IBADAH RAYA
MINGGU, 30 SEPTEMBER 2018
KITAB WAHYU
(Seri: 71)
Subtema: “MUKANYA SAMA SEPERTI MATAHARI”
Shalom
saudaraku..
Selamat
sore, salam sejahtera dan bahagia di
dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, kita berdoa kiranya dua tangan Tuhan
diulurkan bagi kita untuk memberikan kekuatan bagi kita yang di dalam keadaan
mencemaskan dan mangalami rasa takut yang hebat. Kiranya biarlah dua tangan
Tuhan terulur untuk memberikan kekuatan bagi kita manusia yang hina dan tidak
berdaya karena dosa ini. Puji Tuhan.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet,
youtube, facebook, di dalam negeri maupun di luar negeri, dimanapun anda berada
kiranya Tuhan memberkati kita.
Segera saja
kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu
10:1-3.
Wahyu 10:1-3
(10:1) Dan
aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan
awan, dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan
kakinya bagaikan tiang api.
(10:2) Dalam
tangannya ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka. Ia menginjakkan
kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi,
(10:3) dan
ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan
sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.
Ada tujuh
perkara nyata di dalam kehidupan pribadi Anak Domba sebagai hasil dari tujuh
kali percikan darah yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus. Memang Dialah Tutup
Pendamaian itu yang sudah mengalami tujuh kali percikan darah.
Adapun tujuh
perkara yang nyata di dalam diri Tuhan Yesus Kristus antaralain:
1. Berselubungkan awan.
2. Pelangi ada di atas kepala-Nya.
3. Muka-Nya sama seperti matahari.
4. Kaki-Nya bagaikan tiang api.
5. Ia memegang
sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka.
6. Ia
menginjakkan kaki kanan-Nya di atas laut dan kaki kiri-Nya di atas bumi.
7. Ia berseru
dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum.
Sekarang
kita akan memperhatikan,
Keterangan: MUKA-NYA
SAMA SEPERTI MATAHARI.
Muka-Nya
sama seperti matahari ini terkait dengan..
Wahyu 1:16
(1:16) Dan
di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah
pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari
yang terik.
Perhatikan
kalimat; “Wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.”
Ini
berbicara tentang kemuliaan Yesus Kristus yang tiada taranya.
Wahyu 1:17
(1:17) Ketika
aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang
mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan
takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
Di sisi lain
Rasul Yohanes tersungkur di depan kaki-Nya
sama seperti orang yang mati. Keadaan Rasul Yohanes ini menunjuk suatu
keadaan manusia yang hina dan tak berdaya.
Saudaraku,
memang orang yang hina pasti tidak berdaya dan mengalami rasa takut yang hebat.
Selanjutnya,
oleh karena rasa takut yang dialami oleh Rasul Yohanes, Yesus meletakkan tangan
kanan-Nya kepada Rasul Yohanes lalu berkata; “Jangan takut!”
Kesimpulannya;
di dalam kemuliaan-Nya Yesus Kristus menyatakan kasih-Nya.
Minggu lalu
kita sudah memperhatikan pelangi melingkungi
di atas kepala Yesus. Berarti bermahkotakan kemuliaan sesudah mengalami
sengsara salib dan penderitaan yang begitu hebat. Di sini dikatakan bahwa di
dalam kemuliaan-Nya Yesus menyatakan
kasih-Nya.
Hal senada
kita perhatikan di dalam injil Matius..
Matius
17:1-2
(17:1) Enam
hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan
bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka
sendiri saja.
(17:2) Lalu
Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti
matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
Di sini kita
perhatikan “Yesus
berubah rupa, wajahnya bercahaya seperti matahari”
Artinya Yesus ada di dalam kemuliaan/Yesus diliputi kemuliaan Allah. Hal ini
disaksikan oleh Petrus, Yakobus, dan Yohanes tepatnya
ketika mereka ada di atas gunung yang tinggi.
Saudaraku,
kalau kita berada di dalam himpunan ini berarti kita sedang berbakti kepada
Tuhan dan sebetulnya juga kita sedang menyaksikan kemuliaan-Nya.
Kalau kita
berada di atas gunung Sion, beribadah dan berbakti kepada Tuhan di atas gunung
sion, sesungguhnya kita sedang memperhatikan kemuliaan yang dinyatakan-Nya
lewat berita firman Tuhan. Tidak semua orang melihat kemuliaan yang dinyatakan
oleh Allah. Dalam hal ini yang menyaksikan Yesus diliputi oleh kemuliaan Alllah
adalah Petrus, Yakobus, dan Yohanes, itu suatu kemurahan.
Matius
17:3-4
(17:3) Maka
nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
(17:4) Kata
Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat
ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau,
satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Di dalam
kemuliaan itu Petrus mengakui kebahagiaan yang mereka alami kepada Yesus.
Selanjutnya, Petrus menyatakan keinginannya untuk mendirikan tiga kemah,
maksudnya satu kemah untuk Yesus, satu kemah untuk Musa, dan satu kemah untuk
Elia.
Saudaraku,
memang Petrus ini mulutnya meluap sama seperti
hati yang meluap sehingga apa yang dia rasakan itu yang dia
ucapkan, sehingga saat diliputi kebahagiaan, iapun menyampaikan maksud hatinya untuk
mendirikan tiga kemah untuk Yesus, untuk
Musa, untuk Elia.
Sebetulnya, keinginan Petrus untuk mendirikan tiga
kemah menunjukkan bahwa dia tidak menyadari diri sebagai suatu kehidupan yang
hina, suatu kehidupan yang tidak berdaya.
Banyak anak
Tuhan mengalami hal seperti ini, tidak berdaya tetapi terlalu banyak bicara dan terlalu banyak keinginan yang tidak sesuai dengan
keadaan.
Yesaya 66:1
(66:1) Beginilah
firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah
apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi
perhentian-Ku?
Allah
sendiri berkata; “Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku,
rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku dan tempat apakah yang akan menjadi
perhentian-Ku?”
Dari
pernyataan ini menunjukkan bahwa manusia itu sebetulnya begitu hina, manusia itu
tidak berdaya, manusia itu tidak layak dan tidak bisa
apa-apa. Namun Petrus tidak menyadari dirinya sebagai
manusia yang hina, dan tidak berdaya.
Yesaya 66:2
(66:2) Bukankah
tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah
firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang
yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku.
Yang
terpenting adalah senantiasa meninggikan korban Kristus sekalipun
mengalami banyak sengsara karena salib, mengalami banyak aniaya karena firman,
karena kepada orang seperti itulah Tuhan
memandang, tetapi kepada orang yang hina dan tidak
berdaya namun banyak bicara, Tuhan tidak tertarik.
Matius 17:5
(17:5) Dan
tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan
dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
Sementara
Petrus masih berkata-kata; tiba-tiba
turunlah awan yang terang menaungi (meliputi) mereka. Kemudian dari awan itu
terdengarlah suara; “Inilah anak-Ku yang Ku kasihi, kepada-Nya lah Aku
berkenan, dengarkanlah Dia.”
Dalam hal
ini, Allah menyadarkan Petrus bahwa sesungguhnya manusia itu hina, tidak
berdaya.
Oleh karena
itu jangan terlalu banyak bicara, kita bukan siapa-siapa, yang terpenting
adalah tinggikan korban Kristus sekalipun banyak mengalami sengsara karena
salib, menanggung banyak penderitaan untuk menunaikan tugas yang Tuhan percayakan
di dalam kandang penggembalaan ini. Itu yang terpenting karena kepada orang
yang seperti itu Tuhan memandang.
Lebih jelas
kita melihat dalam injil..
Lukas 9:33
(9:33) Dan
ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya:
"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan
sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk
Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.
Dahulu kita
sama seperti Petrus tidak mengerti apa-apa. Seringkali memaksakan kehendak dan
keinginan sendiri suka mendahului kehendak
Tuhan.
Perhatikan
kalimat; “Tetapi Petrus tidak tau apa yang dikatakannya itu.” Artinya
Petrus tidak menyadari bahwa manusia itu hina, manusia itu tidak berdaya,
manusia itu tidak bisa apa-apa, tetapi Petrus selalu mamaksakan keinginannya,
memaksakan kehendaknya, sehingga suka mendahului
kehendak Tuhan.
Oleh karena itu
tidak sedikit anak Tuhan mengalami kesalahan, pelanggaran, kekeliruan hanya
karena memaksakan keinginan sendiri, dia tidak tau apa yang dia perbuat.
Pendeknya; ciri-ciri
orang yang hina dan orang yang tidak berdaya adalah terlalu banyak bebicara
seperti Petrus.
Perlu untuk
diketahui memaksakan keinginan hati itu sama dengan suara daging. Itu ciri
orang yang hina tidak berdaya.
Sesungguhnya
yang terpenting adalah dengar-dengaran.
Dengar-dengaran
itu mencerminkan bahwa dia adalah domba yang tergembala bukan kambing yang suka
menanduk, dan memberontak kepada gembala.
1 Samuel
15:18-19
(15:18) TUHAN
telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang
berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan
mereka.
(15:19) Mengapa
engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa
engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?
Saul
membiarkan Agag raja orang Amalek hidup dan membiarkan rakyat (bangsa Israel)
mengambil jarahan, yakni; kambing, domba, lembu sapi yang tambun. Pendeknya
Saul tidak dengar-dengaran.
Kemudian
dalam keadaan yang tidak dengar-dengaran ini kita lihat keadaan Saul..
1 Samuel
15:20-21
(15:20) Lalu
kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan
mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag,
raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
(15:21)
Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang
terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban
kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
Saul membela
diri dan merasa diri bahwa dia dengar-dengaran dan mengikuti jalan Tuhan.
Dengan pembelaan yaitu dia telah menumpas orang Amalek lalu membiarkan raja
orang Amalek hidup, kemudian menumpas segala ternak, tetapi mengambil kambing,
domba, lembu, sapi yang tambun, alasannya untuk dipersembahkan
kepada Tuhan di Gilgal.
Dalam
keadaan tidak berdaya, dalam keadaan begitu hina, dalam keadaan tidak
dengar-dengaran, tetapi merasa diri dengar-dengaran, selalu merasa diri masih
mengikuti jalan Tuhan. Apakah itu benar? Sudah salah, sudah tidak
dengar-dengaran, tetapi Saul terlalu banyak bicara untuk membela diri di dalam
kesalahan, di dalam ketidak- berdayaan.
1 Samuel
15:22
(15:22) Tetapi
jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban
sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan
lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada
lemak domba-domba jantan.
Kemudian di
sini kita perhatikan, pada ayat 22, Samuel dengan tegas berkata kepada
Saul; “Mendengar lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan
firman Tuhan lebih baik dari pada mempersembahkan lemak domba-domba jantan.” Tuhan
tidak inginkan kita menjalankan ibadah ini dalam bentuk ibadah taurat.
Kenapa Saul
terlalu banyak bicara? Karena dia merasa ketika dia bertindak dalam kesalahan
Samuel tidak melihat, tetapi Tuhan melihat dan Tuhan memberitahukan melalui
penglihatan kepada Samuel.
Tuhan tidak
suka melihat ibadah taurat, kebenaran yang hanya terlihat di bagian luarnya.
Tetapi yang Tuhan mau adalah: Dengar-dengaran
karena itu jauh lebih berharga dari pada mempersembahkan korban sembelihan dan
memperhatikan firman Tuhan yang disampaikan jauh lebih berharga daripada lemak
domba-domba jantan yang dipersembahkan kepada Tuhan.
Hina, tidak berdaya, tetapi tidak tau diri,
tidak tau apa yang dikatakannya sama seperti Petrus.
Banyak anak
Tuhan yang tidak tau diri, tidak berdaya, tetapi terlalu banyak bicara,
memaksakan keinginannya dan kehendaknya sehingga mengabaikan kehendak Tuhan. Tidak
dengar-dengaran dan tidak mau memperhatikan apa maunya Tuhan. Itulah keadaan
orang yang hina dan tidak berdaya.
Jadi
kesimpulannya dalam kitab Wahyu 1:16 Yesus berada di dalam kemuliaan,
muka-Nya sama seperti matahari, berarti kemuliaan tiada tara. Tetapi pada ayat
17; Keadaan Rasul Yohanes tersungkur di depan kaki-Nya, suatu kehidupan
yang hina, kehidupan yang tidak berdaya.
Kehidupan
yang hina, kehidupan yang tidak berdaya
mengalami rasa takut yang hebat, tetapi pada saat itu Yesus mengulurkan tangan
kanan-Nya. Berarti di dalam kemuliaan-Nya Tuhan mengulurkan tangan kanan pembelaan kasih-Nya.
Tetapi
berbeda dengan raja Saul di dalam kemuliaan Allah telah menyatakan kasih-Nya,
tetapi dia tetap mengeraskan hatinya, dia tetap merasa diri dengar-dengaran.
Ini suatu kebodohan, jangan dipertahankan.
1
Samuel15:23
(15:23) Sebab
pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama
seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman
TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Perlu untuk
diketahui, dosa pemberontakan kepada Tuhan setara dengan dosa
bertenung. Dosa bertenung berarti percaya kepada roh-roh peramal.
Pergi kepada
dukun atau peramal-peramal untuk mengetahui kehidupan dan masa depannya, itulah
dosa bertenung. Jadi dosa pemberontakan setara dengan dosa bertenung saudaraku.
Jangan saudara pikir dosa pemberontakan itu dosa biasa, itu dosa besar.
Kemudian kedegilan
(kekerasan hati) setara dengan dosa menyembah berhala dan terafim. Berhala
artinya segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan. Jadi kalau seandainya
kesibukan-kesibukan yang di dunia ini yang menjadi nomor satu dari pada Tuhan,
pekerjaan nomor satu dari ibadah pelayanan dan kesibukan lain menjadi nomor
satu, itulah berhala.
Jadi
hati-hati dosa di waktu masa lalu yaitu dosa
pemberontakan dan dosa kekerasan
hati, jangan dipertahankan, itu tidak baik.
Saul adalah orang yang keras hati akhirnya dia ditolak menjadi raja atas
Israel, sebab itu jangan sampai kita ditolak oleh Tuhan.
Bukankah
tadi kita sudah melihat di dalam Wahyu 1:16-17; di dalam kemuliaan-Nya
Tuhan menyatakan kasih-Nya maka jangan ditolak supaya Tuhan jangan menolak
kita. Tetapi biarlah Tuhan mangakui kita sebagai imamat rajani, di atas gunung
Sion, suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa.
Andaikata
dunia menolak bagi saya tidak jadi soal, asal jangan Tuhan yang
menolak kita.
Sekarang
kita akan perhatikan injil..
Lukas
8:117-18
(8:17) Sebab
tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada
sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.
(8:18) Karena
itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena
siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai,
dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
Perhatikan
kalimat; “Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan
tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak diketahui dan diumumkan.”
Jadi
semuanya jelas di mata Tuhan, kita bukan beribadah kepada manusia, tetapi kita
beribadah kepada Tuhan.
Ayat 18, “perhatikanlah
cara kamu mendengar” Itu yang terpenting. Perhatikan
sungguh-sungguh, dengar sungguh-sungguh, tidak boleh asal-asalan. Jangan
dipertahankan kekerasan hati, kedegilan hati, dan pemberontakan jangan dipertahankan, tetapi
perhatikanlah cara mendengar, jangan mengabaikan, jangan anggap enteng,
perhatikan baik-baik.
Kita
menjalankan ibadah ini bukan dengan ibadah taurat, tetapi kita menjalankan
ibadah ini kepada Tuhan artinya Tuhan melihat isi hati kita masing-masing.
Kalau kita bekerja untuk manusia maka kita bisa akal-akalan, kita bisa main
belakang, dan manusia tidak melihat, atasan tidak melihat, namun kita ini
berbakti kepada tuhan, dan Tuhan
melihat segala sesuatu, lalu untuk apa kita menjalankan ibadah taurat?
Dan sidang
jemaat juga tidak beribadah kepada saya, tetapi saya dan sidang jemaat harus
beribadah kepada Tuhan, jadi tidak ada artinya kita menjalankan ibadah dengan
akal-akalan, terlihat baik di depan manusia, tetapi tidak baik di mata Tuhan.
Lebih baik ditolak dunia asal jangan Tuhan yang menolak.
Kedatangan
Tuhan sudah tidak lama lagi, tanda-tanda jaman sudah terlihat jelas di mata
kita sesuai dengan apa yang tertulis di dalam alkitab, masihkah mempertahankan
kekerasan hati? Masihkah memberontak oleh karena
roh pendurhakaan?
Saya dengan
tegas berkata kalau berani memberontak
dan mengeraskan hati, tidak dengar-dengaran, itu adalah orang yang paling bodoh dan paling
malang di atas muka bumi ini. Justru seharusnya kita bersyukur jikalau salib di
tegakkan di tengah ibadah ini bagaikan gunung sion di dalam Yesaya 2,
tegak berdiri di hulu gunung-gunung, suatu kali
nanti
gunung lain bergeser, tetapi gunung sion tetap tegak berdiri.
Memang sakit
kalau kita dikoreksi, tetapi bersyukur kalau salib ditegakkan bagaikan gunung
sion tegak berdiri di hulu gunung-gunung, nanti gunung lain digeser sesuai
dengan Wahyu 6:12-14.
Karena itu
sungguh-sungguh perhatikalah cara kita mendengar,
jangan keras hati dan jangan memberontak lagi.
Matius 17:6
(17:6) Mendengar
itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.
Petrus,
Yakobus, dan Yohanes menyadari diri bahwa manusia itu hina, menyadari diri
bahwa manusia itu tidak berdaya, manusia itu tidak bisa apa-apa kalau bukan
karena kemurahan Tuhan.
Sementara
tadi pada saat Petrus berkata-kata memaksakan keinginannya untuk mendirikan
tiga kemah, tiba-tiba turunlah awan. Nah begitulah cara Tuhan untuk menyadarkan
tiga murid ini yaitu Petrus, Yakobus,
dan Yohanes. Setelah disadarkan barulah mereka tersungkur dan mengalami rasa
takut yang hebat.
Jadi
peristiwa Wahyu 1:16-17 sama dengan
peristiwa Matius 17 ketika Yesus diliputi dalam kemuliaan.
Matius 17:7
(17:7) Lalu
Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah,
jangan takut!"
Dalam
keadaan takut mereka tersungkur, kemudian Yesus datang kepada mereka dan menyentuh
mereka berarti di dalam kemuliaan itu Yesus menyatakan kasih-Nya kepada orang
yang hina dan kepada orang yang tidak berdaya. Pada saat Yesus mengulurkan
tangan kanan-Nya, Yesus berkata; “Berdirilah jangan takut.”
Kalau saat
ini kita berdiri di hadapan takhta kasih
karunia semata-mata oleh karena tangan kanan
Tuhan terulur bagi kita sekaliannya.
Kesimpulannya;
di dalam kemuliaan-Nya Tuhan Yesus Kristus menyatakan kasih dan kemurahan-Nya
serta berkata; “Berdirilah, jangan takut.” Dengan demikian Petrus, Yakobus, dan Yohanes diyakinkan.
Wahyu 1:17
(1:17) Ketika
aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang
mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan
takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
Di dalam
kemuliaan-Nya Yesus menyatakan kasih-Nya. Sebagai bukti; kalau tadi kepada
Yakobus, Petrus, dan Yohanes, Yesus berkata; “Berdirilah, jangan takut!”
Di sini juga kita melihat kepada
Rasul Yohanes di pulau patmos Yesus
berkata; “Jangan takut, Aku adalah yang awal dan yang akhir.”
Jadi
pernyataan Yesus kepada Rasul Yohanes ini sama pengertiannya dengan apa yang
sudah disampaikan Yesus kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes.
Lebih rinci
kita melihat
Wahyu 1 :18
(1:18) dan
Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya
dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Selanjutnya
Yesus berkata; “Yang hidup, aku telah mati, namun lihatlah aku
hidup.”
Saudaraku,
Yesus mengawali dengan pegakuan diri-Nya sebagai alfa dan omega/yang awal dan yang akhir, kemudian dilanjutkan dengan perkataan “Yang hidup, Aku telah mati,
namun lihatlah Aku hidup.”
Berarti dari
alfa (awal) untuk sampai kepada omega (akhir), Yesus telah mati di atas kayu
salib, dengan demikian Dia telah menyatakan kasih-Nya supaya kita bisa berdiri
menghadap tahkta kasih karunia, tidak perlu takut menghadapi situasi, kondisi,
dan keadaan yang ada.
Di dalam
kemuliaan-Nya Dia telah menyatakan kasih-Nya,
berdirilah berarti menghadap takhta kasih karunia, layanilah Tuhan dengan
sungguh-sungguh, lalu jangan takut terhadap situasi, kondisi, dan keadaan
apapun yang terjadi.
Jadi apa
yang telah disampaikan Yesus di atas gunung yang tinggi yaitu kepada Petrus,
Yakobus, dan Yohanes, dan kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos itu sama. Tuhan
itu adil, tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain.
Tuhan tidak
memandang orang kaya, orang besar, besar kecil, tua muda sama saja, itu semua
hasil ciptaan Tuhan. Sesungguhnya manusia itu sendiri yang sering
membeda-bedakan, tidak adil, orang kaya dihormati, orang miskin tidak. Manusia
itu tidak adil dan itu yang membuat manusia itu hina, tidak berdaya. Tetapi di
dalam kemuliaan Tuhan telah menyatakan kasih-Nya sebab Dia alfa, omega, awal
dan akhir, dia hidup, mati, dan hidup, dia telah menyatakan kasih-Nya lewat
kematian-Nya di atas kayu salib, tujuannya supaya kita berdiri berarti
menghadap takhta kasih karunia, di tengah ibadah dan pelayanan, tekun di dalam
kegiatan-kegiatan yang Tuhan percayakan dalam setiap kebaktian, kemudian jangan
takut untuk menhadapi situasi, kondisi, keadaan apapun yang terjadi.
Ayo tangan
kanan Tuhan terulur bagi keluarga sidang jemaat GPT “BETANIA”, tangan kanan Tuhan terulur bagi
kita, berdirilah layanilah Tuhan dengan
sungguh-sungguh, jangan takut, jangan kuatir dengan situasi, kondisi yag ada,
soal makan, minum, pakaian, masa depan, jangan kuatir, jangan takut sebab
tangan kanan Tuhan dan kasih Tuhan diulurkan bagi kita.
Lukas 9:31
(9:31) Keduanya
menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya
yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.
Saat Yesus
diliputi kemuliaan, Musa dan Elia berbincang-bincang dengan Yesus. Tadi kita
sudah perhatikan di dalam injil Matius 17, tetapi apa yang
diperbincangkannya di situ tidak ditulis, namun di dalam injil Lukas 9:31
ini kita sudah lihat apa yang diperbincangkannya, yaitu terkhusus berbicara
tentang tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi di Yerusalem.
Matius 16:21
(16:21) Sejak
waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi
ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Yesus harus
pergi ke Yerusalem untuk menggenapi rencana Allah sebab itu Dia akan menanggung banyak penderitaan
dari pihak imam-imam kepala, tua-tua dan ahli-ahli taurat lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ke tiga.
Jadi dengan
demikian Dia telah menyatakan kasih-Nya.
Saudaraku,
kita ini ada di kota Yerusalem, ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan,
kiranya kasih Allah tergenapi di dalam kehidupan kita, menanggung penderitaan
yang tidak harus Ia tanggung itulah sengsara salib dan aniaya karena firman
Allah.
Pendeknya; Yesus
telah menyatakan kasih-Nya, Dia telah menggenapi kehendak Allah di Yerusalem.
1 Yohanes
4:9-10
(4:9) Dalam
hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah
telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
(4:10) Inilah
kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah
mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi
dosa-dosa kita.
Allah telah
menyatakan kasih-Nya diantara manusia sebab Ia telah mengutus Anak-Nya yang
tunggal ke dunia supaya oleh kasih-Nya itu kita hidup, supaya oleh karena
kasih-Nya itu orang yang tidak berdaya, orang yang hina, orang yang sudah
mengalami ketakutan yang mencekam, berdiri, jangan takut.
Allah telah
mengasihi kita sebab Ia telah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk
memperdamaikan dosa manusia di atas kayu salib. Yesus menanggung penderitaan di
atas kayu salib, lalu terbunuh, hari ke tiga dibangkitkan. Dialah alfa yang telah menyatakan kasih-Nya di
atas kayu salib untuk sampai kepada omega.
Itu sebabnya
saudaraku kita saat ini berdiri menghadap takhta kasih karunia, itu sebabnya
kita tidak takut tidak goyah terhadap situasi, kondisi, sekalipun tanda-tanda
zaman sudah begitu mencekam, mengguncang dunia. Tetapi kita tidak takut sebab
tangan kanan Tuhan yang menjadi pembela bagi kita semuanya. Siapa seperti Allah
kita? Haleluya…
1 Yohanes
4:11
(4:11) Saudara-saudaraku
yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga
saling mengasihi.
Kalau Allah
begitu rupa mengasihi kita, maka mari kita saling mengasihi satu dengan yang
lain, jangan tersandung dan jangan menjadi batu sandungan dalam hal kejahatan
dan kenajisan.
Ayo kita
berbakti kepada Tuhan bukan kepada manusia, jangan terlihat baik di luar,
tetapi hatinya memberontak, mendurhaka, degil.
Ingat tangan kanan Tuhan menjadi pembela bagi kita semuanya, dalam kemuliaan,
kasih-Nya dinyatakan bagi kita sekaliannya. Itu sebabnya kita bisa berdiri
menghadap takhta kasih karunia dan kita tidak ada rasa takut, tidak kuatir soal
makan, minum, pakaian, soal masa depan, dengan situasi yang menggelora, tidak takut, sebab tangan kanan Tuhan sebagai
pembela, sampai masa tua rambut putih Tuhan bela, yang tidak berdaya Tuhan
bela, yang hina Tuhan bela.
Mari saling
mengasihi kalau Tuhan begitu rupa mengasihi kita, tangan kanan-Nya sudah
menjadi pembela bagi kita. Suami mengasihi istri, istri menghormati suami,
saling menghargai dan menghormati nikah sendiri. Kalau kita menghormati nikah
sendiri itu sama artinya dengan menghormati nikah orang lain. Ayo kita bebakti
kepada Tuhan berarti hati, pikiran, dan perasaan kita persembahkan kepada
Tuhan, bukan kepada manusia.
1 Yohanes
4:17
(4:17) Dalam
hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai
keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita
juga ada di dalam dunia ini.
Tanda bahwa
kasih Allah telah sempurna di dalam kehidupan kita adalah mempunyai
keberanian pada hari penghakiman. Sebab kita mengetahui pada saat Yesus
menyatakan kemuliaan-Nya, Dia akan mengumpulkan semua bangsa dihadapan-Nya sesuai dengan injil Matius 25, di
situlah akan tejadi pemisahan antara domba dan kambing, kehidupan yang
dengar-dengaran dipisahkan dari kehidupan yang tidak dengar-dengaran seperti
kambing yang suka menanduk. Jadi tanda kalau kasih itu sempurna adalah mempunyai keberanian percaya pada hari
penghakiman, tetap berdiri, jangan takut.
Matius 25:31
(25:31) "Apabila
Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan
Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
(25:32) Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari
kambing,
(25:33) Dan
Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di
sebelah kiri-Nya.
Pada saat
Yesus menyatakan kemuliaan-Nya, Dia mengumpulkan semua bangsa dihadapan-Nya
untuk mengadakan pemisahan, memisahkan antara domba dengan kambing, domba
ditempatkan di sebelah kanan dan kambing ditempatkan disebelah kiri, orang yang
mengasihi Tuhan berdiri, jangan takut, itulah kehidupan yang dengar-dengaran,
tidak memberontak, tidak keras hati, sedangkan di sebelah kiri adalah kambing, kehidupan yang liar tidak
tergembala, memberontak, melawan, degil.
Jadi dari
situ kita bisa mengetahui tanda bahwa kasih Allah
sempurna di dalam kehidupan kita yaitu berani dan berdiri sampai pada hari
penghakiman. Berdiri jangan takut sampai pada hari penghakiman.
Itulah yang
membuat Simon Petrus berdiri tidak takut pada akhirnya, dan memang kalau kita
perhatikan dalam injil Yohanes 21:15-17; Yesus berkata sebanyak tiga
kali kepada Simon Petrus, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Yohanes
21:18
(21:18) Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika
engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan
mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
(21:19) Dan
hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus:
"Ikutlah Aku."
Saudaraku,
Yesus mengatakan gembalakanlah domba-domba-Ku sebanyak tiga kali, sebetulnya
hal itu dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Jadi tanda kasih itu sempurna di dalam diri seseorang adalah
berdiri, jangan takut sampai pada hari penghakiman. Begitu jugalah keberadaan
Simon Petrus, Tuhan tau keberadan manusia begitu hina, Tuhan tau keadaan
manusia begitu tidak sempurna, tidak berdaya, sebab itu sampai pada hari ini
tangan kanan-Nya terulur bagi kita sekaliannya supaya kita berdiri jangan takut.
1 Yohanes
4:18
(4:18) Di
dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;
sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di
dalam kasih.
Tangan kanan
Tuhan Yesus sudah terulur maka tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna telah
melenyapkan ketakutan itu.
Bilangan
6:24-26
(6:24) TUHAN
memberkati engkau dan melindungi engkau;
(6:25) TUHAN
menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
(6:26) TUHAN
menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Wajah-Nya
seperti matahari berarti Dia menyatakan kasih karunia-Nya dan memberkati dengan
damai sejahtera sampai pada hari penghakiman, kita berdiri, tidak takut.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment