IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 06 APRIL 2019
STUDY YUSUF
(Seri: 156)
Subtema: “HIKMAT
MENGATASI ROH JUAL BELI”
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan
bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita. Biarlah kiranya firman Tuhan melawat
setiap kehidupan pemuda remaja seberapa saja yang hadir pada saat malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa
kehidupan muda remaja, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan, yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live
steraming, video internet, Youtube, Facebook, di manapun anda berada.
Kita kembali memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja tentang study Yusuf.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi
Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam
di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye
kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa
sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52)
Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya:
"Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh tahun
kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki;
-
yang sulung bernama Manasye,
-
sedangkan
anak yang kedua bernama Efraim.
Selanjutnya kita akan melihat ARTI ROHANI dari kedua anak laki-laki
Yusuf, di mulai dari yang sulung, yaitu; Manasye.
Mansye, artinya: Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali Yusuf kepada dua perkara, yaitu;
1.
Yusuf
lupa kepada kesukarannya.
2.
Yusuf
lupa sama sekali kepada rumah bapanya.
Tentang: YUSUF LUPA KEPADA KESUKARANNYA.
Kita akan melihat kesukaran Yusuf
yang dibagi atas tiga fase:
FASE PERTAMA: KETIKA YUSUF TINGGAL BERSAMA
DENGAN SAUDARA-SAUDARANYA.
Kisah itu ditulis dengan lengkap di dalam
kitab Kejadian
37, yang dibagi atas dua bagian;
a.
Ayat 1-11: Yusuf dibenci oleh saduara-saudaranya.
b.
Ayat 12-36: Yusuf dijual ke tanah Mesir.
Kita kembali membaca...
Kejadian 37:25-28
(37:25) Kemudian duduklah mereka untuk makan. Ketika
mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael
datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan,
dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir. (37:26) Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu:
"Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan
darahnya? (37:27) Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini,
tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging
kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu. (37:28)
Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam
sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh
syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.
Sementara saudara-saudara Yusuf
duduk makan, suatu kafilah orang Ismael atau orang Arab lewat, mereka itu adalah saudagar-saudagar dari Midian. Lalu Yusuf segera diangkat dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael tersebut.
Mereka menjual Yusuf
hanya untuk mendapatkan
uang, menunjukkan bahwa saudara-saudara Yusuf adalah gembala-gembala upahan.
Kalau
hamba-hamba Tuhan menjual
firman demi uang sama saja dengan GEMBALA-GEMBALA
UPAHAN.
Kita
sejenak memperhatikan GEMBALA-GEMBALA UPAHAN, dalam Yehezkiel
34.
Yehezkiel 34:2-4
(34:2) "Hai anak manusia, bernubuatlah melawan
gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada
gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala
Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang
seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (34:3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat
pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri
tidak kamu gembalakan. (34:4) Yang
lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka
tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang
hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan
dan kekejaman.
Gembala-gembala upahan
menggembalakan diri sendiri dengan dua tanda, yaitu;
TANDA
YANG PERTAMA:
- Gembala-gembala
menikmati susunya.
- Membuat pakaian untuk mereka dari bulu domba itu.
- Yang gemuk disembelih.
Tetapi sayangnya domba-domba itu tidak digembalakan dengan baik.
Gembala-gembala upahan
menggembalakan diri sendiri dengan dua tanda, yaitu;
TANDA YANG KEDUA:
- Yang lemah tidak
dikuatkan.
- Yang sakit tidak
diobati.
- Yang luka tidak
dibalut.
- Yang tersesat tidak
dibawa pulang.
- Yang hilang tidak dicari.
Sebaliknya, gembala-gembala menginjak-injak domba-domba itu dengan kekerasan dan kekejaman.
KESIMPULANNYA; gembala-gembala hanya mau menikmati hasil dari domba-domba
itu tetapi tidak peduli dengan keadaan
dari domba-domba itu sendiri.
Yesus adalah Gembala Agung, Dia peduli dengan kita, Dia sangat memperhatikan kita, Dia
memelihara kehidupan kita. Kehidupan muda remaja adalah
domba-domba yang sudah dipelihara oleh Tuhan sampai pada saat ini dan pemeliharaan itu sudah terbukti.
Yehezkiel 34:5
(34:5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena
gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan.
Domba-domba-Ku berserak
Akibatnya; domba-domba berserak dan menjadi makanan binatang
hutan (binatang buas).
Kita lihat kaitanya dengan injil Yohanes 10.
Yohanes 10:12-13
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan
gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat
serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga
serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. (10:13)
Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.
Seorang upahan ketika melihat
serigala datang, ia lari meninggalkan domba-domba itu. Pendeknya; gembala upahan adalah gembala yang tidak
bertanggung jawab.
Tidak bertanggung jawab, berarti; tidak peduli, tidak mau memperhatikan kawanan domba dalam keadaan apapaun,
entah itu tersesat, hilang, sakit, luka, dan lain sebagainya, tidak
diperhatikan. Mereka hanya memperhatikan diri sendiri dengan membuat
pakaian dari bulu domba, menikmati susunya, dan menyembelih
yang gemuk dari antara kawanan domba itu. Sementara serigala datang mereka
lari, membiarkan domba-domba itu diterkam dan dicerai-beraikan oleh serigala,
itulah binatang hutan, binatang buas.
Tentu pemuda remaja tidak setuju kalau melihat gembala yang demikian, kalau
kita bisa mengerti atau tidak setuju melihat gembala upahan maka tentu kita juga sebagai domba-domba sebaliknya harus tergembala dengan baik, jangan juga
melulu pikiran ini terpusat hanya untuk uang, harus ada hubungan timbal balik,
jangan kita melihat kekurangan orang lain, tapi kita mempunyai
kekurangan juga.
Yehezkiel 34:6
(34:6) dan tersesat di semua gunung dan di
semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak,
tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya.
Karena
domba-domba itu tidak tergembala maka domba-domba itu tersesat di
semua gunung-gunung dan di semua bukit yang tinggi, kemudian di seluruh tanah itu domba-domba berserak.
Sebetulnya kalau kita berada di
rumah Tuhan beribadah dan melayani, tidak ada istilah kata tersesat, tetapi kenyataannya di sini domba-domba
tersesat di
semua gunung dan disemua bukit yang tinggi, tidak hanya itu, kemudian
di seluruh tanah itu
domba-domba berserak.
Kita lihat lebih rinci dalam Ayub 39.
Ayub 39:10-11
(39:10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak
mendengarkan teriak si penggiring; (39:11)
ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja
yang hijau.
Keadaan domba-domba ketika tersesat di semua gunung;
- “Ia menertawakan keramaian kota”, artinya; mengecilkan ibadah dan
pelayanan.
Jangan sampai karena sesuatu perkara lahiriah
kita mengecilkan ibadah dan pelayanan, itu sama artinya
dengan sedang
tersesat di gunung-gunung dan di bukit yang tinggi.
Tanda tersesat di
gunung dan bukit yang tinggi: “tidak mendengarkan teriak si penggiring”, artinya; tidak mau mendengar
suara gembala.
Dulu sebelum kita
mengerti arti sebuah penggembalaan kita lebih dominan mendengarkan suara
pimpinan di tempat kita bekerja, dan itu tidak salah, itu memang benar, tetapi seharusnya kalau kita
disebut domba kita harus lebih mendengarkan suara gembala dari pada suara yang
lain-lain.
Pemeliharaan itu
adalah jaminan dari Gembala Agung, suara asing tidak akan memelihara jiwa kita. Biar kita memiliki kedudukan
yang tingi, karir yang bagus, sukses, dan lain sebagainya, itu suara asing, bukan suara gembala.
Jadi, kalau dia mendengar
suara asing, sekalipun berada di gunung Tuhan = tersesat.
- “Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya” = berada dan tersesat disemua gunung-gunung.
Berada di semua tempat-tempat ibadah dengan alasan untuk “mencari apa saja yang hijau”, alasannya
untuk mencari firman Tuhan. Mencari firman Tuhan di semua tempat-tempat ibadah tetapi tidak tergembala dalam satu penggembalaan = tersesat.
Banyak anak Tuhan
beribadah di
semua tempat peribadatan, alasannya untuk mencari firman Tuhan, tetapi kalau tidak tergembala dalam satu kandang
penggembalaan itu sama dengan tersesat. Minggu ini beribadah di satu tempat
peribadatan, minggu depan beribadah lagi di satu tempat peribadatan yang lain, lalu kalau ditanya: “Alasannya apa?”,
dan jawabannya: “Mencari firman”
Kalau tidak tergembala di satu penggembalaan biar
mencari firman tetap sama dengan tersesat di gunung-gunung Tuhan. Yang mengerti keadaan
dari domba-domba hanyalah gembala, kalau upahan tidak. Ketika
melihat serigala seorang upahan akan lari, dia tidak akan bertanggung jawab.
Ayub 39:9
(39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran
sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya.
Tempat bagi domba-domba yang tidak
tergembala adalah tanah dataran.
Tanah
dataran persamaannya; tidak bergunung-gunung dan tidak berlembah-lembah, itulah yang
disebut tanah dataran, itulah tempat kalau tidak tergembala.
Kita harus semakin dewasa, karena ada
ayat firman mengatakan; “umat-Ku binasa karena tidak memiliki pengertian”, kemudian, “kalau tidak ada Wahyu liarlah domba.”
Ulangan 11:10-11
(11:10) Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk
mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang
setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan
kebun sayur. (11:11) Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah
negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat
air sebanyak hujan yang turun dari langit;
Tanah Kanaan ialah negeri bergunung-gunung dan berlembah-lembah -> pengalaman kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Jadi,
berada di tanah Kanaan, berarti; hidup di dalam kemurahan, dan kemurahan Tuhan itu seperti mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.
Negeri
yang bergunung dan berlembah; tidak mungkin
mengambil air dari lembah lalu naik untuk menyirami di tempat yang tinggi. Tetapi berada di tempat yang tinggi dan berlembah adalah hidup di dalam
kemurahan, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan. Hidup di dalam kemurahan mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.
Sebaliknya, tanah dataran; setelah benih di tabur maka akan disirami dengan jerih payah, artinya; mengandalkan kekuatan. Kalau mengandalkan kekuatan = hidup dengan segala jerih payah.
Yang terpenting seharusnya; doakan gembala
itu jangan menjadi gembala upahan, supaya kehidupan
muda remaja menjadi kehidupan yang tergembala, tidak
tersesat di gunung-gunung dan tidak berserak di tanah dataran, seakan-akan kebun sayur disirami dengan jerih payah.
Kita ini ada di kebun anggur Tuhan, hidup di dalam kemurahan lewat pengalaman
kematian dan kebangkitan.
Jadi jangan lari dari pengalaman kematian. Tidak mungkin ada kebangkitan tanpa melalui
pengalaman kematian. Kalau didahului dengan sengsara, bersyukur, berarti tidak lama lagi Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.
Orang dunia sendiri tahu, berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, artinya; bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang di kemudian hari, itu orang dunia.
Sementara kita di dalam Tuhan, tergembala dengan baik, maka seharusnya pengalaman kematian dan kebangkitan tidak asing bagi kita, itu juga merupakan
pengalaman kita karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup,
itulah Tuhan
Yesus Kristus. Kita dipanggil
untuk mengikuti teladan-Nya; mati, bangkit
dan dipermuliakan, itu suatu kemurahan.
Kita
kembali membaca Kejadian 37.
Kejadian 37:28
(37:28) Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf
diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu
dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.
Adapun
Yusuf dijual ke orang Ismael seharga 20
keping syikal perak.
Jadi, firman pengajaran Mempelai
dihargai dengan 20 keping syikal perak.
Firman
Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel yang sudah menggembalakan kehidupan kita
sampai sejauh ini, dan itu jaminan hidup. Pertanyaannya; apakah kita mau menghargai firman Pengajaran Mempelai yang sudah
menggembalakan kehidupan kita ini hanya seharga 20 keping perak saja?
Kalau
saya bertanya kepada saudara: “Berapa harga nyawa saudara? Bisa dihargai dengan 1 triliun?” Tentu saudara tidak mau, karena nyawa jauh lebih
berharga, uang yang nilainya tinggi tidak sebanding dengan nyawa.
Nyawa kita ini lebih mahal dari pada jumlah uang yang banyak, tetapi di sini kita melihat; saudara-saudara Yusuf menjual Yusuf hanya demi
20 keping syikal perak.
Mari
kita bandingkan dengan injil Matius 26.
Matius
26:14-15
(26:14) Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid
itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. (26:15)
Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku
menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak
kepadanya.
Di sini kita melihat
Yudas menjual Yesus kepada imam-imam kepala seharga 30 keping uang perak.
Bagi Yudas, 30 keping uang perak lebih berarti dari pada nyawanya.
Matius
26:16
(26:16) Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang
baik untuk menyerahkan Yesus.
Selanjutnya, Yudas mencari kesempatan
untuk menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala.
Sungguh
malangnya kehidupan seperti ini, padahal kalau kita bandingkan dengan apa yang telah dikerjakan oleh Yesus selama
3.5 tahun bersama dengan 12 murid.
Tuhan
itu memperhatikan ladang tuaian, Ia sendiri berkata; “lihatlah di sekelilingmu ladang-ladang sudah menguning siap
untuk dituai”. Pandangan Tuhan adalah
pandangan yang suci, mulia, karena Dia melihat ladang tuaian, Dia tidak melihat
kelemahan kita, yakni kejahatan-kejahatan, kenajisan-kenajisan, dan
kefasikan-kefasikan.
Seorang
yang kerasukan Setan di Gerasa, Tuhan memandang dia sebagai ladang tuaian, sehingga demi satu jiwa Dia harus mengusir Legion,
(roh-roh jahat yang banyak itu) kepada sejumlah besar babi-babi yang ada di sekitar itu, sekitar 2000
babi dan akhirnya babi itu terjun bebas kepada kebinasaan, Tuhan tidak peduli. Tuhan memandang kita
sebagai ladang tuaian, Tuhan tidak melihat kekurangan, kelemahan kita, dan
Tuhan tidak hanya melihat kelebihan-kelebihan kita, Tuhan memperhatikan kita bukan karena kelebihan
kita.
Demikian
juga dengan perempuan yang kedapatan berbuat zinah di pagi hari, Tuhan melihat
dia sebagai ladang tuaian, Tuhan juga melihat perempuan Samaria sebagai ladang tuaian,
Dia tidak melihat kelemahan-kelemahannya, tetapi Yudas lebih kepada memandang uang dari pada
keselamatan jiwa, sementara dia tidak sadar, dia sedang berkubang dan terikat dengan uang.
Jangan
sampai sibuk dengan pekerjaan hanya karena uang.
Perhatikan, kita sedang berkubang di dalam dosa, tetapi Tuhan sendiri melihat keberadaan kita
sebagai ladang tuaian, sebaliknya
kita sendiri tidak memperhatikan kehidupan kita, tidak
peduli dengan keselamatan jiwa kita,
sesuatu yang sangat malang dan janggal sekali.
Untuk menyadari itu semua, mari kita lihat suatu peristiwa dalam Matius 26.
Matius
26:30-32
(26:30) Sesudah
menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit
Zaitun. (26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu
semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh
gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (26:32)
Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Yesus
berkata kepada murid-murid; “Malam ini
kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan
membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah
Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Yesus
mengatakan hal itu kepada murid-murid sebab Dia mengetahui bahwa Ia telah
diserahkan oleh Yudas Iskariot kepada imam-imam kepala untuk selanjutnya
disalibkan, artinya; Tuhan itu adalah Gembala Agung, gembala yang baik, gembala yang sangat memperhatikan
kawanan domba itu.
Jadi
sebelum gembala itu disalibkan, dibunuh dan mati, Dia sudah terlebih dahulu
mengingatkan kawanan domba-domba-Nya, memperhatikan 12 murid supaya mereka tetap berjaga-jaga karena gembala
domba akan diserahkan dan dibunuh. Dia sangat memperhatikan kehidupan pemuda
remaja.
Jadi
kalau Tuhan yang sedemikan rupa memperhatikan kehidupan pemuda remaja sebagai
kawanan domba, maka seharusnya pemilik nyawalah yang harus lebih prihatin lagi di dalam hal memperhatikan dirinya,
nyawanya, jiwanya.
Matius
26:33
(26:33) Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua
tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak."
Petrus
menjawab Tuhan Yesus; "Biarpun
mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." Perkataan
ini menunjukkan, bahwa; sekalipun tidak ada gembala, Simon Petrus tetap kuat, tidak akan lemah, tidak akan jatuh di dalam dosa. Sementara di atas tadi kita
sudah melihat, berada di semua gunung-gunung, tempat-tempat rumah Tuhan (tempat beribadah), tetapi tidak tergembala dalam satu kandang pengembalaan, itu sudah tersesat, bahkan sekalipun alasannya
mencari firman, itu sudah tersesat.
Jawaban
Simon Petrus ini menunjukkan seolah-olah dia tidak membutuhkan gembala, tanpa gembala dia menyatakan diri sebagai seorang yang kuat, tidak
akan jatuh ke dalam dosa.
Matius
26:34
(26:34) Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali."
Tetapi
dengan sabar Yesus tetap kembali berkata kepada Simon Petrus: " sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali."
Respon Simon Petrus terhadap pernyataan
Yesus.
Matius
26:35
(26:35) Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku
harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua
murid yang lainpun berkata demikian juga.
Simon
Petrus berkata kepada-Nya; "Sekalipun
aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau."
Tidak
menyangkal salib, berarti; menyangkal dirinya, artinya; sekalipun tidak ada gembala, ia tidak akan menyangkal
salib, berarti tetap memikul salib.
Pernyataan Petrus ini menunjukkan bahwa Petrus tetap kuat sekalipun tidak ada gembala,
bahkan dia rela mati apapun yang terjadi.
Sekarang,
mana yang benar? Perkataan Tuhan apa perkatan
Petrus? Mari kita liat PEMBUKTIANNYA dalam ayat
69-74.
Matius
26:69-74
(26:69) Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman.
Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga
selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." (26:70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya:
"Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." (26:71) Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain
melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini
bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." (26:72)
Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang
itu." (26:73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang
kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka,
itu nyata dari bahasamu." (26:74) Maka mulailah Petrus
mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat
itu berkokoklah ayam.
Di sini kita melihat Simon
Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.
PENYANGKALAN
YANG PERTAMA, Petrus berkata: "Aku tidak tahu, apa yang engkau
maksud", artinya; sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu.
Banyak
orang Kristen yang seperti ini; sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu, ini penyangkalan pertama.
Sudah
melihat dan sudah tahu sesuatu perkara yang
memang harus kita kerjakan, jangan pura-pura tidak tahu, kalau sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu,
itu penyangkalan yang pertama terhadap salib. Kalau tidak bertobat dari penyangkal yang pertama nanti akan lanjut kepada penyangkalan yang kedua.
PENYANGKALAN
YANG KEDUA yaitu; “Aku tidak kenal orang itu”.
Masakan
Simon Petrus tidak mengenal Yesus? Selama 3.5 tahun dia bersama-sama dengan Yesus dalam keadaan apapun, dalam situasi apapun, dia selalu bersama-sama
dengan Yesus, tetapi kenyataannya dia menyangkal Yesus untuk yang kedua kali, dengan berkata; “aku tidak kenal orang itu.”
Perhatikan; Simon Petrus adalah murid yang pertama, pekerjaannya semula adalah penjala ikan lalu menjadi penjala jiwa, dan dia diberi jabatan
rasul. Berarti, dengan berkata “aku tidak mengenal Dia,” sama artinya tidak mengakui, bahkan tidak menghargai
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus yang dipercayakan oleh Tuhan.
Ini
penyangkalan yang kedua, jauh lebih parah dari pada penyangkalan yang pertama terhadap salib Kristus. Juga kalau tidak mau bertobat dari penyangkalan yang kedua ini maka akan
meningkat lagi kepada penyangkalan yang ketiga.
PENYANGKALAN
YANG KETIGA, Simon Petrus berkata; “Aku tidak kenal orang itu” tetapi
diawali dengan mengutuk dan bersumpah.
Tuhan
rela disalibkan supaya kutuk nenek moyang terpatahkan (terputuskkan), sebab dalam Galatia dikatakan, bahwa: “terkutuklah orang yang tergantung di atas kayu
salib”, berarti oleh karena salib, segala kutuk nenek moyang,
perbuatan sia-sia yang diwariskan dari orang tua semua putus.
Tetapi kehidupan yang belum terputus dari kutuk selalu mengutuk; bahasanya mengutuk mengutuk dan mengutuk, menghakimi menghakimi dan menghakimi, mendakwa mendakwa dan mendakwa, menuduh menuduh dan menuduh, itu adalah suasana kutuk, padahal dosa sudah ditanggung di atas kayu
salib, tetapi tidak ada lagi kata-kata lain selain mengutuk.
Kemudian
perkataan yang kedua, Simon Petrus bersumpah. Di dalam Injil
Matius 5, jelas di sana dikatakan bahwa; “janganlah engkau juga bersumpah demi kepalamu
karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun,
jika ya katakan ya jika tidak katakan tidak, apa yang lebih dari pada itu
berasal dari si jahat.”
Jadi, orang yang
bersumpah adalah orang yang berasal dari si jahat. Anak Tuhan tidak perlu
bersumpah kalau ya katakan saja ya, kalau tidak katakan saja tidak, apapun
resikonya, tidak perlu berdalih dan bersumpah, tidak perlu kita menjawab dengan liku-liku, sebab dusta itu berasal
dari Setan.
Imam-imam, orang-orang yang
melayani Tuhan tidak boleh lagi berkata-kata sumpah, baik demi apapun. Perkataan
yang keluar dari imam-imam: ya di atas ya, tidak di atas tidak, apapun resikonya tanggung saja, supaya kita dibenarkan oleh Tuhan di hadapan-Nya.
Dari pada kita menyucikan diri, membenarkan diri kepada orangtua dan sesama
tetapi kehidupan kita tidak benar di hadapan Tuhan, lebih baik terima resiko ya di
atas ya, tidak di atas tidak, tetapi kita sudah dibenarkan oleh Tuhan walaupun
sakit. Kalau tidak, orang yang semacam ini tidak akan pernah dibenarkan oleh Tuhan, orang yang semacam ini berasal dari Setan, si pendusta.
Berjanji
mulai dari sekarang jangan lagi menyangkal salib Kristus. Kalau kita pernah
menyangkal salib yang pertama langsung segera berubah, minta ampun kepada
Tuhan.
Lihat, waktu Simon Petrus menyangkal salib Yesus yang
pertama dan yang kedua, kerohaniannya merosot dari halaman sampai ke pintu gerbang, artinya sedikit lagi ia
keluar dari Tuhan, tetapi mari kita kembali memperhatikan Matius
26.
Matius
26:74
(26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah:
"Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.
Setelah
Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, berkokoklah ayam.
Berarti, apa yang telah dinyatakan Yesus kepada Simon Petrus, terbukti. Sementara pernyataan
Simon Petrus kepada Yesus, tidak terbukti, ia tidak rela mati demi Tuhan Yesus Kristus.
Jadi, banyak kali di antara kita
ini seperti kelihatan berapi-api di dalam Tuhan tetapi
pada saat diperhadapkan dengan salib, dia pura-pura tidak tahu padahal sudah tahu. Akhirnya karena dia tidak bertobat dari situ, dia rela
mengecilkan jabatan-jabatan, karunia-karunia yang dipercayakan oleh Tuhan, sampai pada akhirnya karena
dia tidak mau bertobat, dia bersungut-sungut dan berkata-kata dengan sumpah. Jadi semakin parah
penyangkalannya kepada Tuhan.
Dan
sesudah dia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali barulah ayam berkokok, supaya bahwa
Tuhan yang benar, kita banyak salah.
Perhatikan;
roh itu penurut tetapi daging lemah. Kita tidak bisa mengandalkan daging ini, karena daging ini adalah
tempatnya kelemahan-kelemahan, tempatnya kekurangan-kekurangan, maka bagaimana mungkin kita bisa mengandalkan daging ini
untuk menghadapi segala sesuatu?
Jadi
memang kita harus tergembala. Kita tidak boleh menjual gembala, itulah Firman Pengajaran Mempelai yang telah
menggembalakan kita hanya demi 30 keping uang perak. Jangan kita jual ibadah
pelayanan ini, jangan kita kecilkan imamat rajani, karunia-karunia, dan jabatan-jabatan Roh Kudus hanya karena 30 keping uang perak.
Jangan
susahkan diri sendiri, hanya karena uang, hanya karena jabatan, karir dan lain
sebagainya.
Tetapi, mari kita perhatikan ayat 75.
Matius
26:75
(26:75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan
Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga
kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Tetapi
untungnya Simon Petrus menangis, menyadari diri bahwa dia banyak salah, banyak kekurangan.
Air mata adalah tanda
kerendahan hati seseorang.
Ketika kita ditegor dan menyadari diri, lalu air mata tidak bisa lagi dibendung, itu tanda kerendahan hati,
tetapi kalau seseorang yang keras hati, sombong, angkuh, dia tidak akan pernah hancur hati dan
menangis sekalipun ada teguran-teguran, dia hanya menangis kalau dia putus dari
pacarnya, dia hanya menangis kalau dia tidak bekerja, itu kesombongan yang
terselubung, sebaliknya panas hati, keras hati kalau ditegur. Tetapi kalau orang yang mendapat teguran lalu segera
menangis, itu tanda kerendahan hati.
Air mata itu tanda kerendahan hati. Air tidak pernah mengalir ke atas selalu
mencari dataran rendah.
Tadi Yusuf
zaman Firaun, Yesus zaman Herodes, sekarang kita melihat GEREJA
TUHAN DI ZAMAN AKHIR, ZAMAN ANTIKRIS.
Wahyu
13:16-18
(13:16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang,
kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada
tangan kanannya atau pada dahinya, (13:17)
dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada
mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. (13:18) Yang penting di sini ialah hikmat:
barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena
bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam
ratus enam puluh enam.
“Yang penting disini ialah hikmat, barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan
binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan
bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.”
Di sini kita melihat cap
meterai dari pada antikris, tandanya; ada pada tangan kanan atau dahi dengan
bilangan; 666.
Pada
masa antikris yang bebas menjual dan membeli adalah orang-orang yang menerima
tanda di tangan kanan dan di dahi. Berarti kita dapat menarik kesimpulan roh antikris
ini adalah roh jual beli.
Jadi
sama;
- dimulai dari Yusuf juga telah ada roh jual beli,
- zaman Yesus juga sudah ada roh jual beli,
- kemudian di
zaman akhir (zaman antikris) juga dikuasai oleh roh jual beli.
Jadi
kita harus hati-hati dengan roh jual beli ini, kalau tidak sungguh-sungguh dari
sejak sekarang untuk tergembala di dalam satu kandang penggembalaan, hati-hati, tidak tertutup kemungkinan
kehidupan semacam ini akan dikuasai oleh roh jual beli.
Kalau
hari ini saja kita tidak dapat menguasi diri terhadap roh jual beli, dengan bukti; hanya karena uang kita
overtime, kita tinggalkan ibadah, kita tinggalkan pelayanan, sudah tahu tetapi pura-pura tidak
tahu, kemudian mengecilkan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, dan mulai akhrinya bersungut-sungut
dan mengutuk, hati-hati, itu adalah roh antikris, penyangkalan terhadap salib.
Hati-hati dengan roh jual beli ini. Itu sebabnya saya selalu ingatkan kalau sudah
selesai kerja, pulang, jangan ada kata-kata: “tetapi aku kan tidak melayap.” Roh kita harus roh tergembala bukan masalah
ngelayap, bukan masalah tidak pergi ke tempat dugem-dugem, bukan itu, roh kita harus roh domba yang tergembala.
Miliki roh domba yang tergembala, kalau tidak, nanti larinya ke sana, roh jual beli.
Maka,
tentu kita harus bersyukur kepada Tuhan, sejauh ini kita sudah menikmati dan digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Yusuf
itu gambaran dari pengantin perempuan (gereja Tuhan yang sempurna), dialah Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Jangan
sampai kita jual Firman Pengajaran Mempelai yang sudah menggembalakan kita hanya demi beberapa keping uang.
Mari kita lihat; ANTIKRIS.
Wahyu
13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari
dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas
tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Binatang
yang keluar dari dalam laut -> antikris.
Adapun
binatang itu; bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh, kemudian di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh
mahkota. Berarti; 10 + 7 + 10, seluruhnya 27.
27 itu berbicara tentang kitab-kitab
yang tertulis dalam
Perjanjian Baru.
Jadi
seolah-olah mereka itu memberikan suatu janji dengan kemurahan seperti kemurahan yang diberikan oleh Tuhan
Yesus Kristus. Perjanjian Baru ditulis oleh rasul-rasul.
Itulah kelicikan dari antikris, liciknya roh jual beli, seolah kita memperoleh kemurahan seperti kemurahan yang diberikan
Tuhan Yesus Kristus kepada kita.
Wahyu
13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan
tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut
singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan
kekuasaannya yang besar.
Binatang
yang keluar dari dalam laut itu adalah kumpulan
dari tiga jenis binatang.
Berbeda dengan Anak Domba Allah, Tuhan Yesus Kristus, Dia adalah anak Domba
Allah, betul-betul pure Anak Domba Allah dan akhrinya disembelih untuk selanjutnya dipersembahkan. Disembelih bukan karena Dia
bodoh, tetapi disembelih untuk menebus dosa kita.
Sedangkan binatang yang keluar dari dalam laut
ini kumpulan dari tiga jenis
bintang, antara lain;
- Macan tutul.
- Beruang.
- Singa.
Sewaktu-waktu bisa menjadi macan tutul, sewaktu-waktu bisa seperti beruang, sewaktu-waktu bisa menjadi seperti singa, jadi wujudnya tidak jelas. Tetapi
yang pasti, tiga gabungan dari bintang ini merupakan binatang buas.
Jadi
sebetulnya antikris ini mengerikan, tidak menjanjikan. Hati-hati dengan roh jual
beli.
Sekali
lagi saya ingatkan; jangan jual Pengajaran Mempelai hanya karena uang. Jangan jual Tuhan Yesus dan rela overtime mencari uang, meninggalkan ibadah pelayanan, mengecilkan karunia-karunia
dan jabatan-jabatan Roh El Kudus, hati-hati.
Wahyu
13:3
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari
kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka
yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu
mengikut binatang itu.
Jadi saudaraku ajaran dari antikris ini adalah ajaran akal-akalan.
Salah
satu dari kepala binatang itu luka parah tetapi akhirnya sembuh, sehingga seluruh dunia heran lalu mengikuti binatang itu.
Jadi pelayanan dari antikris ini hanya berbicara soal mujizat, tetapi tidak mengerti soal
pengalaman kematian.
Seharusnya
kalau kita mengalami sengsara, banyak mengalami luka-luka karena ini dan itu, karena berbagai hal, seharusnya dilanjutkan sampai kepada pengalaman kematian.
Tetapi
di sini antikris tidak demikian, mengalami luka, mengalami sengsara, tetapi tidak lanjut sampai
pengalaman kematian, itu akal-akalan. Tujuan mereka mengadakan mujizat supaya orang/manusia terheran, dunia terheran untuk selanjutnya mengikuti mereka, Tuhan ditinggalkan, mereka diikuti.
Mengapa
antikris melakukan demikian? Karena naga, itulah gambaran Setan, berdiri di belakang dari pada antikris
ini, memberikan kepadanya kekuatannya, takhtanya dan kekuasannya yang besar, sehingga pelayanan mereka
akal-akalan.
Jangan
sampai kita melayani dengan kebangkitan yang palsu. Mengapa ada kebangkitan palsu? Karena pengalaman kematiannya
palsu, seperti antikris ini; sepertinya melayani Tuhan dalam suasana kebangkitan.
Pelayanan itu sama seperti berada di tanah Kanaan, itulah suasana kebangkitan. Tujuan bangsa Israel di tanah
Kanaan hanya satu; untuk beribadah dan berbakti kepada Allah yang hidup, tetapi
kalau tidak masuk di dalam pengalaman kematian, itu kebangkitan yang palsu, itulah keadaan dari
pada antikris, pelayanan mereka akal-akalan. Inilah yang harus kita waspadai.
Jalan keluarnya:
YANG PERTAMA.
Wahyu
13:18
(13:18) Yang penting di sini ialah hikmat:
barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena
bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus
enam puluh enam.
Yang
terpenting adalah hikmat. Jadi, hanya dengan hikmat kita
bisa mengenal antikris. Kalau tidak ada hikmat, kita tidak pernah mengenal
antikris.
Kita
kaitkan dengan PRIBADI SALOMO.
1
Raja-raja 3:5-6, 9-12
(3:5) Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada
Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa
yang hendak Kuberikan kepadamu." (3:6) Lalu Salomo berkata: "Engkaulah
yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku,
sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan
Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan
kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini. (3:9) Maka berikanlah kepada hamba-Mu
ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan
dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar
ini?" (3:10) Lalu adalah baik
di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. (3:11) Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau
telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan
atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, (3:12) maka sesungguhnya Aku melakukan
sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati
yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada
seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti
engkau.
Untuk yang pertama kali Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Salomo di Gibeon, dan Salomo tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu, oleh sebab itu ia meminta hikmat dari Tuhan.
Kesempatan
itu dia tidak sia-siakan, dia betul-betul memohon hikmat. Dia tidak meminta umur panjang, tidak meminta kekayaan, tidak meminta
nyawa musuh.
Jadi, keliru rasanya kalau hamba Tuhan melayani Tuhan karena uang, kekayaan,
harta, itu suatu kekeliruan, dia sibuk dengan nyawanya (umur panjang), tetapi dia tidak sibuk dengan nyawa domba-domba yang dilayani.
Kemudian,
Salomo tidak meminta nyawa musuh, yang dia minta hanyalah meminta hikmat. Jadi
rasanya keliru kalau hamba Tuhan melayani hanya untuk mencari upah, tinggalkan penggembalaan hanya
untuk mencari uang, sungguh keliru. Bagaimana dia dipelihara oleh Tuhan sementara dia tidak bertanggungjawab
kepada kawanan domba yang dipercayakan oleh Tuhan.
Maka dari pengertian ini, seharusnya pemuda pemudi, anak-anakku semua harus bersyukur.
Saya secara pribadi, hari-hari ini sedang merindukan dengan sungguh-sungguh
supaya kiranya Tuhan memenuhi kehidupan saya dengan hikmat sorgawi.
Jalan keluarnya:
YANG KEDUA.
1
Raja-raja 9:1-2
(9:1) Ketika Salomo selesai mendirikan rumah TUHAN dan
istana raja dan membuat segala yang diinginkannya, (9:2)
maka TUHAN menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya seperti Ia
sudah menampakkan diri kepadanya di Gibeon.
Setelah
Salomo selesai mendirikan rumah Tuhan dan istana raja, maka Tuhan
menampakkan diri kepada Salomo untuk yang kedua kalinya.
Jadi,
memang pembangunan rumah Tuhan harus diperhatikan, tidak boleh diabaikan begitu saja, sebab
sesudah Salomo mendirikan rumah Tuhan, barulah Tuhan menampakkan diri kembali
kepada Salomo untuk yang kedua kalinya. Perhatikan
baik-baik.
1
Raja-raja 9:3
(9:3) Firman TUHAN kepadanya: "Telah Kudengar doa
dan permohonanmu yang kausampaikan ke hadapan-Ku; Aku telah menguduskan rumah
yang kaudirikan ini untuk membuat nama-Ku tinggal di situ sampai
selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.
Salomo
mendirikan rumah Tuhan, tujuannya adalah untuk membuat nama Tuhan tinggal di situ sampai selama-lamanya.
Jadi, intinya rumah Tuhan atau Bait Allah adalah tempat
Tuhan berdiam sepanjang masa, itulah sebabnya akhirnya
Tuhan menampakkan diri kepada Salomo
untuk yang kedua kalinya.
Kita
masuk lebih dalam lagi …
1
Raja-raja 8:9-11
(8:9) Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari
kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh
batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu
perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir. (8:10)
Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN,
(8:11) sehingga imam-imam tidak
tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan
TUHAN memenuhi rumah TUHAN.
Rumah Tuhan adalah tempat Tuhan berdiam untuk selama-lamanya. Setelah Tuhan berdiam, maka rumah Tuhan dipenuhi dengan kemuliaan
Tuhan.
Kalau kita dipenuhi kemuliaan Tuhan, maka segala jenis dosa tidak sanggup bertahan, oleh sebab itu biarlah kita
menjadi rumah Tuhan, tempat kediaman Tuhan dan akhirnya
kemuliaan Tuhan memenuhi
kehidupan kita. Sebaliknya manusia yang hina, manusia yang berdosa disebut debu tanah, menjadi sasaran empuk dari ular,
gambaran dari Iblis Setan.
Itulah
keadaan dari pada Salomo ketika Tuhan menampakkan dirinya baik untuk yang pertama maupun yang
kedua.
Pertanyaannya;
apa tanda kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Tuhan?
Tandanya
ialah; setelah rumah Tuhan selesai dibangun, Salomo menempatkan
tabut perjanjian itu di dalam rumah Tuhan, sementara di dalam tabut perjanjian
hanya ada dua loh batu, berisikan sepuluh hukum Allah.
Berarti,
penampakan Tuhan yang pertama kepada Salomo untuk memberikan hikmat, kalau
dikaitkan dengan dua loh batu itulah pembukaan rahasia firman. Pembukaan rahasia firman itulah
dua loh batu yang dipecah-pecahkan, Yesus menyerahkan segenap hidup-Nya di atas
kayu salib, sehingga dengan demikian kita boleh menikmati pembukaan rahasia
firman, itulah hikmat yang diterima oleh Salomo.
Jadi
yang terpenting adalah hikmat, pembukaan rahasia firman, dua loh batu yang
dipecahkan, itu yang pertama-tama yang harus kita terima dari Tuhan, dan dengan hikmat inilah barulah terwujud pembangunan rumah Tuhan.
Setelah rumah Tuhan terbangun, barulah Tuhan menyatakan diri-Nya di dalam kemuliaan, yaitu tabut perjanjian yang berisikan dua loh batu
dibawa ke dalam rumah Tuhan, sehingga rumah Tuhan penuh dengan kemuliaan-Nya.
Jadi kelak Yesus datang pada kali yang kedua bukan lagi menjadi Tuhan dan Juruselamat, Dia
tidak lagi menyerahkan diri-Nya, segenap hidup-Nya di atas kayu salib, tetapi Dia datang pada kali kedua di dalam kemuliaan yang kekal sebagai Raja dan Mempelai Pria
sorga yang sempurna.
Itulah
akhirnya, memang betul-betul kita sangat membutuhkan hikmat. Kalau tidak, kita
tidak akan berada di dalam kemuliaan yang kekal kelak.
Penampilan
Yesus yang pertama; menyerahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, itulah
hikmat.
Rasul
Paulus sangat menghargai hikmat sehingga dia tetap memberitakan tentang pribadi Yesus yang disalibkan
sekalipun orang Yahudi menghendaki mujizat, sedangkan orang Yunani mencari
hikmat, tetapi sebetulnya salib Kristus adalah hikmat Allah, salib Kristus
adalah kekuatan Allah.
Yang
kita cari adalah pembukaan rahasia firman, dua loh batu yang pertama, supaya
nanti berada pada dua loh batu yang kedua yang tersimpan dalam tabut
perjanjian, hadirat Tuhan dalam kemuliaan-Nya, itu yang menyelamatkan kita.
Tidak
usah kita minta umur panjang, nyawa musuh, dan kekayaan, tidak usah. Yang harus kita doakan sekarang ini adalah bagaimana kita memperoleh hikmat sorgawi, terjadi pembukaan rahasia firman dalam setiap
pertemuan-pertemuan ibadah, itu nomor satu.
Jadi
salah kaprah kalau hamba Tuhan melayani untuk mencari uang. Ini bukan hamba
Tuhan yang membawa kepada kemuliaan, keselamatan kekal.
Percayakan dirimu kepada Gembala Agung, yang
bertanggung jawab terhadap jiwa-jiwa, domba-domba. Dia memandang kita sebagai ladang tuaian, Dia tidak melihat dosa kita. Yang terpenting adalah hikmat
(pembukaan rahasia firman). Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment