KITAB WAHYU
(Seri: 91)
Subtema: FIRMAN
MENJADI DAGING DIMETERAIKAN OLEH ROH KUDUS, ITULAH SUASANA KEBANGKITAN
Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera dan bahagia kiranya
memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Kita bersyukur kepada Tuhan, Yesus telah mati dan
bangkit pada hari yang ketiga, dan sore ini kita boleh berada dalam suasana
kebangkitan lewat Ibadah Raya Minggu yang sekaligus disertai dengan perjamuan
suci.
Biarlah kiranya suasana kebangkitan itu menyatu dengan
hidup kita masing-masing, ibadah pelayanan, nikah dan rumah tangga kita,
sehingga pengikutan dan ibadah pelayanan kita bukan ibadah pelayanan yang palsu,
karena kalau kita satu di dalam kematian yang benar, kita juga akan satu dalam
kebangkitan yang benar.
Dan saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat
Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video
internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati
kita sekaliannya. Oleh sebab itu, kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan
membukakan firman-Nya bagi kita.
Segera kita kembali memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 10:3B
(10:3) dan ia berseru
dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh
guruh itu memperdengarkan suaranya.
“Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu
memperdengarkan suaranya.”
Kesimpulannya, di dalam kitab Wahyu ada tujuh
kali bunyi guruh menderuh terdengar, yaitu:
1.
Wahyu 4:5.
2.
Wahyu 8:5.
3.
Wahyu 10:3B.
4.
Wahyu 11:19.
5.
Wahyu 14:2.
6.
Wahyu 16:18.
7.
Wahyu 19:6.
Tentang: BUNYI GURUH YANG KETUJUH (Seri 6)
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar
seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti
deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah
kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita
bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena
hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap
sedia.
Suara himpunan besar orang banyak seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita
bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak
Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”
Demikianlah deru guruh yang ketujuh terdengar sebagai
deru guruh yang terakhir.
Deru
guruh yang hebat ini dibagi atas dua bagian:
- Yang
pertama: “Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.”
- Yang kedua:
“Marilah
kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan
Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”
Dari seruan yang kedua ini kita dapat mengambil
kesimpulan, bahwa: Gereja Tuhan atau sidang mempelai Tuhan telah keluar atau
telah melewati sebuah perjalanan panjang yang penuh perjuangan, untuk
selanjutnya bersukacita dan bersorak-sorai memuliakan Dia, karena hari
perkawinan Anak Domba telah tiba dan pengantin-Nya telah siap sedia. Sebab
memang, akhir dari perjalanan rohani (ibadah pelayanan) kita di atas muka bumi
ini adalah pesta nikah Anak Domba.
Sejenak kita akan melihat;
Tahap
demi tahap jalan-jalan yang harus dilalui tersebut.
Amsal 30:17
(30:17) Mata yang
mengolok-olok ayah, dan enggan mendengarkan ibu akan dipatuk gagak lembah
dan dimakan anak rajawali.
Menolak Pengajaran Mempelai akan “dipatuk gagak
lembah” dan “dimakan anak rajawali.”
- Dipatuk
gagak lembah
-> orang yang terikat dengan perkara-perkara lahiriah atau perkara-perkara
di bawah (bumi).
- Dimakan anak
rajawali
-> orang yang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging yang jahat.
Berarti, gereja Tuhan harus tetap berada pada jalur
khusus, untuk melewati tahap demi tahap jalan yang ditentukan, tidak boleh
keluar atau menyimpang dari sana hanya karena perkara lahiriah dan
keinginan-keinginan daging yang jahat.
Itu sebabnya, tadi saya katakan, bahwa; perjalanan yang
dialami oleh sidang mempelai wanita Tuhan itu adalah sebuah perjalanan yang
penuh dengan perjuangan dengan tingkat kesulitan yang luar biasa, tetapi pada
akhirnya pada saat mereka keluar dari jalur itu, mereka boleh merasakan suasana
pesta.
Akhir dari sebuah pelayanan (perjalanan rohani) kita di
atas muka bumi ini bukan soal berkat-berkat, bukan soal yang hebat-hebat dalam
hal yang lahiriah, bukan soal yang mewah-mewah, tetapi akhir dari perjalanan
rohani kita di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba.
Hal ini harus dimengerti dengan sungguh-sungguh supaya
kita juga menjalankan ibadah ini dengan sungguh-sungguh, bukan dijalankan
dengan ibadah lahiriah (ibadah Taurat) yang tidak mengandung janji.
Amsal 30:18-19
(30:18) Ada tiga hal
yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: (30:19)
jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal
di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang
gadis.
Sesuai dengan pengakuan Salomo, ada tiga hal yang mengherankan, bahkan ada empat hal yang tidak dapat dimengerti oleh
raja Salomo, yaitu:
1. Jalan
rajawali di udara.
2. Jalan ular
di atas cadas.
3. Jalan kapal
di tengah-tengah laut.
4. Jalan
seorang laki-laki dengan seorang gadis.
Salomo adalah seorang raja besar dan seorang raja yang
kaya raya, oleh karena hikmat yang dia peroleh dari Tuhan. Namun bagi Salomo,
jalan-jalan tersebut adalah hal yang sangat mengherankan dan hal yang tidak
dapat dimengerti, sebab untuk melewati jalan-jalan tersebut memang tidak cukup
hanya mengandalkan hikmat semata, tetapi yang terutama adalah penyerahan diri
kepada Tuhan, kalau tidak akan mengalami nasib yang sama dengan bangsa Israel,
mayat-mayat mereka bergelimpangan di padang gurun. Hanya dua pribadi yang
sampai di tanah Kanaan, itulah Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, dan yang
bersama-sama dengan mereka adalah orang-orang yang lahir di padang gurun itu
sendiri.
HAL PERTAMA: Jalan rajawali di udara.
Rajawali menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja dan pemimpin yang
memiliki kekuatan yang besar, yang bisa diteladani.
Demikian juga dengan pengikutan kita kepada Tuhan;
jangan menjadi lemah, jangan mudah patah semangat, jangan mudah kecewa dan
jangan tersandung atau bahkan menjadi batu sandungan, tetapi sebaliknya
pengikutan kita kepada Tuhan semakin hari harus semakin kuat dan perkasa,
seperti burung rajawali yang terbang
tinggi dengan kekuatan sayapnya, dan itu telah dilukiskan oleh nabi Yesaya di
dalam Yesaya 40:31.
HAL KEDUA: Jalan ular di atas cadas.
Berjalan di atas cadas, artinya; perjalanan salib, perjalanan penuh
dengan bebatuan, itulah sengsara Yesus sebagai manusia.
Aniaya karena firman dan sengsara karena salib tidak
boleh dihindari dan tidak boleh lari dari kenyataan, berarti; salib memang
harus dipikul, dengan demikian yang dibutuhkan adalah penyerahan diri sepenuh.
Kemudian, perjalanan salib bersama dengan Tuhan harus
ada wujud nyata yang dapat dilihat dan yang didengar, sesuai dengan apa yang
dialami oleh Rasul Paulus dan sidang jemaat di Filipi, itu dituliskan di dalam Filipi
1:27-30.
Dua hal di atas telah saya jelaskan pada minggu-minggu
yang lalu. Sekarang tibalah saatnya bagi kita untuk memperhatikan penjelasan dari hal yang
ketiga, yaitu; jalan kapal di tengah-tengah laut.
HAL KETIGA: JALAN
KAPAL DI TENGAH-TENGAH LAUT.
Menunjukkan bahwa Yesus adalah HAMBA. Perjalanan
pelayanan Yesus sebagai hamba bagaikan kapal yang berlayar di tengah-tengah
lautan dunia dengan muatan penuh, yaitu segala perkara-perkara yang indah dari
sorga.
Perlu untuk diketahui: tidak ada sesuatupun yang tidak
indah di dalam diri Yesus.
Kapal yang sedang berlayar di tengah-tengah laut itu
sedang mencari hati kita sebagai pelabuhan yang terbuka untuk bersandar bagi
Dia, selanjutnya Tuhan akan mengijinkan kita untuk membongkar muatan itu untuk
menjadi milik kita. Muatan itu tidak lain tidak bukan adalah firman Allah yang
menjadikan kita berkenan dan berharga, bahkan mulia di hadapan Tuhan.
Mazmur 19:10-11
(19:10) Takut akan TUHAN
itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil
semuanya, (19:11) lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada
banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu
tetesan dari sarang lebah.
Hukum-hukum Tuhan (firman Tuhan) itu benar, adil
semuanya, lebih indah dari emas, bahkan lebih indah dari emas tua.
Kalau seseorang menganggap bahwa emas tua (logam mulia)
lebih indah dari firman Tuhan, lebih indah dari ibadah dan pelayanan, berarti
dia belum mengenal Tuhan Yesus Kristus yang menciptakan langit bumi dan segala
isinya, dan yang sudah memelihara kehidupannya, memberkati, membela
kehidupannya, memberi umur panjang atas hidupnya.
Jadi intinya; firman Allah itu adil dan benar, dan
firman Allah itu lebih indah dari logam mulia (emas tua) mulia.
Oleh sebab itu, jadilah syahbandar yang bijaksana untuk
memiliki kekayaan sorgawi, itulah firman Allah yang berkuasa untuk menjadikan
hidup kita indah dan berharga. Jadilah pelabuhan yang terbuka, sehingga nanti
Tuhan bersandar dan kita siap membongkar muatan, yaitu kekayaan sorgawi, itulah
firman Allah yang lebih indah dari logam mulia.
Ibrani 1:1
(1:1) Setelah pada zaman
dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara
kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
Zaman dahulu, Allah berulang kali dan dalam
pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang bangsa Israel dengan
perantaraan nabi-nabi.
- Kata “berulang
kali” menunjukkan, bahwa; bangsa Israel juga berulang-ulang kali di dalam
hal melakukan kesalahan. Andaikata mereka tidak berulang-ulang di dalam hal
melakukan kesalahan, tidak mungkin Allah berfirman berulang-ulang berfirman
dengan perantara para nabi-nabi.
- Kemudian
kalimat “dalam pelbagai cara” menunjukkan, bahwa; sesungguhnya Allah
berupaya untuk membujuk bangsa Israel supaya cepat-cepat berubah, jangan keras
hati.
Namun bangsa Israel tetap saja berulang-ulang dalam hal
melakukan kesalahan, mereka keras hati bahkan tegar tengkuk, tidak mau menundukkan diri di hadapan Tuhan.
Lebih jauh kita melihat firman Allah yang indah ini di
dalam ayat 2-4.
Ibrani 1:2-4
(1:2) maka pada zaman
akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya,
yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia
Allah telah menjadikan alam semesta. (1:3) Ia adalah cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada
dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat
yang tinggi, (1:4) jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat,
sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari
pada nama mereka.
Pada zaman akhir ini, “Allah telah berbicara kepada
kita dengan perantaraan Anak-Nya” untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum
tuntas pada zaman dahulu, yaitu pada zaman para nabi-nabi.
Singkatnya; setelah Ia menyelesaikan pekerjaan-Nya, Ia
duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahabesar di tempat yang tinggi, jauh lebih
tinggi dari para malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh
lebih indah dari pada nama malaikat-malaikat.
Sedangkan pada ayat
2; di zaman akhir ini Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya, sebab Yesus, Anak Allah adalah firman Allah yang begitu indah. Firman
Allah itu besar dan adil, kemudian lebih indah dari emas tua.
Kalau nama-Nya lebih indah maka firman Allah itu juga
akan menjadikan kita indah bahkan lebih indah dari para malaikat.
Sesungguhnya manusia jauh lebih berharga dari pada
malaikat, apa buktinya? Kalau malaikat salah, langsung menjadi Setan yang
disimpan di dalam gua-gua. Tetapi coba saudara renungkan; berapa kali kita
berbuat salah? Berapa banyak kita berbuat dosa? Ada dosa yang disengaja, ada
dosa yang tidak disengaja, tetapi sampai detik ini, Tuhan masih menyatakan
kemurahan-Nya, Tuhan buka pintu lebar-lebar dan memberi kesempatan bagi kita
untuk bertobat, sebab Tuhan rindu untuk menjadikan kita menjadi suatu kehidupan
yang lebih indah dari pada para malaikat lewat kuasa firman Allah.
Tidak ada sesuatu yang tidak indah di dalam diri Yesus,
Dia firman Allah yang indah, Dia adalah hamba (utusan) yang sedang membawa
kekayaan sorgawi, persis seperti kapal yang sedang berlayar di tengah-tengah
lautan. Oleh sebab itu, jadilah syahbandar yang bijaksana, maksudnya bukalah
hati lebar-lebar untuk menjadi pelabuhan tempat Tuhan bersandar, selanjutnya
membongkar muatan, untuk menjadi bagian kita (milik kita), supaya kita menjadi
indah oleh firman Allah yang indah.
Yohanes 1:1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
“Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu adalah
Allah”
Firman Allah di sini masih dalam bentuk logos,
yaitu huruf-huruf yang pernah ditulis pada dua loh batu dan pada setiap
lembaran-lembaran dari gulungan kitab itu sendiri.
Yohanes 1:!4
(1:14) Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita”, berarti; dari logos sudah menjadi rema.
Pendeknya; firman itu telah dimeteraikan oleh Roh Kudus
di dalam loh-loh daging, ditukik di dalam hati kita.
Lebih rinci kita melihat perkara ini di dalam 2
Korintus 3.
2 Korintus 3:6
(3:6) Ialah membuat kami
juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak
terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang
tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru tidak
terdiri dari hukum yang tertulis atau huruf yang tertulis pada dua loh batu dan
lembaran-lembaran dari gulungan kitab, tetapi dari Roh.
Perlu untuk diketahui: huruf-huruf yang tertulis
mematikan tetapi Roh menghidupkan, inilah suasana kebangkitan itu.
Jadi, kalau firman itu dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam loh-loh daging,
ditukik pada hati kita, itulah yang disebut suasana kebangkitan Yesus Kristus.
Pelayanan tubuh itu mematikan, seperti huruf yang
tertulis pada dua loh batu itu mematikan.
Jadi sekalipun hati kita terharu saat mendengar firman, bahkan sampai
meneteskan air mata, tetapi kalau firman itu tidak ditindak lanjuti, tidak di followup,
sampai mendarah daging disebut dengan pelayanan tubuh (mematikan).
Roma 8:2
(8:2) Roh, yang
memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa
dan hukum maut.
Roh yang memberi hidup, telah memerdekakan
kita dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (hukum Taurat).
Hukum Taurat itu tidak memberi kebebasan, tidak memberi
kemerdekaan, tidak membawa kita dalam suasana kebangkitan, disebut pelayanan
tubuh.
Jadi, kalau hanya datang, duduk diam dengar firman
Tuhan, lalu firman itu diabaikan, itulah yang disebut pelayanan tubuh, itu
mematikan.
Jangan sekarang saudara menganggap merdeka karena tidak
ada penghukuman. Kalau sekarang kita menolak koreksi firman, nanti firman yang
sama akan menghukum, yaitu sebilah pedang tajam yang keluar dari mulut si
penunggang kuda putih itu.
Roma 8:3-4
(8:3) Sebab apa yang
tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging,
telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam
daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah
menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, (8:4) supaya tuntutan
hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging,
tetapi menurut Roh.
Hukum Taurat tidak berkuasa untuk membebaskan kita dari
dosa dan maut, sebab hukum Taurat lemah terhadap daging. Oleh sebab itu, Allah
mengutus Anak-Nya dalam bentuk daging, serupa dengan daging, karena memang
daging itu telah dikuasai dosa karena dosa. Selanjutnya Allah telah menjatuhkan
hukuman atas dosa di dalam daging, itulah pribadi Yesus yang disalibkan. Jadi,
Yesus disalibkan untuk menerima hukuman karena dosa dalam daging.
Tujuannya: supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di
dalam kita yang tidak hidup menurut daging tetapi menurut Roh, yaitu firman
Allah telah dimeteraikan oleh Roh Kudus dalam hati kita masing-masing.
Tadi kita sudah melihat peristiwa dalam Ibrani 1:1, Allah berulang kali bahkan dalam
pelbagai cara berfirman kepada nenek moyang bangsa Israel dengan perantaraan para
nabi. Mengapa demikian? Karena bangsa Israel berulang-ulang melakukan
kesalahan.
Hukum Taurat tidak berkuasa untuk membebaskan kita dari
hukum dosa dan hukum maut, oleh sebab itu,
Tuhan mengutus Anak-Nya yang tunggal (Allah berfirman dengan perantaraan
Anak-Nya yang tunggal), untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya yang belum tuntas,
yaitu menggenapi hukum Taurat di dalam diri kita, dengan kata lain firman Allah
dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam loh daging, ditukik dalam hati kita
masing-masing, inilah suasana kebangkitan.
Roma 8:10
(8:10) Tetapi jika Kristus
ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh
adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
Tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan
oleh karena kebenaran.
Hidup ini terdiri dari tubuh, jiwa dan roh,
kemudian hati, pikiran dan perasaan, oleh sebab itu biarlah
kiranya roh kita ini dikuasai kebenaran.
Roma 8:11
(8:11) Dan jika Roh Dia,
yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka
Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan
juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Roh Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara
orang mati dan akan menghidupkan juga tubuh yang fana itu oleh Roh-Nya yang
diam di dalam kita masing-masing, dengan demikian kita ada di dalam suasana
kebangkitan, dengan catatan firman itu menjadi daging karena dimeteraikan oleh
Roh Kudus.
Oleh sebab itu, jangan kita menganggap kecil
pemberitaan firman Tuhan, atau saya tambahkan sedikit lagi; sekalipun hati
menjadi terharu yang disertai dengan tangisan setelah mendengar firman Allah,
tetapi kalau firman Allah itu tidak ditindaklanjuti segera (firman Allah tidak
menjadi daging), disebut dengan pelayanan
tubuh, itu mematikan.
Yang terpenting ialah logos menjadi rhema,
firman itu menjadi daging dimeteraikan oleh Roh Kudus, itu suasana kebangkitan.
Dampak positif bila firman
menjadi daging:
Ibrani 1:2-3
(1:2) maka pada zaman
akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya,
yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia
Allah telah menjadikan alam semesta. (1:3) Ia adalah cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada
dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang
tinggi,
Bila firman menjadi daging, dampak positifnya ada dua
yaitu:
1. Berkuasa menjadikan alam semesta.
2. Berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap dosa.
Mari kita simak tentang perkara di atas
dimulai dari yang pertama..
Tentang: FIRMAN ALLAH MENJADIKAN ALAM SEMESTA.
Artinya; yang tidak ada menjadi ada oleh kuasa firman
Allah.
Dahulu saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan
kuasa firman, saya tidak mengerti bagaimana firman mengadakan yang tidak ada
menjadi ada. Itu yang seringkali saya pertanyakan, padahal sejak lahir saya
sudah menjadi orang Kristen.
Tetapi kini saya mengerti, karena apa? Karena saya mau
membuka hati untuk firman. Saya belajar untuk terus menyelami isi hati Tuhan,
lalu semakin hari semakin mengerti isi hati Tuhan, semakin hari semakin
mengerti rencana-Nya, semakin hari semakin mengerti apa tuntutan firman oleh
kuasa-Nya yang ajaib.
Ibadah dan pelayanan ini tidak bisa saya adakan sendiri
dengan kekuatan saya, tetapi semua yang ada ini diadakan oleh firman Allah
sehingga dari yang tidak ada menjadi ada.
Sesuai dengan Kejadian 1:1-30, Allah menciptakan
langit dan bumi dan segala isinya oleh kuasa firman Allah, bukan karena
siapa-siapa.
Kejadian 1:31
(1:31) Maka Allah melihat segala
yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari keenam.
“Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh
amat baik.”
Jadi, firman Allah itu menjadikan yang tidak ada
menjadi ada dan apa yang diciptakan-Nya itu sungguh amat baik, supaya kehidupan
kita menjadi indah. Tidak ada sesuatu yang tidak indah di dalam diri Yesus.
Sebelum mengenal firman Allah, kehidupan kita ini tidak
indah, kotor, hina, buram, tetapi firman Allah berkuasa menjadikan yang tidak
ada menjadi ada. Dan setelah Tuhan ciptakan segala sesuatu itu, Allah melihat
semua baik, semua menjadi indah.
Bukan hanya alam semesta dan segala isinya yang Tuhan
jadikan indah. Sekarang kita perhatikan ayat 7.
Kejadian 2:7
(2:7) ketika itulah TUHAN
Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup
ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
Kemudian Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah
(dari segumpal tanah liat). Setelah dibentuk dari kepala, mata, sampai ujung
kaki dibentuk, tetapi manusia itu belum
hidup. Ini sama artinya pelayanan tubuh, sama artinya
huruf-huruf tertulis pada loh-loh batu atau pada gulungan kitab, belum dalam
suasana kebangkitan.
Tetapi setelah dibentuk dari debu tanah, selanjutnya Allah menghembuskan nafas hidup ke
dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Firman
Allah menjadikan yang tidak ada menjadi ada, Roh Tuhan menghidupkan apa yang
sudah dibentuk, inilah suasana kebangkitan.
Tuhan melihat semua amat baik, semua indah. Hasil karya
dari firman Allah tidak ada yang tidak indah, tidak ada yang tidak baik.
Wujud
yang tidak ada menjadi ada, dalam Perjanjian Baru.
Roma 4:17
(4:17) seperti ada
tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di
hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan
orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada
menjadi ada.
Upah dosa adalah maut, tetapi firman itu dapat
menyelesaikan segala perkara, segala dosa, sebab kuasa firman Allah adalah
menghidupkan yang mati, kemudian firman Allah itu menjadikan yang tidak ada
menjadi ada.
Manusia tidak akan bisa melepaskan dirinya dari dosa
(maut) dengan intelektual dan dengan pengertian yang dia miliki, kalau dia
tidak mengerti firman.
Sebab firman Allah berkuasa:
- Menghidupkan
yang mati.
- Menjadikan
yang tidak ada menjadi ada.
Roma 4:18-19
(4:18) Sebab sekalipun
tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya,
bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan:
"Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (4:19) Imannya
tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat
lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim
Sara telah tertutup.
Allah telah menetapkan Abraham menjadi bapa banyak
bangsa. Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun imannya tidak menjadi
lemah, walaupun ia mengetahui dua hal:
1. Umurnya sudah tua, badannya sudah lemah dengan lain kata
mati pucuk (istilah medis: lemah sawat).
2. Isterinya Sara sudah mandul, rahimnya sudah tertutup.
Jadi memang, tidak ada dasar untuk berharap, tetapi dia
tetap berharap dan percaya bahwa firman Allah sangat berkuasa untuk menjadikan
yang tidak ada menjadi ada, dengan syarat; iman tidak menjadi goyah.
Dalam keadaan susah, dalam keadaan sesulit apapun, iman
jangan menjadi goyah. Pengikutan kita jangan menjadi goyah karena kesusahan
sedikit.
Pengalaman kematian itu tiga hari, tidak lama-lama,
yang bikin lama adalah daging bersuara, tidak mati-mati. Yang benar ialah; cepat
mati cepat bangkit.
Roma 4:20-21
(4:20) Tetapi terhadap
janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat
dalam imannya dan ia memuliakan Allah, (4:21) dengan penuh keyakinan,
bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Terhadap janji Allah, Abraham tidak bimbang karena
ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah
Ia janjikan.
Kita ini adalah keturunan dari bapa Abraham. Kalau kita
adalah keturunan bapa Abraham, biarlah kita mengikuti iman dari bapa Abraham
sebab like son like father.
Bapa kita adalah Abraham, bapa orang percaya. Jangan
hanya melihat besarnya dia, tetapi kita harus melihat iman dari bapa Abraham.
Imannya tidak menjadi goyah walaupun sebetulnya tidak ada dasar untuk menjadi
bapa orang banyak, banyak segala bangsa.
Saya sedikit bersaksi: Pertama Tuhan utus saya ke
provinsi Banten, saya tidak mengerti kondisi pelayanan di provinsi Banten,
apakah memang bebas beribadah atau tidak. Setelah saya masuk ke provinsi Banten
ini, saya melihat suasananya tidak seperti yang saya bayangkan; untuk berkumpul
dua tiga orang saja susah, apalagi beribadah, terkhusus di Cilegon.
Saya sempat bertanya-tanya kepada Tuhan: “Tuhan, Engkau utus saya ke Cilegon mau apa?
Tidak ada siapa-siapa yang harus saya layani di sini.” Tetapi iman saya
tidak menjadi lemah, setiap hari saya harus berjalan kaki berkilo-kilo bahkan
puluhan kilo, tanpa satu orangpun terkadang saya jumpai, tetapi saya harus
jalan kaki dari door to door, dari perumahan yang satu ke perumahan yang
lain. Memang mustahil untuk mendirikan gereja, apalagi penggembalaan, tetapi
iman saya tidak menjadi surut, tidak menjadi lemah, tidak goyah karena
ketidakpercayaan, saya maju terus melangkah bersama dengan Tuhan.
Setiap hari saya berjalan kaki puluhan kilo disertai
dengan air mata, yang menjadi saksi bisu dalam pelayanan saya di provinsi
Banten. Kalau dalam jalanan sepi saya biarkan air mata menetes, setelah melewati
tempat ramai saya langsung lepas kaca mata dan langsung hapus air mata, nanti
lewati lagi tempat sepi saya kembali menangis, begitu saja setiap hari. Itu
sebabnya kita boleh tergembala di tempat ini, karena hasil dari tetesan air
mata.
Iman tidak menjadi goyah walau sesulit apapun, walau
sesusah apapun, walau seperti apapun situasi kondisi dan keadaan yang ada, iman
tidak menjadi goyah oleh karena ketidakpercayaan, tetap percaya bahwa Tuhan
berkuasa untuk menepati janji-Nya karena firman Allah menjadikan yang tidak ada
menjadi ada.
Dampak
positif firman menjadi daging.
YANG KEDUA: BERKUASA UNTUK MENGADAKAN PENYUCIAN
TERHADAP DOSA.
Saudaraku di dalam Efesus 5:25-26 dinyatakan
bahwa: kita masing-masing disucikan oleh air dan firman, tujuannya; untuk
menempatkan kita dihadapan-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat cela atau kerut
atau yang serupa itu = kudus tidak bercela.
Jadi, firman yang banyak berkuasa mengadakan penyucian
terhadap dosa, itulah pembukaan rahasia firman Allah.
Ibrani 1:3
(1:3) Ia adalah cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan
firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian
dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,
Firman yang limpah itu disebut cahaya Injil tentang
kemuliaan Kristus, itulah firman pengajaran yang rahasianya dibukakan.
Kalau rahasia firman tersingkap, berkuasa untuk
menyingkapkan segala yang terselubung, menyingkapkan rahasia yang terkandung di
dalam hati, berkuasa untuk membongkar dosa dengan tuntas, sebab tidak ada
seorangpun yang dapat melihat Allah tanpa kesucian.
Itulah dua dampak positif yang kita terima bila kita
berada dalam suasana kebangkitan, di mana firman menjadi daging dimeteraikan
oleh Roh Kudus. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment