WAHYU PASAL 11
(Seri: 30)
Subtema: HIDUP DALAM PEMERINTAHAN ALLAH
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur
kepada Tuhan; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita masih diberi kesempatan
untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu walaupun dalam keadaan saat ini kita
menghadapi masa sulit, tanda bahwa kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi,
tetapi waktu yang tersisa ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan
kita sibuk berburu daging, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan,
umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan
lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda
berada. Selanjutnya, marilah kita berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan supaya
kiranya Tuhan membukakan firman-Nya di sore petang malam ini.
Firman penggembalaan untuk Ibadah Raya
Minggu adalah dari Wahyu 11, sekarang kita akan memperhatikan ayat
16-18.
Wahyu 11:16-18
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas
takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17)
sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang
Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu
yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja (11:18) dan semua
bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang
mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan
orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang
kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang
membinasakan bumi."
Ayat-ayat ini secara khusus menjelaskan
tentang 24 (dua puluh empat) tua-tua dengan aktivitas mereka, yakni tersungkur
dan menyembah Allah.
Ciri penyembahan yang benar:
1.
Rela
meninggalkan takhta mereka, sesuai Wahyu 4:4.
Takhta di sini menunjuk kepada;
-
Harga
diri.
-
Keakuan.
-
Egosentris
atau kepentingan diri sendiri.
2.
Rela
melemparkan mahkota emas yang di kepala mereka di hadapan takhta Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 4:10-11. Berarti, segala kemuliaan
hanya bagi Dia. Kita boleh melayani Tuhan berarti berada pada suatu kedudukan
yang sangat tinggi dan istimewa, namun segala kemuliaan hanya bagi Dia, dari
sekarang sampai selama-lamanya.
Roma 11:36
(11:36) Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia,
dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh
Dia, dan kepada Dia; oleh sebab itu, bagi Dialah kemuliaan sampai
selama-lamanya.
Kemudian, saat 24 (dua puluh empat) tua-tua
tersungkur dan menyembah Allah …
Wahyu 11:16-17
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas
takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, (11:17) sambil berkata:
"Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada
dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah
mulai memerintah sebagai raja
24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur dan
menyembah Allah sambil berkata: “Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan,
Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah
memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja …”
Jadi, 24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur dan menyembah Allah sambil
mengucap syukur kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, yaitu yang ada,
yang sudah ada, dan yang akan datang memerintah
sebagai Raja sampai selama-lamanya. Biarlah ucapan syukur dari setiap
anak-anak Tuhan bagaikan dupa yang berbau harum yang naik di hadirat Tuhan.
Pendeknya, ucapan syukur terjadi bila anak-anak Tuhan hidup dalam penyembahan
yang benar seperti ke-24 tua-tua tersebut.
Namun, di lain kesempatan …
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang
dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada
hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut
akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk
membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Di lain kesempatan, semua bangsa telah
marah. Mengapa demikian? Sebab, sebelum Yesus datang untuk yang kedua kali
dan tampil sebagai Raja dan memerintah sampai selama-lamanya; orang-orang yang
di luar Tuhan, mereka hidup dalam kebebasan dan sesuka hati berbuat sesuatu
tanpa mempedulikan hati Tuhan.
Pendeknya, orang-orang yang hidup di luar
Tuhan; mereka hidup di luar pemerintahan Allah, mereka hidup tanpa aturan,
sehingga ketika Allah menjadi Raja dan memerintah sebagai Raja sampai
selama-lamanya, pada saat itulah semua bangsa telah marah.
Hal ini tidak ada bedanya sebelum Allah
memerintah di dalam hati kita; tidak ada damai sejahtera, karena hidup dengan
sesuka hati, hidup dalam kebebasan, hidup tanpa aturan sampai memilukan hati
Tuhan. Tetapi pada saat Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah sampai
selama-lamanya, maka semua bangsa menjadi marah, karena kebebasan mereka
akhirnya terpasung oleh pemerintahan Allah. Dengan peraturan-peraturan dan
perintah-perintah, yaitu; ketetapan Firman Allah sebagai kebenaran.
Sekali lagi saya tandaskan: Orang yang
hidup di luar Tuhan, ia hidup di luar pemerintahan Allah, maksudnya; mereka
hidup tanpa aturan-aturan.
Mari kita lihat perkara itu, mengingat
hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, di mana kedatangan Tuhan sudah tidak
lama lagi. Namun puji Tuhan, kita bersyukur, karena Tuhan selalu mengingatkan
kita lewat pembukaan rahasia firman Allah.
2 Timotius 3:1-4
(3:1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa
yang sukar. (3:2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan
menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri,
mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang
tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
(3:3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka
menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak
suka yang baik, (3:4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang,
berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti
Allah.
Lihat, keadaan manusia pada akhir zaman
ialah dikuasai oleh 18 (delapan belas) macam keadaan:
1)
Mencintai dirinya sendiri, 2) Hamba uang, 3) Membual, 4) Menyombongkan
diri, 5) Pemfitnah, 6) Berontak terhadap orang tua, 7)
Tidak tahu berterima kasih, 8) Tidak mempedulikan agama, 9) Tidak
tahu mengasihi, 10) Tidak mau berdamai, 11) Suka menjelekkan
orang, 12) Tidak dapat mengekang diri, 13) Garang, 14)
Tidak suka yang baik, 15) Suka mengkhianat, 16) Tidak berpikir
panjang, 17) Berlagak tahu, 18) Lebih menuruti hawa nafsu dari
pada menuruti Allah.
Berarti, dengan demikian, di hari-hari
terakhir ini, manusia hidup dalam kebebasan, hidup dengan sesuka hati tanpa
aturan, sampai akhirnya memilukan hati Tuhan.
2 Timotius 3:5
(3:5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka,
tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
Mereka sebenarnya menjalankan ibadah,
tetapi menurut aturan masing-masing, dengan lain kata; mereka betul-betul tidak
mengindahkan pemerintahan Allah dengan segala perintah-perintah dan
peraturan-peraturan, serta ketetapan Firman Allah.
Sekarang kita akan bandingkan JIKA HIDUP
DALAM PEMERINTAHAN ALLAH -- berarti, Yesus menjadi Raja di dalamnya --.
1 Timotius 2:8-10
(2:8) Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa
dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa
perselisihan. (2:9) Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia
berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan
berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang
mahal-mahal, (2:10) tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik,
seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
Di tengah ibadah ini Allah bertakhta dan
memerintah, sebab dua tiga orang berkumpul, di tengah-tengahnya Allah
berhadirat. Oleh sebab itu, mari kita perhatikan baik-baik; sikap
laki-laki dan perempuan dalam ibadah atau pemerintahan Allah.
SISI SIKAP LAKI-LAKI dalam ibadah atau dalam pemerintahan Allah, yaitu:
1.
Berdoa
dengan menadahkan tangan yang suci.
2.
Tanpa
marah.
3.
Tanpa
perselisihan.
Kita akan melihat tiga perkara di atas.
Tentang: “BERDOA DENGAN MENADAHKAN
TANGAN YANG SUCI.”
Berdoa -- sama dengan menaikkan permohonan
kepada Tuhan -- disertai dengan:
-
Sikap
penyembahan atau rendah hati, sama dengan; menadah.
- Perbuatan yang suci, sama dengan; tangan
yang suci.
Inilah yang harus kita buktikan manakala
kita berada dalam pemerintahan Allah dari sisi sikap laki-laki.
Tentang: “TANPA MARAH.”
Contohnya;
Yakobus 1:19-20
(1:19) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang
hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata,
dan juga lambat untuk marah; (1:20) sebab amarah manusia tidak
mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
“… Setiap orang hendaklah cepat untuk
mendengar …”, sama dengan; dengar-dengaran.
Kelebihan dari orang yang dengar-dengaran
ialah:
1.
Lambat
untuk berkata-kata. Berarti, tidak suka mengumbar
kata-kata dengan bebas, tidak mudah mengucapkan kata-kata dengan sesuka hati,
dengan lain kata tidak sesumbar.
2.
Lambat
untuk marah. Mengapa demikian? Sebab amarah
seseorang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Berbeda dengan ketika
Yesus menyucikan Bait Allah, itu berbicara tentang ketegasan, tetapi amarah di
sini ialah amarah di luar Tuhan. Kalau beribadah, datanglah beribadah dengan
tulus. Kalau melayani, datanglah melayani dengan tulus. Datanglah membawa
korban dan persembahan dengan tulus, jangan dengan amarah, sebab amarah tidak
mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan. Seberat apa pun salib yang kita pikul,
seberat apa pun pengorbanan kita dalam melayani Tuhan; jangan marah dan jangan
jengkel hati.
Tentang: “TANPA PERSELISIHAN.”
Contohnya;
1 Korintus 3:3-7
(3:3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada
iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia
duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (3:4) Karena jika yang
seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata:
"Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi yang bukan rohani? (3:5) Jadi, apakah Apolos? Apakah
Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing
menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (3:6) Aku menanam, Apolos
menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (3:7) Karena itu
yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah
yang memberi pertumbuhan.
Di tengah-tengah ibadah pelayanan, kita
tidak boleh memihak dan tidak boleh memandang kepada satu golongan, apalagi
pribadi manusia selama kita beribadah di bumi ini. Mengapa demikian? Sebab yang
terpenting ialah bukan siapa yang menanam atau siapa yang menyiram,
tetapi yang terpenting bagi kita di tengah-tengah ibadah dan pelayanan adalah Allah
yang memberi pertumbuhan rohani yang yang sehat, -- saya tambahkan sedikit
lagi -- bahkan telah memberi sistem imun yang baik, berarti memberi kekebalan
terhadap penyakit dosa kejahatan dan penyakit dosa kenajisan.
Itu yang terpenting; tidak perlu memihak,
tidak perlu memandang kepada satu golongan. Yang terpenting bagi kita adalah
Tuhan telah memberi pertumbuhan rohani yang sehat. Titik.
Perlu untuk diketahui: Apabila ada iri hati
dan perselisihan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, menunjukkan bahwa ia
adalah manusia duniawi, berarti hidup secara manusiawi, belum rohani atau belum
dewasa. Belum dewasa rohani, berarti kanak-kanak rohani. Kehidupan semacam ini
tidak memerlukan makanan keras, selain susu.
Itu sebabnya pada ayat 1-2, Rasul
Paulus berbicara kepada mereka yang belum dewasa itu secara duniawi juga,
karena ketika Rasul Paulus berbicara dewasa secara rohani, maka kanak-kanak
tidak tanggap, tidak mengerti. Oleh karena itulah, kehidupan kanak-kanak rohani; belum pantas melayani
Tuhan, belum dipercayakan untuk melayani pekerjaan Tuhan, dan tidak layak untuk
menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, selain berada di bawah pengawasan karena
belum akil balig… Galatia 4:1-8.
Itulah contoh “tanpa perselisihan”,
berarti; tidak memihak kepada satu golongan. Prakteknya; yang terpenting adalah
Tuhan telah memberi pertumbuhan rohani yang sehat, bahkan memberi sistem imun
yang baik.
Itulah dari sisi sikap laki-laki di mana
Tuhan memerintah sebagai Raja. Jangan marah, sebab ketika Yesus tampil sebagai
Raja dan memerintah selama-lamanya, bangsa-bangsa telah marah. Sebagaimana
dengan kita sebelum berada dalam pemerintahan Allah, sebelum mengerti ibadah
pelayanan; ketika diajar untuk memikul salib, di situ terjadi amarah karena
kebebasan itu dipasung. Tetapi sekarang kita sudah mengerti “sikap dari sisi
laki-laki” dalam ibadah atau pemerintahan Allah.
Sekarang kita akan memperhatikan dari SISI
SIKAP PEREMPUAN.
1 Timotius 2:9-10
(2:9) Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan
pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan
memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, (2:10)
tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi
perempuan yang beribadah.
Sisi sikap perempuan dalam ibadah atau
pemerintahan Allah ialah hendaklah perempuan berdandan dengan pantas, dengan
sopan dan sederhana. Maksudnya, berdandan bukan dengan perhiasan, antara
lain;
-
Rambut
dikepang-kepang. Minggu ini dikepang dengan
keriting, minggu depan dikepang bermacam-macam, bukan itu perhiasan atau
seorang perempuan berdandan.
-
Emas
dan mutiara. Kalau kita berdandan, bukan dengan
perhiasan emas dan mutiara.
-
Juga,
kalau perempuan berdandan bukan dengan pakaian yang mahal-mahal atau
yang indah-indah.
Melainkan berdandan dengan perbuatan
baik, supaya ia layak beribadah, layak berada dalam pemerintahan Allah.
Jangan kita membuat suatu ukuran dengan
kelayakan manusia di tengah-tengah pemerintahan Allah, di tengah-tengah kita
beribadah dan melayani kepada Tuhan. Mari, mulai sekarang, kita gunakan ukuran
firman Allah untuk berada di tengah-tengah ibadah dan pemerintahan Allah kita.
Jangan marah seperti orang di luar Tuhan, supaya selayaknya perempuan berada di
tengah-tengah ibadah, berada di tengah-tengah pemerintahan Allah. Jangan marah
seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Lebih jauh kita akan melihat SISI PEREMPUAN
di dalam pemerintahan Allah.
1 Timotius 2:11-12
(2:11) Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran
dengan patuh. (2:12) Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar
dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam
diri.
Yang dimaksud dengan berdandan dengan
perbuatan baik dalam ibadah, dalam pemerintahan Allah ialah “berdiam diri
dan menerima ajaran dengan patuh”. Belajar dengar-dengaran. Jangan kita
menggunakan alasan ini dan itu, tetapi berilah kesempatan kepada Tuhan supaya
kita boleh mendapat ajaran dari Dia.
Praktek berdiam diri di hadapan Tuhan:
-
Tuhan tidak
mengizinkan perempuan mengajar apa pun alasannya.
-
Tuhan tidak
mengizinkannya memerintah laki-laki apa pun alasannya.
Tetapi, adalah suatu kehormatan bagi
perempuan, kalau dia memiliki tudung (rambut panjang), berarti, tunduk,
berarti; taat, setia, dengar-dengaran, seperti Sara yang menyebut suaminya itu
adalah tuan. Kalau menyebut suaminya “tuan”, berarti ia mengambil rupa sebagai seorang hamba, bukan
mengambil rupa seperti seorang tuan yang selalu ingin mengatur, tetapi tidak
ingin diatur.
Dengan aturan yang ada di dalam
pemerintahan Allah ini, jangan kita menjadi marah seperti bangsa-bangsa yang
ada di luar Tuhan, itulah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.
1 Timotius 2:13-14
(2:13) Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. (2:14)
Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda
dan jatuh ke dalam dosa.
Alasan Tuhan untuk tidak mengizinkan
perempuan mengajar dan memerintah laki-laki:
1.
Karena
Adam yang pertama dijadikan. Biasakan untuk
memelihara budaya antre rohani, yakni; mendahulukan Tuhan dalam segala sesuatu,
jangan mendahulukan yang lain. Kristus adalah Kepala, Dia suami, Dialah yang
terlebih dahulu, dari sanalah datangnya ajaran dan perintah. Biasakan untuk
memelihara budaya antre, berarti mendahulukan Tuhan dalam segala perkara,
karena Adam yang pertama dijadikan.
2.
Bukan
Adam yang tergoda, tetapi perempuan (Hawa) itulah
yang tergoda dan jatuh dalam dosa. Banyak kali perempuan berkata: “Dasar
laki-laki hidung belang. Dasar laki-laki penggoda.” Sebetulnya itu adalah
perkataan dunia, bukan perkataan di dalam Tuhan. Semoga sidang jemaat, juga
umat Tuhan, anak-anak Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti live
streaming di mana pun anda berada mengerti akan hal ini; di dalam Alkitab,
perempuan itulah yang tergoda dan jatuh dalam dosa.
Tetapi perlu juga untuk diketahui: Gereja
Tuhan adalah sidang jemaat, dengan lain kata mempelai perempuan; tidak
diizinkan untuk mengajar dan tidak diizinkan untuk memerintah laki-laki.
Berarti, kita semua -- besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan -- yang hadir
di tengah pemerintahan Allah; harus dengar-dengaran. Jangan marah-marah kalau
diajar dengar-dengaran. Jangan seperti “bangsa-bangsa telah marah”
ketika Yesus menjadi Raja dan memerintah selama-lamanya, karena sebelum berada
dalam pemerintahan Allah; dia hidup dalam kebebasan, hidup dengan sesuka hati
tanpa aturan, sehingga ketika berada dalam pemerintahan Allah, hidupnya seperti
terpasung, lalu timbullah amarah hebat sekali. Sekarang, belajar untuk mendekat
dengan Allah sampai betul-betul kita ada dalam pemerintahan Allah, di mana
Yesus menjadi Raja, sampai akhirnya damai sejahtera Kristus memerintah di dalam
hati kita masing-masing, tidak marah-marah lagi.
1 Timotius 2:15
(2:15) Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia
bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.
Saya sangat bersyukur, karena Tuhan memberi
pengertian bagi kita petang ini. Mengapa? Pada ayat 15 ini dikatakan: “Tetapi
perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak …” Sungguh, betapa Tuhan
akhirnya berkemurahan.
Perhatikan: Tetapi perempuan akan
diselamatkan karena melahirkan anak yang dikandung dari benih Ilahi,
yakni:
1.
Benih
firman Allah.
2.
Benih Roh
Allah.
3.
Benih dari
kasih Allah.
Biarlah kiranya firman itu membuahi di
dalam hidup kita masing-masing; biarlah kiranya Roh Allah membuahi di dalam
hidup kita masing-masing; biarlah kiranya kasih Allah membuahi di dalam hidup
kita masing-masing, sampai akhirnya melahirkan anak, dengan demikian perempuan
pun diselamatkan. Berbahagialah si mandul apabila ia melahirkan anak,
seperti Sara; justru dari dialah nanti keturunan dari seluruh bangsa-bangsa.
Syarat untuk mengandung dari tiga benih
Ilahi:
1.
Bertekun
dalam iman.
2.
Bertekun
dalam kasih.
3.
Bertekun
dalam pengudusan dengan segala kesederhanaan.
Perlu untuk diketahui:
YANG PERTAMA: “Iman” adalah motor
penggerak, sehingga kita boleh mengusahakan ibadah pelayanan dalam
penggembalaan GPT “BETANIA”
Serang dan Cilegon.
YANG KEDUA: “Kasih” berguna sebagai
pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan kita. Tanpa kasih Allah,
tanpa kasih Agape, kita tidak akan pernah menjadi satu, karena terlalu banyak
kejahatan dan kenajisan manusia, tetapi kasih penuh dengan pengampunan, dan
kasih juga berguna sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan
gereja Tuhan.
YANG KETIGA: “Dalam pengudusan dengan
segala kesederhanaan.” Oleh sebab itu, biarlah kita tetap berada di dalam
Ruangan Suci untuk terus dikuduskan oleh firman Allah, Roh Allah dan kasih
Allah. Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel:
-
Dikuduskan
oleh Firman Allah, menunjuk; MEJA ROTI SAJIAN, artinya; tekun dalam
“Ibadah Pendalaman Alkitab” disertai perjamuan suci. Berarti, mengandung
dari benih Firman Allah.
-
Dikuduskan
oleh Roh Allah, menunjuk; PELITA EMAS, artinya; tekun dalam “Ibadah
Raya Minggu” disertai kesaksian. Berarti, mengandung dari benih Roh Allah.
-
Dikuduskan
oleh kasih Allah, menunjuk; MEZBAH DUPA, artinya; tekun dalam “Ibadah
Doa Penyembahan.” Berarti, mengandung dari benih kasih Allah.
Kita kembali membaca Wahyu 11.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan
saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada
hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut
akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk
membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Semua bangsa telah marah, sebab Allah telah
menjadi Raja dan memerintah sampai selama-lamanya. Pendeknya, tidak ada lagi
kebebasan bagi orang-orang yang hidup di luar Tuhan, tetapi sebaliknya
orang-orang yang hidup di dalam Tuhan akan menanti-nantikan momen di mana Tuhan
menjadi Raja dan memerintah untuk selama-lamanya.
2 Petrus 3:13
(3:13) Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru
dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Sesuai dengan janji Allah, maka kita tidak
perlu ragu untuk menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana
terdapat kebenaran. Itulah orang-orang yang di dalam Tuhan;
menanti-nantikan momen di mana Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah di
dalamnya, karena di dalam pemerintahan Allah terdapat kebenaran, berarti di
dalam pemerintahan Allah;
-
Tidak ada
kebebasan untuk berpihak kepada daging.
-
Tidak ada
kebebasan untuk berpihak kepada setan, yaitu roh jahat dan roh najis.
-
Tidak ada
lagi kebebasan untuk berpihak kepada kebebasan dunia dan kenajisan dunia ini.
Jadi, bagi anak-anak Tuhan, bagi mereka
yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan, mereka sangat mendambakan Yesus tampil
sebagai Raja dan memerintah sampai selama-lamanya, tetapi bagi bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah, mereka menjadi sangat marah sekali karena kebebasan
mereka sangat dipasung.
Orang yang tidak mau memikul salib, orang
yang tidak mau dipasung kebebasannya; ia suka marah, suka mencak-mencak,
dan suka mencari alasan untuk mencari celah untuk menyalahkan orang lain.
Tetapi kita tidaklah demikian, sebab kita ini adalah orang yang
menanti-nantikan Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah sampai
selama-lamanya, karena di dalamnya ada kebenaran, di situ tidak ada lagi
kebebasan untuk daging berbuat dosa.
Mulai sekarang, belajar untuk menghukum
daging lewat salib yang kita pikul di tengah-tengah ibadah pelayanan ini.
Jangan merasa aneh kepada salib, salib adalah sarana yang paling tepat untuk
menghukum daging, itu adalah sarana untuk membawa kita pada akhirnya berada di
tengah-tengah pemerintahan Allah, di mana di dalamnya ada kebenaran.
Tadi kita sudah melihat “semua bangsa
telah marah”, bukan? Tetapi amarah Tuhan telah datang untuk menghakimi orang-orang
yang mati di luar Tuhan. Maksudnya, sampai mati pun, orang-orang yang di luar
Tuhan tetap dihakimi. Amarah Tuhan lebih besar, sebab orang mati pun tetap
dihakimi. Tuhan tidak pakai perasaan dan pikiran manusia daging.
Perlu untuk diketahui: Segala sesuatu yang
kita perbuat selama kita hidup, semuanya itu akan diperhitungkan oleh Tuhan.
Jangan kita tidak mau tahu dengan hal ini. Jangan seperti orang dursila yang
menjadi tuli, pura-pura tidak mendengar.
Berarti, “orang-orang yang di luar Tuhan” sampai
mati pun tetap akan dihakimi. Tetapi, sebenarnya kita tidak perlu dihakimi
seperti orang-orang yang di luar Tuhan tadi, seperti orang-orang yang mati pun
dihakimi oleh Tuhan, tidak perlu seperti itu, kalau kita belajar dari
pengalaman Rasul Paulus di dalam 1 Timotius 1.
1 Timotius 1:13-14
(1:13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya
dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu
telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. (1:14) Malah kasih
karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman
dan kasih dalam Kristus Yesus.
Perhatikan: Ketika Rasul Paulus masih
berada di bawah hukum Taurat, dia dirangsang oleh hukum Taurat itu sendiri
untuk berbuat dosa, sebab sebelum menerima kasih karunia, Rasul Paulus menyebut
dirinya sendiri sebagai:
1.
Seorang
penghujat.
2.
Seorang
penganiaya.
3.
Seorang
ganas.
Tetapi, oleh karena kasih karunia yang
limpah, ia tertolong dan bertobat.
Kalau kita belajar dari sikap Rasul Paulus
ini, kita tidak perlu dihakimi, seperti orang-orang yang mati di luar Tuhan,
mereka dihakimi. Sebab itu, andaikata pun kita dahulu sebagai seorang yang
ganas seperti binatang buas, seorang penghujat, seorang penganiaya, tetapi
kalau dari sekarang kita mau belajar menghargai ibadah dan pelayanan, di mana
di tengah-tengahnya ada salib yang harus dipikul -- sama dengan; menghargai
kasih karunia --, maka kita akan mendapat pengampunan, kita tertolong dan
bertobat. Tetapi orang-orang yang di luar Tuhan, sampai mati pun mereka tidak
memperoleh kasih dan kemurahan dari Tuhan (tanpa pengampunan).
1 Timotius 1:15-16
(1:15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara
mereka akulah yang paling berdosa. (1:16) Tetapi justru karena itu aku
dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus
menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi
mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.
“Perkataan ini benar dan patut diterima
sepenuhnya …” Jadi, jangan kita ragu, jangan kita mati di luar Tuhan,
tetapi hargailah kasih dan kemurahan Tuhan untuk memperoleh keselamatan. Ibadah
dan pelayanan, di mana di tengah-tengahnya ada salib yang harus dipikul, itu
adalah kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Jangan disia-siakan lagi.
Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa. Dan Rasul Paulus berkata: “ … di antara mereka
akulah yang paling berdosa …”, sebab ia adalah:
-
Seorang
penganiaya. Berarti, membuat orang lain menderita
dengan menciderai orang lain.
-
Seorang
ganas. Berarti, kehidupannya persis seperti
binatang, brutal, tidak mengerti isi hati orang lain, tidak dapat menyelami
hati orang lain.
-
Seorang
penghujat takhta Allah. Berarti, sungguh-sungguh
tidak menghargai ibadah pelayanan, sungguh-sungguh tidak menghargai pemerintahan
Allah.
Tetapi pada akhirnya, Rasul Paulus hidup di
dalam kasih karunia, dan kepada Rasul Paulus, Tuhan menunjukkan masa
kesabaran-Nya. Ini merupakan contoh teladan yang harus diikuti. Jangan sampai
kita mati di luar Tuhan, mati tanpa berdamai dengan Tuhan. Saya tekankan sekali
lagi: jangan sampai kita mati tetapi tidak berdamai dengan Tuhan. Hidup manusia
tidak ada yang tahu, kita tidak tahu akan hari esok, bahkan satu jam dari detik
ini, kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi selama ada kesempatan, mari
kita berdamai dengan Tuhan.
Pendeknya, kepada Rasul Paulus, Tuhan
menunjukkan kesabaran-Nya. Ini merupakan contoh yang baik yang patut untuk
diikuti di masa sekarang, karena perkataannya itu benar, tidak perlu diragukan.
Perhatikanlah firman Tuhan dengan
sungguh-sungguh; baik yang di Perumnas fokus kepada firman, baik yang di Serang
fokus dengar firman, baik yang di BCA fokus dengar firman, pikiran jangan
melayang-layang, sebab sekarang kita ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan,
dengan lain kata; kita ada di dalam pemerintahan Allah, berarti tidak boleh
sesuka hati dalam kebebasan daging, kebebasan dunia dan kebebasan di dalam
kenajisan. Kita sekarang ada di dalam pemerintahan Allah; takutlah kepada
Tuhan, supaya kita layak untuk melayani Tuhan.
Kita kembali membaca Wahyu 11:18.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan
saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu,
nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan
nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan
barangsiapa yang membinasakan bumi."
Bangsa-bangsa telah marah, tetapi “amarah-Mu
telah datang”, amarah Tuhan lebih besar, dan itu merupakan “saat bagi
orang-orang mati untuk dihakimi …” Tetapi di sisi yang lain, Tuhan datang
untuk memberi upah kepada hamba-hamba Tuhan, antara lain:
1.
Nabi-nabi.
2.
Orang-orang
kudus.
3.
Orang
yang takut akan nama Tuhan.
Pendeknya, upah itu tidak terbatas hanya kepada
“pendeta”, melainkan kepada orang yang benar, yaitu orang-orang yang melakukan
kehendak Allah, hamba kebenaran. Jadi, hamba Tuhan itu tidak hanya sebatas
“pendeta” atau “imam” melainkan kepada semua orang; besar kecil, tua muda,
laki-laki perempuan, kaya miskin, yakni orang-orang yang melakukan kehendak
Allah, itulah hamba kebenaran.
Jadilah hamba-hamba Tuhan; baik yang di
Serang jadilah hamba-hamba kebenaran, baik yang di Perumnas jadilah hamba-hamba
kebenaran, baik yang di sektor BCA jadilah hamba-hamba kebenaran. Haleluya …
Puji Tuhan …
Jadi, Tuhan datang untuk membawa upah.
-
Bagi orang
yang mati di luar Tuhan, ia akan dihakimi, itu adalah upahnya.
-
Bagi
hamba-hamba Tuhan, ia akan diselamatkan, itu juga adalah upahnya.
Sebab Tuhan datang untuk membawa upah.
1 Korintus 15:58
(15:58) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh,
jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab
kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak
sia-sia.
“ … Saudara-saudaraku yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah …” Jangan goyah oleh sesuatu yang tak suci,
oleh pengaruh dunia dan arusnya. Kemudian, “giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan!” Mengapa demikian? Sebab “dalam persekutuan dengan Tuhan jerih
payahmu tidak sia-sia”.
Kalau kita giat bekerja dalam Tuhan, ada
upah, berarti jerih payah tidak sia-sia, tetapi untuk semuanya itu, kita harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1.
Berdirilah
teguh.
2.
Jangan
goyah.
3.
Giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan.
Tiga hal di atas, bila dikaitkan dengan
POLA TABERNAKEL, maka:
1.
“Berdirilah
teguh”, terkena pada; MEZBAH KORBAN BAKARAN,
menunjuk; orang-orang yang berdiri di atas korban Kristus.
2.
“Jangan
goyah”, terkena pada; KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA,
menunjuk; orang-orang yang masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan
Kristus.
3.
“Giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan” atau berkobar-kobar
di dalam melayani pekerjaan Tuhan, terkena pada; PINTU KEMAH, menunjuk;
orang-orang yang dipenuhkan dengan Roh Kudus, ia berkobar-kobar dan berapi-api
di dalam melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan.
Sampai
pada akhirnya, berada di dalam “persekutuan dengan Tuhan”. Persekutuan
dalam Tuhan -- bila dikaitkan dengan pola Tabernakel -- terkena pada Ruangan
Suci.
Di dalam RUANGAN SUCI inilah nanti
imam-imam akan bertugas untuk memperhatikan tiga perkara yang ada di dalamnya,
yaitu:
1.
Memperhatikan
Meja Roti Sajian.
2.
Memperhatikan
Pelia Emas.
3.
Memperhatikan
Mezbah Dupa.
Sehingga dengan demikian, nyatalah suatu
persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Jadi, dalam persekutuan dengan Tuhan --
dengan lain kata; berada di dalam Ruangan Suci untuk mengerjakan tiga perkara
di dalamnya -- kita harus menjadi hamba-hamba Tuhan, imam-imam, pelayan-pelayan
Tuhan yang memiliki dasar yang teguh, jangan goyah, melainkan giatlah bekerja
di dalam pekerjaan Tuhan.
Tiga hal sebagai dasar untuk menopang “persekutuan
dengan Tuhan”, kalau kita kaitkan dengan anatomi (raga) manusia:
1.
“Berdirilah
teguh” = MEZBAH KORBAN BAKARAN, terkena pada; tungkai
bawah kaki manusia, berarti antara mata kaki dengan lutut.
2.
“Jangan
goyah” = KOLAM PEMBASUHAN, terkena pada; tungkai
atas kaki, berarti antara lutut dengan pangkal paha.
3.
“Giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan” = PINTU KEMAH,
terkena pada; pintu rahim.
Itulah dasar kita untuk berada dalam
Ruangan Suci atau “bersekutu dengan Tuhan” untuk memperhatikan tiga perkara
yang ada di dalam Ruangan Suci, dengan lain kata; tekun dalam tiga macam ibadah
pokok.
- “Meja
Roti Sajian”, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
-
“Pelita
Emas”, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya
Minggu disertai kesaksian.
-
“Mezbah
Dupa”, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa
Penyembahan.
Sekali lagi saya tandaskan: Yang pasti,
Tuhan datang untuk membawa upah.
-
Bagi
orang-orang yang hidup di luar Tuhan, mereka akan dihakimi, bahkan sampai mati
pun akan tetap dihakimi.
-
Bagi
hamba-hamba Tuhan akan mendapat upah, yaitu keselamatan. Itu sebabnya, dalam
persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita tidak menjadi sia-sia. Itulah hidup
di dalam Tuhan mendapat upah.
Wahyu 22:11-12
(22:11) Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat
jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan
barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran;
barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"
(22:12) "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa
upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.
Lihat dan perhatikan:
-
Di sisi
orang-orang yang di luar Tuhan: “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia
terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar.”
-
Di sisi orang-orang
yang berada dalam pemerintahan Allah: “Barangsiapa yang benar, biarlah ia
terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan
dirinya!”
Mengapa demikian? Sebab “… Aku datang
segera dan Aku membawa upah-Ku …” Tuhan akan datang segera untuk membawa
upah-Nya, dan upah Tuhan merupakan pembalasan kepada setiap orang menurut
perbuatannya.
-
Orang yang
berbuat jahat dan cemar akan dihakimi.
-
Orang yang
benar dan kudus, ia juga akan mendapat upahnya, yakni; keselamatan.
Tetapi, perlu untuk saya sampaikan dengan
tandas: Hari-hari ini adalah hari-hari terakhir di mana yang cemar akan semakin
cemar, tetapi mereka yang ada dalam pemerintahan Allah;
-
Yang benar
biarlah ia semakin benar
-
Yang kudus
semakin menguduskan dirinya di hadapan Tuhan.
Kekudusan dan kesucian bukanlah akhir,
tetapi itu adalah awal untuk membawa kita sampai kepada kesempurnaan.
Wahyu 22:13
(22:13) Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang
Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir."
Yesus Kristus adalah Alfa dan Omega,
berarti Yang Awal dan Yang Akhir. Pertama kali Yesus datang ialah untuk
menyelamatkan orang berdosa di atas kayu salib, tetapi yang terakhir, yang
kedua kali untuk membawa upah, menghakimi sesuai dengan perbuatannya. Dia Alfa
dan Omega.
Kita kembali membawa Wahyu 11:18.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan
saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada
hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut
akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan
barangsiapa yang membinasakan bumi."
Tuhan datang untuk membawa upah, berarti;
-
Menghakimi
orang yang di luar Tuhan sesuai dengan perbuatannya.
-
Juga
menghakimi orang yang di dalam pemerintahan Allah sesuai dengan perbuatannya.
Tetapi ingat: Tuhan akan membinasakan
barangsiapa yang membinasakan bumi. Seperti yang sudah kita ketahui
bahwa bumi ini telah rusak seiring rusaknya kelakuan manusia.
2 Petrus 3:14-15
(3:14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan
semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat
dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. (3:15)
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat,
seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut
hikmat yang dikaruniakan kepadanya.
“Saudara-saudaraku yang kekasih”,
keluarga Allah GPT “BETANIA”
Serang dan Cilegon, jadilah tiang penopang yang
dipancangkan dalam rumah Tuhan, dan jadilah dasar kebenaran, menjadi contoh
teladan supaya diikuti oleh orang lain.
“… Sambil menantikan semuanya ini …”
di mana langit dan bumi akan berlalu, diganti dengan langit yang baru dan bumi
yang baru, maka berusahalah supaya kita “kedapatan tak bercacat dan tak
bernoda di hadapan-Nya”, sama dengan; “dalam perdamaian dengan Dia”.
Jadi, di hari-hari terakhir ini, menjelang kedatangan Tuhan, berusahalah untuk
berdamai dengan Tuhan.
Praktek berdamai dengan Tuhan ialah
berusaha untuk hidup tidak kedapatan bercacat dan tidak kedapatan bernoda di
hadapan Tuhan, dengan kata lain; berusaha untuk hidup tanpa cacat cela.
Kita memanfaatkan kesempatan yang ada,
sebab kesempatan yang ada ini tinggal sedikit, dan itu adalah panjang sabar-Nya
Tuhan. Kita ikuti contoh teladan Rasul Paulus; dahulu ia adalah seorang
penghujat, seorang penganiaya, seorang yang ganas, tetapi oleh karena kasih
karunia, ia diselamatkan.
Marilah kita fokus memperhatikan Kerajaan
Sorga, takhta Allah, di situ terdapat kebenaran.
Wahyu 11: 16-18, jelas itu berbicara tentang 24 (dua puluh empat) tua-tua dengan
aktivitas mereka, yaitu tersungkur dan sujud menyembah Anak Domba Allah yang
duduk di atas takhta sampai selama-lamanya, sambil mengucap syukur kepada
Allah, kepada Dia yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang memerintah
sebagai Raja sampai selama-lamanya. Tetapi kita melihat tadi, di sisi lain “semua
bangsa telah marah” karena kebebasan mereka sudah terpasung, sebab di dalam
pemerintahan Allah tidak ada lagi kebebasan daging, tidak ada lagi kebebasan
untuk hidup dalam kenajisan, tidak ada lagi kebebasan dunia ini, sebab itu
bukanlah kebenaran. Tetapi ingat; Tuhan datang membawa upah-Nya dan menghakimi
sesuai perbuatan-perbuatan mereka selama hidup.
Ingat, bagaimana sikap kita di dalam
pemerintahan Allah:
-
Sikap dari
sisi laki-laki: berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa amarah, tanpa
perselisihan.
-
Sikap dari
sisi perempuan: taat, setia, dengar-dengaran = tunduk. Berarti, dilarang
memerintah dan mengajar laki-laki, sebaliknya memiliki rambut yang panjang
(tunduk), sebab itu merupakan perhiasan rohani dari seorang perempuan untuk
menyenangkan hati Tuhan. Mengapa
perempuan harus tunduk? Alasan Tuhan ada dua:
1.
Adam
yang pertama diciptakan.
2.
Bukan
Adam yang tergoda, tetapi perempuan yang tergoda.
Seringkali dunia
berkata: “Dasar laki-laki penggoda”, tetapi sebetulnya perempuan yang
menggoda karena dia tergoda.
Jangan kita putar balik fakta, tetapi kita
harus mau menerima pengajaran; Tuhan yang memerintah di hati kita supaya ada
damai sejahtera. Kita bersyukur, selama kita hidup, selama nafas di kandung
badan, mari kita berdamai dengan Tuhan selagi ada kesempatan, berarti berusaha
untuk hidup tak bernoda dan tak bercacat cela, supaya kita akhirnya
menerima upah.
Perhatikanlah aktivitas dari 24 (dua puluh
empat) tua-tua ini supaya kita jangan marah apabila daging dipasung oleh salib
Kristus. Biarlah kita merendahkan diri kita serendah-rendahnya, seperti
aktivitas dari 24 (dua puluh empat) tua-tua, yaitu tersungkur dan menyembah
Allah, sebab segala puji, hormat, dan kemuliaan hanya bagi Dia.
Kalau kebebasan dipasung, kenajisan
dipasung, kebebasan dunia dan arusnya dipasung oleh salib, terimalah, jangan
ada amarah, sebab kita ada di dalam pemerintahan Allah. Kalau ingin berada di
dalam pemerintahan Allah, ikutilah aturan dalam pemerintahan Allah; jangan
marah-marah, jangan emosi, jangan jengkel.
Kita telah mendapat lawatan dari Tuhan, Ia
sudah menyatakan isi hati-Nya, kehendak-Nya, maksud-Nya, jalan-jalan-Nya di
setiap kehidupan kita. Tentu hati kita sudah diterangi oleh Tuhan, mata rohani
kita sudah tercelik, dan kita boleh melihat kemuliaan sorga, keindahan sorgawi,
sebab itulah yang kita nanti-nantikan. Bagi mereka yang hidup di dalam Tuhan;
menanti-nantikan kedatangan Tuhan sebagai Raja dan memerintah sampai
selama-lamanya, tetapi mereka yang hidup di luar Tuhan “semua bangsa telah
marah”.
Kita sekarang mengerti bagaimana sikap
laki-laki dan sikap perempuan dalam pemerintahan Allah, itu semua karena Tuhan
yang memberi pengertian, sebab itu perempuan tidak boleh mengajar dan
memerintah, tetapi biarlah kita patuh terhadap pengajaran Tuhan,
dengar-dengaran kepada Tuhan. Jangan lagi ada iri hati dan perselisihan, tetapi
biarlah kerohanian kita mengarah sampai kepada pertumbuhan rohani yang sehat,
sehingga ada sistem imun yang baik.
Sekarang, kita mengerti; siapa yang
marah-marah dan siapa yang tidak. 24 (dua puluh empat) tua-tua ada ucapan
syukur karena mereka tersungkur dan menyembah Allah, dengan lain kata hidup
dalam penyembahan yang benar, tetapi mereka yang di luar Tuhan, di luar pemerintahan Allah; mereka
marah-marah, tidak mengerti tentang memikul salib.
Mari kita perhatikan tanda-tanda zaman ini,
sebab yang ada ini semuanya akan berlalu, sebab itu berdamailah dengan Allah,
berarti berusahalah untuk tidak bernoda dan berusahalah tidak bercacat cela,
sampai kita sempurna di hadapan Tuhan.
Yesus adalah Kristus, Kepala, Penyalamat,
maka kita harus taat, setia, dan dengar-dengaran = Tunduk. Biarlah kita semua
melakukan kehendak Allah Bapa, menjadi hamba kebenaran yang akan mendapat upah
dari sorga, sebab jerih payah tidak sia-sia, asal ada dasar pondasi, yaitu
menjadi imam-imam yang berdiri di atas korban Kristus (tungkai bawah), jangan
goyah (tungkai atas), dan giat selalu (berkobar-kobar) dalam melayani Tuhan
(pintu kemah), itulah yang menopang persekutuan kita dengan Tuhan atau menopang
ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Kita kuat karena kasih karunia dan
kemurahan Tuhan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang