IBADAH
KAUM MUDA REMAJA, 28 MARET 2020
STUDY
YUSUF
(Seri: 184)
Subtema:
JALAN TUHAN TIDAK TERSELAMI
OLEH AKAL DAN PIKIRAN MANUSIA
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena rahmat dan kasih
karunia-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah
Kaum Muda Remaja sekalipun dalam suasana (keadaan) yang menghimpit. Biarlah kita
terus berjuang untuk memikul salib sampai Tuhan
datang pada kali yang kedua.
Demikian juga saya tidak lupa menyapa
anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan, terkhusus pemuda remaja yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di
mana pun
anda berada.
Selanjutnya, mari kita
berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya
bagi kita di malam ini, sehingga
kehidupan kita di hari-hari terakhir ini selalu dipulihkan,
diberi kekuatan baru, bagaikan sayap burung rajawali yang terbang tinggi, sehingga
berlari tidak jatuh dan berjalan tidak lelah.
Mari kita sambut firman penggembalaan
untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari STUDY
YUSUF.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak
laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye
kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku
lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang
kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku
mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh tahun kelaparan
itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak
laki-laki.
- Yang
sulung bernama: Manasye.
- Yang
kedua bernama: Efraim.
Selanjutnya, mari kita
simak arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari anak
yang sulung, yakni Manasye.
MANASYE, artinya:
Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1. Yusuf
lupa kepada kesukarannya.
2. Yusuf
lupa kepada rumah bapanya.
Mari kita simak tentang:
Yusuf lupa kepada kesukarannya.
Adapun kesukaran Yusuf dibagi dalam
tiga fase:
- Fase
yang pertama: “Ketika Yusuf tinggal
bersama-sama dengan saudara-saudaranya” (Kejadian 37).
- Fase
yang kedua: “Ketika Yusuf tinggal di
rumah Potifar” (Kejadian 39).
- Fase
yang ketiga: “Ketika Yusuf berada di
dalam penjara” (Kejadian 40).
Namun
kita
masih berada pada FASE YANG KEDUA, yakni: KETIKA
YUSUF TINGGAL DI RUMAH POTIFAR.
Mari
kita lihat peristiwa itu di dalam Kejadian 39.
Kejadian 39:6B
(39:6) Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan
Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain
dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.
“Adapun
Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.”
Ketentuan firman Allah terhadap sidang
mempelai Tuhan ialah manis sikapnya dan elok parasnya. Mengapa
demikian? Karena sidang mempelai Tuhan tidak boleh ada cacat dan celanya, sesuai dengan Kidung Agung 4:1-7 dan Wahyu 12:1.
Pendeknya,
keindahan dari mempelai perempuan dinyatakan di tengah-tengah bangsa kafir
bagaikan Yusuf ada di tanah Mesir.
Selanjutnya,
mari kita ikuti ayat 7.
Kejadian
39:7
(39:7) Selang
beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya:
"Marilah tidur dengan aku."
Kalau
kehidupan rohani orang Kristen (pemuda remaja) telah diberkati, bahkan berkat
rohani itu telah sampai pada puncaknya, yaitu mulia dan indah, maka di sisi
lain, lawan atau musuh yang paling dibenci oleh Tuhan, yakni kenajisan, akan
datang dan berusaha untuk menjatuhkan, sebagaimana isteri Potifar mengajak
Yusuf untuk tidur. Itu harus diperhatikan dengan baik.
Namun
kita lihat kelanjutannya dalam ayat 8-9.
Kejadian
39:8-9
(39:8) Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu:
"Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini
dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, (39:9) bahkan
di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak
diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya.
Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa
terhadap Allah?"
Singkatnya,
Yusuf menolak untuk tidur dengan isteri Potifar. Dengan demikian, kedudukan
Yusuf terlihat dengan nyata:
-
Yusuf
memiliki sikap yang tegas.
-
Kuat
dan teguh hati.
-
Mempunyai
pendirian yang benar.
Dengan
tiga kedudukan Yusuf di atas, menunjukkan bahwa:
1.
Yusuf
tidak menodai kemurnian firman Allah.
Sejauh ini kita sudah menerima Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya
Tabernakel -- dengan lain kata firman yang berkuasa untuk mengadakan penyucian
-- sehingga pada akhirnya kita menjadi suatu kehidupan yang murni di hadapan
Tuhan.
2.
Yusuf
memelihara harta yang indah.
Selanjutnya,
kita akan melihat pembuktian-pembuktiannya di dalam diri Yusuf, diawali dengan
…
BUKTI
YUSUF TIDAK MENODAI KEMURNIAN FIRMAN ALLAH.
Yeremia
23:28
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu,
dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu
dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman
TUHAN.
Nabi
yang beroleh mimpi harus menceritakan mimpinya itu dengan benar, dan nabi yang
beroleh firman Tuhan harus menceritakan firman Tuhan itu dengan benar, berarti;
jangan ditambahkan dan jangan dikurangkan. Tujuannya;
supaya terjaga kemurnian dari firman Allah itu sendiri.
Pendeknya,
Yusuf adalah pribadi yang digambarkan dengan “gandum”. Berarti, Yusuf adalah
pribadi yang berisi penuh dengan firman Allah. Biarlah kiranya kita semua juga
digambarkan seperti “gandum”, berisi penuh dengan firman Allah, supaya
kehidupan kita ini benar dan murni, karena kita tidak menodai firman Allah yang
sudah kita terima dan melekat di dalam diri kita masing-masing.
Contoh.
Kejadian
37:5-9
(37:5) Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya
kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.
(37:6) Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang
kumimpikan ini: (37:7) Tampak kita sedang di ladang mengikat
berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian
datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada
berkasku itu." (37:8) Lalu saudara-saudaranya berkata
kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau
ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena
mimpinya dan karena perkataannya itu. (37:9) Lalu ia memimpikan pula
mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya:
"Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang
sujud menyembah kepadaku."
Yusuf
menceritakan kedua mimpinya itu kepada saudara-saudaranya di hadapan kedua
orang tuanya dengan benar. Berarti, tidak ditambahkan dan tidak dikurangkan. Dengan
demikian, Yusuf menjaga kemurnian dari pada firman Allah, sekalipun ia dibenci.
Sampai
pada hari ini saya tetap berpegang teguh kepada pengajaran firman Allah yang
benar dan murni, yaitu Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel,
sekalipun harus ditolak, sebab;
-
Seorang
nabi yang beroleh mimpi, ia harus menceritakan mimpinya itu dengan benar,
sekalipun ia ditolak.
-
Demikian
juga seorang nabi yang memperoleh firman Tuhan, ia harus menceritakan firman
Tuhan itu dengan benar, sekalipun ia harus ditolak, bagaikan saudara-saudara
Yusuf membenci Yusuf oleh karena mimpinya itu.
Lebih
baik ditolak manusia asal kita diterima Tuhan, dari pada kita diterima manusia
tetapi ditolak Tuhan.
Pendeknya,
pengajaran firman Allah yang benar dan murni harus disampaikan dengan benar.
Syarat
untuk menyampaikan pengajaran firman Allah yang benar dan murni ialah tanpa
menggunakan perasaan dan pikiran manusia daging. Kita pun di dalam hal
mendengar Firman Pengajaran Mempelai, tidak boleh dengan menggunakan pikiran
dan perasaan manusia daging, sebab firman Allah akan bertolak belakang dengan
pikiran manusia daging -- apalagi di dalam hal memikul salib, hal itu tidak
sesuai dengan pikiran dan perasaan manusia daging --.
Berarti,
kalau hamba Tuhan, gembala sidang -- seorang pemimpin rumah Tuhan atau disebut
penilik jemaat -- berusaha untuk mempertahankan sidang jemaat, sehingga sidang
jemaat tetap berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dengan menggunakan
perasaan dan pikiran manusia daging, menunjukkan bahwa di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan itu tidak mempunyai atau tidak memiliki pengajaran firman Allah
yang benar dan murni.
RESIKO
APABILA PENGAJARAN FIRMAN ALLAH YANG BENAR DAN MURNI DISAMPAIKAN: Akan
menimbulkan kebencian yang double, kebencian yang amat sangat. Hal
itu memang itu harus terjadi, mengapa demikian? Karena pengajaran firman Allah
yang benar dan murni itu tidak kompromi dengan dosa, walaupun sakit bagi
daging.
Adapun
kedua mimpi Yusuf tersebut ialah:
- YANG PERTAMA: Tampak satu ikat berkas gandum tegak
berdiri, lalu datanglah sebelas berkas saudara-saudaranya, mengelilingi dan
sujud menyembah berkas Yusuf.
- YANG KEDUA: Tampak matahari, bulan, dan sebelas
bintang sujud menyembah kepada Yusuf.
Kejadian
37:10-11
(37:10) Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka
ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu
serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?" (37:11)
Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan
hal itu dalam hatinya.
Oleh
karena kedua mimpi Yusuf:
-
Menimbulkan
kebencian, karena iri hati dari saudara-saudara Yusuf tersebut.
-
Yusuf
ditegur oleh Yakub, ayahnya.
Tetapi
sekalipun demikian, Yusuf rela menerima resiko, yaitu dibenci oleh
saudara-saudara dan ditegur oleh ayahnya, Yakub. Inilah resiko yang dialami
seorang hamba Tuhan apabila ia menyampaikan pengajaran firman Allah yang benar
dan murni.
Oleh
sebab itu, pemuda remaja harus sadar bahwa firman Allah yang benar dan murni
sanggup mengoreksi dan mengubahkan kehidupan kita masing-masing. Namun sekalipun
demikian, Yusuf harus tetap menceritakan firman yang berisi gandum serta menceritakan
mimpinya itu dengan benar, apapun resikonya.
Selanjutnya,
kita akan menyimak arti rohani dari kedua mimpi Yusuf tersebut.
Yang
pertama, tentang: TAMPAK SATU IKAT BERKAS GANDUM TEGAK BERDIRI, LALU
DATANGLAH SEBELAS BERKAS SAUDARA-SAUDARANYA, MENGELILINGI DAN SUJUD MENYEMBAH
BERKAS YUSUF.
Mimpi
Yusuf ini juga dinubuatkan oleh nabi Yesaya, mari kita melihat akan hal itu
dalam Yesaya 2.
Yesaya
2:2-3
(2:2)
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung
tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang
tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita
naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang
jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan
keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Gunung
tempat rumah Tuhan, yakni gunung Sion:
-
Berdiri
tegak di hulu gunung-gunung.
-
Menjulang
tinggi di atas bukit-bukit.
Sehingga
segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, yakni naik ke gunung Tuhan, gunung
Sion.
Peristiwa
ini seakan-akan “menyembah”, bagaikan sebelas berkas saudara-saudara Yusuf
mengelilingi dan menyembah satu ikat berkas gandum milik Yusuf.
Pertanyaannya:
Mengapa nanti bangsa-bangsa akan berduyun-duyun naik ke gunung Sion,
seakan-akan menyembah, bagaikan sebelas ikat berkas gandum saudara-saudara
Yusuf datang dan mengelilingi sujud menyembah satu ikat berkas gandum milik
Yusuf?
Jawabnya,
karena dua hal, yakni:
1.
Dari
Sion akan keluar pengajaran.
2.
Firman
Tuhan dari Yerusalem.
MANFAAT
PENGAJARAN YANG KELUAR DARI GUNUNG SION -- gunung Tuhan, rumah Allah Yakub --,
yaitu; untuk mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan.
Jalan-jalan
Tuhan itu adalah jalan-jalan yang tidak terselami oleh akal dan pikiran
manusia, tidak ada yang dapat menyelami jalan-jalan Tuhan. Oleh sebab itu, mau
tidak mau, kita harus naik ke gunung Sion, naik ke gunung Tuhan, karena dari
sana keluar pengajaran.
Kita
melihat jalan-jalan Tuhan, diawali dari 1 Petrus 2.
1
Petrus 2:19-24
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak
Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20)
Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat
dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka
itu adalah kasih karunia pada Allah. (2:21) Sebab untuk itulah kamu
dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. (2:22)
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23)
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika
Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada
Dia, yang menghakimi dengan adil. (2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita
di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa,
hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
Singkatnya, dari apa yang sudah dibaca; kita dipanggil untuk mengikuti jejak atau tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah, yaitu menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Berarti, orang lain yang bersalah, tetapi kita yang menanggungnya. Inilah tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah itu, dan kita dipanggil untuk mengikuti jejak-Nya.
Tujuannya:
supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
Prakteknya:
- Ia tidak berbuat dosa
= hidup suci dan benar, menunjuk kepada: kuasa dari FIRMAN ALLAH sebagai tabiat
Yesus, Anak Allah.
-
Tipu
tidak ada dalam mulut-Nya, menunjuk kepada:
tabiat dari ROH ALLAH, yaitu Kristus.
-
Tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan,
menunjuk kepada: kuasa dari KASIH, tabiat dari Allah Bapa.
Jadi,
kesimpulannya:
-
Hidup
suci dan benar, itu tabiat dari Yesus, Anak Allah.
-
Tidak
ada dusta, itu tabiat dari Roh Allah.
-
Tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan, itu tabiat dari Allah Bapa, yaitu
kasih.
1
Petrus 2:25
(2:25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu
telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Kalau
kita mengikuti jejak Yesus yang berdarah dengan tepat dan benar, maka kita tidak
sesat di jalan, sama dengan; domba yang tergembala, berarti
terpelihara lahir batin (jasmani maupun rohani).
Seperti
pengakuan Daud dalam Mazmur 23:1, “TUHAN adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku”. Berarti, tidak kekurangan, baik secara jasmani, maupun
secara rohani.
- Secara jasmani: segala perkara lahiriah dicukupkan.
-
Secara
rohani: dosa kejahatan dan kenajisan tidak nampak lagi sebagai kekurangan.
Kalau
kita menjadi domba yang tergembala, pasti terpelihara, tidak sesat.
Sekali
lagi saya sampai dengan tandas: Kenapa bangsa-bangsa berduyun-duyun naik ke
gunung Sion? Karena dari Sion keluar pengajaran. Manfaat dari pengajaran adalah
untuk mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan.
Secara
singkat, kita sudah melihat jalan-jalan Tuhan, itulah tapak-tapak kaki Yesus
yang berdarah. Untuk itulah kita dipanggil, yakni untuk mengikuti jejak yang
berdarah itu, supaya kita tidak tersesat di jalan, sama seperti domba-domba
yang tergembala, terpelihara dengan baik.
Kita
mengetahui dalam sebuah lagu yang mengatakan: Jalan-Mu tak terselami oleh
setiap hati kami. Namun satu hal ku percaya, ada rencana yang indah. Tiada
terduga kasih-Mu, heran dan besar bagiku. Arti kehadiran-Mu s’lalu nyata di
dalam hidupku. Penyertaan-Mu sempurna, rancangan-Mu penuh damai, aman dan
sejahtera walau di tengah badai. Ingin ku s’lalu bersama rasakan keindahan arti
kehadiran-Mu Tuhan.
Mari
kita lihat JALAN-JALAN TUHAN lebih lengkap lagi dan lebih sempurna.
Amsal
30:18-19
(30:18) Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak
kumengerti: (30:19) jalan rajawali di udara, jalan ular di
atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki
dengan seorang gadis.
Ada
empat hal jalan-jalan Tuhan, dan semuanya itu tidak dapat diselami oleh akal
dan pikiran dari raja Salomo, walaupun ia adalah seorang yang penuh hikmat dan
akal budi dan kebijaksanaan.
Mari
kita lihat, empat hal jalan-jalan Tuhan:
1.
Jalan
rajawali di udara, menunjuk kepada: kewibawaan
dan keagungan Yesus sebagai RAJA yang kuat, bagaikan sayap burung nasar
yang terbang tinggi dengan kekuatan sayapnya. Perlu untuk diketahui: Memang,
Yesus adalah Raja yang besar dan agung, namun Ia telah mengangkat serta
mengurapi kita untuk memerintah sebagai raja-raja kecil di bumi ini.
2.
Jalan
ular di atas cadas, sama dengan: berdiri
di atas korban Kristus, Yesus adalah gunung batu. Jalan ular di atas
cadas, menunjuk kepada: sengsara dan derita Yesus sebagai MANUSIA. Ini
merupakan perjalanan sengsara dan derita atau pengalaman kematian yang kita
alami di atas muka bumi ini, sama dengan; berdiri di atas korban Kristus. Memikul
salib di tengah ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini merupakan perjalanan
yang unik, yang tidak dapat diselami oleh akal dan pikiran manusia, tidak sesuai
dengan logika manusia.
3.
Jalan
kapal di tengah-tengah laut, menunjuk kepada: kebangkitan
Yesus sebagai HAMBA
Lautan luas, menunjuk kepada; kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus. Yesus, sebagai hamba, Dia bagaikan kapal di tengah lautan yang
berisi penuh dengan muatan -- itulah segala harta dan kekayaan sorgawi yang
berharga dan bernilai tinggi – yang mencari pelabuhan hati kita masing-masing. Oleh
sebab itu, jadilah syahbandar bagi Tuhan, jadilah pelabuhan hati yang baik bagi
Tuhan supaya hati ini diisi penuh dengan segala kekayaan sorgawi yang berharga
dan bernilai tinggi. Tidak ada sesuatu yang tidak berharga di dalam diri Yesus
Kristus, semuanya bernilai tinggi, sebab Ia telah turun ke dunia orang mati,
dan Ia bangkit pada hari ketiga.
4.
Jalan
seorang laki-laki dengan seorang gadis, menunjuk
kepada: kemuliaan Yesus sebagai ANAK ALLAH.
Diawali
dengan “jalan rajawali di udara”, menunjuk kepada Yesus Raja, namun Ia
meninggalkan kemuliaan-Nya, meninggalkan sorga yang mulia:
-
Turun
ke bumi dan menjadi manusia dalam sengsara atau kematian.
-
Hari
yang ketiga bangkit, bagaikan kapal di tengah-tengah lautan bebas.
-
Dan
kalau kita bertekun di dalam pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya, kelak
kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Apabila
kelak Ia datang untuk kedua kalinya, maka Ia tampil sebagai Raja dan Mempelai
Pria Sorga dalam kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.
Jelas,
bahwa; jalan-jalan Tuhan adalah jalan-jalan yang sempurna, yang tidak terselami
oleh akal dan pikiran manusia, mengapa? Karena manusia tidak sempurna.
Sekali
lagi saya sampaikan dengan tandas: Apabila Ia datang untuk yang kedua kalinya,
maka Ia tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga dalam kemuliaan dan
kesempurnaan-Nya, jelas ini menunjuk kepada; pesta nikah Anak Domba.
Sebagai
pembuktian:
Wahyu
19:6-9
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti
desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7)
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari
perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (19:8)
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.] (19:9) Lalu ia
berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke
perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan
ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Perjalanan
rohani kita di atas muka bumi ini berada pada satu titik, yakni perjamuan
kawin Anak Domba. Jadi, sesuai dengan apa yang ditulis raja Salomo, di mana
jalan terakhir adalah “jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis”.
Jadi,
jelas sekali bahwa perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini akan berakhir
pada perjamuan malam kawin Anak Domba, menjadi mempelai wanita Tuhan = berada
dalam kemuliaan dan kesempurnaan Yesus Kristus sebagai Raja dan Mempelai Pria
Sorga. Sungguh, jalan-jalan Tuhan adalah jalan yang tak terselami oleh akal dan
pikiran manusia.
Kita
akan bandingkan dengan perjalanan yang tidak sesuai dengan perjalanan mempelai
Tuhan.
Amsal
30:20
(30:20) Inilah jalan perempuan yang berzinah: ia makan, lalu menyeka mulutnya,
dan berkata: Aku tidak berbuat jahat.
Inilah
perjalanan mempelai setan, yaitu tidak mau mengakui dosa, penuh dengan segala
dusta dan tipu daya dalam mulutnya. Jelas berbeda dengan jalan atau tapak-tapak
kaki Yesus yang berdarah:
1.
Ia
benar.
2.
Di
dalam mulut-Nya tidak ada dusta.
3.
Ia
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Di
dalam mulut mempelai Tuhan tidak ada dusta, itu bisa kita lihat di dalam Wahyu
14:1.
Wahyu
14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak
Domba berdiri di bukit Sion bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh
empat ribu) orang yang telah ditebus dari antara manusia di atas muka bumi ini,
dan mereka itu adalah milik kepunyaan Tuhan. Buktinya; di dahi mereka tertulis
nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Jadi,
inti dari mempelai wanita Tuhan adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu)
orang, semuanya itu berasal dari 12 (dua belas) suku Israel tulen.
Wahyu
14:4-5
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka
ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi
Anak Domba itu. (14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat
dusta; mereka tidak bercela.
“…Tidak
mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan…” Ini
bukan perempuan biasa, sebab perempuan-perempuan ini menunjuk kepada:
1.
Izebel. Ini adalah gambaran dari perempuan yang tidak menempatkan Kristus
sebagai Kepala. Prakteknya; mengajar dan tidak mau menerima ajaran.
2.
Perempuan
Babel. Ini juga bukan perempuan biasa, sebab di tangannya
ada sebuah cawan berisi penuh dengan:
1)
Kekejian.
2) Kenajisan percabulannya.
“…
Mereka murni sama seperti perawan …” Jelas,
bahwa 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang itu adalah inti dari
mempelai Tuhan, sebab di sini dikatakan: “mereka murni sama seperti perawan”,
berarti suci di atas suci.
“Mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi”, sama dengan; senantiasa menyangkal diri dan memikul salib, serta
mengikut Tuhan.
Dan
selanjutnya, “mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban
sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.” Korban sulung adalah korban
yang senantiasa menyenangkan hati Tuhan. Kalau kita senantiasa mendahulukan
Tuhan dan pekerjaan Tuhan, itu sesuatu yang sangat menyenangkan hati Tuhan.
Yang
terakhir, “di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta” Tipu dan dusta
tidak terdapat dalam mulut mereka, dan itu adalah sebuah bukti bahwa mereka
tidak bercela. Kalau seseorang benar dalam perkataannya, dia sempurna tidak
bercela.
Jadi,
kalau kita perhatikan empat jalan ini; betul-betul tidak terselami oleh akal
dan pikiran manusia, tetapi Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel bagaikan
gandum yang telah memberi pengertian kepada kita, sehingga kita juga beroleh
pengertian yang benar. Biarlah kita belajar untuk melakukan firman Tuhan dan
melangkah sesuai ketetapan dari firman Tuhan, itulah perjalanan mempelai.
Kesimpulannya:
Yusuf tidak menodai kemurnian firman Allah.
Yusuf
berisi penuh dengan gandum, dan suatu kali kelak, bangsa-bangsa akan naik ke
atas gunung Sion, karena dari Sion keluar pengajaran. Manfaatnya: untuk
mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan, yakni jalan-jalan mempelai. Tuhan
sedang menerangi hati kita masing-masing, terkhusus tentang jalan-jalan Tuhan,
jalan-jalan yang tidak bisa diselami oleh akal dan pikiran manusia.
Ketika
Yusuf tidak menodai kemurnian firman Allah, maka kita tidak sesat di jalan,
sebab gandum -- yakni Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel -- akan
membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna -- yakni
menjadi mempelai Tuhan --. Perjalanan
rohani kita di atas muka bumi ini akan berakhir pada satu titik, yaitu pesta
nikah Anak Domba, menjadi mempelai Tuhan; itulah sasaran akhir dari perjalanan
rohani kita, tidak sesat.
Sebaliknya,
kalau firman itu sudah ternodai (ditambahkan dan dikurangkan), maka gereja
Tuhan akan sesat di jalan. Tetapi kita bersyukur, Tuhan Yesus menyatakan isi
hati-Nya kepada kita sekaliannya. Tuhan menjadikan kita spesial di hati-Nya,
bahkan istimewa.
Mari
kita lihat, sebagaimana hal perjalanan bangsa Israel; manusia hidup bukan dari
roti, melainkan dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.
Yosua
3:3-4
(3:3) dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: "Segera
sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang
diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga
berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -- (3:4) hanya antara
kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya,
janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus
kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."
Bangsa
Israel harus mengikuti geraknya Tabut Perjanjian yang dipikul oleh para imam,
yang memang suku Lewi. -- Suku Lewi adalah kehidupan yang dikhususkan untuk
Tuhan. -- Tujuan bangsa Israel harus mengikuti geraknya Tabut Perjanjian adalah
supaya mereka mengetahui jalan yang harus ditempuh, sebab jalan itu belum
pernah mereka lalui.
Jadi,
sangat lucu rasanya apabila seorang hamba Tuhan dengan tidak segan-segan berani
berkata bahwa ia berulang kali naik turun ke sorga. Tidak ada seorang
pun yang tahu jalan untuk masuk dalam Kerajaan Sorga, kalau ia tidak dituntun
oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, bagaikan bangsa Israel
mengikuti geraknya Tabut Perjanjian.
Tabut
perjanjian berbicara tentang dua hal:
1.
Takhta, menunjuk kepada: ibadah dan pelayanan, seperti yang kita kerjakan pada
malam hari ini, sebab di tengah-tengah ibadah pelayanan ini Tuhan hadir dan bertakhta.
2.
Hubungan
nikah antara Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki dengan
sidang jemaat sebagai mempelai perempuan-Nya berdasarkan kasih.
Namun
perlu untuk diketahui: Jarak antara bangsa Israel dengan tabut itu ada 2000 (dua
ribu) hasta. Yesus Kristus telah mengerjakan semua pekerjaan-Nya di atas kayu
salib 2000 (dua ribu) tahun yang lalu. Jadi,
jelas sekali apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes: “Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku.”
Kita
akan lanjutkan di minggu yang akan datang, jika Tuhan ijinkan, yaitu secara
khusus tentang YUSUF MEMELIHARA HARTA YANG INDAH. Tadi kita sudah melihat,
bahwa Yusuf tidak menodai Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni karena
Yusuf digambarkan seperti seikat berkas gandum berdiri tegak, lalu datanglah
sebelas ikat berkas gandum milik saudara-saudaranya mengelilingi dan datang
sujud menyembah kepada berkas gandum Yusuf tersebut.
Kalau
seorang gembala berusaha mempertahankan sidang jemaat dengan pikiran dan
perasaan manusia daging saja, menunjukkan bahwa di tengah-tengah ibadah
pelayanannya tidak ada Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni. Mereka
sudah pasti menolak Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Lihat
Yusuf, dialah mempelai Tuhan; sekalipun isteri Potifar berusaha untuk menggoda,
tetapi ia menolak dengan tegas, dia memiliki pendirian yang teguh. Hal ini menunjukkan
dua hal:
1. Ia memiliki pengajaran firman Allah yang benar dan yang
tidak dinodainya. Kalau kita mempertahankan kesucian, lepas dari kenajisan,
menyingkir dari kenajisan, sama artinya tidak menodai pengajaran firman Allah
yang benar dan murni, yang sudah kita terima dalam diri kita selama ini. Tuhan
sudah menunjukkan jalan mempelai kepada kita, tetapi hati-hati, ada "mempelai
setan, itulah mereka yang mulutnya penuh dengan dusta.
2.
Yusuf
memelihara harta yang indah.
Sembahlah
Tuhan, karena Tuhan sudah menunjukkan jalan mempelai kepada kita semua dan hati
kita sudah diterangi oleh-Nya. Bagaimana seandainya bila firman itu ternodai karena
hanya sibuk berbicara soal berkat-berkat lahiriah? Semuanya sesat, tidak sampai
kepada perjalanan akhir, yaitu pesta nikah Anak Domba. Tetapi malam ini, kita
semua telah diisi penuh dengan gandum, jangan nodai lagi kemurniannya.
Tidak
ada yang bisa menyelami jalan-jalan Tuhan, bahkan Salomo yang yang penuh hikmat
saja tidak mengerti, tetapi kita yang bodoh ini diberi pengertian, diberikan
pembukaan firman, supaya kita sampai pada satu titik, yaitu pesta nikah Anak
Domba. Inilah tandanya bahwa kami ini dikhususkan, istimewa lebih dari pada
yang lain. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment