IBADAH KAUM
MUDA REMAJA, 29 SEPTEMBER 2018
STUDY YUSUF
(Seri: 139)
Subtema: ”BERLUTUT DAN
MENJILAT DEBU”
Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera, salam bahagia bagi kita
sekaliannya. Kita bersyukur karena Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita
untuk beribadah di atas gunung Sion lewat ibadah pemuda remaja, berarti besar
kemungkinan kalau kita terus setia dan tekun beribadah di atas gunung Tuhan,
kita memperoleh keselamatan.
Keadaan dunia sudah tidak menentu, tanda-tanda zaman,
tanda-tanda kedatangan Tuhan sudah sangat terlihat dengan jelas. Maka kita yang
sudah terlebih dahulu diperkenankan untuk mengerti tentang tanda-tanda zaman
ini adalah suatu kesempatan bagi kita. Kesempatan ini adalah panjang sabar bagi
Tuhan dan tidak boleh disia-siakan.
Saat ini kita diberi kesempatan. Tidak salah menuntut
ilmu, tidak salah bekerja, tidak salah dengan apa saja yang Tuhan percayakan.
Tetapi bukan itu yang menjadi nomor satu, bukan itu prioritas utama. Tuhan dan
ibadah pelayanan yang menjadi nomor satu, yang menjadi prioritas utama.
Segala perkara lahiriah, perkara di bumi adalah berhala
bisu, artinya tidak dapat berbuat apa-apa, tidak bisa menolong kita
sekaliannya. Hanya Tuhan dengan dua tangan Tuhan yang kuat yang membawa kita
dekat dengan Dia.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, pemuda
remaja, mungkin saja hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman
Tuhan dalam dan luar negeri, lima benua, tiap-tiap negara, kiranya Tuhan memberkati
kita. Kita berdoa bersama-sama, supaya kita bisa merasakan kasih dan
kemurahan-Nya, lewat apa yang Tuhan mau nyatakan bagi kita malam ini.
Dan segera kita memperhatikan firman penggembalaan lewat
ibadah pemuda remaja tentang study Yusuf.
Kejadian 41: 50-52
(41:50)
Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak
laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On.
(41:51) Yusuf
memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah
telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah
bapaku."
(41:52) Dan
kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah
membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum tiba tujuh tahun kelaparan, lahirlah bagi Yusuf
dua orang anak laki-laki; yang sulung bernama Manasye, anak kedua bernama
Efraim.
Selanjutnya, marilah kita memperatikan arti nama kedua
nama anak laki-laki Yusuf, diawali dengan anak sulung yang bernama Manasye.
Manasye, artinya; Allah telah membuat Yusuf lupa sama
sekali terhadap dua perkara;
1. Yusuf lupa
kepada kesukarannya.
2. Yusuf lupa kepada
rumah bapanya.
Keterangan: YUSUF LUPA KEPADA KESUKARANNYA.
Kesukaran Yusuf pada masa mudanya terdiri dari tiga fase.
Fase yang pertama: KETIKA YUSUF TINGGAL BERSAMA-SAMA
DENGAN SAUDARA-SAUDARANYA.
Marilah kita perhatikan Kejadian 37
Kejadian 37: 1-4
(37:1) Adapun
Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan.
(37:2) Inilah
riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun -- jadi masih
muda -- biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan
saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf
menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya.
(37:3) Israel
lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya
yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi
dia.
(37:4) Setelah
dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua
saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan
ramah.
Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya, sebab Yakub lebih
mengasihi Yusuf dari pada anak-anaknya yang lain.
Memang anak-anak Bilha dan Zilfa, budak dari pada Lea dan
Rahel, adalah anak-anak yang jahat.
Kejadian 37: 5-9
(37:5) Pada
suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada
saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.
(37:6) Karena
katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini:
(37:7) Tampak
kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku
dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi
dan sujud menyembah kepada berkasku itu."
(37:8) Lalu saudara-saudaranya
berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah
engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya
karena mimpinya dan karena perkataannya itu.
(37:9) Lalu ia
memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya.
Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang
sujud menyembah kepadaku."
Kebencian saudara-saudaranya semakin bertambah-tambah
kepada Yusuf oleh karena kedua mimpi yang diceritakannya itu kepada
saudara-saudaranya itu.
Adapun kedua mimpi Yusuf tersebut ialah.
MIMPI YANG PERTAMA: YUSUF DAN SAUDARA-SAUDARANYA BERADA DI LADANG MENGIKAT
BERKAS-BERKAS GANDUM.
Oleh karena kemurahan Tuhan saat ini kita berada di
ladang Tuhan untuk mengikatkan diri dengan firman Tuhan, dengan kata lain
bersekutu dengan firman Allah.
Berada di tengah ibadah pelayanan tujuannya tidak
lain tidak bukan adalah untuk mengikatkan diri dengan firman Allah, dengan kata
lain; bersekutu dengan firman Allah.
Kalau orang Kristen berada di ladang Tuhan bukan untuk
mengikatkan diri dengan firman Allah, bukan untuk bersekutu dengan Firman
Allah,
itu adalah ibadah yang salah.
Sebab banyak motivasi dari anak-anak muda saat ini untuk
beribadah; mencari hiru pikuk, mencari kedudukan, mencari jabatan dan lain
sebagainya, ini motiv-motiv yang salah.
Tetapi yang benar, ketika berada di ladang Tuhan,
tujuannya hanya satu yaitu untuk mengikatkan diri dengan firman Tuhan,
bersekutu dengan firman Tuhan, tidak lebih tidak kurang.
Jadi tidak untuk cari hiru pikuk, keramaian-keramaian
yang sifatnya berbau daging.
Carilah lebih dahulu Kerajaan Allah dan segala
kebenarannya, nanti semuanya ditambahkan.
Kemudian, dalam mimpi itu terlihatlah satu ikat berkas
gandum Yusuf tegak berdiri, sedang
11 ikat berkas gandum saudara-saudaranya mengelilingi dan sujud menyembah
kepada berkas Yusuf.
Mimpi Yusuf ini kita akan bandingkan dengan NUBUATAN YESAYA.
Yesaya 2: 2-3
(2:2) Akan
terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri
tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala
bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan
banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung
TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya,
dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran
dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Keadaan gunung Sion tempat rumah Tuhan di hari-hari
terakhir; akan berdiri tegak di hulu
gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit, sehingga tampaklah
suatu pemandangan yang begitu menarik, yaitu segala suku bangsa akan
berduyun-duyun naik ke gunung Tuhan, gunung Sion.
Kesimpulannya; gunung Sion bagaikan satu ikat berkas
gandum Yusuf tegak berdiri, dengan demikian mimpi Yusuf sama dengan
nubuatan Yesaya.
Sekarang pertanyaanya; Mengapa segala suku bangsa berduyun-duyun naik ke atas gunung Tuhan
atau gunung Sion?
Jawabnya adalah “sebab dari
Sion akan keluar pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem.”
Jawaban ini dibagi menjadi dua bagian;
a.
Dari Sion
keluar pengajaran.
b.
Firman Tuhan
dari Yerusalem.
Sekarang tentang; DARI SION KELUAR PENGAJARAN.
Tujuannya ialah untuk mengajar bangsa-bangsa tentang
jalan-jalan Tuhan.
Tidak ada seorangpun manusia yang
pernah naik ke sorga. Jadi tidak ada seorang pun manusia yang tahu jalan ke
sorga. Sebab itu bangsa-bangsa berduyun-duyun naik ke gunung Tuhan supaya nanti
bangsa-bangsa menempuh jalan-jalan Tuhan, tahu jalan menuju ke
dalam Kerajaan Sorga.
Persis seperti perjalanan bangsa Israel di padang gurun
yang dipimpin oleh tabut perjanjian, yang dipikul oleh imam-imam Lewi. Jarak
bangsa Israel dengan tabut itu adalah 2000 hasta.
Yesus Kristus, 2000 tahun yang lalu telah menunjukkan
jalan kebenaran dan hidup kepada kita semua dan kita harus mengarahkan
pandangan kita kepada jalan kebenaran dan hidup, itulah yang dikerjakan oleh
Yesus di atas kayu salib. Jalan inilah yang diajarkan kepada bangsa-bangsa.
Untuk mengajar bangsa-bangsa tentang jalan-jalan Tuhan,
sebab Yesus berkata: “Akulah jalan
kebenaran dan hidup”
Ada tiga pengajaran khusus yang sudah diajarkan oleh
Yesus Kristus;
1. Pengajaran
tentang sengsara dan pengalaman kematian-Nya (Matius 7:
1-27).
2. Pengajaran
tentang kebangkitan-Nya (Matius 22:
23-33).
3. Pengajaran
tentang kemuliaan-Nya (matius 25:
1-46).
Kesimpulannya; tiga pengajaran khusus tersebut berbicara
tentang kematian, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.
Tiga pengajaran khusus ini telah saya sampaikan pada
minggu-minggu yang lalu. Kiranya masih dengan jelas dalam ingatan kita masing-masing
seperti patam di dahi imam besar.
Sekarang tentang; FIRMAN
TUHAN DARI YERUSALEM.
Ini berbicara tentang pemimpin-pemimpin di dalam rumah
Tuhan menjadi guru-guru di dalam kebenaran, menjadi contoh teladan, memberi
teladan di tengah-tengah pelayanannya.
Imam-imam, pelayan-pelayan harus menjadi contoh teladan
dalam perkataan, dalam perbuatan, di
manapun berada, tidak menjadi sandungan dan tidak mudah tersandung, tidak mudah
sakit hati.
Tujuannya ialah supaya bangsa-bangsa berjalan
menempuhnya, berarti; bangsa-bangsa mengikuti contoh teladan dari
pemimpin-pemimpin di dalam rumah Tuhan.
Nanti bangsa-bangsa akan mengikuti contoh teladan dari
pemimpin-pemimpin dalam rumah Tuhan, dari pelayan-pelayan yang ada di gunung
Sion.
Saya berdoa kiranya itu nyata supaya nubuatan Yesaya ini
tergenapi mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, maka kita tidak
boleh lagi sibuk dengan segala perkara lahiriah.
Untuk menjadi contoh teladan, Yesus berkata kepada
murid-murid di dalam injil Lukas 22,
yang terbesar hendaklah sebagai yang
paling muda, sedangkan pemimpin menjadi pelayan.
Marilah kita membaca injil Lukas 22.
Lukas 22: 26-27
(22:26) Tetapi
kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah
menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
(22:27) Sebab
siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia
yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Siapa yang lebih besar; yang duduk makan atau yang
melayani? Tetapi di sini kita melihat Yesus
berada di tengah-tengah murid-murid untuk melayani murid-murid-Nya.
Berarti dengan demikian, sebagai seorang pemimpin Yesus
telah memberi teladan yang mulia kepada dua belas murid-murid.
Yesus adalah pemimpin yang terbesar di sepandang masa,
sebab Dialah pemimpin tetapi menjadi pelayan untuk memberi teladan kepada
dua belas murid. Dialah pemimpin yang terbesar di sepanjang sejarah
dan sepanjang masa.
Kesimpulannya; “tegak berdiri, seperti satu ikat berkas
gandum Yusuf
” Artinya;
1. Mengajar.
2. Menjadi contoh
teladan.
Kalau kita menjadi rumah Tuhan (gunung Sion), bagaikan
satu ikat berkas gandum milik Yusuf; mengajar
dan menjadi contoh teladan.
Biarlah kiranya firman itu mendarah daging sehingga kita
menjadi
surat Kristus, dan surat pujian, yang dapat dibaca
dan dikenal, dengan kata lain; mengajar orang
lain, antara lain suku-suku bangsa. Tidak berhenti sampai di situ; menjadi
contoh teladan dalam perkataan dan perbuatan di manapun berada, dalam situasi
kondisi apapun.
Menjadi contoh teladan, bukan
hanya dalam
suasana sukacita, tetapi dalam situasi kondisi apapun, tetap menjadi
contoh teladan. Mengajar dan menjadi contoh teladan.
Itulah keadaan dari gunung Sion atau rumah Tuhan di
hari-hari terakhir ini, sudah seharusnya itu.
Lihat keadaan zaman ini sudah tidak menentu lagi. Tidak
lagi memberi rasa nyaman kepada kita semua.
Apa kekuatan kita untuk menghadapi tsunami? Baru saja
terjadi tsunami dengan ketinggian 1.5 meter di Palu,
Sulawesi Tengah, rumah, mobil, apalagi manusia diseret, dihantam oleh bantingan
arus air.
Tetapi kalau kita berada di atas gunung Tuhan, gunung
Sion akan tegak berdiri. Seberapa besar arus dunia,
seberapa besar arus dari tsunami, gunung Sion tetap tegak berdiri.
Jangan andalkan kekuatan manusia. Jangan bersandar pada
pengertianmu lagi, bersandarlah kepada kemurahan hati Tuhan.
Jubah yang tidak terjahit itu adalah kemurahan Tuhan
seutuhnya dinyatakan di atas gunung Tuhan, gunung Sion kepada kita semua.
Saya melihat mayat-mayat bergelimpangan, ada yang bajunya
terbuka, kondisinya sangat mengenaskan.
Tuhan dengan kekuasaan-Nya sudah memperlihatkan segala
sesatu?
Kita akan lebih dalam melihat gunung Sion dengan keadaan
seperti tadi; mengajar dan menjadi contoh teladan, kita lihat penyimpulannya
dalam Yesaya.
Yesaya 55: 4-5
(55:4)
Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa,
menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;
(55:5)
sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang
tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan
karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
Kesimpulannya; Tuhan telah menetapkan gunung Sion ...
1. Menjadi saksi
bagi bangsa-bangsa.
2. Menjadi
seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa.
Maksud dan tujuan Tuhan ialah untuk memanggil
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, itulah bangsa kafir, bangsa yang jauh
dari Tuhan.
Keterangan: MENJADI SAKSI ATAU TERANG BAGI BANGSA-BANGSA.
Yesaya 60: 1
(60:1) Bangkitlah,
menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.
Tuhan dengan tegas menyatakan kepada gunung Sion; “Bangkitlah”, berarti; menjadi teranglah,
sebab terang Tuhan dan kemuliaan Tuhan nyata di atas gunung Tuhan, yaitu di
mana tadi gunung Sion mengajar dan menjadi contoh teladan.
Terang kemuliaan Tuhan nyata di atas gunung Sion, layak
menjadi kesaksian bagi suku-suku bangsa.
Matius 5: 14
(5:14) Kamu
adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi.
Menjadi terang atau kesaksian sama seperti kota yang
terletak di atas gunung, tidak mungkin tersembunyi.
Kalau kota itu letaknya di atas gunung, tidak mungkin
tersembunyi, berarti terangnya bercahaya, sebab kemuliaan Tuhan nyata di atas
gunung Tuhan.
Kita sudah datang ke kota raja besar, di situ ada
keramaian, ada sukacita, di dalamnya kita memuji kemuliaan Tuhan.
Wahyu 21: 9-10
(21:9) Maka
datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh
dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya:
"Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai
Anak Domba."
(21:10) Lalu,
di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia
menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga,
dari Allah.
Tuhan menunjukkan penampilan dari pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, yang disebut juga gunung Sion, kepada rasul Yohanes di
pulau Patmos.
Gunung Sion itulah pengantin perempuan mempelai Anak
Domba disebut dengan kota yang kudus, Yerusalem yang baru.
Kota Yerusalem baru ini berada tepatnya di atas gunung
yang besar lagi tinggi, berarti tidak mungkin tersembunyi, artinya; terangnya
bercahaya. Kemuliaan Tuhan nyata di atas gunung Sion.
Wahyu 21: 11
(21:11) Kota
itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang
paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Yerusalem yang baru, pengantin perempuan mempelai Anak
Domba atau yang disebut juga gunung Sion, bercahaya kemuliaan Allah, bagaikan
permata
yaspis; jernih seperti kristal.
Sesuai dengan injil Matius 5 tadi, kota letaknya di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi.
Kristal, berarti; transparan,
tampil
apa adanya, luar dalam sama tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada
yang tersembunyi.
Tampil apa adanya -> orang yang jujur dan
polos. Sedangkan orang yang jujur (polos) dipimpin
oleh ketulusan hatinya dalam segenap pekerjaan Tuhan.
Kita mengerjakan pekerjaan Tuhan dengan ketulusan hati
kita masing-masing, bagaikan permata yaspis, jernih seperti
kristal, sebab hanya orang yang tulus hati saja yang dapat mengerjakan
pekerjaan Tuhan dengan jujur. Jadilah permata yaspis, sama seperti kristal,
transparan; luar dan bagian dalam sama, tidak mungkin tersembunyi, terangnya
bercahaya.
Keterangan: MENJADI SEORANG RAJA DAN PEMERINTAH BAGI
SUKU-SUKU BANGSA.
Wahyu 5: 10
(5:10) Dan
Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam
bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."
Tuhan membuat gunung Sion menjadi suatu kerajan dan
menjadi imam-imam bagi Allah dan mereka
akan
memerintah sebagai raja di bumi.
Menjadi suatu kerajaan dan imam-imam bagi Allah itu
adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa.
Kedudukan apa saja di atas muka bumi ini tidak lebih
tinggi dari kedudukan di atas gunung Sion.
Jangan sia-siakan karunia-karunia
dan jabatan-jabatan Roh El Kudus, tujuannya; untuk memerintah sebagai raja di
bumi. Orang yang melayani adalah orang yang berkemenangan dan sudah mengalami
kelepasan.
Mazmur 72: 8
(72:8) Kiranya
ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung
bumi!
Lihatlah doa untuk raja, imamat rajani: “Kiranya
ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!”
Saya kembali menyatakan; tadi , Tuhan yang membuat gunung
Sion menjadi suatu kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah tujuannya untuk
memerintah sebagai raja di bumi, berarti memberi kemenangan dan kelepasan bagi
suku-suku bangsa.
Adapun pemerintahannya sebagai raja di bumi mencakup;
-
Dari laut ke laut
-
Dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi
Itulah daerah kekuasaan dan pemerintahan bagi raja-raja
dan imam-imam bagi Allah.
Kesimpulannya; daerah pemerintahannya mencakup seluruh
bumi.
Kiranya Tuhan memperluas kerajaan kita masing-masing.
Yang tinggal di Serang kiranya kekuasaannya dan pemerintahannya diperluas lagi;
timur, utara, barat, selatan. Yang tinggal di Cilegon kiranya kekuasaannya dan
pemerintahannya diperluas; timur, utara, barat, selatan, untuk menjangkau suku-suku
bangsa.
Kita sudah punya motto; berjemaat, bersatu,
terobos dunia.
-
Dari laut ke
laut.
Berarti daerah pemerintahannya dari pulau dan
benua atau lintas pulau dan benua pada tiap-tiap suku bangsa.
Saya bahagia menyampaikan ini supaya kita
didorong oleh keberanian untuk menjadi raja-raja yang mempunyai wilayah
kekuasaan dan pemerintahan yang begitu luas sekali, tidak hanya terkungkung di
rumah masing-masing; tidur, bangun, makan, tidak ada apa-apanya. Tetapi biarlah
daerah kekuasaan pemerintahan kita dari laut ke laut, melintasi pulau dan
benua.
-
Dari sungai
Efrat sampai ke ujung bumi.
Berarti pemerintahan gunung Sion
(Yerusalem
baru/pengantin perempuan mempelai Anak Domba) berkuasa
atas;
1. Antikris.
2. Nabi-nabi
palsu.
3. Naga, itulah
penghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara.
Beberapa
minggu yang lalu masih dalam doa penyembahan bersama tiap Sabtu pagi, sesudah
menyembah ada orang yang tidak suka dengan penyembahan kita. Karena tempat kita
menyembah itu kecil, sehingga suara itu sampai ke luar,
sehingga
mereka tidak suka. Kemudian saya yakin, sepertinya dicobai, tetapi sementara
mereka mencobai, darah Yesus berkuasa dan apa yang mereka lakukan itu meledak
di udara.
Tidak ada yang
pecah di rumah tetapi ada suara ledakan di dalam rumah. Saya tahu, mereka
sedang mencobai. Tetapi Allah yang kita sembah Allah yang berkuasa, Allah yang
hidup berkuasa atas kita semua.
Tuhan Yesus
baik.
Jangankan
pengorbanan yang sifatnya milik Tuhan (persepuluhan dan khusus), persembahan
yang lain semuanya dihitung oleh Tuhan, tidak sia-sia. Ditambah lagi dengan tenaga,
waktu, pikiran, materi yang dipersembahkan, tidak menjadi sia-sia. Semua
ditanggung oleh darah salib. Jaminannya darah salib, berkuasa atas kehidupan
kita.
Jadi, pemerintahannya dari laut ke laut, dari sungai
Efrat sampai ke ujung bumi, tujuannya untuk memberi kemenangan kepada suku-suku
bangsa.
Mazmur 72: 9
(72:9) Kiranya
penghuni padang belantara berlutut di depannya, dan musuh-musuhnya menjilat
debu;
Oleh kuasa dari pemerintahan gunung Sion
akhirnya;
1.
Penghuni
padang belantara berlutut di depannya.
Padang belantara gambaran dari suatu
kehidupan tanpa persekutuan dengan Tuhan, masih mengandalkan manusia dan
kekuatannya. Ini adalah manusia daging, tanpa persekutuan dengan Tuhan, manusia
daging masih mengandalkan kekuatannya.
Tetapi suatu waktu penghuni
padang belantara nanti akan berlutut di depan
gunung Sion.
2.
Musuh-musuhnya
menjilat debu.
Biasanya jarang sekali orang menjilat ludah
sendiri karena itu akan menjatuhkan harga dirinya sendiri. Tetapi di sini bukan
saja menjilat ludahnya, lebih dari pada itu musuh-musuhnya akan menjilat debu.
Tidak ada lagi harga diri. Rontok semua harga
diri dari musuh-musuh.
Sekarang kita akan melihat lebih rinci; BERLUTUT dan
MENJILAT DEBU.
Yesaya 60: 4
(60:4)
Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun
kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan
digendong.
Suku-suku bangsa yang dahulu tidak mengenal Tuhan akan
datang berhimpun, persis seperti sebelas berkas gandum saudara-saudara Yusuf
mengelilingi dan sujud menyembah kepada satu ikat berkas gandum Yusuf.
Tadi saya sudah katakan; jarang sekali orang menjilat
ludahnya sendiri sekalipun dia sudah salah, dia malu, dia tetap mempertahankan
harga dirinya. Tetapi di sini, bukan saja menjilat ludahnya sendiri, tetapi juga
menjilat
debu.
Tidak terbayangkan, yang tadinya dianggap hina, Tuhan
permuliakan sedemikian rupa. Kalau Tuhan yang mengangkat, tidak ada yang menjatuhkannya.
Kalau Tuhan tidak mengangkat, kita tidak dapat mengangkat diri sendiri. Kalau
Tuhan yang mengangkat, manusia bahkan Setan sekalipun tidak bisa menjatuhkannya
lagi, bahkan musuh akan menjilat debu. Musuh akan sujud menyembah, bertekuk
lutut.
Bukti berlutut (sujud menyembah) dan menjilat debu: anak
laki-laki dan anak perempuan digendong, berarti; turut memikul tanggung jawab
atau terbeban dengan pekerjaan Tuhan.
Dulu malu menjilat ludah sendiri, sekarang bertekuk lutut
dan menjilat debu, turut memikul tanggung jawab, memikul pekerjaan Tuhan. Dulu
malu merendahkan diri di hadapan Tuhan. Karena lebih
mengutamakan pekerjaan,
kedudukan dan jabatan, dunia dan arusnya.
Dulu suku-suku bangsa malu melayani Tuhan, malu memikul
salib, malu menjadi orang Pantekosta, sekarang bukan lagi menjilat ludah,
tetapi menjilat debu sendiri.
Turut memikul tanggung jawab, terbeban dengan pekerjaan
Tuhan.
Yesaya 49: 22-23
(49:22)
Beginilah firman Tuhan ALLAH: "Lihat, Aku akan mengangkat tangan-Ku
sebagai tanda untuk bangsa-bangsa dan memasang panji-panji-Ku untuk suku-suku
bangsa, maka mereka akan menggendong anak-anakmu laki-laki dan anak-anakmu
perempuan akan didukung di atas bahunya.
(49:23) Maka
raja-raja akan menjadi pengasuhmu dan permaisuri-permaisuri mereka menjadi
inangmu. Mereka akan sujud kepadamu dengan mukanya sampai ke tanah dan akan
menjilat debu kakimu. Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, dan bahwa
orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu."
Perhatikan kalimat pada ayat 22: “mereka akan
menggendong anak-anakmu laki-laki dan anak-anakmu perempuan akan didukung di
atas bahunya”, berarti; mereka terbeban dengan pekerjaan Tuhan, terlibat
dengan pekerjaan Tuhan.
Jadi jelas, mereka tidak malu menjilat debu sendiri,
tidak malu berlutut dan sujud menyembah.
Selanjutnya kalimat pada ayat 23: “raja-raja akan
menjadi pengasuhmu dan permaisuri-permaisuri mereka menjadi inangmu”,
berarti ; mereka turut memikul tanggung jawab, turut terbeban dengan pekerjaan
Tuhan.
Situasi terbeban ini menunjukkan bahwa betul-betul bahwa
mereka telah menjilat debu.
Saya merindu nubuatan Yesaya ini nyata karena saya yakin,
kita sekarang saat ini berada di atas gunung Sion.
Dari Sion keluar pengajaran, bangsa-bangsa
diajar. Kemudian firman Tuhan dari Yerusalem; memberi suatu teladan yang baik,
supaya bangsa-bangsa berjalan menempuhnya,
mengikuti contoh teladan.
Tidak berhenti sampai di situ; sampai menjilat debu,
mereka tidak lagi mempertahankan harga dirinya untuk terlibat langsung dalam
pekerjaan Tuhan.
Orang dunia malu pikul salib,
bahkan
bagi orang Mesir (gambaran dunia), gembala kambing domba adalah suatu kekejian.
Yesaya 60: 5-7
(60:5) Pada
waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang
dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih
kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu.
(60:6)
Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa.
Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan,
serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.
(60:7) Segala kambing
domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia
untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban
yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku.
Kelimpahan dari seberang laut akan
beralih ke atas gunung Sion membawa emas,
kemenyan serta kambing domba untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Kalau pemerintahan ini, kekuasaan dan pemerintahan gunung
Sion mencapai ke ujung bumi, maka kelimpahan dari seberang laut, kelimpahan
dari benua dan pulau akan beralih ke atas gunung Sion, mereka akan membawa emas, kemenyan serta kambing domba
untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
-
Emas -> suatu
kehidupan yang sudah dimurnikan oleh dapur api yang panas.
Ini kehidupan yang bernilai tinggi. Kalau
kita kuat terhadap cobaan, tidak cengeng, tidak putus asa, tidak patah
semangat, ini kehidupan yang bernilai tinggi, berharga.
-
Kemenyan -> suatu
kehidupan di dalam doa penyembahan. Ini juga yang dipersembahkan kepada Tuhan.
Ayo, hari-hari ini kita tingkatkan terus
ibadah, dengan puncaknya yakni; doa
penyembahan untuk nanti dipersembahkan kepada Tuhan. Jangan malas menyembah.
-
Kambing domba ->
kehidupan yang tidak bercacat cela.
Yesaya 49: 11-12
(49:11) Aku
akan membuat segala gunung-Ku menjadi jalan dan segala jalan raya-Ku akan
Kuratakan.
(49:12) Lihat,
ada orang yang datang dari jauh, ada dari utara dan dari barat, dan ada dari
tanah Sinim."
Kesimpulannya; gunung Sion menjadi jalan raya yang rata.
Artinya; menjadi sarana untuk membawa bangsa-bangsa
kepada Tuhan dari utara, selatan, dari timur sampai ke barat.
Jalan raya yang rata berarti tidak berlekuk-lekuk, tidak
lagi berlobang-lobang, tidak berliku-liku, di situ tidak ada sesuatu yang
sifatnya berliku-liku, dusta, di situ tidak ada sesuatu yang sifatnya menjadi
batu sandungan. Tidak ada yang sifatnya menampung
dosa seperti kubangan.
Gunung Sion betul-betul menjadi jalan raya yang rata bagi
suku-suku bangsa untuk membawa seluruh bangsa dari empat penjuru
bumi kepada Tuhan.
Yesaya 4: 5-6
(4:5) Maka
TUHAN akan menjadikan di atas seluruh wilayah gunung Sion dan di atas setiap
pertemuan yang diadakan di situ segumpal awan pada waktu siang dan segumpal
asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu malam, sebab di atas
semuanya itu akan ada kemuliaan TUHAN sebagai tudung
(4:6) dan
sebagai pondok tempat bernaung pada waktu siang terhadap panas terik dan sebagai
perlindungan dan persembunyian terhadap angin ribut dan hujan.
Di atas gunung Sion diadakan segumpal awan pada waktu
siang dan segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu malam.
Artinya; gunung Sion menjadi sebagai pondok tempat bernaung
pada waktu siang saat panas terik dan persembunyian terhadap angin ribut dan
hujan.
Akhirnya, di atas gunung Sion ada segumpal awan pada
siang hari, dan segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu
malam.
Gunung Sion menjadi tempat perlindungan dan persembunyian
terhadap angin ribut dan hujan.
Saudaraku, angin ribut sedang berlangsung sekarang, gempa
bumi sedang berlangsung sekarang, hujan lebat membanjiri bumi ini, tetapi
sekalipun semua itu terjadi, gunung Sion menjadi tempat perlindungan.
Lihat, dunia sudah semakin bergelora. Gempa bumi 7.8 SR
terjadi di Palu menggeser lempengan laut, menimbulkan gelombang arus laut yang
menghempaskan setiap manusia. Begitu banyak mayat bergelimpangan. Tetapi gunung
Sion menjadi tempat perlindungan, tempat persembunyian bagi kita sampai
selama-lamanya. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment