IBADAH RAYA MINGGU, 07 JUNI 2020
WAHYU PASAL
12
(Seri: 9)
Subtema: TUHAN BERDIRI DI MUKA PINTU
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena kemurahan hati TUHAN,
kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan
perjamuan suci, sebagai minggu yang pertama.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan firman lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Kiranya TUHAN memberkati kita semua.
Oleh sebab
itu, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan
firman-Nya malam ini, untuk kita boleh menikmati kemurahan TUHAN, pertolongan
TUHAN, lawatan TUHAN, supaya segala sesuatunya dipulihkan, berkat berkelimpahan
menjadi bagian dari kehidupan kita masing-masing.
Segera saja
kita menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU PASAL
12.
Wahyu 12:4B
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri
di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan
Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.
Diawali
dengan: “Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang
hendak melahirkan itu …”
Kita
BANDINGKAN dengan penampilan Anak Domba di hadapan sidang jemaat di Laodikia.
Wahyu 3:20
(3:20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan
mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku
akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku.
“Lihat, Aku
berdiri di muka pintu …”, sama
dengan; berdiri di hadapan sidang jemaat di Laodikia.
Selain
berdiri di muka pintu, selanjutnya di sini dikatakan: “ … dan mengetok”.
Lukas
12:35-37
(12:35) "Hendaklah pinggangmu tetap berikat
dan pelitamu tetap menyala. (12:36) Dan hendaklah kamu sama seperti
orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya
jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. (12:37)
Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan
mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.
Menantikan
kedatangan Mempelai Laki-Laki Sorga, diumpamakan seperti seorang hamba yang
berjaga-jaga.
Hamba yang
berjaga-jaga ditandai dengan dua hal:
1. Pinggangmu tetap berikat.
2. Pelitamu tetap menyala.
Tentang: “Pinggangmu
tetap berikat”.
Pinggang
tetap terikat menunjukkan kesetiaan dari seorang hamba. Seorang hamba hendaklah
setia dalam perkara yang kecil, maka akan dipercayakan kepadanya tanggung jawab
dalam perkara yang besar.
Perlu untuk
diketahui: Kaum muda yang sudah mengambil bagian dalam pelayanan, hendaklah
setia melayani TUHAN, setia di dalam perkara yang kecil, maka kelak akan
dipercayakan suatu tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar. Kalau TUHAN
percayakan tanggung jawab kepada kita semua, bukan berarti TUHAN itu kejam untuk
menindas hamba-hamba-Nya.
Juga kita
sekaliannya, tanpa terkecuali -- besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan --,
biarlah masing-masing kita setia dalam perkara yang kecil, maka nanti TUHAN
akan percayakan tanggung jawab yang lebih besar, sebab TUHAN mengenal dan
mengetahui setiap orang sejauh mana ia sanggup memikul sebuah tanggung jawab.
Seperti
perumpamaan tentang talenta di dalam Injil Matius 25:14-30.
-
Kepada hamba yang pertama dipercayakan lima talenta.
-
Kepada hamba yang kedua dipercayakan dua talenta.
-
Tetapi kepada hamba yang ketiga dipercayakan hanya
satu talenta saja.
Yang pasti,
TUHAN sangat mengetahui sejauh mana kemampuan dari setiap hamba TUHAN untuk
memikul sebuah tanggung jawab di hadapan-Nya.
Matius
25:14-18
(25:14) "Sebab hal Kerajaan Sorga sama
seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil
hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. (25:15) Yang
seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang
seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,
lalu ia berangkat. (25:16) Segera pergilah hamba yang menerima lima
talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. (25:17)
Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba
dua talenta. (25:18) Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu
pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Di sini kita
perhatikan: Tuan dari hamba-hamba itu mempercayakan hartanya kepada
hamba-hambanya.
-
Kepada hamba yang pertama dipercayakan lima talenta.
-
Kepada hamba yang kedua dipercayakan dua talenta.
-
Kepada hamba yang ketiga dipercayakan hanya satu
talenta saja.
Masing-masing
dipercayakan talenta menurut kesanggupan dari setiap hamba-hamba TUHAN. Jadi,
TUHAN jauh lebih tahu kesanggupan dari seorang hamba di dalam hal memikul
tanggung jawabnya.
-
Selanjutnya, hamba yang pertama tadi dipercayakan lima
talenta, ia mengusahakannya dan mengembangkannya, lalu beroleh laba lima talenta. Berarti,
memperoleh hasil 100% (seratus persen).
-
Demikian juga hamba yang kedua, ia mengusahakannya dan
mengembangkannya, lalu beroleh laba dua talenta. Berarti, memperoleh hasil 100%
(seratus persen).
Jadi, hamba
yang pertama dan kedua memperoleh laba sesuai dengan kepercayaan tuan dari
hamba-hamba tadi.
Tetapi hamba
yang ketiga, yang menerima satu talenta, ia menggali lobang di dalam tanah,
lalu menyembunyikan talenta itu, sama dengan; mengubur talenta di dalam tanah.
Matius
25:21-23
(25:21) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik
sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia
dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara
yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. (25:22) Lalu
datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan
percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. (25:23)
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang
baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang
kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Hamba yang pertama
dan hamba yang kedua disebut oleh tuannya sebagai hamba yang baik dan setia.
Kemudian, kepada mereka diberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar
lagi. Jadi, kalau kita setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang lebih
kecil, maka TUHAN, sebagai Tuan dari hamba-hamba TUHAN, akan memberikan
tanggung jawab yang jauh lebih besar lagi.
Tetapi hamba
yang ketiga, yang dipercayakan satu talenta, ia justru mengubur talenta itu
dalam-dalam, sehingga hamba yang ketiga itu disebut oleh tuannya sebagai hamba
yang jahat dan malas, sama dengan; hamba yang tidak setia mengembangkan talenta
yang dipercayakan oleh tuannya.
Ciri-ciri
hamba yang tidak setia di dalam hal memikul tanggung jawab dalam perkara yang
kecil.
Matius 25:24
(25:24) Kini datanglah juga hamba yang menerima
satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang
kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut
dari tempat di mana tuan tidak menanam.
Hamba yang
ketiga itu mempersalahkan tuannya itu sebagai manusia yang kejam yang menuai
di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan
tidak menanam.
Ingat, Tuan
dari semua hamba-hamba TUHAN adalah TUHAN Yesus Kristus. Kita tidak mungkin
bisa mempersalahkan TUHAN Yesus Kristus. Tetapi inilah ciri dari hamba yang
ketiga, hamba yang tidak setia, hamba yang jahat dan malas.
Matius
25:25-26
(25:25) Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan
talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! (25:26)
Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas,
jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan
memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
Selain
menyebut tuannya itu sebagai manusia yang kejam dan mempersalahkan tuannya,
pada ayat 26 dikatakan: “Hai kamu, hamba yang jahat dan malas”.
Jadi, kalau tidak setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil,
disebut dengan hamba yang jahat dan malas.
Pelayan-pelayan
TUHAN, hamba-hamba TUHAN, sebesar apapun talenta yang dipercayakan oleh TUHAN,
talenta itu harus dikembangkan 100% (seratus persen).
Umpama;
pemain musik dan pelayan-pelayan TUHAN yang lain, harus mengembangkan talenta
yang dipercayakan oleh TUHAN Yesus Kristus. Oleh sebab itu, biarlah kita semua
belajar memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, supaya kalau kita
mengembangkan talenta yang dipercayakan oleh TUHAN, maka TUHAN juga akan
mempercayakan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar lagi.
Tentang: “Pelitamu
tetap menyala”.
Pelita tetap
menyala menunjukkan seorang hamba yang senantiasa berada dalam terang oleh
pengurapan dari kuat kuasa Allah Roh-El Kudus. Jelas, hal ini menunjuk kepada
lima gadis yang bijaksana, yang membawa pelitanya dan pergi menyongsong
Mempelai Laki-Laki, tetapi tidak lupa membawa minyak dalam buli-buli sebagai
persediaan.
Matius
25:1-5
(25:1) "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga
seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai
laki-laki. (25:2) Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. (25:3)
Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak
membawa minyak, (25:4) sedangkan gadis-gadis yang bijaksana
itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. (25:5)
Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka
semua lalu tertidur.
Hal Kerajaan
Sorga seumpama sepuluh gadis yang mengambil pelitanya dan menyongsong Mempelai
Laki-Laki Sorga; lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Mengapa demikian?
-
Sebab gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya,
tetapi tidak membawa minyak sebagai persediaan.
-
Sedangkan lima gadis yang bijaksana itu membawa
pelitanya + minyak dalam buli-buli sebagai persediaan.
Tetapi
karena Mempelai itu lama tidak datang-datang juga, akhirnya baik lima gadis
yang bodoh maupun lima gadis yang bijaksana, mengantuklah mereka semua, lalu
tertidur. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Yang
sempurna hanyalah pribadi TUHAN Yesus Kristus.
Matius 25:6
(25:6) Waktu tengah malam terdengarlah suara
orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
Di dalam
kegelapan malam, di mana dosa semakin memuncak, baik kejahatan maupun
kenajisan, terdengarlah suara orang berseru: “Mempelai datang! Songsonglah
dia!”
Jadi dalam
keadaan gelap malam semacam ini, kita membutuhkan suara dari Pengajaran
Mempelai dalam Terang Tabernakel untuk membangunkan hidup rohani kita
masing-masing, sehingga tidak terlelap dalam tidur.
Matius
25:7-8
(25:7) Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu
membereskan pelita mereka. (25:8) Gadis-gadis yang bodoh berkata
kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu,
sebab pelita kami hampir padam.
Tetapi pada
akhirnya, pelita dari lima gadis yang bodoh itu hampir padam, sementara mereka
tidak membawa minyak dalam buli-buli sebagai persediaan.
Jadi,
kesimpulannya: Pelita tetap menyala menunjukkan seorang hamba yang senantiasa
berada dalam terang, oleh pengurapan Roh-El Kudus, bagaikan lima gadis yang
bijaksana, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong Mempelai Laki-Laki,
tetapi tidak lupa membawa minyak dalam buli-buli sebagai persediaan.
Tadi kita
sudah melihat; lima gadis yang bodoh membawa pelita, tetapi tidak membawa
minyak dalam buli-buli sebagai persediaan, maka resikonya adalah pelita yang
menyala tidak bertahan lama atau tidak bertahan sampai kepada kesudahannya.
Biarlah
pelita kita masing-masing tetap menyala sampai TUHAN datang pada kali yang
kedua, sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Sekarang,
bagaimana caranya supaya kita tetap membawa minyak dalam buli-buli sebagai
persediaan?
Keluaran
27:20
(27:20) "Haruslah kauperintahkan kepada orang
Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni
untuk lampu, supaya orang dapat memasang lampu agar tetap menyala.
Imamat
24:1-4
(24:1) TUHAN berfirman kepada Musa: (24:2)
"Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak
zaitun tumbuk yang tulen untuk lampu, supaya lampu dapat dipasang dan tetap
menyala. (24:3) Harun harus tetap mengatur lampu-lampu itu di depan tabir
yang menutupi tabut hukum, di dalam Kemah Pertemuan, dari petang sampai pagi,
di hadapan TUHAN. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu
turun-temurun. (24:4) Di atas kandil dari emas murni haruslah tetap
diaturnya lampu-lampu itu di hadapan TUHAN."
Minyak
zaitun tumbuk, itu menunjuk kepada; pribadi Yesus yang telah mengalami
penumbukan di atas kayu salib. Berarti, sengsara salib menghasilkan minyak
urapan, sehingga pelita tetap menyala-nyala atau berkobar-kobar di dalam
melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, sama seperti lima gadis yang bijaksana.
Biarlah
pelita tetap menyala sampai nanti TUHAN datang pada kali yang kedua, di mana
minyak urapan itu dihasilkan dari sengsara salib, sama seperti pribadi Yesus
yang telah mengalami penumbukan di atas kayu salib. Jadi, minyak urapan itu
tidak dihasilkan dengan cara-cara yang lain.
Sebagai
tambahan mengenai “minyak urapan”, kita akan memperhatikan Imamat 21.
Imamat 21:12
(21:12) Janganlah ia keluar dari tempat
kudus, supaya jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus Allahnya, karena minyak
urapan Allahnya, yang menandakan bahwa ia telah dikhususkan, ada di atas
kepalanya; Akulah TUHAN.
Supaya
minyak urapan Allah tetap ada di atas kepala, syaratnya ialah jangan keluar
dari tempat kudus. Berarti, tetap berada di tengah-tengah ibadah, di
tengah-tengah pelayanan yang TUHAN percayakan.
Dalam
Pengajaran Tabernakel, yang dimaksud “tempat kudus” terkena pada Ruangan Suci.
Di dalam Ruangan Suci terdapat tiga macam alat:
1.
Meja Roti Sajian à Persekutuan
dengan Firman Allah, serta tubuh dan darah Yesus Kristus, lewat ketekunan dalam
Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
2.
Pelita Emas à Persekutuan
dengan Roh-El Kudus, lewat ketekunan dalam Ibadah (Kebaktian) Raya Minggu
disertai kesaksian.
3.
Mezbah Dupa Emas à Persekutuan
dengan kasih Allah, lewat ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Intinya
ialah tetap berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Hal ini
harus kita pahami dengan baik, supaya kita mengerti apa yang baik dan benar.
Kalau kita beribadah dan melayani tanpa pengertian, maka nanti banyak
kesulitan-kesulitan yang akan terjadi, sehingga ibadah itu tidak berkenan
kepada TUHAN, tidak mendatangkan kebaikan.
Tantangan
atau musuh dari pengurapan.
Imamat 21:11
(21:11) Janganlah ia dekat kepada
semua mayat, bahkan janganlah ia menajiskan diri dengan mayat
ayahnya atau ibunya.
Janganlah ia
dekat kepada semua mayat, bahkan janganlah ia menajiskan diri dengan mayat
ayahnya atau ibunya. Artinya,
jangan mendukakan Roh-El Kudus.
Kapan Roh-El
Kudus berduka? Jawabnya; saat seorang hamba TUHAN atau pelayan TUHAN menajiskan
diri dengan mayat, atau hidup di dalam hawa nafsu dan keinginan-keinginan
daging yang jahat; saat itulah Roh-El Kudus berduka. Daging ini mati, Roh yang
memberi hidup.
Saya
tambahkan sedikit: Pelayan TUHAN harus banyak belajar, banyak menyembah, supaya
setia dalam perkara kecil, mengembangkan talenta yang dipercayakan oleh TUHAN,
sampai seratus persen. Untuk beribadah melayani TUHAN harus penuh dengan
persiapan-persiapan diri, termasuk penyembahan diri di rumah masing-masing.
Tidak boleh serta merta langsung tiba-tiba berdiri di atas altar tanpa
penyerahan diri, tanpa penyembahan; hal itu tidak diijinkan oleh TUHAN.
Kita kembali
membaca Wahyu 3.
Wahyu 3:20
(3:20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu
dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan
pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan
ia bersama-sama dengan Aku.
“Lihat,
Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” Inilah perbandingkan antara Anak
Domba dengan naga merah padam yang besar. Di sini kita melihat; TUHAN berdiri
di muka pintu -- atau sama artinya; berada di hadapan sidang jemaat di Laodikia
--, selanjutnya “dan mengetok”.
Tadi kita
sudah melihat pengertian secara rohani dari “mengetok”. Itu sama seperti
seorang hamba yang berjaga-jaga, yang
disebut dengan penantian mempelai, yang ditandai dengan dua hal:
1. Pinggang tetap terikat.
2. Pelita tetap menyala.
Dan selanjutnya,
perhatikan kalimat berikutnya: “ … jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku
dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama
dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Supaya kita memperoleh
pengertian tentang hal ini, maka kita akan membaca Injil Yohanes 14.
Yohanes
14:21-23
(14:21) Barangsiapa memegang perintah-Ku dan
melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan
dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan
menyatakan diri-Ku kepadanya." (14:22) Yudas, yang bukan Iskariot,
berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan
diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?" (14:23) Jawab Yesus:
"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku
akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan
dia.
Perhatikan
kalimat: “Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam
bersama-sama dengan dia”.
Siapa “dia”
yang dimaksud di sini? “Dia”, menunjuk kepada; orang yang mengasihi TUHAN,
dengan tanda; mendengar dan menuruti Firman Allah. Kepada orang yang demikian,
TUHAN akan masuk dan akan diam bersama-sama dengan dia untuk menikmati segala
kebaikan, menikmati kasih dan kemurahan TUHAN. Sama seperti kita malam ini;
kita boleh duduk diam bersama-sama dengan TUHAN untuk menikmati kemurahan
TUHAN.
Pertanyaannya:
Mengapa Anak Domba berdiri di muka pintu sidang jemaat di Laodikia?
Wahyu
3:14-17
(3:14) "Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar,
permulaan dari ciptaan Allah: (3:15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau
tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin
atau panas! (3:16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak
dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. (3:17)
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku
dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat,
dan malang, miskin, buta dan telanjang,
Setelah
dikoreksi oleh firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, maka terlihatlah
segala keberadaan, terlihatlah kerohanian dari sidang jemaat di Laodikia dengan
jelas; tidak ada yang bisa ditutup-tutupi di hadapan TUHAN.
Malam ini,
TUHAN tampil sebagai firman dari Amin, untuk mengoreksi setiap kehidupan kita
masing-masing, dan semuanya akan terlihat dengan jelas, sama seperti keberadaan
dari sidang jemaat di Laodikia yang terlihat dengan jelas.
Adapun
keberadaan kerohanian dari sidang jemaat di Laodikia di hadapan TUHAN yakni
suam-suam kuku, sama dengan; tidak dingin dan tidak panas. Artinya, tidak
sungguh-sungguh atau tidak sepenuh hati di dalam hal mengikuti dan melayani
TUHAN.
Sesungguhnya,
yang TUHAN mau di dalam hal mengikuti TUHAN adalah dingin ya dingin, panas ya
panas, dengan lain kata; sungguh-sungguh, tidak boleh suam-suam kuku. Dalam hal
mengikuti TUHAN; ya di atas ya, tidak di atas tidak; harus dengan
sungguh-sungguh.
Apa yang
menyebabkan sehingga sidang jemaat di Laodikia ini menjadi suam-suam kuku?
Wahyu 3:17
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan
aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan
karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin,
buta dan telanjang,
Yang
menyebabkan sehingga kerohanian dari sidang jemaat di Laodikia ini menjadi
suam-suam kuku adalah ternyata mereka memperkayakan diri dengan harta milik mereka,
sampai mereka merasa tidak kekurangan apa-apa.
Jadi, kalau
gereja TUHAN, anak-anak TUHAN, orang Kristen bergantung pada harta dan
kekayaannya, dan merasa diri kaya oleh karena harta kekayaan yang ia miliki,
maka hal inilah yang menyebabkan pengikutan seseorang menjadi suam-suam kuku,
tidak sungguh-sungguh di dalam hal mengikuti TUHAN.
Mungkin hal
ini pernah dialami oleh kita masing-masing; bergantung kepada harta kekayaan
yang ia miliki, sehingga menjadi suam-suam kuku, tidak sungguh-sungguh di dalam
hal mengikuti TUHAN.
Tetapi
sebaliknya, di mata TUHAN, sidang jemaat di Laodikia ini: melarat, malang,
miskin, dan buta, serta telanjang.
YANG
PERTAMA: “Melarat, malang dan miskin.”
-
Melarat = tidak mempunyai apa-apa, disertai dengan
sengsara dan senantiasa mengalami kerugian-kerugian.
-
Malang = bernasib buruk, celaka, dan selalu mengalami
kesialan.
-
Miskin = tidak mempunyai harta, sehingga serba
kekurangan, menunjukkan penghasilannya rendah.
YANG KEDUA: “Buta.”
Artinya,
tidak dapat melihat = berada di dalam gelap.
Ada seorang
hamba TUHAN berkata: Lebih baik berada di rumah yang kecil, asal terang, dari
pada berada di dalam rumah yang besar dan mewah, tetapi dalam keadaan gelap
gulita -- sama dengan; buta --, itu tidak ada artinya, tidak bisa menikmati
keindahan-keindahan. Sebab memang tidak ada keindahan-keindahan di dalam gelap.
Sama dengan
orang yang masih suka menyembunyikan dosa; orang semacam ini tidak akan
mengalami keindahan-keindahan sorgawi di dalam dirinya, di dalam hidupnya, di
tengah-tengah ibadah dan pelayanannya, nikah dan rumah tangganya.
YANG KETIGA:
“Telanjang.”
Artinya,
tidak berpakaian, sehingga nampaklah aib, dosa, kejahatan, semua
kekurangan-kekurangannya tampak dengan jelas.
Saya
tambahkan sedikit lagi: Ada orang yang melarat, malang dan miskin, tetapi tidak
buta. Tetapi di sini kita melihat; sidang jemaat di Laodikia ini, selain
melarat, malang, miskin, ditambah dengan buta. Kalau melarat, malang, miskin
saja seseorang sudah sengsara, apalagi kalau ditambah dengan buta; betapa
sengsaranya hidup ini, sebab selain melarat, ia tidak mengalami
keindahan-keindahan di dalam dirinya.
Untuk itulah
Anak Domba berdiri di muka pintu dan mengetok, namun didahului dengan nasihat,
yaitu untuk membeli tiga perkara.
Nasihat
Firman Tuhan untuk membeli 3 perkara:
Wahyu 3:18
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya
engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar
engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya,
agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak
untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Yang
Pertama: “Membeli emas yang telah dimurnikan dalam api.”
Api
pemurnian, itu jelas menunjuk; ujian dan cobaan yang datangnya atas seijin
TUHAN. Ujian tidak datang dari TUHAN, tetapi ujian dan cobaan datang atas
seijin TUHAN, dengan satu tujuan; supaya semakin hari kita semakin dimurnikan,
sampai akhirnya kita tampil sebagai logam mulia.
Inilah
kekayaan rohani yang turun dari Allah, dari sorga, yang memang harus kita beli.
Dibeli, berarti; harus bayar harga, sama artinya; rela untuk dimurnikan lewat
ujian, lewat cobaan silih berganti.
Oleh sebab
itu, kalaupun di dalam pengikutan kita kepada TUHAN harus mengalami ujian-ujian
(cobaan-cobaan) -- yang tanpa sepengetahuan ternyata itu merupakan seijin TUHAN
--, tujuannya adalah supaya kehidupan kita ini semakin murni di dalam hal
mengikuti TUHAN.
Yang Kedua:
“Membeli pakaian putih.”
Tujuan
membeli pakaian putih adalah agar jangan kelihatan ketelanjangan.
Saya
teringat dengan Wahyu 7 …
Wahyu 7:9,14
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat:
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya,
dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan
di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem
di tangan mereka. (7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan
mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah
orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci
jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Himpunan
besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya dari segala bangsa,
suku, kaum dan bahasa, mereka itu berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai jubah putih, serta memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dan ternyata, mereka mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah
Anak Domba.
Berarti,
sengsara salib adalah suatu kesempatan yang baik, kesempatan emas, kesempatan
yang indah untuk mencuci jubah sampai putih bersih berkilau-kilauan; dan itu
juga merupakan pakaian kita sehingga kita layak untuk melayani pekerjaan TUHAN.
Lenan halus, itulah perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus; itulah
yang membuat kita layak untuk melayani pekerjaan TUHAN.
Kalau
seseorang nampak ketelanjangan, nampak aib, nampak banyak kekurangan, banyak
dosa kejahatan yang terlihat, sementara dalam ketelanjangan semacam itu, dia
datang di hadapan takhta Allah dan melayani TUHAN, maka sudah pasti ia tidak
akan menjadi berkat, sebaliknya menjadi sandungan. Selain mempermalukan TUHAN,
juga mempermalukan dirinya dan orang-orang yang di sekitarnya.
Oleh sebab
itu, biarlah kita juga melakukan sesuai dengan nasihat Firman TUHAN kepada
jemaat di Laodikia ini, yaitu untuk membeli perkara yang kedua, itulah pakaian
putih. Berarti, siap bayar harga lewat sengsara salib, supaya kita memiliki
pakaian putih.
Yang Ketiga:
“Membeli minyak untuk melumas mata.”
Tujuan
membeli minyak ialah; untuk melumas mata supaya dapat melihat. Biarlah kiranya
kita juga membeli perkara yang ketiga, itulah minyak, tujuannya untuk melumas
mata, dengan demikian kita dapat melihat, dengan lain kata; berada dalam terang
yang ajaib.
Mata adalah
pelita tubuh. Jika mata kita terang, maka teranglah seluruh anggota tubuh ini.
Itu sebabnya, posisi (kedudukan) mata berada di tempat yang paling tinggi,
lebih tinggi dari semua anggota-anggota tubuh yang lain, supaya dapat menerangi
seluruh anggota tubuh yang lain.
Biarlah kita
boleh mengalami pengurapan, seperti Yesus telah mengalami penumbukan di atas
kayu salib, sehingga menghasilkan pengurapan untuk melumas mata, sehingga
dengan demikian kita boleh berada dalam terang.
Ini juga
merupakan perkara ketiga yang harus dibeli. Dibeli, berarti; rela bayar harga.
Kesimpulannya:
TUHAN berdiri di muka pintu dan mengetok, tujuannya; supaya sidang jemaat di
Laodikia senantiasa berjaga-jaga atau berada dalam suasana penantian mempelai,
dengan dua tanda;
1. Pinggang tetap terikat.
2. Pelita tetap menyala.
Kemudian, masuk
dan mendapatkannya atau berdiam bersama-sama, menunjuk kepada; orang-orang
yang mengasihi TUHAN, yaitu orang-orang yang mendengar dan melakukan Firman
TUHAN.
Wahyu 12:4B
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri
di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan
Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.
Lihat, “naga
itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu”.
Apa motivasi
dari naga merah padam yang besar ini berdiri di hadapan perempuan yang hendak
melahirkan itu? Tidak lain, tidak bukan, adalah untuk menelan Anaknya, segera
sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.
Ada tiga
zaman, di mana Iblis berusaha untuk membinasakan pemimpin yang diutus Allah
untuk membebaskan umat-Nya, Yang Pertama: PADA ZAMAN MUSA.
Pada zaman
Musa, semua anak laki-laki dibunuh oleh Firaun. Firaun à Iblis atau
Setan. Itu sebabnya, pada mahkota Firaun terdapat ular tedung atau ular kobra
(ular sendok).
Musa adalah
pemimpin yang diutus Allah untuk membebaskan umat-Nya, sebab ia mempunyai tanda
kematian dan kebangkitan.
Keluaran
2:2-6,9-10
(2:2) lalu mengandunglah ia dan melahirkan
seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik,
disembunyikannya tiga bulan lamanya. (2:3) Tetapi ia tidak dapat
menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan,
dipakalnya dengan gala-gala dan t'er, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan
ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; (2:4)
kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang
akan terjadi dengan dia. (2:5) Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi
di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu
terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya
hambanya perempuan untuk mengambilnya. (2:6) Ketika dibukanya,
dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas
kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang
Ibrani." (2:9) Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu:
"Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah
kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. (2:10)
Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya
menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku
telah menariknya dari air."
Musa ditarik
dari air dan diangkat oleh puteri Firaun sebagai anaknya.
-
Pada ayat 6 dikatakan: “tampaklah anak itu
menangis”, itu berbicara tentang; pengalaman kematian.
-
Pada ayat 10 dikatakan: “dibawanyalah kepada
puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya.” Musa diangkat menjadi
anak puteri Firaun, itu berbicara tentang; pengalaman kebangkitan Yesus
Kristus.
Jadi, Musa
ini mempunyai tanda kematian dan kebangkitan, sehingga ia layak untuk memimpin
dan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Dan itu juga dituliskan
dalam Mazmur 77:21, “Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan
domba dengan perantaraan Musa dan Harun.”
TUHAN menuntun bangsa Israel melalui Musa dan Harun, sebab Musa
mempunyai tanda kematian dan kebangkitan.
-
Kuasa kematian Yesus; mengubur hidup lama.
-
Kuasa kebangkitan Yesus; hidup dalam hidup yang baru.
Ada tiga
zaman, di mana Iblis berusaha untuk membinasakan pemimpin yang diutus Allah
untuk membebaskan umat-Nya, Yang Kedua: PADA ZAMAN YESUS KRISTUS.
Di zaman
Yesus, semua anak-anak di Betlehem dibunuh oleh Herodes, yaitu anak-anak yang
berumur dua tahun ke bawah -- Hal itu ditulis dalam Injil Matius 2:1. --
Sementara Herodes adalah gambaran dari Iblis atau Setan.
Demikian
juga Yesus mempunyai tanda kematian dan kebangkitan untuk membebaskan umat-Nya.
Ada tiga zaman,
di mana Iblis berusaha untuk membinasakan pemimpin yang diutus Allah untuk
membebaskan umat-Nya, Yang Ketiga: PADA AKHIR ZAMAN.
Di akhir
zaman ini, Iblis sendiri akan hadir untuk membunuh Anak laki-laki. Anak
laki-laki yang ketiga ini dilahirkan oleh gereja (perempuan) yang telah
mengalami pengudusan.
Namun,
dengan lahirnya Anak laki-laki yang ketiga ini, maka genaplah nubuat yang
ditulis oleh nabi dan rasul, antara lain;
Kejadian
3:15-16
(3:15) Aku akan mengadakan permusuhan antara
engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya
akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (3:16)
Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan
Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu;
namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."
Anak yang
dilahirkan oleh perempuan itu nanti akan menghancurkan (meremukkan) kepala ular
dengan tumitnya. Ini merupakan nubuatan dari nabi.
Itu
sebabnya, naga merah padam yang besar itu datang ke hadapan perempuan itu untuk
menelan Anak yang akan dilahirkan perempuan itu, karena Setan tahu bahwa nabi
sudah menubuatkan perkara ini, bahwa Anak yang dilahirkan oleh perempuan itu
akan meremukkan kepala ular dengan tumitnya.
1 Timotius
2:14-15
(2:14) Lagipula bukan Adam yang tergoda,
melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. (2:15)
Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak,
asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan
dengan segala kesederhanaan.
Bukan Adam
yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.
Jadi, maut telah menjalar ke dalam dunia, karena ternyata manusia sudah berbuat
dosa. Walaupun tidak sama seperti apa yang diperbuat oleh Adam, tetapi
kenyataannya maut telah menjalar ke dalam dunia, karena semua manusia telah
jatuh dalam dosa.
Tetapi,
perempuan (gereja TUHAN) akan diselamatkan karena melahirkan anak. Dengan
syarat, asal ia;
-
Bertekun dalam iman.
-
Bertekun dalam kasih.
-
Bertekun dalam pengudusan dengan segala kesederhanaan.
Jelas ini berbicara tentang gereja yang hidup dalam kuasa Roh-El Kudus.
Kita akan
melihat Ibrani 10.
Ibrani
10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah
dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena
hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah
dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada
pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya,
setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling
mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Ketekunan
dikaitkan dengan tiga hal:
1. Iman … ayat 22.
Iman à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai perjamuan suci.
2. Pengharapan … ayat 23.
Pengharapan à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu
disertai kesaksian.
3. Kasih … ayat 24.
Kasih à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Memang,
kehidupan kita ini sudah jatuh dalam dosa -- itulah dosa warisan, seperti yang
dituliskan oleh Rasul Petrus dalam 1 Petrus 1:18-19 --, tetapi gereja
Tuhan akan diselamatkan asal bertekun dalam tiga macam ibadah pokok.
Oleh sebab
itu …
Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa
orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Janganlah
kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, itulah ketekunan
dalam tiga macam ibadah pokok.
Kita
bersyukur kepada TUHAN, karena TUHAN memberi suatu pengertian yang heran dari
Allah, dari sorga, kepada kita. Lewat Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel, kita boleh memperoleh pengertian yang baik, yang benar dan yang
suci, yaitu soal ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Gereja TUHAN tidak
akan pernah memahami soal ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, kalau dia
tidak diterangi dengan Pengajaran Tabernakel.
Tetapi
sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Kita patut bersyukur, karena TUHAN
telah terangi ibadah dan pelayanan kita lewat Pengajaran Tabernakel. Oleh sebab
itu, mari kita saling menasihati, semakin giat melakukannya menjelang hari
TUHAN yang mendekat.
Ibrani
10:26-27
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa,
sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada
lagi korban untuk menghapus dosa itu. (10:27) Tetapi yang
ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang
dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.
Jika sudah
memperoleh pengertian (pengetahuan) tentang kebenaran, yaitu soal ketekunan
dalam tiga macam ibadah pokok, tetapi justru sengaja berbuat dosa dengan
mengabaikan tiga macam ibadah pokok, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus
dosa. Artinya, jika tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok, maka darah Yesus
tidak berlaku atas dia.
Jangan kita
tinggalkan tiga macam ibadah pokok. Setelah kita mendapat pengertian sebagai
kemurahan dari sorga, maka marilah kita kerjakan apa yang TUHAN percayakan ini
dengan baik. Sebab kalau kita sudah memperoleh pengertian yang benar, tetapi
dengan sengaja kita berbuat dosa, dengan meninggalkan tiga macam ibadah pokok,
maka darah Yesus tidak berlaku atas dia, tidak ada pengampunan atas dia.
Dosanya yang besar itu tidak akan diampuni, sebaliknya ia dilemparkan ke dalam
api neraka sampai selama-lamanya.
Kita berdoa,
biarlah kiranya di minggu yang akan datang, TUHAN kembali membukakan firman-Nya
bagi kita, supaya semakin hari kita semakin dikuduskan oleh TUHAN. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U.
Sitohang
No comments:
Post a Comment