IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 JUNI 2020
KITAB RUT
(Seri: 98)
Subtema: BAIT ALLAH DIKUDUSKAN OLEH CAMBUK TALI
TIGA LEMBAR
Shalom.
Puji TUHAN …
Selamat malam, salam sejatehtera bagi kita sekaliannya.
Oleh karena
kemurahan hati TUHAN, kita diizinkan untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman
Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Dan ini adalah ibadah pertama di
gedung gereja ini sejak wabah Corona (Covid-19) melanda seluruh antero dunia;
tetapi, oleh karena kemurahan TUHAN, kita kembali diberi kesempatan untuk
bersekutu dengan TUHAN, lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan
perjamuan suci.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada
menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita,
dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Lagi kata
Naomi kepada Rut, menantunya: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah
seorang yang wajib menebus kita.”
Singkatnya,
Naomi menjelaskan kepada Rut, menantunya itu, bahwa Boas adalah kaum kerabat
(saudara) terdekat mereka dan salah seorang yang wajib menebus mereka.
Apa yang
telah dijelaskan oleh Naomi kepada Rut, menantunya, itu sesuai dengan ketentuan
dan peraturan yang berlaku di Israel; hal itu ditulis dengan jelas di dalam Imamat
25:24-25. Kemudian, penggenapan dari Imamat 25:24-25 -- itulah hal
peraturan dan ketentuan di Israel tentang apabila ada orang yang jatuh miskin
dan menjual harta bendanya, maka harus ada seorang yang wajib menebusnya, yaitu
kerabat (saudara) terdekat -- telah dikerjakan oleh pribadi Yesus, Anak Allah,
dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib; perkara ini diakui dan ditulis
pada Injil Matius 20:28, “… Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang -- terhadap orang-orang yang terjual kepada maut, seperti
Naomi dan Rut, menantunya”.
Sekarang,
kita akan memperhatikan ayat 21.
Rut 2:21
(2:21) Lalu kata Rut, perempuan Moab itu:
"Lagipula ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sampai
mereka menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku."
Setelah
mendengarkan penjelasan dari Naomi, mertuanya itu, sontak saja Rut teringat
kembali kepada perkataan Boas di dalam Rut 2:8, “Dengarlah dahulu,
anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah
juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku
perempuan”.
Boas rohani,
itulah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, di
mana perkataan-Nya selalu diingat oleh murid-murid-Nya.
Contoh
peristiwa:
-
Satu kali pada Injil Matius.
-
Dua kali pada Injil Lukas.
-
Tiga kali pada Injil Yohanes.
Contoh
peristiwa “satu kali pada Injil Matius” telah kita terima pemaparannya beberapa
minggu yang lalu. Kemudian, contoh peristiwa “dua kali pada Injil Lukas” juga
telah kita terima pemaparannya, yang terakhir pada minggu yang lalu.
Sekarang,
kita akan melihat contoh peristiwa: TIGA KALI PADA INJIL YOHANES, antara lain, Yang
Pertama:
Yohanes 2:17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya,
bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Murid-murid
teringat dengan Firman Allah yang mengatakan: “Cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan Aku.”
Sekarang
pertanyaannya: Apa yang melatarbelakangi sehingga murid-murid teringat
kembali dengan bunyi Firman Allah tersebut?
Yohanes
2:14-16
(2:14) Dalam Bait Suci didapati-Nya
pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang
duduk di situ. (2:15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka
semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang
penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. (2:16)
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari
sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Intinya di
sini ialah; Yesus mengadakan penyucian terhadap Bait Allah. Dan pada saat TUHAN
Yesus menyucikan Bait Allah, sontak pada saat itu juga murid-murid teringat kembali
dengan Firman Allah yang bunyinya: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku”,
yang mana ditulis oleh nabi Daud pada Mazmur 69:10.
Perlu untuk
kita ketahui: Setiap pribadi dari kehidupan orang-orang Kristen merupakan Bait
Suci Allah; oleh sebab itulah, TUHAN menuntut supaya tiap-tiap orang hidup di
dalam kesucian di hadapan TUHAN. Jadi, Bait Allah itu harus hidup di dalam
kesucian di hadapan TUHAN, sebab TUHAN menuntut hal itu dari kehidupan kita
masing-masing.
1 Petrus
1:14-15
(1:14) Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan
jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, (1:15)
tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia
yang kudus, yang telah memanggil kamu,
Kita
dipanggil untuk menjadi kudus di dalam seluruh hidup kita masing-masing; sama
seperti Dia adalah kudus.
1 Petrus
1:16
(1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu,
sebab Aku kudus.
“Kuduslah
kamu, sebab Aku kudus.” Sudah sangat
jelas, bahwa TUHAN menuntut dan mendambakan supaya kehidupan tiap-tiap orang
hidup dalam kekudusannya di hadapan TUHAN Allah.
Tetapi,
untuk menjadi kudus di dalam seluruh hidup, pada ayat 14 -- tadi sudah
kita baca -- ada dua tuntutan yang lain, yakni:
YANG
PERTAMA: Hiduplah sebagai anak-anak yang taat.
Taat,
berarti mau dan dengan rela hati mematuhi Firman Allah.
YANG KEDUA: Jangan
turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.
Jangan
turuti hawa nafsu seperti pada waktu kebodohan. Apa itu “pada waktu kebodohan?”
Pada waktu kebodohan, artinya; pada waktu belum terpanggil sebagai anak-anak
Allah, berarti; masih hidup seperti manusia duniawi.
Apa itu
“manusia duniawi?” Manusia duniawi, berarti hidup secara manusiawi, artinya;
segala sesuatu yang diperbuat, segala sesuatu yang dikerjakan, ditentukan oleh
pikiran dan perasaan manusia daging, sama dengan; hidup dengan pengertian
sendiri, tanpa memiliki pengertian yang benar dari Allah. Itulah manusia
duniawi yang hidup secara manusiawi, di mana ia melakukan segala sesuatunya
menurut pikiran dan perasaan manusia daging, tanpa memiliki pengertian yang
benar dari Allah, dengan lain kata; hidup sesuka hati, tanpa aturan -- itulah
orang dunia --. Oleh sebab itu, jangan menuruti hawa nafsu sama seperti pada
waktu kebodohan.
Itulah dua
tuntutan lain, selain tuntutan utama, yaitu supaya kita semua, yang adalah Bait
Suci Allah, hidup di dalam kekudusan-Nya.
Roma 12:2-3
(12:2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna. (12:3) Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku,
aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan
hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah
kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman,
yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Janganlah
kita menjadi serupa dengan dunia ini; oleh sebab itu, kita harus betul-betul
mengalami pembaharuan akal budi. Berarti, mindset atau cara berpikir
yang lama atau sudut pandang yang lama harus benar-benar berubah, sehingga kita
tidak sama dengan manusia duniawi.
Sekali lagi
saya sampaikan dengan tandas: Kita dipanggil untuk hidup di dalam kekudusan,
sebab kita adalah Bait Allah; oleh sebab itu, jangan kita menjadi serupa dengan
dunia ini. Oleh karena itulah, maka kita harus mengalami pembaharuan akal budi;
berarti, mindset atau cara berpikir yang lama atau sudut pandang yang
lama harus berubah, sehingga kita tidak sama dengan manusia duniawi.
Kalau kita
melepaskan (merubah) cara berpikir (sudut pandang) yang lama, tujuannya adalah
supaya kita dapat membedakan manakah kehendak Allah, yakni:
-
Apa yang baik kepada Allah.
-
Apa yang berkenan kepada Allah.
-
Apa yang sempurna kepada Allah.
Itu saja
yang kita pikirkan.
Setelah kita
dapat membedakan apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna,
maka puncaknya ialah kita dapat menguasai diri menurut ukuran atau takaran
iman, dengan tanda; berpikir secara sederhana saja.
Berpikir
secara sederhana, maksudnya ialah tidak berpikir muluk-muluk, tidak memikirkan
hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kita pikirkan, dengan kata lain;
tidak perlu berkhayal.
Jangan suka
berkhayal, mengapa? Sebab sekarang ini kita sedang berada di dunia nyata; lewat
ibadah pelayanan ini, kita sedang mencari Kerajaan Sorga yang nyata. Oleh sebab
itu, biarlah kita berpikir sederhana saja menurut takaran iman; berarti, jangan
memikirkan hal yang lebih tinggi dari hal yang patut kita pikirkan.
2 Korintus
4:18
(4:18) Sebab kami tidak memperhatikan yang
kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan
adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Rasul Paulus
tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, yakni
Kerajaan Sorga. Jadi, perhatian Rasul Paulus tertuju kepada Kerajaan Sorga,
itulah dunia nyata yang akan datang.
Mengapa
demikian? Sebab yang kelihatan adalah bersifat sementara, sedangkan yang tak
kelihatan adalah kekal, itulah Kerajaan Sorga, dunia baru yang akan datang.
Jadi, kalau seseorang mendambakan segala sesuatu melebihi dari takaran iman,
itu menunjukkan bahwa dia sedang berkhayal.
Kerajaan
Sorga itu bukanlah dongeng-dongeng yang hanya sebatas khayalan, tetapi Kerajaan
Sorga adalah dunia baru yang akan datang, yang nyata. Itu sebabnya, di tengah
pemberitaan Firman TUHAN, saya tidak menyampaikan satu dua ayat Firman TUHAN
lalu ditambahkan dongeng nenek tua, tidak ditambahkan cerita-cerita isapan
jempol, karena Kerajaan Sorga merupakan dunia baru yang akan datang, yang
sangat nyata sekali.
Tetapi kalau
kita memikirkan melebihi dari takaran iman, itu menunjukkan bahwa kita sedang
berkhayal. Tidak usah berkhayal; oleh sebab itu, cara berpikir yang lama, sudut
pandang yang lama, mindset yang lama itu harus berubah.
Saudara yang
dari daerah lalu dikirim ke tempat ini, puji TUHAN; oleh sebab itu, lepaskan
cara berpikir yang lama. Kita ini ada di kota kudus, yakni; Yerusalem Baru,
bukan di “kampung” Yerusalem; oleh sebab itu, lepaskan cara berpikir yang lama.
Biarlah
kiranya kita semua dapat mengikuti pemberitaan firman ini dengan baik dan
memahami hal itu dengan baik.
Sekarang,
kita akan memperhatikan: HAL-HAL APA SAJA YANG DISUCIKAN DARI BAIT ALLAH.
Yohanes
2:14-15
(2:14) Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang
lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk
di situ. (2:15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua
dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang
penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkan-Nya.
Yang harus
disucikan dari Bait Allah ialah:
1. Pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan
merpati.
2. Meja-meja penukar uang.
3. Tempat duduk.
Tiga hal
inilah yang harus disucikan dari Bait Allah, itulah kehidupan kita
masing-masing. Setiap kita yang hadir pada malam hari ini, merupakan Bait Suci
Allah; dan kita dipanggil supaya hidup di dalam kekudusan, itu yang dituntut
oleh TUHAN dari Bait Allah, sesuai 1 Petrus 1:15-16.
Selanjutnya,
kita akan melihat tiga perkara di atas.
Tentang: “Pedagang-pedagang
lembu, kambing domba dan merpati.”
Pedagang-pedagang
lembu, kambing domba dan merpati à Orang-orang (kehidupan) yang menjual korban Kristus, sebab lembu,
kambing domba, dan merpati adalah tiga jenis binatang yang dijadikan sebagai
korban bakaran untuk menghapus dosa dalam Perjanjian Lama -- atau pada masa
Taurat --.
Namun, tidak
sedikit anak-anak TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN dengan berani menjual korban
Kristus.
-
Jikalau hamba TUHAN melayani karena ada motivasi yang
lain, karena ada kepentingan-kepentingan yang lain (kepentingan pribadi) --
yaitu melayani karena uang atau karena perut --, itu sama dengan; menjual
korban Kristus.
-
Demikian juga dengan sidang jemaat (anak-anak TUHAN),
jika dengan rela dan dengan berani meninggalkan jam-jam ibadah hanya karena
kepentingan diri, karena kesibukan-kesibukan di dunia ini, karena terikat
dengan perkara lahiriah, atau bahkan karena kepentingan-kepentingan dagingnya,
itu sama dengan; menjual korban Kristus.
Untuk apa
kita datang di tempat ini; mau menjual korban Kristus atau mau beribadah? Untuk
apa kita hidup di muka bumi ini? Kita harus tahu tujuan hidup; yang pasti, kita
dipanggil untuk menjadi Bait Allah yang suci. Itu sebabnya dalam Yohanes
2:14 dan seterusnya, di situ TUHAN mengadakan penyucian terhadap Bait
Allah.
Ingat; upah
dosa adalah maut. Jadi, mau tidak mau, kita harus mengalami penyucian terhadap
dosa.
Sekali lagi
saya tandaskan:
-
Kalau hamba TUHAN melayani karena kepentingan, karena
uang, karena perut, itu sama dengan; menjual korban Kristus.
-
Demikian juga kalau sidang TUHAN, anak-anak TUHAN,
umat TUHAN, orang Kristen nekat (berani) meninggalkan jam-jam ibadah hanya
karena kepentingan diri, hanya karena ikatan pekerjaan dan perkara lahiriah,
itu sama dengan; menjual korban Kristus.
Pendeknya:
Menyangkal Yesus dan salib-Nya = Menjual korban Kristus.
Contoh:
Yudas menjual TUHAN Yesus Kristus kepada imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat,
dan tua-tua, sebesar 30 (tiga puluh) keping uang perak; itu ditulis dengan
jelas di dalam Injil Matius 27:3-4.
Kisah Para
Rasul 1:17-18
(1:17) Dahulu ia termasuk bilangan kami
dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini." (1:18) --
Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh
tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke
luar.
Dari hasil
kejahatannya -- dengan menjual TUHAN Yesus Kristus sebesar 30 (tiga puluh)
keping uang perak kepada imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua --,
Yudas menggunakannya untuk membeli sebidang tanah. Tetapi oleh upah
kejahatannya, Yudas jatuh tertelungkup; perutnya pecah dan semua isi perutnya
tertumpah ke luar.
Sekarang,
kita akan melihat tentang “semua isi perutnya tertumpah ke luar”.
-
Lambung dan usus 12 (dua belas) jari, dalam pola (pengajaran) Tabernakel
terkena pada MEJA ROTI SAJIAN, yang ada di dalam Ruangan Suci.
Meja Roti
Sajian à Ketekunan pada Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai perjamuan suci, atau sama dengan; persekutuan dengan Yesus, Anak
Allah, lewat Firman Allah dan perjamuan suci.
-
Usus, hati, limpa, ginjal, dalam pola (pengajaran) Tabernakel terkena pada
PELITA EMAS. Pelita Emas à Ketekunan pada Ibadah (Kebaktian) Minggu, disertai dengan kesaksian,
atau sama dengan; persekutuan dengan Allah Roh Kudus. Dalam Ibadah (Kebaktian)
Minggu itu, semua karunia-karunia Roh Kudus (Roh Pengasihan), serta
jabatan-jabatan -- seberapa besar talenta yang dipercayakan kepada
pelayan-pelayan TUHAN -- dipertajam, dengan lain kata; persekutuan dengan Roh
Kudus mempertajam karunia-karunia Roh Kudus.
-
Paru-paru, dalam pola (pengajaran) Tabernakel terkena pada MEZBAH DUPA. Mezbah
Dupa à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan,
yang merupakan puncak ibadah kita masing-masing.
Ibadah-ibadah
yang TUHAN percayakan di atas muka bumi ini akan memimpin kita sampai kepada
puncak ibadah, itulah doa penyembahan. Jadi, jangan lewatkan ibadah yang lain;
tidak berhenti hanya pada ibadah doa penyembahan, tetapi juga perlu Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, perlu juga Ibadah (Kebaktian) Raya
Minggu disertai kesaksian. Dengan ibadah-ibadah itu semua, maka akan memimpin
kehidupan kita sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
Tiga hal di
atas ada (terletak) pada “rongga perut”, yang dalam susunan Tabernakel terkena
pada RUANGAN SUCI.
Kemudian,
bagian dalam tubuh yang lain adalah jantung, dalam pola (pengajaran)
Tabernakel terkena pada TABUT PERJANJIAN. Tabut perjanjian berbicara tentang:
1. Takhta Allah = Ibadah dan pelayanan.
2. Nikah suci antara Mempelai Laki-Laki Sorga
dengan mempelai perempuan-Nya berdasarkan kasih.
Sementara
jantung ini ada (terletak) pada “rongga dada”, yang dalam susunan Tabernakel
terkena pada RUANGAN MAHA SUCI -- berarti; sempurna, segambar serupa dengan
Allah.
Kesimpulannya:
Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci disebutlah itu Bait Suci Allah; tetapi
itulah yang ke luar tertumpah dari perut Yudas, sebab tadi kita sudah melihat
bahwa semua isi perut dari pada Yudas itu tertumpah ke luar.
Intinya:
Meninggalkan tiga macam ibadah pokok demi segala perkara yang ada di dunia ini,
itu sama dengan; menjual korban Kristus. Cara hidup orang-orang yang semacam
ini harus disucikan dari setiap kita masing-masing, pribadi lepas pribadi.
Tentang: “Meja-meja
penukar uang.”
Meja-meja
penukar uang à Orang yang cinta akan uang; kehidupan yang
semacam ini juga harus disucikan, supaya tidak cinta akan uang, tidak terikat
akan uang. Kalau seseorang tidak terikat dengan uang, maka ia akan melepaskan
cintanya dari TUHAN; tetapi kalau dia terikat dengan cintanya akan TUHAN (cinta
Agape), maka ia akan melepaskan hatinya dari uang.
Tanda cinta
uang adalah hatinya dijadikan sebagai tempatnya uang. Seharusnya, menurut Amsal
3 dan 7, hati ini adalah Meja Roti Sajian, tempatnya Firman Allah
disusun; dari ayat per ayat, pasal per pasal, semuanya di susun di hati ini
masing-masing. Kalau hati ini disucikan, maka seluruh (segenap) hati kita juga
pasti suci, sebab hati ini adalah cerminan hidup seseorang; apa yang keluar,
semuanya berasal dari hati. Oleh sebab itulah, orang yang hatinya dijadikan
sebagai tempatnya uang, kehidupan semacam ini harus disucikan.
1 Timotius
6:10
(6:10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta
uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari
iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Akar dari
segala kejahatan ialah “cinta uang”.
Akibat cinta
uang, YANG PERTAMA: “Menyimpang dari iman.”
Kita dibenarkan
oleh Allah karena iman, oleh karena darah salib Kristus. Jadi, jangan sampai
kita datang beribadah dan melayani TUHAN, tetapi menyimpang dari iman; itu
sebabnya, setiap orang yang mau hidup beribadah harus menyangkal diri dan
memikul salib.
Biarlah kita
semua sungguh-sungguh memperhatikan Firman TUHAN ini. Oleh sebab itu, ada
baiknya bila kita mempersiapkan diri untuk beribadah, maksudnya; sebelum
ibadah, biarlah kita gunakan waktu dengan baik, contohnya; jika ada waktu untuk
istirahat, gunakan waktu untuk istirahat, jangan gunakan waktu untuk berburu
daging sampai larut malam, sampai larut pagi. Persiapkan diri untuk
beribadah kalau memang kita menghargai ibadah; itulah praktek
menjunjung tinggi korban Kristus di dalam diri masing-masing.
Dan setiap
kita masing-masing harus mempunyai kepribadian; kalau melihat saudaramu tidak
benar -- maksudnya, tidak mempersiapkan diri untuk beribadah --, biarlah kita
menegurnya, sebab dalam Ibrani 10:24 mengatakan: “marilah kita saling
memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”.
Jangan biarkan saudara (sesama) yang dalam kesalahan karena perasaan. Sudah
melihat sesama (saudara) tidak mempersiapkan diri untuk beribadah, namun kita
tidak menegur dia, itu menunjukkan bahwa kita tidak memiliki kepribadian.
Jangan sampai kita datang beribadah, tetapi justru menyangkal salib Kristus.
Sekali lagi
saya sampaikan: Kita ini dibenarkan oleh Allah, karena iman, oleh darah salib
Kristus; dan itu semua karena kasih karunia. Dibenarkan oleh darah salib, itu
adalah kasih karunia, itu adalah kemurahan TUHAN.
Akibat cinta
uang, YANG KEDUA: “Menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka.”
Kita akan
melihat tentang “menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka”.
Mazmur
127:1-2
(127:1) Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan
TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;
jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
(127:2) Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh
malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia
memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
“ … Ia
memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” TUHAN memberikan
yang dicintai-Nya pada waktu tidur. TUHAN memberkati orang-orang yang dicintai-Nya
pada waktu tidur.
“Tidur” à Pengalaman kematian Yesus Kristus. Mati,
berarti; daging tidak bersuara lagi = tidak hidup menurut hawa nafsu dan
keinginan-keinginan daging yang jahat. Kehidupan yang semacam ini diberkati.
Berbeda
dengan orang yang tidak mau masuk dalam pengalaman kematian; ia jauh dari
berkat TUHAN, jauh dari pemeliharaan TUHAN, jauh dari perhatian TUHAN, jauh
dari kemurahan TUHAN; akhirnya, dia harus mengandalkan kekuatannya. Bayangkan;
duduk-duduk sampai jauh malam, tetapi apapun yang diperolehnya itu juga
sia-sia, tidak ada artinya.
Biarlah hal
ini harus menjadi perhatian kita malam ini dan seterusnya. Nasihat-nasihat yang
baik, jangan kita abaikan, sebab tadi kita sudah memperhatikan apabila
seseorang cinta akan uang, maka mengakibatkan seseorang menyiksa diri dengan
berbagai-bagai duka.
Lihat saja,
pada ayat 1:
-
“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya.” Kita ini adalah rumah TUHAN.
Seperti apapun jerih payah manusia, seperti apapun upaya manusia untuk
memperbaiki kelakuannya, itu semua adalah sia-sia. Hanya TUHAN yang dapat
membangun kehidupan manusia menjadi benar.
-
“Jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah
pengawal berjaga-jaga.” Sehebat apapun seorang bodyguard, sehebat
apapun seorang yang mengawal kota, itu semua tidak akan sama dengan cara TUHAN
memelihara, menjaga, melindungi, membela kita sampai hari ini, sebagaimana
TUHAN memelihara kita dari virus Corona; itu harus dicermati dengan baik.
Seperti apapun ketatnya para medis untuk menjaga dirinya, tetapi kalau bukan
TUHAN oleh karena darah-Nya yang menjaga, maka semua sia-sia. Biarlah TUHAN
yang menjaga kota kudus, hidup kita ini.
Jadi, jelas
bahwa; karena cinta akan uang -- yang adalah akar dari segala kejahatan --
menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka.
1 Timotius
6:6-9
(6:6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa
cukup, memberi keuntungan besar. (6:7) Sebab kita tidak
membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke
luar. (6:8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
(6:9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke
dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan,
yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Ingat:
Ibadah kalau disertai dengan rasa cukup, memberi keuntungan besar; maka, asal
ada makanan, asal ada pakaian, cukuplah.
“Makanan” à Firman Allah, sebagai kebutuhan pokok
rohani kita masing-masing. Jika dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita
ini TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita, itu sudah lebih dari pada cukup.
Sebab, kalau terjadi pembukaan firman, maka segala pintu-pintu yang tertutup
akan terbuka, apa yang tidak mungkin bagi manusia, segalanya mungkin bagi
Allah. Firman Allah yang dibukakan berkuasa mengadakan yang tidak ada menjadi
ada; langit, bumi, dan segala isinya diciptakan oleh pembukaan Firman Allah;
itulah yang terutama, itulah yang nomor satu.
“Pakaian” à Kasih dari Allah Bapa, di mana kegunaannya
adalah;
1.
Menutupi banyak sekali dosa, sesuai dengan 1 Petrus
4:7.
2. Berguna sebagai pengikat yang mempersatukan
dan yang menyempurnakan kehidupan kita masing-masing … Kolose 3:14-15.
Jadi, asal
ada “makanan” dan “pakaian”, cukuplah.
Jika
seseorang memiliki banyak uang, memiliki harta, kekayaan, tetapi tidak
mempunyai kasih sebagai pakaian, maka dosa kejahatan (ketelanjangan) yang
memalukan itu terlihat (terpapar) dengan jelas, bukankah itu memalukan? Oleh
sebab itu, asal ada makanan, asal ada pakaian, cukuplah.
Dan perlu
untuk diketahui: Kita datang ke dunia ini dengan tidak membawa apa-apa, persis
seperti anak yang baru lahir. Tidak pernah anak yang baru lahir langsung
membawa harta dan kekayaan, atau langsung mempunyai predikat di dunia ini, atau
langsung memiliki kedudukan dan jabatan, tidak. Jadi, kita semua datang ke
dunia ini dengan tidak membawa apa-apa, persis seperti anak yang baru lahir;
kemudian, kembali kepada TUHAN dengan tidak membawa apa-apa. Kalau pengertian
kita sudah mencapai hal ini, maka asal ada makanan dan pakaian, cukuplah,
karena ibadah kalau disertai dengan rasa cukup, memberi keuntungan yang besar,
itulah keuntungan yang benar.
Memiliki
harta kekayaan, namun telanjang, itu bukanlah keuntungan yang besar dan
bukanlah keuntungan yang benar; tetapi kalau kita memiliki kasih, walaupun kita
tidak memiliki harta, itu adalah keuntungan yang benar.
Tentang: “Tempat
Duduk.”
Tempat duduk
à Orang-orang yang masih mempertahankan
harga diri, keakuannya masih dipertahankan.
Prakteknya
ialah: egois, mementingkan diri sendiri, dan mempertahankan kebenaran diri
sendiri. Dosa semacam ini juga harus disucikan dari Bait Allah; tempat duduk
atau kedudukan atau keakuan harus disucikan dari Bait Allah, dari kehidupan
kita masing-masing.
Filipi 2:1-2
(2:1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada
penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra
dan belas kasihan, (2:2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku
dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih,
satu jiwa, satu tujuan,
Ada lima hal
di dalam Kristus:
1. Ada nasihat.
2. Ada penghiburan kasih.
3. Ada persekutuan Roh.
4. Ada kasih mesra.
5. Ada belas kasihan.
Inilah lima
hal yang terdapat di dalam Kristus Yesus, TUHAN kita.
Juga ada
lima hal di dalam hidup gereja TUHAN, antara lain:
1. Sehati.
2. Sepikir.
3. Satu kasih, itulah kasih Agape.
4. Satu jiwa.
5. Satu tujuan.
Lima perkara
ini harus ada di dalam hidup gereja TUHAN; itu sebabnya, Rasul Paulus berkata: “Sempurnakanlah
sukacitaku dengan ini -- itulah lima perkara di atas --”, karena itulah
juga yang didambakan oleh TUHAN, sebab Rasul Paulus tahu apa yang menjadi
mau-Nya TUHAN.
Kalau tadi
ada lima perkara -- dalam ayat 1 -- di dalam pribadi Yesus Kristus,
TUHAN kita, maka di dalam hidup gereja TUHAN, lima perkara -- dalam ayat 2
-- itu juga harus ada. Apabila lima perkara -- dalam ayat 2 -- itu ada, maka sudah jelas dan sudah pasti
bahwa Rasul Paulus berada dalam sukacita yang sempurna.
Saya kira,
tidak ada seorang pun hamba TUHAN, tidak ada seorang pun pemimpin rumah TUHAN
yang tidak mengalami sukacita jikalau lima perkara -- dalam ayat 2 --
ini ada di dalam hidup gereja TUHAN (sidang jemaat) yang dia layani; demikian
halnya juga dengan saya. Oleh sebab itu, biarlah kiranya lima perkara -- dalam ayat
2 -- ini ada dalam kehidupan kita masing-masing.
Filipi 2:3-4
(2:3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri
atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang
seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (2:4) dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan
orang lain juga.
TUHAN tidak
menghendaki kedudukan (tempat duduk) di dalam Bait Suci Allah;
-
TUHAN tidak menghendaki kepentingan diri sendiri.
-
TUHAN tidak menghendaki mencari pujian yang sia-sia
untuk diri sendiri.
Janganlah kita
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi biarlah kiranya kita semua
memperhatikan kepentingan orang lain juga.
Jadi,
kedudukan (tempat duduk) di dalam Bait Suci Allah harus disucikan. Tidak boleh
egois, sebab itu adalah praktek “aku” di dalam diri masing-masing.
Itulah “tiga
perkara” yang disucikan oleh TUHAN Yesus Kristus di dalam Bait Suci Allah,
karena kita semua dipanggil supaya hidup dalam kekudusan, sama seperti TUHAN
yang kudus adanya. TUHAN menuntut, TUHAN mendambakan supaya setiap kita pribadi
lepas pribadi hidup dalam kekudusan.
Biarlah
kiranya hal ini dipahami, sehingga dengan demikian, kita berusaha dan berjuang
untuk memenuhi tuntutan mengenai panggilan TUHAN untuk hidup di dalam kekudusan
-- sebagai tuntutan yang utama --. Biarlah kiranya tuntutan utama ini kita
penuhi, tetapi kita juga perlu memperhatikan tuntutan lain untuk menggenapi
tuntutan yang utama, yaitu;
1. Taat.
2. Jangan menuruti hawa nafsu seperti manusia
duniawi.
Dan biarlah
kiranya kita juga memperhatikan dengan sungguh-sungguh mengenai tiga hal yang
disucikan dari Bait Allah, yang sudah kita perhatikan tadi.
Sekarang,
kita akan memperhatikan: APA ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYUCIAN TERHADAP BAIT
ALLAH?
Yohanes 2:15
(2:15) Ia membuat cambuk dari tali lalu
mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu
mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkan-Nya.
Ia membuat
cambuk dari tali, lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci.
Cambuk dari
tali, itu sama dengan; cemeti. Inilah alat yang digunakan untuk menyucikan Bait
Allah, supaya kehidupan kita menjadi Bait Allah yang suci di hadapan TUHAN.
Doa saya
adalah supaya sidang jemaat semakin hari semakin dewasa; tahu membedakan apa
yang baik, apa yang benar, apa yang sempurna bagi Allah; jangan lagi berpikir
secara manusia duniawi. Kalau kita dewasa, akal budi dibaharui, maka cara
berpikir manusia duniawi akan ditinggalkannya, dengan bukti (tanda); ibadah
dipersiapkan dengan baik, pribadinya dipersiapkan untuk beribadah dan melayani
TUHAN dengan baik, karena ibadah ini seharga dengan setetes darah salib
Kristus.
1 Korintus
3:16-17
(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait
Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (3:17) Jika ada orang
yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia.
Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.
Malam ini,
ketegasan dari Firman Allah dinyatakan lewat perhimpunan Ibadah Pendalaman
Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Jika ada orang yang
membinasakan Bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia, bukankah ini
adalah ketegasan dari Allah? Dan Firman Allah juga dinyatakan dengan tegas
malam ini, bagaikan cambuk, itulah cemeti tadi, untuk menyucikan Bait Allah.
Ketegasan
firman ini harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, kita perhatikan dengan
baik. Karena, masih saja ada sidang jemaat yang berkata: Begitu kerasnya
salib Kristus, dan itu saya dengar sendiri. Kemudian, ada juga yang
berkata: Begitu beratnya tuntutan firman. Sesungguhnya, yang berat dan
yang keras itu adalah hati manusia. Kalau saja kita betul-betul bertekun di
dalamnya, maka ia akan menyadari bahwa sesungguhnya salib Kristus itu indah.
Siapa yang
bisa mematikan dosa? Adakah orang yang bisa membangun dirinya menjadi sempurna,
kecuali sengsara salib, sebagai sarana untuk masuk dalam pengalaman kematian,
sehingga mematikan dosa dan kita hidup untuk Allah. Tetapi kalau tidak ada
“salib”, bagaimana kita hidup bagi Allah?
Maka, kalau
seseorang datang beribadah tanpa pengertian, dia tidak akan bisa mengerti untuk
menyenangkan hati TUHAN; saya sangat sedih sekali akan hal ini. Dan yang
anehnya lagi, ada saja di antara sidang jemaat yang masih menggunakan perasaan
daging untuk membela yang salah; ini menunjukkan tidak ada ketegasan di dalam
dirinya. Andaikata saja dia adalah seorang yang tegas di dalam rumah TUHAN,
maka pasti di luaran sana, dia adalah seorang kepala di dalam dirinya, bukan
ekor.
Inilah yang
sedang saya doakan, supaya semua sidang jemaat ini menjadi pemimpin-pemimpin
yang hebat dan diberkati, baik lahir maupun batin. Pemimpin itu mengambil
keputusan yang baik, tidak menggunakan perasaan daging.
Itu
sebabnya, kalau saya melihat seseorang melayani dengan lambat, saya akan tegur
dia dengan halus, dengan pelan, dengan candaan, dan lain sebagainya. Biarlah
kiranya hal ini diperhatikan dengan baik.
Amsal 26:3
(26:3) Cemeti adalah untuk kuda, kekang
untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal.
“Cemeti
adalah untuk kuda.” Orang yang
bebas melakukan dosa, ia sama seperti kuda lepas kandang; liar.
“Kekang
untuk keledai.” Keledai itu
lemah tak berdaya, bodoh, dungu.
“Pentung
untuk punggung orang bebal.” Orang yang
bebal adalah orang yang tidak mau diubahkan. Orang yang bebal sama seperti
Nabal. Seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya;
tidak bisa diberi pengertian; tidak mau menerima nasihat-nasihat yang baik,
yang indah dan manis; tidak mau menghargai pembukaan firman yang indah-indah
supaya hidupnya indah. Dan untuk kehidupan yang semacam ini diperlukan cemeti;
orang bebal butuh cemeti.
Yesaya
10:26-27
(10:26) TUHAN semesta alam akan mencambuk mereka
dengan cemeti, seperti Ia menghajar Midian di gunung batu Oreb, dan
mengayunkan tongkat-Nya ke atas laut Teberau dan mengangkatnya seperti di Mesir
dahulu. (10:27) Pada waktu itu beban yang ditimpakan mereka atas bahumu
akan terbuang, dan kuk yang diletakkan mereka atas tengkukmu akan lenyap."
Kalau kita
mengalami penyucian oleh ketegasan firman yang digambarkan seperti “cambuk” --
yang merupakan cemeti --, itulah yang membuat kita lepas dari segala persoalan,
itu yang membuat kita lepas dari segala pergumulan, itu yang melepaskan kita
dari segala beban hidup.
Tidak ada
orang yang mengalami kelepasan, tidak ada orang yang mengalami kebahagiaan,
manakala dosa berkuasa atas dirinya; itu tidak mungkin. Oleh sebab itu, sudah
seharusnya kita bersyukur kepada TUHAN, sebab Ia menyatakan ketegasan lewat
Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, lewat pembukaan Firman
TUHAN, supaya kita bebas dari dosa, baik itu dosa kejahatan, kenajisan,
perbuatan dosa oleh karena keinginan-keinginan daging, maupun pelanggaran yang
lain, yang merupakan beban.
Tetapi
“cemeti”, itu merupakan cambuk yang melepaskan dan menyucikan kehidupan kita,
sehingga kita boleh merasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa. Kebahagiaan
yang luar biasa, itu merupakan tanda kelepasan, tanda kebebasan, tanda bahwa
dosa sudah disucikan, sebab tidak ada orang yang berbuat dosa, namun ia hidup
dalam kebahagiaan dan kesukaan.
Pengkotbah
4:12B
(4:12) Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua
orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.
Dua atau
tiga tali yang dijalin, itulah yang disebut cemeti, dan di ayat 12 ini
dikatakan: “Tali tiga lembar tidak mudah diputuskan.” Artinya, betapa
hebat ayat-ayat Firman TUHAN dengan ketegasannya untuk memutuskan kita dari
dosa. Firman TUHAN tidak pernah putus, tetapi dosalah yang diputuskan oleh
cemeti, oleh pembukaan ayat-ayat firman.
Yesaya 28:17
(28:17) Dan Aku akan membuat keadilan
menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat;
hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong, dan air lebat akan
menghanyutkan persembunyian."
Yang pasti;
tiga lembar tali yang dijalin menjadi satu, itulah cemeti yang menyucikan Bait
Allah. Biarlah kiranya tali tiga lembar yang dijalin menjadi satu;
-
Menjadi tali pengukur, yaitu keadilan.
-
Menjadi kebenaran, itulah tali sipat.
Jadi,
penyucian dari cemeti ini merupakan keadilan dan kebenaran yang datang dari
Allah.
-
Bukan berarti kalau kita mengalami penyucian, dicambuk
dengan cemeti, lantas kita berkata: Tuntutan firman terlalu keras.
-
Bukan berarti kalau di tengah ibadah kita menyangkal
diri dan memikul salib, lantas kita berkata: Salib Kristus terlalu keras.
Itu adalah
pemahaman dunia yang belum mengerti tentang kebenaran, sehingga kecenderungan
hatinya hanya tercurah kepada dunia saja, tidak sedikit pun hatinya kepada
TUHAN.
Kita
bersyukur, sampai hari ini, tidak ada satu pun dari antara kita yang disentuh
oleh virus Corona. Corona ini adalah cambuk, adalah teguran kepada semua orang
di muka bumi ini. Tidak ada satu orang pun yang tidak mengalami teguran oleh
virus Corona. Tetapi sekalipun virus Corona ini adalah cambuk, tidak
boleh kita gunakan virus Corona ini menjadi suatu alasan untuk kita tidak
datang beribadah; karena cambuk tali tiga lembar, itu lebih berkuasa untuk
memutuskan dosa dan menghentikan virus Corona. Biarlah kiranya kita
tanggapi hal ini dengan semakin bijaksana, dengan semakin dewasa, dengan semakin
rendah hati dan lemah lembut dalam menerima firman TUHAN, supaya kita
memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah; itulah tingkat kedewasaan
penuh, supaya akhirnya layak menjadi mempelai TUHAN. Sedangkan kanak-kanak
tidak layak untuk masuk dalam pesta nikah, sebab anak-anak itu;
-
Saat ditegur, ia mudah menangis.
-
Saat ada sesuatu yang disukai, ia akan tertawa.
Demikianlah
anak-anak; sebentar menangis, sebentar tertawa, sebentar suka, sebentar benci,
dengan lain kata; tidak mempunyai pendirian, menunjukkan bahwa ia belum dewasa.
Tetapi kita bersyukur, cambuk tali tiga lembar tidak akan putus.
Sekali lagi
saya sampaikan:
-
Tali pengukur, itu adalah keadilan TUHAN.
-
Tali sipat, itu adalah kebenaran.
Singkatnya;
kalau kita mengalami penyucian oleh cambuk tali tiga lembar, itu merupakan
keadilan dan kebenaran dari Firman Allah.
Kemudian di
sini kita juga melihat: “hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong,
dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian.” Jangan sampai kita
mengalami dua hal ini. Kalau saat ini kita memberi diri disucikan oleh cemeti,
berarti kita dilepaskan dari kebinasaan, sebab;
-
Hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong. Untuk apa kita berlindung dibalik
kebohongan; untuk apa kita berdusta demi kebaikan?
-
Kemudian, air lebat akan menghanyutkan
persembunyian.
Jadi, sudah
sangat jelas; cambuk tali tiga lembar, itu merupakan keadilan dan kebenaran
dari Allah, supaya kita jangan binasa.
Kalau kita
mengalami penyucian di Bait Allah, lewat cambuk tali tiga lembar, itulah ayat-ayat
firman yang ditulis dalam setiap lembaran-lembaran kitab suci ini, itu
merupakan keadilan dan kebenaran dari Allah, supaya kita jangan binasa.
Sebetulnya,
TUHAN itu baik, TUHAN itu sedang memperhatikan kehidupan kita. Kalau pun Bait
Allah disucikan dengan cambuk, yaitu cemeti, itulah ayat-ayat Firman Allah yang
hidup dan berkuasa, yang tidak putus-putusnya menyucikan dosa, sesungguhnya itu
merupakan keadilan dan kebenaran dari TUHAN supaya kita jangan binasa.
Bayangkan,
betapa hebat dosa kejahatan yang terjadi di Bait Allah tadi:
1. Terdapat pedagang-pedagang lembu, kambing
domba, merpati, itu sama
artinya; menjual korban Kristus. Bukankah “menjual korban Kristus” adalah suatu
kejahatan yang luar biasa?
-
Kalau hamba TUHAN melayani karena uang, itu sama
dengan; menjual korban Kristus.
-
Kalau sidang jemaat (anak TUHAN) meninggalkan ibadah
karena perkara lahiriah, karena kepentingan daging, karena terikat bisnis,
usaha, pekerjaan dan kesibukan lain, itu sama dengan; menjual korban Kristus.
Kejahatan
semacam ini harus disucikan, supaya kita berpadanan sesuai dengan panggilan
TUHAN, supaya kita bisa memenuhi tuntutan TUHAN untuk kudus sama seperti Dia
kudus adanya.
2. Meja-meja penukar uang. Kehidupan gereja TUHAN juga harus
disucikan dari dosa cinta akan uang. Bayangkan, akar dari segala kejahatan
adalah cinta uang; dan oleh karena berburu uanglah banyak orang jatuh dalam
berbagai-bagai dosa, banyak orang menyimpang dari iman. Bukankah itu harus
disucikan?
3. Tempat duduk di dalam Bait Allah juga harus disucikan; keakuan
harus disucikan. Praktek keakuan adalah kebenaran diri sendiri, egois,
kepentingan diri sendiri, mau hidup sendiri; itu semua harus disucikan.
Kita
bersyukur, sebab sampai hari ini tali tiga lembar dijadikan sebagai cambuk,
itulah cemeti, untuk menyucikan kehidupan kita. Kita harus berpikir dengan
bijaksana dan membuka hati dengan lapang, bahwa sebenarnya cambuk tali tiga
lembar adalah “tali sipat” dan “tali pengukur”, dengan kata lain; itu adalah
“kebenaran” dan “keadilan” TUHAN, supaya kita jangan binasa.
Oleh sebab
itu, bijaksanalah, sebelum TUHAN ambil kebijaksanaan itu. Jangan lagi kita
menuruti hawa nafsu seperti pada masa kebodohan.
Sekali lagi
saya tandaskan: Cambuk tali tiga lembar itu bertujuan supaya kita lepas dari
ikatan-ikatan yang tidak mungkin dapat dilepaskan oleh kekuatan, yang tidak
mungkin dapat dilepaskan oleh kemampuan manusia daging.
Biarlah
kiranya firman itu mendarah daging dalam kehidupan kita masing-masing,
dimeteraikan di dalam daging, ditukik di dalam hati kita, menjadi surat
Kristus, surat pujian.
Cambuk tali
tiga lembar, yang merupakan cemeti, itu merupakan penyucian yang tidak pernah
putus, sebagai “tali sipat” dan “tali pengukur”, sebagai “kebenaran” dan
“keadilan” TUHAN, dengan maksud supaya kita jangan binasa. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment