IBADAH RAYA MINGGU, 23
SEPTEMBER 2018
KITAB WAHYU
Subtema: PELANGI DI ATAS KEPALA.
Shalom saudaraku.
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Kita
patut bersyukur kepada Tuhan, oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita diijinkan
untuk mengusahakan, memelihara Ibadah Raya Minggu.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 10.
Wahyu 10: 1-3
(10:1) Dan aku melihat
seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan, dan pelangi
ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya
bagaikan tiang api.
(10:2) Dalam tangannya
ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka. Ia menginjakkan kaki
kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi,
(10:3) dan ia berseru
dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan sesudah ia berseru,
ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.
Ada tujuh perkara hasil dari tujuh kali percikan darah
yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang
sudah mengadakan pendamaian sebagaimana terjadinya tujuh kali percikan di atas
tutup pendamaian.
1.
Berselubungkan awan.
2. Pelangi di atas kepala.
3.
Mukanya sama seperti matahari.
4.
Kakinya bagaikan tiang api.
5.
Ia memegang sebuah gululngan kitab kecil
yang terbuka.
6.
Ia menginjakkan kaki kanannya di atas
laut, kaki kirinya di atas bumi.
7.
Ia berseru dengan suara nyaring sama
seperti singa yang mengaum.
Itulah tujuh perkara hasil dari tujuh kali percikkan darah yang dialami oleh Tuhan
Yesus Kristus.
Keterangan:
2. PELANGI DI ATAS KEPALA.
Wahyu 4: 1-3
(4:1)
Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di
sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti
bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu
apa yang harus terjadi sesudah ini.
(4:2) Segera aku
dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di
takhta itu duduk Seorang.
(4:3) Dan Dia yang
duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu
pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
Dalam suatu penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos,
-
Ayat
1; “sebuah pintu
terbuka di sorga”
-
Pada ayat yang kedua; “sebuah takhta
terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang”
-
Pada ayat yang ketiga; “suatu pelangi
melingkungi takhta itu gilang-gemilang”
Pendeknya; pelangi itu ada di Kerajaan Sorga melingkungi
takhta Allah.
Kita lihat NUBUATAN YEHEZKIEL.
Yehezkiel 1: 4
(1:4) Lalu aku
melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan
yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh
sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat.
Minggu lalu kita sudah melihat keterangan 1 “diselubungi awan”, berbicara tentang Roh
Kudus menguasai pribadi Yesus Kristus. Di sini juga, hal yang senada, ayat ini
menampilkan pribadi Yesus Kristus di dalam urapan Roh Kudus yang besar, yaitu
segumpal awan yang besar.
Yehezkiel 1: 27-28
(1:27) Dari yang
menyerupai pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan
seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya
sampai ke bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar.
(1:28) Seperti busur
pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan
sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala
aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.
Busur pelangi
adalah gambar kemuliaan Tuhan, atau
sebaliknya gambar kemuliaan Tuhan dinyatakan seperti busur pelangi, sebagaimana
pelangi itu melingkungi takhta Allah.
Dengan demikian sesuai dengan apa yang dilihat Rasul
Yohanes di pulau Patmos; pelangi itu ada di kerajaan Sorga melingkungi takhta
Allah, berarti berada di dalam kemuliaan Tuhan.
Kalau berbicara tentang takhta, itu juga berbicara tentang kemuliaan
Tuhan.
Pendeknya, ayat 4
dan ayat 28, Yesus tampil di dalam
urapan Roh Kudus yang besar dan lebih dari itu tampil di dalam kemuliaan-Nya yang besar, yang sangat mempesona,
bagaikan pelangi dengan warna warni yang begitu indah dan mempesona, itu
kemuliaan yang ditampilkan oleh Yesus Kristus.
Wahyu 4: 2-3
(4:2) Segera aku
dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di
takhta itu duduk Seorang.
(4:3) Dan Dia yang
duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu
pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
Di ayat 2; “di takhta itu duduk Seorang”, itu tidak
lain tidak bukan pribadi Tuhan Yesus Kristus, Dia Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Kemudian ayat 3: “suatu pelangi melingkungi takhta itu”
Kita bisa membuat suatu gambaran dari ayat 2 dan ayat 3,
bahwa seakan kepala Yesus bermahkotakan
pelangi, artinya; bermahkotakan kemuliaan.
Kalau berbicara tentang kepala itu terkait dengan
pikiran, berarti di dalam pemikiran ini hanyalah pemikiran cakrawala,
sebagaimana di dalam Yehezkiel 1 tadi.
Kita kembali tilik sejenak dalam Yehezkiel.
Yehezkiel 1: 25, 28
(1:25) Maka
kedengaranlah suara dari atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka; kalau
mereka berhenti, sayapnya dibiarkan terkulai.
(1:28) Seperti busur
pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah
kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan
TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang
berfirman.
Seakan kepala Yesus bermahkotakan pelangi, artinya; bermahkotakan kemuliaan.
Berbicara tentang kepala itu berbicara tentang pikiran
yang adalah cakrawalanya, di dalam pikirannya itu adalah cakrawalanya.
Kita lihat CAKRAWALA.
Yang saya maksud di dalam pikiran itu adalah
cakrawalanya, “Seperti busur pelangi,
yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, , demikianlah kelihatan sinar yang
mengelilinginya”
Banyak kali anak-anak Tuhan manakala menghadapi
kesulitan, penderitaan, mundur dari tengah-tengah ibadah pelayanan. Padahal
penderitaan sebetulnya adalah suatu kesempatan bagi kita untuk memuji kemuliaan
Tuhan.
Pada ayat 4: “Lalu
aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal
awan yang besar dengan api”
Ayat ini berbicara tentang: 1. Badai Penderitaan.
2. Api
pencobaan.
Pada
ayat 28: “Seperti
busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan
sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan Tuhan.”
Jadi dapat kita
menyimpulkan bahwa kemuliaan
itu nyata (tampil) sesudah penderitaan, serta ujian, yaitu: sengsara
salib.
Banyak kali kita dalam pemikiran ini supaya lepas dari
penderitaan dengan cara mengambil jalan pintas, itu bukan pemikiran yang ada di
dalam cakrawalanya Tuhan Yesus Kristus. Yesus
Kristus harus meminum cawan Allah, menanggung penderitaan di atas kayu salib.
Jadi kemuliaan itu
tampil
sesudah
mengalami
sengsara
salib.
Doa seorang hamba Tuhan: sembunyikan hamba-Mu dibalik salib-Mu, maksudnya
supaya Tuhan saja dan salib-Nya yang berbicara di tengah ibadah pelayanan itu,
supaya nanti nyata kemuliaan-Nya.
1 Petrus 4: 1
(4:1) Jadi, karena Kristus
telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai
dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita
penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa --,
Karena Kristus
telah menderita penderitaan badani, maka kita pun juga harus mempersenjatai
diri dengan pemikiran cakrawalanya.
Barangsiapa telah menderita
penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.
1 Petrus 4: 2
(4:2) supaya waktu
yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut
kehendak Allah.
“waktu yang sisa
jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah”,
itu pikiran menurut cakrawalanya/ pemikiran yang
mulia.
Kemudian pada 1 Petrus 4: 12-13
(4:12) Saudara-saudara
yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu
sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
(4:13) Sebaliknya,
bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan
Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia
menyatakan kemuliaan-Nya.
Jangan heran dengan nyala api
siksaan, jangan heran dengan ujian,
cobaan, serta jangan
membesar-besarkannya. Sengsara kecil jangan didramatisir (dibesar-besarkan).
Ingat; dibalik sengsara salib Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.
Untuk datang beribadah pun memang harus memikul salib. Kita datang dari berbagai-bagai tempat,
harus dengan segala perjuangan, tetapi jangan dibesar-besarkan; dengan
menggunakan alasan tidak ada uang, tidak ada ini, tidak ada itu, jangan
dibesar-besarkan.
Saya tahu, kita banyak mengalami pergumulan. Pergumulan
si A berbeda dengan
pergumulan si B, setiap orang pasti menghadapi pergumulan. Tetapi yakin,
dibalik salib, Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya.
Ada orang keuangannya tercukupkan, tetapi dia mengalami
sakit. Ada orang sehat, tetapi menganggur. Ada orang menganggur, tetapi sehat,
dan lain sebagainya. Macam-macam, tetapi
setiap pergumulan yang dialami jangan terlalu dibesar-besarkan.
Saya tidak tahan menyampaikan firman ini; oleh sebab pelangi melingkungi di atas
kepala Tuhan Yesus Kristus.
Kalau kita perhatikan dalam Yehezkiel 1: 28, pada saat hujan, di situlah sinar itu menunjukkan
kemuliaannya. Jadi bukan pada saat kita bebas dari sengsara, tetapi justru pada
saat mengalami sengsara Tuhan nyatakan
kemuliaan-Nya.
Biarlah kita berpikir dengan pemikiran cakrawalanya.
Jangan memikirkan hal-hal yang sifatnya mengambil jalan pintas. Kalau Tuhan
saja mengalami penderitaan badani, biar kita mempersenjatai
diri dengan pemikiran yang sama, sehingga
kuasa dosa berhenti. Sebab itu
jangan juga membesar-besarkan
sengsara, ujian, cobaan yang datang, percaya dibalik salib Tuhan nyatakan
kemuliaan, sebab Yesus sendiri sudah mengalami tujuh kali percikan darah,
sehingga mengasilkan tujuh perkara, sedangkan perkara yang kedua; pelangi melingkungi kepalanya.
1 Petrus 4: 14
(4:14) Berbahagialah
kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu
Roh Allah ada padamu.
Roh kemuliaan itu hasil dari sengsara salib.
Kalau memang kita sadar sedar-sadarnya menanggung
penderitaan yang tidak harus ditanggung, percaya, roh kemuliaan itu menjadi
bagian kita, milik kita sekaliannya, itu nanti yang menghiasi kita bagai
pelangi yang berwarna warni menghiasi kehidupan kita masing-masing.
1 Petrus 4: 15
(4:15) Janganlah
ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri
atau penjahat, atau pengacau.
Jangan menderita karena salah, jangan menderita karena
dosa, jangan menderita karena kebodohan. Tetapi kalau kita dengan sadar
menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung, Roh Tuhan, Roh kemuliaan
melingkungi kehidupan kita bagai pelangi melingkungi takhta Allah.
Saya tidak tahu, hati saya tiba-tiba saja tidak tahan.
Sore ini saya tidak tahan, hati saya hancur.
Ingat; jangan lari dari kenyataan. Jadikan sengsara salib
suatu kesempatan untuk kita boleh membuktikan kemuliaan Allah dinyatakan. Tidak ada kemuliaan tanpa sengsara.
1 Petrus 4: 16
(4:16) Tetapi, jika ia
menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia
memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.
Roh kemuliaan telah dinyatakan dan kita akan memuliakan
Tuhan.
Saudaraku, saya melihat KEMULIAAN itu TERKAIT
dengan segala sesuatu yang ada di dalam KERAJAAN
SORGA.
Tabernakel adalah miniatur Kerajaan Sorga. Jadi, kalau
kita PERHATIKAN TABERNAKEL...
Yehezkiel 1: 28
(1:28) Seperti busur
pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah
kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar
kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara
Dia yang berfirman.
Sebelum mencapai kemuliaan, dimulai dari sengsara salib,
berarti bertobat terkena pada MEZBAH
KORBAN BAKARAN. Selanjutnya bejana KOLAM PEMBASUHAN, ini berbicara tentang baptisan air semuanya itu ada
di HALAMAN. Kemudian PINTU KEMAH, berarti kepenuhan
Roh Kudus.
Lalu berada di dalam RUANGAN SUCI; berarti disucikan oleh firman Allah, disucikan
oleh Roh Allah, puncaknya disucikan oleh kasih Allah lewat doa penyembahan, dan penyembahan ini ukurannya
adalah satu jam, dan Mezbah Dupa ini sudah sangat dekat dengan tirai. TIRAI
berbicara tentang perobekan daging.
Lewat perobekan daging inilah kita nanti akan mencapai kemuliaan-Nya. Daging itu
dirobek, disalib dari atas sampai ke bawah, sampai pada akhirnya nyata kemuliaan-Nya, berada di RUANGAN MAHA SUCI.
Maka kalau kita perhatikan Yehezkiel 1: 5-10,
di sini banyak sekali kita melihat peran dari pada empat makhluk.
Yehezkiel 1: 5-10
(1:5) Dan di tengah-tengah
itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya
mereka: mereka menyerupai manusia,
(1:6) tetapi
masing-masing mempunyai empat muka dan pada masing-masing ada pula empat
sayap.
Empat makhluk itu menyerupai manusia dan masing-masing
mempunyai empat muka, dan pada
masing-masing makhluk itu terdapat empat
sayap.
Empat makhluk ini bersifat
Roh bukan lagi bersifat daging. Kalau
kita berbicara tentang kemuliaan, bukan
lagi bersifat daging, tidak lagi berbicara tentang yang lahiriah, bukan lagi
berbicara tentang soal kedudukan jabatan, pekerjaan yang bagus, uang yang
banyak, pendidikan yang tinggi dan lain sebagainya, tetapi ini berbicara
tentang hal-hal yang rohani, berbicara tentang sayap-sayap (pekerjaan roh),
tidak ada lagi kaitannya dengan hal-hal yang bersifat daging.
TENTANG KAKI…
Yehezkiel 1:7
(1:7) Kaki mereka
adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu;
kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru digosok.
Keadaan dari kaki empat makhluk;
1.
Kaki
mereka adalah lurus, tidak bengkok.
Banyak kaki
manusia (orang Kristen) yang bengkok, jalannya tidak beres,
tetapi kaki dari makhluk ini lurus, tidak bengkok, tidak ada yang salah. Setiap
jalan yang dilalui (yang ditempuh) tidak ada yang salah, lurus.
2.
Kaki
mereka seperti kuku anak lembu, berarti berkuku belah dua
dan bersela panjang.
Anak lembu ini bisa digunakan sebagai korban
persembahan, korban pendamaian, inilah binatang yang tidak haram, tidak najis.
Kaki mereka seperti kuku anak lembu, belah dua dan bersela panjang -> firman
Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
PERJANJIAN LAMA ditulis oleh para nabi. Tugas
nabi adalah bernubuat, berarti menyingkapkan segala rahasia yang terkandung
dalam hati, dengan demikian dosa dibongkar dengan tuntas.
Kemudian PERJANJIAN BARU ditulis oleh para
rasul untuk menceritakan tentang Wahyu, memperlihatkan tentang Kerajaan Sorga
sebagaimana Rasul Yohanes memperlihatkan tentang Kerajaan Sorga dalam kitab
Wahyu pasal 1 sampai dengan pasal 22.
Kemudian lembu adalah salah satu binatang
yang memamahbiak, siang hari makan rumput, malam hari dikunyah kembali,
artinya; merenungkan firman Tuhan siang dan malam sampai memperoleh
sari-sarinya, sampai firman itu mendarah daging.
Mazmur 1: 1-2
(1:1)
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak
berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
(1:2)
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu
siang dan malam.
Itulah binatang yang tidak haram, seperti
lembu; merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Siang hari makan rumput, malam
hari dikunyah kembali sampai memperoleh sari-sarinya, sampai firman itu
mendarah daging, itulah kaki mereka.
Sebab itu kalau kita lihat pada ayat 1, KAKI MEREKA tidak berjalan menurut orang fasik
kemudian tidak berdiri di jalan orang
berdosa dan tidak duduk di kumpulan
orang pencemooh, itu kaki mereka.
3.
Kaki
mereka mengkilap seperti tembaga yang baru digosok.
Tembaga yang digosok sampai mengkilap, itulah
yang digunakan untuk menjadi cermin. Sedangkan bejana kolam pembasuhan tembaga,
dibuat dari cermin-cermin wanita.
Kita belajar untuk bercermin kepada firman,
jangan bercermin kepada manusia, jangan bercermin kepada pengertian sendiri.
Biarlah kita bercermin kepada firman. Baptisan air (permandian air) tidak
berhenti hanya sebatas di kolam pembasuhan, tetapi lanjut sampai kepada
penyucian oleh air dan firman.
Efesus 5: 26
(5:26)
untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya
dengan air dan firman,
Kita mendengarkan firman Tuhan tidak cukup
dua tiga ayat lalu ditambahkan cerita-cerita isapan jempol, takhayul-takhayul,
dongeng nenek-nenek tua, filsafat-filsafat yang tidak ada habis-habisnya,
tidak, tetapi kita mendengar firman yang limpah. Seseorang tidak akan mungkin
bersih kalau dia mandi dengan dua tiga gayung air. Kita butuh firman air yang
limpah supaya kehidupan kita disucikan dari sehari ke sehari, terus menerus
mengalami penyucian oleh air firman yang limpah. Ayat satu menjelaskan ayat
yang lain, satu dengan yang lain saling terkait, saling menguatkan sampai
terbuka rahasianya.
Kalau terbuka rahasia, segala yang
terselubung tersingkap, dosa dibongkar dengan tuntas.
Efesus 5: 27
(5:27)
supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan
cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus
dan tidak bercela.
Tujuan permandian air dan firman adalah untuk
menempatkan jemaat di hadapan-Nya
dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu = kudus, tidak
bercela.
Itulah kaki mereka, kaki yang mengkilap
seperti tembaga yang baru digosok, itu yang dijadikan sebagai cermin
perempuan-perempuan pada waktu itu. Sekaligus cermin ini juga dijadikan sebagai
kolam pembasuhan tembaga.
Maka, sangat nyata sekali bahwa kemuliaan itu terkait
dengan empat makhluk ini, tidak berbau daging lagi, semuanya bersifat roh.
Yehezkiel 1: 8-9
(1:8) Pada keempat
sisi mereka di bawah sayap-sayapnya tampak tangan manusia. Mengenai muka dan
sayap mereka berempat adalah begini:
(1:9) mereka saling
menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan,
masing-masing berjalan lurus ke depan.
Sayap
dari keempat makhluk itu, masing-masing sayap itu terjalin, terkait. Demikian halnya kita dalam kegiatan Roh, satu
dengan yang lain, di antara masing-masing pelayan harus saling terkait, supaya
pelayanan itu tidak cross (tidak
sikut menyikut), tidak tumpang tindih, melainkan saling melengkapi, saling
terkait, saling membangun.
Kemudian, mereka tidak
berbalik kalau berjalan. Kalau manusia, setelah sampai pada tujuan, untuk
kembali ke asal, dia harus berbalik, tetapi mereka (4 makhluk) tidak.
Kalau tujuan kita adalah Yerusalem baru, biarlah kita
berjalan menempuhnya. Kalau memang dunia sasaran kita, biarlah kita berjalan
menempuh untuk mencapai sasaran kita di dunia ini. Tuhan tidak suka berbalik
dari jalan-jalan Tuhan.
Hebat sekali empat makhluk dalam bentuk lingkaran, kalau
berjalan, tidak mau berbalik.
Oleh sebab itu kita belajar, kalau memang sorga tujuan
hidup kita, ayo berjalan terus menempuhnya, jangan berbalik, jangan menengok ke
belakang seperti isteri Lot menjadi tiang garam, tidak ada artinya. Garam
tetapi menjadi tiang, tidak berguna.
Ikut Tuhan tidak boleh serampangan; tidak boleh ya satu
sisi, sisi lain tidak. Harus memiliki sikap yang tegas.
2 Korintus 1: 15
(1:15) Berdasarkan
keyakinan ini aku pernah merencanakan untuk mengunjungi kamu dahulu, supaya
kamu boleh menerima kasih karunia untuk kedua kalinya.
Inilah tanggung jawab seorang hamba Tuhan; berjuang
supaya sidang jemaat yang dilayani itu menerima
kasih karunia. Hamba Tuhan tidak hanya berpikir soal perut, perkara
lahiriah, uang, persembahan-persembahan dan lain sebagainya, lebih dari pada
itu ialah bagaimana sidang jemaat menerima kasih karunia.
Dalam 1 Petrus 2:
19, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu adalah kasih
karunia, itu yang harus dinyatakan di tengah-tengah sidang jemaat yang Tuhan
percayakan, bukan bicara soal yang lahiriah.
2 Korintus 1 16-17
(1:16) Kemudian aku
mau meneruskan perjalananku ke Makedonia, lalu dari Makedonia kembali lagi
kepada kamu, supaya kamu menolong aku dalam perjalananku ke Yudea.
(1:17) Jadi, adakah
aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat
rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat
"ya" dan "tidak"?
Rasul Paulus dalam hal bertindak di tengah ibadah
pelayanan tidak serampangan perjalanannya terus sampai menuju kepada kasih
karunia demi kasih karunia, tidak mau berbalik, karena Rasul Paulus melayani
Tuhan tidak serampangan, bukanlah
antara ya dan tidak.
Saya tandaskan sore ini; kalau ikut Tuhan, ikutlah Tuhan
dengan sungguh-sungguh, terus lanjutkan jangan berbalik. Kalau ikut dunia,
ikutlah dunia sungguh-sungguh. Sebab
orang
yang mendua hati tidak mendapat apa-apa.
Tetapi masing-masing ada konsekuensi yang akan diterima
di ujung perjalannya.
Inilah semua yang terkait dengan kemuliaan, atau pelangi melingkungi takhta
itu.
2 Korintus 1: 18-19
(1:18) Demi Allah yang
setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan
"tidak".
(1:19) Karena Yesus
Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu
olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan
"tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".
Di dalam Tuhan hanya ada satu kata “ya”, berarti menjadi
kehidupan yang dengar-dengaran, itu yang Tuhan mau.
Jangan membiasakan diri satu sisi ya, besok tidak, satu
sisi benar, besok tidak benar, satu sisi suci, besok tidak suci. Kehidupan yang
serampangan adalah kehidupan yang mendua hati, tidak mendapat apa-apa.
Ayo berjalan terus, jangan berbalik. Ayo, maju terus,
jangan berhenti dan jangan berbalik ke belakang.
Banyak jalan yang kita tempuh dengan bermacam-macam
jalan; ada jalan berbatu-batu, ada jalan berliku-liku, ada onak duri, tidak
sedikit kita menghadapi ancaman maut, termasuk roh jahat dan roh najis, tetapi
tetap berjuang, jangan berbalik.
2 Korintus 1: 20
(1:20) Sebab Kristus
adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita
mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
Yesus yang disalibkan
adalah ya bagi semua janji Allah.
Terlalu banyak janji Allah, janji yang indah-indah, janji yang suci dan mulia
begitu banyak dinyatakan, dan Kristus adalah ya bagi semua janji-janji yang
indah, bagi semua janji-janji yang suci, bagi semua janji-janji yang mulia,
maka untuk itu kita berkata “Amin”,
berarti ada kepastian.
Kiranya kita semua boleh merasakan bukan hanya melihat
tetapi juga merasakan pelangi melingkungi takhta itu, tetapi jangan lupa,
diawali dari sengsara salib. Dibalik salib nanti Tuhan menunjukkan sinar
kemuliaan-Nya.
Ayo, saya kira kita semua rindu mendapatkan apa yang
sudah dijanjikan oleh Allah. Kristus adalah ya bagi semua janji suci, bagi
semua janji yang mulia, bagi semua janji yang indah dari Tuhan. Yesus yang
disalibkan jaminannya.
Dalam
injil Matius 26: 42, Yesus berkata: “Ya
Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya,
jadilah kehendak-Mu!”, tetapi diawali dengan kata “Ya Bapa”
Yesus Anak Tunggal Bapa sebagai Anak, Dia dengar-dengaran kepada
Bapa, Dia melakukan kehendak Allah Bapa
sebab Dia telah meminum cawan Allah
sehingga dengan demikian jadilan kehendak Allah, segala kehendak Allah
terlaksana olehNya, diawali dengan “Ya Bapa”. Artinya: dengar-dengaran.
Dasar
kita beribadah adalah
dengar-dengaran, dasar kita melayani Tuhan juga dengar-dengaran supaya
tidak mendahului apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Melayani tetapi tidak dengar-dengaran, beribadah tetapi
tidak dengar-dengaran, suka
mendahului apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Kita kembali memperhatikan Yehezkiel 1.
Yehezkiel 1: 9
(1:9) mereka saling
menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan,
masing-masing berjalan lurus ke depan.
“mereka saling
menyentuh dengan sayapnya”, Artinya:
saling terkait satu dengan yang lain, berarti saling melengkapi, saling membangun.
“mereka tidak
berbalik kalau berjalan” Ayo, berjalan terus, jangan berbalik lagi, jangan
menoleh ke belakang lagi, kalau memang sasaran akhir dari pada perjalanan kita
adalah Kerajaan Sorga, ayo tempuh terus jalan itu walaupun harus menghadapi
banyak rintangan. Banyak rintangan di situ; ada onak duri, ada batu, jalan
berliku-liku dan tidak sedikit menghadapi bahaya maut, dan ular tedung, roh
jahat roh najis dan sebagainya pekerjaan Setan.
Tetapi Yesus adalah Imanuel, Tuhan menyertai kita semua
dalam perjalanan yang kita tempuh.
Yehezkiel 1: 10
(1:10) Muka mereka kelihatan begini:
Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah
kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali
di belakang.
Keadaan muka dari empat makhluk;
1.
Muka manusia berada di depan
2.
Muka singa di sebelah kanan
3.
Muka lembu di sebelah kiri
4.
Muka rajawali di belakang
Dan bentuk mereka adalah lingkaran.
Muka manusia,
ini berbicara tentang sengsara yang dialami oleh Yesus sebagai manusia.
Posisinya ada di depan.
Muka singa,
ini berbicara tentang kewibawaan Yesus sebagai raja, posisinya ada di sebelah kanan.
Kalau Yesus adalah Raja di atas segala raja, kita dijadikan sebagai raja-raja
di bumi ini.
Dalam Wahyu 5: 19, “Engkau
telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah
kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi”, berarti berbicara
tentang imamat rajani itu berbicara tentang kemenangan dan kelepasan, sebab
tidak ada orang yang masih terikat dengan dosa mau melayani Tuhan dengan
percaya diri.
Muka lembu
di sebelah kiri, ini berbicara tentang kebangkitan Yesus sebagai hamba.
Biarlah kiranya kita semua melayani Tuhan dalam suasana kebangkitan. Kalau
melayani Tuhan dalam suasana kebangkitan yang benar, maka diawali dengan
kematian yang benar. Kalau kebangkitannya tidak benar, melayani tanpa kesucian,
itu kebangkitan palsu, berarti kematiannya juga palsu.
Kalau kita satu dalam kematian-Nya, kita juga satu dalam
kebangkitan-Nya. Kalau kita satu dalam kematian yang benar, juga kita satu
dalam kebangkitan yang benar. Sebagai hamba biarlah kita melayani dalam suasana
kebangkitan, hidup dalam kesucian, memberi diri dipimpin oleh Roh dan dikuasai
oleh Roh seutuhnya.
Muka rajawali
di belakang, ini berbicara tentang kebenaran dan keadilan Yesus sebagai
Anak Allah.
Demikianlah keadaan dari empat makhluk yang terkait
dengan kemuliaan yang ada di dalam Kerajaan Sorga.
Wahyu 4: 7-8
(4:7) Adapun makhluk
yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak
lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk
yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
(4:8) Dan keempat
makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah
dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka
berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang
Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Lebih jauh lagi untuk melengkapi pengertian kita tentang empat makhluk dari
kitab YEHEZKIEL tadi
"keempat makhluk itu
masing-masing bersayap enam sekelilingnya."
Berarti; tabiat daging dengan segala keinginannya sudah
tidak terlihat lagi.
Betul-betul ada dalam kekuasaan Roh Kudus, Roh Allah yang
besar.
Selain itu juga, "di sebelah dalamnya penuh dengan mata."
Mata berbicara tentang terang. Berarti bagian dalamnya
sudah dalam terang, diterangi, tidak ada lagi sesuatu yang tersembunyi, tidak
ada lagi sesuatu yang gelap, semuanya sudah dalam terang.
Tuhan taruh sepasang mata dengan posisi tertinggi,
tempatnya berada di tempat tertinggi. Bayangkan, jika mata berada di kaki,
betapa celakanya kehidupan ini. Tetapi sepasang bola mata tempatnya ada di
tempat yang tinggi, dia dapat melihat, dia dapat menjangkau dan menerangi
seluruh kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Anggota-anggota tubuh semuanya
berada di dalam terang, sampai dalam-dalamnya manusia batin diterangi.
Kalau dalamnya belum diterangi, seseorang bisa saja
luarnya terlihat terang, hidup penuh dengan kepalsuan, tetapi kalau dalamnya
sudah terang, pasti luar dalam transparan, tampil apa adanya; apa yang di luar,
sama dengan apa yang di dalam.
Kemudian yang tidak kalah penting kita perhatikan di
sini; "mereka
tidak berhenti-hentinya berseru siang dan malam."
Kita beribadah dan melayani lewat Ibadah Raya Minggu
barangkali 2 jam sampai 2.5 jam memuji kemuliaan Tuhan, tetapi di sini kita
melihat, mereka tidak berhenti-hentinya berseru siang dan malam, berseru memuji
kemuliaan Tuhan.
Apa tanda mereka memuji kemuliaan Tuhan? Itu bisa dilihat
dari seruan mereka. Adapun seruan mereka ialah: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan
yang ada dan yang akan datang”
Seruan ini dibagi menjadi dua bagian:
-
YANG PERTAMA: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan
Allah, Yang Mahakuasa”
Yang
mereka bicarakan hanyalah tentang
Tuhan
dan kekudusan-Nya. Kekudusan dari Firman
Allah, kekudusan dari Roh Allah
kekudusan dari kasih Allah, itu saja
yang mereka bicarakan. Tidak bicara soal yang jahat, tidak bicara soal yang
najis, tidak bicara soal yang tidak baik, dan tidak sopan. Mereka berbicara
tentang kekudusan dari Allah
Tri Tunggal.
-
YANG KEDUA: “yang sudah ada dan yang ada dan
yang akan datang”
Kita
kaitkan dengan Wahyu 1: 8, 17-18
(1:8) "Aku adalah Alfa
dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang, Yang Mahakuasa."
(1:17) Ketika aku melihat
Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi
Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku
adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
(1:18) dan Yang Hidup. Aku
telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang
segala kunci maut dan kerajaan maut.
Dari
awal sampai akhir mereka hanya berbicara soal salib di tengah ibadah pelayanan
mereka; yang ada, yang sudah ada,
yang akan datang = HIDUP, MATI,
HIDUP.
Hidup yang pertama
untuk sampai pada hidup yang kedua,
jembatannya adalah Yesus mati di atas
kayu salib. Ini saja yang mereka serukan.
Berarti
betul-betul mereka ini adalah bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah. Tugas mereka hanyalah memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, memberitakan salib di mana saja
berada, tidak ada berita-berita yang lain, berita rumpi, berita ini itu, bahasa
kotor, tidak.
Kita bersyukur dengan semua pengertian yang kita peroleh
dari Tuhan. Kiranya firman itu tidak berlalu, kiranya firman itu mendarah
daging dalam kehidupan kita masing-masing.
Apa kuasa dari pelayanan
seperti ini?
Wahyu 4: 9-11
(4:9) Dan setiap kali
makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur
kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,
(4:10) maka
tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas
takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan
mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
(4:11) "Ya Tuhan
dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab
Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya
itu ada dan diciptakan."
Setiap kali empat makhluk mempersembahkan puji-pujian,
hormat, ucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas takhta itu, maka kedua
puluh empat tua-tua yang di sekeliling takhta itu tersungkur di hadapan takhta
Anak Domba, mereka menyembah sampai selama-lamanya.
Setelah penyembahan itu, mereka juga melemparkan
mahkotanya di hadapan takhta itu, berarti; tidak ada lagi kemuliaan selain
memuji kemuliaan dari takhta Anak Domba.
Itulah dampaknya. Kiranya itu nyata di tengah ibadah
pelayanan kita. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment