IBADAH
RAYA MINGGU, 05 MEI 2019
KITAB
WAHYU
(Seri:)
Subtema:
“ADA TUJUH KALI BUNYI GURUH”
Shalom.
Selamat
sore, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita
diijinkan kembali mengusahakan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook, di mana pun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita lewat lawatan
firman yang akan kita terima sore ini.
Oleh
sebab itu, marilah dalam doa kita mohonkan kemurahan Tuhan pada saat ini.
Kita
kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu
10:3
(10:3)
dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan
sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.
Perhatikan
kalimat: “Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan
suaranya.”
Di dalam kitab Wahyu ada
tujuh kali bunyi guruh terdengar.
I. BUNYI DERU GURUH YANG PERTAMA.
Wahyu
4:4-5
(4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat
takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai
pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari
takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor
menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Pertama
kita perhatikan kalimat: “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh
yang menderu”
Model
kegiatan di dalam Kerajaan Sorga digambarkan seperti kilat dan bunyi guruh
menderu.
Ø
Seperti
kilat, berarti; memiliki gerak dengan kecepatan yang tinggi.
Demikianlah
kiranya kita melayani Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya, kita tidak boleh
berlambat-lambat, kita tidak boleh bermain-main, apalagi bermasa bodo, sebab
kita berlomba dengan geraknya musuh Allah, yaitu antikris yang begitu gesit dan
tangkas dalam menggunakan kesempatan, sebagaimana tertulis dalam Wahyu 13:2;
“Binatang yang keluar dari dalam laut, serupa dengan macan tutul”,
berarti; memiliki kecepatan yang tinggi, kakinya seperti kaki beruang berarti
cekatan dalam berburu, dan mulutnya seperti mulut singa.
Maka
kehidupan yang lemah dan yang berlambat-lambat dan yang suka menunda-nunda
pekerjaan Tuhan menjadi sasaran dan incaran dari antikris suatu kali kelak
nanti.
Ø
Bunyinya
seperti guruh yang menderu, menunjuk suatu aliran yang
sangat kuat dan tidak dapat dibendung oleh apa pun, oleh kekuatan dan kekuasaan
apa pun di atas muka bumi ini.
Kemudian
di sini kita perhatikan: “tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu”
Artinya;
gerakan atau kegiatan di dalam Kerajaan
Sorga itu ada di dalam terang, sebab Allah tidak bekerja di dalam gelap.
Keadaan (suasana) dari Kerajaan Sorga itu terang, tidak ada gelap, tidak ada
malam, karena yang menjadi terang (menjadi pelita), Anak Domba itu sendiri.
Jangan
kita melayani Tuhan, tetapi ada dosa yang disembunyikan, masih suka berada di
dalam kegelapan untuk menyembunyikan dosa, Tuhan tidak suka. Melayani Tuhan
harus dalam terang, sebab Tuhan berkerja di dalam terang.
Kesimpulannya:
Sifat dari kegiatan di sorga memiliki kecepatan
yang tinggi, seperti kilat, dan bobot
yang kuat yang tidak dapat dibendung, seperti
guruh yang menderu, dan kemudian semua kegiatan yang ada di dalam Kerajaan
Sorga itu berada di dalam terang.
Di dalam kitab Wahyu ada
tujuh kali bunyi guruh terdengar.
II. BUNYI DERU GURUH YANG KEDUA.
Wahyu
8:5
(8:5)
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah,
dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai
halilintar dan gempa bumi.
Perhatikanlah
kalimat: “Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.” Hal
ini terjadi karena api dari mezbah dilemparkan ke bumi.
Akibatnya;
terjadilah guncangan-guncangan dan keributan-keributan yang sangat dahsyat di
bumi dalam segala bidang, baik dalam bidang ekonomi, politik, kenegaraan,
sampai dalam nikah dan rumah tangga terganggu (terguncang), dan akan mengalami
suatu kehancuran yang begitu hebat, itu nanti akan terjadi dan sudah mulai
terjadi.
Wahyu
8:1
(8:1)
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah
di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Sunyi
senyaplah di sorga adalah gambaran dari suatu ketenangan dan kedamaian yang
sangat tinggi, yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, selain dirasakan
oleh orang yang mengalaminya.
Biarlah
kiranya kerohanian kita berada pada puncaknya (doa penyembahan) supaya kita
boleh mengalami ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi.
Jadi,
kita dapat mengambil kesimpulan:
Ø
Di sorga = suatu ketenangan dan kedamaian
yang sangat tinggi terjadi.
Ø
Di bumi = terjadi keributan dan
guncangan-guncangan yang begitu dahsyat, yaitu bunyi guruh dan halilintar yang
sangat dahsyat mengguncang bumi.
Di
sini terlihat suatu keadaan yang sangat kontras, sebab keadaan di bumi
berbanding terbalik dengan kedaan di sorga; di bumi ada guncangan, sementara di
sorga ada suatu ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi sekali.
Kita
kembali perhatikan Wahyu 8: 5
Wahyu
8:5
(8:5)
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari
mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai
halilintar dan gempa bumi.
“Lalu
malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah”
Kalimat
ini kita bandingkan dengan Keluaran 30:9, supaya kita mengetahui
siapa-siapa yang akan mengalami guncangan-guncangan yang akan terjadi di atas
muka bumi nanti.
Keluaran
30:9
(30:9)
Di atas mezbah itu janganlah kamu persembahkan ukupan yang lain
ataupun korban bakaran ataupun korban sajian, juga korban
curahan janganlah kamu curahkan di atasnya.
Di
atas mezbah dilarang untuk mempersembahkan ukupan yang lain ataupun korban
bakaran ataupun korban sajian, juga korban curahan jangan dicurahkan di
atasnya.
Ukupan
yang lain maksudnya ialah api asing,
artinya; di dalam doa penyembahan tidak boleh berlaku, antara lain:
1. Keinginan daging.
2.
Hal-hal yang
tidak benar, misalnya; dusta dan tipu.
3.
Kepentingan diri
atau egosentris.
4.
Kehormatan dan
kebanggaan diri.
5.
Kemampuan diri
atau api semangat daging.
6.
Tradisi dan
kebiasaan.
7. Api setan.
Inilah
yang dimaksud api asing yang tidak boleh dipersembahkan di atas mezbah dupa.
Jadi,
kalau kehidupan rohaninya hanya berjalan di tempat, hidup di dalam hawa nafsu
dan keinginan daging, itu disebut api asing, inilah yang mengalami pelemparan
api dari mezbah.
Larangan
berikutnya; di atas mezbah dupa, jangan kamu persembahkan ukupan yang lain (api
asing, api yang lain), antara lain:
1.
Korban bakaran.
2. Korban sajian.
3.
Korban curahan.
Artinya;
ketentuan-ketentuan dasar hukum Taurat tidak berlaku di dalam doa penyembahan,
karena ketentuan dalam hukum Taurat itu akan melemahkan dan mematikan kehidupan
doa.
Jadi,
api asing itu tidak boleh dipersembahkan di atas mezbah dupa, serta ketentuan-ketentuan
dari hukum taurat (ibadah pelayanan yang bersifat lahiriah) karena perkara itu
akan melemahkan dan mematikan doa penyembahan kita di
hadapan Tuhan.
Jadi,
sudah sangat jelas, yang mendapat penghukuman-penghukuman dari bunyi guruh yang
kedua ini adalah mereka yang hidup
menurut hawa nafsu daging, yang menjalankan
ibadah Taurat; tubuhnya dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi batinnya tidak
dipersembahkan kepada Tuhan.
Di dalam kitab Wahyu ada
tujuh kali bunyi guruh terdengar.
III. BUNYI DERU GURUH YANG KETIGA.
Wahyu
10:3
(10:3)
dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan
sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.
Di
dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
Kamudian,
kalimat: “sesudah ia berseru”
menunjuk seruan dari Yesus, Anak
Allah, Dialah Singa dari suku Yehuda.
Amos
3:8
(3:8)
Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah
berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
Kalimat
yang pertama: “Singa sudah mengaum, siapakah yang tidak takut?”
Takut
akan Tuhan membenci kejahatan,
sesuai dengan Amsal 8:13, terkhusus
membenci ;
1.
Membenci
kesombongan.
2. Membenci kecongkakan.
3. Membenci keangkuhan.
4.
Membenci tipu
daya atau dusta.
Kalimat
yang kedua: “Tuhan sudah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?”
Bernubuat
adalah tugas dari seorang nabi, yaitu menunjuk
dosa atau menyingkapkan segala yang
terselubung di dalam hati. Itulah seruan dari singa dari suku Yehuda.
Di dalam kitab Wahyu ada
tujuh kali bunyi guruh terdengar.
IV. BUNYI DERU GURUH YANG KEEMPAT.
Wahyu
11:19
(11:19)
Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut
perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh
dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Pendeknya,
terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Artinya,
terjadilah guncangan-guncangan yang
hebat atas langit, atas bumi, dan atas laut serta sungai.
Ø Kilat dan deru guruh akan mengguncang langit.
Ø Gempa bumi akan mengguncang bumi.
Ø Hujan es lebat akan mengguncang laut dan
sungai-sungai.
Bagi
dunia, guncangan-guncangan yang hebat ini merupakan suatu malapetaka, bahkan
kehancuran, tetapi bagi anak-anak Tuhan yang hidup menurut kehendak Allah,
guncangan tersebut justru membebaskan kita dari dunia ini.
Selama
kita ada di atas muka bumi ini akan terikat dengan penyembahan berhala, itu
yang mengikat dua tangan dan dua kaki kita, itu yang mengikat kita untuk tidak
datang ke rumah Tuhan, beribadah dan melayani kepada Tuhan. Guncangan itu bagi
dunia merupakan suatu kehancuran, celaka, dan malapetaka, tetapi bagi anak-anak
Tuhan yang takut akan Tuhan, yang melakukan kehendak Allah, itu merupakan
pembebasan dari dunia ini.
Mari
kita memperhatikan apa yang Tuhan mau, apa yang Tuhan inginkan. Mari kita
memperhatikan rencana Tuhan yang begitu indah di dalam kehidupan kita ini,
jangan sampai kita bermasa bodo dengan suatu rancangan yang begitu indah yang
sedang disusun oleh Tuhan dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Nanti kita sendiri yang akan menanggungnya kalau kita tidak peduli dengan apa
yang Tuhan sudah nyatakan bagi kita sekaliannya.
Perhatikan
kalimat: “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya”
Artinya;
guncangan-guncangan yang terjadi akan mendahului tampilnya Tabut Perjanjian
tersebut.
TABUT
PERJANJIAN terdiri dari dua bagian, yaitu:
1.
Tabut
atau petinya.
2. Tutup Pendamaian dengan dua kerub di atasnya,
menunjuk Allah Trinitas.
Ø Tutup
Pendamaian = Anak Allah.
Ø Kerub
Pertama =Allah Bapa.
Ø Kerub
Kedua = Allah Roh Kudus.
3. Isi dari Tabut Perjanjian, yaitu;
Ø Buli-buli
Emas berisi manna.
Ø Tongkat
Harun yang pernah bertunas.
Ø Dua
loh batu.
Itulah
yang dikandung (yang ada) di dalam isi tabut perjanjian.
Sekarang,
untuk melihat penggenapannya, kita akan bandingkan antara Wahyu 11:19
dengan Wahyu 12:1-2.
Wahyu
12:1-2
(12:1)
Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan
matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepalanya. (12:2) Ia sedang mengandung
dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.
Dalam
Wahyu 12: 1-2 ini kita melihat:
1.
Tampilnya
seorang wanita = gereja Tuhan yang sempurna = mempelai wanita Tuhan, itu
menunjuk kepada tabut (peti).
2. Tampilan
dari mempelai wanita dinaungi oleh Allah
Trinitas, yaitu;
Ø Berselubungkan matahari,
artinya; disalut dengan kasih dari Allah Bapa.
Ø Berdiri di atas bulan,
artinya; berdiri di atas korban Kristus, Yesus, Anak Allah.
Ø Mahkota dari dua belas bintang
di atas kepala, artinya; dipimpin oleh Roh Allah.
3. Mempelai
wanita mengandung dari tiga benih Ilahi,
yaitu:
Ø Firman Allah, menunjuk buli-buli emas
berisi manna.
Ø Roh Allah, menunjuk tongkat Harun yang
bertunas.
Ø Kasih Allah, menunjuk dua loh
batu.
Dengan
demikian, ada kesamaan antara Wahyu 11:19 dengan Wahyu 12:1-2.
Pendeknya, penggenapan dari Wahyu 11: 19 adalah Wahyu 12: 1-2.
Jadi,
tampilnya mempelai wanita didahului oleh terjadinya guncangan-guncangan.
Guncangan akan terjadi nanti di atas muka bumi ini, dan itu akan diijinkan
Tuhan, dan guncangan itu sudah mulai terjadi; di mana-mana bumi diguncang,
apalagi bumi Indonesia Raya dari Sabang sampai Merauke sedang mengalami
guncangan yang begitu hebat. Jangan kita bermasa bodo, jangan kita tidak mau
tahu dengan apa yang sedang terjadi.
Kita
harus mengetahui firman, kita harus mengerti rencana Tuhan, maka kita akan
mengetahui apa yang sedang terjadi ini. Sesuai dalam suatu nats telah
dikatakan: “Umat-Ku binasa karena tidak punya pengertian”, dia binasa
bersama dengan berlalunya langit, bumi, dan laut. Jangan kita tidak mau tahu
dengan firman, jangan kita tidak mau tahu dengan situasi yang terjadi ini.
Di
mana-mana longsor, di mana-mana banjir, bukan hanya satu daerah. Di mana-mana
terjadi gempa bumi, tsunami, banjir bandang, bahkan goncangan karena letusan
gunung merapi, dan lain sebagainya, jangan sampai kita tidak mau tahu dengan
itu.
Berhala
yang bisa antara lain: pekerjaan, uang, harta, kedudukan, jabatan, pendidikan
yang tinggi, tidak bisa menyelamatkan seseorang.
Saya
mengasihi saudara, itu sebabnya saya sampaikan hal ini dengan benar, supaya
jiwa kita dan seisi rumah kita diselamatkan.
Jadi,
Salib (ketegasan pemberitaan firman), bukan untuk menyakiti hati, namun berita
Salib bertujuan untuk menyelamatkan kita.
Di dalam kitab Wahyu ada
tujuh kali bunyi guruh terdengar.
V. BUNYI DERU GURUH YANG KELIMA.
Wahyu
14:2
(14:2)
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru
guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain
kecapi yang memetik kecapinya.
Suatu
guruh dari langit, bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat.
Untuk
kita melihat bunyi guruh yang kelima ini dan mengetahui mengapa itu bisa
terjadi, maka kita harus baca ayat yang berikutnya.
Wahyu
14:3
(14:3)
Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta
dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang
dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh
empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapa pun,
sama seperti orang yang berlogat ganjil (berbahasa roh), tidak dapat dipelajari
oleh siapa pun, kecuali orang itu dan Tuhan.
Jadi,
bahasa roh (logat ganjil) adalah hasil dari hubungan intim dengan Tuhan,
menunjuk kepada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah dimerteiakan
dari bumi ini.
Kesimpulannya,
bunyi guruh yang kelima ini berbicara tentang hubungan intim dari seratus empat
puluh empat ribu orang yang telah dimeteraikan, yang telah ditebus dari antara
bumi ini, mereka itulah inti dari mempelai wanita Tuhan.
Bunyi
guruh yang kelima berbicara tentang hubungan intim antara tubuh dengan kepala.
Ketika hubungan nikah antara sidang jemaat dengan Kristus (sebagai suami)
begitu intim, maka menghasilkan nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh
siapa pun, kecuali orang itu dengan Tuhan.
Sama
seperti logat ganjil (bahasa roh) tidak bisa dimengerti, tidak bisa dipelajari
oleh orang yang mendengar, kecuali orang yang mengalami itu, yang melangsungkan
hubungan intim dengan Tuhan. Itulah sebabnya terdengar bunyi guruh yang kelima.
Jadi,
jangan kita tidak membangun hubungan intim, hubungan kita dalam nikah yang suci
dengan Tuhan. Nikah jasmani, itulah hubungan antara suami dan isteri. Nikah
rohani, itulah hubungan gereja Tuhan dengan Kristus, sebagai Kepala, sebagai
suami (Mempelai Pria Sorga), dan sidang jemaat sebagai tubuh, sebagai isteri (mempelai
wanita-Nya) berdasarkan kasih Agape.
Mari
kita lihat; seratus empat puluh empat ribu orang yang sedang membangun hubungan
intim (hubungan nikah) dengan Tuhan.
Kejadian
15:13
(15:13)
Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu
akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka,
dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.
Bangsa
Israel diperbudak dan dianiaya selama empat ratus tahun lamanya di Mesir.
Sebelum bangsa Israel diperbudak selama empat ratus tahun, Tuhan sudah terlebih
dahulu memberitahukan hal itu kepada Abraham, (nenek moyang bangsa Israel).
Berarti,
bangsa Israel betul-betul ada di dalam rencana Tuhan, dan kalau kita berada di
dalam rencana Tuhan, tidak usah kita bersungut-sungut sekalipun harus alami
aniaya karena firman, sengsara karena salib, karena Tuhan sedang asingkan kita
dari bumi ini.
Sepertinya
bangsa Israel disingkirkan Tuhan, memang!
400
(empat ratus) tahun dikali 365 (tiga ratus enam puluh lima hari) dalam setahun,
sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, inilah jumlah orang
yang disingkirkan untuk Tuhan, yang mau hidup beribadah memikul salib-Nya,
sesuai dengan kitab tahbisan itulah suratan Timotius.
Tidak
ada ibadah tanpa salib, maka kalau saudara melihat dalam suatu ibadah hanya
berbicara soal berkat, berbicara soal perkara lahiriah, tetapi salib tidak
ditegakkan, tinggalkan saja, itu sudah tidak benar, sebab Tuhan tidak ada di
situ.
Pertanyaannya;
dari mana seratus empat puluh empat ribu tersebut berasal? Seakan-akan bangsa
Israel tersingkirkan; memang disingkirkan untuk Tuhan. Itu sebabnya kita
mengalami salib sekarang ini di tengah ibadah.
Perkalian
kita dengan perkalian Tuhan berbeda. Kita hanya pandai bekali-kali soal uang,
penjumlahan soal uang, tetapi tidak mau berbagi-bagi dengan Tuhan dan sesama,
tetapi kalau kita melihat perkalian Tuhan itu sangat luar biasa, misalnya; 400 tahun x
365 hari setahun, hasilnya 144.000 orang yang disingkirkan oleh Tuhan.
Kalau
saat ini kita tekun beribadah, dan di tengah ibadah ini kita terus mau memikul
salib, itu karena Tuhan mau singkirkan kita dari dunia ini untuk Tuhan. Kitalah
kehidupan yang dimeteraikan itu. Haleluya...Puji Tuhan..
Secara
lahiriah ada seratus empat puluh empat ribu orang dari dua belas suku Israel,
juga berlaku secara rohani sebab bangsa kafir juga bisa menjadi seratus empat
puluh empat ribu secara rohani, itulah kehidupan yang membangun hubungan intim
dengan Tuhan, sehingga menghasilkan nyanyian baru, logat ganjil atau bahasa
lidah (bahasa roh). Nyanyian yang
terdengar tidak bisa dimengerti kecuali orang itu dengan Tuhan.
Jadi,
jangan merasa aneh dan jangan merasa terpaksa ketika Tuhan singkirkan kita
lewat ibadah ini, maksudnya memikul salib di tengah-tengah ibadah. Tuhan mau
singkirkan kita untuk Dia.
Di dalam kitab Wahyu ada
tujuh kali bunyi guruh terdengar.
VI. BUNYI DERU GURUH YANG KEENAM.
Wahyu
16: 18
(16:18)
Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa
bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi.
Begitu hebatnya gempa bumi itu.
Perhatikan
kalimat: “Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah
gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas
bumi ini.”
Inilah
bunyi guruh yang keenam. Untuk kita boleh mengerti bunyi guruh yang keenam ini,
tentu kita harus membaca ayat 19.
Wahyu
16: 19
(16:19)
Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah
kota-kota bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel
yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur
kegeraman murka-Nya.
Bunyi
guruh yang keenam terdengar tujuannya, adalah: untuk menunjukkan bahwa; kota Babel terbelah menjadi tiga bagian.
1.
Satu bagian
untuk ular atau naga.
2. Satu bagian untuk antikris.
3.
Satu bagian
untuk nabi-nabi palsu.
Inilah
penghukuman dari cawan murka Allah yang ketujuh oleh malaikat yang ketuuh itu.
Kalau
Iblis atau Setan terbagi-bagi, maka dia tidak akan mempunyai kekuatan.
Pendeknya; tamatlah riwayat Setan di atas muka bumi ini pada saat bunyi guruh
yang keenam terdengar, sebab kotanya yang besar itu, itulah kota Babel, juga
sudah terbagi tiga, tidak ada lagi kesatuan, tidak ada lagi kekuatan.
Wahyu
16:20
(16:20)
Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung.
Semua
pulau hilang lenyap dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung, kecuali gunung
Sion.
Gunung-gunung
yaitu; tempat rumah Tuhan, tidak ditemukan lagi, kecuali gunung Sion, sebab
dari sana keluar Pengajaran Mempelai, dan Firman Tuhan dari Yerusalem.
Dengan
tegas saya tandaskan, kita ini sedang berada di atas gunung Sion, karena dari
Sion keluar Pengajaran Mempelai dan Firman Tuhan dari Yerusalem.
Pilih
mana; di gunung-gunung lain tetapi pada akhirnya akan digeser dan hilang lenyap
atau berada di gunung Sion? Memang di gunung Sion salib-Nya harus ditegakkan.
Tetapi
perlu untuk diketahui; ular yang berliku-liku hanya bisa diluruskan oleh kayu
salib yang kasar, salib harus ditusukkan
dari mulut sampai ekor sehingga ular menjadi lurus. Tanpa salib, kita ini tidak
bisa lurus. Kalau hanya pengertian, kemampuan, kepandaian secara manusiawi,
bahkan sekalipun dengan uang, harta, kekayaan, kedudukan, seseorang tidak bisa
lurus, justru hal-hal itu membuat kita bengkok, berliku-liku, seperti ular;
ujung lidahnya bercabang; (dusta dan maut).
Wahyu
16:21
(16:21)
Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa
manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab
malapetaka itu sangat dahsyat.
Pada
saat bunyi guruh yang keenam, juga “hujan es seberat seratus pon jatuh dari
langit” menimpa manusia, menimpa setiap insan, tanpa terkecuali. Seratus
pon = lima puluh kilogram.
Kalau
hujan es terjadi seberat lima puluh kilogram, maka tanpa ragu saya mengatakan:
binasalah segala yang hidup (manusia itu). Pendeknya; orang-orang yang di luar
Tuhan akan binasa.
Kesimpulannya,
firman Allah akan tergenapi maka; semua akan terjadi, termasuk hujan es
seberat 100 pon, kemudian segala pulau lenyap, gunung-gunung tidak
terlihat, tetapi kalau kita tetap berada di atas gunung Tuhan (gunung
Sion), maka kita akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung (mengatasi
gunung-gunung/rumah Tuhan yang lain).
Yesaya
2:2-3
(2:2)
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir:gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri
tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit;
segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa
akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah
Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita
berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman
TUHAN dari Yerusalem."
Gunung
Sion tegak berdiri di hulu gunung-gunung mengatasi gunung lain.
Mengapa?
Karena dari gunung Sion keluar pengajaran, dan pengajaran inilah nanti
yang akan mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan.
Sedangkan
firman Tuhan dari Yerusalem, supaya kita berjalan menempuhnya, artinya;
mengikuti contoh teladan dari Yerusalem, itulah imam-imam yang melayani Tuhan.
Seorang imam harus hidup di dalam kebenaran, supaya kita berjalan menempuhnya,
artinya supaya kita mengukuti contoh teladan dari imam itu sendiri (Yerusalem).
Pengajaran
Mempelai ini adalah suatu tanggung jawab yang Tuhan sudah taruh di atas pundak
kita masing-masing untuk kita bawa dari Timur sampai ke Barat. Maka kesatuan
tubuh harus dimulai dari antara kita, tidak boleh ada gap (jarak) hanya karena kenajisan dan lain sebagainya.
Siapa
yang mau bertanggung jawab dengan pembangunan tubuh? Kesatuan harus dimulai
dari antara kita, itu yang harus terpatri dalam pikiran ini.
Di dalam kitab Wahyu ada
tujuh kali bunyi guruh terdengar.
VII. BUNYI DERU GURUH YANG KETUJUH.
Wahyu
19:6-7
(19:6)
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air
bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:"Haleluya! Karena Tuhan,
Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita
bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak
Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Bunyi
guruh yang ketujuh ini terdengar untuk menunjukkan perjamuan kawin Anak Domba,
di mana Yesus akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
-
Raja
kaitannya dengan tahkta Allah.
-
Mempelai
Pria Sorga kaitannya dengan hubungan
nikah.
Jadi,
tahkta dan hubungan nikah, itulah Tabut Perjanjian yang harus dipikul oleh para
imam, yang memang suku Lewi.
Mengapa
harus disebut para imam, yang memang suku Lewi? Karena orang Lewi ini berpihak
kepada Tuhan. Hanya satu suku yang berpihak kepada Tuhan ketika bangsa Israel
jatuh ke dalam penyembahan berhala, menyembah anak lembu emas tuangan.
Jadi,
yang layak memikul Tabut adalah para imam, yang memang suku Lewi, yang berpihak
kepada penggembalaan, yang memang
berpihak kepada ibadah dan pelayanan, yang memang berpihak kepada Tuhan.
Sebetulnya
kalau belum berpihak, maka ia belum layak melayani Tuhan, belum layak memikul
tabut, sebab tabut itu berbicara dua hal: takhta Allah dan hubungan
nikah, itu berbicara tentang; Raja dan Mempelai.
Di
dalam mengikuti Tuhan ada dua rahasia besar:
1.
Rahasia ibadah, dalam 1 Timotius.
2.
Rahasia nikah, dalam Efesus 5.
Inilah
yang harus kita pikul, bukan soal perkara lahiriah di tengah ibadah yang kita
pikul.
Yosua
3:1-4
(3:1)
Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim,
dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum
menyeberang. (3:2) Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan
menjalani seluruh perkemahan, (3:3) dan memberi perintah kepada bangsa
itu, katanya: "Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN,
Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus
juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -- (3:4) hanya antara kamu
dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya,
janganlah mendekatinya — maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus
kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."
Bangsa
Israel harus melihat dan mengikuti Tabut Perjanjian yang dipikul
oleh para imam, yang memang suku Lewi, tujuannya; supaya mengetahui jalan yang
ditempuh, sebab jalan itu belum pernah dilalaui.
Maka
kalau seorang hamba Tuhan berkata dia sering sekali naik-turun sorga, itu hamba
Tuhan pendusta. Tidak ada orang yang naik ke sorga selain Dia yang sudah turun
ke dunia orang mati, dan Dialah yang akan menunjukkan jalan yang baru kepada
kita, jalan itu belum pernah dilalui oleh siapa pun.
Oleh sebab itu, yang menjadi
pusat perhatian kita saat ini adalah Tabut Perjanjian, supaya kita mengetahui
jalan yang kita tempuh, jalan menuju Kerajaan Sorga.
Maka
kalau gereja Tuhan tidak mengerti apa yang menjadi pusat perhatian mereka di
tengah ibadah dan pelayanan, maka gereja hanya akan membesar-besarkan yang
lahiriah, bangunan-bangunan yang mewah, itu adalah suatu pelayanan yang keliru
dan salah kaprah.
Tidak
mungin kita berada dalam pesta nikah Anak Domba kalau perhatian kita bukan
Tabut Perjanjian.
Kemudian
antara bangsa Israel dan Tabut itu ada jarak kira-kira dua ribu hasta
panjangnya, hal ini mengarah kepada korban Kristus.
Dua
ribu tahun yang lalu, Yesus telah mati di atas kayu salib, itu yang harus
menjadi pusat perhatian kita, supaya kita tahu jalan yang kita tempuh, supaya
kita tahu jalan untuk menuju Kerajaan Sorga, sebab jalan menuju Kerajaan Sorga
tidak ada yang tahu, kecuali Dia yang turun ke dunia orang mati (di atas kayu
salib) dua ribu tahun yang lalu.
Pendeknya,
gerak dan arah dari Tabut Perjanjian itu harus menjadi pusat perhatian dari
bangsa Israel, harus menjadi pusat dan perhatian kita di hari-hari terakhir
ini, tidak boleh yang lain lagi.
Wahyu
19:9
(19:9)
Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang
ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku:
"Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Berbahagialah
mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba, karena yang menjadi
pusat perhatian kita adalah Tabut Perjanjian, yaitu:
-
Raja yang
kaitannya dengan takhta Allah.
-
Mempelai
kaitannya dengan nikah.
Karena
memang bunyi guruh yang ketujuh terdengar untuk menampilkan perjamuan kawin
Anak Domba.
Demikian
juga dengan kita sekarang ini; berbahagialah kehidupan yang senantiasa
kepadanya dipercayakan untuk memikul Tabut Perjanjian, karena gerak dan arah
dari Tabut Perjanjian adalah tahkta Allah dan perjamuan kawin Anak Domba. Itu
perjalanan akhir dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Pengajaran
Mempelai dalam terangnya Tabernakel bagaikan tabut yang harus kita pikul. Kalau
pun susah, kalau pun ada aniaya, jangan bersungut-sungut, berbahagialah mereka
yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba.
Demikianlah
ikhtisar dari tujuh kali bunyi guruh terdengar.
Di
alam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh menderu terdengar, yaitu:
3.
Wahyu 4:5,
berbicara suatu kegiatan di dalam Kerajaan Sorga.
4. Wahyu
8:5, api dari mezbah dilemparkan ke bumi, itulah penghukuman dari
meterai. Penghukuman dari meterai adalah penghukuman bagi orang-orang yang
menolak kegiatan Roh kudus.
5. Wahyu
10:3, menyatakan tentang tujuh guruh.
6. Wahyu
11:19, guncangan mendahului
tampilnya Tabut Perjanjian, penghukuman dari sangkakala, yaitu Firman Allah.
Penghukuman dari sangkakala adalah penghukuman bagi mereka yang menolak firman
Allah. Ketika sangkakala yang ditiup tidak didengar dan tidak dituruti sebagai
komando (perintah) untuk dilakukan, maka firman Allah itu sendiri yang
menghukum.
7. Wahyu
14:2, bunyi guruh menunjukkan hubungan intim dari seratus empat puluh
empat ribu orang kepada Tuhan.
8. Wahyu
16:18, penghukuman dari cawan
murka Allah yang ketujuh oleh malaikat yang ketujuh. Penghukuman dari cawan
murka adalah penghukuman bagi mereka yang menolak kasih Allah Bapa.
9.
Wahyu 19:6-7, menunjukkan perjamuan kawin Anak
Domba.
Jadi
ada tiga kali tujuh penghukuman dari Allah Trinitas:
1.
Penghukuman dari Allah Roh Kudus,
Wahyu 8: 5.
2. Penghukuman
dari firman Allah, Wahyu 11: 19.
3.
Penghukuman dari kasih Allah Bapa,
Wahyu 16: 18.
Kalau
ketiganya ditolak, maka mereka akan mendapat penghukuman dari tiga kali tujuh
Allah Trinitas.
Dengan
berakhirnya pemberitaan firman Tuhan malam ini, maka berakhirlah pemberitaan
tentang tujuh kali bunyi guruh yang terdengar dalam kitab Wahyu. Jika Tuhan
ijinkan, kita akan memasuki Wahyu 10: 4.
Berbahagialah
mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba, persamaannya;
berbahagialah kehidupan yang kepadanya dipercayakan untuk memikul Tabut
Perjanjian. Walaupun ada aniaya karena firman, sengsara karena salib,
berbahagialah. Berbahagialah, karena perkataan ini adalah perkataan-perkataan
dari Allah, tidak dusta, tetapi kalau hamba Tuhan berbicara soal berkat-berkat
lahiriah, perkara lahiriah, itu tidak dari Allah...Wahyu 19:6-10.
Tetaplah
berada di atas gunung Sion. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment