filadelfia.
7.
Laodikia.
Inilah sasaran
pelayanan dari ketujuh bintang di tangan kanan TUHAN, yaitu supaya ketujuh
sidang jemaat di Asia kecil ini menjadi tujuh kaki dian, menjadi pelita emas,
menjadi terang di tengah dunia ini.
Wahyu 4:5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh
yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah
ketujuh Roh Allah.
7 (tujuh) obor
atau 7 (tujuh) kaki dian yang menyala-nyala di hadapan takhta, itulah ketujuh
Roh Allah.
Lebih jauh kita
melihat tentang KETUJUH ROH ALLAH, di dalam Wahyu 5.
Wahyu 5:6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan
keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba
seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh
Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Anak Domba
bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Pendeknya:
Diurapi untuk diutus, itulah ketujuh mata TUHAN. Jadi, hamba-hamba TUHAN yang
diutus di atas muka bumi ini adalah ketujuh mata TUHAN.
Kita sekaliannya,
keluarga Allah, sidang jemaat GPT “BETANIA” diutus oleh
TUHAN di atas bumi provinsi Banten; kiranya kita semua betul-betul menjadi
ketujuh Roh Allah, ketujuh mata Allah yang diutus oleh TUHAN di atas bumi
provinsi Banten ini.
Inilah sasaran dari pada pelayanan ketujuh bintang di tangan kanan, yaitu menjadikan ketujuh sidang jemaat di Asia Kecil menjadi tujuh kaki dian, menjadi terang di tengah-tengah pengutusan. Itulah hamba-hamba TUHAN yang diurapi, yang diutus untuk menjadi terang; itulah ketujuh Roh Allah, ketujuh mata TUHAN.
Jadi, ketujuh
Roh Allah, kehidupan yang diurapi, adalah mata TUHAN yang diutus untuk
menjelajahi seluruh bumi ini, untuk menjangkau jiwa-jiwa, untuk menjaring
jiwa-jiwa.
Itu sebabnya,
pada akhirnya, setelah Yesus naik ke sorga, 10 (sepuluh) hari kemudian turunlah
Roh Kudus dalam bentuk lidah-lidah api memenuhi 120 (seratus dua puluh) jiwa di
loteng Yerusalem. Dan akhirnya mereka pun berkata-kata sesuai dengan bahasa-bahasa
di dunia ini. Mereka diutus oleh TUHAN sesuai dengan bahasa-bahasa di dunia ini
untuk menjaring jiwa-jiwa. Itulah hari Pentakosta; diurapi untuk diutus, itulah
ketujuh mata Allah, itulah orang-orang yang diurapi.
Sekali lagi saya
sampaikan: Kehidupan yang diurapi diutus untuk menjaring jiwa-jiwa. Biarlah
kiranya kita semua menjadi ketujuh mata Allah, 7 (tujuh) Roh Allah yang diutus.
Kalau kita
menjadi kaki dian, kalau kita diurapi untuk diutus, menunjukkan bahwa kita
adalah duta sorgawi yang diutus untuk bumi ini. Dengan urapan itu sudah
menjadikan kita sebagai duta sorgawi.
Tentang hal “diurapi
untuk diutus”, itulah ketujuh mata Allah menjelajah seluruh bumi, kita akan
membaca Zakharia 4, dengan perikop:
“Penglihatan kelima: Kandil emas yang berhiaskan
dua pohon zaitun”
Zakharia 4:1
(4:1) Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan
aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan
dari tidurnya.
Bangun dari
tidur à Pengalaman
Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan.
Ini harus
dialami oleh setiap hamba TUHAN manakala dia harus menerima
penglihatan-penglihatan dari sorga, itulah pembukaan rahasia Firman, untuk
selanjutnya disampaikan. Jadi, hamba TUHAN harus ada di dalam pengalaman Yesus dalam
tanda kematian dan kebangkitan (bangun dari tidur).
Zakharia 4:2-3
(4:2) Maka berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau
lihat?" Jawabku: "Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas
seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh
pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian
atasnya itu. (4:3) Dan pohon
zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu
dan satu di sebelah kirinya."
Kandil emas
dengan 7 (tujuh) pelitanya, kemudian dua pohon zaitun terukir di sebelah kanan
dan di sebelah kiri tempat minyak dari kandil itu.
Mengapa Zakharia
menerima penglihatan yang mulia soal “diurapi untuk diutus” itu? Karena dia
sudah terlebih dahulu masuk dalam pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan
kebangkitan. Kalau matinya benar, maka bangkitnya pun benar, sehingga hasilnya
adalah pembukaannya luar biasa.
Zakharia 4:4-6
(4:4) Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang
berbicara dengan aku itu: "Apakah arti semuanya ini, tuanku?" (4:5) Maka berbicaralah malaikat yang
berbicara dengan aku itu, katanya kepadaku: "Tidakkah engkau tahu, apa
arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" (4:6) Maka berbicaralah ia, katanya:
"Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan
dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN
semesta alam.
Arti penglihatan
yang dilihat oleh Zakharia di dalam Zakharia
4:2-3 ialah seorang hamba TUHAN di dalam melayani TUHAN bukan dengan
keperkasaan, bukan dengan mengandalkan kekuatan, melainkan melayani TUHAN
dengan Roh TUHAN, dengan api Roh Kudus yang menyala-nyala, bagaikan lidah-lidah
api.
Zerubabel adalah
seorang bupati Yehuda (seorang pemerintah). Jadi, sekalipun Zerubabel bukanlah
seorang imam, tetapi kalau dia mau menyerahkan dirinya untuk menjadi duta
sorgawi, juga bisa dipakai oleh TUHAN dengan luar biasa; bukan dengan
keperkasaan, bukan dengan kekuatan, melainkan melayani TUHAN dengan Roh TUHAN.
Kalau kita
melayani TUHAN dengan roh yang bernyala-nyala bagaikan lidah-lidah api,
perhatikan ayat 7.
Zakharia 4:7
(4:7) Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan
Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama,
sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!"
Jika melayani
TUHAN dengan roh yang bernyala-nyala, maka gunung yang besar menjadi tanah
rata. Artinya, dengan roh yang bernyala-nyala, kita mampu menghadapi persoalan
besar di atas bumi ini, semuanya rata; tidak ada pergumulan yang tidak bisa
dihadapi, semuanya menjadi rata, kalau kita melayani TUHAN dengan roh yang
bernyala-nyala.
Tidak ada
sesuatu yang bisa menghalang-halangi hamba-hamba TUHAN, imam-imam yang melayani
TUHAN dengan Roh TUHAN; persoalan besar pun rata, pergumulan besar pun rata,
kesulitan besar pun rata, yang bengkok-bengkok pun rata, lembah-lembah pun
rata, tidak ada yang sulit.
Kalau melayani
TUHAN dengan kekuatan manusia daging, sekalipun pergumulan itu kecil, tetapi
hal itu menjadi besar dan berat sekali rasanya, seperti beban 100 (seratus) Kg
yang ditaruh di atas pundak.
Tetapi
kalau kita melayani dengan roh yang bernyala-nyala, maka gunung besar dan
tinggi menjadi rata; kesulitan tidak bisa menjadi penghalang, semuanya rata;
pergumulan pun menjadi rata; apa saja menjadi rata.
Itulah
lidah-lidah api; siapapun bisa dipakai TUHAN, bukan hanya seorang imam saja.
Pemerintah daerah, seperti Zerubabel pun bisa dipakai oleh TUHAN.
Zakharia 4:10A
(4:10) Sebab siapa yang memandang hina hari
peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu
pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang
menjelajah seluruh bumi."
Orang yang tidak
terlalu membesar-besarkan hari-hari peristiwa apapun di atas muka bumi ini,
pasti senang, bersukaria, bahagia melihat batu penjuru yang diangkat oleh
Zerubabel, artinya; senang melihat salib di Golgota, senang mengarahkan
pandangan ini hanya kepada korban Kristus.
Mengapa orang senang memandang salib di Golgota (korban Kristus)? Karena dia tidak terlalu membesar-besarkan hari-hari peristiwa di bumi ini.
Ada kalanya 17
(tujuh belas) Agustus lebih besar dari pada ibadah pelayanan ini, sehingga
salib di Golgota menjadi lebih kecil, hari ulang tahun menjadi lebih besar dari
pada hari ibadah; akhirnya, tidak mau memandang salib di Golgota. Ulang tahun
tetangga dari nenek buyut yang jauh sekalipun didatangi, sampai meninggalkan
ibadah, dan akhirnya tidak mengarahkan pandangannya kepada korban Kristus.
Tetapi kalau
seseorang tidak menganggap hari-hari apa saja yang ada di atas muka bumi ini lebih
besar dari ibadah pelayanan, maka ia senantiasa mengarahkan pandangannya kepada
salib di Golgota; oleh sebab itu, jangan terlalu membesar-besarkan hari-hari
peristiwa yang ada di bumi ini.
Zakharia 4:10B
(4:10) Sebab siapa yang memandang hina hari
peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di
tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang menjelajah
seluruh bumi."
Yang tujuh ini
(hamba TUHAN yang diurapi) adalah mata TUHAN, yang diutus menjelajah seluruh
bumi untuk memperhatikan orang lain supaya sungguh-sungguh menjalankan ibadah
di hari-hari terakhir ini.
Yang tujuh ini (diurapi untuk diutus) adalah mata TUHAN untuk memperhatikan jiwa-jiwa di bumi ini, terkhusus di bumi Provinsi Banten, lebih spesifik lagi keluarga GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Indonesia, yang belum tekun 3 (tiga) macam ibadah pokok, yang sedang tidak berdaya menghadapi dagingnya. Biarlah saya dan kita semua rindu menjadi pribadi yang tujuh, itulah mata TUHAN, untuk memperhatikan orang lain.
Inilah sasaran
pelayanan dari ketujuh bintang di tangan kanan TUHAN, yaitu membawa sidang
jemaat sampai memperoleh meterai Allah; diurapi sebagai milik kepunyaan Allah.
Zakharia 4:11-14
(4:11) Lalu berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua
pohon zaitun yang di sebelah kanan dan di sebelah kiri kandil ini?" (4:12) Untuk kedua kalinya berbicaralah
aku kepadanya: "Apakah arti kedua dahan pohon zaitun yang di samping kedua
pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari atasnya itu?" (4:13) Ia menjawab aku: "Tidakkah
engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" (4:14) Lalu ia berkata: "Inilah kedua
orang yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi!"
Kedua pohon
zaitun yang terukir pada tempat minyak pada kandil itu sebelah kiri dan kanan,
itulah kedua pohon zaitun, itulah ketujuh mata TUHAN, yang diurapi untuk
diutus, menjelajah ke seluruh bumi ini untuk memperhatikan jiwa-jiwa yang tidak
berdaya karena banyak perkara yang sedang dihadapinya.
Sebetulnya, apa
yang dilihat oleh Zakharia, nabi kecil ini, merupakan nubuatan heran, yang
suatu kali nanti menjadi suatu kenyataan yang luar biasa, yang akan kita
perhatikan di dalam Wahyu 11, dengan perikop: “Dua saksi Allah”
Wahyu 11:3
(11:3) Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku,
supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus
enam puluh hari lamanya.
Dua saksi Allah,
itulah kedua pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak dari pada kandil,
itulah Musa dan Elia.
Pada saat itu,
mereka ditugaskan untuk bernubuat sambil berkabung, berarti; menyampaikan
Firman TUHAN disertai dengan kerendahan hatinya. Dan itu berlangsung tepatnya pada
saat antikris menjadi raja di atas muka bumi ini selama 1.260 (seribu dua ratus
enam puluh) hari = 42 (empat puluh dua) bulan = 1 (satu) masa + 2 (dua) masa +
½ (setengah) masa = 3.5 (tiga setengah) tahun.
Artinya; masih
ada kesempatan; selagi masih ada kesempatan, itu adalah panjang sabarnya TUHAN.
Tidak mungkin
dua saksi Allah, itulah Musa dan Elia, turun bersaksi (bernubuat), namun
pekerjaan itu menjadi sia-sia; itu tidak mungkin. Berarti, selagi masih ada
kesempatan, itu merupakan panjang sabarnya TUHAN.
Mungkin ada di
antara kita yang sudah “terlanjur”, tetapi masih ada kesempatan; oleh sebab
itu, manfaatkanlah kesempatan itu. Jangan sia-siakan, tetapi
sungguh-sungguhlah; jangan sampai menyesal di kemudian hari.
Saya sudah
berikan contoh; kalau sampai dilemparkan ke dalam api neraka, di sana ada ratapan
dengan beberapa sebutan yang berbeda-beda:
1.
Panas!
2.
Aduh!
3.
Sakit!
4.
Aduh,
mama!
5.
Waw!
Tetapi
teriakan-teriakan itu tidak ada artinya lagi.
Sekalipun
ada request dari alam maut, namun itu
pun tidak diperdulikan oleh bapa Abraham: “Kalau
demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan
sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”
Sekalipun mujizat yang mati menjadi hidup menyampaikan Firman, namun itu tidak
ada artinya, sebab yang terpenting adalah nubuatan ini. Request alam maut tidak diresponi oleh bapa Abraham; oleh sebab
itu, perhatikan Firman ini.
Hal-hal
ini sudah berkali-kali saya sampaikan, tetapi mengapa masih tidak mau
menerimanya? Apakah kita sudah kuat berada di neraka? Kalau tidak sanggup
menghadapi neraka, maka marilah kita sungguh-sungguh.
Yang
lucunya, request pertama di alam maut
sudah tidak didengar, tetapi masih saja ngeyel. Jangan ngeyel-ngeyel lagi mulai
dari sekarang. Lemah lembut dan rendah hati saja; itu jauh lebih bagus.
Sekali
lagi saya sampaikan: Selagi masih ada kesempatan, itu adalah panjang sabar
TUHAN. Tidak mungkin diutus untuk bernubuat sambil berkabung, namun hal itu
menjadi sia-sia; itu tidak mungkin. Artinya, walaupun kesempatan itu kecil (sedikit),
manfaatkanlah kesempatan itu dengan sungguh-sungguh sampai nanti kita berada di
Sorga dengan selamat dan bahagia.
Tetapi
bertahanlah; selama kita mendiami kemah tubuh ini, banyak kali kita menderita,
tetapi sabar-sabar saja; izinkan lidah-lidah api berterbangan memenuhi kehidupan
kita. Jadilah diurapi dan diutus, itulah tujuh mata Allah, itulah Musa dan Elia
yang diutus menjelajah selurub bumi, mereka bernubuat sambil berkabung selama
3.5 (tiga setengah) tahun.
Wahyu 11:4
(11:4) Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua
kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.
Musa dan Elia,
itulah kedua pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak pada kandil. Kedua
pohon zaitun, itulah Musa dan Elia, berdiri di hadapan TUHAN semesta alam.
Apa buktinya
kedua pohon zaitun itu adalah Musa dan Elia? Dalam Wahyu 11:5-7 dijelaskan tentang pengalaman Musa dan Elia.
Jadi, selagi ada kesempatan, manfaatkan kesempatan itu. Ketujuh Roh Allah, itulah hamba TUHAN yang diurapi dan diutus untuk bernubuat sambil berkabung; manfaatkan.
Saat ini TUHAN
sedang gencar-gencarnya menyatakan suatu nubuatan tentang apa yang terjadi di
masa yang akan datang. Maka, saya pun dengan berkabung, dengan rendah hati
memohon: Perhatikanlah hal ini, perhatikanlah Firman ini, jangan sampai
menyesal di kemudian hari, sebab untuk apa kita memperoleh seisi dunia ini
kalau akhirnya kita harus kehilangan nyawa.
Oleh sebab itu,
baik kepada sidang jemaat di Malaysia, yang di Bandung, para simpatisan, umat
ketebusan TUHAN yang senantiasa tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Indonesia, lewat live streaming video internet YouTube,
Facebook, saya tegaskan: Sungguh-sungguhlah perhatikan Firman malam ini, sebab
tidak ada lagi gunanya penyesalan di kemudian hari. Penyesalan selalu datang
terlambat; sebelum menyesal nanti, maka menyesallah sekarang.
Zakharia 3:9
(3:9) Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan
kepada Yosua -- satu permata yang bermata tujuh -- sesungguhnya
Aku akan mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam,
dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja.
Kita perhatikan:
Satu permata yang bermata tujuh.
- Satu permata à Pribadi Kristus
- Bermata tujuh,
itulah hamba-hamba TUHAN yang diurapi, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi.
Pendeknya: Oleh
ketujuh mata TUHAN, Ia akan menghapuskan kesalahan kita dalam satu hari saja.
Dibutuhkan
hamba-hamba TUHAN yang diurapi untuk diutus menjelajah ke seluruh bumi, untuk memperhatikan
kehidupan yang tidak berdaya, baik oleh dagingnya, baik oleh dunia dan arusnya,
baik oleh Setan (penghulu di udara) dengan segala tipu dayanya.
Semua
itu diperhatikan oleh 7 (tujuh) mata Allah, yang diutus untuk memperhatikan
jiwa-jiwa, sebab TUHAN berkata dan berjanji: “Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja”,
tidak perlu dua hari, tidak perlu tiga hari, tidak perlu berhari-hari, tetapi
satu hari saja.
Izinkan lidah-lidah api berterbangan memenuhi ruangan hati kita. Biarlah hati ini menjadi milik Roh Allah yang suci supaya kita menjadi ketujuh mata Allah yang diutus, sehingga oleh utusan itu (kalau kita mau menerima utusan itu), TUHAN berjanji: “Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja.”
Itu
sebabnya, ketika TUHAN mengutus Musa dan Elia, itu bukanlah utusan yang
sia-sia. Kalau utusan itu diutus, berarti manfaatkanlah kesempatan itu, maka
TUHAN akan menghapuskan kesalahan dari kehidupan kita masing-masing dalam satu
hari. Bahkan yang terlanjur-lanjur pun bisa diampuni asal kita manfaatkan kesempatan;
jangan buang peluang emas ini.
Sekali lagi saya
sampaikan dengan tandas: TUHAN berjanji menghapuskan kesalahan kita dalam satu
hari saja, asal kita mau menghargai mata TUHAN yang sudah memperhatikan kita
malam ini.
Soal “satu hari”
ini penting. Dan mengapa tidak dua hari? Mari kita perhatikan jawabannya di
dalam 2 Petrus 3.
2 Petrus 3:7
(3:7) Tetapi oleh firman itu juga langit
dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan
untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.
Oleh Firman itu
juga, langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api, dengan lain kata; masih
terpelihara, belum menerima hukumannya. Tetapi bila tiba waktu penghakiman
nanti, semua akan dihancurkan, semua akan dibinasakan, termasuk orang fasik,
sombong, angkuh yang tidak menghargai ibadah pelayanan akan dibinasakan.
Jangan kiranya
hal ini terjadi menimpa kita; oleh sebab itu, hargai utusan TUHAN, dua saksi
Allah, tujuh mata Allah yang diurapi diutus menjelajah seluruh bumi untuk
memperhatikan keluh kesah, memperhatikan orang yang tak berdaya karena
dagingnya, karena dunia dan arusnya, karena Setan dan tipu dayanya.
Kalau TUHAN
sudah utus, perhatikanlah dan manfaatkanlah kesempatan, sebab yang ada ini tiba
nanti waktunya untuk dihancurkan dan dibinasakan, termasuk orang fasik pun
dibinasakan dan dilemparkan ke dalam api neraka. Tetapi TUHAN sudah berjanji;
kalau kita mau menghargai utusan TUHAN, maka TUHAN akan hapuskan kesalahan
negeri ini satu hari saja.
2 Petrus 3:8
(3:8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang
satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari
sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu
hari.
Di hadapan
TUHAN, 1 (satu) hari = 1000 (seribu) tahun. Sebaliknya, 1000 (seribu) tahun = 1
(satu) hari.
Untuk melihat “TUHAN akan menghapuskan kesalahan dalam satu
hari”, dikaitkan dengan peta zaman.
Dari Adam sampai
dengan zaman sekarang ini = 6000 (enam ribu) tahun, dengan perincian;
- Zaman Allah
Bapa, itulah Adam sampai Abraham, itu 2000 (dua ribu) tahun.
- Zaman Abraham sampai
Yesus Kristus naik ke Sorga, itu 2000 (dua ribu) tahun yang kedua.
- Setelah Yesus
naik, selanjutnya Roh Kudus turun sampai sekarang, itu 2000 (dua ribu) tahun
yang ketiga, itulah zaman Allah Roh Kudus. Berarti, sekarang ini adalah itu
2000 (dua ribu) tahun yang ketiga.
Jadi, seluruhnya
ada 6000 (enam ribu) tahun = 6 (enam) hari. Sebaliknya, di hadapan TUHAN; 6
(enam) hari = 6000 (enam ribu) tahun. Bahkan, saat ini sudah lebih 22 (dua
puluh dua) tahun, berarti sekarang ini sudah 6022 (enam ribu dua puluh dua)
tahun. Tetapi kok TUHAN belum datang?
Ini adalah panjang sabar TUHAN kepada saya dan saudara. TUHAN masih memberi
kesempatan supaya jangan kita dibinasakan seperti orang fasik dibinasakan
kelak, pohon-pohon juga akan dihancurkan, langit bumi juga akan disinggung
(dirusakkan).
Satu hari yang
dimaksud dalam “TUHAN akan menghapuskan
kesalahan dalam satu hari”, itulah seribu tahun damai, hari ketujuh. 1 (satu)
hari = 1000 (seribu) tahun, itulah hari ketujuh.
Kalau TUHAN
berjanji akan menghapuskan kesalahan negeri dalam satu hari, artinya; TUHAN mau
hapuskan dan TUHAN mau sempurnakan kita.
Ukuran TUHAN menghapuskan dosa dalam “satu hari” diukur dengan ukuran “hari ketujuh”, itulah seribu tahun damai, sempurna. Kalau TUHAN menghapus dosa, bukan hanya dosa yang dihapuskan, tetapi sekaligus kita dibenarkan, disucikan, sampai kita nanti disempurnakan, itulah Tabernakel yang terdiri dari 3 (tiga) daerah:
1.
Halaman,
itulah pembenaran oleh darah salib.
2.
Ruangan
Suci, itulah kehidupan yang tergembala dikuduskan.
3.
Sampai
nanti berada di dalam Ruangan Maha Suci, berarti; dipermuliakan, disempurnakan,
itulah hari ketujuh.
Itulah cara
TUHAN menghapuskan dosa dalam “satu hari”. Kalau TUHAN bekerja, Dia bekerja
dengan ajaib dan heran.
Kita mungkin
berkata: Apa mungkin, saya yang orang
berdosa bisa sempurna? Semuanya mungkin bagi TUHAN, sebab tidak ada yang
mustahil bagi TUHAN.
Tujuh mata
TUHAN, ketujuh Roh Allah sudah diutus; oleh sebab itu, terimalah utusan itu. Hari
ini adalah tepat hari Pentakosta; terimalah lidah-lidah api yang turun di
tengah-tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu.
Manfaatkan
kesempatan yang masih ada untuk menerima utusan itu, maka TUHAN akan
menghapuskan dosa negeri hanya dalam satu hari saja, tidak perlu dua hari, bahkan
bukan hanya dosa yang dihapuskan, tetapi kita dibenarkan, dikuduskan, sampai
disempurnakan; oleh sebab itu, sungguh-sungguhlah.
Seribu tahun
damai, itulah hari ketujuh, hari perhentian. Penekanannya juga dapat kita
temukan dalam Matius 12, dengan
perikop: “Murid-murid memetik gandum pada
hari Sabat”
Saat itu,
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi protes kepada Yesus; karena menurut
ukuran Yahudi, pada hari ketujuh (hari Sabat, hari Sabtu) tidak boleh pergi ke
ladang untuk memetik bulir-bulir gandum.
Untuk menghadapi
hal itu, Yesus berkata pada Matius 12:6-8.
Matius 12:6-8
(12:6) Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi
Bait Allah. (12:7) Jika memang kamu
mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. (12:8) Karena Anak Manusia
adalah Tuhan atas hari Sabat."
Walaupun dalam
keadaan lapar, namun ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi melarang untuk
pergi ke ladang gandum, karena itu adalah hari Sabtu; itu sebabnya ahli Taurat
berkata: “Lihatlah, murid-murid-Mu
berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat”
Tetapi TUHAN
berkata: Yang TUHAN kehendaki adalah belas kasihan, kemurahan yang TUHAN
mau nyatakan, bukan ibadah yang dijalankan secara Taurat, bukan persembahan
yang dijalankan secara lahiriah, bukan ibadah yang dijalankan secara Taurat, sehingga
menghalangi orang untuk datang beribadah.
Jadi, TUHAN mau
hapus kesalahan kita dalam “satu hari” saja. Kalau TUHAN bekerja, Dia akan
bekerja dengan heran;
- Oleh darah
salib, Dia benarkan kita.
- Oleh darah
salib, Dia kuduskan kita.
- Oleh darah
salib, kita dibawa sampai kepada kemuliaan, kita disempurnakan oleh-Nya, itulah
hari ketujuh, hari Sabat.
Sabatnya orang
Yahudi adalah hari Sabtu. Tetapi Sabat TUHAN Allah adalah hari ketujuh, hari
perhentian TUHAN Allah; di situlah TUHAN akan menghapuskan dosa kita sampai
kita menjadi sempurna.
Yang Kukehendaki ialah belas kasihan; jadi, semua
hanya karena kemurahan TUHAN saja. Kalau TUHAN terapkan hukum Taurat, maka
tidak ada yang selamat.
Misalnya;
andaikata satu dari sepuluh hukum yang tertulis pada dua loh batu dituntut
untuk kita lakukan, pastilah tidak sanggup kita melakukannya. Pilih satu dari
sepuluh hukum, contohnya; hukum yang kelima, yaitu hormati orang tua, tetapi
belum tentu kita bisa sanggup melakukannya, sebab seringkali kita masih
membantah. Selain itu, seandainya kita memilih melakukan hukum yang pertama,
tentu lebih parah lagi, kita tidak sanggup melakukannya.
Tetapi TUHAN
menaruh belas kasih kepada kita, bukan soal persembahan lahiriahnya, bukan
ibadah Tauratnya, tetapi belas kasih; oleh sebab itu, Anak Manusia, Yesus yang disalibkan
adalah TUHAN atas hari Sabat.
Inilah
manfaatnya hari Pentakosta, hari Pencurahan Roh Kudus, sampai membawa kita
sempurna pada hari ketujuh; kita dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Mungkin
bagi manusia mustahil; “saya orang jahat,
saya orang najis bibir, saya orang pezinah, kenajisan percabulan, saya penipu,
saya pendusta”, itu kata manusia. Tetapi kalau kita mau menerima utusan,
mata TUHAN, maka TUHAN akan menghapuskan kesalahan negeri ini satu hari saja;
itulah ukuran TUHAN untuk menghapuskan dosa.
Hargailah
kemurahan TUHAN, sebab tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Firman Allah sanggup
mengadakan yang tidak ada menjadi ada; apa yang tidak mungkin, namun segalanya
mungkin bagi Firman Allah, asal kita mau menyerah. Jangan bertahan dengan
kekerasan di hati dan kebenaran diri sendiri.
Kita
selalu berkata “mungkinkah …”, tetapi
tidak mau menyerah; itu orang bebal namanya. Kalau kita bertanya: “mungkinkah …”, biarlah sambil kita
menyerah kepada TUHAN.
Mungkin
sekarang ini saudara sudah tidak berdaya seperti kecut hati, tawar hati, putus
asa, jengkel, uring-uringan, tetapi TUHAN berkuasa atas kehidupan kita
masing-masing, asal kita mau menyerah. TUHAN Yesus memberkati kita dengan
urapan kudus-Nya yang memenuhi kita semua, dan itu merupakan meterai dari milik
kepunyaan Allah sendiri.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment