IBADAH RAYA MINGGU, 08 MARET 2020
WAHYU PASAL 11
(Seri: 27)
Subtema: RAJA DI ATAS SEGALA RAJA, KING OF KING
Shalom.
Selamat sore. Selamat hari Minggu. Salam
sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita pribadi lepas
pribadi.
Tuhan sudah himpunkan kita di tengah ibadah
Raya Minggu ini yang disertai dengan kesaksian, semua karena kemurahan Tuhan.
Biarlah kita terus bertahan di atas gunung Sion, sampai kita semua benar-benar
menjadi gunung Tuhan, gunung yang membawa damai sejahtera, gunung yang membawa
kebenaran di manapun kita berada, baik dalam perkataan, baik dalam perbuatan,
dalam segala sesuatu, kondisi, keadaan apa pun, supaya di atas segalanya nama
Tuhan dipermuliakan, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Dan saya juga tidak lupa mengucap syukur
kepada Tuhan, oleh karena kemurahan Tuhan, kita dihimpunkan sore ini untuk
mengusahakan Ibadah Raya Minggu, dan biarlah kita mendapat kemurahan lewat
pembukaan firman Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak
Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live
streaming, video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Segera kita sambut firman penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 11. Kita sudah memasuki perikop yang
kedua, “SANGKAKALA YANG KETUJUH. NYANYIAN PUJI-PUJIAN PARA TUA-TUA.”
Wahyu 11:15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan
terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan
atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia
akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."
Malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya
-- berarti sangkakala yang terakhir --, itu merupakan tanda bahwa kerajaan
dunia ini menjadi kerajaan Tuhan (tanda peralihan kekal), sebab Ia akan
memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. Hal ini terjadi menjelang
kedatangan Tuhan Yesus Kristus ke bumi untuk yang kedua kalinya.
Pendeknya, rahasia besar tergenapi, yaitu
bahwa; Ia adalah Raja di atas segala raja (King of king).
1 Korintus 15:24
(15:24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan
kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan
dan kekuatan.
Untuk menjadi Raja di atas segala raja,
Yesus Kristus terlebih dahulu melewati suatu proses yang luar biasa dengan
kurun waktu yang cukup lama dan panjang, sebab Yesus Kristus, Anak Allah, harus
melewati sebuah pergumulan yang sangat hebat, yakni terlebih dahulu
membinasakan:
-
Segala pemerintahan
atau takhta setan di bumi.
-
Segala kekuasaan
setan di bumi.
-
Segala kekuatan
setan di bumi ini.
Jadi, Yesus Kristus terlebih dahulu
melewati proses itu, dan akhirnya Dia tampil sebagai Raja di atas segala raja
untuk selama-lamanya.
1 Korintus 15:25
(15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja
sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Perhatikan kalimat: “Allah meletakkan semua
musuh-Nya di bawah kaki-Nya”, menunjukkan bahwa; Yesus telah melewati
pengalaman salib.
Jadi, Yesus benar-benar telah melewati
sebuah proses dengan sebuah pergumulan yang luar biasa sampai akhirnya Dia
memerintah sebagai Raja di atas segala raja.
Setelah mendapat pengertian ini, kita pun
jangan berhenti manakala kita harus menghadapi suatu proses yang begitu hebat
oleh karena banyaknya pergumulan-pergumulan yang harus kita hadapi di atas muka
bumi ini. Memang, selama kita mendiami kemah tubuh ini, kita banyak mengeluh
karena begitu beratnya tekanan-tekanan yang harus kita hadapi oleh banyaknya
pergumulan-pergumulan, tetapi kita harus tetap bersabar sampai kita benar-benar
berkemenangan terhadap segala pergumulan yang harus kita lewati, sebab itu merupakan
contoh teladan yang Tuhan tinggalkan bagi kita.
1 Korintus 15:26
(15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah
maut. Oleh sebab itu, dalam ayat 55-56 dikatakan: “Hai maut di
manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah dosa dan
kuasa dosa ialah hukum Taurat.”
Singkatnya, tumit Yesus telah meremukkan
kepala ular 2000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib.
Sekarang, KITA AKAN MELIHAT HAL YANG
TERKAIT, DI MANA PEMERINTAHAN ANTIKRIS AKAN BERLANGSUNG NANTI.
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk
sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh
mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Di sini kita melihat: “ … seekor
binatang keluar dari dalam laut …”
Binatang yang keluar dari dalam laut itu,
menunjuk; antikris. Adapun wujud dari binatang itu:
-
Bertanduk
10 (sepuluh).
-
Berkepala
7 (tujuh).
-
10
(sepuluh) mahkota di atas tanduk-tanduknya itu.
Singkatnya, 10 (sepuluh) + 7 (tujuh) + 10
(sepuluh) = 27 (dua puluh tujuh). Angka ini menunjukkan bahwa; seolah-olah
binatang ini (antikris) telah melewati sebuah pengalaman yang sama seperti apa
yang dialami Yesus Kristus.
Sebab kalau berbicara angka 27 (dua puluh
tujuh), itu menunjuk kepada; 27 (dua puluh tujuh) kitab dalam Perjanjian baru
(Injil). Sementara dalam Injil sepenuh, Yesus diceritakan secara lengkap, mulai
dari:
-
Dia datang
ke dunia ini menjadi manusia, lewat proses kelahiran.
-
Kemudian,
Dia harus menjadi korban pendamaian di atas kayu salib; melewati sengsara
salib, mati dan bangkit pada hari ketiga.
-
Selanjutnya
Dia naik dipermuliakan, duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
Itulah kisah Yesus di dalam Perjanjian
Baru, yang semua berisi 27 (dua puluh tujuh) kitab. Dan seolah-olah binatang
ini juga telah melewati pengalaman yang sama seperti yang dialami oleh Yesus
Kristus.
Wahyu 13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan
kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa.
Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya
yang besar.
Pada Wahyu 13:2 ini, kita akan
melihat, YANG PERTAMA:
Adapun antikris itu adalah gabungan dari
tiga jenis binatang, yaitu:
1.
Macan tutul.
2.
Beruang.
3.
Singa.
Pada Wahyu 13:2 ini, kita akan
melihat, YANG KEDUA:
Naga itu memberikan kepada antikris:
1.
Kekuatannya.
2.
Takhtanya atau sebuah pemerintahan setan di bumi.
3.
Kekuasaannya
yang besar.
Naga memberikan semuanya itu kepada
antikris, sehingga nanti antikris juga mempunyai pemerintahan dengan kekuatan
dan kekuasaan yang begitu hebat yang diberikan naga kepada antikris.
Wahyu 13:5
(13:5) Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan
dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat
puluh dua bulan lamanya.
Singkatnya, kepada antikris diberikan mulut
yang penuh kesombongan dan hujat. Pendeknya, antikris akan memerintah di
atas muka bumi ini selama 3.5 (tiga setengah) tahun, karena naga itu telah
memberikan kekuatannya, takhtanya dan kekuasaannya yang besar kepada antikris.
Siapa yang bisa melewati pemerintahan yang
hebat seperti ini? Siapa yang bisa menghadapi kekuatan yang hebat yang
diberikan setan kepada antikris? Siapa yang bisa menghadapi kekuasaan yang
begitu besar yang diberikan oleh naga itu kepada antikris? Siapa yang bisa
melewatinya? Saya kira tidak ada seorang pun yang mampu mengatasi semuanya ini.
Kita sudah melihat, bahwa; betul-betul
nanti antikris akan memerintah di atas muka bumi ini selama 3.5 (tiga setengah)
tahun, dengan kekuatannya yang besar, kekuasaan yang besar yang diberikan oleh
naga kepadanya, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengatasi pemerintahan
yang diberikan oleh setan kepada antikris, baik dia orang pandai, cendekiawan,
baik dia orang yang memiliki harta, kekayaan, uang yang banyak, kedudukan,
jabatan yang tinggi, bahkan sekalipun dia adalah pejabat tinggi, tidak akan
sanggup mengatasi pemerintahan dari antikris dengan kekuasaannya yang besar dan
kekuatannya yang luar biasa ini.
Tetapi rupanya, bukan hanya antikris yang
akan memerintah selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi dengan
kekuatan dan kekuasaannya yang besar. Untuk mengetahui hal itu, kita akan
lanjut memperhatikan ayat 11.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk
dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
Di sini kita melihat: Tampilnya seekor
binatang yang lain (binatang yang kedua) keluar dari dalam bumi.
Adapun wujud dari binatang ini ialah bertanduk
dua sama seperti anak domba, tetapi anehnya, kalau ia berbicara seperti
seekor naga. Jadi, sudah sangat jelas bahwa binatang yang keluar dari dalam
bumi ini, menunjuk; nabi-nabi palsu.
Wahyu 13:12
(13:12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di
depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah
binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh.
Nabi-nabi palsu juga menjalankan kuasa dari
binatang yang pertama -- itulah antikris -- sehingga lewat
penyesatan-penyesatan nabi-nabi palsu ini, seluruh bumi dan semua penghuninya
akan menyembah binatang yang pertama -- itulah antikris --.
Jadi, ternyata, nabi-nabi palsu juga
menjalankan kuasa dari antikris, berarti mereka adalah bagian dari pemerintahan
setan, sebab dia menjalankan kuasa dari binatang yang pertama (antikris).
Kemudian, lewat penyesatan nabi palsu ini, maka seluruh bumi dan semua penghuninya
akan menyembah binatang yang pertama (antikris).
Kalau kita perhatikan sepak terjang dari
nabi-nabi palsu ini luar biasa. Kita tidak bisa melihat sepak terjang dari
nabi-nabi palsu ini dengan sudut pandang pikiran manusia. Kita tidak akan sanggup
mengelak dan menyingkir dari jejak mereka, kalau kita mengandalkan kekuatan
sendiri, hal itu dapat kita perhatikan di dalam Injil Matius 7:15 dst,
sebab nabi-nabi palsu ini mengadakan tiga perkara yang hebat, dan mereka
melakukan itu semua demi nama Tuhan.
-
Mengusir
setan demi nama Tuhan.
-
Bernubuat
demi nama Tuhan.
-
Mengadakan
banyak mujizat demi nama Tuhan.
Semuanya mereka lakukan “demi nama Tuhan”,
namun pada akhirnya Tuhan berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Mengapa Tuhan menyatakan hal itu kepada
nabi-nabi palsu? Karena nabi-nabi palsu mengadakan mujizat, bernubuat dan
mengusir setan, memang “demi nama Tuhan”, tetapi mereka menyingkir dari
Pengajaran Salib, mereka tidak melakukan kehendak Allah Bapa...Matius 7:21.
Kalau kita tidak memiliki pengajaran yang benar dan murni lewat Pengajaran
Salib Kristus, maka kita juga hampir (nyaris) akan digilas oleh arus dan
penyesatan dari nabi-nabi palsu ini. Mereka itu begitu licik karena mereka
melayani dengan cap mereka.
Tetapi sore ini, Tuhan dengan deteksi yang
luar biasa memberi pengertian kepada kita, sehingga kita boleh mengerti sepak
terjang mereka.
Wahyu 13:13-14
(13:13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan
api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (13:14) Ia
menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah
diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia
menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk
menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.
Nabi-nabi palsu menyesatkan mereka yang
diam di bumi dengan:
-
Nabi-nabi
palsu mengadakan tanda-tanda yang dahsyat.
-
Nabi-nabi
palsu menurunkan api dari langit ke bumi di depan semua orang yang
melihatnya, sehingga nanti banyak orang terheran-heran.
-
Dan tanpa
mereka sadari, nabi-nabi palsu menyuruh mereka yang diam di bumi untuk
mendirikan patung binatang yang pertama.
Patung, menunjuk;
penyembahan berhala. Mendirikan patung, berarti; mendirikan suatu penyembahan
berhala.
Itulah penyesatan dari nabi-nabi palsu.
Jadi, orang yang terpikat dengan mujizat dan menerima pengajaran palsu, mereka
akan digiring sesuai dengan penyesatan dari nabi-nabi palsu tersebut.
Kembali saya sampaikan untuk yang kesekian
kali: Sudah sepatutnya kita mengucap syukur kepada Tuhan, karena Tuhan
memperlihatkan segala sesuatu tentang tindak tanduk dari nabi-nabi palsu ini,
termasuk sepak terjang mereka, Tuhan deteksi dan perlihatkan kepada kita,
sehingga kita mengerti mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Mungkin dahulu kita terheran-heran ketika
mujizat terjadi dan diadakan di dalam suatu pelayanan, namun kita tidak sadar,
apabila pelayanan itu menyingkir dari pengajaran salib, ternyata itu adalah
sebuah penyesatan dan kebohongan besar. Sekarang, kebohongan besar itu sudah
terbongkar, karena kasih dan kemurahan Tuhan saja. Puji Tuhan, Haleluya..
Wahyu 13:15
(13:15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung
binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga,
dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah
patung binatang itu, dibunuh.
Selanjutnya, nabi-nabi palsu juga berkuasa
untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu. Banyangkan, “kepadanya
diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu”,
sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan orang yang tidak
menyembah patung binatang itu akan dibunuh.
Pendeknya, nabi-nabi palsu menjalankan
kuasa dari binatang yang pertama, itulah antikris. Berarti, mereka adalah
bagian dari pemerintahan naga, itulah Iblis setan, penghulu di udara yang
gelap.
Jadi, mereka menjalankan aksi jahat oleh
kelicikan dan kepalsuan mereka karena mereka adalah bagian dari pemerintahan
Iblis Setan, penghulu di udara yang gelap.
Lalu dengan pelayanan yang luar biasa
seperti ini, siapa yang bisa mengetahui bahwa “pelayanan itu” dari Tuhan atau
bukan?
Namun, pada akhirnya, Allah akan meletakkan
semua musuh-Nya di bawah kaki Anak-Nya yang tunggal, antara lain segala
pemerintahan, kekuatan dan segala kekuasaan yang besar dari naga itu.
Puji Tuhan … Kita patut bersyukur, pada
akhirnya tumit Yesus meremukkan kepala ular 2000 (dua ribu) tahun yang lalu di
atas kayu salib.
Kalau kita perhatikan, pemerintahan dari
Iblis setan begitu terstruktur, pemerintahan itu begitu rapi karena disertai
dengan kekuatan yang luar biasa, disertai kekuasaan yang luar biasa, sehingga
oleh kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa ini, maka mata seluruh penghuni di
bumi ini menjadi buta, terkhusus mereka yang tidak tertulis namanya di dalam
kitab kehidupan Anak Domba.
Tetapi puji Tuhan, 2000 (dua ribu) tahun
yang lalu salib Kristus telah dinyatakan, sehingga semua terdeteksi,
pemerintahan yang penuh dengan akal-akalan terdeteksi. Semua musuh-Nya
diletakkan di bawah kaki-Nya. Semua pemerintahan telah dikalahkan. Semua
kekuatan sudah dikalahkan. Semua kekuasaan yang besar sudah dikalahkan. Yesus
telah melewati sebuah pengalaman yang luar biasa -- itulah sengsara salib --
untuk mengalahkan pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan yang diberikan naga
kepada antikris.
Kita bersyukur, karena Tuhan Yesus baik.
Yesus-lah yang memberi kemenangan kepada kita, pribadi lepas pribadi. Yesus-lah
yang memberi kemenangan, bukan siapa-siapa. Hati-hati, hari-hari ini setan
berusaha untuk menyesatkan gereja Tuhan. Kalau hanya sibuk bicara mujizat
kesembuhan, tetapi mengabaikan salib Kristus, dan menyingkir dari Pengajaran
Salib, itu adalah ajaran sesat.
Bersyukurlah kepada Tuhan Yesus, karena
Tuhan sangat peduli terhadap nyawa saya dan nyawa saudara. Tuhan tidak mau
nyawa kita binasa, sebab itu Tuhan nyatakan lewat Pengajaran Salib.
Semua sudah dikalahkan, baik pemerintahan,
kekuasaan dan kekuatan dari Iblis setan sudah dikalahkan di bawah kaki Tuhan.
Kepala ular telah diremukkan oleh tumit Yesus 2000 (dua ribu) tahun yang lalu
di atas kayu salib.
Lalu, bagaimana sikap kita di hari-hari
terakhir ini? Apakah kita mau mengikuti contoh teladan yang ditinggalkan oleh
Yesus, supaya akhirnya kita berkemenangan? Kalau memang jawab saudara adalah “Amin”,
mari kita konsekuen dengan apa yang sudah kita nyatakan, dan membaca Wahyu
15:1-2.
Wahyu 15:1
(15:1) Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh
malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka
Allah.
Saya tidak menyampaikan tentang ayat ini,
karena ini berbicara tentang tujuh cawan murka Allah yang sudah siap-siap
menyusul setelah tujuh sangkakala. Tadi kita sudah melihat sangkakala yang
terakhir yang ditiup oleh malaikat yang ketujuh dengan penghukumannya, lalu
nanti menyusul tujuh cawan murka Allah.
Sedikit, untuk kita ketahui:
-
Tujuh
cawan murka Allah merupakan penghukuman dari Allah
Bapa, karena tidak menghargai KASIH.
-
Kalau tujuh
sangkakala merupakan penghukuman dari Allah Anak, karena tidak menghargai
FIRMAN.
-
Sedangkan
penghukuman dari tujuh meterai itu merupakan penghukuman dari Allah Roh
Kudus, karena tidak menghargai KEGIATAN ROH, itulah ibadah dan pelayanan ini.
Namun saya tidak berbicara ke situ, tetapi
yang saya tekankan adalah: Sebagai anak-anak Tuhan, di hari-hari terakhir ini
harus mengikuti contoh teladan dari Tuhan supaya kita juga akan mengalami
kemenangan, seperti Yesus telah berkemenangan, semua musuh diletakkan di
bawah kaki-Nya.
Wahyu 15:2
(15:2) Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api,
dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang
itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.
Di tepi lautan kaca berdiri orang-orang
yang telah mengalahkan:
-
Binatang.
-
Patungnya.
-
Bilangan
namanya.
Mengapa mereka bisa mengalahkan tiga
perkara di atas? Sebab mereka itu telah melewati dan mewarnai perjalanan hidup
rohani mereka dengan pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
“Lautan kaca bercampur api”, dalam
susunan Tabernakel terkena pada:
Yang Pertama: Bercampur api,
menunjuk kepada; MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Binatang yang dipersembahkan di atas Mezbah
Korban Bakaran, itulah pribadi Yesus yang disalibkan.
Singkatnya, Mezbah Korban Bakaran, itulah
korban Kristus, menunjuk kepada; pertobatan.
Yang Kedua: Lautan kaca, menunjuk
kepada; KOLAM PEMBASUHAN.
Kolam pembasuhan = baptisan air. Baptisan
Kristus adalah baptisan di dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
Singkatnya, Kolam Pembasuhan, itu berbicara
tentang pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
Kesimpulannya: Diawali dengan lautan api,
itu berbicara tentang sengsara salib, lalu lanjut (meningkat) melewati Kolam
Pembasuhan tembaga, itulah pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan
kebangkitan-Nya.
Biarlah kiranya kita melewati pengalaman
Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan, itulah lautan kaca bercampur api.
Kita bersyukur, karena untuk mengerti
rencana Tuhan, tidak seperti kita membaca sebuah cerita (komik) lalu kita
memahaminya dan selamat, tidak. Tetapi untuk mengerti sebuah rencana yang besar
dan mulia, dibutuhkan:
-
Penyerahan
diri sepenuh kepada Tuhan.
-
Disertai
kesabaran dan kerendahan hati di dalam hal memberi diri dikoreksi oleh firman
(mengalami penyucian oleh Firman).
-
Kemudian
penyucian itu akan lanjut untuk membawa kita sampai kepada kesempurnaan.
Itulah keselamatan. Jadi, jangan saudara
sama ratakan “hal keselamatan” seperti membaca komik (buku atau cerita).
Lihat, mereka yang berkemenangan sudah
melewati “lautan kaca bercampur api”, itulah: sengsara Yesus, mati dan bangkit.
Jadi, pengalaman itu harus dilewati terlebih dahulu, barulah akhirnya
berkemenangan. Kalau gereja Tuhan di hari-hari ini, hanya sibuk dengan mujizat,
tetapi menyingkir dari salib, sampai kapan pun tidak akan berkemenangan.
Kesembuhan itu karunia ilahi, tetapi kalau
“berubah” itu adalah kuasa dari sengsara salib yang kita pikul, berarti antara
mujizat kesembuhan dan keubahan oleh salib tidak sama. Kalau seseorang berubah
karena salib, itu berbeda klasifikasinya dengan mujizat kesembuhan, sebab
mujizat kesembuhan adalah karunia, sedangkan keubahan karena salib, itu
merupakan hubungan langsung dengan kuasa salib.
Mari, kita lihat terlebih dahulu seorang
hamba Tuhan yang luar biasa, yang menjadi teladan yang luar biasa bagi sidang
jemaat di Asia kecil, sehingga ia layak menjadi contoh, menjadi bapa rohani
yang baik bagi anak-anak rohaninya, itulah pribadi RASUL PAULUS, dalam suratan
Filipi.
Filipi 3:8
(3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan
akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus,
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi”,
berarti dianggap sampah. Kalau seorang hamba Tuhan sibuk hanya berbicara soal
berkat jasmani, itu adalah khotbah sampah.
“… Karena pengenalan akan Kristus Yesus,
Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.” Segala kelebihan Rasul Paulus di ayat
3-7 dianggap rugi, dianggap sampah, kotoran.
“Oleh karena Dialah aku telah melepaskan
semuanya itu …” Mulai dari kedudukan, jabatan, sebagai seorang cendekiawan,
sebagai seorang ahli Taurat dan orang Farisi yang sangat dihormati dan disegani
pada waktu itu, tetapi bagi Rasul Paulus semuanya itu merupakan sampah.
Jadi, kalau seorang hamba Tuhan dalam
khotbah, ia sibuk berbicara tentang berkat jasmani, kesembuhan secara jasmani,
tetapi salib tidak disampaikan, itu adalah kotbah sampah.
“… Dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus.” Harta, kekayaan, kedudukan, biarlah itu semua kita anggap
sampah supaya kita memiliki Kristus.
Filipi 3:10-11
(3:10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya
dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan
Dia dalam kematian-Nya, (3:11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan
dari antara orang mati.
Barulah di sini Rasul Paulus berkata: “Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya …”
-
“Kuasa
kebangkitan-Nya”, itulah lautan kaca (baptisan
air).
-
“Persekutuan
dalam penderitaan-Nya”, itulah lautan api, sengsara
salib = kematian.
Jadi, Rasul Paulus ini telah melewati
“lautan kaca bercampur api”, sebab kalau kita lihat dari pernyataan Rasul
Paulus ini: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya”,
tetapi untuk sampai kepada pengalaman kebangkitan ini, diawali dengan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, itulah sengsara salib. Lewat sengsara salib,
nanti lanjut sampai kepada pengalaman kematian, sebab Yesus mati di atas kayu
salib. Kalau tidak ada salib, maka tidak ada pengalaman kematian.
Pengalaman kematian ini sangat penting
sekali bagi kita dalam mengikuti Tuhan, sebab
pengalaman kematian ini yang akan menuntun kita terus di jalur perlombaan.
Kalau kita mengikuti Tuhan tanpa pengalaman kematian, maka pengikutan kita ini
akan diikuti (disertai) dan ditandai dengan bersungut-sungut. Berbeda dengan
orang yang sudah mati; biar diomeli, biar diteriaki, biar diludahi, biar
difitnah, tetap diam saja.
Inilah yang Tuhan kehendaki, ini juga yang
dikehendaki oleh Rasul Paulus, dan biarlah hal ini juga dikehendaki oleh kita
semua yang sudah menerima pengertian (hikmat) dari sorga, dari Allah ini. Jadi,
kembali saya sampaikan: Rasul Paulus telah melewati lautan kaca bercampur api,
sehingga dia berkemenangan.
Ada hal yang mau saya sampaikan mengenai
“harta yang berharga.” Kalau kita tidak mengenali “itu” harta yang berharga,
maka kita tidak akan menghargainya. Tetapi puji Tuhan, Tuhan sudah berikan
Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel. Dahulu, bagi kita tidak berharga,
terlalu rumit untuk dipahami, tetapi puji Tuhan:
-
Hari demi
hari, pengertian Tuhan berikan pada kita.
-
Hari demi
hari, pengertian pun semakin bertambah-tambah.
-
Hari demi
hari, sampai akhirnya kita memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah.
Dahulu kita tidak menghargainya karena kita
tidak tahu bahwa itu adalah barang yang berharga, tetapi saya mau sampaikan
kepada saudara: Kalau mungkin saudara belum memahami Pengajaran Mempelai dalam
Terang Tabernakel, sabar saja. Dan betul-betul lewati lautan kaca bercampur
api. Ikuti Tuhan dengan pengalaman kematian. Mengikuti Tuhan bukan soal siapa
yang paling hebat, siapa yang paling kuat, siapa yang paling banyak hartanya,
bukan. Pengikutan yang benar adalah harus benar-benar sudah melewati lautan
kaca dan lautan api, seperti yang sudah dibuktikan oleh Rasul Paulus kepada
sidang jemaat di Filipi dan sidang jemaat yang lainnya di Asia kecil.
Kita kembali membaca Wahyu 15.
Wahyu 15:2
(15:2) Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api,
dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang
itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi
Allah.
Orang yang sudah melewati pengalaman yakni;
sengsara salib dan lanjut dibawa sampai kepada pengalaman kematian dan bangkit
pada hari ketiga, mereka itu telah berkemenangan, karena sanggup mengalahkan:
1.
Binatang
itu, itulah antikris.
2.
Patungnya, itulah segala penyembahan berhala.
3.
Bilangan
namanya.
Jadi, kalau kita tidak melewati lautan kaca
bercampur api, maka kita tidak akan mungkin bisa mengatasi, tidak akan mungkin
bisa mengalahkan atau berkemenangan terhadap antikris (binatang yang pertama),
dengan segala pemerintahan yang diberikan oleh naga kepadanya, dengan segala
kekuasaan yang begitu besar, dengan segala kekuatan yang begitu dahsyat.
Yesus telah membuktikan kemenangan itu
kepada kita, sebab Dia telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya 2000 (dua
ribu) tahun yang lalu. Sekarang pertanyaannya: Bagaimana dengan hubungan timbal
baliknya? Apakah di hari-hari ini kita dapat membuktikan bahwa kita patut
berkemenangan terhadap pemerintahan dari pada antikris? Tentu bisa, asal kita
melewati lautan kaca bercampur api.
Kemudian, tadi kita sudah membaca: “Pada
mereka ada kecapi Allah.”
Di tangan mereka ada kecapi Allah,
menunjukkan bahwa; pengalaman mereka seirama dengan pengalaman Yesus dalam
tanda kematian dan kebangkitan-Nya, yang diawali dengan persekutuan di dalam
penderitaan -- dengan kata lain diawali dengan sengsara salib, barulah nanti
lanjut sampai kepada pengalaman kematian, lalu bangkit pada hari yang ketiga --
sehingga ada kemenangan. Sebab tidak akan mungkin masuk dalam pengalaman kematian
kalau tidak ada persekutuan dengan sengsara salib.
Minggu lalu ada seorang perempuan yang
pertama kali datang beribadah ke tempat ini. Setelah pulang, kami antar karena
hujan. Di tengah perjalanan, kami berbincang-bincang dengan perempuan tersebut,
dan di tengah perbincangan itu akhirnya saya tahu, bahwa dia sama sekali tidak
mengerti akan pemberitaan firman yang telah saya sampaikan, karena dia tidak
pernah mendengar apa yang saya sampaikan itu, karena dalam ibadah dia hanya
biasa mendengarkan khotbah tentang mujizat kesembuhan dan khotbah soal diberkati (mujizat diberkati, mujizat
diberkati) itu saja, dan ketika ada pemberitaan firman tentang “sangkakala”,
dia tidak mengerti.
Lalu, bagaimana gereja selamat kalau gereja
tidak mengerti tentang sangkakala? Itulah yang membuat saya tidak habis pikir.
Itu sebabnya tanpa ragu saya berkata: Setan sedang berusaha menyesatkan
gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini. Dalam ibadah, pemberitaan
firman (khotbah) hanya menyodorkan soal mujizat kesembuhan, hanya menyodorkan
berkat-berkat jasmani, tetapi menyingkir dari Pengajaran Salib, sidang jemaat
tidak dididik untuk memikul salibnya.
Hal sederhana mau saya sampaikan untuk
mencelikkan mata rohani saudara, yaitu: Bumi tidak akan sampai ke langit
kalau tidak ada salib. Biar sejuta kali mujizat terjadi di depan mata,
seseorang tidak akan selamat kalau tidak ada salib.
Biarlah kita berpikir sederhana; bumi tidak
akan sampai ke langit, kita tidak akan sampai ke sorga, manusia hina (tanah)
ini tidak akan sampai ke sorga, kalau tidak mau pikul salib. Apakah kalau sudah
terjadi mujizat, lalu seseorang menjadi mulia? Tidak mungkin. Realistislah
dalam berpikir, sederhana saja.
Inilah sekarang yang menjadi pekerjaan
rumah kita semua. Hai, imam-imam, ini adalah tugas kita, supaya gereja-gereja
mengerti kebenaran, sebab terlalu gampang sekali orang berkata: “Yang
penting percaya.” Kalau soal percaya, setan juga percaya, tetapi setan
tidak dapat meraih salib (ular/setan tidak punya kaki dan tangan untuk
mengerjakan salib), sehingga jalan ularpun berliku-liku. Nanti setelah sepotong kayu salib ditancapkan dari mulut sampai ekor, barulah ular lurus jalannya.
Biarlah hal ini kita pahami dengan baik;
pengalaman Yesus mengalahkan musuh juga harus menjadi pengalaman kita, berarti
kita harus melewati lautan kaca bercampur api, seperti yang dikatakan Rasul
Paulus kepada jemaat di Filipi tadi.
Kita kembali membaca Wahyu 11.
Wahyu 11:15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah
suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: “Pemerintahan atas dunia
dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah
sebagai raja sampai selama-lamanya.”
“Pemerintahan atas dunia dipegang oleh
Tuhan kita …” Puji Tuhan, akhirnya Tuhan mengambil alih dan menjadi Raja atas segala raja untuk selama-lamanya. Inilah yang kita tunggu-tunggu.
Perhatikan secara khusus bagian A: Pada
saat malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya (sangkakala terakhir),
pada kesempatan yang lain, terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga.
Ini adalah sebuah tanda, sebuah sinyal yang besar yang menunjukkan bahwa Yesus
sudah menjadi Raja di atas segala raja dan akan memerintah bangsa-bangsa untuk
selama-lamanya.
Itu sebabnya, kalau kita ingat peristiwa
ketika Yesus memasuki Yerusalem, orang-orang yang mengikuti Dia berteriak,
bersorak dan berkata: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” Artinya, Yesus tampil
sebagai Raja. Di situ ada suara riuh, suara yang nyaring terdengar dari sorga,
itu menunjukkan bahwa Yesus tampil sebagai Raja dan akan memerintah sampai
selama-lamanya (King of the King).
Jadi, tiupan sangkakala diiringi suara
nyaring di dalam sorga, itu tanda bahwa Yesus telah tampil sebagai Raja di atas
segala raja dan memerintah untuk selama-lamanya.
Memang, kalau kita renungkan; selama
kerajaan Allah belum dipulihkan, di situ tidak akan terdengar suara riuh, yang
ada hanyalah ratapan, yang ada hanyalah air mata dan dukacita. Maka, lewat
peniupan sangkakala di sore hari ini, itulah firman Allah yang diperdengarkan,
selekasnya kita terima dan kita buka hati untuk segera dikoreksi oleh firman
Allah, sehingga segala dosa-dosa itu disingkapkan sampai kita berkemenangan,
dan terdengarlah suara nyaring di dalam sorga.
Saat sangkakala diperdengarkan, biarlah
selekasnya kita terima. Bagaikan perjalanan bangsa Israel di padang gurun
selama 40 (empat puluh) tahun, mereka melangkah sesuai dengan tiupan nafiri,
mereka melangkah setelah mendapat komando (perintah). Demikian juga sangkakala
yang diperdengarkan sore hari ini, biarlah selekasnya kita turuti dan lakukan,
sehingga kita boleh melangkah sesuai ketetapan firman Tuhan, sesuai dengan
komando firman Tuhan.
Singkatnya; pada saat sangkakala yang
terakhir ditiup, dalam kesempatan yang lain ada suara nyaring terdengar di
dalam sorga, tanda bahwa Yesus tampil sebagai Raja dan memerintah sampai
selama-lamanya.
Mazmur 86:8-9
(86:8) Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak
ada seperti apa yang Kaubuat. (86:9) Segala bangsa yang Kaujadikan akan
datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu.
“Tidak ada seperti Engkau di antara para
allah”, termasuk patung binatang yang didirikan oleh binatang yang kedua
(nabi palsu).
“Segala bangsa yang Kaujadikan akan
datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu.” Jadi, segala bangsa yang Tuhan jadikan akan datang dan sujud
menyembah di hadapan Tuhan, dan mereka akan memuliakan Tuhan.
Yeremia 10:6-7
(10:6) Tidak ada yang sama seperti Engkau, ya TUHAN! Engkau besar dan
nama-Mu besar oleh keperkasaan. (10:7) Siapakah yang tidak takut
kepada-Mu, ya Raja bangsa-bangsa? Sungguh, kepada-Mulah seharusnya sikap yang
demikian; sebab di antara semua orang bijaksana dari bangsa-bangsa dan di
antara raja-raja mereka tidak ada yang sama seperti Engkau!
“Engkau besar dan nama-Mu besar oleh
keperkasaan.” Berarti, Tuhan lebih berkuasa dari kuasa yang diberikan naga
kepada antikris dan takhta-Nya lebih mulia dari takhta setan (ular naga).
“Siapakah yang tidak takut kepada-Mu …”
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita menjadi suatu kehidupan yang takut kepada
Tuhan. Dan sikap takut itu harus kita tunjukkan, kita buktikan yakni; tidak
berani berbuat dosa, sebab tanda kita takut akan Tuhan adalah tidak berani
berbuat dosa.
“… Di antara raja-raja mereka tidak ada
yang sama seperti Engkau!” Yesus adalah Raja besar dan Raja di atas segala Raja.
Tanda bahwa Yesus Raja besar adalah kita
harus menunjukkan sikap takut akan Tuhan. Orang yang takut Tuhan, ia tidak
berani berbuat dosa.
Kesimpulannya: Dari sorga kedengaranlah
nyanyian dan sorak, sebab di sana ada Raja di atas segala raja dengan kuasa
yang sempurna.
Malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya,
berarti hukuman sangkakala terakhir dicurahkan ke atas dunia, sebagai
pembalasan bagi dunia, tetapi sebaliknya, sebagai upah bagi mereka yang takut
kepada Tuhan. Sangkakala ditiup;
-
Dalam satu
kesempatan sebagai penghukuman ke atas bumi.
-
Tetapi
dalam kesempatan yang lain sebagai upah karena Yesus sudah menjadi Raja di atas
segala raja.
Itulah upah bagi orang yang takut akan
Tuhan. Sebaiknya memang kita tunjukkan rasa takut itu kepada Tuhan, kita
tunjukkan bahwa kita takut Tuhan. Jangan takut kepada manusia, jangan takut
tidak punya uang, jangan takut kere, karena Tuhan tidak pernah
membiarkan kita kere, tetapi harus takut Tuhan, jangan berani berbuat
dosa, karena Yesus adalah Raja di atas segala raja.
Kembali saya sampaikan: Penghukuman dari
sangkakala yang ketujuh (sangkakala yang terakhir) merupakan penghukuman bagi
dunia, tetapi dalam kesempatan yang lain itu merupakan upah bagi mereka yang
takut akan Tuhan dan tekun mencari kemuliaan (menantikan Tuhan).
Wahyu 11:16
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah
di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah,
Setelah mendengarkan suara nyaring dalam
sorga, di sisi yang lain: “Kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan
Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah.”
Biarlah kiranya di hari-hari terakhir ini
kita banyak menyembah kepada Tuhan; dalam satu kesempatan ada pujian, tetapi
dalam kesempatan yang lain kita tersungkur di kaki salib Tuhan untuk menyembah
Tuhan, merendahkan diri serendah-rendahnya di ujung kaki salib.
Kaki salib adalah poros pelayanan kita. Kalau kaki salib adalah poros pelayanan, marilah kita menyembah
Tuhan, seperti 24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur di kaki salib. Maka
orang yang melayani Tuhan harus berada pada poros pelayanan, di kaki salib,
sujud menyembah kepada Tuhan. Tidak serta merta seenaknya melayani Tuhan di
mimbar, di altar ini, tetapi harus banyak menyembah. Mata tidak boleh tertutup
untuk Tuhan dan pekerjaan-Nya, tidak boleh malas, sebab:
-
Orang
malas tidak masuk sorga.
-
Malas =
jahat.
Kalau Tuhan berkemenangan, musuh-Nya
diletakkan di bawah kaki-Nya, mari kita berada di poros pelayanan; sujud
menyembah di kaki salib supaya kita juga berkemenangan.
Akhirnya, Dia tampil sebagai Raja di atas
segala raja, Dia telah melewati sebuah proses yang begitu hebat.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita tetap
hidup dalam hawa nafsu keinginan daging saja? Apakah kita tidak mau melewati
lautan kaca bercampur api? Apakah terlalu sukar untuk mematikan daging? Apakah
sudah terlalu sukar untuk mematikan harga diri dan kekerasan hati, juga
kemalasan, sehingga sukar untuk masuk dalam pengalaman kematian?
Masih ngomel, masih
bersungut-sungut, itu bukan pengalaman kematian. Kalau mati, berarti daging
tidak bersuara lagi. Biarlah kita memikul salib tanpa persungutan, mulut
(daging) tidak bersuara.
Lewatilah lautan kaca bercampur api,
patahkan segala kutuk nenek moyang. Kutuk akan patah, kalau mau memikul salib,
bukan karena mujizat kesembuhan, bukan karena berkat jasmani. Hanya salib yang
dapat mematahkan kutuk, tidak ada cara yang lain.
Jangan mau disesatkan oleh setan. Jangan
biarkan kerohanianmu mentok. Tetapi pikul saja salibmu dan bertekun, maka nanti
kesembuhan dan berkat-berkat akan mengikuti, sebab Tuhan yang memberikannya
dari sorga secara ajaib.
Lihat, rasakan dan renungkan: Dia sibuk
menyelamatkan kita, tetapi banyak orang Kristen (yang akan diselamatkan) sibuk
dengan urusan daging, sibuk dengan kejahatan, kenajisan dan urusan dunia.
Jangan saudara menyesal suatu hari nanti. Jangan anggap enteng keselamatan yang
Tuhan berikan kepadamu. Kerjakanlah keselamatanmu!
Darah Yesus mengubahkan setiap kita,
menebus kita, dan itu juga yang melepaskan kita dari penyakit apa saja,
termasuk penyakit sampar Corona. Orang sibuk menghindarkan dirinya dari
penyakit sampar Corona dengan kemampuannya, pengertiannya, ilmunya, uangnya,
tetapi biarlah kita sibuk memikul Salib, karena darah salib yang menyelamatkan
kita.
Banyak orang Kristen tidak mengerti sumber
keselamatan, tidak mengerti sumber berkat, dengan bukti; ia hanya sibuk dengan
pemikiran hatinya, tetapi Tuhan sudah memberi suatu pengertian yang benar dan
dahsyat kepada kita sore hari ini, dan biarlah itu menjadi suatu harta yang
berharga dan mulia untuk kita hargai, karena itulah yang menyelamatkan kita,
bukan kedudukan dan jabatan yang tinggi,
bukan ijazah yang tinggi, melainkan darah Yesus yang menyelamatkan kita semua.
Sekarang ini, Tuhan begitu hebat dan
berjuang keras untuk menyelamatkan kehidupan kita masing-masing, kalau saudara
memiliki kepekaan. Oleh sebab itu, jangan bermain-main lagi, sebab nyawa
saudara tidak sama dengan nyawa seekor ayam potong. Nyawa saudara berharga di
mata Tuhan.
Ayo, belajar untuk menjadi suatu kehidupan
yang takut akan Tuhan dan tunjukkanlah rasa takut itu kepada Tuhan, sebab Dia
adalah Raja di atas segala raja. Biarlah di tangan kita ini ada kecapi Allah;
ikuti irama dalam pengalaman kematian, irama dalam pengalaman kebangkitan-Nya,
tentu diawali dengan persekutuan dalam sengsara salib, pikullah salib itu.
Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment