IBADAH KAUM MUDA
REMAJA, 22 SEPTEMBER 2018
STUDY YUSUF
Subtema:
“FIRMAN
TUHAN DARI YERUSALEM”
Shalom
saudaraku.
Selamat
malam, salam sejahtera, salam bahagia bagi kita sekaliannya. Kiranya rahmat-Nya
dan kemurahan-Nya turun atas kita malam ini.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan kaum muda remaja, barangkali
hamba-hamba Tuhan juga yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat
live streaming video internet, di dalam maupun di luar negeri di manapun anda
berada, kiranya Tuhan memberkati kita.
Segera
saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja tentang
STUDY YUSUF dari Kejadian 41: 50-52
Kejadian
41: 50-52
(41:50) Sebelum datang
tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan
oleh Asnat, anak Potifera, imam di On.
(41:51) Yusuf memberi
nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah
membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku."
(41:52) Dan kepada
anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah
membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum
tujuh tahun kelaparan itu datang, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki;
anak yang sulung bernama Manasye, anak yang kedua bernama Efraim.
Sekarang
kita akan memperhatikan arti nama kedua anak laki-laki Yusuf tersebut dimulai
dari anak yang sulung.
MANASYE, artinya; Allah telah
membuat Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yaitu;
1. Yusuf lupa terhadap
kesukarannya.
2. Yusuf lupa terhadap
rumah bapanya.
Keterangan:
YUSUF
LUPA TERHADAP KESUKARANNYA.
Kesukaran
yang dialami oleh Yusuf pada masa mudanya terdiri dari tiga fase.
FASE
YANG PERTAMA: KETIKA
YUSUF TINGGAL BERSAMA DENGAN SAUDARA-SAUDARANYA.
Kejadian
37: 1-4
(37:1) Adapun Yakub,
ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan.
(37:2) Inilah riwayat
keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun -- jadi masih muda --
biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya,
anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada
ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya.
(37:3) Israel lebih
mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang
lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi
dia.
(37:4) Setelah dilihat
oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua
saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan
ramah.
Yusuf
dibenci oleh saudara-saudaranya sebab Yakub lebih mengasihi Yusuf dari pada
anak-anaknya yang lain.
Bukti
Yusuf lebih dikasihi ialah Yakub membuat jubat yang maha indah bagi Yusuf.
Kejadian
37: 5-9
(37:5) Pada suatu kali
bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya;
sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.
(37:6) Karena katanya
kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini:
(37:7) Tampak kita
sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan
tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan
sujud menyembah kepada berkasku itu."
(37:8) Lalu
saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja
atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah
mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu.
(37:9) Lalu ia
memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya.
Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang
sujud menyembah kepadaku."
Kebencian
dari saudara-saudara Yusuf semakin bertambah-tambah setelah Yusuf menceritakan
kedua mimpinya itu.
Adapun
kedua mimpi Yusuf tersebut:
YANG
PERTAMA: Yusuf dan saudara-saudaranya
berada di ladang mengikat berkas-berkas gandum.
Oleh
karena kemurahan Tuhan saat ini kita berada di ladang Tuhan untuk mengikatkan
diri dengan firman Tuhan dengan lain kata bersekutu dengan firman Tuhan.
Kemudian
dalam mimpi itu terlihatlah satu ikat “berkas
Yusuf tegak berdiri”, sedang sebelas ikat berkas gandum saudara-saudaranya mengelilingi dan sujud menyembah
berkas Yusuf.
Kita
bandingkan dengan NUBUATAN YESAYA.
Yesaya
2: 2-3
(2:2) Akan terjadi
pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri
tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit;
segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan banyak suku
bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN,
ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan
supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan
firman TUHAN dari Yerusalem."
Gunung
Sion akan berdiri tegak di hulu
gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit sehingga segala bangsa
akan berduyun-duyun ke sana dan banyak suku bangsa akan naik ke gunung Tuhan.
Jadi,
persis seperti mimpi Yusuf; satu ikat berkas gandum Yusuf tegak berdiri, kemudian
sebelas ikat berkas gandum milik saudara-saudaranya datang mengelilingi dan
sujud menyembah.
Pendeknya;
nubuatan Yesaya = mimpi Yusuf yang pertama.
Pertanyaannya;
MENGAPA SEGALA SUKU BANGSA BERDUYUN-DUYUN NAIK KE GUNUNG TUHAN ATAU SUJUD
MENYEMBAH?
Jawabnya:
“sebab dari Sion keluar pengajaran dan
firman Tuhan dari Yerusalem.”
Kalimat
ini dibagi menjadi dua bagian.
1.
Dari Sion keluar
pengajaran.
Tujuannya; untuk mengajar bangsa-bangsa tentang
jalan-jalan Tuhan. Hal ini telah disampaikan pada minggu-minggu yang lalu.
2.
Firman Tuhan dari
Yerusalem.
Tentang:
FIRMAN TUHAN
DARI YERUSALEM -> guru-guru
kebenaran yaitu pemimpin-pemimpin sidang jemaat dalam rumah Tuhan menjadi
contoh teladan.
Tujuannya:
supaya bangsa-bangsa berjalan menempuhnya, berarti; bangsa-bangsa mengikuti
contoh teladan dari pemimpin-pemimpin atau pelayan-pelayan yang melayani rumah
Tuhan.
Untuk
menjadi contoh teladan yang baik,
marilah kita memperhatikan kisah dari injil Lukas 22.
Lukas
22: 24
(22:24) Terjadilah
juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat
dianggap terbesar di antara mereka.
“Terjadilah juga
pertengkaran di antara murid-murid Yesus” karena mereka masing-masing berlomba-lomba
untuk menjadi yang terbesar sehingga memicu terjadinya pertengkaran, memicu
terjadinya perselisihan satu dengan yang lain.
Pendeknya;
roh ambisi dan penonjolan diri menimbulkan pertengkaran dan perselisihan.
Jangan
ada di antara kita menginginkan untuk menjadi yang terbesar. Jangan ada di
antara kita roh ambisi dan penonjolan diri supaya tidak ada perselisihan,
pertengkaran satu dengan yang lain.
Lukas
22: 25-26
(22:25) Yesus berkata
kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka
dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut
pelindung-pelindung.
(22:26) Tetapi kamu
tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi
sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Di
sini tampak dua kerajaan, yaitu;
1. Kerajan dunia dan pemerintahannya.
2. Kerajaan sorga dan pemerintahannya
Sekarang
kita akan melihat kedua kerajaan tersebut.
Tentang:
KERAJAAN DUNIA DAN PEMERINTAHANNYA.
Syarat
untuk menjadi pemimpin di dalam dunia:
-
“Raja-raja
bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka”, berarti raja-raja bangsa-bangsa yang menjadi pemimpin.
-
“orang-orang yang
menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung”, berarti penguasa yang menjadi pemimpin.
Itulah
syarat untuk menjadi pemimpin di dunia ini.
Begitulah
sistem dunia; berlomba-lomba membesarkan diri, berlomba-lomba untuk menjadi
yang terbesar, dengan satu tujuan; supaya ia diakui menjadi seorang pemimpin,
itulah kerajaan dunia dan sistem pemerintahan yang ada di dalamnya. Tetapi
kalau menganut sistem seperti ini, semua orang akan berlomba-lomba untuk
menjadi yang terbesar supaya ia diakui menjadi pemimpin. Pendeknya; sistem
dunia memicu terjadinya roh ambisi dan penonjolan diri.
Matius
23: 2-4
(23:2) "Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
(23:3) Sebab itu
turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi
janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya
tetapi tidak melakukannya.
(23:4) Mereka mengikat
beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka
sendiri tidak mau menyentuhnya.
Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi sebagai pemimpin-pemimpin orang Yahudi tetapi tidak menjadi contoh teladan, sebab;
-
Mengajar
hukum Taurat tetapi tidak menjadi pelaku, berarti; teori saja.
-
Mengajarkan
orang lain untuk berkorban (salib) tetapi mereka sendiri tidak mau berkorban
(memikul salib).
Matius
23: 5-7
(23:5) Semua pekerjaan
yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai
tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
(23:6) mereka suka
duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah
ibadat;
(23:7) mereka suka
menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
Tujuan
mereka melayani: hanya supaya dilihat
oleh orang lain saja, bukan untuk memberi contoh teladan yang baik,
sehingga mengajarkan hukum Taurat tetapi tidak menjadi pelaku, mengajarkan
salib tetapi tidak mau memikul salib, ternyata mereka melayani supaya untuk
dilihat oleh orang lain saja, itu saja.
Dalam
hal ini ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berlomba-lomba untuk menjadi
yang terbesar.
Prakteknya
ada 3:
1. “memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang
panjang”
2. “suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di
tempat terdepan di rumah ibadat”
3. “suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil
Rabi”
Itulah
praktek melayani tetapi tidak memberi contoh teladan, melainkan supaya orang
lain melihat saja. Tidak lebih, tidak lain hanya untuk menonjolkan diri saja.
Kesimpulannya;
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak menjadi teladan karena roh ambisi dan penonjolan diri.
Matius
23: 13
(23:13) Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang.
Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk
masuk.
Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi yang disebut pemimpin-pemimpin orang Yahudi
menghalang-halangi orang untuk masuk Kerajaan Sorga.
Melayani
tanpa contoh teladan akan menjadi
penghalang, menjadi batu sandungan sehingga orang lain tidak masuk dalam
Kerajaan Sorga.
Sekarang
kita bandingkan tentang; KERAJAAN SORGA DAN PEMERINTAHANNYA.
Syarat
pemimpin di dalam Kerajaan Sorga:
-
“yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda”
-
“pemimpin sebagai pelayan”
Sekarang
kita akan melihat; “... yang terbesar di antara kamu hendaklah
menjadi sebagai yang paling muda ...”
1
Petrus 5: 5
(5:5) Demikian jugalah
kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu
semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
Menjadi
yang paling muda, berarti;
-
Tunduk pada pimpinan
Tuhan.
Saat ini kita berada
dalam kegiatan Roh, biarlah kiranya kita masing-masing tunduk kepada pimpinan
Tuhan. Jangan tunduk kepada pimpinan yang ada di luaran sana, tunduklah pada
pimpinan Tuhan, sebab dalam setiap kali kita beribadah, Tuhan tampil sebagai
pemimpin dan sebagai Raja.
-
Saling merendahkan
diri seorang terhadap yang lain.
Berarti
tidak saling membesar-besarkan diri seperti murid-murid Yesus.
Itulah
yang dimaksud hendaklah menjadi yang paling muda.
Perlu
untuk diketahui; Allah menentang orang yang congkak, sombong, angkuh tetapi
mengasihani orang yang rendah hati.
1
Petrus 5: 6
(5:6) Karena itu rendahkanlah
dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada
waktunya.
Setiap
orang yang merendahkan dirinya di bawah tangan Tuhan yang kuat, maka ia akan
ditinggikan pada waktunya.
Kita
masing-masing beribadah dan melayani di bawah dua tangan Tuhan yang kuat sebab
ibadah ini adalah uluran dua tangan Tuhan.
1
Petrus 5: 7
(5:7) Serahkanlah
segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Perhatikan
baik-baik; jangan kuatir soal penghidupan, soal masa depan, soal makan minum
dan pakaian, sebab Tuhan yang memelihara
jiwa.
Yang
pasti; kiranya kita semua merendahkan diri kita masing-masing di bawah tangan
Tuhan yang kuat, nanti Ia yang akan meninggikan kita pada waktunya.
Tunggu
waktunya Tuhan tidak usah terlalu kuatir. Jangan terbawa perasaan, jangan
terbawa pikiran manusia daging. Oleh sebab itu, rendahkan diri di bawah tangan
Tuhan.
Tidak
usah kuatir soal makan, minum pakaian, tidak usah kuatir soal masa depan,
jodoh, pekerjaan ini dan itu. Tidak usah kuatir, tunggu waktunya Tuhan.
Waktu
Tuhan harus menjadi waktunya kita. Jangan paksakan waktu kita menjadi waktunya
Tuhan. Indah pada waktunya.
Sekarang;
“...
pemimpin sebagai pelayan ...”
Artinya;
menjadi contoh teladan.
Lukas
22: 27
(22:27) Sebab siapakah
yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk
makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Yesus
berkata kepada murid-murid: “siapakah
yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk
makan?”
Kemudian
Yesus berkata kembali kepada murid-murid: “Tetapi
Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”, kalimat ini menunjukkan
bahwa Yesus menjadi contoh teladan yang baik. Yesus sebagai pemimpin memberi
contoh teladan yang baik kepada murid-murid.
Kita
melihat contoh teladan yang
dimaksud.
Yohanes
13: 4-5
(13:4) Lalu bangunlah
Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan
mengikatkannya pada pinggang-Nya,
(13:5) kemudian Ia menuangkan
air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu
menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Yesus
membasuh kaki murid-murid-Nya dan menyekanya dengan kain yang terikat pada
pinggang-Nya.
Namun
sebelum membasuh kaki murid-murid-Nya terlebih dahulu menanggalkan jubah-Nya
lalu mengikatkan sehelai kain lenan pada pinggang-Nya, berarti; yang terbesar menjadi yang paling muda, kemudian pemimpin sebagai pelayan.
Kalau
Yesus tetap memakai jubah kebesaran dan tidak mengikatkan kain lenan pada
pinggang, berarti Yesus adalah pemimpin yang hanya bisa memerintah. Tetapi kita
sudah melihat, terlebih dahulu Yesus menanggalkan jubah kebesaran-Nya
selanjutnya mengikatkan kain lenan pada pinggang.
Jadi
betul sekali apa yang dinyatakan-Nya dalam Lukas
22, “yang terbesar di antara kamu
hendaklah menjadi sebagai yang paling muda,
pemimpin sebagai pelayan”
Andai
saja Yesus tetap mempertahankan jubah kebesaran-Nya dan tidak mengikatkan kain
lenan pada pinggang, berarti Yesus adalah pemimpin yang hanya bisa memerintah.
Inilah
contoh teladan yang Tuhan maksud pada murid-murid.
Yohanes
13: 12-15
(13:12) Sesudah Ia
membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu
Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat
kepadamu?
(13:13) Kamu menyebut Aku
Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
(13:14) Jadi jikalau
Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun
wajib saling membasuh kakimu;
(13:15) sebab Aku
telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama
seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Yesus
adalah Tuhan dan guru telah memberikan suatu teladan yang baik, supaya
murid-murid mengikuti contoh teladan-Nya.
Bukankah
Yesus adalah Tuhan? Bukankah Yesus adalah guru? Tetapi Dia memberi suatu contoh
teladan yang baik supaya murid-murid mengikuti contoh teladan-Nya.
Yesus
pemimpin besar sepanjang masa. Dia adalah guru, Dia adalah Tuhan, Dia adalah
Mesias, yang diurapi, berarti seorang pemimpin terbesar di sepanjang masa.
Jadi,
Yesus yang adalah Tuhan dan guru telah memberikan suatu teladan yang baik
supaya murid-murid mengikuti contoh teladan-Nya.
Mengikuti
contoh teladan-Nya istilah lain dalam Yesaya
2 adalah “berjalan menempuhnya.”
Yohanes
13: 16
(13:16) Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya,
ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
Perlu
untuk diketahui;
-
“seorang hamba
tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya”
-
“seorang utusan dari
pada dia yang mengutusnya”
Biarlah
kita mengambil sikap seperti ini, jangan berlomba-lomba untuk menjadi yang
terbesar, karena hal itu nanti akan menjadi pemicu terjadinya pertengkaran,
perselisihan dan perpecahan.
Tetapi
seorang hamba harus tetap merendahkan diri, seorang utusan Tuhan harus melayani dengan kerendahan hatinya.
Jangan berlomba-lomba untuk meninggikan diri. Harus membawa berita damai,
supaya jangan timbul perpecahan, dan roh itu harus kita miliki.
Jangan
sampai dikuasai roh ambisi. Jangan sampai dikuasai roh penonjolan diri, supaya
anggota tubuh yang berbeda-beda ini menjadi satu yang disebut dengan tubuh
Kristus, dimulai dari diri kita masing-masing.
Matius
23: 8-11
(23:8) Tetapi kamu,
janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua
adalah saudara.
(23:9) Dan janganlah
kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu,
yaitu Dia yang di sorga.
(23:10) Janganlah pula
kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
(23:11) Barangsiapa terbesar
di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Yang
terbesar di dalam Kerajaan Sorga hendaklah menjadi pelayan untuk menjadi contoh
teladan.
Seorang
hamba tidak lebih besar dari tuannya. Seorang utusan tidaklah lebih besar dari
dia yang mengutusnya.
Oleh
sebab itu, perhatikanlah tiga hal sebagai syarat
sebagai seorang pelayan untuk menjadi seorang contoh teladan:
1.
Jangan ada seorangpun
menginginkan dirinya disebut Rabi, karena
hanya ada satu Rabi.
Kalau kita memahami ini, maka kita akan mengetahui bahwa
kita semua anggota-anggota tubuh Kristus adalah saudara bersaudara. Tidak boleh
ada roh penonjolan diri antara satu dengan yang lain, dan tidak boleh ada roh
ambisi.
Sebab Rabi, artinya; guru. Kita adalah saudara bersaudara,
bukan untuk saling menggurui.
2.
Jangan menyebut
dirinya bapa, karena hanya satu Bapa, yaitu Dia yang ada di sorga.
Yesus telah mengakui diri-Nya sebagai Bapa yang baik
dalam injil Matius 7, dengan membuktikan diri:
- Memberikan roti bukan batu.
Roti -> kasih karunia, berarti
yang tidak layak menjadi layak, yang berdosa diampuni.
Kalau batu
-> hukum Taurat, misalnya; “mata ganti
mata, gigi ganti gigi”, artinya; kejahatan
dibalas dengan kejahatan, akibatnya di
situ terjadi perpecahan.
Jadi kalau pelayan-pelayan Tuhan berlomba-lomba untuk
menjadi yang terbesar, di situ ada perpecahan dengan tidak sadar, ia telah
menjadikan dirinya hukum Taurat, menjadi pemisah diantara saudara bersaudara.
- Memberikan ikan bukan ular.
Ikan -> Roh-El Kudus dengan kuasanya, yaitu; “memimpin, mengingatkan, menyertai, menghibur,
menolong, mengajar, menginsafkan kita masing-masing.”
Sedangkan ular adalah gambaran dari Iblis atau
Setan. Ada tiga tabiat yang mendasar dari Iblis/Setan; (1) pembunuh manusia dari sejak semula, (2) tidak hidup dalam
kebenaran, (3) bapa pendusta.
Maka kalau kita lihat,
ular jalannya berliku-liku, tidak lurus, karena dia adalah pembunuh manusia,
tidak hidup dalam kebenaran dan bapa pendusta.
3.
Jangan ada yang
menyebut dirinya pemimpin, karena hanya ada
satu pemimpin, yaitu Mesias.
Mesias -> Kristus, artinya; yang diurapi, berarti;
pemimpin (kepala).
Ciri-ciri pemimpin dengan contoh teladan yang baik.
2 Timotius 2: 24-26
(2:24) sedangkan
seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap
semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar
(2:25) dan dengan
lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga
mereka mengenal kebenaran,
(2:26) dan dengan
demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang
telah mengikat mereka pada kehendaknya.
Seorang pemimpin atau pelayan tidak boleh bertengkar, syarat
yang perlu untuk diperhatikan; tidak boleh berlomba-lomba untuk menjadi yang
terbesar, melainkan lepas dari roh ambisi dan penonjolan diri.
Sebaliknya,
seorang pemimpin atau pelayan memiliki kriteria yang baik, yaitu;
a. Ramah terhadap semua orang, berarti; tidak pilih
kasih.
Prakteknya; tidak mengasihi sesama tetapi membenci musuh.
b. Cakap mengajar, berarti; memiliki kapasitas sesuai
karunia-karunia dan jabatan yang dikaruniakan, juga memiliki integritas yang
baik, kesuciannya diakui di dalam dan di luar pelayanan. Tidak merusak
pekerjaan Tuhan dengan sikap yang jahat dan yang tidak benar. Oleh sebab itu jangan
sampai kita tampil seperti malaikat di tengah ibadah dan pelayanan tetapi di
luar pelayanan menjadi Setan dengan tabiatnya.
c. Sabar dan lemah lembut, keuntungannya; dapat menuntun orang
yang suka melawan dan memberontak. Kalau sampai hari ini kita bertahan,
beribadah dan melayani di tengah-tengah ibadah tersebut lewat ibadah pemuda
remaja, semua karena kesabaran dan kelemahlembutan Tuhan Yesus Kristus. Dia
sabar, Dia lemah lembut sehingga kita dapat bertahan di tempat ini.
Bukankah kita orang yang najis? Bukankah kita orang yang
banyak kejahatan dan dusta? Tetapi Dia sabar kepada saya dan kita semua, juga
lemah lembut menerima segala kekurangan kita.
Pertanyaannya: mengapa seorang pelayan harus sabar dan
lemah lembut?
Jawabnya; memberi kesempatan kepada pemberontak untuk
bertobat, sehingga mereka mengenal kebenaran.
2
Timotius 2: 26
(2:26) dan dengan
demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis
yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.
Pendeknya;
orang yang memberontak menjadi sadar kembali sehingga terlepas dari jerat
Iblis.
Tetapi
perlu juga saya tambahkan; jangan menginginkan kebebasan dunia sehingga
melepaskan diri dari pelayanan ini. Kebebasan dunia adalah jerat bagi kita
masing-masing.
Kesimpulannya,
tiga cara di atas adalah cara Tuhan untuk memberi kesempatan kepada orang-orang
yang memberontak sehingga mereka bertobat dan diselamatkan.
Kisah
Para Rasul 5: 30-31
(5:30) Allah nenek
moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan
kamu bunuh.
(5:31) Dialah yang
telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin
dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.
Yesus
yang disalibkan menjadi pemimpin dan Juruselamat, Dialah Pemimpin terbesar
sepanjang masa, tujuannya; supaya umat Tuhan bertobat dan menerima pengampunan
yang luar biasa.
Jadi
betul-betul bahwa Yesus adalah Pemimpin yang terbesar di sepanjang masa, sampai
pada hari ini. Dia pemimpin yang memberi contoh teladan yang baik. Oleh karena
pimpinan-Nya, kita boleh bertobat dan mendapat pengampunan dosa.
2
Timotius 2: 15-16, 23
(2:15) Usahakanlah
supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah
malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
(2:16) Tetapi
hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah
kefasikan.
(2:23) Hindarilah soal-soal
yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal
itu menimbulkan pertengkaran,
Seorang
hamba Tuhan harus menghindari dua hal;
1. Hindari omongan yang kosong dan yang tak suci, sebab omongan kosong
akan menambah kefasikan.
Mengapa ada omongan kosong? Karena hatinya kosong, maka secara
otomatis perkataannya dan perbuatannya kosong, tidak memberi contoh teladan
yang baik. Tetapi kalau kita senantiasa memikul salibnya (tidak malu memikul
salib) hati diisi oleh firman Tuhan, maka perkataan tidak kosong, perbuatan
tidak kosong, berarti perkataan dan perbuatan menjadi kesaksian, memberi suatu
teladan yang baik.
Jangan malu memikul salib. Biarlah hati kita diisi oleh firman
saja.
2. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan yang
tidak layak, karena perkara itu menimbulkan pertengkaran.
Itulah
firman Tuhan dari Yerusalem, artinya; pemimpin-pemimpin dalam rumah Tuhan
menjadi contoh teladan, tujuannya; supaya bangsa-bangsa berjalan menempuhnya,
menjadi contoh teladan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment