IBADAH RAYA MINGGU, 22 MARET 2020
WAHYU PASAL 11
(Seri: 29)
Subtema: 24 TUA-TUA TERSUNGKUR DAN MENYEMBAH ANAK DOMBA
Shalom.
Pertama-tama saya
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kasih-Nya dan rahmat-Nya,
kita masih diberi kesempatan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu yang
disertai dengan kesaksian dari Zangkoor.
Bukan kita menentang
pemerintahan dari pada Bapak Joko Widodo; kita sangat hormat, karena beliau
adalah hamba dari Tuhan yang dipilih oleh Tuhan. Juga kita menghormati pemimpin
provinsi Banten Bapak Wahidin Halim dan Bapak Andika Hazrumy, serta
pejabat-pejabat tinggi di provinsi Banten ini, kita sangat menghormati. Dan
tidak ada sesuatu pemberontakan di sini, selain hanya untuk memikul salib saja,
menyenangkan hati Tuhan. Kiranya pemerintahan pusat di negara ini sampai
pemerintahan di daerah-daerah diberkati oleh Tuhan, itulah doa kita.
Dan Corona sedang
menjadi trending topic sampai seantero dunia ini di antara
bangsa-bangsa, menjadi suatu wabah yang luar biasa, menimbulkan suatu ketakutan
yang sangat mencekam. Tetapi kita percaya, darah salib Kristus memberi
pertolongan bagi kita semua, darah salib Kristus yang akan menebus kehidupan
kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa
menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang saya kasihi
dan yang berbahagia oleh kemurahan Tuhan. Mari kita berdoa untuk bangsa dan
negara kita ini. Sementara bangsa dan negara ini oleh penyakit Corona yang
sedang melanda, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa semuanya ini merupakan
penggenapan dari firman Allah, terkhusus kalau kita perhatikan dalam Wahyu 6:5 dst, juga dalam Wahyu 16 juga sudah menuliskan bahwa
hal ini semua akan terjadi. Jadi, kita tidak perlu heran, tetapi yang penting
bagi kita sekarang adalah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.
Mari, kita berdoa, kita
mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sore ini.
Kita boleh merasakan uluran dua tangan Tuhan sebagai tanda belas kasih untuk
mendapat pertolongan dari pada Tuhan sore ini.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU 11,
dan kita akan memasuki berkat yang baru, yaitu ayat 16-18.
Wahyu 11:16-18
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang
duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah
Allah, (11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu,
ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena
Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai
raja (11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang
dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada
hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut
akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk
membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Sebelum kita melihat ayat 16-18 yang sudah kita baca di
atas, saya sekedar mengingatkan saja, bahwa pada ayat 15 itu
menceritakan tentang; ketika sangkakala yang terakhir ditiup oleh malaikat yang
ketujuh, disertai dengan suara-suara nyaring dari sorga, itu merupakan tanda
bahwa pemerintahan atas dunia telah diambil alih oleh Tuhan, dan Ia akan
memerintah sampai selama-lamanya.
Selanjutnya, kesimpulan
dari pembacaan ayat 16-18 adalah;
kedua puluh empat tua-tua tersebut tersungkur dan menyembah Allah.
Arti sepenuh dari
penyembahan ialah:
1.
Menghadap kepada satu Pribadi. Saat ini kita sedang menghadap takhta Allah, tidak
menghadap yang lain-lain.
2.
Tunduk serta mencium kaki Allah.
Mari kita menyimak dua
hal di atas, diawali dari …
Tentang: MENGHADAP
KEPADA SATU PRIBADI.
Kalau kita menghadap
kepada satu Pribadi, wujudnya; lepas dari segala berhala-berhala di bumi ini,
tidak ada tuhan-tuhan yang lain, tidak menyembah allah-allah kecil di bumi ini.
Mari kita perhatikan
itu dalam Injil Lukas 4.
Lukas 4:5-7
(4:5) Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang
tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan
dunia. (4:6) Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta
kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan
kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. (4:7)
Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi
milik-Mu."
Iblis membawa Yesus ke
atas gunung yang sangat tinggi, dari situlah dia memperlihatkan kerajaan dunia
dengan segala kemegahannya, dengan segala kuasanya. Lalu semuanya itu nanti
akan diberikan menurut kehendak setan itu sendiri, tetapi ada syaratnya, yakni;
sujud menyembah kepada Iblis atau setan.
Lukas 4:8
(4:8) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada
Dia sajalah engkau berbakti!"
Tetapi di sini kita
melihat, Yesus berkata kepada Iblis: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Perkataan Yesus kepada
Iblis/setan ini menunjukkan bahwa Yesus lepas dari segala jenis berhala di atas
muka bumi ini.
Menyangkut kelepasan
dari segala jenis berhala-berhala di bumi, itu terkait dengan perkataan: “Ada
tertulis …”
Jadi, kalau Yesus
terlepas dari segala jenis penyembahan berhala di atas muka bumi ini, itu
terkait dengan perkataan “ada tertulis.” Bukankah firman Tuhan seluruhnya
tertulis dalam Alkitab? Yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
diawali dengan kitab Kejadian dan diakhiri sampai kepada kitab Wahyu. Di situ
firman Allah tertulis dengan sempurna.
Ulangan 6:12-13
(6:12) maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau
melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari
rumah perbudakan. (6:13) Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu;
kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah
engkau bersumpah.
Tadi Yesus berkata: “Ada
tertulis”, itulah yang tertulis dalam Ulangan 6:12-13.
Tetapi di sini ada
suatu peringatan: “Berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN,
yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.”
Hati-hati, jangan melupakan Tuhan yang telah melepaskan kita dari dosa dunia
ini.
Praktek tidak melupakan
Tuhan:
1.
Harus memiliki takut akan Tuhan. Kegunaannya adalah supaya kita tidak bebas
berbuat dosa dan tidak berani berbuat hal-hal yang tak suci lainnya.
2.
Harus beribadah hanya kepada Dia. Ibadah adalah:
a. Sarana bagi kita untuk membawa korban dan persembahan
kepada Tuhan, sama dengan; memikul salib.
b. Sarana untuk menikmati kelimpahan kasih dan kemurahan
Tuhan. Tadi kita sudah menaikkan puji-pujian: “… Tangan-Nya s’lalu
diulur-Nya bagi yang rasa susah …”, sebab itu mari kita datang dan mendekat
untuk menjamah ujung jumbai jubah Imam Besar.
3.
Demi nama Tuhan engkau harus bersumpah. Berarti, menyatakan suatu kebenaran dan
kesetiaan demi nama Tuhan. Resikonya -- bila kita menyatakan suatu kebenaran
dan kesetiaan demi nama Tuhan -- ialah menyangkal diri dan memikul salib, serta
mengikut Tuhan.
Ulangan 6:14
(6:14) Janganlah kamu mengikuti allah lain,
dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu,
Sampai nanti kita
benar-benar terlepas dari segala jenis berhala-berhala di bumi ini.
Berhala ialah segala
sesuatu yang melebihi dari Tuhan. Berarti, kalau pekerjaan, kesibukan,
pendidikan, bisnis, usaha, harta, kekayaan, uang, ijazah, kalau itu semua nomor
satu, itulah yang disebut berhala. Kalau hanya karena perkara itu kita
tinggalkan Tuhan, kalau hanya perkara itu kita meninggalkan ibadah pelayanan,
maka itulah yang disebut berhala.
Tetapi puji Tuhan, saat
ini kita sedang menghadap hanya kepada satu Pribadi, itulah yang dimaksud
dengan menyembah kepada Allah, dengan tiga praktek yang tidak boleh kita
lupakan, sampai akhirnya kita lepas dari segala jenis berhala-berhala di atas
muka bumi ini.
Selanjutnya, di sisi
lain, kita akan melihat …
Ciri-ciri hidup
dalam penyembahan berhala.
Lukas 4:5
(4:5) Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang
tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua
kerajaan dunia.
Perhatikan kalimat: “… dalam
sekejap mata ia (Iblis setan) memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan
dunia.”
Pendeknya, semua tersedia
hanya dalam sekejap (sekedip) mata saja tanpa proses salib, dengan lain kata;
mengambil jalan pintas. Kalau seseorang tidak mau menyangkal dirinya dan tidak
mau memikul salibnya di tengah ibadah dan pelayanan, ingin meraih sesuatu tanpa
memikul salib, itulah yang disebut jalan pintas atau dalam sekejap mata.
Inilah yang dikehendaki oleh orang-orang dunia ini.
Tetapi anehnya, tidak
sedikit orang Kristen menginginkan segala sesuatu, mendambakan segala sesuatu
hanya dalam sekejap mata tanpa proses salib. Hal ini sudah sangat bertentangan
dengan ibadah pelayanan kita di hadapan Tuhan.
Sebab itu, perhatikan
baik-baik: Tuhan tidak menghendaki bangsa Israel melintasi daerah Filistin
sekalipun jarak tempuh dari Mesir ke tanah Kanaan jauh lebih dekat, sebab
Filistin adalah gambaran dari Iblis atau setan.
Posisi Israel adalah di
Gosyen. Sebetulnya, kalau ditarik garis lurus dari Gosyen menuju Kanaan, itu
jauh lebih dekat, dengan melewati daerah Filistin, jalur Gaza. Tetapi Tuhan
tidak menghendaki hal itu, melainkan harus melewati (menyeberangi) Laut Teberau
(Laut Merah).
Kemudian, melewati
Padang Gurun yang sangat panas, keras, dan dahsyat, sampai akhirnya tiba di
Kanaan, itulah perjalanan salib. Tuhan tidak inginkan jalan pintas dengan
melewati daerah Filistin, sebab Filistin adalah gambaran dari Iblis setan.
Demikian juga waktu
Yesus disalib, prosesnya itu dimulai dari Getsemani sampai akhirnya dibawa ke
Golgota, inilah yang disebut perjalanan salib; dari penyembahan sampai
penyaliban Tuhan Yesus di bukit Golgota. Itulah penyembahan yang benar.
Kalau penyembahan
berhala hanya sekejap mata tanpa proses salib, tetapi penyembahan yang benar
ialah dari Getsemani sampai Golgota. Inilah perjalanan dari gereja Tuhan untuk
menjadi mempelai Tuhan, sebab dibalik salib, Tuhan nyatakan (sediakan)
kemuliaan Mempelai.
Kita bersyukur kepada
Tuhan, sebab Tuhan menunjukkan kepada kita suatu perjalanan yang benar, yang
membawa kita tiba sampai kepada tujuan akhir perjalanan rohani kita
masing-masing. Sebab itu, jangan menginginkan dan jangan mendambakan sesuatu
perkara di atas muka bumi ini hanya dengan sekejap mata tanpa salib, itu adalah
jalan pintas, dan itu tidak benar, sebab berujung pada maut.
Saya sebagai seorang
gembala bertanggung jawab atas jiwa saudara, sebab apa yang Tuhan berikan
kepada saya harus saya sampaikan dengan gamblang, dan semoga saudara dapat
memahaminya.
Pendeknya, penyembahan
adalah tanda penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, sama
dengan; Getsemani sampai ke Golgota. Itulah yang dikerjakan oleh Yesus, Anak
Allah; penyerahan diri Yesus sepenuhnya untuk taat pada kehendak Allah Bapa,
itulah salib, itulah kehendak Allah Bapa.
Biarlah kita semakin
hari semakin dewasa dan menjadi bijaksana karena rahmat dan pertolongan Tuhan
senantiasa dinyatakan di tengah-tengah perhimpunan ibadah kita seperti sore
ini.
Kita kembali membaca Lukas
4:5.
Lukas 4:5
(4:5) Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat
yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua
kerajaan dunia.
Kita harus mengetahui,
di mana Iblis setan menunjukkan kerajaan dunia dengan kuasanya? Yaitu di atas
gunung (tempat) yang sangat tinggi.
Gunung yang tinggi
adalah rumah Tuhan. Gambaran dari gereja yang palsu, di dalamnya ada
penyembahan yang palsu. Kalau gunung itu palsu, maka otomatis penyembahannya
pun palsu. Tidak ada sesuatu yang palsu menghasilkan yang benar. Jangan kita
gunakan bahasa “berbohong demi kebaikan”, itu tidak benar.
Maka, berangkat dari
sinilah, saya menyadari dan kita juga harus meyakini, ternyata ada juga gunung
yang palsu, sekalipun terlihat sangat tinggi dan megah, namun di dalamnya penuh
dengan penyembahan yang palsu. Lihat saja di hari-hari terakhir ini, hal itu
sudah sangat nyata sekali, seperti yang tertulis dalam Wahyu 17.
Saya tambahkan sedikit:
Memang, kalau terjadi penyingkapan rahasia firman, tentu segala rahasia yang
terkandung dalam hati akan tersingkap, dosa dibongkar dengan tuntas. Suatu kali
seorang hamba Tuhan berkata kepada saya: “Saya tidak seperti Bapak Pendeta
Daniel Sitohang, sampai satu kata pun terus dikejar (diselidiki secara detail),
tetapi resikonya bisa menusuk hati.” Dalam hati saya berkata (tanpa saya
ungkapkan): “Biar saja, supaya ibadah pelayanan di atas gunung Tuhan
berjalan tanpa kepalsuan, supaya nyata kemuliaan Tuhan.”
Wahyu 17:4
(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain
kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada
suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan
percabulannya.
Di tangan perempuan itu
ada suatu “cawan emas”. Artinya, seolah-olah perempuan (gereja) ini
hidup dalam penyembahan yang benar. Tetapi sayangnya, cawan ini penuh dengan
dua perkara:
1.
Kekejian.
2.
Kenajisan percabulannya.
Mari, kita lihat, kita
telusuri sepak terjang dari gereja yang palsu ini, dimulai dengan …
Keterangan: Kekejian.
Puncak kekejian terjadi
pada saat masa aniaya antikris berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun, di
mana “korban sehari-hari” akan dihentikan, itulah;
1.
Korban sembelihan, menunjuk; ibadah dan pelayanan, sebab orang yang mau
hidup beribadah harus menanggung sengsara salib.
2.
Korban santapan, menunjuk; firman Allah sebagai makanan rohani.
Itu sebabnya, ketika
mereka menghentikan korban sehari-hari ini disebutlah pembinasa keji. Jadi,
antikris itu disebut dengan pembinasa keji, dan kalau mereka sudah masuk ke
dalam Bait Allah, maka korban sehari-hari ini akan dihentikan.
Di hari-hari ini, setan
sedang merusak gereja Tuhan, setan sedang mengobrak-abrik gereja Tuhan.
Sekarang ini, gereja sepertinya hidup dalam penyembahan; tiba-tiba berkata-kata
dengan bahasa lain, dengan berkata “sikaraba, sikaraba”. Anehnya, mereka
mengesampingkan korban santapan, mengesampingkan firman Tuhan, tetapi tiba-tiba
dalam penyembahan. Sebetulnya, ibadah semacam ini merupakan kekejian, kalau
gereja menyadari ini, tetapi untuk kita sore ini, kita disadarkan.
Dalam kitab Daniel
dijelaskan, pada saat pembinasa keji berdiri di tempat kudus, mereka
menghentikan korban sehari-hari selama 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari
lamanya, itulah;
1.
Korban sembelihan, menunjuk; ibadah pelayanan, di situ kita memikul salib.
2.
Korban santapan, itulah firman Allah.
Supaya apa? Nanti
tergenapilah apa yang dialami oleh Yusuf waktu dia di Mesir mendahului
saudara-saudaranya dan ayah ibunya. Juga tergenapilah dalam Amos 8:11,
di mana Tuhan akan mengirimkan kelaparan atas negeri ini; bukan lapar akan
makanan, bukan haus akan minuman, melainkan akan mendengar firman Tuhan,
sehingga rebahlah teruna-teruna dan anak dara yang cantik-cantik. Teruna dan
anak dara, menunjuk kehidupan rohani yang masih muda, belum dewasa. Dara adalah
perempuan yang masih muda, sedangkan teruna adalah laki-laki (pemuda) yang
belum dewasa, itulah yang nanti akan rebah.
Tetapi orang-orang yang
menanti-nantikan Tuhan bagaikan burung rajawali (burung nasar) yang terbang
tinggi di udara dengan kekuatan dua sayapnya. Berlari tidak pernah jatuh,
berjalan tidak akan pernah lelah, karena ada kekuatan dari dua kepak sayap.
Keterangan: Kenajisan
Percabulannya.
Wahyu 18:2
(18:2) Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya:
"Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah
menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh
najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan
yang dibenci
Babel kota besar adalah
tempat bersembunyi semua roh najis dan segala burung yang najis dan yang
dibenci oleh Tuhan.
Pendeknya; Gereja Tuhan
menjadi najis karena adanya percabulan yang terjadi.
Wahyu 18:3
(18:3) karena semua bangsa telah minum dari anggur
hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul
dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan
hawa nafsunya."
Raja-raja di bumi telah
berbuat cabul dengan dia, juga pedagang-pedagang di bumi, telah menjadi kaya
oleh kelimpahan hawa nafsunya.
Wahyu 18:9
(18:9) Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat
cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan
meratapinya, apabila mereka melihat asap api yang membakarnya.
Raja-raja di bumi yang
telah berbuat cabul oleh karena kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel; mereka hidup
di dalam kelimpahan.
Apa artinya kelimpahan,
tetapi hidup di dalam kenajisan percabulan (hawa nafsu).
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau
yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak
kesulungannya untuk sepiring makanan.
Esau adalah seorang
cabul/mempunyai nafsu rendah, sebab ia menjual hak kesulungannya, demi
semangkok kacang merah. Kelimpahan karena percabulan, itu yang menjadikan
seseorang najis.
Ibrani 12:17
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia
hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Ketika ia hendak
menerima berkat yang satu itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan
untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun dengan mencucurkan air mata.
Kemudian, ada lagi yang
sangat unik yang tanpa disadari bisa mengecoh gereja Tuhan di hari-hari ini.
Semoga, apa yang Tuhan nyatakan sore hari ini membuat mata rohani kita
tercelik.
Wahyu 17:4
(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain
kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada
suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
Sebenarnya, perempuan
ini memakai kain ungu dan kain kirmizi.
Apa “kain ungu” ?
Itu menunjuk kemuliaan sang Raja. Seolah-olah Yesus memerintah, menjadi Raja
dan berkuasa di situ. Memang Yesus menjadi Raja besar, Raja agung, dan Tuhan
memilih kita menjadi raja-raja kecil di bumi ini untuk memerintah di bumi,
tetapi ternyata atribut dari perempuan itu hanyalah kepalsuan.
Apa “kain kirmizi”
(warna merah) ? Itu menunjuk sengsara salib. Sidang jemaat tidak jarang
mendengar suatu pernyataan: “Tuhan sudah menderita untuk kita di kayu salib,
maka kita tidak perlu lagi menderita.” Itu merupakan suatu pernyataan atau statement
yang keliru, menyesatkan gereja Tuhan.
Seperti inilah
perempuan Babel:
-
Dia memakai kain ungu; seolah-olah ada dalam kemuliaan
rajani.
-
Dia memakai kain kirmizi; seolah-olah dia memikul salib.
Tetapi kenyataannya,
tidak. Apa buktinya? Tidak jarang ada pernyataan dalam suatu gereja yang
mengatakan: “Yesus sudah menderita, maka kita tidak perlu lagi menderita.”
Ini adalah suatu tipuan yang begitu keliru dan menyesatkan. Kalau kita tidak
mengerti Pengajaran Mempelai, kita akan terkecoh dengan tipuan ini. Tidak
sedikit orang kaya terkecoh dengan pernyataan seperti ini.
Kemudian, ada lagi
suatu pernyataan dari seorang hamba Tuhan: “Kita sudah berada di dalam
Ruangan Maha Suci”, tetapi dia tidak mengerti soal Pintu Gerbang, Halaman,
Pintu Kemah, dan Ruangan Suci, itu semua tidak diterapkan olehnya, bukankah itu
suatu tipuan?
Tetapi sekali lagi saya
sampaikan dengan tandas: Kita patut bersyukur kepada Tuhan, sebab mata Tuhan
sedang tertuju kepada kita (biji mata).
Kemudian, selain dua
hal di atas, perempuan Babel ini juga dihiasi dengan tiga perkara:
1.
Emas.
2.
Batu permata.
3.
Mutiara.
- Kalau berbicara tentang “emas”, itu berbicara tentang
kemurnian. Emas yang dilemparkan ke dalam api; semakin dibakar oleh api, dia
semakin nyata (nampak) kemurniannya.
- Demikian juga “batu permata”, suatu barang yang sangat
berharga dan mulia, itulah karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus yang
dipercayakan oleh Tuhan kepada hamba-hamba Tuhan. Banyak karunia tetapi
sumbernya dari Roh yang sama dan yang satu. Seolah-olah seperti itu.
- Kemudian dihiasi dengan “mutiara”, menjadi suatu kehidupan
yang berharga. Tetapi tentu tidak lepas dari proses salib, sebab untuk
menghasilkan mutiara, barang yang berharga; terlebih dahulu melukai kerang --
dirobek, disakiti dagingnya -- untuk memasukkan suatu partikel padat ke
dalamnya, dan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan akan menghasilkan suatu
mutiara. Seolah-olah perempuan Babel ini menjadi suatu kehidupan yang disebut
“mutiara” lewat proses salib, tetapi sebetulnya tidak, buktinya; penyembahannya
palsu.
Gereja di hari-hari ini
sedang marak dengan kepalsuan semacam ini. Maka, di waktu yang tersisa ini,
jangan saudara bersungut-sungut di dalam hal memikul salibnya. Kita tidak bisa
mengubah suatu masa dan suatu waktu, tetapi kita bisa:
-
Menunjukkan masa sekarang ini menjadi masa yang baik
dihadapan Tuhan.
-
Dan kita bisa memanfaatkan waktu yang tersisa (yang
sedikit ini) dengan maksimal.
Tunjukkanlah suatu masa
yang baik di hadapan Tuhan dan waktu yang tersisa ini, kita manfaatkan
sebaik mungkin untuk kemuliaan nama Tuhan.
Tanda kedatangan Tuhan
sudah jelas. Penggenapan firman sudah mulai nyata. Ibadah sudah mulai
dipersempit ruang lingkupnya. Apakah saudara sudah siap dengan kondisi rohani
seperti ini, jika Tuhan datang? Saya yakin, belum. Berarti, kita masih butuh
ibadah, di mana di tengah-tengahnya kita harus senantiasa memikul salib.
Itulah tentang
penyembahan, yang artinya adalah menghadap kepada satu Pribadi.
Sekarang kita akan
melihat tentang arti kedua dari penyembahan.
Tentang: TUNDUK
SERTA MENCIUM KAKI ALLAH.
Wujud nyatanya dalam
kehidupan kita sehari-hari adalah “segala kemuliaan hanya bagi Allah”. Kalau
kita datang di ujung kaki salib Tuhan, seperti Maria, menunjukkan bahwa segala
kemuliaan hanya bagi Dia, tidak bagi yang lain.
Wahyu 4:8-10
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap
enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak
berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah
Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan
datang." (4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan
puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta
itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, (4:10) maka tersungkurlah
kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas
takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya.
Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
Setiap kali empat
makhluk memuji Tuhan, dalam kesempatan yang lain, tersungkurlah kedua puluh
empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba dan mereka menyembah Dia yang
hidup sampai selama-lamanya. Itulah kegiatan dari 24 (dua puluh empat)
tua-tua.
Jadi, bukan pada masa Wahyu 11:16-19 saja, tetapi memang dari
awalnya pun, tua-tua ini segera tersungkur di hadapan Anak Domba dan menyembah
Dia, setiap kali 4 (empat) makhluk menaikkan puji-pujian yang nyaring.
Pada saat 24 (dua
puluh) empat tua-tua tersungkur dan menyembah Anak Domba Allah, disertai dengan
melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu. Artinya, segala kemuliaan
hanya bagi Dia, dan oleh Dia, dan untuk Dia. Puji Tuhan … Haleluya …
Biarlah kita datang
menghadap takhta kasih karunia dengan ketulusan hati. Imam-imam, pelayan-pelayan-pelayan
Tuhan, hamba-hamba Tuhan, hendaklah kiranya datang melayani Tuhan di dalam
tahbisan yang benar dan suci, supaya tidak terlihat dan tidak melekat di dalam
dirinya hal-hal yang najis. Biarlah kita datang menyembah kepada Tuhan dalam
tahbisan yang benar dan suci, jangan kita melayani untuk mencari puji-pujian,
untuk mencari hormat, karena itu merupakan perbuatan yang sia-sia. Jangan
keraskan hatimu.
Roma 11:34-35
(11:34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran
Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? (11:35)
Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia
harus menggantikannya?
Tidak ada yang dapat mengetahui pikiran Tuhan. Tidak ada yang
pernah menjadi penasihat-Nya. Tidak
ada yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya,
sehingga Ia harus menggantikannya. Maka yang pasti, lebih baik kita
dengar-dengaran saja, dengar nasihat Tuhan saja.
Roma 11:36
(11:36) Sebab segala sesuatu adalah dari Dia,
dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai
selama-lamanya!
Hal ini harus kita
ketahui dan kita sadari dengan pasti dan dengan sungguh-sungguh, supaya kita
datang melayani Tuhan bukan untuk mencari puji-pujian -- karena itu merupakan
perbuatan sia-sia --, yaitu: “Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh
Dia, dan hanya kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
Itu sebabnya di atas
tadi saya kemukakan; biarlah kita datang beribadah dan melayani Tuhan dengan
segala ketulusan hati. Itu saja. Titik. Itulah penyembahan yang benar dan
berkenan, menyukakan hati Tuhan. Tidak usah pakai iri-iri kalau memang saudara
mau disadarkan.
Kita kembali
memperhatikan Wahyu 4. Kita selidiki penyembahan dari 24 (dua puluh
empat) tua-tua ini, supaya hal ini menjadi suatu teladan yang kita ikuti.
Wahyu 4:4
(4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat
takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian
putih dan mahkota emas di kepala mereka.
Di atas takhta itu
duduk 24 (dua puluh empat) tua-tua. Berarti, ada 24 (dua puluh empat) takhta
dan di atasnya duduk 24 (dua puluh empat) tua-tua, di mana keadaan mereka
ialah:
YANG PERTAMA: “Mereka
memakai pakai putih”
Pakaian putih, itu sama
dengan lenan halus, yang ditulis dalam Wahyu 19:8, yang merupakan
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus. Pakaian putih juga
merupakan tabiat atau perbuatan atau prilaku yang sudah dicuci bersih di dalam
darah Anak Domba.
YANG KEDUA: “Mahkota
emas di kepala mereka”
Mahkota emas inilah
yang dilemparkan oleh 24 (dua puluh empat) tua-tua saat mereka tersungkur dan
sujud menyembah Allah yang hidup sampai selama-lamanya. Mahkota emas ada di
atas kepala 24 (dua puluh empat) tua-tua, tetapi kemuliaan Tuhan melebihi
kemuliaan dari mahkota emas, melebihi dari yang ada ini.
Kalau pun suatu kali
kelak kita berada pada puncak karir, Tuhan berkati, Tuhan permuliakan, maka
kita tinggal mengucap syukur. Jangan kita lupa kepada si Pemberi. Jangan kita
lupa bahwa Tuhan yang sudah melepaskan kita dari perbudakan dosa dunia. Kita
hanya menyembah Dia, kita hanya berbakti kepada Dia, tidak ada yang lain.
Wahyu 4:11
(4:11) "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak
menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan
segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Pada saat 24 (dua puluh
empat) tua-tua melemparkan mahkota emas di hadapan takhta itu, sambil berkata:
“Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian, layak menerima
hormat, layak menerima kuasa …”
Tuhan berhak untuk menerima segala kemuliaan, karena kita sadar bahwa
semua yang ada ini adalah dari Dia, oleh Dia, bagi Dia.
Kita tidak boleh
terlena di atas muka bumi ini. Tadi saya sudah katakan: kalau pun kita sudah
mencapai suatu cita-cita, tidak boleh terlena di bumi ini. Kita belajar dengan
suatu penyembahan yang benar yang ditunjukkan dan yang telah diteladani oleh 24
(dua puluh empat) tua-tua. Kalau memang kita sudah tersungkur di kaki salib di
rumah masing-masing, tetapi bukti nyata harus terlihat dalam perbuatan kita
masing-masing yang menunjukkan suatu sikap bahwa segala kemuliaan hanya bagi
Dia.
Biarlah kita semakin
dewasa, di mana puncaknya ialah menjadi tua-tua rohani. Ibadah ini tidak boleh
jalan di tempat. Kerohanian kita tidak boleh jalan di tempat. Kita harus sampai
kepada penyembahan yang benar, sampai menjadi tua-tua rohani, sehingga kita
layak untuk mengerjakan semua yang ada ini. Dari Dia, oleh Dia, untuk Dia,
kemuliaan hanya bagi Dia sampai selama-lamanya.
Apa yang sudah kita perhatikan
di atas sangat sinkron dengan Wahyu 11:16.
Wahyu 11:16
(11:16) Dan kedua puluh empat tua-tua, yang
duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah
Allah,
Di sini kembali
dinyatakan, bahwa; 24 (dua puluh empat) tua-tua duduk di hadapan Allah di atas
takhta mereka. Namun, perhatikanlah tindakan mereka di sini, yaitu tersungkur
dan menyembah Allah. Berarti, segala kemuliaan memang hanya bagi Dia. Mereka
itu tidak mempertahankan kedudukan mereka, mereka itu tidak mempertahankan
takhta-takhta di mana mereka duduk di atasnya.
Kelak, setelah kita
tiba pada satu titik, di mana Tuhan sudah mempercayakan kita untuk menggapai
cita-cita, tetap ingat; kemuliaan hanya bagi Dia. Sekali waktu kita harus
tinggalkan kedudukan itu dan segera tersungkur sujud menyembah hanya kepada
Dia, tidak mempertahankan hak sebagai milik yang harus dipertahankan. Sekalipun
itu adalah “hak” tetapi tidak perlu mempertahankan sebagai milik yang harus
dipertahankan, supaya kita bisa mengosongkan diri untuk selanjutnya mengambil
rupa sebagai seorang hamba.
Jadi, Wahyu 11:15-19
ini merupakan penyembahan yang benar dari 24 (dua puluh empat) tua-tua, yang
menjadi contoh teladan yang baik untuk kita ikuti. Tuhan sudah tunjukkan, Tuhan
sedang memimpin kita dan membawa kita kepada suatu penyembahan yang benar.
Sebenarnya, kehidupan
kita ini persis seperti perempuan Samaria. Ketika Yesus berkata kepada
perempuan Samaria untuk memberi-Nya minum di sumur Yakub, perempuan Samaria itu
berkata: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang
Samaria? (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)” Dan
ternyata, perempuan Samaria ini betul-betul dalam kenajisan; dia hidup dengan
lima laki-laki ditambah satu laki-laki -- yang saat itu hidup bersama dengan
dia pada saat dia berbicara dengan Yesus --, jadi ada enam laki-laki. Namun
pada akhirnya, setelah perempuan Samaria disucikan oleh air basuhan firman, di
situ ada suatu pengagungan, ada suatu tanda penyembahan yang benar, sebab dia
berkata: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.”
Tetapi, penyembahan dari perempuan Samaria ini masih belum sempurna, karena
Tuhan melihat bahwa penyembahan mereka masih di atas gunung dan di
tempat-tempat yang lain, masih ke arah Yerusalem -- berarti penyembahannya
masih bersifat lahiriah --. Akhirnya, Yesus memimpin perempuan Samaria ini
sampai kepada penyembahan yang benar, yaitu menyembah Allah dalam Roh dan
kebenaran… Yohanes 4:9-24.
Itulah yang sekarang
Tuhan nyatakan; Tuhan sedang memimpin kita, Tuhan membawa kita sampai kepada
penyembahan yang benar. Jangan lagi kita mempertahankan hak, harga diri,
egosentris, kepentingan diri. “Aku” tidak ada lagi di dalam diri, selain Tuhan
yang bertakhta di dalam diri. Kalau di antara kita masih ada yang mempertahankannya
-- hak, harga diri, egosentris, kepentingan diri --, biarlah kita minta ampun
kepada Tuhan. Belajarlah untuk rendah hati dan lemah lembut, supaya keakuan itu
tidak bertakhta di hati.
“Hendaklah damai
sejahtera Kristus memerintah di dalam hati kita masing-masing”… Kolose 3:15A. Kalau
hal itu nyata dalam nikah, maka bagaikan anak lembu dan anak singa akan
makan rumput bersama-sama, anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular
tedung. Artinya, kalau Tuhan yang memerintah di hati, maka tidak ada
permusuhan. Tetapi kalau keakuan masih nyata di hati, di situ terjadi gap dan
perselisihan, tidak ada damai sejahtera. Ayo, segera kita tinggalkan takhta
sendiri, kalau memang waktunya kita menyembah Tuhan.
Wahyu 11:17
(11:17) sambil berkata: "Kami mengucap syukur
kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah
ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah
mulai memerintah sebagai raja
Suatu rahasia kembali
mau Tuhan nyatakan kepada kita sore hari ini, perhatikan: 24 (dua puluh empat)
tua-tua ini mengucap syukur kepada Tuhan Allah Yang Mahakuasa. Pendeknya; ada
ucapan syukur, sebagai tanda bahwa mereka hidup dalam kelimpahan kasih karunia.
Kalau kita limpah kasih karunia, di situ ada:
-
Ucapan syukur yang mendalam kepada Tuhan.
-
Ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Tuhan Allah
Yang Mahakuasa.
Juga, kalau kita
berbagi dan memberi kepada orang lain, itu adalah tanda kelimpahan. Seperti Rut
membawa hasil tuaian dari ladang, lalu dia memberikannya kepada Naomi,
mertuanya itu, sehingga Naomi limpah ucapan syukur, sebab dia (Naomi) sangat terheran-heran
melihat hasil tuaian itu, dan berkata: “Diberkatilah kiranya orang yang
telah memperhatikan engkau itu!”
Jadi, ucapan syukur itu
terjadi karena ada kelimpahan kasih karunia. Puji syukur sudah sembuh dari
penyakit, puji syukur karena diberkati, puji syukur karena mendapat bisnis, ada
pekerjaan, menerima gaji, puji syukur diberi kesempatan beribadah dan melayani
sore ini, itu semua karena kelimpahan kasih karunia.
24 (dua puluh empat)
tua-tua mengucap syukur dengan berkata: “Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya
Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada …”, seharusnya
kalimat ini dilanjutkan dengan kalimat “yang akan datang”.
-
Kalimat pertama: “yang ada”
-
Kalimat kedua: “yang sudah ada”
-
Seharusnya kalimat ketiga adalah “yang akan datang”
Tetapi kenyataannya di
sini kita melihat, persamaan dari “yang akan datang” adalah “… karena
Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai
raja …” Artinya, Dia sudah datang dan memerintah sebagai Raja, itulah
maksud dari “yang akan datang.”
Ketika saya menyelidiki
ini dan Tuhan memberikan pemahaman, saya bersyukur dan berterimakasih kepada
Tuhan. Akhirnya, barulah terjawab sekarang, bahwa kalimat yang ketiga “yang
akan datang”, itulah Dia yang akan datang sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga
untuk selama-lamanya.
Kita
akan melihat perkara itu dalam Wahyu 1.
Wahyu 1:8
(1:8) "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan
Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,
Yang Mahakuasa."
Tuhan
berkata: “Aku adalah Alfa dan
Omega”,
berarti Yang Awal dan Yang Akhir. Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat: “ ... yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang ...” Inilah Tuhan Allah Yang Mahakuasa,
kepada-Nyalah 24 (dua puluh empat tua-tua) mengucap syukur.
Wahyu 1:17-18
(1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah
aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan
kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal
dan Yang Akhir, (1:18) dan Yang Hidup. Aku telah mati,
namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala
kunci maut dan kerajaan maut.
“Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di
depan kaki-Nya sama seperti orang yang
mati
...”, berarti
tidak berdaya. Kalau Tuhan membawa kita pada suatu peristiwa yang ajaib,
teramat lebih saat Tuhan mau menyatakan pembukaan dan kita terima dengan rendah
hati, kita betul-betul tidak berdaya. Tuhan singkapkan segala sesuatunya, dan
kalau kita betul-betul menerimanya dengan rendah hati, kita tidak berdaya
karena hanya Tuhan saja yang benar.
Tetapi
perlu untuk kita ketahui: Yesus, Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, yang dinyatakan
sebagai Alfa dan Omega, Awal dan Akhir, akan memberi kekuatan dengan tangan
kanan-Nya bagi kita semua.
Dia
Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, kemudian yang ada, yang sudah
ada, yang akan datang, persamaannya;
-
“Yang
ada”, persamannya “Yang Hidup”.
-
“Yang
sudah ada”, persamannya “Aku telah
mati”.
- “Yang
akan datang”, persamannya “Aku hidup”, Dia hidup dan memerintah sampai selama-lamanya.
Kita
mengucap syukur hanya kepada Dia, Tuhan Allah Yang Mahakuasa, Dia Alfa dan
Omega, Awal dan Akhir, yang ada, yang sudah ada, yang akan datang. Awalnya Dia
hidup kemudian turun ke bumi, lalu mati di atas di atas kayu salib, hari ketiga
bangkit, hidup untuk selama-lamanya sebagai Raja yang memerintah sampai
selama-lamanya. Itulah penyembahan dari pada 24 (dua puluh empat) tua-tua dalam
Wahyu 11:16-18. Kita patut
bersyukur. Haleluya..
Kita
mengucap syukur hanya kepada Dia, tidak kepada yang lain. Tidak salah mengucap
syukur setelah diberkati, sebab memang ada tertulis: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki
Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Tetapi ucapan syukur yang
ditunjukkan oleh 24 (dua puluh empat) tua-tua ini adalah soal mengenai bahwa
Tuhan Allah Yang Mahakuasa, soal Alfa dan Omega, yang ada, yang sudah ada, yang
akan datang, Dia mengerjakan pekerjaan-Nya sebagai yang hidup, kemudian mati,
kemudian hidup, dan pada akhirnya memerintah sebagai Raja sampai
selama-lamanya; kepada Dialah kita mengucap syukur.
Dulu
saya hanya mengerti mengucap syukur setelah saya mendapat suatu pekerjaan yang
baik, setelah kontrak kerja yang baru, tetapi sekarang, belajar untuk mengucap
syukur kepada Tuhan Allah Yang Mahakuasa, sebab Dia adalah Alfa dan Omega, Dia
hidup, mati, Dia hidup. Ini adalah suatu pekerjaan yang agung dan mulia, suatu
perjalanan yang tidak ringan, suatu pergumulan yang panjang, tetapi sudah Dia
tunjukkan kepada kita. Kita bersyukur.
Wahyu 1:4
(1:4) Dari Yohanes kepada
ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera
menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang
akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya,
Perikop
ayat ini adalah “Salam kepada ketujuh jemaat”, maksudnya ialah salam
kepada tujuh jemaat yang ada di Asia Kecil. Kita ini keluarga Allah, sidang
jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, mendapat salam
dari Tuhan Yesus, sesuai dengan “ada tertulis”, salam hangat dari kasih
Kristus.
“Kasih karunia dan
damai sejahtera menyertai kamu ...” Kasih karunia, damai sejahtera
menyertai ketujuh sidang jemaat di Asia Kecil, tidak terkecuali sidang jemaat
GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, dari Dia, yang ada dan yang sudah
ada dan yang akan datang sebagai Raja yang
memerintah sampai selama-lamanya. Dia yang menyertai kita sampai
selama-lamanya.
Kasih karunia dan damai
sejahtera menyertai kita. Siapa yang menyertai kita? Dialah Alfa dan Omega,
siapa Dia? Dialah yang ada, yang sudah ada, yang akan datang.
Kita bersyukur kepada
Tuhan, sebab di hari-hari ini Tuhan sedang memimpin penyembahan kita kepada
suatu penyembahan yang benar dan berkenan. Penyembahan yang benar dan berkenan,
itu merupakan penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Inilah yang menyertai
kita; kasih karunia dan damai sejahtera yang menyertai kita dari Dia Yang
Mahakuasa, yang ada, yang sudah ada dan yang akan datang.
Sore hari ini, Tuhan
sedang mengulurkan dua tangan kasih-Nya untuk menyertai kita. Tangan-Nya sedang
terulur kepada orang yang susah, kepada kita semua. Tuhan membawa kita dengan
kekuatan tangan-Nya untuk mendekat kepada Dia. Kalau Tuhan sudah membawa kita,
menebus kita dari dosa di dunia ini, jangan lupakan Tuhan, jangan lupa kepada
si Pemberi. Jangan lupa untuk membaktikan diri kepada Tuhan, sebab itulah
penyembahan yang benar. Jangan menginginkan sesuatu perkara yang hanya sekejap
(sekedip) mata, itu adalah jalan pintas. Ikutilah jalan salib, maka selamat,
tetapi jalan pintas berujung pada maut.
Kalau memang dalam
kandang penggembalaan ini salib itu begitu terasa untuk dipikul dalam setiap
ibadah pelayanan, biarlah kita tetap bertahan, dengan syarat; bertekunlah, maka
Tuhan pasti menyertai kita. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kita,
dari Dia, Alfa Omega, yang ada, yang sudah ada, yang akan datang.
Tuhan sungguh baik, Dia
sedang memimpin kita kepada suatu penyembahan yang benar dan berkenan. Berarti,
penyembahan itu hanya kepada Dia, penyembahan itu berada di ujung kaki salib.
“Segala kemuliaan hanya bagi Dia”, ini adalah pernyataan yang benar, tetapi
biarlah itu juga menjadi praktek hidup. Jangan dambakan suatu perkara dengan
sekejap mata.
Mengucap syukurlah kepada
Dia yang ada, yang sudah ada, yang akan datang, yang memerintah sampai
selama-lamanya. Sungguh mulia pembukaan firman-Nya bagi kita. Dia Yang
Mahakuasa, yang ada, yang sudah ada, yang akan datang, menyertai kita dengan
kasih karunia dan damai sejahtera-Nya. Bukan uang dan bukan harta, kekayaan
yang menyertai, jangan percayakan hidup kepada yang lain, jangan garansikan
hidup kepada yang lahiriah di bumi yang fana ini. Dialah yang nanti akan
menjadi Raja, bukan uang, bukan harta, bukan kekayaan, bukan ego, Dialah yang
akan menjadi Raja dan memerintah sampai selama-lamanya.
Kita mengucap syukur
karena Tuhan sudah bukakan rahasia firman-Nya, dan ucapan syukur itu hanya
kepada Allah Yang Mahakuasa, yang ada, yang sudah ada, yang akan datang, Dia
yang akan datang untuk memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya untuk kita
semua di dalam kekekalan. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment