IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 30 MEI 2020
STUDY YUSUF
(Seri: 193)
Subtema: BERDIAM DIRI & MENJADI TAWANAN ROH
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita
sekaliannya. Oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk
mengusahakan Ibadah Kaum Muda Remaja pada malam hari ini.
Saya tidak lupa menyapa umat TUHAN,
anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN, teramat lebih pemuda remaja yang sedang
mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohon
kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita,
untuk melawat setiap kehidupan muda remaja di hari-hari terakhir ini.
Segera saja kita memperhatikan STUDY YUSUF
sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak
laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51)
Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya:
"Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada
rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama
Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri
kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu,
lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki:
-
Yang
sulung bernama Manasye.
-
Yang kedua
bernama Efraim.
Selanjutnya, kita akan memperhatikan arti
rohani dari kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang sulung,
yakni Manasye.
MANASYE, artinya; Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1.
Yusuf lupa
kepada kesukarannya.
2.
Yusuf lupa
kepada rumah bapanya.
Kita masih memperhatikan KESUKARAN YUSUF
yang dibagi dalam tiga fase.
-
Fase yang
pertama: “Yusuf tinggal bersama saudara-saudaranya” … Kejadian 37.
-- Hal ini sudah diterangkan beberapa tahun yang lalu. --
-
Fase yang
kedua: “Yusuf di rumah Potifar” … Kejadian 39. --. --
-
Fase yang
ketiga: “Yusuf berada di dalam penjara” … Kejadian 40. -- Yang
mungkin, jika TUHAN ijinkan, kita akan segera memasuki pasal 40. --
Saat ini kita masih berada pada FASE YANG
KEDUA: “Yusuf di rumah Potifar”.
Oleh sebab itu, kita segera memperhatikan Kejadian
39.
Kejadian 39:17-20
(39:17) Perkataan itu jugalah yang diceritakan perempuan itu kepada
Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke mari itu datang
kepadaku untuk mempermainkan aku. (39:18) Tetapi ketika aku berteriak
sekeras-kerasnya, ditinggalkannya bajunya padaku, lalu ia lari ke luar." (39:19)
Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya:
begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya. (39:20)
Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat
tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
Di sini kita melihat: Yusuf difitnah oleh
isteri Potifar. Ia dituduh dengan sebuah perbuatan yang tidak ia lakukan sama
sekali. Namun, sekalipun ia dituduh dan dipersalahkan, Yusuf mengambil sikap tenang
untuk tetap berdiam diri, tanpa pembelaan diri.
“Berdiam diri” adalah sebuah nubuatan yang
telah digenapi oleh pribadi Yesus Kristus. Hal itu bisa kita temukan dalam
Injil Matius 26.
Matius 26:59-63
(26:59) Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian
palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, (26:60) tetapi
mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya
tampillah dua orang, (26:61) yang mengatakan: "Orang ini berkata:
Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."
(26:62) Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya:
"Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini
terhadap Engkau?" (26:63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam
Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami,
apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."
Ketika Yesus diadili di hadapan Mahkamah
Agama, seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, tetapi
Yesus tetap saja berdiam diri, tidak memberi jawaban atas tuduhan-tuduhan dari
saksi-saksi palsu tersebut.
Memang, pengalaman ini sangat ganjil
tentunya bagi dunia, karena -- bagi orang-orang dunia -- kebenaran yang berasal
dari dunia itu perlu untuk diperjuangkan dengan segala daya upaya dari manusia
itu sendiri. Tetapi di sini kita melihat; Yesus tetap berdiam diri saja, Ia
tidak memberi jawab atas segala tuduhan-tuduhan dari saksi-saksi palsu
tersebut.
Matius 26:63-64
(26:63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya:
"Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak
Allah, atau tidak." (26:64) Jawab Yesus: "Engkau telah
mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan
melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas
awan-awan di langit."
Selanjutnya, Imam Besar bertanya: “… apakah
Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” Jawab Yesus: "Engkau
telah mengatakannya.”
Matius 26:66-68
(26:66) Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata:
"Ia harus dihukum mati!" (26:67) Lalu mereka meludahi
muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, (26:68) dan
berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul
Engkau?"
Oleh karena jawaban Yesus tadi, selanjutnya
Mahkamah Agama mengambil keputusan, bahwa Yesus harus dijatuhi hukuman
mati. Setelah divonis dengan hukuman mati, selanjutnya tanpa segan-segan,
mereka -- itulah Imam Besar, termasuk imam-imam kepala, tua-tua dari bangsa
Yahudi --:
-
Mereka
segera meludahi muka Yesus.
-
Mereka
segera meninju Yesus.
-
Orang-orang
lain memukul Dia.
Ketika mereka melakukan itu semua dan
selanjutnya mereka berkata: Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias,
siapakah yang memukul Engkau?" Dengan sikap semena-mena, untuk berlaku
arogan dan kasar, mencerminkan bahwa mereka tidak mau mengakui bahwa Yesus
adalah Mesias.
Inilah suatu pengalaman yang diterima oleh
Yesus ketika Dia berdiam diri di hadapan Mahkamah Agama.
Berbeda dengan orang dunia;
-
Kalau dia
diludahi akan membalas dengan meludahi orang yang meludahi dia.
-
Dia akan
meninju orang yang meninju dia.
-
Seseorang
memukul balik orang yang memukul dia.
Tetapi di sini kita melihat; suatu
pengalaman yang luar biasa diterima dengan sikap berdiam diri. Suatu pengalaman
yang tidak lazim ditunjukkan oleh Yesus ketika Dia diadili di hadapan Mahkamah
Agama, tepatnya di hadapan Imam Besar Hanas dan Kayafas -- mertua dan anak
menantu.
Pendeknya: Pengalaman kematian atau berdiam
diri siap menerima segala resiko apapun, termasuk ketika diludahi, ketika
ditinju, dan orang lain juga turut memukul.
Namun dalam kesempatan yang lain, kita
melihat pribadi dari Simon Petrus yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali; hal
itu ditulis dalam Matius 26:69-75.
-
Penyangkalan
yang pertama, pada ayat 70, Petrus berkata: “Aku tidak tahu, apa yang
engkau maksud.”
-
Penyangkalan
yang kedua, pada ayat 72, Petrus berkata: “Aku tidak kenal orang
itu.”
- Penyangkalan yang ketiga, pada ayat 74,
kembali Petrus berkata: “Aku tidak kenal orang itu.” Tetapi untuk
penyangkalan yang ketiga ini, Simon Petrus mengutuk dan bersumpah.
Singkatnya, Simon Petrus menyangkal Yesus,
dia menyangkal salib Kristus, berarti dia tidak mau menderita, tidak mau
menerima aniaya, tidak mau diludahi, tidak mau ditinju, dan tidak mau menerima
pukulan-pukulan sebagai penderitaan.
Padahal, kalau kita perhatikan pernyataan
Simon Petrus pada Injil Matius 16 …
Matius 16:15-17
(16:15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah
Aku ini?" (16:16) Maka jawab Simon Petrus: "Engkau
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (16:17) Kata
Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia
yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
Sesudah murid-murid Yesus memberitahukan
tanggapan orang tentang pribadi Yesus;
-
Ada yang
mengatakan: “Yohanes Pembaptis.”
-
Ada juga
yang mengatakan: “Elia.”
-
Ada pula
yang mengatakan: “Yeremia” atau salah seorang dari para nabi.
Selanjutnya, Yesus bertanya kepada
murid-murid-Nya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Lalu jawab Simon
Petrus kepada Yesus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
Sebetulnya, Simon Petrus mengetahui dengan
jelas bahwasanya Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Bagaimana Simon Petrus mengetahui bahwa
Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup? Sebab Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah
engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”
Sampai pada saat ini, Tuhan sedang berusaha
supaya kita semua memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah.
Matius 16:18
(16:18) Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
menguasainya.
Dengan berkata: “Engkau adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup!” Artinya, Simon Petrus mengetahui dengan pasti bahwa
Allah membangun sidang jemaat-Nya di atas batu karang yang teguh, berarti alam
maut tidak akan menguasainya.
Kalau kita bandingkan pada ayat 13-18,
tentang pengakuan orang lain tentang pribadi Yesus, di sini jelas dikatakan:
-
Ada
yang mengatakan: Yohanes Pembaptis. Berarti,
pribadi Yesus adalah sebagai orang yang besar. Kalau ini yang menjadi ukuran di
dalam hal mengikuti TUHAN, ini belum menjadi dasar hidup gereja TUHAN.
- Ada juga yang mengatakan: Elia, sebagai yang berkuasa menurunkan api dari langit, juga berkuasa
untuk menahan supaya jangan turun hujan. Tetapi hal ini juga belum menjadi
dasar atau landasan hidup dari gereja TUHAN.
-
Ada
pula yang mengatakan: Yeremia -- seorang nabi yang
bernubuat -- atau salah seorang dari para nabi. Hal ini juga tidak cukup
menjadi dasar yang lengkap dari hidup gereja TUHAN.
Sehingga kalau gereja TUHAN tidak mempunyai
dasar yang teguh, maka mudah sekali diombang-ambingkan oleh angin-angin
pengajaran palsu, mudah sekali dipengaruhi oleh dunia dengan arusnya yang
menghanyutkan kehidupan rohani dari gereja TUHAN.
Sebetulnya, dengan pengakuan Petrus yang
berkata: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Seharusnya, dia
adalah pribadi yang kuat, sebab hidup dari gereja Tuhan dibangun di atas batu
karang yang teguh. Tetapi faktanya, ketika Yesus diadili di hadapan Mahkamah
Agama, di hadapan Hanas dan Imam Besar Kayafas, justru Simon Petrus menyangkal
Yesus sebanyak tiga kali.
Banyak orang Kristen yang mengerti bahwa
dasar dari bangunan adalah batu penjuru, batu karang yang teguh. Teorinya
seperti itu, tetapi prakteknya, ketika diperhadapkan dengan situasi yang sangat
sulit, seringkali anak-anak TUHAN menyangkali TUHAN berkali-kali; dan ketika ia
gagal, dia justru mempersalahkan TUHAN.
Dengan berkata: “Engkau adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup!”, menunjukkan bahwa; Simon Petrus tahu bahwa dasar
dari bangunan itu adalah batu penjuru, batu karang yang teguh, dan alam maut
tidak akan menguasainya lagi. Tetapi kenyataannya, ketika diperhadapkan dengan
situasi yang sulit, Simon Petrus menyangkali Yesus sebanyak tiga kali.
Bagaimana dengan kehidupan muda remaja,
manakala diperhadapkan dengan situasi yang sulit? Dengan wabah Corona yang
sedang terjadi saat ini, apakah kita menyangkali Yesus dan salib-Nya? Perlu
untuk kita ketahui: Suatu kali nanti penyakit sampar akan terjadi lebih parah
dari penyakit Corona semacam ini, dan itu akan terjadi kelak apabila TUHAN
membukakan meterai yang ketiga dan keempat.
Kesimpulannya: Ketika Yesus diadili di
hadapan Mahkamah Agama, Simon Petrus justru menyangkali Yesus sebanyak tiga
kali.
Bagaimana dengan kehidupan kita, apabila
diperhadapkan dengan situasi yang sulit karena sakit penyakit yang tidak
kunjung sembuh, karena belum mendapat pekerjaan, karena ekonomi atau keuangan
semakin merosot. Apakah kita masih juga menyangkali Yesus, sementara kita sudah
mengerti bahwa dasar dari bangunan, dasar dari hidup gereja TUHAN, dasar dari
hidup pemuda remaja adalah batu karang yang teguh.
Kita kembali memeriksa Injil Matius 26.
Matius 26:60
(26:60) tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi
dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, (26:61) yang mengatakan:
"Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya
kembali dalam tiga hari."
Di hadapan Mahkamah Agama, mereka mencari
kesaksian palsu terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka
tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampil
dua orang yang berkata: “Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah
dan membangunnya kembali dalam tiga hari.”
“Tiga hari”, jelas ini menunjuk kepada;
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Inilah dasar atau landasan
dari hidup gereja TUHAN yang sesungguhnya.
Namun, sekalipun demikian, Yesus
menyangkali diri-Nya, Ia tidak menyangkali salib. Sebaliknya dengan Simon
Petrus, dia sudah mengerti, mengenal dan mengetahui dengan jelas, bahwa Yesus
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, tetapi kenyataannya ketika diperhadapkan
dengan situasi kondisi yang sulit, Simon Petrus justru menyangkali Yesus
sebanyak tiga kali.
Memprihatinkan sekali manakala kondisi
rohani dari kaum muda remaja sama seperti Simon Petrus. Bayangkan, tiap minggu
pada Sabtu malam, kita mengikuti perhimpunan Ibadah Kaum Muda Remaja; kita
diajar sampai akhirnya memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, “Dialah
Mesias, Anak Allah yang hidup”; kita juga memperoleh pengetahuan bahwa
dasar dari tiap-tiap bangunan adalah korban Kristus, batu penjuru, batu karang
yang teguh, dan alam maut tidak menguasainya. Tetapi pada saat diperhadapkan
dengan situasi yang sulit, tidak sedikit orang Kristen menyangkali Yesus berkali-kali.
Tetapi, tidak dengan Anak Manusia; ketika
tampil dua orang yang berkata: “Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait
Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari”. “Tiga hari” merupakan
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus; inilah dasar yang benar,
dasar hidup dari gereja TUHAN, termasuk pemuda remaja. Untuk ini, Yesus
menyangkali diri-Nya, sebaliknya Petrus menyangkali salib Kristus.
Malam hari ini kita temukan hal-hal yang
indah dari sorga, sebab TUHAN nyatakan di tengah-tengah perhimpunan ibadah ini,
supaya manakala kita menghadapi situasi yang sulit, kita mengerti dan dapat
mengambil keputusan yang tepat; apakah kita memiliki sikap seperti Yesus yang
menyangkali diri-Nya dan memikul salib-Nya, atau kita mengambil keputusan seperti Simon Petrus yang mengerti tentang kebenaran tetapi justru
menyangkali kebenaran hanya karena situasi yang sulit menyudutkan kehidupannya.
Hati-hati, jangan karena keuangan, lantas
kerohanian kita merosot; jangan karena belum mendapat pekerjaan, lantas kita
menyangkali salib Kristus; jangan karena hal-hal yang tidak benar, lalu
akhirnya kita sangkali salib Kristus, kita sangkali yang benar; janganlah kita
berbuat demikian, supaya kita layak dan berkenan di dalam melayani pekerjaan
TUHAN.
Selanjutnya, kita akan pada saat di hadapan
Pilatus, sebagai pengadilan yang berikutnya.
Matius 27:11
(27:11) Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya
kepada-Nya: “Engkaukah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus: “Engkau
sendiri mengatakannya.”
Selanjutnya, Yesus diadili di hadapan wali
negeri, yaitu Pilatus. Lalu pada saat itu, Pilatus bertanya kepada Yesus: “Engkaukah
raja orang Yahudi?” Jawab Yesus: “Engkau sendiri mengatakannya.”
Matius 27:12-13
(27:12) Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua
terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apa pun. (27:13) Maka kata
Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan
saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
Atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala
dan tua-tua terhadap Dia, namun Yesus tetap tidak memberi jawab apa pun, dengan
lain kata; berdiam diri atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua
(tuduhan palsu).
Lalu Pilatus berkata kepada-Nya: “Tidakkah
Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?”
Dari perkataan ini, menunjukkan bahwa Pilatus sangat terheran-heran. Sementara
Yesus dipojokkan dengan tuduhan palsu, namun Dia tetap berdiam diri, tidak
memberi jawab, tidak menyangkal tuduhan-tuduhan palsu; hal itu sungguh membuat
Pilatus sangat terheran-heran.
Matius 27:14
(27:14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu kata pun, sehingga wali
negeri itu sangat heran.
Ketika Yesus berdiam diri, tidak memberi
jawaban, tidak menyangkal tuduhan-tuduhan palsu yang dituduhkan kepada Dia,
maka Pilatus terheran-heran.
Kalau saja kita berdiam diri dengan
tuduhan-tuduhan palsu oleh saksi-saksi palsu, maka dunia akan
terheran-heran melihat kehidupan kita masing-masing. Sesungguhnya, hal inilah yang TUHAN
tuntut dan TUHAN dambakan dari kehidupan muda remaja di hari-hari terakhir ini.
Terkait dengan perkataan Pilatus: “Engkaukah
raja orang Yahudi?” Lalu jawab Yesus: “Engkau sendiri mengatakannya.”
Tetapi ketika ada tuduhan palsu, justru Yesus tidak memberi jawab, Ia tetap
berdiam diri, sehingga Pilatus terheran-heran.
Apa pengertian secara rohani yang dapat
kita petik dari peristiwa ini? Mari kita perhatikan Injil Yohanes 18.
Yohanes 18:33
(18:33) Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil
Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?"
Di sini kita melihat, Pilatus bertanya
kepada Yesus: “Engkau inikah raja orang Yahudi?”
Yohanes 18:34-38
(18:34) Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu
sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" (18:35)
Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam
kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau
perbuat?" (18:36) Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia
ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan,
supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan
dari sini." (18:37) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau
adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja.
Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya
Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal
dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." (18:38) Kata Pilatus
kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"
Kebenaran yang dari sorga ialah tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan; itulah yang membuat Pilatus menjadi sangat
terheran-heran. Dari sikap terheran-heran ini, menunjukkan bahwa Pilatus tidak
mengenal kebenaran yang dari sorga.
Ayo, sekarang, tentukan pilihanmu
masing-masing mulai dari malam ini; apakah kita mau memiliki kebenaran yang
dari sorga atau kebenaran yang berasal dari dunia.
-
Kalau
kebenaran dari dunia; pasti kejahatan dibalas dengan kejahatan.
-
Tetapi
kebenaran yang dari sorga; cukup berdiam diri saja. Dengan sikap semacam ini,
berarti memberi kesempatan kepada Tuhan sebagai pembela dan pemelihara jiwa
kita.
Dengan berdiam diri, maka dunia akan
terheran-heran melihat keberadaan kita.
Jangan sampai kita sudah salah, tetapi
masih banyak alasan; jangan sampai kita sudah salah, namun tidak mau
memperbaiki diri oleh karena banyaknya alasan-alasan. Dunia tidak
terheran-heran melihat kehidupan pemuda remaja yang mengadopsi kebenaran
semacam ini, karena kebenaran semacam itu berasal dari dunia.
Tetapi lihatlah, Pilatus, wali negeri,
sangat terheran-heran melihat pribadi Yesus, karena sebagai seorang Raja Agung,
Raja yang besar dan mulia, Ia tetap berdiam diri dan tidak memberi jawab,
ketika imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi menyatakan segala kesaksian
palsu dan tuduhan palsu terhadap Dia. Pilatus, wali negeri, sangat
terheran-heran. Inilah yang TUHAN dambakan, TUHAN tentukan, TUHAN tuntut dari
kehidupan muda remaja di hari-hari terakhir ini. Tuhan mau membela kehidupan
dari anak-anak Tuhan (pemuda remaja) semacam ini.
Ayo, tentukan pilihanmu masing-masing;
apakah kita mau menganut kebenaran dari sorga atau kebenaran dari dunia? Kalau
kita menganut kebenaran dari bumi, maka orang lain tidak akan terheran-heran,
tetapi kalau kita menganut kebenaran dari sorga, maka dunia akan
terheran-heran, dunia akan tercengang, melebihi dari mujizat kesembuhan.
Banyak anak TUHAN, bahkan hamba TUHAN bisa
merendahkan diri, tetapi ketika direndahkan, banyak anak TUHAN, bahkan hamba
TUHAN tidak mampu melakukannya. Seseorang bisa saja merendahkan diri saat
datang beribadah dan melayani, bahkan melakukan pekerjaan yang besar, tetapi ia
belum tentu mau direndahkan, sehingga terjadilah yang disebut dengan kejahatan
dibalas dengan kejahatan; namun dunia tidak heran dengan hal semacam ini.
Dari hal berdiam diri ini, kita dapat
MENARIK SUATU KESIMPULAN dalam Yesaya 53:7.
Yesaya 53:6
(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian.
Kehidupan yang sesat itu masing-masing
mengambil jalannya sendiri, ia menuruti keinginan di hati semata, tetapi
kejahatan oleh karena kesesatan manusia ditimpakan kepada pribadi Yesus
Kristus. Inilah wujud dari pada berdiam diri tadi.
Andaikata terhadap saksi palsu dan tuduhan
palsu itu Yesus langsung membalas kejahatan dengan kejahatan, maka sampai kapan
pun manusia tetap hidup dalam keadaan sesat; mengambil jalannya masing-masing,
menuruti keinginan di hati masing-masing.
Pendeknya, tidak mampu untuk menyenangkan
hati Tuhan.
Tetapi, lihat ayat 7 …
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan
tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
“Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan
diri ditindas dan tidak membuka mulut-Nya”,
sehingga Pilatus sebagai wali negeri sangat terheran-heran.
Keadaan berdiam diri ini digambarkan dengan
dua hal:
YANG PERTAMA: “Seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian”
Jelas ini menunjuk; pribadi Yesus yang
telah menyerahkan diri-Nya, menyerahkan segenap hidup-Nya untuk
dipecah-pecahkan (dibantai) di atas kayu salib. Berarti, ketika terjadi
pembantaian itu, potongan-potongan daging itu selanjutnya dipersembahkan.
1 Korintus 5:6
(5:6) Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit
ragi mengkhamiri seluruh adonan?
“Kemegahanmu tidak baik”, artinya; jangan
kita sombong, jangan kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika seseorang
bermegah dan sombong, maka dunia tidak heran melihatnya.
1 Korintus 5:7-8
(5:7) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru,
sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah
disembelih, yaitu Kristus. (5:8) Karena itu marilah kita berpesta, bukan
dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi
dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.
Ketika Anak Domba dibantai, maka nampak dua
hal:
1.
Kemurnian, menunjuk; kehidupan yang tahan uji, tahan terhadap cobaan.
Kehidupan yang tahan uji sama seperti emas murni; semakin dibakar dalam api
(semakin diuji), maka akan semakin nyata kemurniannya.
2.
Kebenaran. Kebenaran yang sejati berasal dari salib, tidak datang dari
mana-mana. Kalau kita dibenarkan oleh darah salib, jelas itu merupakan kasih
karunia.
Singkatnya, Yesus adalah roti hidup, roti
yang turun dari sorga. Ia telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu
salib supaya nampak dua hal, yaitu (1) kemurnian dan (2) kebenaran. “Seperti
anak domba yang dibawa ke pembantaian”, Yesus Kristus adalah Anak Domba
Allah yang telah disembelih, dibantai, supaya nampak kebenaran dan kemurnian.
Keadaan berdiam diri ini digambarkan dengan
dua hal:
YANG KEDUA: “Seperti induk domba yang
kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya.”
Jelas ini menunjuk kepada; kasih dari Allah
Bapa.
Yesaya 1:18
(1:18) Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun
dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;
sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu
domba.
Kasih dari Allah Bapa berkuasa untuk mengampuni
dosa, yang diumpamakan seperti:
-
Sekalipun
“merah seperti kirmizi”, tetapi akan “putih seperti salju”.
-
Sekalipun
“berwarna merah seperti kain kesumba”, tetapi akan menjadi “putih
seperti bulu domba”.
Jadi, “bulu domba” itu terkait dengan kasih
Allah yang berkuasa untuk mengampuni dosa manusia. Tidak ada dosa yang tidak
bisa diampuni oleh darah Anak Domba. Tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni
oleh kasih dari Allah Bapa. Kasih Allah Bapa itu heran dan besar dan berkuasa
untuk mengampuni dosa apa saja. Hanya satu dosa yang tidak diampuni, yaitu dosa
yang tidak diakui.
Yohanes 3:15-16
(3:15) supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang
kekal. (3:16) Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.
TUHAN menyatakan kasih Allah yang besar
kepada dunia ini, supaya dunia ini beroleh hidup yang kekal. Jadi, kasih Allah
itu sungguh heran dan besar dan ajaib, yang dinyatakan kepada kita
masing-masing.
Persis seperti induk domba yang kelu di
depan orang-orang yang menggunting bulunya, itu jelas menunjuk kasih Allah yang
besar dan heran serta ajaib, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Tidak ada seorang bapa di muka bumi ini
yang membiarkan anaknya, yang tidak membela anaknya, manakala anaknya dibantai,
manakala anaknya dibully, disakiti oleh orang lain, tetapi lihatlah
kasih Allah yang besar, Dia justru mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
bagaikan induk domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya. Itulah
kasih Allah yang besar, heran dan berkuasa.
Itulah kesimpulan dari pada “berdiam diri”.
Kita mendapat nilai-nilai rohani yang sangat positif yang menguntungkan
kehidupan pemuda remaja.
-
Sungguh
heran dan ajaiblah apa yang telah dikerjakan oleh Yesus, Dialah Anak Domba
Allah yang disembelih.
-
Juga
sungguh heranlah kasih Allah Bapa, sebab tidak ada dosa yang tidak bisa
diampuni.
Jadi, kalau Yusuf berdiam diri ketika ia
difitnah oleh isteri Potifar, baik di hadapan orang-orang seisi rumah Potifar,
termasuk di hadapan Potifar sendiri, namun Yusuf tetap berdiam diri. Ketika
Yusuf berdiam diri, itu bukan berarti bahwa Yusuf adalah seorang yang bodoh,
tetapi Yusuf tahu bahwa rencana Allah sedang dikerjakan oleh Allah di dalam
dirinya.
Kalau kehidupan muda remaja mengerti
rencana Allah, bahwa Allah sedang mengerjakan sebuah rencana yang hebat, sebuah
rencana yang luar biasa dan heran sedang TUHAN tentukan dalam kehidupan muda
remaja, maka kehidupan muda remaja tinggal berserah saja dan berdiam diri, biar
kehendak Allah yang jadi. Kalau kita berdiam diri, bukan berarti kita adalah
orang bodoh, tetapi kita berdiam diri karena kita sadar, bahwa kita sedang berada di dalam rencana Allah
yang besar, rencana Allah yang heran.
Ketika Yusuf difitnah, ketika kebenaran itu
dipersalahkan, namun Yusuf hanya berdiam diri, itu bukan berarti dia tidak
dapat membela dirinya, tetapi Yusuf betul-betul dengan sadar bahwa dia mengerti
rencana Allah yang besar sedang TUHAN kerjakan dalam kehidupannya. Yusuf tidak
mau membatalkan rencana Allah yang sedang dikerjakan oleh Allah lewat hidupnya.
Biarlah kiranya rencana Allah nyata di tengah dunia ini lewat hidup kita
masing-masing, lewat kehidupan muda remaja.
Jadi, kalau kita berdiam diri, bukan
berarti kita bodoh. Jangan kita mengambil alih apa yang menjadi bagian TUHAN.
Bagian kita cukup berdiam diri, supaya rencana Allah nyata di dalam hidup kita.
Kita kembali membaca Kejadian 39:19-20.
Kejadian 39:19-20
(39:19) Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan
isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka
bangkitlah amarahnya. (39:20) Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan
ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf
dipenjarakan di sana.
Isteri Potifar berkata: “begini
begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu”. Mendengar keterangan dari
isterinya, maka bangkitlah amarah Potifar, dan Yusuf ditangkap oleh Potifar
lalu dimasukkan ke dalam penjara.
Kita sudah melihat nubuat dari hal “berdiam
diri” yang digenapi oleh pribadi Yesus tadi, sekarang kita harus melihat
pengertian tentang nubuat dari hal SENGSARA DALAM PENJARA.
Efesus 4:7-12
(4:7) Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia
menurut ukuran pemberian Kristus. (4:8) Itulah sebabnya kata nas:
"Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia
memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." (4:9) Bukankah
"Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi
yang paling bawah? (4:10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik
jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:11)
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (4:12) untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus,
Lewat pengalaman kematian dan kebangkitan,
Yesus telah membebaskan dan membawa tawanan-tawanan, yaitu orang-orang yang
terpenjara di dunia ini.
Memang, selama ada di dunia ini, kita
seperti “dipenjara”, tetapi hal itu bertujuan supaya kita bebas dari dosa.
Sebaliknya, kalau kita menginginkan kebebasan dari dunia ini, maka kita dipenjara
oleh dosa. Tetapi ketika Yesus turun ke dunia orang mati dan Dia juga naik
lebih tinggi dari segala langit, selanjutnya membebaskan segala
tawanan-tawanan, yaitu orang-orang yang terpenjara di dunia ini.
Kita harus lepas dari kebebasan dunia,
sebab kalau kita menginginkan kebebasan dunia, maka kita dipenjara oleh dosa.
Tetapi puji TUHAN, nubuatan tentang sengsara dalam penjara telah digenapi oleh
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Biarlah kiranya hal ini
dapat dipahami dengan baik.
Ini merupakan pengalaman yang luar biasa,
supaya kita mengerti bagaimana TUHAN membebaskan tawanan-tawanan yang
terpenjara di dunia ini. Tidak ada cara lain untuk kita bebas dari penjara,
selain masuk dan menjadi satu dengan pengalaman Yesus di dalam tanda kematian
dan kebangkitan-Nya. Tidak ada cara yang lain, maka janganlah kita memilih cara
yang lain, sebab kalau kita menginginkan kebebasan dunia, justru kita dipenjara
oleh dosa. Tetapi kalau kita memilih untuk segera menyatu dengan pengalaman
Yesus dalam tanda pengalaman kematian dan kebangkitan, maka tawanan-tawanan
dibebaskan dari penjara dosa.
Ketika seseorang terpenjara oleh dosa, maka
ruang lingkupnya terbatas untuk segera bebas melangkah, untuk segera bebas
melayani dengan menggunakan dua tangan. Tetapi biarlah kita segera memilih
untuk menyatu dengan pengalaman Yesus dalam tanda pengalaman kematian dan
kebangkitan-Nya, sehingga kita bebas dari dosa, bebas dari penjara dosa, kita
bebas melangkah di dalam Bait Allah, bebas menggunakan dua tangan untuk segera
melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Tidak ada cara lain, selain menyatu dengan
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, sehingga manakala ada
“keinginan-keinginan” untuk mempengaruhi kita, hal itu tidak akan bisa
mempengaruhi kita, karena kita sudah menyatu dengan pengalaman kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus.
Kita sudah melihat pribadi Rasul Paulus
yang telah melukiskan pribadi Yesus dalam Efesus 4 tadi. Dan sekarang
kita akan melihat fakta yang terjadi di dalam dirinya; apakah perkataan yang
tertulis sesuai dengan perilakunya, tabiatnya, perbuatannya?
Kisah Para Rasul 20:20-21
(20:20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna
bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum
maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; (20:21) aku
senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya
mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
Rasul Paulus melayani TUHAN dengan segala
kerendahan hati. Tanda kerendahan hati:
1.
Banyak
mencucurkan air mata. Sebaliknya, orang yang sombong, tidak rendah hati; tidak
ada air mata.
2.
Banyak
mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh dia.
Namun sekalipun demikian, Rasul Paulus
tidak lalai dalam hal;
1.
Memberitakan
Firman Allah.
2.
Mengajarkan
Firman Allah.
3.
Bersaksi
dari hal Firman Allah.
Sehingga orang-orang Yahudi maupun
orang-orang Yunani bertobat kepada Allah dan percaya kepada TUHAN kita, Yesus
Kristus.
Tetapi perhatikan ayat 22 …
Kisah Para Rasul 20:22
(20:22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem
dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ
Rasul Paulus berkata: “Tetapi sekarang
sebagai tawanan Roh” Berarti, terikat dengan kegiatan Roh, terikat dengan
ibadah dan pelayanan, sebab sudah bebas dari penjara dosa dunia. Tetapi
sebaliknya, kalau seseorang terikat dengan penjara oleh dosa dunia, maka
terbataslah langkah-langkah kakinya, terbatas ruang lingkupnya untuk melangkah,
dan dua tangan tetap terbelenggu sehingga tidak dapat digunakan untuk melayani
pekerjaan TUHAN.
Tetapi di sini kita melihat: “sekarang
sebagai tawanan Roh”, berarti terikat dengan pelayanan, sehingga dia bebas
dari penjara dosa. Kalau kita bebas dari penjara dosa, maka kita terikat dengan
kegiatan Roh.
Kisah Para Rasul 20:23
(20:23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota
kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.
Tetapi setelah dia menyelesaikan
pekerjaannya, Roh Kudus memberitahukan kepadanya, bahwa penjara dan sengsara
menunggu dia. Namun Rasul Paulus tidak takut sekalipun menghadapi dunia yang
berusaha memenjarakan kehidupannya. Mungkin tubuhnya bisa dipenjara, tetapi
kehidupan rohaninya tidak bisa dibelenggu, dengan bukti; Rasul Paulus menulis
berapa banyak buku kepada sidang jemaat, menulis berapa banyak buku kepada
anak-anak rohani, termasuk menulis buku kepada orang-orang Ibrani.
Berarti, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa; perkataan Rasul Paulus sudah terbukti sesuai dengan perbuatannya,
sehingga menjadi contoh dan teladan bagi sidang jemaat.
Kejadian 39:20B
(39:20) Lalu
Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat
tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. Penggenapan dalam penjara sudah kita lihat; Yesus sudah
menggenapinya dan Rasul Paulus juga sudah membuktikannya.
Tetapi lihat, ayat 21 …
Kejadian 39:21
(39:21) Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih
setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala
penjara itu.
Rupa-rupanya, TUHAN menyertai Yusuf dan
melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf menjadi kesayangan
bagi kepala penjara itu. Penjara tidak dapat menawan Yusuf, tetapi sebaliknya
Yusuf menawan penjara, karena TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih
setia-Nya kepadanya.
Inilah rencana Allah yang begitu heran dan
luar biasa, sehingga kalau dia berdiam diri, itu karena dia tahu rencana Allah
di dalam hidupnya. Andaikata dia betul-betul menuntut, menggugat balik isteri
Potifar, maka kebenaran itu berhenti sampai di situ saja. Tetapi Yusuf tetap
berdiam diri, karena rencana Allah akan terus berlangsung sampai dia nanti
dapat memberi kehidupan kepada dunia ini.
Ketika Yusuf dimasukkan ke dalam penjara,
itu merupakan suatu langkah atau ketetapan untuk menuju sampai nanti pada
akhirnya ia akan menjadi penguasa kedua di Mesir. Memang, pengalaman kematian,
pengalaman berdiam diri itu sangat unik, tidak bisa diselami oleh akal pikiran
manusia.
Kalau pun nafsu berahi memutar balik fakta
dan berkata begini dan begitu, tetapi bagi kita yang sudah mengerti rencana
Allah, kita tidak perlu bertanya-tanya “mengapa begini, mengapa begitu”, karena
kita sadar bahwa rencana Allah sedang berlangsung dalam kehidupan kita pribadi
lepas pribadi.
Saya berharap, kehidupan muda remaja
tanggap dan cekatan untuk mengerti rencana Allah. Jangan sampai kita berada
dalam penjara dosa dunia karena keinginan ini dan itu, tetapi biarlah kita
terus berdiam diri, sebagai kesimpulan dari pengalaman kematian, supaya kita
jangan terjebak dalam penjara dosa dunia. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment