IBADAH RAYA MINGGU, 31 MEI 2020
WAHYU PASAL 12
(Seri: 8)
Subtema: EKOR NAGA MENYERET 1/3 BINTANG DI LANGIT
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur
dan terima kasih setinggi-tingginya kepada Dia, Kepala Gereja, Mempelai Pria
Sorga yang mengasihi kita. Dia telah memberi kesempatan bagi kita sekaligus
menarik kita untuk berada di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu pada
malam ini; tentu itu semua adalah karena kemurahan TUHAN.
Dan saya juga tidak lupa menyapa anak-anak
TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman
TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun
anda berada.
Selanjutnya, marilah kita mohonkan
kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam
ini, sehingga ibadah ini betul-betul mengandung janji dan kuasa, baik untuk
masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang, di atas segalanya nama TUHAN
dipermuliakan, sebab ibadah ini menjadi korban dan persembahan yang menyukakan
hati TUHAN.
Segera kita memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU PASAL 12, dan sekarang
kita berada pada ayat 4.
Wahyu 12:4A
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang
di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan
perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah
perempuan itu melahirkan-Nya.
Dan ekornya menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.
Pada minggu-minggu yang lalu, kita sudah
melihat peran dari bagian kepala dan tanduk dari naga merah padam yang besar
pada ayat 3. Sekarang, pada ayat 4A ini, kita akan
melihat peran dari ekor naga merah padam yang besar itu, di mana ekornya
menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit.
Kalau kita melihat apa yang dituliskan di
sini, berarti betapa dahsyatnya ekor dari naga merah padam yang besar ini,
sehingga sanggup menyeret sepertiga dari bintang di langit (suatu kehidupan
yang sudah ditinggikan). Tetapi suatu kali nanti, sepertiga dari kehidupan yang
ditinggikan itu akan diseret oleh ekor naga merah padam yang besar itu.
Pertanyaannya: SIAPA YANG MENJADI EKOR DI
SINI?
Mari kita melihat jawabannya di dalam Yesaya
9.
Yesaya 9:14B
(9:14) Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi
yang mengajarkan dusta, itulah ekor.
Nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor. Jadi, “ekor” ini jelas menunjuk nabi-nabi palsu, guru-guru palsu
ataupun mesias-mesias palsu yang disebut juga pemimpin-pemimpin palsu; itulah bagian
dari ekor naga merah padam yang besar tersebut.
Berkaitan dengan NABI-NABI PALSU, GURU-GURU
PALSU, kita awali dulu dari Wahyu 13:11.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari
dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan
ia berbicara seperti seekor naga.
Di sini kita melihat; binatang yang keluar
(muncul) dari dalam bumi. Adapun wujudnya ialah bertanduk dua sama seperti
anak domba, tetapi apabila ia berbicara seperti seekor naga.
Pendeknya: Binatang yang muncul dari dalam
bumi à nabi-nabi
palsu, guru-guru palsu ataupun mesias-mesias palsu, pemimpin-pemimpin palsu.
Matius 24:11
(24:11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak
orang.
Banyak nabi (guru) palsu muncul dan
menyesatkan banyak orang, sebab apabila ia berbicara seperti seekor naga; lidah
bercabang, berarti pengajaran sesat keluar dari mulutnya.
ADA DUA JENIS DARI PENGAJARAN SESAT YANG
TERLIHAT NYATA DALAM PELAYANAN.
YANG PERTAMA: “Dengan tanda-tanda
atau pun mujizat palsu.”
Matius 24:23-24
(24:23) Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di
sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. (24:24) Sebab Mesias-mesias
palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda
yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka
menyesatkan orang-orang pilihan juga.
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi
(guru-guru) palsu muncul menyesatkan banyak orang dengan jalan (cara)
mengadakan tanda-tanda atau pun mujizat-mujizat yang dahsyat.
Sebagai contoh.
Wahyu 13:13-14
(13:13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia
menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (13:14) Ia
menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang
telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia
menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk
menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.
Nabi-nabi palsu mengadakan tanda-tanda yang
dahsyat atau perkara heran, sebab mereka itu sanggup menurunkan api dari
langit ke bumi di depan mata semua orang. Mereka mengadakan itu dengan
secara sengaja di depan mata semua orang-orang di bumi.
Pendeknya, nabi-nabi palsu berusaha untuk
menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda yang dahsyat dan heran.
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang
kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka
adalah serigala yang buas.
Nabi-nabi palsu datang dan menyamar seperti
domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Jadi, Matius 7:15 sama dengan Wahyu
13:11.
Matius 7:22
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan,
Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan
demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Nabi-nabi palsu sibuk dengan tiga hal:
1.
Bernubuat
demi nama TUHAN.
2.
Mengusir
setan demi nama TUHAN.
3.
Mengadakan
banyak mujizat demi nama TUHAN.
Sebetulnya, kalau kita melihat apa yang
mereka perbuat ini sangat luar biasa; tanda-tanda heran, tanda-tanda dahsyat
yang mereka perbuat ini sungguh luar biasa dan betul-betul heran.
Tetapi, mari kita perhatikan ayat 23.
Matius 7:23
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!"
Tetapi pada hari TUHAN, Ia berterus terang
dan berkata kepada nabi-nabi palsu: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”
Kemudian, TUHAN kembali berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!”
Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak
Bapa-Ku yang di sorga.
Bukan setiap orang yang berseru “Tuhan,
Tuhan!” kepada Dia akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga; dan bukan pula
karena melakukan (mengadakan) tiga perkara ajaib demi nama TUHAN tadi, lalu
nabi palsu layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga; melainkan “dia yang
melakukan kehendak Bapa di sorga” adalah yang layak untuk masuk ke
dalam Kerajaan Sorga.
Singkatnya: Nabi palsu mengadakan
tanda-tanda atau pun mujizat-mujizat yang dahsyat, tetapi sayangnya, mereka
mengabaikan kehendak Allah, yaitu salib Kristus atau korban Kristus. Sibuk
mengadakan tanda-tanda yang heran dan dahsyat, tetapi mereka mengabaikan salib
Kristus, mengabaikan kehendak Allah Bapa.
Ibrani 10:5-7
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh
bagiku --. (10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa
Engkau tidak berkenan. (10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang;
dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan
kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Yesus datang ke dalam dunia ini dengan satu
tujuan, yaitu untuk melakukan kehendak Allah Bapa di sorga, yakni menanggung
sengsara di atas kayu salib. Hal itu ada tertulis di dalam gulungan kitab.
Saya tambahkan sedikit: Oleh karena
kemurahan TUHAN, kita senantiasa mencetak majalah yang berjudul “Gulungan
Kitab Yang Terbuka.” Dan sampai saat ini, oleh karena kemurahan TUHAN,
kita dipercayakan untuk membagi majalah tersebut secara gratis dari Sabang
sampai Merauke kepada ratusan hamba-hamba TUHAN. Kita berdoa selalu, supaya
TUHAN terus menyediakan dana untuk biaya cetak dan biaya pengiriman kepada
ratusan hamba-hamba TUHAN dari Sabang sampai Merauke.
Kembali saya sampaikan, bahwa: Yesus datang
ke dalam dunia ini dengan satu tujuan, yaitu untuk melakukan kehendak Allah
Bapa di sorga, yakni menanggung sengsara di atas kayu salib; dan hal itu ada
tertulis di dalam gulungan kitab yang terbuka. Berarti, kita sangat membutuhkan
pembukaan firman yang indah-indah, supaya kehidupan kita menjadi indah-indah;
hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan rumah tangga menjadi indah, sama seperti keindahan
dari suasana sorga.
Ibrani 10:8
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban
bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau
tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat
--.
Jadi, bukan soal korban, bukan soal
persembahan, bukan soal tanda-tanda heran, bukan soal mujizat, tetapi yang
terpenting adalah melakukan kehendak Allah Bapa.
Ibrani 10:10
(10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu
kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Perlu untuk diketahui dengan pasti: Gereja
TUHAN dikuduskan oleh karena korban Kristus, itulah kehendak Allah. Jadi, bukan
karena mujizat-mujizat atau tanda-tanda heran yang telah diadakan oleh
nabi-nabi palsu tadi.
Kembali saya tandaskan: Gereja TUHAN
dikuduskan oleh korban Kristus; tubuh Yesus dikorbankan di atas kayu salib,
darah-Nya tercurah untuk menebus kehidupan kita, kehidupan yang sudah terjual
kepada maut.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya
Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku
meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Singkatnya; Yesus, Anak Allah, harus
menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung. Tujuannya ialah supaya
kehendak Allah terlaksana oleh-Nya.
Setelah kita melihat penjelasan singkat
mengenai jenis yang pertama dari pelayanan nabi-nabi palsu, dan kita juga telah
melihat perbandingan dengan pelayanan Yesus, di mana Ia telah melakukan
kehendak Allah Bapa, menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung
sehingga kehendak Allah terlaksana, maka selanjutnya dapatlah kita mengambil
kesimpulan, yang akan kita perhatikan pada Matius 7.
Matius 7:15-16
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu
dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang
buas. (7:16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang
memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
Kesimpulannya: Dengan jenis pelayanan yang
pertama ini -- yaitu dengan tanda-tanda ataupun mujizat palsu --, maka
nabi-nabi palsu digambarkan dengan “semak duri ataupun rumput duri”.
Artinya, ibadah dan pelayanan dari nabi-nabi palsu ini tidak akan menghasilkan
buah, selain hanya menyakiti dan menusuk dengan tajam orang-orang yang telah
disesatkan tadi.
Berbicara tentang “semak duri” atau “rumput
duri”, jelas itu merupakan buah pelayanan dari ladang si pemalas. Tidur
sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk
tinggal berbaring. Tidak ada aktivitas, tidak ada kegiatan rohani,
demikianlah kehidupan dari si pemalas.
Kita adalah gereja TUHAN, rumah TUHAN dan
kita hidup di dalamnya, dengan lain kata berada di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan, berarti kita ada aktivitas, ada kegiatan-kegiatan Roh di dalamnya.
Dimulai dari halaman sampai berada di Ruangan Suci, itulah posisi atau
kedudukan yang bisa dijangkau oleh imam-imam; sesudah mereka membasuh kedua
kaki dan kedua tangan, barulah mereka masuk ke dalam Ruangan Suci untuk memperhatikan
tiga macam alat yang ada di dalamnya, itulah Meja Roti Sajian, Pelita Emas, dan
Mezbah Dupa, yang merupakan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Ruangan Suci.
-
Meja Roti
Sajian à Persekutuan
dengan Firman Allah, serta persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus.
-
Pelita
Emas à Persekutuan
dengan Roh Kudus.
-
Mezbah
Dupa à Persekutuan
dengan Doa Penyembahan.
ADA DUA JENIS DARI PENGAJARAN SESAT YANG
TERLIHAT NYATA DALAM PELAYANAN.
YANG KEDUA: “Dengan dongeng atau
cerita-cerita isapan jempol.”
2 Timotius 4:3-4
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran
sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya
untuk memuaskan keinginan telinganya. (4:4) Mereka akan
memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
Guru-guru palsu menggantikan ajaran sehat
(kebenaran) dengan ajaran lain, yaitu dongeng-dongeng nenek tua.
2 Petrus 2:1-3
(2:1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat
Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan
memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka
akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian
segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2:2) Banyak orang akan
mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan
Kebenaran akan dihujat. (2:3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu
akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan
jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama
tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.
Guru-guru palsu memasukkan
pengajaran-pengajaran sesat atau palsu, yakni ceritera-ceritera isapan jempol
atau dongeng nenek-nenek tua.
Dongeng adalah cerita fiktif atau cerita
yang tidak nyata. Pendeknya, dongeng itu adalah dunia khayalan, tidak nyata;
sedangkan Kerajaan Sorga itu nyata, bukan khayalan. Jadi, jangan kita mau
terkecoh dengan cara pelayanan dari nabi-nabi palsu dengan jenis yang kedua ini,
di mana mereka melayani dengan ajaran lain, itulah dongeng isapan jempol.
Sekali lagi saya tandaskan, bahwa: Kerajaan
Sorga itu nyata, bukan khayalan; sedangkan dongeng itu adalah dunia khayalan,
tidak nyata. Hal itu ditulis dengan jelas dan pasti oleh Rasul Petrus.
Dari pembacaan 2 Petrus 2:1-3, kita
dapat melihat bahwa Rasul Petrus ini sangat memahami geliat atau cara (model)
pelayanan dari nabi-nabi palsu ini, sehingga kita pun akan diberikan suatu
pengertian bahwa Kerajaan Sorga itu bukan fiktif, bukan khayalan, tetapi nyata.
Oleh sebab itu, jangan kita mau menerima ajaran lain yang hanya bertujuan untuk
meninabobokan kerohanian dari gereja TUHAN, sebab dongeng isapan jempol itu --
kalau saya gambarkan -- persis seperti sehelai bulu ayam yang digirik-girik
dalam telinga sampai membuat seseorang tertidur; demikian halnya dengan dongeng
isapan jempol yang dapat membuat seseorang sampai mengalami ketiduran rohani.
Jadi, dongeng isapan jempol hanya untuk mengenakkan telinga semata saja,
seperti halnya khayalan yang merupakan dongeng di tengah malam untuk menidurkan
anak kecil.
Kita tidak butuh cerita fiktif, kita tidak
butuh dongeng, yang hanya meninabobokan anak kecil di tengah malam, tetapi kita
butuh fakta yang pasti, yaitu Yesus mati di atas kayu salib. Dunia ini sudah
berada di tengah kegelapan malam, tetapi puji TUHAN, saat ini kita berada di
dalam terang yang ajaib di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu.
1 Petrus 1:9
(1:9) karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan
jiwamu.
Tujuan iman kita -- tidak lain, tidak bukan
-- adalah keselamatan jiwa. Oleh sebab itu, kembali saya sampaikan: Kerajaan
Sorga itu bukan fiktif, bukan khayalan, tetapi nyata dan pasti, itulah tujuan
iman kita.
Iman itu percaya walaupun tidak melihat.
Kerajaan Sorga itu nyata; walaupun mata jasmani belum melihat, tetapi mata
batin atau iman kita melihat. Sedangkan iman timbul dari pendengaran akan
firman Kristus, itulah firman yang diurapi (bukan tafsiran).
1 Petrus 1:10
(1:10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti
oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang
diuntukkan bagimu.
Keselamatan itulah yang diselidiki dan
diteliti dengan seksama oleh nabi-nabi. Kemudian, mereka bernubuat tentang
kasih karunia bagi kita sekarang ini. Kasih karunia itu datangnya dari
sengsara salib, tidak datang dari yang lain-lain.
Jadi, gereja TUHAN tidak boleh salah
mengerti, tetapi kenyataannya, banyak orang Kristen yang salah mengerti; ketika
terjadi kesembuhan, ketika terjadi berkat-berkat lahiriah, mereka katakan itu
merupakan kasih karunia. Padahal sesungguhnya, kasih karunia yang sejati adalah
menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, sesuai dengan 1
Petrus 2:19-20.
Di sini kita melihat: Keselamatan itu
yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi. Sebetulnya, waktu nabi-nabi
bernubuat, keselamatan itu belum dikerjakan oleh Kristus, Anak Allah, tetapi
keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi. Nabi-nabi ini
meneliti dan menyelidiki dengan seksama, berarti sudah mencapai tujuan iman,
yaitu keselamatan jiwa.
Berbeda dengan nabi-nabi palsu; mata mereka
sudah melihat -- seperti imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua dari bangsa
Israel yang sudah melihat sengsara salib --, tetapi iman tidak mencapai
keselamatan jiwa. Jelas, hal ini berbanding terbalik dengan zaman nabi-nabi,
mereka meneliti dan menyelidiki tentang keselamatan yang akan dikaruniakan
kepada kita sekarang; pendeknya mereka bernubuat tentang kasih karunia bagi
kita sekarang.
1 Petrus 1:11
(1:11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan
oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya
memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa
Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Nabi-nabi TUHAN meneliti sesuai dengan
maksud Roh Kristus yang menguasai mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi
kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang
segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Jadi, betul-betul bahwa nabi-nabi ini
meneliti dan menyelidiki dengan seksama, sesuai dengan maksud Roh TUHAN,
sehingga mereka juga bernubuat sesuai dengan Roh TUHAN (Roh Kristus).
1 Petrus 1:12
(1:12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri
mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah
diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh
Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada
kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Dengan Roh Kudus itulah, nabi-nabi TUHAN
memberitakan Injil. Jadi, mereka tidak bernubuat palsu, tetapi memberitakan
Injil menurut maksud Roh Kudus, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh
malaikat-malaikat.
Sebetulnya, malaikat-malaikat sangat
membutuhkan berita Injil, berita keselamatan, tetapi berita ini tidak
diperuntukkan bagi malaikat-malaikat, selain diperuntukkan bagi kita sekarang,
diperuntukkan bagi jiwa kita masing-masing yang masih memiliki tubuh dan darah.
Pendeknya, mereka (nabi-nabi) itu bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi
betul-betul melayani TUHAN Yesus.
“Menyampaikan berita Injil, yang ingin
diketahui oleh malaikat-malaikat.” menunjukkan
bahwa; mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani TUHAN Yesus
Kristus.
Biarlah kita datang beribadah hanya kepada
TUHAN, juga imam-imam yang melayani di tengah-tengah ibadah adalah untuk
melayani TUHAN Yesus Kristus, berarti; tidak ada kepentingan pribadi, tidak ada
kepentingan kelompok, tidak ada kepentingan golongan di situ.
2 Petrus 1:16
(1:16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia,
ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus
Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.
Rasul Petrus tidak memberitakan
dongeng-dongeng isapan jempol manusia, tetapi dengan murni memberitakan kedatangan
TUHAN Yesus Kristus sebagai Raja, dengan lain kata menyampaikan berita Injil,
berita keselamatan.
Sekalipun sebelum Yesus bangkit, sikap dan
perbuatan dari Petrus ini konyol, tetapi kenyataannya, setelah Yesus bangkit
dan naik, Roh Kudus turun atas dia di loteng Yerusalem bersama dengan 120
(seratus dua puluh) anak-anak TUHAN dan umat TUHAN di sana. Maka sejak saat
itu, Roh TUHAN dengan luar biasa memakai Simon Petrus, sampai pada akhirnya dia
betul-betul mengerti tentang geliat dan lika-liku dari perjalanan pelayanan
nabi-nabi palsu.
Dan Rasul Petrus adalah salah satu saksi
mata dari pekerjaan Kristus, salah satu saksi mata dari apa yang dikerjakan
oleh Yesus, Anak Allah, dua ribu tahun yang lalu. Dialah murid yang pertama
yang menjadi saksi dari pekerjaan pelayanan Yesus selama 3.5 (tiga setengah)
tahun di atas muka bumi ini.
2 Petrus 1:17-18
(1:17) Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan
dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang
mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (1:18)
Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama
dengan Dia di atas gunung yang kudus.
Peristiwa yang dimaksud dalam 2 Petrus
1:17-18 ini tertulis dengan jelas dalam Injil Matius 17:1-5.
Ketika mereka ada di atas gunung yang
sangat tinggi -- disebut juga gunung kudus --, salah satu dari tiga pribadi
yang menjadi saksi atas peristiwa itu adalah Simon Petrus. Ketika mereka ada di
atas gunung itu, terdengarlah suara: “Inilah Anak yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan.” Dan suara itu dengan jelas didengar oleh Simon
Petrus.
Jadi, dia betul-betul menjadi saksi dari
perjalanan pelayanan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi
ini, sehingga dengan perjalanan pelayanan Yesus Kristus itulah Simon Petrus
bisa mengerti dan dapat membedakan antara pelayanan yang sehat dan ajaran yang
tidak sehat dari nabi-nabi palsu.
2 Petrus 1:19A
(1:19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman
yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu
memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat
yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam
hatimu.
“Dengan demikian kami makin diteguhkan
oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi.”
Rasul Petrus semakin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para
nabi, semakin diteguhkan oleh firman nubuatan, sebab dia sendiri telah
menuliskannya dalam 1 Petrus 1:9-12, di mana nabi-nabi TUHAN menyelidiki
dan meneliti dengan seksama tentang pekerjaan keselamatan yang dikerjakan oleh
Yesus di kayu salib. Kemudian, setelah Simon Petrus melihat peristiwa ketika
Yesus ada di atas gunung, dipermuliakan oleh Bapa, maka hatinya semakin
diteguhkan oleh firman nubuatan itu.
Yang menjadi satu dari tiga saksi atas
peristiwa ketika Yesus dipermuliakan oleh Bapa di atas gunung adalah Simon
Petrus. Hal itu sesuai dengan nubuatan dari firman, sehingga Simon Petrus
semakin diteguhkan oleh firman nubuatan. Itulah tujuan iman, yaitu keselamatan
jiwa kita masing-masing. Iman itu percaya walaupun tidak melihat.
Demikian juga dengan nabi-nabi yang
bernubuat; sebelum melihat pekerjaan keselamatan di atas kayu salib, tetapi
mereka sudah menyelidiki dan meneliti dengan seksama, sesuai dengan maksud Roh
Kudus.
2 Petrus 1:19B
(1:19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah
disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama
seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar
menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Karena Rasul Petrus ini telah diteguhkan
oleh firman nubuatan, maka oleh karena pengalaman itulah Rasul Petrus berkata:
“Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan
pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang
timur terbit bersinar di dalam hatimu.”
Rasul Petrus menghimbau supaya kiranya kita
juga mau memperhatikan firman nubuatan itu, supaya kita juga diteguhkan oleh
firman nubuatan, secara khusus tentang keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus
Kristus, Anak Allah, di atas kayu salib.
Keuntungan apabila kita memperhatikan
pekerjaan keselamatan sesuai dengan firman nubuatan atau sesuai dengan firman
yang disampaikan oleh para nabi, maka sama seperti “memperhatikan pelita
yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing.” Berarti,
Firman nubuatan itu berkuasa melepaskan kita dari kegelapan sampai berada dalam
terang, sebab hati kita diterangi oleh TUHAN.
Tidak berhenti hanya sampai fajar
menyingsing, tetapi juga “bintang timur terbit bersinar di dalam hati”.
Yesus adalah bintang timur yang gilang gemilang, Dialah yang menjadi petunjuk
bagi kehidupan kita. Pekerjaan keselamatan menjadi petunjuk bagi kita untuk
membawa dan menuntun kehidupan kita sampai pada keselamatan yang kekal.
Oleh sebab itu, kembali saya sampaikan
bahwa; Kerajaan Sorga itu bukan fiktif, bukan khayalan, tetapi nyata. Biarlah
bintang timur terbit bersinar di dalam hati kita, sebab Yesus adalah bintang
timur yang gilang gemilang yang menjadi petunjuk bagi kita, untuk menuntun
perjalanan gereja TUHAN sampai tiba pada tujuan.
Ayo, perhatikanlah firman nubuatan, secara
khusus pekerjaan keselamatan yang diselidiki dan diteliti oleh para nabi-nabi.
2 Petrus 1:20-21
(1:20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam
Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (1:21)
sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan
Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Perlu untuk diketahui: Nubuat-nubuat dalam
Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri. Firman nubuatan
tidak boleh diteguhkan oleh dongeng isapan jempol, sebab tidak pernah nubuat
dihasilkan oleh kehendak manusia, termasuk dongeng isapan jempol, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus nabi-nabi berbicara atas nama Allah, supaya kita tidak sesat.
Kita bersyukur karena rahmat dan kasih
karunia-Nya yang dianugerahkan kepada kita, yakin dengan firman nubuatan,
secara khusus keselamatan yang diselidiki dan diteliti dengan seksama oleh
nabi-nabi. Mereka menyelidiki dan menelitinya dengan seksama sesuai dengan
maksud Roh Kudus, sehingga nanti perjalanan rohani kita tiba sampai tujuan,
sama dengan; bintang timur terbit di dalam hati kita masing-masing.
Maka, dalam hal ini, baik Petrus maupun
Paulus, mereka berjuang bersama-sama di dalam hal menyampaikan berita Injil
yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat. Berita Injil, menunjuk; ajaran
sehat dan murni, itulah pengajaran salib, atau perjalanan pelayanan Yesus
selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini; itulah Injil sepenuh,
yang merupakan landasan dari hidup gereja TUHAN supaya kita kuat dan teguh,
tidak goyah.
Saya teringat dalam Injil Matius 16,
ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak
Manusia itu?" Jawab mereka:
-
Ada
yang mengatakan: Yohanes Pembaptis. Kata orang,
Yesus adalah Yohanes Pembaptis, seorang yang besar, tetapi hal itu belum cukup
untuk menjadi landasan. Kalau kita ikut TUHAN karena Dia adalah pejabat tinggi
atau orang yang besar, hal itu belum cukup menjadi landasan hidup dari gereja
TUHAN.
-
Ada
juga yang mengatakan: Elia. Yang berkuasa
menurunkan api dari langit ke bumi dan yang berkuasa untuk menahan supaya hujan
jangan turun, tetapi hal itu belum cukup untuk menjadi landasan hidup dari
gereja TUHAN di dalam hal mengikuti TUHAN.
- Ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah
seorang dari para nabi. Kata orang, Yesus adalah
Yeremia, nabi yang bernubuat, tetapi hal itu juga belum cukup untuk menjadi
landasan hidup gereja TUHAN.
Tetapi, setelah Yesus bertanya kepada
murid-murid-Nya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka
selanjutnya, Simon Petrus menjawab Yesus dengan lengkap: "Engkau adalah
Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Inilah Injil sepenuh, yaitu “Mesias,
Anak Allah yang hidup”, yang merupakan landasan hidup dari gereja TUHAN,
sehingga Simon Petrus dapat memberitakan Injil keselamatan, itulah keselamatan
yang diselidiki dan diteliti oleh para nabi-nabi sesuai dengan maksud Roh
Kudus.
Mungkin Simon Petrus pernah gagal, sebab ia
menyangkali Yesus sebagai Mesias sebanyak tiga kali, tetapi Simon Petrus
belajar dari kegagalannya. Demikian halnya dengan kita; kita mungkin memiliki
banyak kesalahan yang sempat terjadi dengan kekeliruan-kekeliruan, dengan
kesombongan, dengan keangkuhan kita masing-masing, dengan arogansi kita
masing-masing, kejahatan dan kenajisan, juga cinta akan uang, dan lain
sebagainya, tetapi malam ini, Roh TUHAN mengurapi kita, supaya ke depan kita
berhasil tentang rencana Allah, itulah pekerjaan keselamatan yang dikerjakan
oleh Yesus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib, sesuai dengan
keselamatan yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi dengan seksama.
1 Timotius 1:3-4
(1:3) Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku
telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan
orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (1:4)
ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada
putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan
tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.
Rasul Paulus mendesak Timotius supaya
menasihatkan orang-orang tertentu agar jangan mengajarkan ajaran lain, yaitu; dongeng
dan silsilah-silsilah yang tidak putus-putusnya. Jadi, baik Rasul Petrus
maupun Rasul Paulus, mereka sama-sama berjuang di dalam hal melayani pekerjaan
TUHAN, secara khusus di dalam hal memberitakan Injil.
-
Rasul
Petrus memberitakan Injil kepada orang Yahudi.
-
Rasul
Paulus bukan hanya memberitakan Injil kepada orang Yahudi, tetapi juga
memberitakan Injil kepada bangsa kafir (orang-orang yang bukan Yahudi).
Mengapa Rasul Paulus mendesak Timotius?
Sebab dongeng isapan jempol atau silsilah yang tidak ada putus-putusnya
menghasilkan persoalan belaka, bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan
Allah dalam iman. Pendeknya, dongeng isapan jempol bukan berita keselamatan.
Tetapi sangat disayangkan, banyak orang
Kristen lebih menyukai cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua,
takhayul-takhayul, silsilah-silsilah yang tidak ada putus-putusnya. Umpama,
menyampaikan satu atau dua ayat firman, lalu disertakan (ditambahkan) dengan
cerita si kancil, si kura-kura, si buaya, dan lain sebagainya, apalagi disertai
dengan cerita yang lucu-lucu, menganggap bahwa hamba TUHAN itu dipakai dengan
heran. Sebetulnya, ini adalah pemikiran yang sangat keliru -- mohon dimaafkan
--.
1 Timotius 6:2-5
(6:2) Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. (6:3) Jika seorang
mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni
perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai
dengan ibadah kita, (6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu
padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat
kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
(6:5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran
sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu
sumber keuntungan.
Perikop ayat ini adalah “Mengenai penyakit
bersilat kata dan mengenai cinta uang.” Jadi, dongeng itu ada kaitannya dengan
cinta uang. Seorang hamba TUHAN bukan diukur dari gelar, bukan diukur karena
dia adalah seorang doktor atau profesor, bukan. Kita jangan salah
mengerti.
Apabila seorang hamba TUHAN mengajarkan
ajaran lain, yaitu dongeng isapan jempol, sebetulnya ia adalah seorang yang
berlagak tahu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Jadi, ukuran pemakaian seorang
hamba TUHAN bukan dilihat dari fasih lidah, bukan dilihat dari dongeng isapan
jempol, bukan dilihat karena dia pandai melucu, atau bukan dilihat dari gelar
doktor atau profesor, bukan. Malahan di sini dikatakan, kalau seorang hamba
TUHAN mengajarkan dongeng isapan jempol, sebetulnya ia adalah seorang yang
berlagak tahu saja, padahal ia tidak tahu apa-apa soal kebenaran keselamatan
iman. Mohon maaf, tetapi hal ini Alkitab yang mengatakannya; dia berlagak tahu,
seolah-olah dia mengerti tentang pekerjaan keselamatan, tetapi sebetulnya tidak
tahu apa-apa.
Maka, kalau orang Kristen tidak tanggap
dengan apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus sesuai dengan nasihatnya kepada
Timotius, maka kita ini adalah kehidupan yang sangat malang, apalagi kedatangan
TUHAN sudah tidak lama lagi.
Penyakit atau dampak negatif dari ajaran
lain ialah menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan.
Berarti, dongeng isapan jempol ini tidak membawa kehidupan kita sampai kepada terwujudnya
kesatuan tubuh Kristus. Padahal, kerinduan dari TUHAN Yesus Kristus, Anak
Allah, adalah supaya kita menjadi satu, sempurna dan mulia… Yohanes
17:4,21-23.
Pelayanan Yesus selama 3.5 (tiga setengah)
tahun di atas muka bumi ini bukan hanya sebatas mengadakan tanda-tanda atau
mujizat kesembuhan atau tanda heran yang lain, tetapi sampai menyelesaikan
pekerjaan-Nya di atas kayu salib, artinya sampai terwujudnya kesatuan tubuh
Kristus yang sempurna. Sehingga, perkara kesatuan tubuh Kristus ini juga
ditulis dengan baik dan rapi oleh raja Daud -- yang juga merupakan nabi --,
bahwa; tulang-tulang rusukku dapat kuhitung dengan baik. Dia diremukkan, tetapi
tulang-tulangnya tidak dipatah-patahkan, dia dapat menghitung tulang rusuknya
itu dengan baik… Mazmur 22:18.
Inilah pekerjaan keselamatan; Yesus, Anak
Allah, telah menyelesaikan pekerjaan-Nya di atas kayu salib, dengan satu
tujuan, yaitu supaya terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna.
Sedangkan dongeng isapan jempol hanya menimbulkan dengki, cidera, fitnah,
curiga, percekcokan, dengan lain kata; tidak terwujud kesatuan tubuh (tulang
rusuk yang patah). Biarlah kita semakin cerdas, semakin bijaksana, semakin dewasa
untuk memahami rencana Allah.
Pilih mana; kesenangan sesaat lewat dongeng
isapan jempol atau keselamatan yang telah diselidiki dan diteliti dengan
seksama oleh para nabi sesuai dengan maksud Roh Kudus? Tetapi satu hal yang
perlu saya tandaskan; sengsara salib itu merupakan kehendak Allah.
Kesimpulannya, jenis pelayanan yang kedua
dari nabi-nabi (guru-guru) palsu digambarkan dengan …
2 Petrus 2:16
(2:16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya,
sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan
nabi itu.
Bileam melayani karena mencari untung
(uang), dia tidak peduli dengan teguran, yakni binatang yang bersuara seperti
manusia; itu adalah kebebalan. Kalau melayani karena mencari untung, itu adalah
kebebalan.
2 Petrus 2:17
(2:17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering,
seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam
kegelapan yang paling dahsyat.
Guru-guru palsu digambarkan “seperti
mata air yang kering”, artinya; sumber air tetapi tidak dapat memberi
kepuasan, dengan lain kata tidak dapat menyelesaikan persoalan, tidak dapat
menyelesaikan permasalahan, tidak dapat menyelesaikan segala
kesulitan-kesulitan yang menghimpit.
Padahal kita mengetahui dengan jelas, bahwa
Firman Allah itu berkuasa menyatakan yang tidak ada menjadi ada, bahkan yang
mati dihidupkan kembali. Singkatnya, Firman Allah itu melenyapkan kemustahilan…
Roma 4:17.
Tetapi kenyataannya, nabi-nabi palsu,
guru-guru palsu, mesias-mesias palsu, pemimpin-pemimpin rumah TUHAN yang palsu,
mereka digambarkan seperti mata air yang kering, artinya; sumber air tetapi
tidak dapat memberi kepuasan, tidak dapat memberi jalan keluar dari setiap
pergumulan dan persoalan yang sedang dihadapi oleh anak-anak TUHAN, oleh sidang
jemaat yang dia layani.
Sebetulnya, ini adalah hal yang merugikan.
Tidak salah bila seorang yang sakit menjadi sembuh, tidak salah bila seseorang
diberkati dari yang tidak ada menjadi ada, itu juga merupakan mujizat. Tetapi,
tidak ada artinya mujizat, kalau seseorang tidak mengalami keubahan, sebab hal
itu tidak dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.
Sekarang, bandingkan dengan SUMBER MATA AIR
KEHIDUPAN.
Yohanes 4:15-19
(4:15) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air
itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba
air." (4:16) Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah
suamimu dan datang ke sini." (4:17) Kata perempuan itu: "Aku
tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu,
bahwa engkau tidak mempunyai suami, (4:18) sebab engkau sudah mempunyai
lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau
berkata benar." (4:19) Kata perempuan itu kepada-Nya:
"Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
Kata perempuan Samaria kepada Yesus: “Tuhan,
berikanlah aku air itu …” Malam ini kita juga sedang berkata yang sama
seperti yang dinyatakan oleh perempuan Samaria ini kepada Yesus, Anak Allah.
Dengan kita datang duduk dengar firman, sebetulnya kita juga sedang berkata
kepada TUHAN Yesus: “Tuhan, berikanlah aku air itu.”
Bukankah kita ini adalah kehidupan yang
digambarkan seperti perempuan Samaria; hidup tanpa kepuasan sehingga terjerat
dengan berbagai masalah. Kalau tidak ada kepuasan, maka seseorang akan menuruti
keinginan-keinginan yang tidak ada puasnya, dan akhirnya pasti terjerat dengan
masalah. Seseorang ingin kaya dengan cara-cara yang tidak beres, akhirnya
terjerat dengan masalah. Sekali lagi saya tandaskan; kalau menuruti keinginan-keinginan
yang tidak ada puasnya, pasti suatu kali kelak akan terjerat dengan masalah;
demikian jugalah yang terjadi dengan perempuan Samaria ini.
Tidak salah menuntut ilmu
setinggi-tingginya, tetapi jangan sampai karena keinginan daging mencari
kepuasannya, akhirnya tinggalkan TUHAN, tinggalkan ibadah pelayanan, termasuk
perkara-perkara yang lain.
Di sini kita melihat, bahwa sebelum bertemu
dengan Yesus, sebetulnya perempuan Samaria ini sudah hidup dengan lima
laki-laki, ditambah satu laki-laki -- yang sekarang ada bersama dengan
perempuan Samaria, saat ia sedang berbicara dengan Yesus --. Berarti,
seluruhnya ada enam laki-laki, menunjukkan bahwa rasa dahaga dari perempuan
Samaria ini belum dipuaskan, dia haus dengan laki-laki.
Tetapi ketika dia berjumpa dengan sumber
mata air kehidupan, rasa dahaganya dipuaskan, hidupnya disucikan, nikahnya
disucikan. Singkat cerita, perempuan Samaria dibebaskan dari dosa kenajisan,
yang mana dahulu ia tidak puas dengan satu dua tiga laki-laki, tetapi akhirnya,
dia bertemu dengan sumber mata air kehidupan, itulah laki-laki yang ketujuh,
Yesus Kristus memuaskan rasa dahaga dari perempuan Samaria. Berbicara hari
ketujuh, itu merupakan hari perhentian, di situ ada kepuasan yang memuaskan
rasa dahaga sebab masalah diselesaikan.
Kata Yesus kepadanya: "Pergilah,
panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata perempuan itu:
"Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat
katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami.”
Malam ini, Firman TUHAN sudah menghampiri
kita, lalu sekarang, apakah kita mau datang mengakui dosa kita, seperti
perempuan Samaria yang mau mengakui dosa? Rasa dahaga apa yang belum dipuaskan,
yang belum terselesaikan? Apakah soal kenajisan, ataukah soal keuangan, atau
soal ambisi, kedudukan, jabatan, pekerjaan? Malam ini Firman TUHAN menghampiri
kita, maka sekarang dari pihak kita; apakah kita mau datang dengan hati yang
terbuka untuk mengakui segala kekurangan kita?
Kalau kita datang dengan jujur untuk
mengakui segala kekurangan, maka malam ini TUHAN akan beri kepuasan kepada
kita, sebab Dia adalah mata air kehidupan yang akan memuaskan rasa dahaga kita,
menyelesaikan masalah kita, memulihkan keadaan kita; hidup, ibadah, pelayanan,
nikah, dan rumah tangga, ekonomi, pekerjaan, semuanya dipulihkan dan dipuaskan,
asal yakin dan percaya kepada sumber mata air kehidupan, bukan percaya kepada
dongeng isapan jempol.
Sampai akhirnya, perempuan Samaria menjadi
suatu kesaksian yang besar -- bukan kesaksian yang kecil -- di kota Samaria,
dan ia pun hidup dalam penyembahan yang benar. Lewat ibadah ini, TUHAN sedang
memimpin kehidupan kita sampai kepada penyembahan yang benar, itulah puncak
ibadah.
Kemudian, perempuan Samaria itu juga
meninggalkan tempayannya, meninggalkan kehidupan yang lama, meninggalkan
kehidupan manusia daging. Tempayan tanah liat à kehidupan manusia daging. Dan sekarang,
hidupnya menjadi tempayan rohani, tempatnya air kehidupan, sehingga dia menjadi
suatu kesaksian yang besar. Perempuan Samaria ini mengakui pribadi Mesias, itulah
Kristus yang diurapi, berarti; menempatkan Kristus, sebagai Kepala.
Yohanes 4:25
(4:25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias
akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan
memberitakan segala sesuatu kepada kami."
“Aku tahu, bahwa Mesias akan datang …”
Perempuan Samaria ini mengakui pribadi yang diurapi, sebab Mesias artinya Yang
Diurapi. Pemimpin-pemimpin yang diurapi dalam Alkitab, antara lain;
1.
Raja.
2.
Imam-imam.
3.
Nabi.
Kemudian, di sini dilanjutkan: “… Yang
disebut juga Kristus.” Kristus adalah Kepala dari sidang jemaat. Dia adalah
pribadi yang lebih sempurna dari pemimpin-pemimpin yang lain.
Kita bersyukur, sebab sampai sejauh itu
TUHAN memimpin kehidupan rohani dari perempuan Samaria. Jadi, tidak hanya
berhenti sampai kepada air kehidupan yang memberi kepuasan dari rasa dahaga,
sehingga dia lepas dari rasa dahaganya, tidak hanya berhenti sampai di situ.
Tetapi Dia juga memimpin kehidupan rohani perempuan Samaria sampai kepada
penyembahan yang benar dan menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dan akhirnya,
perempuan Samaria ini menjadi suatu kesaksian yang sangat besar di kota
Samaria, sehingga banyak orang Samaria percaya Yesus Kristus adalah TUHAN dan
Juruselamat.
Yohanes 4:19
(4:19) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku,
bahwa Engkau seorang nabi.
“Nyata sekarang padaku, bahwa Engkau
seorang nabi”, inilah ajaran yang sehat dan murni.
Sekarang, pertanyaannya: MENGAPA
NABI-NABI (GURU-GURU) PALSU MELAYANI DENGAN JENIS PELAYANAN YANG KEDUA, YAITU
DENGAN DONGENG ATAU CERITA-CERITA ISAPAN JEMPOL? JAWABNYA AKAN KITA PERHATIKAN
DALAM 2 Petrus 2:1-3.
2 Petrus 2:1-3
(2:1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah
umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu.
Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan
jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2:2)
Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu,
dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. (2:3) Dan karena
serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari
kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk
perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan
tertunda.
Menyampaikan ajaran lain atau menyampaikan
dongeng isapan jempol, tetapi menyangkal penguasa yang telah menebus mereka.
Pendeknya, nabi-nabi palsu sibuk dengan
dongeng, tetapi mengabaikan salib Kristus. Mengapa demikian? Sebab mereka
melayani hanya untuk mencari untung dari sidang jemaat dengan cerita atau
dongeng isapan jempol. Mereka bukan melayani TUHAN, tetapi mereka melayani diri
mereka sendiri, mereka mencari untung dengan cara cerita atau dongeng isapan
jempol.
Dengan sengaja mereka menyampaikan dongeng
atau cerita isapan jempol dan mengabaikan salib Kristus, dengan satu tujuan;
melayani untuk mencari keuntungan. Jadi, mereka tidak melayani TUHAN.
Kalau hamba TUHAN menyampaikan firman
dengan dongeng isapan jempol, sebetulnya ia tidak sedang melayani TUHAN,
melainkan ia sedang melayani dirinya sendiri. TUHAN mereka adalah perut mereka.
Sehingga dengan dongeng cerita isapan jempol, mereka mencari keuntungan yang
besar dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah. Ini adalah suatu kekeliruan yang
harus disadari oleh gereja TUHAN, sidang jemaat, anak-anak TUHAN, orang Kristen
di hari-hari terakhir ini, asal mau diluruskan.
Hal yang senada dapat kita lihat dalam 1
Timotius 6:3-5.
1 Timotius 6:3-5
(6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut
perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak
menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4) ia adalah seorang
yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari
soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (6:5)
percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang
kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
Melayani dengan ajaran lain atau menyampaikan
dongeng isapan jempol, bertujuan untuk mencari keuntungan di tengah-tengah
ibadah = tidak berpikiran sehat = kehilangan kebenaran, dengan lain kata; tidak
selamat.
Itulah tentang ekor naga merah padam yang
besar → nabi-nabi palsu dengan dua jenis pelayanan yang nyata.
Sekarang, timbul pertanyaan berikutnya:
SIAPA YANG DISERET OLEH EKOR NAGA?
Wahyu 12:4A
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang
di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu
berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya,
segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.
Ekornya menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit. Jadi, yang diseret
oleh ekor naga merah padam yang besar itu adalah sepertiga bintang-bintang di
langit. Bintang-bintang à guru-guru atau pemimpin-pemimpin dalam rumah TUHAN, termasuk
gembala sidang.
Wahyu 1:20
(1:20) Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan
kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat
ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."
Ketujuh bintang di tangan kanan Yesus, Anak
Allah, itu adalah malaikat ketujuh jemaat, sama dengan; pemimpin-pemimpin dalam
rumah TUHAN, termasuk gembala sidang.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya
cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang,
tetap untuk selama-lamanya.
Bintang-bintang di cakrawala, menunjuk
kepada; orang-orang bijaksana atau pemimpin-pemimpin di dalam rumah TUHAN.
Tetapi dalam Wahyu 12:4A
kita melihat, bahwa; sepertiga dari bintang-bintang di langit akan
dilemparkan ke bumi.
Bumi à perkara-perkara di bawah atau perkara
lahiriah.
Matius 23:16-19
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah
demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci,
sumpah itu mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang
buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas
itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi
bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19)
Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan
atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
Ahli Taurat dan orang Farisi melayani TUHAN
tetapi mereka terikat dengan perkara lahiriah, yaitu;
-
Terikat
dengan emas di dalam Bait Suci.
-
Terikat
dengan persembahan yang di atas mezbah.
Mereka tidak terikat dengan kesucian dan
tidak terikat dengan pelayanan korban kepada TUHAN. Artinya, mereka tidak hidup
dalam kesucian dan tidak hidup dalam pelayanan atau penyerahan diri sepenuh
kepada TUHAN.
Inilah nanti yang menjadi sasaran dari pada
ekor naga merah padam yang besar. Inilah bintang-bintang di langit yang akan
dilemparkan ke bumi.
Maka, seharusnya, mulai dari sekarang
sidang jemaat mengetahui apakah pemimpin di dalam rumah TUHAN, yakni gembala
sidang, terikat dengan perkara lahiriah, sibuk dengan perkara lahiriah, tetapi
tidak sibuk dengan soal kesucian, tidak sibuk dengan penyerahan diri?
Kalau sibuk dengan perkara lahiriah,
melayani tetapi terikat dengan perkara lahiriah, maka disebutlah
pemimpin-pemimpin buta.
-
Pemimpin
buta ini terikat dengan emas, bukan terikat dengan kesucian.
-
Pemimpin
buta terikat dengan persembahan yang di atas mezbah, bukan terikat dengan
mezbah.
Mengabaikan kesucian, dan tanpa
penyerahan diri sepenuh kepada TUHAN; inilah bintang-bintang yang nanti akan
diseret.
Oleh sebab itu, sekali lagi saya
tandaskan: sudah seharusnya kita atau sidang jemaat secara khusus mengenali
pemimpin di dalam rumah TUHAN, apakah ia seorang yang bertanggung jawab atau
tidak, atau justru seringkali meninggalkan pelayanan, meninggalkan
penggembalaan hanya untuk sesuap nasi, lalu diganti dengan yang bukan tanggung
jawab dari seorang gembala sidang terhadap sidang jemaat. Pelayanan itu diganti
oleh orang-orang yang bukan seharusnya bertanggung jawab di tempat tersebut.
Inilah bintang-bintang yang nanti akan
diseret oleh ekor naga merah padam yang besar itu. Maka, kita akan mencari
SOLUSINYA malam hari ini dalam 1 Timotius 4.
1 Timotius 4:6-7
(4:6) Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita,
engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik
dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah
kauikuti selama ini. (4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng
nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
Inilah yang dituntut oleh Rasul Paulus
kepada Timotius, dimana Rasul Paulus sangat mendesak supaya menasihati
orang-orang tertentu untuk tidak mengajarkan dongeng isapan jempol.
Jalan keluarnya, yang pasti ialah jauhilah
takhayul atau dongeng isapan jempol, dan selanjutnya latihlah diri beribadah.
Sebab pada ayat 8 dikatakan: “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi
ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup
ini maupun untuk hidup yang akan datang.”
Prakteknya:
Yang pertama: “Terdidik dalam soal-soal
pokok iman.”
Kalau dikaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel, “soal-soal pokok iman” terkena pada daerah HALAMAN.
Di halaman terdapat dua alat;
1.
Mezbah
Korban Bakaran à Pertobatan.
2.
Kolam
Pembasuhan à Baptisan Kristus, yaitu mati dan bangkit
bersama dengan Kristus = Lahir baru.
Yang kedua: “Terdidik dalam ajaran
sehat.”
Kalau dikaitkan dengan Pengajaran
Tabernakel, “ajaran sehat” terkena pada Ruangan Suci, dengan tiga alat
di dalamnya:
1.
Meja
Roti Sajian à Persekutuan dengan Firman Allah, serta
tubuh dan darah Yesus.
2.
Pelita
Emas à Persekutuan dengan Roh Allah yang menjadikan kita terang yang
ajaib.
3.
Mezbah
Dupa Emas à Persekutuan dengan kasih Allah lewat doa penyembahan.
Ibadah itu harus terukur, ibadah itu harus
terus meningkat sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan, bagaikan
Mezbah Dupa yang sudah sangat dekat sekali dengan tirai, terjadi perobekan
daging untuk membuka jalan, sehingga kita boleh berada di dalam Ruangan Maha
Suci. Itulah ajaran sehat.
Hari-hari ini kita tidak boleh sibuk lagi
dengan dongeng isapan jempol, tetapi ibadah ini sudah seharusnya memuncak
sampai kepada penyembahan, memuncak sampai kepada penyerahan diri sepenuh untuk
taat kepada kehendak Allah, itulah perobekan daging, sehingga dengan demikian
kehendak Allah terlaksana, dan kita dilabuhkan sampai kepada Ruangan Maha
Suci/tubuh mempelai.
Kita bersyukur kepada TUHAN, sebab dengan
sederhana kita memahami betul tentang ekor naga, dengan perannya menyeret
sepertiga bintang-bintang di langit. Siapakah sepertiga bintang-bintang di
langit? Tadi sudah dijelaskan, diuraikan dengan begitu rupa, walaupun dengan
sederhana.
Tetapi tentu kita bersyukur dan berterima
kasih kepada TUHAN; oleh karena pengertian-pengertian ini, kita disadarkan
kembali, kita diluruskan kembali, sehingga pelayanan ini semakin hari semakin
berkenan sehingga menyenangkan hati TUHAN yang akan memimpin hidup kita sampai
kepada tujuan iman. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment