IBADAH RAYA MINGGU, 22
JUNI 2020
WAHYU PASAL 12
(Seri: 10)
Subtema: ANAK LAKI-LAKI NAMANYA: “YANG SETIA DAN
YANG BENAR”
Shalom.
Pertama-tama saya
mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, Kepala Gereja Mempelai Pria Sorga; yang
telah memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan ibadah atau
kebaktian minggu pada malam ini. Juga sidang jemaat yang sedang mengikuti
pemberitaan firman TUHAN di tiap-tiap sektor menurut pembagiannya; di Serang,
di Cilegon. Biarlah kiranya damai dan kasih Kristus memerintah di hati kita
masing-masing.
Saya juga tidak lupa
menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, yang sedang mengikuti pemberitaan firman
TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook dimana pun
anda berada. Kiranya TUHAN memberkati saudara.
Selanjutnya, mari kita
mohonkan kemurahan TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita,
dan kalau TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita itu adalah tanda bahwa TUHAN
mengasihi kita sekaliannya.
Segera kita menyambut
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU PASAL 12.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka
ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua
bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada
Allah dan ke takhta-Nya.
“Maka ia melahirkan
seorang Anak laki-laki …”, pendeknya; gereja TUHAN yang sempurna atau
mempelai perempuan TUHAN melahirkan seorang Anak laki-laki. Sebab, hubungannya
yang sangat intim dengan Allah Tritunggal sebagai suaminya -- sebagai mana
ditulis pada ayat 1 --, dengan 3 (tiga) tanda:
1.
Matahari → benih
dari Allah Bapa, yaitu; kasih, sebagai ayat referensi: 1 Yohanes 4:7-8.
2.
Bulan → benih
dari Anak Allah, yaitu; firman Allah, sebagai ayat referensi: 1 Petrus
1:23-25.
3.
Bintang-bintang → benih
dari Allah Roh Kudus, sebagai ayat referensi: Yohanes 3:8.
Selanjutnya, kita akan
melihat gambaran dari hubungan intim atau nikah suci antara; gereja TUHAN yang
sempurna dengan Mempelai Laki-Laki Sorga. Kita akan temukan di dalam Wahyu
14.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan
aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama
dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Sudah jelas, seratus
empat puluh empat ribu orang ini menunjukkan bahwa mereka adalah inti mempelai
atau milik kepunyaan Allah -- kehidupan yang dimeteraikan --, sebab; di dahi
mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya
Wahyu 14:3
(14:3) Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat
makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian
itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus
dari bumi itu.
Seratus empat puluh
empat ribu orang yang merupakan inti mempelai perempuan menyanyikan suatu
nyanyian baru dan tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyayian baru
itu. Jelas, hal ini menunjuk kepada suatu hubungan yang intim atau puncak
kasih. Sebab, di sini dikatakan: “tidak seorang pun yang dapat mempelajari
nyanyian itu -- nyanyian baru -- selain dari pada seratus empat puluh empat
ribu orang yang telah ditebus dari bumi.”
Tidak ada seorang pun
yang dapat mempelajari nyanyian baru itu, berarti; tidak dapat dicemari oleh
dosa apapun. Inilah yang disebut dengan hubungan intim; hubungan dalam nikah
yang suci.
Jadi, kalau hubungan
kita intim dengan TUHAN, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat mencemari
kehidupan kita masing-masing. Itulah tanda dari nyanyian baru.
Yesaya 28:11-12
(28:11) Sungguh,
oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang
berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini (28:12) Dia yang telah
berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah
perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi
mereka tidak mau mendengarkan.
Logat ganjil atau
berbahasa asing -- disebut juga berbahasa roh atau bahasa lidah dalam
penyembahan, itu merupakan hari perhentian atau hubungan intim dengan TUHAN.
Sebenarnya, hubungan intim atau hubungan dalam nikah yang suci ini memuncak
pada saat pembukaan meterai yang ketujuh.
Mari kita melihat;
pembukaan meterai yang ketujuh.
Wahyu 8:1
(8:1) Dan
ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah
di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Ketika meterai yang
terakhir atau meterai yang ketujuh dibuka, maka sunyi senyaplah di sorga
setengah jam lamanya, artinya: hubungan intim atau hubungan dalam nikah yang
suci ini sangat dihormati Allah dan seluruh isi sorga, sehingga segala aktifitas
di sorga berhenti total selama setengah jam.
Kemudian, sejak
peristiwa ini terjadi -- yaitu; hubungan nikah yang suci atau hubungan intim --
gereja TUHAN mulai merasakan suatu gerakan dalam tubuhnya yaitu; suatu gerakan
yang mengikuti irama dari tujuh sangkakala yang ditiup oleh ketujuh malaikat --
itulah ayat 2 --. Selanjutnya, gerakan dari gereja TUHAN sudah mulai
berdiam dan tenang, sebab; aktifitasnya tercurah sepenuhnya dalam penyembahan,
sesuai dengan ayat 3 sampai dengan ayat 4.
Pendeknya; gereja TUHAN
berada dalam puncak kasih -- berada di dalam hubungan yang intim atau hubungan
dalam nikah yang suci -- antara tubuh dengan Kepala, sehingga tidak terlihat
lagi gerakan tubuh yang menurut perintah daging. Biarlah kiranya kita mengikuti
gerakan atau irama sesuai dengan komando atau perintah dari firman Allah yang
kita dengar pada malam ini dan seterusnya. Kiranya dapat dipahami dengan baik.
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu
malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan
melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan
gempa bumi.
Suasana dalam hubungan
intim di sorga; begitu tenang, sunyi senyap selama setengah jam. Namun,
berbanding terbalik dengan suasana di bumi, sebab; di bumi ada ledakan-ledakan.
Berarti, ada suatu goncangan yang hebat di bumi, baik dalam; ekonomi, politik,
dan dalam pemerintahan pada suatu bangsa. Pendeknya; dunia dihantam dengan
hukuman dari ketujuh sangkakala.
Jadi intinya, masa
kandungan selama sembilan bulan itu terjadi dari Wahyu 8 sampai dengan Wahyu
12:1-5. Sampai pada akhirnya nanti, gereja TUHAN yang sempurna itu akan
melahirkan seorang anak laki-laki, -- Wahyu 12:5 --.
Demikianlah kita sudah
memperhatikan sejenak tentang hubungan intim, sehingga; perempuan itu
mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Karena, tidaklah mungkin perempuan
bisa mengandung dan melahirkan kalau tanpa hubungan dalam nikah suci --
hubungan intim --, puncak kasih. Sebagaimana gereja TUHAN dalam hubungan
intimnya -- pada Wahyu 12:1 --, dengan tiga tanda; matahari, bulan, dan
bintang.
Pertanyaanya: SIAPAKAH
ANAK LAKI-LAKI YANG DILAHIRKAN ITU??
Kita kembali membaca Wahyu
12.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka ia
melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa
dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada
Allah dan ke takhta-Nya.
Yang pasti, Anak
laki-laki pada ayat 5 ini bukanlah pribadi dari Yesus Kristus, dengan
dua alasan yang pasti, antara lain, YANG PERTAMA: Anak laki-laki
itu dikatakan; “… yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi …”
Sementara, Yesus
Kristus sudah ditetapkan sebagai Gembala Agung bagi kita dari sejak semula;
sesuai dengan gubahan atau nyanyian Daud yang sangat menginspiratif kehidupan
kita masing-masing berdasarkan pengalaman hidupnya lalu dituangkan atau
dituliskan di dalam Mazmur 23.
Pada Mazmur 23:1,
Daud berkata; “… TUHAN adalah gembalaku …”, dari pernyataan ini,
berarti; Yesus Kristus telah ditetapkan bagi kita sebagai Gembala Agung dari
sejak semula. Selanjutnya, Daud berakata; “ … takkan kekurangan aku”, baik
secara jasmani maupun secara rohani.
-
Secara jasmani: TUHAN
mencukupkan segala sesuatunya; yakni soal apa yang dimakan, diminum, dan
dipakai.
-
Secara rohani: sebagai
Anak Domba yang telah disembelih, Dia telah mengambil aib kita; dengan kata
lain segala dosa, segala kejahatan, segala pelanggaran-pelanggaran kita atau
segala kekurangan kita telah ditutupi oleh darah Anak Domba yang telah
disembelih. Jadi, hubungan antara gembala dnegan domba itu sangat kuat sekali.
Mari kita membaca
dahulu Mazmur 23.
Mazmur 23:1-2
(23:1) Mazmur
Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (23:2) Ia membaringkan
aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air
yang tenang;
Perikop pada ayat ini:
“TUHAN, gembalaku yang baik”, ini adalah pernyataan Daud.
Jadi, Yesus Kristus
sudah ditetapkan sebagai Gembala Agung bagi kita dari sejak semula, sementara
Anak laki-laki yang dilahirkan oleh gereja TUHAN yang sempurna atau mempelai
TUHAN -- pada Wahyu 12:5 -- nanti akan menggembalakan dengan gada besi.
Kalimat “akan menggembalakan”, berarti; belum menggembalakan sementara
waktu sekarang ini.
“ … takkan kekurangan
aku …”, hal ini telah diterangkan; kalau kita tergembala pasti kita tidak akan
kekurangan baik secara jasmani maupun secara rohani, hal itu sudah pasti karena
saya sendiri sudah mengalaminya.
Tergembalalah dengan sungguh-sungguh.
Beribadah dengan
menjalankan ibadah liturgis atau ibadah Taurat, itu belum tentu disebut
tergembala, tetapi kalau kita betul-betul mengikuti geraknya Pengajaran
Mempelai dan dengar-dengaran kepada Pengajaran Mempelai; seperti yang ditulis
di dalam Injil Yohanes 10:2-4, itu yang disebut tergembala. Namun, kalau
beribadah tidak dengar-dengaran, beribadah tetapi tidak mengikuti geraknya
Firman penggembalaan dalam sebuah penggembalaan, itu bukan tergembala.
Singkatnya kalau kita
tergembala lahir batin maka kita tidak akan kekurangan baik jasmani maupun
rohani.
Tidak berhenti sampai
di situ, selanjutnya pada ayat 2; domba-domba yang tergembala itu dibaringkan
di padang rumput yang hijau dan dibimbing ke air yang tenang. Artinya:
-
Firman penggembalaan
akan mencukupkan segala sesuatu, sehingga kita sebagai kawanan domba Allah
tidak perlu sibuk = dibaringkan.
Kalau sudah tergembala pasti dibaringkan di padang berumput hijau,
sehingga tidak perlu sibuk; karena manusia hidup bukan dari makanan (roti)
tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.
-
Kemudian, dibimbing
oleh Roh TUHAN sehingga kita sebagai kawanan domba Allah tidak perlu gelisah = tenang.
Biarlah kiranya kita semua berada di dalam kegiatan Roh, berarti; berada dalam
pimpinan Roh, sehingga tidak perlu gelisah = tenang.
Sedikit tambahan, kita
akan melihat keadaan seseorang apabila tergembala dengan baik, di dalam Yesaya
30.
Yesaya 30:15-16
(30:15) Sebab
beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan
bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan
percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan, (30:16) kamu
berkata: "Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat," maka kamu akan
lari dan lenyap. Katamu pula: "Kami mau mengendarai kuda tangkas,"
maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.
Gambaran dari suasana
tergembala -- pada ayat 15 -- :
-
Dengan bertobat dan
tinggal diam kamu akan diselamatkan.
-
Dalam tinggal tenang
dan percaya terletak kekuatanmu.
Jadi, singakatnya:
-
Ayat 15, ini
gambaran dari suasana tergembala.
-
Sedangkan ayat 16,
gambaran dari suasana daging atau menolak untuk tergembala.
Kalau mengandalkan
kemampuan (kekuatan) manusia daging pasti orang semacam ini menolak untuk
tergembala. Tanda orang yang mengandalkan manusia daging atau menolak untuk
tergembala:
a.
Mereka yang
mengandalkan manusia daging, dan berkata: “Kami mau naik kuda dan lari
cepat”, maka kamu akan lari dan lenyap. Jadi, ingin cepat-cepat tetapi ujungnya
lenyap (binasa), itulah orang yang mengandalkan manusia daging. Tidak sedikit
orang Kristen ingin cepat-cepat tetapi tidak mau tergembala, melainkan
mengandalkan kekuatan dari manusia daging. Memang hal itu bisa saja terwujud,
namun lihat saja; cepat-cepat tetapi berujung lenyap (binasa).
b.
Mereka yang
mengandalkan manusia daging, berkata: "Kami
mau mengendarai kuda tangkas," maka para pengejarmu akan lebih tangkas
lagi. Artinya: di atas daging masih ada daging, di atas kekayaan masih ada
yang lebih kaya. Berarti, kita tidak bisa mengandalkan daging, tidak
mengandalkan kekuatan dan kemampuan manusia daging.
Jadi, intinya di sini
adalah: Yesus Kristus dari sejak semula telah ditentukan sebagai Gembala Agung
bagi kita, sehingga kita dapat bertahan sampai pada saat ini. Kalau kita bisa
bertahan sampai pada saat ini, itu adalah tanda bahwa kita telah digembalakan
oleh TUHAN sampai pada saat ini.
Entah apa jadinya kalau
kita hidup di luar penggembalaan -- tidak tergembala --, pasti kehidupan kita
ini menjadi domba yang liar, tidak terkendali, beredar-edar; menuruti kehendak
sendiri dan menuruti keinginan daging (hati sendiri), sekalipun itu bertolak
belakang dengan keinginan hati TUHAN. Itulah domba yang tidak tergembala
(liar), mengikuti jalannya sendiri; tidak menuruti keinginan hati TUHAN,
melainkan menuruti keinginan hati sendiri.
Tetapi puji TUHAN, kita
bisa bertahan sampai saat ini; dipelihara, dibela, dilindungi oleh Gembala
Agung. Belajar untuk tidak mengandalkan manusia daging dengan dua alasan di
atas tadi:
-
Ingin cepat-cepat
ternyata cepat binasa.
-
Kemudian, ingin
mengendarai kuda tangkas tetapi pengejarnya lebih tangkas, artinya: di atas
daging masih ada daging, di atas kekayaan masih ada yang lebih kaya. Sehingga
dapat kita ketahui, bahwa; kita tidak bisa andalkan kekuatan daging. Kiranya
dapat dipahami dengan baik.
Kembali kita membaca Wahyu
12.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka
ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua
bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada
Allah dan ke takhta-Nya.
Pada ayat ini
dikatakan: Anak laki-laki yang dilahirkan “akan menggembalakan semua bangsa
dengan gada besi.” Berarti, baru akan menggembalakan semua bangsa bila
waktunya sudah tiba.
Dengan demikian, hal
ini sangat cocok dan sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh TUHAN kepada
sidang jemaat di Tiatira.
Kita lihat, jemaat di
Tiatira.
Wahyu 2:25-27
(2:25) Tetapi
apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. (2:26) Dan
barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya
akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (2:27) dan ia akan
memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar
tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku --
Janji TUHAN kepada
sidang jemaat di Tiatira ialah: TUHAN karuniakan kuasa atas bangsa-bangsa;
dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi.
Di sini dikatakan: “ia
akan memerintah”, berarti belum memerintah namun akan memerintah bila
waktunya telah tiba. Itulah janji TUHAN kepada jemaat di Tiatira.
Timbul suatu
pertanyaan: Siapakah dari antara sidang jemaat di Tiatira ini yang akan
memerintah atau menggembalakan bangsa-bangsa dengan tongkat besi??
Jawaban dari pertanyaan
di atas ada dua.
1.
Orang-orang yang
menang.
2.
Orang-orang yang
melakukan pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya.
Kita akan melihat dan
memeriksa dua perkara ini, di mulai tentang: ORANG-ORANG YANG MENANG.
Orang-orang yang
menang, menunjuk kepada: orang-orang yang tidak mau kalah secara khusus
terhadap ajaran Izebel.
Wahyu 2:20
(2:20) Tetapi
Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang
menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat
zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Izebel menyebut dirinya
nabiah, sehingga ia merasa layak mengajar dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN.
Izebel ini merupakan satu dari dua perempuan yang luar biasa, yang berusaha
untuk merusak tatanan yang sudah TUHAN tentukan; seperti tatanan di dalam 1
Korintus 11.
-
Kepala dari perempuan
adalah laki-laki.
-
Kepala dari laki-laki
adalah Kristus.
-
Sedangkan, kepada dari
Kristus adalah Allah.
Tatanan inilah yang mau
dirusak oleh Izebel.
Sedangkan, perempuan
satu lagi -- perempuan yang lain -- itulah Babel besar; ibu dari semua
wanita-wanita pelacur. Babel besar ini berusaha merusak gereja TUHAN, berusaha
menggagalkan pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Pendeknya: ajaran
Izebel ini berusaha untuk memutar balik pengajaran firman Allah yang benar dan
murni, sehingga yang menjadi sasaran dari ajaran Izebel adalah hamba-hamba
TUHAN. Kalau hamba-hamba TUHAN dikacaukan oleh ajaran Izebel, maka umat TUHAN
yang dilayani juga akan mengalami suatu pengertian yang kacau.
Sebagaimana kita akan
melihat di dalam 1 Raja-Raja 18.
1 Raja-Raja 18:18-19
(18:18) Jawab
Elia kepadanya: "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini
dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan
engkau ini telah mengikuti para Baal. (18:19) Sebab itu, suruhlah
mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat
ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang
mendapat makan dari meja istana Izebel."
450 (empat ratus lima
puluh) nabi-nabi Baal dan 400 (empat ratus) nabi-nabi Asyera, mendapat makan
dari meja istana Izebel.
Mengapa hamba-hamba
TUHAN mau diajar dan disesatkan oleh Izebel?? Karena Izebel mengaku dirinya
sebagai nabiah, sampai pada akhirnya 950 (sembilan ratus lima puluh) nabi-nabi
meninggalkan pengajaran firman Allah yang benar dan murni.
Kita akan melihat,
kondisi umat TUHAN apabila hamba-hamba TUHAN disesatkan.
1 Raja-Raja 18:21-22
(18:21) Lalu
Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku
timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan
kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah
kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku
seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada
empat ratus lima puluh orang banyaknya.
Ketika hamba-hamba
TUHAN disesatkan oleh ajaran Izebel; seluruh umat Israel “berlaku timpang”
dan “bercabang hati.”
-
“Berlaku timpang”,
artinya: tidak mempunyai pendirian yang benar di hadapan TUHAN.
-
Kemudian, “bercabang
hati”, artinya: mendua hati.
Perlu untuk diketahui; orang yang mendua hati tidak akan mendapat
apa-apa, itu sebabnya nabi Elia berkata: “Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah
Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia."
Dalam keadaan timpang
dan bercabang hati mereka (umat Israel) berdiam diri; tidak mau menjawab Elia,
artinya: mereka tidak mau berubah.
Jadi, kesimpulannya:
ajaran Izebel ini tidak membawa gereja TUHAN sampai kepada puncak rohani
(dewasa rohani), dengan lain kata; tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala.
Jadi, yang benar adalah biarlah kiranya kita makan dari meja TUHAN, bukan dari
meja istana Izebel.
“Makan dari meja TUHAN”, dalam
Pengajaran Tabernakel terkena kepada MEJA ROTI SAJIAN, artinya: persekutuan
yang mendalam dengan Yesus Anak Allah lewat firman-Nya dan perjamuan suci.
Mari kita lihat itu, di
dalam Imamat.
Imamat 24:5-6
(24:5)
"Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti
bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa; (24:6)
engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun, di atas meja
dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
Dua belas ketul roti di
atas meja diatur menjadi dua susun; masing-masing terdiri dari enam ketul roti.
Jika, dua susun ini disatukan = 66 (enam puluh enam) à jumlah seluruh kitab suci yang ditulis di dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru; seluruhnya berbicara tentang nikah. Kalau berbicara tentang
nikah, berarti:
-
Sudah pasti Kristus
adalah Kepala dari tubuh-Nya -- Dialah Mempelai Pria Sorga --.
-
Sedangkan, sidang
jemaat adalah tubuh-Nya -- mempelai perempuan-Nya --.
Inilah yang disebut
dengan hubungan nikah suci.
Jadi, kalau makan dari
meja istana Izebel pengajaran firman Allah yang benar diputar balik; tubuh jadi
kepala dan kepala jadi tubuh, akhirnya umat Israel menjadi kacau -- berlaku
timpang dan bercabang hati --, sehingga tidak menempatkan Kristus sebagai
Kepala. Tetapi, kalau malam ini kita makan dari meja TUHAN itu supaya gereja
TUHAN menempatkan Kristus sebagai Kepala.
Bayangkan apabila tubuh
tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala, berarti;
-
Tubuh menjadi liangnya
serigala.
-
Dan sarangnya burung.
-
Dikuasai oleh roh
jahat dan roh najis.
Serigala à roh jahat, pekerjaannya adalah menerkam dan mencerai beraikan kawanan
domba; merusak kawanan domba sehingga domba-domba tidak tergembala -- menjadi
liar, penuh dengan kejahatan --.
Burung à roh najis, pekerjaan dari roh najis adalah menghambat pembangunan tubuh
Kristus; sebagaimana Babel besar -- ditulis di dalam Wahyu 17 dan Wahyu
18 -- menghambat rencana pembangunan tubuh Kristus di dalam Wahyu 19:6-9.
Puji TUHAN, malam ini
kita makan dari meja TUHAN; di atasnya terdapat dua belas ketul roti yang
dibagi menjadi dua susun, tiap-tiap susun masing-masing terdiri dari enam ketul
roti. Kalau dua susun disatukan sama dengan 66 (enam puluh enam) à jumlah seluruh kitab suci dan seluruhnya berbicara tentang nikah.
-
Diawali dengan nikah
Adam pada kitab Kejadian,
-
Kemudian, diakhiri
dengan nikah yang rohani pada kitab Wahyu 19:6-9.
Jadi, jelas seluruh
kitab suci baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, semuanya
berbicara tentang hubungan intim dengan TUHAN, hubungan dalam nikah suci dengan
TUHAN, hubungan antara tubuh dengan Kepala menyatu.
Kesimpulannya:
pengajaran yang benar dan murni adalah membawa gereja TUHAN masuk dalam tubuh
Kristus yang sempurna menjadi mempelai wanita TUHAN dan akhirnya gereja TUHAN
atau mempelai TUHAN -- dalam Wahyu 12:5 -- melahirkan seorang anak
laki-laki.
Imamat 24:7
(24:7) Engkau
harus membubuh kemenyan tulen di atas tiap-tiap susun; kemenyan itulah yang
harus menjadi bagian ingat-ingatan roti itu, yakni suatu korban api-apian bagi
TUHAN.
Suatu perintah; harus
membubuhkan kemenyan tulen di atas tiap-tiap susun, artinya: pengajaran
firman Allah yang benar dan murni -- tanpa ragi --, akan membawa hidup rohani
gereja TUHAN sampai berada pada puncaknya yaitu doa penyembahan.
Jadi, doa penyembahan
merupakan puncak kasih, arti doa penyembahan adalah: mengasihi TUHAN dan
mengasihi sesama seperti diri sendiri; kalau orang lain susah maka kita juga
susah, orang lain bersuka kita juga bersuka, jadi merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain. Penyembahan itu merupakan suatu kedudukan yang sangat indah sekali
di hadapan TUHAN.
Kita kembali membaca Wahyu
2.
Wahyu 2:26
(2:26) Dan
barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya,
kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;
Siapakah dari antara
sidang jemaat di Tiatira ini yang akan memerintah atau menggembalakan
bangsa-bangsa dengan tongkat besi?? Jawaban yang kedua ialah: orang-orang
yang melakukan pekerjaan Tuhan sampai
kesudahannya.
Sekarang kita akan
melihat tentang: ORANG-ORANG YANG MELAKUKAN PEKERJAAN TUHAN SAMPAI KESUDAHANNYA.
Melakukan pekerjaan
TUHAN sampai kesudahannya, jelas itu menunjuk kepada: orang-orang yang setia. Banyak
orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?
Orang baik banyak, tetapi orang yang setia susah ditemukan.
Biarlah kita semua
adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya, tidak
berhenti di tengah jalan di dalam hal mengikuti TUHAN.
Mari kita melihat, suatu
contoh yang mulia dan suci dari pribadi Yesus Anak Allah.
Filipi 2:8
(2:8) Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
“Taat sampai mati
bahkan sampai mati di kayu salib” = setia. Berarti: Melakukan
pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya (sampai tuntas) = setia.
Jadi, pekerjaan TUHAN
yang dikerjakan oleh Yesus Anak Allah selama di bumi ini; kalau kita kaitkan
dengan Injil Yohanes 6:
-
Tidak berhenti hanya
sebatas mengadakan mujizat kesembuhan -- ayat 2-3 --.
-
Kemudian, tidak
berhenti hanya sebatas memberi makan 5000 orang laki-laki dengan lima roti dan
dua ikan, tidak berhenti dengan mujizat itu… Ayat 10-14.
-
Tetapi, pekerjaan Allah
yang dikerjakan oleh Yesus Anak Allah selama tiga tahun setengah bersama dengan
murid-murid adalah “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”
= setia.
Perlu juga saya
tambahkan sedikit, supaya gereja TUHAN sampai berada pada suatu kedudukan yang
luar biasa itulah setia. Kita pelajari hal ini pada ayat 6 dan ayat 7.
Filipi 2:6-7
(2:6) yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, (2:7) melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia.
Tidak mempertahankan
hak sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan:
Yang Pertama: Mengosongkan
diri-Nya sendiri = berada pada titik nol (titik terendah).
Titik nol (titik terendah) à
sengsara salib. Kalau titik nol atau mengosongkan diri menjadi ruang lingkup
dari seorang hamba Tuhan, maka tentu seorang hamba TUHAN tidak akan lupa dengan
ruang lingkupnya yaitu melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN sampai kesudahan.
Kalau betul-betul dia adalah seorang hamba TUHAN yang rendah hati, pasti dia
akan ingat melayani TUHAN, ingat untuk melayani pekerjaan TUHAN sampai
kesudahan.
Yang Kedua: Mengambil
rupa seorang hamba, berarti; tidak mengambil rupa seorang tuan yang hanya
bisa memerintah, selain hanya untuk menjadi hamba.
Kalau mengambil rupa seorang tuan berarti
dia hanya bisa memerintah, tetapi kalau kita mengambil rupa sebagai seorang
hamba, maka kita datang beribadah hanya untuk melayani TUHAN, sebab; pemimpin
sebagai pelayan TUHAN. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk dilayani melainkan
untuk melayani sampai mengorbankan titik darah penghabisan.
Kita perhatikan Injil Lukas 17.
Lukas 17:7-8
(17:7) "Siapa di antara
kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak
baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari
segera makan (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba
itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku
sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan
minum.
Kalau mengambil rupa sebagai seorang hamba:
selain berikat pinggang, juga melayani tuannya sampai selesai, sampai tuntas,
sampai kesudahannya.
Lukas 17:9
(17:9) Adakah ia berterima
kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan
kepadanya?
Seorang hamba tidak menunggu atau tidak
mengharapkan ucapan terima kasih (melayani tanpa pamrih) dari tuannya.
Lukas 17:10
(17:10) Demikian jugalah kamu.
Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah
kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan
apa yang kami harus lakukan."
Jadi jelas, dari pernyataan pada ayat 10:
“Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang
kami harus lakukan", menunjukkan bahwa seorang hamba:
-
Tidak memiliki hak
sedikitpun untuk dirinya untuk membela diri,
-
Tidak memiliki hak
untuk mengharapkan pamrih atau ucapan terima kasih dari tuannya,
-
Selain melakukan apa
yang harus dilakukan kepada tuannya.
Inilah rupa hamba; “tetap berikat
pinggang”, kemudian melayani TUHAN sampai kesudahannya (sampai selesai),
tidak berhenti di tengah jalan. Kalau kita melayani TUHAN kemudian berhenti di
tengah jalan, maka kita akan mengalami suatu kerugian yang besar -- bukan
kerugian yang sedikit --.
Inilah awal untuk
sampai kepada setia; diawali dari tidak mempertahankan hak sebagai milik yang
harus dipertahankan, melainkan:
1.
Mengosongkan diri =
berada di titik nol. Berarti, tidak lupa pada pekerjaan TUHAN jikalau memang
titik nol merupakan ruang lingkup dari seorang hamba TUHAN.
2.
Mengambil rupa sebagai
seorang hamba.
Biarlah kita mengadopsi apa yang dikatakan oleh hamba ini kepada
tuannya: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan
apa yang kami harus lakukan." Berarti, seorang hamba:
-
Tidak ada hak untuk
dirinya sendiri selain tuannya kepada dia.
-
Kemudian, tidak
berharap untuk diucap terima kasih (melayani tanpa pamrih). Jadi, kalau kita
melayani jangan menunggu ucapan terima kasih, jangan menunggu balasan, jangan
menunggu upah dari manusia.
Tetaplah berikat
pinggang dan kerjakanlah pekerjaan sampai kesudahannya.
Mari kita melihat
kehidupan yang setia; apa yang dilihat oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos, dia
tuliskan kembali suatu pernyataan yang begitu indah dan mulia, kita akan
melihat di dalam Wahyu 19.
Wahyu 19:11
(19:11) Lalu
aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang
menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia
menghakimi dan berperang dengan adil.
Penunggang kuda putih
bernama: “Yang Setia dan Yang Benar”, Ia menghakimi dan berperang
dengan adil.
Wahyu 19:14
(19:14) Dan
semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan
memakai lenan halus yang putih bersih.
Semua pasukan yang di
sorga mengikuti Dia, mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang
putih bersih. Sudah jelas ini adalah orang-orang pilihan TUHAN (milik kepunyaan
Allah) = hamba-hamba Tuhan.
Wahyu 19:15
(19:15) Dan
dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa.
Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras
anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang
Mahakuasa.
“Yang Benar dan Yang
Setia” ini akan menggembalakan mereka dengan gada besi. Inilah Anak laki-laki
yang dilahirkan itu sebagai gambaran dan
bayangan secara rohani, sehingga kita bisa mengartikan seperti apa Anak
laki-laki yang dilahirkan itu, tetapi yang pasti itu bukanlah pribadi Yesus
Kristus.
Mungkin dalam
kesempatan ini saya tidak dapat mengungkapkan Anak laki-laki itu secara detail
tetapi sebagai gambaran dan bayangannya secara rohani kita sudah temukan Anak
laki-laki yang dilahirkan itu, dialah namanya “Yang Setia dan Yang Benar” dan
Ia akan menggembalakan mereka dengan gada atau tongkat besi.
“ … Ia akan memeras
anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa.” Jelas,
“Yang Setia dan Yang Benar” ini mengadakan penghukuman (pembalasan), yaitu;
kegeraman murka Allah.
Jadi, Anak laki-laki
yang dilahirkan ini akan memerintah dan menggembalakan dengan gada atau tongkat
besi, untuk menghukum bangsa-bangsa yang melawan kepada TUHAN. Anak laki-laki
yang dilahirkan ini dipakai sebagai alat TUHAN untuk membalas penghukuman
sebagai murka Allah.
Memang masuk akal yang
menjadi imam dan yang diangkat menjadi pemimpin di dalam rumah Tuhan harus
laki-laki (Anak laki-laki). Sebab itu, saya katakan sekali lagi dengan tandas:
tolak pengajaran yang menyesatkan itulah ajaran Izebel.
Wahyu 19 ini
merupakan penggenapan nubuatan dari nabi yang heran dan luar biasa, itulah nabi
Yesaya dan nabi Mikha.
Mari kita lihat,
nubuatan dari nabi Yesaya.
Yesaya 66:6-9
(66:6)
Dengar, bunyi kegemparan dari kota, dengar, datangnya dari Bait Suci! Dengar,
TUHAN melakukan pembalasan kepada musuh-musuh-Nya! (66:7) Sebelum
menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum mengalami sakit beranak, ia sudah
melahirkan anak laki-laki. (66:8) Siapakah yang telah mendengar hal yang
seperti itu, siapakah yang telah melihat hal yang demikian? Masakan suatu
negeri diperanakkan dalam satu hari, atau suatu bangsa dilahirkan dalam satu
kali? Namun baru saja menggeliat sakit, Sion sudah melahirkan anak-anaknya. (66:9)
Masakan Aku membukakan rahim orang, dan tidak membuatnya melahirkan? firman
TUHAN. Atau masakan Aku membuat orang melahirkan, dan menutup rahimnya pula?
firman Allahmu.
TUHAN melakukan
pembalasan kepada musuh-musuh-Nya -- terhadap si seteru --, yakni:
1.
Daging dengan
segala keinginannya.
2.
Iblis atau
setan; roh jahat dan roh najis.
3.
Termasuk dunia
dengan arusnya yang menghanyurkan kerohanian dari anak-anak TUHAN.
Singkatnya, gereja
TUHAN yang sempurna melahirkan sebuah bangsa itulah Anak laki-laki yang akan
menjadi anak TUHAN untuk membalaskan murka Allah atas iblis atau setan dan
bangsa-bangsa yang melawan TUHAN. Itulah tugas Anak laki-laki: memerintah dan
menggembalakan bangsa-bangsa dengan tongkat atau gada besi yang merupakan
sebagai penghukuman, sebagai pembalasan murka Allah atas iblis dan
bangsa-bangsa yang melawan TUHAN.
Jadi, Anak laki-laki
ini akan dilahirkan sekejap hanya satu hari saja. Satu hari bagi TUHAN = seribu
tahun bagi manusia. Kelak akan ada kerajaan seribu tahun damai yang memerintah
adalah orang-orang pilihan TUHAN.
Kita bersyukur, dengan
pengertian Anak laki-laki yang dilahirkan ini TUHAN mendengarkan doa permohonan
yang dinaikkan kepada TUHAN, sehingga keluarlah firman TUHAN yang indah dan
suci bagi kita, TUHAN bukakan firman-Nya malam ini bagi kita. Anak laki-laki
namanya “Yang Setia dan Yang Benar.”
Kita bersyukur gereja
yang sempurna melahirkan Anak laki-laki, namanya: “Yang Setia dan Yang Benar”,
Dia akan memerintah dan menggembalakan bangsa-bangsa dengan tongkat besi
sebagai alat untuk menghukum iblis atau setan dan bangsa-bangsa yang melawan
TUHAN.
Lebih jauh, kita
melihat nubuatan nabi Mikha.
Mikha 4:9-13
(4:9) Maka
sekarang, mengapa engkau berteriak dengan keras? Tiadakah raja di
tengah-tengahmu? Atau sudah binasakah penasihatmu, sehingga engkau disergap
kesakitan seperti perempuan yang melahirkan? (4:10) Menggeliatlah dan
mengaduhlah, hai puteri Sion, seperti perempuan yang melahirkan! Sebab sekarang
terpaksa engkau keluar dari kota dan tinggal di padang, terpaksa engkau
berjalan sampai Babel; di sanalah engkau akan dilepaskan, di sanalah engkau
akan ditebus oleh TUHAN dari tangan musuhmu. (4:11) Sekarang banyak
bangsa berkumpul melawan engkau, dengan berkata: "Biarlah dia dicemarkan,
biarlah mata kita puas memandangi Sion!" (4:12) Tetapi mereka itu
tidak mengetahui rancangan TUHAN; mereka tidak mengerti keputusan-Nya, bahwa Ia
akan menghimpunkan mereka seperti berkas gandum ke tempat pengirikan. (4:13)
Bangkitlah dan iriklah, hai puteri Sion, sebab tandukmu akan Kubuat seperti
besi, dan kukumu akan Kubuat seperti tembaga, sehingga engkau menumbuk hancur
banyak bangsa; engkau akan mengkhususkan rampasan mereka bagi TUHAN dan
kekayaan mereka bagi Tuhan seluruh bumi.
Jadi sudah sangat
jelas, puteri Sion -- menunjuk kepada: gereja TUHAN yang sempurna -- akan
melahirkan Anak laki-laki dan menggembalakan bangsa-bangsa dengan murka Allah
terhadap:
-
Babel →
kejahatan dan kenajisan.
-
Orang-orang yang mau
mencemarkan gereja TUHAN dengan berbagai perkara.
Jadi, jelas sekali Anak
laki-laku yang dilahirkan ini dipakai TUHAN untuk menghukum bangsa-bangsa
dengan tongkat besi atau gada besi.
Pada ayat 13
dikatakan: “… tandukmu akan Kubuat seperti besi, dan kukumu akan
Kubuat seperti tembaga …”
Artinya; tembaga,
menunjuk kepada: penghukuman lewat tongkat besi.
Jadi, biarlah pada saat
ini kita datang dengan rendah hati untuk menerima pengajaran firman Allah yang
benar dan murni, membentuk kehidupan kita sekaliannya. Lebih baik kita
mengalami penghukuman terhadap daging lewat tongkat besi hari ini, dari pada
nanti mendapat penghukuman dari tongkat besi tetapi berujung kepada kebinasaan.
Segera kita
memperhatikan sebagai JALAN KELUARNYA.
Wahyu 2:26
(2:26) Dan
barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya
akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;
“… dikaruniakan kuasa
atas bangsa-bangsa”, kita tidak akan berkuasa atas bangsa-bangsa kalau bukan TUHAN yang
mengaruniakannya.
Wahyu 2:27
(2:27) dan ia
akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti
tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku --
Lihat;
-
Anak laki-laki
memerintah mereka dengan tongkat besi,
-
Kemudian bangsa-bangsa
akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk.
Biarlah kiranya tongkat
besi, yakni; ketegasan dari pengajaran firman Allah yang benar, betul-betul
datang untuk mengubahkan kehidupan kita, seperti tongkat besi meremukkan
tembikar tukang periuk. Tembikar, menunjuk kepada: manusia daging, memang harus
diremukkan dan dihancurkan, jangan sesekali menuruti tembikar daging.
Biarlah kiranya kita
datang dengan rela hati supaya segala tabiat daging ini dihancurkan lewat
pengajaran firman Allah yang benar dan murni, tanpa ragi.
Jangan kita menuruti
tembikar itu, itulah manusia daging dengan segala keinginan-keinginannya,
biarlah itu dihancurkan sebagai penghukuman dari kuasa pembukaan firman
terhadap daging supaya kehidupan kita diubahkan oleh TUHAN.
Wahyu 2:28
(2:28) dan
kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.
“Kepadanya akan
dikaruniakan bintang timur.” Bintang timur itulah bintang yang gilang
gemilang, menunjuk kepada: pribadi Yesus Kristus.
Bintang timur itu akan
menjadi petunjuk kepada kehidupan kita masing-masing, bagaikan gapura-gapura
menunjukkan jalan yang benar sampai kepada keselamatan yang benar; sama seperti
orang Majus mereka sampai di tempat tujuan, lalu membawa korban dan
persembahan.
Kalau bintang timur itu
terbit bersinar di dalam hati kita; dia akan menuntun, mengarahkan kita, dia
akan memberi suatu petunjuk yang baik, yang benar, yang suci, yang mulia,
sehingga pada saat kita tiba di tempat tujuan kita akan datang membawa korban
dan persembahan, mempersembahkan segenap kehidupan kita kepada TUHAN, seperti
orang-orang Majus. Selama bintang timur itu tidak terbit di dalam hati kita,
kita tidak akan tahu tujuan hidup kita masing-masing; kita akan kehilangan
haluan, kehilangan arah tujuan hidup. Sebab itu, malam ini kita harus membuka
hati dengan lebar-lebar, kiranya tongkat besi (pembukaan firman) betul-betul
meremukkan tembikar tukang periuk, meremukkan manusia dengan tabiat dagingnya.
Jangan kita senantiasa
menuruti tabiat daging, sampai pada akhirnya dikaruniakan bintang timur terbit
bersinar di dalam hati, untuk menjadi petunjuk serta mengarahkan kita kepada
yang benar, yang suci, yang mulia, sampai selamat. Tiadalah mungkin kita
selamat kalau bintang timur tidak dikaruniakan dan tidak terbit bersinar di
dalam hati kita.
Kita bersyukur TUHAN
sangat memperhatikan kehidupan kita sekaliannya. Kalau kita benar-benar setia
sampai kepada kesudahannya akan dikaruniakan: bangsa-bangsa dan memerintah
(menggembalakan) dengan tongkat besi. Tetapi, mulai dari sekarang bukalah hati
lebar-lebar untuk pembukaan firman meremukkan tembikar tukang periuk. Manusia
daging itulah tembikar yang harus diubah. Jangan sesekali hidup menurut
keinginan-keinginan dari tembikar itu sendiri. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment