KITAB KOLOSE
(Seri: 101)
Subtema: ISTERI YANG TERLEBIH DAHULU
TUNDUK
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena rahmat dan kasih
karunia-Nya, kita diperkenankan untuk berada dalam hadirat-Nya, yaitu lewat
perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan malam ini.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Segera kita
sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang
dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:18
(3:18) Hai isteri-isteri, tunduklah
kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
“Hai
isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”
Pada minggu yang lalu, kita sudah diberkati oleh TUHAN lewat pengertian tentang
tugas dan tanggung jawab dari seorang isteri yang memang harus tunduk kepada
suaminya di hadapan TUHAN.
Sekarang,
timbul pertanyaan: Mengapa TUHAN memerintahkan isteri-isteri terlebih dahulu
untuk tunduk kepada suaminya?
Kita akan
melihat jawaban yang pasti dari 1 Korintus 11:8-9.
1 Korintus
11:8-9
(11:8) Sebab laki-laki tidak berasal dari
perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. (11:9) Dan laki-laki
tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena
laki-laki.
Beberapa
alasan yang TUHAN nyatakan bagi kita malam ini ialah:
ALASAN YANG
PERTAMA.
-
Bagian A: “Laki-laki tidak berasal dari perempuan,
tetapi perempuan berasal dari laki-laki”.
-
Bagian B: “Laki-laki tidak diciptakan karena
perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki”.
Mari kita
temukan pembuktiannya dalam Kejadian 2.
Kejadian 2:7
(2:7) ketika itulah TUHAN Allah membentuk
manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
TUHAN
membentuk manusia, itulah Adam, dari debu tanah.
Kejadian
2:18-20
(2:18) TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik,
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia." (2:19) Lalu TUHAN Allah membentuk
dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah
semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan
seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup,
demikianlah nanti nama makhluk itu. (2:20) Manusia itu memberi nama
kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang
hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan
dengan dia.
Laki-laki
tidak baik hidup seorang diri; oleh sebab itu, TUHAN Allah membentuk dari
tanah:
-
Segala jenis ternak.
-
Segala jenis binatang di udara.
-
Segala jenis binatang di hutan.
Dari tanah
itu segala binatang diciptakan oleh TUHAN, dengan satu tujuan; untuk dijadikan
penolong bagi Adam atau manusia. Kemudian, Adam memberi nama dari tiap-tiap
binatang itu. Tetapi kenyataannya, Adam tidak menjumpai penolong yang sepadan
dengan dia dari binatang yang telah dinamai tadi. Jadi, seindah apapun nama
dari seekor binatang, tidak dapat dijadikan sebagai penolong yang sepadan. Oleh
sebab itu, kita sebagai ciptaan yang mulia, biarlah kita melepaskan diri dari
tabiat binatang.
Kejadian
2:21-22
(2:21) Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur
nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya,
lalu menutup tempat itu dengan daging. (2:22) Dan dari rusuk yang
diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu
dibawa-Nya kepada manusia itu.
Karena Adam
(manusia) itu tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia, akhirnya TUHAN
mengadakan operasi besar-besaran -- ini bukan operasi biasa --, lalu mengambil
salah satu rusuk Adam, dan dari rusuk itulah TUHAN membangun atau membentuk
seorang perempuan. Sesudah dibentuk (dibangun), lalu perempuan itu dibawa
kepada Adam (manusia).
Kejadian 2:23
(2:23) Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah
dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.
Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
Lalu
berkatalah Adam: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.”
Dari perkataan ini, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa; laki-laki tidak
berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki, sesuai dengan 1
Korintus 11:8.
Selanjutnya,
Adam kembali berkata: “Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari
laki-laki.” Dengan demikian, laki-laki tidak diciptakan karena perempuan,
tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki, sesuai dengan 1 Korintus 11:9.
Kembali saya
sampaikan: Dari tanah itu segala binatang diciptakan oleh TUHAN, dengan satu
tujuan untuk menjadi penolong bagi Adam. Tetapi kenyataannya, Adam tidak
menjumpai dari binatang-binatang itu untuk dijadikan penolong yang sepadan bagi
Adam. Oleh sebab itu, TUHAN membuat Adam tidur nyenyak, lalu selanjutnya
mengadakan operasi untuk mengambil satu rusuk dari Adam, dan dari tulang rusuk
itulah dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu diserahkan kepada Adam; dan
itulah yang dijadikan sebagai penolong yang sepadan bagi Adam.
Tetapi dari
perkataan Adam pada Kejadian 2:23, maka terbuktilah apa yang dituliskan
oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 11:8-9, bahwa;
-
“Laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi
perempuan berasal dari laki-laki”.
-
“Laki-laki tidak diciptakan karena perempuan,
tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki”.
Jadi, terang
saja, yang menjadi penolong di sini bukan laki-laki, tetapi perempuan.
Singkatnya,
TUHAN membentuk dari tanah segala jenis binatang, tetapi kenyataannya, Adam
tidak menjumpai (menemukan) seorang penolong yang sepadan bagi dia, kecuali
perempuan -- yang dibangun (dibentuk) Allah -- itu. Mengapa demikian? Karena
perempuan dibentuk (dibangun) dari tulang rusuk Adam, bukan dari tanah, seperti
binatang-binatang tadi.
Kita akan
melihat PENGGENAPAN dari nubuatan ini yang sudah digenapi oleh TUHAN Yesus
Kristus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib.
Yohanes
19:31-34
(19:31) Karena hari itu hari persiapan dan supaya
pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib --
sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi
kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan
mayat-mayatnya diturunkan. (19:32) Maka datanglah prajurit-prajurit lalu
mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan
bersama-sama dengan Yesus; (19:33) tetapi ketika mereka sampai kepada
Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,
(19:34) tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya
dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Kaki-kaki
dari dua penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus itu harus
dipatah-patahkan, lalu mayat-mayatnya itu harus diturunkan segera. Tetapi
prajurit-prajurit itu tidak mematahkan kaki Yesus, sebab Ia telah mati; persis
seperti Adam yang pertama, sebelum ia dibedah atau dioperasi, ia tidur dengan
nyenyak -- sama dengan; ia telah mati --. Sehingga satu dari antara
prajurit-prajurit itu menombak lambung Yesus, maka segera mengalir keluar darah
dan air. Darah dan air adalah tanda kelahiran baru.
Dalam
susunan Tabernakel;
-
“Darah” terkena pada Mezbah Korban Bakaran. Sedangkan Mezbah Korban Bakaran
adalah gambaran dari salib, di mana binatang yang dipersembahkan di atas Mezbah
Korban Bakaran itulah gambaran dari pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan.
Singkatnya, Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan.
-
“Air” terkena pada Kolam Pembasuhan. Kolam Pembasuhan à Baptisan
Kristus, artinya; satu di dalam kematian dan kebangkitan Kristus, sehingga
dengan demikian lahirlah atau terbentuklah gereja TUHAN.
Jadi, tanda
kelahiran adalah “darah” dan “air” ketuban, sehingga dengan demikian lahirlah
atau terbentuklah gereja TUHAN. Hal ini sama dengan apa yang dialami oleh Adam
yang pertama, di mana Adam yang pertama dioperasi, lalu TUHAN Allah mengambil
satu tulang rusuk Adam, dan dari satu rusuk itulah dibangunkan seorang
perempuan untuk selanjutnya dijadikan sebagai penopang, penolong yang sepadan.
Jadi, penolong yang sepadan itu bukan binatang yang dibentuk dari tanah.
Kalau
dikaitkan dengan anatomi manusia;
-
Mezbah Korban Bakaran terkena pada tungkai bawah
kaki manusia.
-
Sedangkan Kolam Pembasuhan Tembaga terkena pada tungkai
atas atau disebut juga dengan paha.
Jadi,
tungkai bawah dan tungkai atas (paha), akhirnya dijadikan sebagai penopang
(penolong) dari rongga perut dan rongga dada.
“Rongga
perut” Ã RUANGAN SUCI, dengan tiga alat di dalamnya.
1.
Meja Roti Sajian. Bila dikaitkan dengan anatomi manusia à lambung dan
usus 12 (dua belas) jari.
2.
Pelita Emas. Bila dikaitkan dengan anatomi manusia à isi perut
yang lain (usus, hati, limpa dan ginjal).
3.
Mezbah Dupa Emas. Bila dikaitkan dengan anatomi manusia à paru-paru, itulah doa penyembahan. Itu
sebabnya, kalau seseorang suka merokok, menghirup banyak asap, maka sudah pasti
paru-parunya kotor (penuh dengan asap).
“Rongga
dada” Ã RUANGAN MAHA SUCI, di dalamnya terdapat satu
alat yang terutama, yakni Tabut Perjanjian.
Kesimpulannya:
Yang menopang Ruangan Suci (rongga perut) dan Ruangan Maha Suci (rongga dada)
ialah kehidupan yang sudah dibentuk dari rusuk Adam yang kedua, yaitu Yesus
Kristus, oleh darah dan air tadi.
1 Korintus
15:58
(15:58) Karena itu, saudara-saudaraku yang
kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu
dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Pembagian
dari ayat ini, antara lain:
Kalimat YANG
PERTAMA: “Berdirilah teguh.” Kalau dikaitkan dengan anatomi manusia
terkena pada tungkai bawah kaki manusia à Mezbah Korban Bakaran.
Kalimat YANG
KEDUA: “Jangan goyah.” Kalau dikaitkan dengan anatomi manusia terkena
pada tungkai atas (paha) Ã Kolam Pembasuhan.
Kalimat YANG
KETIGA: “Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!” Kalau dikaitkan dengan
anatomi manusia terkena pada pintu rahim à Pintu Kemah, artinya; dipenuhkan oleh Roh
Kudus. Jadi, giatlah selalu dalam pekerjaan TUHAN, itu sama dengan kegiatan
Roh.
Kalimat YANG
KEEMPAT: “Persekutuan.” Dalam pola Tabernakel terkena pada Ruangan Suci,
di mana di dalamnya terdapat tiga macam alat, yaitu:
1. Meja Roti Sajian.
2. Pelita Emas.
3. Mezbah Dupa Emas.
Jadi, kita
dibentuk untuk menopang pekerjaan TUHAN, yakni persekutuan dengan Allah
Trinitas.
-
Meja Roti Sajian à Persekutuan dengan Firman Allah = Anak
Allah.
-
Pelita Emas à Persekutuan dengan Roh Kudus (Roh Allah).
-
Mezbah Dupa Emas à Persekutuan dengan Allah Bapa, dengan
tabiat-Nya yaitu kasih.
Jelas bahwa
perempuan (gereja TUHAN) dilahirkan (dibentuk) untuk dijadikan sebagai penopang
bagi laki-laki, bagi suaminya; untuk menopang rongga perut dan rongga dada.
Praktek
menjadi penolong.
1 Korintus
11:10
(11:10) Sebab itu, perempuan harus memakai tanda
wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.
Perempuan
harus memakai tanda wibawa di kepalanya. Artinya, wibawa dari seorang wanita
adalah harus ada tanda ketundukan. Jadi, praktek untuk menjadi penolong
(penopang) ialah ada di dalam tanda ketundukan.
Sekali lagi
saya tandaskan: Perempuan dibentuk untuk dijadikan sebagai penolong (penopang)
bagi laki-laki, dengan prakteknya; ada di dalam tanda ketundukan.
Saat ini
kita berada di dalam pekerjaan TUHAN. Kalau dipercayakan karunia-karunia dan
jabatan-jabatan untuk menopang pekerjaan TUHAN, maka harus ada di dalam tanda
ketundukan. Itu sebabnya, TUHAN Allah terlebih dahulu memerintahkan
isteri-isteri untuk tunduk kepada suaminya (laki-laki).
1 Korintus
11:14-15
(11:14) Bukankah alam sendiri menyatakan
kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut
panjang, (11:15) tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan,
jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk
menjadi penudung.
Menurut
hukum alam:
-
“Adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut
panjang.” Berarti, laki-laki tidak tunduk kepada perempuan.
-
“Adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut
panjang.” Artinya, kehormatan dari seorang perempuan dilihat dari
ketundukannya.
Jadi, kalau
kita dibentuk untuk menjadi penopang di dalam pekerjaan TUHAN, tetapi juga
harus ditandai dengan ketundukannya.
1 Korintus
11:15
(11:15) tetapi bahwa adalah kehormatan bagi
perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan
untuk menjadi penudung.
“Sebab
rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.” Artinya:
ketundukan dari seorang perempuan, justru itu merupakan perlindungan bagi dia,
itu adalah penghormatan bagi seorang perempuan.
Oleh sebab
itu, jangan kita memutar balik fakta, karena hukum alam saja mengatakan, bahwa:
-
“Adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut
panjang.”
-
“Adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut
panjang.”
Dan kalau kita
melihat, alam ini juga tunduk kepada perintah TUHAN; baik badai tunduk kepada
perintah TUHAN, juga gelombang lautan tunduk kepada perintah TUHAN; itulah
hukum alam. Oleh sebab itu, apa yang sudah ditetapkan oleh TUHAN, jangan hal
itu diputar balik.
1 Korintus
11:16
(11:16) Tetapi jika ada orang yang mau membantah,
kami maupun Jemaat-jemaat Allah tidak mempunyai kebiasaan yang demikian.
Jangan
membiasakan diri untuk membantah apa yang telah TUHAN tetapkan.
-
“Adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut
panjang.” Berarti, laki-laki tidak tunduk kepada perempuan.
-
“Adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut
panjang.” Artinya, kehormatan dari seorang perempuan dilihat dari
ketundukannya.
Inilah yang
sudah TUHAN tetapkan; dan apa yang sudah TUHAN tetapkan tidak boleh diputar
balik. Oleh sebab itu, jangan membiasakan diri untuk membantah apa yang telah
TUHAN tetapkan, apapun alasannya, dan apapun resikonya.
Hal ini
dapat kita lihat lebih rinci lagi dalam 1 Timotius 2.
1 Timotius
2:9-11
(2:9) Demikian juga hendaknya perempuan.
Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya
jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang
mahal-mahal, (2:10) tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik,
seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. (2:11) Seharusnyalah
perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.
Perhiasan
rohani dari seorang isteri ialah berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh,
sama dengan; taat. Ketaatan ini menunjukkan bahwa seorang perempuan tunduk
kepada suaminya dalam segala sesuatu; inilah sikap seorang perempuan dalam
ibadah jemaat. Biarlah kiranya hal ini bisa dipahami.
1 Petrus
3:3-6
(3:3) Perhiasanmu janganlah secara lahiriah,
yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-indah, (3:4) tetapi perhiasanmu ialah
manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang
berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata
Allah. (3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu
berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah;
mereka tunduk kepada suaminya, (3:6) sama seperti Sara taat kepada
Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu
berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
Tunduk,
berarti; taat kepada suaminya, sama seperti Sara.
Taat,
artinya; siap menerima ajaran dengan patuh. Singkatnya, 1 Petrus 3:3-6
sama dengan 1 Timotius 2:9-11.
Kita kembali
membaca 1 Timotius 2:11.
1 Timotius
2:11
(2:11) Seharusnyalah perempuan berdiam diri
dan menerima ajaran dengan patuh.
Berdiam diri
dan menerima ajaran dengan patuh = taat; inilah sikap dari seorang perempuan
dalam ibadah jemaat.
Berarti,
pengertian yang luas dari ayat ini ialah yang menjadi imam atau pemimpin di
tengah-tengah sebuah ibadah pelayanan adalah seorang laki-laki atau kepala rumah
tangga, bukan perempuan.
Sebagai
praktek dari seorang perempuan yang menopang pelayanan; perempuan harus
mempunyai rambut panjang -- berarti tunduk = taat, artinya; patuh pada ajaran
yang benar --, sebab yang menjadi imam, kepala, pemimpin dalam sebuah ibadah
pelayanan adalah seorang laki-laki, kepala rumah tangga.
1 Timotius
3:1
(3:1) Benarlah perkataan ini: "Orang yang
menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."
Seorang
hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala atau pemimpin rumah TUHAN
disebut juga dengan seorang penilik, dan itu merupakan pekerjaan yang indah.
1 Timotius
3:2-4
(3:2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang
yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana,
sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3:3) bukan
peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, (3:4)
seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
Syarat-syarat
bagi penilik jemaat:
1. Tak bercacat.
2. Suami dari satu isteri.
3. Dapat menahan diri.
4. Bijaksana.
5. Sopan.
6. Suka memberi tumpangan.
7. Cakap mengajar orang.
8. Bukan peminum.
9. Bukan pemarah, tetapi peramah.
10. Pendamai.
11. Bukan hamba uang.
12. Seorang kepala keluarga.
13. Disegani dan dihormati anak-anaknya.
Jadi, syarat-syarat
yang ada ini, semua jelas menunjuk kepada pribadi seorang laki-laki, bukan
pribadi dari seorang perempuan.
Terkhusus
dari beberapa syarat di atas, yaitu;
-
Hal kedua: suami dari satu isteri.
-
Hal kedelapan: bukan peminum.
-
Hal kedua belas: seorang kepala keluarga.
Jelas
hal-hal itu menunjuk (berkaitan) kepada seorang laki-laki, bukan seorang
perempuan.
1 Timotius
3:5
(3:5) Jikalau seorang tidak tahu mengepalai
keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
Jadi,
seorang penilik jemaat adalah seorang suami atau seorang kepala rumah tangga
yang baik, sehingga ia layak menjadi seorang penilik jemaat.
1 Timotius
2:12-13
(2:12) Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar
dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. (2:13)
Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa.
Perempuan
tidak diizinkan mengajar dan memerintah laki-laki di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan yang TUHAN percayakan. Sebaliknya, seorang perempuan hendaklah
berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan ibadah. Mengapa harus demikian? Karena
Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa.
Itulah
alasan yang pertama, mengapa TUHAN terlebih dahulu memerintahkan isteri-isteri
tunduk kepada suaminya, yaitu karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian
barulah Hawa untuk dijadikan sebagai penopang.
Beberapa
alasan yang TUHAN nyatakan bagi kita malam ini ialah:
ALASAN YANG
KEDUA.
1 Timotius
2:14
(2:14) Lagipula bukan Adam yang tergoda,
melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam
dosa.
Alasan yang
kedua, mengapa TUHAN terlebih dahulu memerintahkan isteri-isteri tunduk kepada
suaminya, yaitu karena bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah
yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Inilah alasan yang kedua mengapa
TUHAN terlebih dahulu memerintahkan isteri-isteri untuk tunduk kepada suaminya.
Untuk
menguatkan 1 Timotius 2:14, mari kita perhatikan Kejadian 3.
Kejadian
3:1-6
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari
segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata
kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman
ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (3:2) Lalu sahut perempuan
itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
(3:3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." (3:4)
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan
mati, (3:5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya
matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang
baik dan yang jahat." (3:6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon
itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati
karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan
diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya
pun memakannya.
Dari ayat
yang kita baca ini; Singkatnya, Hawa jatuh dalam dosa karena ia digoda (diperdaya)
oleh ular itu. Tetapi yang pasti, selama Hawa berbicara (berdialog) dengan ular
itu, tidak melibatkan Adam sama sekali, sebenarnya betapa seorang perempuan
sangat membutuhkan suami, sangat membutuhkan kepala.
Lihat,
selama ada pembicara antara ular dengan Hawa, selama ular menggoda perempuan
itu, ia sama sekali tidak melibatkan suaminya -- hal itu bisa kita lihat dari
pembacaan ayat 1-6, yang merupakan dialog (pembicaraan) antara ular
dengan perempuan itu --, sampai akhirnya perempuan itu jatuh dalam dosa.
Artinya, seorang isteri amat sangat membutuhkan suami.
Itu sebabnya
kalau kita perhatikan dalam Matius 8 …
Matius
8:18-20
(8:18) Ketika Yesus melihat orang banyak
mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. (8:19) Lalu
datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan
mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." (8:20) Yesus berkata
kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai
sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala-Nya."
“Kalau tubuh
tanpa kepala”, maka tubuh
menjadi “liangnya serigala” dan menjadi “sarangnya burung.”
“Serigala” Ã roh jahat. Pekerjaan dari serigala adalah
untuk menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga domba-domba
menjadi liar, tidak tergembala, beredar-edar. Kalau domba-domba sudah , tidak
tergembala, beredar-edar, maka ia tidak akan mendengarkan gembalanya.
“Burung” Ã roh najis. Pekerjaan dari roh najis adalah
menghambat pembangunan tubuh Kristus.
Jadi, betapa
tubuh ini sangat membutuhkan kepala, isteri sangat membutuhkan seorang suami
sebagai kepala. Kalau tubuh tidak melibatkan kepala dalam segala perkara, maka
tubuh menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung, sama seperti Hawa yang
diperdaya oleh ular, dan akhirnya jatuh dalam dosa.
Itu
sebabnya, TUHAN terlebih dahulu memerintahkan isteri-isteri untuk segera tunduk
kepada suaminya. Jadi, isteri-isteri harus melibatkan suami dalam segala
perkara; di situlah letak keberhasilan dari terwujudnya pembangunan tubuh
Kristus.
Sehebat
apapun seorang isteri, sepintar-pintarnya seorang isteri, sebesar apapun
kedudukan seorang isteri di bumi ini, ia tidak akan bisa mewujudkan pembangunan
tubuh Kristus tanpa melibatkan suami. Hal itu berlaku secara jasmani, maupun
rohani. Ini adalah Firman TUHAN yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.
Kalau isteri
merasa hebat dan suami dianggap bodoh karena tidak mempunyai penghasilan, maka
ia tidak akan bisa menjadi pendamai, ia tidak bisa menjadi pemersatu, karena
yang menjadi pendamai adalah Kristus, yang adalah Kepala. Yang mempersatukan
anggota-anggota tubuh adalah Kristus, yang adalah Kepala, Dialah suami, bukan
isteri. Dalam hal ini, gereja Tuhan harus menyadarinya. Inilah alasan sehingga
TUHAN terlebih dahulu memerintahkan supaya isteri-isteri tunduk kepada suaminya
dalam segala sesuatu.
Lihat,
sepatah kata yang keluar dari Suami, yaitu Kristus, yang adalah Kepala, hal itu
bisa memberi kesembuhan. Jadi, jangan sampai seorang isteri merasa diri hebat
dengan tidak melibatkan suami, karena oleh sepatah kata pun yang sakit bisa
sembuh.
Ingat: Kita
dibentuk untuk menjadi penopang. Prakteknya; berdiam diri saja; taat = patuh
pada ajaran. Kalau kita dipercaya oleh TUHAN, sebab kita sudah dibentuk untuk
menjadi penopang dan melayani pekerjaan TUHAN, maka prakteknya adalah taat,
setia, dengar-dengaran.
Kemudian,
perempuan itulah yang tergoda dan jatuh dalam dosa, bukan Adam. Dan kita sudah
melihat, waktu ular menggoda perempuan, perempuan itu tidak melibatkan
suaminya, akhirnya ia jatuh dalam dosa. Kalau kita melihat penggenapan
nubuatannya seperti yang dikatakan Yesus kepada ahli Taurat tadi; mengikut
TUHAN tetapi tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala, maka akhirnya tubuh
menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung.
Mengikut
TUHAN itu, berarti diawali dengan sangkal diri dan pikul salib,
sesuai dengan Injil Matius 16:24-25.
-
“Menyangkal diri”, berarti; tidak bermegah, tidak sombong.
-
“Memikul salib”, berarti; memikul tanggung jawab yang dipercayakan
oleh TUHAN.
Barulah “mengikut
TUHAN”. Kemudian, kalau berbicara “mengikut TUHAN”, itu sama seperti benih
gandum yang sudah jatuh ke tanah dan mati.
-
“Jatuh ke tanah” = merendahkan diri serendah-rendahnya.
-
“Mati” = daging tidak bersuara lagi.
Itulah yang
dimaksud dengan mengikut TUHAN. Tetapi kalau mengikut TUHAN, namun tidak
menempatkan Kristus sebagai Kepala, itu adalah pengikutan yang salah.
Oleh sebab
itu, mau tidak mau, kita harus menerima alasan mengapa TUHAN terlebih dahulu
memerintah isteri-isteri untuk tunduk kepada suaminya. Dua alasan yang pasti
sudah kita terima dan sudah kita dengar; biarlah kiranya itu menjadi berkat
bagi kita, membentuk kehidupan kita, dan akhirnya nanti membawa kehidupan kita rendah
di kaki salib TUHAN. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment