IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 10 MARET 2020
KITAB KOLOSE
(Seri: 87)
Subtema: TANPA BINATANG BUAS DAN PEDANG
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur
kepada Tuhan; oleh karena kemurahan-Nya, kita boleh mengusahakan Ibadah Doa Penyembahan,
dan sebentar kita akan tersungkur di kaki salib Tuhan, sujud menyembah Allah
yang hidup.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak
Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman
Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, di mana pun
anda berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan, supaya
kiranya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita malam ini.
Mari kita sambut firman penggembalaan untuk
Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat
di KOLOSE.
Kolose 3:15A
(3:15) Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu,
karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
“Hendaklah damai sejahtera Kristus
memerintah dalam hatimu”, inilah yang menjadi doa dan kerinduan Rasul
Paulus kepada jemaat di Kolose, dan tentu juga kepada sidang jemaat Tuhan GPT “BETANIA” Serang & Cilegon.
1 Korintus 7:15B
(7:15) Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai;
dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah
memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.
“Allah memanggil kamu untuk hidup dalam
damai sejahtera.” Tuhan memanggil kita sekaliannya -- besar kecil, tua
muda, laki-laki perempuan, tanpa terkecuali, kaya miskin, semuanya Tuhan
panggil -- untuk hidup dalam damai sejahtera.
1 Korintus 14:33
(14:33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai
sejahtera.
Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi
Allah menghendaki damai sejahtera.
Jadi, jangan sampai kekacauan terjadi
karena sesuatu yang tidak baik dalam kandang penggembalaan yang Tuhan
percayakan ini, karena Allah tidak menghendaki kekacauan, melainkan damai
sejahtera menjadi bagian dalam kehidupan kita masing-masing.
Mulai dari malam ini, mulai dari detik ini,
mari kita mengambil suatu komitmen, suatu keputusan yang baik sesuai dengan
Firman Allah yang kita terima malam ini, supaya kita boleh membawa diri kita
rendah di kaki salib Tuhan, sujud menyembah Allah dalam keadaan damai sejahtera
senantiasa memerintah kehidupan kita masing-masing.
Imamat 26:6
(26:6) Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu,
sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa
pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang
tidak akan melintas di negerimu.
Tinggal di negeri yang Tuhan berikan dengan
damai sejahtera, digambarkan seperti orang yang berbaring tanpa dikejutkan oleh
dua hal:
1.
Tanpa
dikejutkan oleh binatang buas.
2.
Tanpa
dikejutkan oleh pedang.
Mari kita simak dua hal di atas, dimulai
dari;
Tentang: TANPA DIKEJUTKAN OLEH
BINATANG BUAS.
Binatang buas, menunjuk tiga hal, yaitu:
Yang Pertama: ANTIKRIS.
Antikris disebut juga binatang yang keluar dari dalam laut, sesuai
dengan Wahyu 13:1.
Tandanya; terikat dengan roh Mamon atau roh jual beli.
Sesuai Wahyu 13:1, antikris ini merupakan gabungan dari tiga
jenis binatang, antara lain:
1.
Macan
tutul.
2.
Beruang.
3.
Singa.
Binatang buas, menunjuk tiga hal, yaitu:
Yang Kedua: NABI PALSU.
Nabi palsu disebut juga binatang buas,
binatang yang keluar dari dalam bumi, sesuai dengan yang tertulis di dalam Wahyu
13:11.
Tandanya; penuh dengan
penyesatan-penyesatan, sebab nabi-nabi palsu melayani dengan kelicikan mereka,
itu tertulis dalam 1 Timotius 4:1-3 dan Efesus 4:14.
Wujud dari nabi-nabi palsu ialah bertanduk
dua seperti anak domba, tetapi kalau berbicara seperti seekor naga. Berarti,
perkataan-perkataannya penuh dengan kepalsuan. Pendeknya, nabi-nabi palsu
disebut dengan serigala berbulu domba, sesuai dengan injil Matius 7:15
dan Yohanes 10:12.
Binatang buas, menunjuk tiga hal, yaitu:
Yang Ketiga: DAGING.
Daging ini juga disebut binatang buas,
sehingga setiap orang yang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging =
diterkam oleh binatang buas. Apabila daging terus dibiarkan (dininabobokan),
sekali waktu daging ini bisa bagaikan binatang buas yang siap menerkam. Sebab
itu, jangan sampai kita meninabobokan daging ini, sebab daging ini juga
merupakan musuh dalam selimut, karena dia tinggal bersama-sama dengan kita.
Daging tidak boleh dininabobokan, berarti;
tidak boleh malas, tidak boleh bermanja-manja, tetapi tetap harus memikul salib
untuk menghukum daging. Kalau tidak, dia akan menjadi binatang buas yang sekali
waktu menerkam kehidupan rohani kita masing-masing.
Hal ini disebut juga dengan binatang buas
karena hidup dalam hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat, sesuai
dengan Galatia 5:19-21. Pada ayat tersebut terlihat jelas
perbuatan-perbuatan daging yang jahat, seluruhnya ada 15 (lima belas) hal
jenis-jenis dari tabiat daging itu sendiri.
Tanda hidup menurut daging; hidup menurut
daging memikirkan hal-hal yang dari daging, tidak memikirkan hal-hal yang dari
Roh, tidak memikirkan perkara di atas, perkara rohani, itulah ibadah dan
pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang di dalamnya, sesuai dengan Roma
8:5-7.
Itulah tiga jenis binatang buas dengan
tanda-tandanya.
Sekali lagi saya sampaikan;
1.
Binatang
buas yang pertama, itulah ANTIKRIS, binatang yang keluar dari dalam laut, yang
merupakan gabungan dari tiga jenis binatang (macan tutul, beruang dan singa).
2.
Binatang
buas yang kedua, yaitu binatang yang keluar dari dalam bumi, itulah NABI PALSU,
yang disebut juga dengan serigala berbulu domba.
3.
Binatang
buas yang ketiga, itulah DAGING dengan segala hawa nafsunya.
Sedikit saya tambahkan: Jangan turuti hawa
nafsu daging. Tuhan sudah membuka pintu bagi kita untuk berada dalam rumah
Tuhan, sehingga dengan demikian kita memperoleh kesempatan untuk menyentuh
bahkan memikul salib sebagai sarana untuk menghukum daging ini. Salib adalah
sarana yang paling efektif untuk menghukum daging.
Saya paling peka sekali dengan orang yang
masih hidup menurut hawa nafsu daging. Saya bisa dengar setiap perkataan yang
keluar dari mulutnya mengandung daging atau tidak, walaupun terdengar
(terlihat) baik. Walaupun terdengar merdu, manis, baik, namun saya tetap tahu,
perkataan itu mengandung daging atau tidak. Sebab itu, berkali-kali saya
sampaikan; kalau kita berada dalam rumah Tuhan, berarti Tuhan membuka pintu
bagi kita sehingga kita boleh menyentuh bahkan memikul salib sebagai sarana
untuk menghukum daging ini. Jadi, Tuhan Yesus itu baik kepada kita.
Tetapi jangan juga saudara terlihat berbuat
baik hanya di depan saya, itu tidak baik. Karena kalau hanya terlihat baik di
depan saya, maka di belakang saya pasti tidak baik, dan sampai kapan pun
saudara tidak akan layak untuk melayani Tuhan. Jadi, yang rugi adalah diri
sendiri. Tuhan tidak pernah rugi, tetapi kita yang rugi.
Selama binatang buas berada di dalam negeri
di mana kita berada, kita mengalami kerugian besar, sebab itu jangan biarkan
ada binatang buas. Biarlah kiranya damai sejahtera Kristus memerintah dalam
setiap hati kita, memerintah di negeri di mana pun kita berada.
Namun, jikalau damai sejahtera Kristus
memerintah dalam hati kita masing-masing, maka digambarkan seperti orang yang
berbaring tanpa dikejutkan oleh tiga jenis binatang buas tadi. Oleh sebab itu,
marilah kita lihat sebagai gambaran dari tidak dikejutkan oleh tiga binatang
buas dalam Yesaya 11.
Yesaya 11:6-7
(11:6) Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul
akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan
makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. (11:7)
Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya
akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
Di sini dikatakan, bahwa; domba,
kambing, anak lembu serta anak kecil tidak dikejutkan oleh binatang buas, antara lain;
serigala, macan tutul, beruang, dan singa. Berarti, itu adalah tanda
bahwa damai sejahtera Kristus telah memerintah di dalam hati kita
masing-masing.
Empat binatang buas ini dibagi menjadi dua
bagian:
-
Yang
pertama: Serigala, menunjuk; nabi-nabi palsu.
-
Yang
kedua: Macan tutul, beruang, singa, menunjuk; antikris.
Yesaya 11:8-9
(11:8) Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular
tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang
ular beludak. (11:9) Tidak ada yang akan berbuat jahat
atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh
bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi
dasarnya.
“Tidak ada yang akan berbuat jahat atau
yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus …”
Lewat Ibadah Doa Penyembahan malam ini,
kita sekarang berada di atas gunung Tuhan. Kalau kita memang berada di atas
gunung Tuhan, di situ tidak ada perbuatan jahat dan tidak lagi berlaku busuk.
Sesuatu yang busuk, suatu kali nanti bau
busuk itu akan tercium, sebab itu selama kita berada di atas gunung Tuhan,
sampai kita disebut gunung Tuhan, gunung Sion, maka tidak ada lagi perbuatan
jahat, tidak ada lagi perbuatan yang busuk.
Jangan pertahankan sesuatu yang busuk,
sebab cepat atau lambat bau busuk akan tercium juga, tidak bisa ditutup-tutupi.
Sehebat-hebatnya manusia menutupi perbuatan busuk, lama kelamaan akan terasa
juga bau busuk itu, tidak bisa ditutup-tutupi. Sepandai-pandainya manusia, bau
busuk tetap tidak bisa ditutup-tutupi, kecuali kalau ia melarikan diri dari
Tuhan, tidak akan kelihatan bau busuk itu. Tetapi selama kita ada di atas
gunung Tuhan, jangan pertahankan perbuatan yang jahat dan perbuatan busuk.
Perhatikan dengan baik:
-
Ular
tedung tidak membahayakan anak yang menyusui.
-
Ular
beludak tidak membahayakan anak yang cerai susu (anak
yang sudah disapih).
Singkatnya, di atas gunung Tuhan yang kudus
tidak ada yang berbuat jahat dan tidak ada yang berlaku busuk.
Mengapa demikian? Sebab seluruh bumi
penuh dengan pengenalan akan Tuhan.
Efesus 4:13
(4:13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
“Memperoleh pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah”, menunjuk bahwa ia telah
mencapai kedewasaan penuh.
Mari kita lihat; CONTOH DEWASA ROHANI.
Kidung Agung 8:10
(8:10) -- Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara.
Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan.
Apabila gereja Tuhan telah mencapai
kedewasaan penuh, digambarkan seperti mempelai perempuan yang telah memiliki
buah dada.
Buah dada, menunjuk; dua loh batu berisikan
sepuluh hukum. Sedangkan inti dari sepuluh hukum Allah hanya satu, yaitu kasih.
Pendeknya, gereja Tuhan yang sudah mencapai
kedewasaan penuh mampu mengasihi Tuhan dan sesama.
Berbeda dengan kanak-kanak rohani; kalau
dia tersakiti, dia menangis. Kalau dia tersakiti, dia akan membenci orang yang
menyakiti. Sebaliknya, kepada orang yang berbuat baik, dia berbuat baik, dan
kepada orang yang mengasihi, dia mengasihi. Dia belum mampu mengasihi dengan
kasih Agape, itu kanak-kanak. Tetapi kalau dewasa; dia mampu mengasihi Tuhan
dan sesama.
-
Hukum yang
pertama s.d hukum yang keempat ditulis pada loh batu yang pertama, sama dengan;
kasih kepada Tuhan = mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan
kekuatan.
-
Hukum yang
kelima s.d hukum yang kesepuluh ditulis pada loh batu yang kedua, sama dengan;
kasih kepada sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Inilah kehidupan gereja yang sudah mencapai
kedewasaan penuh;
-
Mengasihi
Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, dan segenap kekuatan.
-
Mengasihi
sesama seperti diri sendiri, berarti tidak ada keinginan untuk menyakiti
sesama. Kalau mengasihi sesama, persis seperti mengasihi diri sendiri. Kalau
kita mencolek daging ini rasanya sakit, ya seperti itulah rasanya kalau
menyakiti sesama.
Biarlah kiranya kita semua mencapai
kedewasaan yang penuh, supaya kita betul-betul mampu mengasihi Tuhan dan
mengasihi sesama. Dan mengasihi itu tidak boleh dengan pura-pura, melainkan
harus dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi dan kekuatan kita, itu kalau
mengasihi Tuhan. Demikian juga dengan mengasihi sesama, persis seperti
mengasihi diri sendiri.
Itu sebabnya di dalam kasih itu tidak ada
egois, tidak menciderai, tidak menyakiti, dan lain sebagainya.
Lebih jauh kita melihat tentang KASIH.
Markus 12:29-31
(12:29) Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang
Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (12:30) Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (12:31)
Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum
ini."
“Dengarlah, hai orang Israel…” Kita
semua adalah Israel rohani, dan kalau kita merasa Israel rohani, maka dengarlah
firman ini baik-baik.
1.
Karena
Allah itu esa, maka kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal
budi, dan kekuatan.
2.
Selanjutnya,
mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Inilah hukum yang lebih utama, tidak ada
lagi hukum yang lebih utama dari kedua hukum ini.
Markus 12:32-33
(12:32) Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru,
benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. (12:33)
Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian
dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti
diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran
dan korban sembelihan."
Mengasihi Tuhan dan sesama lebih utama dari
semua “korban bakaran” dan “korban sembelihan.” Berarti,
mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan, namun tidak mengasihi
Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan, serta tidak mengasihi
sesama seperti mengasihi diri sendiri, tidak ada artinya kita membawa
(mempersembahkan) korban kepada Tuhan.
Biarpun kita jungkir balik sampai
berdarah-darah di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan;
-
Tidak ada
artinya jikalau kita tidak mampu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap
jiwa, akal budi, dan kekuatan.
-
Tidak ada
artinya kalau kita tidak mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Inilah ukuran kelayakan kita untuk melayani
Tuhan. ini standart kita untuk melayani Tuhan. Maka, saudara jangan ambisi
untuk melayani Tuhan, kalau memang belum mampu mengasihi Tuhan dan sesama
sesuai dengan ukuran firman, bukan ukuran saya.
Tidak ada artinya sampai jungkir balik,
sampai larut malam, sampai apapun yang kita perbuat, kalau kita tidak mampu
mengasihi Tuhan dan sesama, korban-korban persembahan yang semacam itu tidak
ada artinya, terkhusus yang melayani Tuhan.
-
Korban
bakaran, berarti; mempersembahkan potongan daging
di atas Mezbah Korban Bakaran sampai pagi, berarti sampai hangus. Biarpun kita
menghanguskan diri di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi kalau kita tidak
mampu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, serta
tidak mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, itu semua tidak ada
artinya.
-
Korban
sembelihan, berarti; jiwa yang hancur, hati yang
patah dan remuk (Mazmur 53:19). Sekalipun itu kita alami, tetapi kalau
tidak mampu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan,
serta tidak mampu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, tidak ada
artinya korban sembelihan. Biar jiwa hancur, hati patah, dan remuk, tidak ada
artinya.
Markus 12:34
(12:34) Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan
Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"
Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Kalau di tengah-tengah ibadah pelayanan ini
kita betul-betul mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan
kekuatan, maka Tuhan akan melihat pelayanan kita sebagai pelayanan yang begitu
bijaksana. Selain bijaksana di tengah ibadah pelayanan, tetapi juga Kerajaan
Sorga sudah dekat.
Siapa yang merindu untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga? Maka, belajarlah dewasa, jangan kerdil rohani, jangan berpikir
pendek. Kalau memang saudara ingin berada dalam Kerajaan Sorga, jangan berpikir
pendek, tetapi pandang jauh ke depan.
Memandang jauh ke depan, berarti; memandang
yang tidak kelihatan, memperhatikan yang tidak kelihatan, itulah Kerajaan
Sorga.
Biarlah kita semua menangis di kaki Tuhan
supaya semua perkataan, semua perbuatan kita, semuanya menyenangkan hati Tuhan,
sebagai perbuatan yang bijaksana. Dan kehidupan yang bijaksana sudah dekat
dengan Kerajaan Sorga, sama seperti lima gadis yang bijaksana.
Kidung Agung 8:10
(8:10) -- Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan
menara. Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat
kebahagiaan.
Di sini kita melihat, mempelai perempuan
berkata: “Buah dadaku bagaikan menara.”
Artinya, firman Allah mendorong kita untuk
sampai mengasihi Tuhan dan sesama. Wujudnya ialah doa penyembahan, bagaikan asap
dupa kemenyan yang naik tinggi, bagaikan menara yang tinggi sampai kepada Anak
Allah, yang sekarang ini berada di tempat Yang Mahatinggi, di sebelah kanan
Allah Bapa.
Jadi, firman Allah itu mendorong kehidupan
rohani kita untuk dibawa sampai kepada doa penyembahan, tempat yang tinggi,
bagaikan asap dupa kemenyan yang naik membumbung tinggi, bagaikan menara yang
tinggi, menjangkau keberadaan Yesus, Anak Allah, yang duduk di sebelah kanan
Allah Bapa.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan tadi,
baik anak yang menyusui aman bersama ular tedung, baik anak yang sudah dilepas
sapih aman bersama ular beludak.
Kemudian, gereja yang sudah mencapai
kedewasaan penuh juga digambarkan seperti “suatu tembok.”
Fungsi tembok adalah menjaga, memagari,
melindungi kerohanian dari gereja yang masih kanak-kanak. Jadi, gereja yang
dewasa secara rohani akan menjadi tembok bagi gereja yang masih kanak-kanak,
dia bisa melindungi, bisa memagari, bisa mengayomi, karena sasaran dari pada
perjalanan rohani kita di atas muka bumi adalah pesta nikah Anak Domba.
Gereja yang dewasa rohani tidak egois, dia
sangat memperhatikan kerohanian adik rohani, atau kerohanian yang masih muda
sangat diperhatikan. Itu sebabnya, kalau memang dia adalah gereja yang sudah
dewasa, maka bisa kita perhatikan pada ayat 8-9.
Kidung Agung 8:8-9
(8:8) -- Kami mempunyai seorang adik perempuan, yang belum mempunyai
buah dada. Apakah yang akan kami perbuat dengan adik perempuan kami pada
hari ia dipinang? (8:9) Bila ia tembok, akan kami dirikan atap
perak di atasnya; bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang
kayu aras.
Gereja yang sudah mencapai kedewasaan penuh,
dia sangat memperhatikan gereja yang belum dewasa atau bahkan disebut
kanak-kanak rohani. Ada suatu tanggung jawab yang dia tunjukkan di hadapan
Tuhan, sesuai dengan pernyataannya di sini:
-
“Bila
ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya.”
Perak ini berbicara tentang ketebusan. Artinya,
kerohanian yang belum dewasa diperhatikan sampai betul-betul mengalami
ketebusan.
-
“Bila
ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras.”
Palang bisa kita temukan dalam papan jenang pada sisi
utara dan selatan, juga pada bagian Barat, itu gambaran dari kasih Allah, kasih
Mempelai. Artinya, kerohanian yang belum dewasa diperhatikan oleh kasih Allah,
kasih Mempelai.
Kalau saudara memang betul-betul dewasa secara rohani,
maka perhatikanlah kerohanian yang masih kanak-kanak. Jangan ajak dia dalam
berbuat dosa atau sesuatu yang tidak baik, melainkan betul-betul diajar untuk
mengalami kasih Mempelai.
Mari kita memberi contoh yang baik kepada mereka yang belum dewasa rohani, supaya mereka mengalami penebusan dan juga mengalami kasih Mempelai. Apa kasih Mempelai? Kasih yang mempersatukan antara papan-papan jenang.
Itulah penguraian tentang tidak dikejutkan
oleh binatang buas.
Tentang: TANPA DIKEJUTKAN OLEH
PEDANG.
Yesaya 2:4
(2:4) Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit
bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya
menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau
pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan
mereka tidak akan lagi belajar perang.
Tanda adanya damai sejahtera: “Bangsa
tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa.” Artinya; tidak ada lagi
pertikaian dan perselisihan, sebab alat senjata perang yang mereka gunakan
telah berubah.
-
Pedang berubah menjadi mata bajak.
-
Tombak berubah menjadi pisau pemangkas.
Singkatnya, perang -- perselisihan,
pertikaian -- berubah menjadi damai sejahtera di negeri di manapun kita berada,
damai sejahtera di atas gunung Tuhan.
Saat ini kita berada di negeri-Nya Tuhan,
di atas gunung Tuhan, gunung Sion, dan memang di situ tidak boleh ada
peperangan lagi, maka senjata perang berubah;
-
Pedang
berubah menjadi mata bajak.
-
Tombak
berubah menjadi pisau pemangkas.
Sekarang, kita akan melihat fungsi dari
kedua senjata perang yang telah berubah tersebut.
Fungsi dari mata bajak.
Berguna untuk mencangkul, membajak,
sehingga tanah kering dan tanah berbatu-batu berubah menjadi tanah yang baik
(subur). Inilah fungsi dari mata bajak.
Tuhan tentu merindukan supaya kita memiliki
hati yang lembut dan rendah hati. Dan saat ini, Tuhan sedang membajak hati
kita; kehidupan rohani yang kering-kering sedang dibajak, kehidupan rohani yang
keras hati, tanah yang berbatu-batu sedang dibajak oleh firman Tuhan Allah yang
diurapi.
Matius 13:8,23
(13:8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah:
ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga
puluh kali lipat. (13:23) Yang ditaburkan di tanah yang baik
ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah,
ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada
yang tiga puluh kali lipat."
Tanah yang baik digambarkan seperti orang
yang mendengar firman dan mengerti; mengerti untuk menyenangkan hati Tuhan,
mengerti untuk mengasihi Tuhan, mengerti untuk mengasihi sesama, mengerti untuk
membawa korban dan mempersembahkannya di hadapan Tuhan, itulah orang yang
mendengar dan mengerti.
Jangan sampai sudah mendengar firman yang
diuraikan dan dijabarkan, tetapi tidak mengerti untuk menyenangkan hati Tuhan,
itu sama saja seperti tanah yang kering, tanah yang berbatu-batu, atau sama
dengan tanah yang ditumbuhi semak duri, atau tanah di pinggir jalan. Tetapi
tanah yang baik digambarkan seperti orang yang mendengar firman dan mengerti
untuk menyenangkan hati Tuhan, mengerti menyukakan hati Tuhan lewat korban dan
persembahan, lewat ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, baik dalam
perkataan, baik dalam perbuatan, baik dalam segala perkara, mengerti untuk
menyenangkan hati Tuhan, karena firman itu sudah diperdengarkan dengan
gamblang, diuraikan dengan benar, tidak ditambahkan, dan tidak dikurangkan,
sampai kita mengerti.
Jangan sampai firman sudah diperdengarkan,
diuraikan, tetapi tidak mengerti menyenangkan hati Tuhan, saya tidak tahu lagi
orang seperti ini digambarkan seperti apa.
Tetapi tanah yang baik, tanah yang subur,
yang sudah digemburkan oleh mata bajak itu digambarkan seperti orang yang
mendengar firman sampai mengerti. Dan akhirnya, ia berbuah;
-
Seratus
kali lipat. Ini berbicara tentang Kerajaan Sorga,
kalau dikaitkan dengan Matius 19:29.
-
Enam
puluh kali lipat.
-
Tiga
puluh kali lipat. Yesus mengawali pelayanan-Nya
pada saat berusia tiga puluh tahun, babak baru setelah lahir baru. Jadi,
setelah dibaptis, barulah Yesus melayani, itu tepat pada usia tiga puluh tahun.
Fungsi dari pisau pemangkas.
Berguna untuk memotong segala tumbuhan yang
tidak berarti (tumbuhan liar), antara lain;
1.
Rumput
duri.
2.
Jerami.
3.
Ilalang.
Pendeknya, sesuatu yang tidak baik harus
dipangkas habis, antara lain:
1.
Rumput
duri, gambaran dari kehidupan yang suka menyakiti
dan menusuk dengan tajam, ini menunjuk kepada orang dunia dan orang malas.
Jadi, orang malas itu digambarkan seperti onak duri, dan itu juga merupakan
tabiat dari orang dunia.
Kalau kita menyakiti sesama, menusuk dengan tajam, maka
kita tidak ada bedanya dengan orang malas, tidak ada bedanya dengan manusia
dunia di luaran sana, sementara firman sudah diperdengarkan, itulah semak duri,
rumput duri.
2.
Jerami, menunjuk; kehidupan yang tidak diisi oleh firman Allah, sama
dengan; hatinya kosong, tanpa firman.
Selayaknyalah kita menghargai firman Allah yang
diperdengarkan dan disampaikan dalam penguraian yang baik dan benar dalam
tuntunan Roh Kudus, dan selekasnya hati ini diisi oleh firman yang diperdengarkan
itu, sebab kalau kosong, maka akan berbahaya sekali. Sama seperti jerami;
setelah dituai -- misalnya padi atau jelai --, maka yang tersisa adalah
batangnya saja, kosong, kering-kering rohani. Kalau hari ini kita mengalami
kekeringan rohani, sekarang secepatnya kita datang di kaki salib Tuhan,
tersungkur di ujung kaki salib Tuhan, kita menangis dengan segala hati yang
hancur, supaya kerohanian ini tidak lagi kering-kering.
3.
Ilalang, sama dengan; berdaun hijau tetapi tidak berbuah, menunjuk kepada
orang yang melayani Tuhan tetapi tidak dengar-dengaran.
Rumput liar semacam ini harus dipangkas,
maka di atas gunung Tuhan kita tidak lagi mengalami kekejutan, karena di atas
gunung Tuhan ada damai sejahtera, tidak ada lagi perang yang mengejutkan, sebab
alat perang seperti tombak sudah berubah menjadi alat pemangkas yang memangkas
tiga perkara tadi, mulai dari rumput duri, jerami dan ilalang.
Kita bersyukur malam ini, biarlah kiranya
damai sejahtera Kristus memerintah di hati kita. Tidak ada lagi kekejutan oleh
binatang buas dan tidak dikejutkan lagi oleh pedang, sebab di atas gunung Tuhan
ada damai sejahtera, dan Tuhan tidak menghendaki kekacauan karena sesuatu yang
tidak suci, yang tidak baik, yang tidak benar.
Kalau mungkin kehidupan kita ini dahulu
seperti binatang buas, menuruti hawa nafsu keinginan daging, biarlah malam ini
menangis di kaki Tuhan, minta ampun kepada Tuhan. Kalau mungkin dahulu kita
selalu menimbulkan pertikaian dan perpecahan, mari menangis dan menyesallah.
Dan kiranya dari penyembahan malam ini, penyesalan itu kekal sampai Tuhan
datang pada kali yang kedua, menjadi tanah yang subur dan berbuah ada yang
seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali
lipat. Nama Tuhan dipermuliakan.
Di atas gunung Tuhan ada damai sejahtera
dan kebenaran. Hai gunung Tuhan, hai gunung Sion, hai imam-imam, bawalah damai
sejahtera. Biarlah kiranya damai sejahtera Kristus memerintah di hatimu. Jangan
selalu menjadi binatang buas. Jangan timbulkan peperangan lahir batin dalam
penggembalaan ini.
- Ubah alat perangmu; ubah
pedang menjadi mata bajak. Ijinkan hati kita dibajak supaya menjadi tanah hati
yang baik dan subur, sehingga manakala benih firman ditaburkan, maka bertumbuh
dan berbuah seratus, enam puluh, tiga puluh kali lipat.
- Ayo, ubah tombak menjadi
alat pemangkas, supaya semua rumput liar dipangkas; rumput liar yang menusuk
hati orang lain dipangkas, rumput liar kering-kering rohani dipangkas, rumput
liar melayani tanpa dengar-dengaran dipangkas habis.
Ijinkan damai sejahtera
Kristus memerintah di dalam hati. Jangan keras hati lagi, itu tidak ada
artinya, sebab seseorang akan mengalami kerugian sendiri nanti.
Biarlah kita semua mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan dalam melayani pekerjaan Tuhan, juga
mengasihi sesama seperti diri sendiri, itulah yang membuat kita menjadi
bijaksana. Jangan bodoh seperti lima gadis yang bodoh, sebab orang yang
bijaksana dekat dengan Kerajaan Sorga seperti lima gadis yang bijaksana, tetapi
jika hidup dalam kebodohan, maka pintu akan tertutup. Renungkanlah firman malam
ini.
Apa artinya melayani tanpa kasih? Apa
artinya pura-pura baik di depan mata, tetapi penuh kemunafikan? Apa artinya
berkata-kata manis, tetapi mengandung kenajisan? Itulah jerami; kering-kering
rohani. Itulah ilalang; berdaun hijau, tetapi firman tidak ada di dalam
hatinya, sehingga tidak berbuah.
Apa artinya melayani tanpa kasih? Tidak ada
artinya korban bakaran, tidak ada artinya korban sembelihan, jika tidak
mengasihi Tuhan dan tidak mengasihi sesama.
Apa arti ibadah ini kalau tidak hidup dalam
kasih? Apa arti ibadah ini kalau engkau keras hati? Apa arti pelayananmu kalau
engkau tidak mampu mengasihi Tuhan? Apa arti pelayananmu kalau engkau tidak
mampu mengasihi sesama? Engkau sama saja seperti orang malas dan orang dunia di
luaran sana.
Sampai berapa lama engkau mempertahankan
kekerasan hatimu? Sampai berapa lama engkau mau mempertahankan kenajisanmu?
Engkau yang lebih tua, lebih dewasa rohani,
perhatikanlah adik-adik rohanimu (kanak-kanak rohani). Jangan sampai sudah tua
(lama) mendengar firman, tetapi tidak mengerti tentang kedewasaan, tidak
mengayomi, tidak bisa menjadi tembok. Sudah tua (lama mendengar firman), tetapi
tidak bisa menjadi tembok? Mau berapa lama lagi engkau bertahan dengan
kekerasan hati, bertahan dengan pengertianmu, bertahan dengan kenajisanmu?
Menyerahlah … menyerah … menyerah … menyerah kepada Tuhan. Tuhan tunggu
penyerahanmu.
Kalau memang engkau mengasihi, engkau tidak
akan pernah menusuk dan menyakiti. Engkau harus menjadi tembok, itu mengasihi.
Bawa dia untuk mengenal ketebusan, bawa dia untuk mengenal kasih Mempelai,
kasih yang mempersatukan. Jadilah palang-palang untuk mempersatukan papan
jenang. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment