IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 02 MEI 2019
KITAB RUT
(Seri: 48)
Subtema:
“JAMINAN DAN BEKAL YANG DITERIMA OLEH SEORANG IMAM”
Shalom.
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi tempat ini,
memenuhi setiap kehidupan kita yang hadir seberapa yang ada, besar kecil,
tua muda, laki-laki perempuan,
kiranya Tuhan memberkati, menolong kehidupan
kita supaya ibadah kita semakin hari semakin berkenan, kita boleh dibekali dan Tuhan memberi jaminan
dalam setiap kita beribadah dan melayani di tengah ibadah dan
pelayanan yang Tuhan percayakan ini.
Saya juga
tidak lupa mneyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan
yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook,
di mana pun anda
berada, kiranya Tuhan memberkati kita.
Oleh sebab
itu, kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya
Tuhan membukakan firman-Nya sehingga ibadah ini memberkati kehidupan kita
sekaliannya.
Mari kita
segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman
Akitab disertai dengan Perjamuan Suci dari KITAB RUT.
Rut 2:8-9
(2:8) Sesudah itu
berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah
engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi
dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan. (2:9) Lihat saja ke
ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari
belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan
mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan
dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu."
Untuk
bekerja di ladang Boas, Rut mendapat jaminan serta dibekali oleh
Boas rohani, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
JAMINAN
DARI BOAS KEPADA RUT:
Yang Pertama, Boas berkata kepada Rut:
“Tidak usah
engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi
dari sini”
Sekali
di ladang Tuhan, tetaplah di ladang Tuhan, sekali
tergembala tetaplah tergembala, maksudnya:
jangan membawa diri untuk berada di ladang lain, yaitu ladang
si pemalas dan ladang dunia, sebab ladang si
pemalas dan ladang dunia hanya menghasilkan onak dan duri. Onak dan duri inilah
yang akan menyusahkan diri sendiri.
Ladang si
pemalas menghasilkan dua hal:
1. Kemiskinan.
2. Kekurangan.
Ladang dunia
menghasilkan dua hal:
1.
Kekuatiran.
2.
Ketidaktaatan kepada firman, seperti Adam
dan Hawa.
Hal-hal yang harus
diperhatikan untuk tetap berada di ladang Tuhan:
Boas berkata kepada Rut:
1. “Tetaplah
dekat pengerja-pengerjaku perempuan”
Artinya;
hubungan antara pelayan yang satu dengan pelayan yang lain harus dekat, tidak
boleh ada gap, tidak boleh ada jarak
oleh karena kepentingan diri, oleh karena dosa-dosa dan lain sebagainya.
Tujuan hubungan antara pelayan yang satu dekat dengan pelayan yang lain adalah untuk
memperlancar, bahkan untuk mempermudah kita menyelesaikan pekerjaan Tuhan. Maka di antara
imam yang satu dengan imam yang lain, hubungannya
harus dekat, tidak boleh jauh, tidak boleh dipisahkan oleh jarak yang jauh.
2. “Lihat saja ke ladang yang sedang disabit
orang itu”
Artinya; memandang ladang tuaian,
yaitu orang-orang yang di sekeliling kita, orang-orang yang ada di sekitar kita, sesuai pernyataan
Yesus kepada murid-murid di dalam injil Yohanes 4: 35.
Syarat
memandang ladang tuaian:
- Jangan melihat kekurangan-kekurangan dan jangan melihat kelemahan-kelemahan
orang lain.
-
Memperhatikan ladang tuaian bukan karena melihat
kelebihan-kelebihannya.
3.
“Ikutilah perempuan-perempuan itu dari
belakang.”
Artinya; melayani
Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan harus dengan
rendah hati dan tanpa penonjolan diri, tidak ada kepentingan-kepentingan lain.
JAMINAN
DARI BOAS KEPADA RUT:
Yang Kedua, Boas berkata kepada Rut:
“Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu
engkau”
Artinya;
yang kuat jangan mengganggu yang lemah, sebaliknya memperhatikan kehidupan yang
lemah dan kehidupan yang kecil dengan segala persoalan-persoalan yang
dialaminya.
Dalam Keluaran
18: 13-18, Musa mengadili
bangsa Israel seorang diri saja, maka bangsa itu harus berdiri dari pagi sampai
petang. Sistem peradilan semacam ini sangat melelahkan Musa dan bangsa Israel.
Pendeknya; dengan sistem ini, Musa tidak dapat
memperhatikan, bahkan tidak dapat menyelesaikan
perkara-perkara atau masalah-masalah yang dialami
oleh bangsa itu. Oleh sebab itu, di dalam Keluaran
18: 19-21, Yitro,
mertua Musa, memberi pesan supaya
mengangkat hakim-hakim untuk mewakili dia di dalam hal mengadili bangsa itu,
yaitu pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh
orang, dan pemimpin sepuluh orang. Angka seribu,
seratus, lima puluh dan sepuluh, semua angka tersebut ada di dalam
Tabernakel, sedangkan Tabernakel adalah takhta Allah.
Pendeknya: Pengadilan
dari Allah, atau pengadilan (sistem) dari sorga sangat
efektif untuk menyelesaikan segala persoalan, segala perkara, segala
kelemahan-kelemahan yang kita alami di atas muka bumi.
Itulah dua
jaminan:
-
Yang pertama: “Tetap berada di ladang Tuhan.”
-
Yang kedua: “Yang kuat memperhatikan yang kecil.”
Sekarang, kita akan memperhatikan bekal dari Boas untuk Rut.
BEKAL DARI BOAS KEPADA RUT:
Rut 2:9
(2:9) Lihat saja
ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari
belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan
mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan
dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu."
Boas berkata:
“Jika engkau haus, pergilah ke
tempayan-tempayan dan minumlah air
yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu”
Apa
yang diperbuat oleh Boas ini juga pernah dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus
dua ribu sembilan belas tahun yang lalu.
Yohanes
7:37-39
(7:37) Dan pada
hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan
berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku
dan minum! (7:38) Barangsiapa
percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam
hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. (7:39) Yang
dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya
kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Yesus
berkata: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang
kepada-Ku dan minum!”, maksudnya
ialah; Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepada-Nya.
Tanda
kehidupan yang telah menerima Roh Tuhan ialah “dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup”, artinya;
hatinya menjadi mata air, hatinya menjadi sumber air, kehidupan yang terus
menerus memancar sampai kepada kehidupan yang kekal, berarti tidak mengalami rasa haus dan dahaga lagi, seperti perempuan
Samaria terlepas dari dosa kenajisannya.
Inilah
kehidupan yang sudah dipuaskan oleh kasih Tuhan, kehidupan
yang sudah menerima air kehidupan, tanda kehidupan yang sudah menerima Roh
Tuhan.
Dahulu
sebelum menerima air kehidupan, yaitu Roh Tuhan, perempuan
Samaria ini adalah orang yang haus, tidak puas di dalam nikahnya, maksudnya:
satu laki-laki tidak cukup di dalam hidupnya, hidup di dalam perzinahan,
menduakan hati Tuhan selalu. Orang yang meduakan hati Tuhan tidak mampu
menyukakan hati Tuhan, inilah orang yang haus, tetapi kehidupan yang sudah
menerima air kehidupan tidak lagi mengalami rasa haus.
Syarat untuk mendapat jaminan
dan mendapat bekal di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Rut 2:8
(2:8) Sesudah
itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak
usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau
pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.
Boas berkata
kepada Rut:
“Dengarlah dahulu anakku”, artinya:
terlebih dahulu mendengar atau terlebih dahulu menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran.
Kedudukan
dari seorang pelayan Tuhan sudah terlebih dahulu berada di dalam tanda dengar-dengaran, itulah syarat untuk mendapat jaminan dan untuk mendapat bekal
dari Boas rohani, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Dengar-dengaran
adalah modal dasar dari setiap orang yang melayani Tuhan dan yang
melayani pekerjaan Tuhan. Tidak ada modal yang lain yang
lebih baik dari pada suatu kehidupan yang
dengar-dengaran. Jangan
kita melayani karena merasa memiliki kelebihan dalam perkara lahiriah,
jangan kita melayani karena kita punya potensi, dasarnya
bukan itu. Tetapi dasar kita di dalam melayani
Tuhan, terlebih dahulu dengar-dengaran,
supaya nanti kita mendapat jaminan-jaminan dan bekal dari Boas
rohani, yaitu Tuhan Yesus Kritus.
Perhatikan apa yang saya sampaikan ini: Kehidupan seorang imam yang dengar-dengaran adalah
kedudukan yang sangat heran dan dahsyat, suatu
kehidupan yang luar biasa di mata Tuhan.
Sebagaimana kita perhatikan nanti, seorang Samuel yang masih muda.
1 Samuel
3:4-8
(3:4) Lalu TUHAN
memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa." (3:5) Lalu
berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali."
Lalu pergilah ia tidur. (3:6) Dan TUHAN
memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli
serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi
Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali." (3:7)
Samuel
belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN
memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu
pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak
itu.
Tuhan
memanggil Samuel sebanyak tiga kali, dan Samuel
pun menjawab; “Ya Bapa”, artinya; Samuel adalah seorang yang dengar-dengaran di hadapan
Tuhan.
Begitu dia
mendengar panggilan, dia segera menjawab, menunjukkan
bahwa Samuel yang muda adalah pribadi yang dengar-dengaran, dia seorang imam, seorang
pelayan Tuhan di bawah pengasuhan (arahan) imam Eli.
Tuhan Yesus
Kristus adalah Imam Besar Agung, saya dan kita semua sedang berada di dalam
pengasuhan Dia. Biarlah kiranya kita semua menjadi suatu
kehidupan yang dengar-dengaran.
Satu kali saja suara itu terdengar, panggilan itu tidak
perlu berkali-kali, dia langsung bangun dan pergi menuju panggilan.
Samuel
menjawab panggilan dengan jawaban: “Ya
Bapa” sebanyak tiga kali, bila dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel:
“Ya Bapa” YANG PERTAMA.
Terkena
pada HALAMAN, menunjukkan bahwa Samuel ada
di dalam tanda sengsara salib, yaitu ada di dalam tanda pengalaman
kematian dan pengalaman kebangkitan, itulah MEZBAH
KORBAN BAKARAN dan KOLAM PEMBASUHAN, dua alat yang ada di
halaman.
- Pengalaman
kematian, berarti; tidak hidup di dalam hawa nafsu,
yaitu keinginan-keinginan daging yang jahat.
Memang sebaiknya
seorang imam, seorang pelayan Tuhan harus ada di dalam
tanda pengalaman kematian itu. Kematian itu tidak boleh
pura-pura, tidak boleh dibuat-buat hanya untuk menutupi kekurangan di mata
manusia. Pengalam
kematian itu harus kita tampilkan di hadapan
Tuhan, maka pengalaman kematian itu harus
betul-betul terjadi (nyata) di
dalam kehidupan kita.
- Pengalaman kebangkitan, berarti; hidup dalam hidup yang baru, yang lama
sudah berlalu, sehingga kita dapat beribadah dan melayani Tuhan dalam suasana
kebangkitan.
Samuel
menjawab panggilan dengan jawaban: “Ya
Bapa” sebanyak tiga kali, bila dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel:
“Ya Bapa” YANG KEDUA.
Terkena
pada RUANGAN SUCI,
menunjukkan bahwa Samuel hidup
di dalam kesucian oleh kuasa dari tiga alat yang ada di Ruangan Suci.
1. Disucikan oleh Firman Allah, menunjuk MEJA ROTI SAJIAN.
2. Disucikan oleh Roh Allah, menunjuk PELITA EMAS.
3. Disucikan oleh Kasih Allah, menunjuk MEZBAH DUPA.
Samuel
menjawab panggilan dengan jawaban: “Ya
Bapa” sebanyak tiga kali, bila dikaitkan dengan pengajaran Tabernakel:
“Ya Bapa” YANG KETIGA.
Terkena
pada RUANGAN MAHA SUCI,
menunjukkan bahwa Samuel ada di dalam tanda
kemuliaan Allah.
Saya merindu
supaya kehidupan kita semua,
terkhusus imam-imam betul-betul ada di dalam tanda
kemuliaan Allah.
1 Samuel 3:3
(3:3) Lampu rumah
Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN,
tempat tabut Allah.
Samuel telah
tidur di dalam Bait Suci Allah (Ruangan
Maha Suci),
tempat Tabut Allah, berarti; supaya ada di
dalam tanda kemuliaan Allah, maka kita harus terlebih dahulu melihat Tabut Perjanjian yang berkedudukan di dalam Ruangan Maha Suci.
Pengertian
rohani dari Tabut Perjanjian ada dua yaitu;
1.
Tahkta Alah.
2.
Hubungan nikah.
TENTANG:
Tahkta Allah.
Takhta Allah
menunjuk ibadah dan pelayanan.
Kesimpulannya, Allah bertakhta di dalam setiap
kebaktian-kebaktian yang kita selenggarakan;
- baik
lewat tiga macam ibadah pokok yaitu;
1. Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci,
2. Ibadah
Raya Minggu disertai dengan kesaksian,
3. Ibadah Doa
Penyembahan.
- baik
juga lewat kebaktian-kebaktian yang lain,
termasuk persekutuan-persekutuan yang kita adakan di luar penggembalaan.
Jadi, lewat
kebaktian-kebaktian semacam itu, lewat beribadah dan melayani kepada Tuhan, berarti kehidupan seseorang berada di dalam tanda kemuliaan Allah.
Malam
ini kita beribadah dan melayani Tuhan
lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai Perjamuan Suci, lewat ibadah yang kita selenggarakan inilah Allah bertahkta.
TENTANG: Hubungan nikah.
Efesus
5:31-32
(5:31) Sebab itu laki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (5:32) Rahasia ini
besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Hubungan
nikah antara Kristus, sebagai Mempelai Pria Sorga atau suami,
dengan sidang jemaat, sebagai
mempelai wanita-Nya atau isteri, berdasarkan kasih.
Sebagai contoh.
Wahyu
14:3
(14:3) Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat
makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari
nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang
yang telah ditebus dari bumi itu.
Seratus empat puluh empat ribu orang menyanyikan
suatu nyanyian baru dan nyanyian itu tidak seorang pun
yang dapat mempelajarinya selain seratus empat puluh empat ribu
orang tersebut.
Ketika
hubungan antara tubuh dengan kepala begitu intim atau ketika
terjadi hubungan nikah antara Kristus (sebagai
Mempelai Pria Sorga)
dan sidang jemaat (sebagai
mempelai wanita-Nya), di situ akan menghasilkan
nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapa pun,
selain orang itu dengan Tuhan, sama seperti
orang yang berlogat ganjil, berbahasa lidah (berbahasa
Roh), tidak dapat dimengerti oleh orang lain,
selain orang itu dengan Tuhan.
Jadi,
bahasa lidah, bahasa roh atau disebut juga logat ganjil,
itu hasil dari hungan intim antara tubuh
dengan kepala, itulah yang disebut nyanyian baru yang tidak dapat
dipelajari oleh siapa pun yang mendengarkannya, selain orang itu yang melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan, itulah hubungan nikah antara tubuh dengan kepala.
Itulah tanda
bahwa seseorang berada dalam tanda kemuliaan
Allah; selalu ada nyanyian baru, nyanyian lama
tidak terdengar lagi. Demikian kehidupan yang berkedudukan dalam tanda
kemuliaan, yaitu menghadap Allah dengan
takut dan gentar, lewat ibadah dan pelayanan, kemudian membangun hidupnya dengan intim dengan Tuhan, dengan demikian dia
berada di dalam tanda kemuliaan Allah, sebagaimana tadi
kita melihat; Samuel yang masih muda, ia tidur di Ruangan Maha Suci, kedudukan
dari tabut perjanjian itu sendiri.
Kalau
seseorang terpaksa berada di tengah-tengah takhta Allah, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itu bukan kemuliaan Allah,
atau beribadah dengan aturan itu bukan berada dalam tanda kemuliaan dari Allah, tetapi kalau seseorang dengan takut dan gentar, dengan
tulus hati beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan, kemudian berusaha untuk
membangun hubungannya dengan Tuhan dengan intim, sehingga menghasilkan nyanyian
baru, itu menunjukkan bahwa ia sedang berada dalam tanda kemuliaan Allah, tanda
bahwa ia berkedudukan di dalam Ruangan Maha Suci. Jadi, jangan beribadah dan
melayani karena aturan, jangan beribadah dan melayani karena terpaksa, apalagi
karena ikut-ikutan.
Kita belajar
untuk memperhatikan apa yang kita dengar.
Kalau Samuel yang muda belia bisa melakukannya, apa bedanya dengan kehidupan kita? Tidak ada bedanya,
tergantung penyerahan diri kita masing-masing.
Sebetulnya
kerinduan Tuhan adalah supaya kita berada di
dalam suatu kedudukan yang sangat tinggi sekali, itulah
tanda kemuliaan. Tetapi sebaliknya, kita
ini terkadang sama seperti seorang pemuda yang turun dari
Yerusalem ke Yerikho hanya untuk mencari perkara yang lahiriah,
turun dari ibadah dan pelayanan hanya untuk perkara yang lahiriah.
Akhirnya apa yang dialami oleh pemuda ini? Selain harta bendanya dirampas oleh
penyamun-penyamun, dia juga dipukuli sampai setengah mati, tetapi
oleh karena kemurahan Tuhan, seorang Samaria lewat menolong dia.
Dan kalau kita juga masih berada di tengah ibadah dan pelayanan sampai
hari ini, itu
karena kemurahan Tuhan. Oleh sebab itu, hargai kemurahan
Tuhan itu, jangan dianggap enteng, supaya jangan kita juga menderita setengah mati, mendapat pukulan karena
kesalahan, mendapat pukulan, menderita karena kebodohan
sendiri.
Sekarang, kita akan memperhatikan ciri-ciri dengar-dengaran.
Ciri-ciri seorang pelayan atau imam-imam yang dengar-dengaran.
YANG PERTAMA.
1 Samuel
3:4-5
(3:4) Lalu TUHAN
memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa." (3:5) Lalu berlarilah
ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil
aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah
kembali." Lalu pergilah ia tidur.
“berlarilah ia kepada Eli” Samuel berlari ke arah Eli, artinya; dia berlari dan mengarahkan dirinya kepada panggilan sorgawi. Dari mana sumber
panggilan itu, dia berlari ke arah panggilan itu.
Kita ini
semua dipanggil dari kegelapan dosa dan ditebus oleh darah Yesus, maka
berlarilah kepada arah panggilan itu, berlarilah kepada
arah suara yang memanggil itu, “Eli-Eli
lama sabakhtani”
Kita
ini bangsa Kafir, dan menjadi Israel rohani, kita ini tunas
liar yang dicangkokkan pada akar pohon zaitun. Kalau
kita mendapat bagian dari getah akar pohon Zaitun, itu
kemurahan Tuhan, itu karena darah salib. Getah itu pahit,
itulah pengalaman pahit Yesus di atas kayu salib. Oleh sebab
itu, belajar untuk memperhatikan, mengarahkan
diri kepada panggilan sorgawi, seperti Samuel,
senantiasa dia mengarahkan diri kepada suara
panggilan itu dan dia segera berlari kepada
suara panggilan itu.
Kalau kita
sudah dipanggil dan saat ini diberi kesempatan beribadah dan melayani, itu adalah kemurahan. Berlarilah segera kepada suara panggilan
sorgawi, jangan berlambat-lambat, jangan suka
menunda-nunda pekerjaan Tuhan, jangan bermasa bodo, arahkan diri kepada suara panggilan itu, jangan
berhitung-hitung di dalam berkorban.
Kita dipanggil dan diberi kesempatan melayani sesuai dengan
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El Kudus, masing-masing kita harus
menghargai panggilan itu.
Filipi
3:12-14
(3:12) Bukan
seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku
mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap
oleh Kristus Yesus. (3:13)
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya,
tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku
dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (3:14) dan berlari-lari
kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari
Allah dalam Kristus Yesus.
Berlari-lari
kepada tujuan, yaitu
panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Sebetulnya,
panggilan sorgawi adalah hadiah yang akan kita peroleh, dan kita ini adalah kehidupan
yang sudah ditangkap oleh Tuhan, ditarik dari kegelapan dosa, dan ditebus
oleh darah yang mahal,
maka marilah kita berlari kepada penggilan
sorgawi.
Memang,
Rasul Paulus berkata; “aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah
menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di
belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku”
Jadi,
sudah sangat jelas untuk berlari kepada panggilan sorgawi, melupakan
apa yang ada di belakang kita dan mengarahkan diri kepada
apa yang ada di hadapan kita. Di hadapan kita
adalah Kerajaan Sorga dengan segala kegiatan-kegiatan Roh yang
ada di dalamnya, ayo mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapan kita, lupakan yang di belakang.
Apa yang ada di belakang itu? Itulah masa lalu, masa yang suram, masa
kekelaman, segala kepahitan, juga hal-hal yang tidak berguna yang tidak ada
kaitannya dengan kegiatan-kegiatan Roh, lupakan segala yang
menghambat pembangunan tubuh Kristus, lupakan kejahatan
dan kenajisan. Arahkan pandangan kepada yang di depan.
Kemudian, Rasul Paulus berkata; “Bukan seolah-olah
aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya,
kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.”
Kesimpulannya,
Rasul Paulus betul-betul menghargai kemurahan hati Tuhan. Kalau dia
menghadapkan dirinya kepada suara panggilan, berlari
kepada tujuan, yaitu panggilan sorgawi, itu karena
kemurahan hati Tuhan.
Filipi 3:15
(3:15) Karena itu
marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain
pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga
kepadamu.
“Karena
itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian”, maksudnya adalah berlarilah
kepada panggilan sorgawi, arahkanlah diri kepada panggilan sorgawi.
Kemudian, “jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu
akan dinyatakan Allah juga kepadamu”, artinya; kalau ternyata
kita salah mengartikan tentang panggilan sorgawi, nanti lambat laun
Tuhan akan memberikan suatu penjelasan tentang panggilan sorgawi kepada
kita. Oleh sebab itu, arahkanlah dirimu kepada panggilan
sorgawi.
Hari ini
kita bermasa bodo karena lain pikiranmu, nanti Tuhan akan jelaskan terus menerus kepada kita dengan
berbagai cara. Tuhan itu penuh dengan kasih sayang dan kasih setia yang abadi, Dia
panjang sabar kepada kehidupan kita sekalian.
1 Korintus
9:23-24
(9:23) Segala
sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian
dalamnya.
Kalau kita
berlari kepada panggilan sorgawi,
itu karena Tuhan, karena pemberitaan
injil Kristus,
karena kemurahan Tuhan.
1 Korintus 9: 24
(9:24) Tidak
tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut
berlari, tetapi bahwa hanya satu orang
saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa,
sehingga kamu memperolehnya!
Dalam
gelanggang pertandingan, semua peserta turut berlari, tetapi hanya satu orang
saja yang mendapatkan hadiah itu. Oleh sebab itu,
Rasul Paulus menekankan; “Karena itu berlarilah begitu rupa sehingga kamu
memperolehnya” Arahkanlah diri
kepada panggilan sorgawi, lupakan dan tinggalkan segala yang di belakang.
Samuel adalah seorang yang sangat peka. Satu kali dipanggil, Samuel
langsung berlari dan berkata: “Ya, Bapa”,
tidak disuruh-suruh berulang-ulang kali, tidak diingat-ingatkan berulang-ulang
kali
1 Korintus 9: 26
(9:26) Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju
yang sembarangan saja memukul.
Kita bersegera dan berlari kepada arah panggilan untuk memperoleh hadiah
tersebut, sebagaimana Rasul Paulus berkata: “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan”
Kita beribadah dan melayani Tuhan, melayani pekerjaan Tuhan, itu karena
ada tujuan kita, yaitu panggilan sorgawi, berarti memiliki suatu
pandangan yang begitu jauh, disebutlah itu pandangan
nubuatan.
Ciri-ciri seorang pelayan atau imam-imam yang dengar-dengaran.
YANG KEDUA.
1 Samuel
3:6-8
(3:6) Dan TUHAN
memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan
Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?"
Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali." (3:7) Samuel
belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN
memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu
pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa
memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil
anakitu.
Pada
ayat 6 dan ayat 8, itu panggilan Tuhan yang kedua dan ketiga
kepada Samuel, lalu bagaimana reaksi Samuel terhadap panggilan yang
kedua dan ketiga?
“Samuel pun bangunlah, lalu pergi
mendapatkan Eli”, artinya; Samuel
menghampiri takhta kasih karunia dan berada dalam suasana pelayanan Imam Besar. Imam Eli adalah gambaran dari Imam
Besar Agung.
2 Korintus 5: 17
(5:17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Tadi dikatakan: “Samuel pun bangunlah”, ini juga gambaran dari ciptaan baru di dalam Kristus Yesus.
Mari kita melihat kehidupan sebagai ciptaan yang baru, yang lama sudah
baru.
2 Korintus
5:18-20
(5:18) Dan
semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan
kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu
kepada kami. (5:19) Sebab Allah
mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan
pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada
kami. (5:20) Jadi kami ini
adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan
perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu
didamaikan dengan Allah.
Setelah Kristus
memperdamaikan dosa kita kepada Allah, selanjutnya mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kita. Itu kemurahan Tuhan. Berarti kita sekarang berada
dalam takhta kasih karunia, dalam suasana
pelayanan Imam Besar.
2 Korintus
5:21
(5:21) Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya
dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Sebagai Imam
besar, Dia rela menanggung penderitaan yang tidak harus Ia
tanggung.
Jadi,
menjadi pendamaian terhadap dosa, berarti rela menjadi korban,
itu suasana pelayanan pendamaian, itu suasana pelayanan dari Imam Besar.
Kalau Tuhan,
oleh kemurahan-Nya, telah
mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kita,
maka kita juga harus menjadi korban untuk memperdamaikan dosa orang lain kepada
Tuhan.
Berarti
dengan demikian, kita sekarang ini berada menghadap tahkta kasih karunia dan
berada dalam suasana pelayanan Imam Besar.
Kalau Tuhan sudah memanggil kita, sudah memperdamaikan dosa kita kepada
Allah Bapa, itu kemurahan, lalu mempercayakan pelayanan pendamaian, itu
kemurahan double. Bawalah
berita pendamaian itu di mana saja, dan kalau dipercayakan pelayanan pendamaian, maka untuk memperdamaikan
dosa orang lain, berarti
kita lah yang menjadi korban, bukan kita yang
mengorbankan orang lain, bukan kita yang memanfaatkan kelemahan orang lain.
Dia yang tidak mengenal dosa telah menjadi dosa karena kita manusia
berdosa, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Jadi untuk membenarkan
orang lain, kita yang menjadi korban, masing-masing kita harus membenarkan
orang lain yang di sekitar kita, itu artinya kita telah menghampiri takhta
kasih karunia dan berada dalam suasana pelayanan Imam Besar. Itu ciri kedua
dari seorang imam yang dengar-dengaran.
Sebagaimana Yesus, sekalipun Dia Anak, Dia taat dari apa yang
diderita-Nya, Dia dengar-dengaran, dan Dia berkata: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku
meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Kehendak Allah terlaksana kalau kita
dengar-dengaran.
Lihat, akibat memanfaatkan kelemahan orang lain, orang lain menjadi
korban, pelayanan menjadi korban. Seharusnya berada
dalam takhta kasih karunia dan ada di dalam suasana pelayanan Imam Besar,
tetapi karena tidak memiliki roh dengar-dengaran menjadi pengacau, merusak
suasana pelayanan Imam Besar, tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan Tuhan.
Kalau malam ini kita merasakan pelayanan dari Imam Besar dan mengerti
apa yang dimaksud Tuhan malam ini, maka penyesalan itu akan timbul di dalam dirimu
dan engkau harus menangis sejadi-jadinya supaya jangan terulang. Miliki roh dengar-dengaran supaya engkau jangan pengacau
dalam ibadah pelayanan ini.
Kita belajar kepada orang yang muda, itulah Samuel. Kalau orang muda
bisa dengar-dengaran, mengapa kita tidak bisa?
Supaya kehendak Allah terlaksana, maksudnya terwujudnya
pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna, menjadi sidang mempelai wanita Tuhan, suatu kali kelak berada
di dalam pesta nikah Anak Domba, tidak berada di dalam pesta burung-burung. Tuhan Yesus baik kepada kita semua.
Maka, apa yang dipesankan Boas kepada Rut, itu adalah pesan
yang luar biasa: “Dengarlah
dahulu anakku.” Supaya mendapat
bekal, supaya mendapat jaminan terlebih dahulu menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran di
dalam melayani Tuhan dan
pekerjaan-Nya, maka dengan demikian pekerjaan Tuhan terselesaikan, kehendak Tuhan terlaksana.
1 Samuel
3:9-10
(3:9) Sebab itu
berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil
engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."
Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. (3:10) Lalu
datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah:
"Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab
hamba-Mu ini mendengar."
Samuel yang
muda ini betul-betul suatu kehidupan yang dengar-dengaran,
dia bukan kehidupan yang mudah putus asa dan kecewa. Saat dia tahu yang
memanggil itu ternyata bukan imam Eli, dia tidak
lekas putus asa, dia tidak lekas kecewa kepada imam Eli,
tetapi sebaliknya; dia penurut, dia lakukan tepat
seperti apa yang dikatakan oleh imam Eli.
Itu sebabnya ketika Samuel dipanggil: “Samuel! Samuel!”, lalu Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
1 Samuel
3:19
(3:19) Dan Samuel
makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari
firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.
Tuhan menyertai Samuel dan tidak membiarkan satu pun
firman Tuhan itu gugur dari pribadi Samuel, tidak ada satu ayat pun yang
gugur dari kehidupan Samuel, sebab dia adalah seorang yang
dengar-dengaran.
Tetapi orang dungu, seringkali mengabaikan apa yang baik, bahkan sudah
berkali-kali teguran datang tetapi tetap saja ngotot dengan hawa nafsu, yaitu
keinginan-keinginan daging yang jahat. Biar teguran berkali-kali, namun tidak
berubah,
firman itu gugur dari padanya, ini yang sangat
disesali dari seorang imam, dari seorang pelayan Tuhan.
Namun
tidak demikian dengan Samuel yang masih muda itu, perkataan
Samuel sama dengan perbuatannya. Jangan biarkan ada firman itu yang gugur,
menangislah malam ini.
1 Samuel
3:11-13
(3:11) Lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu
di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua
telinganya. (3:12) Pada waktu itu Aku
akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang keluarganya,
dari mula sampai akhir. (3:13) Sebab telah
Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya
untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya
telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!
Tentang
keluarga Eli, Tuhan memberitahukannya justru kepada Samuel yang muda,
bukan kepada Imam Eli, ini suatu kepercayaan yang luar biasa.
Kepada
murid-murid diberi karunia tentang rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada yang
lain tidak, karena Tuhan tahu kepada siapa diberi karunia rahasia Kerajaan Sorga, yaitu kepada yang
mempunyai dua mata dan dua telinga; mempunyai mata dan melihat, mempunyai telinga dan mendengar.
Kalau kita
dipercayakan suatu pelayanan itu bukan karena kecakapanmu, bukan karena
kelebihanmu, itu kemurahan saja, tetapi kalau
tidak menghargai kemurahan, Tuhan katakan kepada tunas liar:
yang sudah dicangkokkan
akan dipotong kembali. Tuhan yang memotong,
bukan saya, dan Tuhan punya cara tersendiri. Hati-hati, saya ingatkan saja; hati-hati.
1 Samuel
3:20
(3:20) Maka tahulah
seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah
dipercayakan jabatan nabi TUHAN.
Umat Israel tahu, dari Dan sampai Bersyeba, bahwa Tuhan memakai Samuel yang muda ini dengan luar biasa,
karena Tuhan mengetahui hanya seorang hamba yang dengar-dengaran saja yang dapat
menyelesaikan pekerjaan Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment