IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, 13 SEPTEMBER 2018
KITAB RUT
(Seri:26)
Subtema: “SEBUTKANLAH AKU MARA”
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam
kasih-Nya, Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita
dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan
suci.
Biarlah kiranya keubahan itu terjadi dalam kehidupan
kita, dari manusia nafsani, manusia daging menjadi manusia rohani, sampai
segambar serupa dengan Dia.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan,
hamba-hamba Tuhan yang sedang menyaksikan pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet, youtube, facebook, di dalam maupun di luar negeri,
di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita.
Kita perhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah
Pendalaman Alkitab dari kitab Rut.
Rut 1: 19
(1:19) Dan
berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke
Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan
berkata: "Naomikah itu?"
Ketika Rut dan Naomi masuk ke Betlehem, gemparlah
seluruh kota itu karena mereka, sebab keluarga Elimelekh telah meninggalkan
Betlehem, artinya; seluruh kota
Betlehem berpendapat bahwa keluarga Elimelekh telah
terhilang dan binasa.
Tetapi kenyataannya Naomi dan Rut menantunya itu kembali ke
Betlehem, sehingga perempuan-perempuan Betlehem bertanya: “Naomikah itu?”
Rut 1: 20-21
(1:20) Tetapi ia
berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku
Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.
(1:21) Dengan tangan
yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku.
Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang
aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."
Tetapi
Naomi berkata kepada
mereka: “Janganlah
sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara” (berarti
Naomi menjadi Mara).
Itu adalah keinginan Naomi.
Alasan Naomi menyebut dirinya MARA:
1. “Sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak
yang pahit kepadaku.”
2. “Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi
dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku.”
3. “TUHAN telah naik saksi menentang aku.”
4. “Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka
kepadaku.”
5. “... tangan
TUHAN teracung terhadap aku ...” Rut 1:
13.
Lima pernyataan sebagai alasan Naomi menunjukkan bahwa
Naomi adalah gereja tua dengan pandangan yang lama, tidak mau mengoreksi diri,
tidak mau mengoreksi kesalahan-kesalahannya.
Pendeknya: Naomi selalu merasa diri benar, tidak bersalah,
persis seperti “baju yang tua dan kantong
kulit yang tua” ... Matius 9: 16-17.
-
Baju yang
tua,
artinya; tidak mengalami pengampunan dosa -> orang-orang yang tidak mau
bertobat.
-
Kantong
kulit yang tua,
artinya; tidak mengalami pembaharuan manusia batiniah -> orang yang tawar
hati, bahkan kecewa dan patah semangat dalam mengikuti Tuhan.
Di atas tadi, Naomi menyebut dirinya Mara. Kita lihat
dulu, dari
mana asal kata MARA?
Keluaran 15: 22
(15:22) Musa
menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang
gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu
dengan tidak mendapat air.
Bangsa Israel harus berjalan dari laut Teberau ke
padang gurun Syur selama tiga hari tanpa air, sesuai dengan titah Tuhan. Ini
adalah perjalanan salib tanpa Roh-El Kudus, yang merupakan sengsara besar yang dialami oleh bangsa Israel. Perjalanan salib tanpa Roh-EL
Kudus itu merupakan sengsara besar dari gereja Tuhan.
- Air adalah gambaran
dari Roh-EL Kudus.
- Sedangkan padang gurun Syur, artinya; tembok atau
benteng -> hukum Taurat.
- Ketika
bangsa Israel menyeberangi laut Teberau,
itu berbicara tentang baptisan air.
Demikian halnya
Yesus Kristus, sesudah Ia dibaptis, langit terbuka, artinya; Roh-EL Kudus turun
atas-Nya seperti burung merpati ... Matius
3: 16.
Kemudian pada injil Matius 4: 1, Roh Kudus itu sendiri membawa Yesus ke padang gurun,
tujuannya adalah untuk dicobai dengan tiga cobaan, namun Yesus berkemenangan.
Berbeda dengan apa yang dialami bangsa Israel; setelah menyeberangi
laut Teberau, kemudian mereka berjalan di padang gurun Syur selama tiga hari,
tanpa air. Ini perjalanan yang menyengsarakan, (mengalami sengsara salib) tanpa pertolongan Roh El
Kudus, menimbulkan
persungutan dan kekecewaan yang besar.
Selanjutnya kita kembali memperhatikan ...
Keluaran 15: 23-24
(15:23) Sampailah
mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena
pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.
(15:24) Lalu bersungut-sungutlah
bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"
Setibanya di Mara, bangsa Israel tidak dapat meminum
air di sana, karena air itu pahit rasanya, maka Mara, artinya; pahit rasanya.
Itulah sebabnya ketika Naomi mengalami penderitaan yang
hebat, dia berkata: “Janganlah sebutkan
aku Naomi; sebutkanlah aku Mara”. Jadi sebutan Mara ini berasal dari
perjalanan bangsa Israel, setelah mereka menyeberangi laut Teberau dan mereka
tiba di Mara, dan di sana mereka tidak dapat minum air, karena air yang ada di
Mara pahit rasanya, sehingga tempat itu disebutlah Mara.
Jadi Mara, artinya; pahit rasanya = tidak dapat
diminum.
Akibat kepahitan itu, bersungut-sungutlah bangsa Israel
kepada Musa.
Tidak sedikit anak-anak Tuhan, umat Tuhan bersungut-sungut,
bukan saja kepada hamba Tuhan karena pemberitaan firman tentang salib, tetapi
juga bersungut-sungut kepada situasi, kondisi, keadaan, manakala umat Tuhan
mengalami penderitaan yang hebat, banyak kali bersungut-sungut, apalagi
kepahitan itu terjadi.
Dapatlah kita mengambil kesimpulan; lima pernyataan Naomi tadi adalah tanda persungutannya kepada Tuhan.
Rut 1: 20-21, 13
(1:20) Tetapi ia
berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku
Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.
(1:21) Dengan tangan
yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah
kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan
Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."
(1:13) masakan kamu
menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan
tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih
pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap
aku?"
Pada ayat 20,
Naomi berkata: “Janganlah sebutkan aku
Naomi; sebutkanlah aku Mar.a”
Pada ayat 21,
Naomi berkata: “Mengapakah kamu
menyebutkan aku Naomi”
Sedangkan pada ayat
13, Naomi berkata: “Bukankah jauh
lebih pahit yang aku alami dari pada kamu (Rut dan Orpa).”
Ketiga pernyataan ini adalah tanda persungutan dan
kemarahan Naomi kepada Tuhan.
Alasan
persungutan Naomi YANG PERTAMA, pada ayat 20.
a. “Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang
pahit kepadaku” -> kepahitan atau penderitaan yang banyak.
b. “Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi
dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku” -> kemiskinan
yang terjadi.
Kepahitan atau penderitaan
yang banyak dan kemiskinan yang
terjadi, itu bukan karena perbuatan Tuhan. Perkataan Naomi ini adalah perkataan
yang keliru. Perkataan Naomi ini adalah perkataan yang salah, sebab Tuhan tidak
pernah menjadikan manusia menderita dan miskin.
Jangan keliru, jangan sampai salah mengerti dari setiap
apa yang kita alami ini.
Pengalaman Naomi kita jadikan guru, supaya jangan kita
salah mengerti dengan apa yang kita alami saat ini, terkhusus imam-imam yang
melayani Tuhan.
2 Korintus 8: 9
(8:9) Karena kamu
telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh
karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu
menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
Rasul Paulus berkata: karena umat Tuhan, Ia rela
menjadi miskin sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena
kemiskinan-Nya.
Berarti perkataan Naomi tadi bertolak belakang dengan
kebenaran yang sesungguhnya, yaitu kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus yang
justru dinyatakan kepada kita, yaitu Dia kaya rela miskin, supaya kita yang miskin
ini menjadi kaya.
Sekarang kita bandingkan perkataan/pernyataan Naomi
dengan jemaat di Makedonia.
2 Korintus 8: 1-2
(8:1)
Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia
yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.
(8:2) Selagi dicobai
dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan
meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.
Kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat
di Makedonia, yakni;
a. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai
penderitaan, sukacita mereka meluap.
b. Meskipun mereka sangat miskin, namun mereka
kaya dalam kemurahan.
Dua perkara yang dialami jemaat di Makedonia
menunjukkan bahwa kasih karunia Allah dianugerahkan kepada jemaat di Makedonia.
2 Korintus 8: 3
(8:3) Aku bersaksi,
bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui
kemampuan mereka.
Kesaksian Rasul Paulus tentang jemaat di Makedonia
kepada jemaat di Korintus, yaitu jemaat-jemaat di Makedonia memberi di luar kemampuan
mereka.
Kalau memberi sesuai dengan kemampuan, orang dunia saja
mengerti dan orang dunia biasa melakukan hal itu. Jadi kalau kita yang sudah
mengenal kasih karunia Allah yang dianugerahkan mempunyai kemampuan tetapi
tidak memberi sesuai kemampuan yang ada, tidak ada bedanya dengan orang dunia.
Orang dunia saja sibuk dengan urusannya, itu biasa.
Kalau kita sibuk dengan urusan sendiri, tidak sibuk dengan pekerjaan Tuhan, itu
biasa bagi orang dunia,
tetapi di dalam Tuhan tidak demikian.
Tetapi jemaat di Makedonia ini memberi di luar
kemampuan, itulah kesaksian Rasul Paulus. Kesaksian Rasul Paulus itu benar,
tidak dusta.
2 Korintus 8: 4
(8:4) Dengan
kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya
mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan
kepada orang-orang kudus.
Dengan kerelaan, jemaat di Makedonia mendesak Rasul
Paulus untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus, kepada
hamba-hamba Tuhan.
Tujuan mereka melakukan itu adalah supaya jemaat di
Makedonia beroleh kasih karunia. Berarti apa yang mereka kerjakan adalah bagian
dari keselamatan kasih karunia.
Miskin tetapi memberi di luar kemampuan, bahkan jemaat
di Makedonia mendesak Rasul Paulus supaya mereka juga dapat mengambil bagian
dalam pelayanan terhadap orang-orang kudus, yaitu hamba-hamba Tuhan yang
melayani dengan pimpinan sebuah ajaran yang benar dan sehat, berarti meterainya
adalah korban Kristus.
Jadi kalau saudara berbuat sesuatu untuk pastoral itu
adalah firman Tuhan, itu hal yang lazim. Ada yang memikirkan token listrik,
puji Tuhan. Ada yang memikir e-toll, BPJS, dan lain sebagainya, ya puji Tuhan.
Itu hal yang lazim saja, supaya kita mendapat bagian
dari kasih karunia itu.
Kalau memberi sesuai dengan kemampuan, dunia tahu,
tidak usah heran, itu bukan sesuatu yang mengherankan.
Saya berharap, semakin hari kita betul-betul mendapat
bagian di dalam kasih karunia itu. Masing-masing kita tidak boleh memikirkan
dirinya sendiri, hanya untuk mencari kesenangan dirinya sendiri.
Saya pun tidak boleh memikirkan diri saya sendiri.
Kalau sidang jemaat telah mendapatkan pengertian tentang kasih karunia dan
selanjutnya dilakukan, saya juga harus melakukan hal yang sama, karena Tuhan
kita adil.
2 Korintus 8: 5
(8:5) Mereka memberikan
lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka,
pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada
kami.
Dua perkara ajaib terlihat;
a. Memberi
lebih banyak dari yang diharapkan.
b. Memberi diri
mereka (mengabdi) pertama-tama kepada Allah, kemudian kepada hamba-hamba Tuhan
yang sudah berkorban berjerih lelah terhadap sidang jemaat sebagai kawanan
domba Allah.
2 Korintus 8: 6-7
(8:6) Sebab itu kami
mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan
kasih itu sebagaimana ia telah memulainya.
(8:7) Maka sekarang,
sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, -- dalam iman, dalam perkataan,
dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap
kami -- demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
Rasul Paulus meminta dan berkata kepada jemaat di
Korintus: “hendaknya kamu kaya dalam
pelayanan kasih” supaya sama seperti jemaat di Makedonia kaya di dalam
segala sesuatu, antara lain;
- Kaya dalam iman.
- Kaya dalam perkataan.
Kalau tutur sapa, tutur kata anak-anak
Tuhan mulai terlihat rapi tersusun dan perkataannya selalu di bawah, itu
kemurahan, itu yang disebut kaya dalam perkataan. Hati-hati dalam menjawab,
dalam berkata-kata harus sopan.
- Kaya dalam pengetahuan yang baik sehingga
dapat membedakan mana yang baik, mana yang jahat.
- Kaya dalam kesungguhan untuk membantu.
- Kaya dalam kasih.
Itulah
yang terjadi setelah Yesus (yang kaya) rela menjadi miskin, sehingga kita yang
miskin menjadi kaya.
Dalam hal ini jemaat di Makedonia mendapat bagian dalam
kasih karunia yang dianugerahkan, serta kerinduan dari Rasul Paulus terhadap
jemaat di Korintus, tentu juga kepada kita (jemaat GPT “Betania”). Dia yang kaya rela miskin, supaya kita yang miskin jadi
kaya.
Berarti, perkataan Naomi adalah perkataan yang keliru,
dia salah.
Orang yang kecewa suka bersungut-sungut, dan perkataan
yang keluar dari mulutnya seringkali terucap begitu saja tanpa berpikir panjang
menyakiti hati Tuhan dan sesama.
Itu yang terjadi apabila seseorang bersungut-sungut,
persis seperti Naomi tadi.
Alasan
persungutan Naomi YANG KEDUA, pada ayat 21.
a. “TUHAN telah naik saksi menentang aku.”
b. “Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.”
Kesimpulannya; naik saksi menentang dan mendatangkan malapetaka
kepada Naomi, itu adalah pemikiran yang keliru, pendapat yang salah, sebab ada
tujuh malapetaka di dalam Wahyu 16: 1-21.
Dalam Wahyu 16:
1-21, ada TUJUH MALAPETAKA, itulah tujuh cawan murka Allah;
1. ditumpahkan
ke atas bumi ... Wahyu 16: 2.
2. ditumpahkan
ke atas laut ... Wahyu 16: 3.
3. ditumpahkan
ke atas sungai ... Wahyu 16: 4-7.
4. ditumpahkan
ke atas matahari ... Wahyu 16: 8-9.
5. ditumpahkan
ke atas binatang itu .... Wahyu 16: 10-44.
6. ditumpahkan
ke atas sungai yang besar, yaitu sungai Efrat ... Wahyu 16: 12-16.
7. ditumpahkan
ke angkasa ... Wahyu 16: 17-21.
Inilah tujuh malapetaka yang disebut juga dengan cawan
murka Allah, yang akan ditumpahkan oleh ketujuh malaikat, dalam Wahyu 16: 1-21.
Tujuan dari tujuh cawan murka Allah sebagai malapetaka
yang ditumpahkan ke atas beberapa perkara tadi adalah untuk menghukum:
1. Orang-orang
yang menerima cap antikris 666.
2. Orang-orang
yang menyembah patung binatang itu.
3. Orang-orang
yang tidak mau bertobat.
4. Orang-orang
yang menghujat Allah.
5. Roh-roh
najis yang keluar dari mulut tiga seteru, yaitu naga, binatang, nabi palsu.
6. Melenyapkan
pulau-pulau dan gunung-gunung yang bukan gunungnya Tuhan.
Tujuh
cawan murka Allah (tujuh
malapetaka)
ditimpakan ke atas enam
perkara tersebut.
Berarti, pernyataan dari pada Naomi ini salah kaprah.
Naomi keliru dalam perkataannya.
Saya tandaskan malam ini; kita patut bersyukur, kasih
karunia yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, karena saat ini, dengan keyakinan
iman yang penuh saya berkata kita semua tergembala dan berada di atas gunung
Tuhan, gunung Sion.
Apa tandanya? Dari Sion akan keluar pengajaran, dan
firman Tuhan dari Yerusalem.
Malapetaka yang keenam; melenyapkan pulau-pulau dan
melenyapkan gunung-gunung yang bukan gunungnya Tuhan.
Dari hal inilah baru kita mengerti bahwa Naomi salah
dalam perkataannya.
Alasan
persungutan Naomi YANG KETIGA, pada ayat 13.
Pada Rut 1: 13
Naomi mengatakan: “...sebab tangan TUHAN
teracung terhadap aku”, ini juga merupakan pernyataan yang salah.
Jadi betul-betul, kalau memang kepahitan itu terjadi,
persungutan itu pun akan tampak di dalam diri seseorang, sehingga di dalam
persungutan itu banyak kata-kata menjadi salah. Persungutan adalah perkataan
amarah, tidak tahu apa yang diucapkannya, yang penting hatinya terlampiaskan.
Ini cara yang salah untuk mengobati hati, batin yang terluka.
Cara yang jitu untuk mengobati batin yang terluka
adalah: terima pengajaran salib sebagaimana Yesus telah menerima pemukulan,
penghancuran di atas kayu salib, dengan itulah luka batin dibebat, dibalut,
disembuhkan…Ayub 5:18.
Jadi kalau melampiaskan emosi, amarah untuk mengobati
batin yang terluka, itu adalah cara yang salah, karena itu akan terus
berlangsung sampai kiamat. Tetapi cara jitu, cara yang benar untuk menyembuhkan
luka batin adalah terima pengajaran salib. Melukai daging seperti Yesus telah
terlukai di atas kayu salib, saat itulah kita mengalami kesembuhan.
Sampai kapan pun tidak akan mengalami kesembuhan kalau
seseorang dengan cara emosi, dengan cara amarah untuk mengobati batin. Tidak
akan pernah sembuh.
Perhatikanlah firman ini sungguh-sungguh, jangan lagi
obati batin dengan cara melampiaskan amarah kepada orang lain, jangan.
Jadi saya ulangi tadi; alasan persungutan Naomi yang
ketiga pada ayat 13, “sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku”,
ini adalah pernyataan yang salah.
Ulangan 32: 39
(32:39) Lihatlah
sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang
mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi
Akulah yang menyembuhkan, dan seorang pun tidak ada yang dapat
melepaskan dari tangan-Ku.
Yesus diremukkan supaya menyembuhkan luka-luka batin.
Jadi untuk mengobati luka-luka di batin jangan dengan cara amarah, emosi,
dengan perkataan yang tidak senonoh, itu keliru.
Ingat; Tuhan yang mematikan, Tuhan yang menyembuhkan.
Tuhan telah meremukkan, tetapi Tuhan juga yang menyembuhkan. Jadi ikuti caranya
Tuhan, jangan ikuti cara manusiawi apalagi pemikiran karena emosi.
Ulangan 32: 40-41
(32:40)
Sesungguhnya, Aku mengangkat tangan-Ku ke langit, dan berfirman: Demi
Aku yang hidup selama-lamanya,
(32:41) apabila Aku
mengasah pedang-Ku yang berkilat-kilat, dan tangan-Ku memegang penghukuman,
maka Aku membalas dendam kepada lawan-Ku, dan mengadakan pembalasan kepada yang
membenci Aku.
Perhatikan kalimat pada ayat 40: “Aku mengangkat
tangan-Ku ke langit” = tangan yang teracung. Kemudian pada ayat 41: “... Aku membalas dendam kepada lawan-Ku.”
Jadi tangan Tuhan teracung untuk membalaskan kepada
musuh, bukan kepada Naomi. Apakah umat manusia, ciptaan-Nya, adalah musuhnya
Tuhan? Karena perjuangan
kita bukan melawan darah dan daging…Efesus 6.
Kalau memang tangan Tuhan teracung terhadap Naomi,
mengapa Naomi diijinkan kembali ke Betlehem?
Perhatikanlah sungguh-sungguh, tangan Tuhan terangkat,
tangan Tuhan teracung hanya kepada musuh, hanya kepada lawan Tuhan.
Ada dua musuh abadi:
1. Daging dengan segala
keinginannya.
Daging adalah musuh dalam selimut, karena
daging tinggal bersama manusia itu sendiri. Itu harus dilawan. Keinginan yang
jahat harus dilawan dari daging itu sendiri.
2. Iblis atau Setan, di mana roh-roh
jahat dan roh najis demonstrasi memerintahkan dosa supaya manusia berbuat dosa
kejahatan dan kenajisan.
Untuk itulah tangan Tuhan teracung, bukan
untuk Naomi.
Jadi saudaraku, tiga pernyataan pada ayat 20, ayat 21 dan ayat 13,
hanya karena pengalaman pahit, sehingga
terlihatlah pernyataan-pernyataan yang keliru.
Jadi, sebetulnya perkataan Naomi tersebut adalah alasan
saja.
Kita kembali untuk alasan persungutan Naomi yang ketiga
dalam Rut 1: 13.
(1:13) masakan kamu
menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan
tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh
lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung
terhadap aku?"
Perhatikan kalimat: “...Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang
aku alami dari pada kamu ...”
Sebetulnya perkataan Naomi adalah alasan saja, karena
ia tidak mau dibebani oleh kedua menantunya (Rut dan Orpa).
Banyak di antara kita, terkhusus kaum muda remaja yang
dikirim ke tempat ini. Dulu tidak mengenal pengajaran mempelai dalam terangnya
Tabernakel, tidak mengerti soal penggembalaan, buta tentang ibadah, buta
tentang pelayanan, artinya; betul-betul ditarik dari kegelapan dan sekarang
kita berada dalam terang yang ajaib.
Saya sebagai hamba Tuhan yang sudah menerima jabatan
gembala, dengan tulus hati saya katakan; menerima kehadiran saudara di tempat
ini. Saya tidak merasa terbebani, saya tidak merasa dirugikan, asal dengan sungguh-sungguh
mau tergembala dengan baik.
Dan saya sudah buktikan; mau belajar menerima
kekurangan yang terjadi di tengah-tengah sidang jemaat, (pemberontakan,
kesombongan, keangkuhan, egosentrisnya, kejahatannya, kefasikannya, bahkan
kenajisannya), saya belajar untuk menerima itu. itulah tanggung jawab saya
sebagai ibu, sebagai gembala untuk sidang jemaat Tuhan sebagai kawanan domba
Allah.
Oleh sebab itu, kita yang sudah berada dalam kandang
penggembalaan ini, belajar untuk mengucap syukur. Tuhan sudah menerima
persungutan kita, pemberontakan kita, belajar untuk mengucap syukur.
Tadi perkataan Naomi: “... tangan TUHAN teracung terhadap aku.”
Ulangan 32: 9-11
(32:9) Tetapi bagian
TUHAN ialah umat-Nya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya.
(32:10) Didapati-Nya
dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman
padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji
mata-Nya.
(32:11) Laksana
rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas
anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di
atas kepaknya,
Kita sudah dipisahkan dari dunia dan menerima milik
pusaka untuk mengusahakan dan memelihara ibadah pelayanan ini, yang disebut
juga kebun anggurnya Tuhan.
Seperti itulah Tuhan terhadap bangsa Israel; dengan dua
tangan Tuhan yang terulur, menarik bangsa Israel untuk mendekat kepada Tuhan.
Jadi tangan Tuhan teracung bukan untuk menghukum Naomi,
dia salah. Tetapi tangan Tuhan terulur, dua tangan yang kuat menarik bangsa
Israel untuk mendekat kepada Dia, seperti dua kepak sayap rajawali mendukung
anak-anaknya, menopang seekor dengan seekor sampai akhirnya anaknya itu
mandiri.
Kalau kita lihat tadi, Tuhan menemukan bangsa Israel di
padang gurun. “SUASANA
PADANG GURUN ADA DUA”:
1. “Di tengah-tengah ketandusan” =
kering-kering -> orang-orang yang hidup tanpa persekutuan dengan Tuhan. Dulu
kita jauh dari Tuhan, tanpa persekutuan, itulah keadaan orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya.
2. “Auman padang belantara”, berarti;
menghadapi ganasnya binatang -> daging dengan segala keinginannya, disebut dengan binatang buas.
Sebab
itu, kalau anak-anak Tuhan tidak tergembala, maka hidup rohaninya akan
digerogoti oleh dagingnya, dihabisi oleh binatang buas, tetapi dua tangan Tuhan
yang kuat terulur untuk menarik bangsa Israel mendekat kepada Dia, berada di
tanah Kanaan dan dua belas suku Israel mendapat milik pusaka yang
dibagi-bagikan menurut ukuran-ukuran wilayah-wilayah yang sudah ditentukan
untuk menjadi milik pusaka mereka, di sanalah mereka berbakti, beribadah
melayani kepada Tuhan.
Kita sudah mendapatkan wilayah, mendapatkan bagian
milik pusaka kita, sehingga kita dapat beribadah melayani kepada Tuhan karena
dua tangan Tuhan yang kuat menarik kita kepada Dia.
Jadi Naomi keliru. Kalau Naomi akhirnya kembali ke
Betlehem, itu karena dua tangan Tuhan yang kuat. Naomi keliru, dia tidak
mengerti. Mengapa dia salah dalam berkata-kata? Karena dia sudah mengalami
kepahitan. Di dalam kepahitan itulah dia banyak bersungut-sungut; persalahkan
Tuhan, persalahkan hamba Tuhan yang menyampaikan pengajaran salib, persalahkan
situasi, kondisi, persalahkan pengorbanan, persalahkan korban ini, korban itu
dan lain sebagainya, sementara lupa kalau dua tangan Tuhan sudah menarik kita
dekat kepada Tuhan, kita mendapat wilayah yang sudah ditentukan Tuhan, kita mendapat bagian dari
milik pusaka, yakni tempat kita beribadah melayani kepada Tuhan.
Sudah lupakah sebelum kita terpanggil, bagaimana model
rohani kita masing-masing? Begitu najisnya, menjijikan sekali. Tetapi hanya
karena kepahitan, terjadi persungutan, di situlah banyak perkataan-perkataan
yang salah dan keliru dari Naomi. Lupa masa lalunya.
Kita ini ditarik dari lumpur dosa, Tuhan tinggikan
menjadi imam-imam dan raja-raja, karena darah salib. Sudah lupakah akan hal
itu?
Kita bukan siapa-siapa, dahulu kita debu tanah saja,
hina karena banyaknya perbuatan dosa kejahatan, dan kenajisan.
JALAN KELUAR.
Keluaran 15: 25
(15:25) Musa
berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan
kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah
diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan
di sanalah TUHAN mencoba mereka,
Perintah Tuhan kepada Musa untuk melemparkan sepotong kayu ke dalam air yang pahit.
Sepotong kayu -> kayu salib yang kasar. Kuasa salib, air berubah menjadi manis.
Biar kita senantiasa mengarahkan pandangan hanya kepada
salib yang kasar, senantiasa memandang dan menjunjung tinggi korban Kristus.
Pada saat kita menjunjung tinggi korban Kristus, yang pahit akan berubah
menjadi manis.
Beda dengan orang yang mengarahkan pandangannya bukan
kepada salib, di situ dia akan membesar-besarkan kebenarannya, sehingga terjadi
kepahitan dan persungutan.
Tetapi kalau kita senantiasa mengarahkan pandangan
kepada salib; yang pahit akan berubah menjadi manis. Percayakan pemikiran
kepada firman, jangan percayakan pemikiran ini pada pemikiran yang keliru,
supaya yang pahit menjadi manis.
Ayo, mulai malam ini belajar arahkan pandangan kepada
salib, supaya segala kepahitan-kepahitan itu berubah menjadi manis. Dulu saya
adalah seorang anak yang ditelantarkan seorang ayah, dulu saya adalah seorang
anak yang tidak dibesarkan oleh seorang ayah. Hal itu mengakibatkan kepahitan
di dalam diriku.
Tetapi sekarang saya belajar untuk memandang kepada
salib. Akhirnya yang pahit berubah menjadi manis; sebelum bapak saya meninggal,
saya kunjungi dia, saya berdamai dengan dia walaupun dia yang meninggalkan
kami, tidak memperdulikan kami. Dalam
keadaan sakit saya mau mengurus dia? karena mata saya terarah kepada salib.
Kayu salib yang kasar mengubah kehidupanku dan pandangan yang lama; sehingga
yang pahit menjadi manis.
Sepahit-pahitnya hidup, asal saja kita mau mengalami
kehidupan di dalam menjunjung tinggi korban Kristus, segala yang pahit, (pahit
dalam apa saja) akan berubah menjadi manis. Itulah kehidupan yang terpancar
dari dalam hati, apa yang keluar dari dalam hati, semua menjadi manis. Sikap dan perkataan menjadi manis.
Ide-ide yang briliant yang berasal
dari dalam pikiran hati kita semua menyukakan hati Tuhan, manis.
Isteri hatinya pahit, suami hatinya pahit, anak hatinya
pahit, orangtua hatinya pahit, perhatikan firman Tuhan malam ini. Pahit karena
kerabat saudara dan sebagainya, perhatikan firman Tuhan malam ini.
Lepaskan pengertianmu, bawa hidupmu kepada salib,
supaya yang pahit berubah menjadi manis.
Cara jitu menyembuhkan luka batin: terima pengajaran
salib. Dia yang terpukul di atas kayu salib, mengobati luka batin kita. Kalau
tidak menggunakan cara itu, selamanya nanti akan terus mengalami
kepahitan-kepahitan.
Yohanes 4: 9
(4:9) Maka kata
perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta
minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul
dengan orang Samaria.)
Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria,
artinya; perempuan Samaria menghadapi Yesus dengan hati yang pahit.
Di dalam kepahitan itu terlihat dengan jelas pada ayat 10-12.
Yohanes 4: 10-12
(4:10) Jawab Yesus
kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia
yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
(4:11) Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur
ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
(4:12) Adakah Engkau
lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami
dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan
ternaknya?"
Ketika mengalami kepahitan, perempuan Samaria
membesarkan yang lahiriah, mengecilkan salib Kristus sesuai dengan perkataannya
pada ayat 11.
Orang-orang dunia kan seperti itu membesar-besarkan
hal-hal lahiriah, misalnya kedudukan, jabatan, pekerjaannya, uangnya yang
banyak, kepandaiannya, dan mengecilkan salib Kristus. Itulah ketika terjadi
kepahitan; mengecilkan ibadah, mengecilkan pelayanan, mengecilkan
kegiatan-kegiatan roh. Itulah ketika terjadi kepahitan.
Yohanes 4: 13-15
(4:13) Jawab Yesus
kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
(4:14) tetapi
barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi
mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup
yang kekal."
(4:15) Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak
haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
Kalau menghargai firman salib, dari dalam hati ini akan
memancar air kehidupan, sampai kepada hidup yang kekal.
Inilah keubahan dari yang pahit menjadi manis, sebab
air yang diberikan kepadanya menjadi mata air di dalam dirinya yang terus
menerus memancar sampai kepada kehidupan yang kekal, tidak lagi mengalami
kepahitan.
Dulu, perempuan Samaria selain mengalami kepahitan,
tidak bergaul dengan Tuhan, tidak bergaul dengan ibadah pelayanan di
tengah-tengahnya ada salib, itu kepahitan. Kemudian di tengah-tengah kepahitan
itu membesar-besarkan yang lahiriah, mengecilkan salib Kristus.
Selain itu juga, perempuan Samaria mengalami kehausan.
Kalau air yang berasal dari sumur Yakub, setelah diminum akan mengalami
kehausan lagi. Sumur Yakub itu gambaran dari dunia. Kepuasan yang diberikan
dunia hanya sesaat, sementara, tidak kekal. Tetapi air yang berasal dari sorga
itu akan memancar sampai kepada hidup yang kekal, tidak akan mengalami
kehausan.
Perempuan Samaria ini betul-betul mengalami kehausan,
sebab apa? Dia tidak puas dengan lima suami, ditambah suami yang sedang
bersama-sama dengan dia, ketika perempuan Samaria itu berbicara kepada Yesus.
Dari laki-laki yang satu sampai laki-laki yang kelima, sampai yang menetap
sekarang bersama dengan dia, berarti ada enam laki-laki.
Tetapi setelah menerima air kehidupan itu, dari
kehidupannya terpancar kehidupan; yang pahit berubah menjadi manis.
Yohanes 7: 37-39
(7:37) Dan pada hari
terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru:
"Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
(7:38) Barangsiapa
percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam
hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
(7:39) Yang
dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya
kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Sampai pada akhirnya Yesus berkata; “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang
dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air
hidup.” Maksudnya
ialah Roh
yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya.
Keluaran 15:
21-27, dalam pola Tabernakel terkena pada PINTU KEMAH.
Pintu kemah itu berbicara tentang KEPENUHAN ROH KUDUS.
Keluaran 15: 26
(15:26) firman-Nya:
"Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan
apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya
dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan
kepadamu penyakit mana pun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku
TUHANlah yang menyembuhkan engkau."
Kalau kita dengar-dengaran terhadap firman Tuhan,
keuntungannya:
1. Roh Kudus
itu dicurahkan dalam kehidupan kita.
2. Segala sakit
disembuhkan.
Tuhan yang menyembuhkan, Tuhan yang membalut luka di batin, (hati yang pahit) memulihkan
kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Kita belajar untuk mengakui bahwa salib yang benar,
pengertian kita yang salah. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment