IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 JUNI 2020
KITAB KOLOSE
(Seri: 99)
Subtema: MENJADI KORBAN DI ATAS MEZBAH
Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia
kiranya memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing.
Saya tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak
TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohon kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN
membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.
Segera saja kita memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose pasal 3 terdiri dari dua perikop:
-
Kolose
3:5-17 sebagai perikop yang pertama.
-
Kolose
3:18-25 merupakan perikop (tema atau judul) yang
kedua.
Oleh kemurahan hati TUHAN, kita sudah
melewati perikop yang pertama, yaitu ayat 5-17, dan kita sudah
mengakhirinya pada minggu yang lalu. Dan sekarang kita akan memasuki perikop
(tema atau judul) yang baru, itulah “Hubungan antara anggota-anggota rumah
tangga.” Biarlah oleh karena kemurahan hati-Nya, TUHAN kembali memberkati
kita semua sebagaimana TUHAN telah memberkati kita pada pasal dan ayat-ayat
sebelumnya.
Kita akan memasuki perikop yang kedua,
dimulai dari Kolose 3:18-25 s.d Kolose 4:1-18.
Dalam susunan Tabernakel terkena pada
Mezbah Korban Bakaran. Arti rohani dari Mezbah Korban Bakaran adalah salib, di
mana Kristus menjadi korban. Atau, gambaran dari Mezbah Korban Bakaran adalah
salib, di mana Kristus menjadi korban. Berarti, ibadah yang TUHAN percayakan
dan yang kita kerjakan di atas muka bumi ini tidak terlepas dari korban,
sebagaimana dituliskan di dalam surat tahbisan, itulah 2 Timotius 3:12,
“Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan
menderita aniaya.” Setiap orang yang mau beribadah, dia banyak menanggung
penderitaan, dan hal ini tidak bisa dipungkiri. Oleh sebab itu, kita tidak bisa
lari dari kenyataan yang ada, dan itu juga merupakan tangga atau penghubung
antara bumi dengan sorga.
Terkait dengan “korban”, kita akan
memeriksanya dalam Mazmur 51:19.
Mazmur 51:19
(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur;
hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Korban sembelihan kepada TUHAN ialah jiwa
yang hancur, hati yang patah dan remuk. Ini merupakan ibadah dalam
perjanjian yang kedua, yang telah ditegakkan oleh Yesus, Anak Allah.
Jadi, kita tidak perlu membawa dan
mempersembahkan korban binatang, yaitu lembu sapi, kambing domba, dan lain
sebagainya kepada TUHAN. Tetapi yang pasti, korban sembelihan kepada TUHAN
ialah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk; korban yang demikian
dipandang mulia oleh TUHAN, tidak dipandang hina. Inilah korban yang terkait
dengan ibadah.
Berarti, masing-masing kita harus
meletakkan dirinya sendiri di atas mezbah, oleh pelayanan, di tengah-tengah
ibadah bagi Kristus. Seperti pesan dari pada Rasul Paulus kepada sidang jemaat
di Roma, secara khusus Roma 12:1, “Karena itu, saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.” Rasul Paulus berpesan supaya sidang jemaat
ini betul-betul mempersembahkan tubuhnya kepada TUHAN, tidak kepada yang
lain-lain, sebab tubuh ini sangat berguna bagi TUHAN.
Di atas tadi sudah disampaikan, bahwa;
terkait dengan ibadah, berarti harus mempersembahkan korban.
Pertanyaannya: SIAPA SAJA YANG HARUS
MEMPERSEMBAHKAN KORBAN DI ATAS MEZBAH?
Kolose 3:18-25
(3:18) Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan. (3:19) Hai suami-suami, kasihilah
isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. (3:20) Hai anak-anak,
taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
(3:21) Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan
tawar hatinya. (3:22) Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di
dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk
menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. (3:23)
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia. (3:24) Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah
kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah
tuan dan kamu hamba-Nya. (3:25) Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan
menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.
Kolose 4:1
(4:1) Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu;
ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga.
Diawali dengan “Hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu”, mengapa? Supaya keluarga itu belajar dari
keluarga yang pertama sekali di taman Eden nikah yang pernah diperdaya oleh
iblis/setan. Oleh sebab itu, isteri harus tunduk kepada suami, sebab itulah
yang seharusnya di dalam TUHAN.
“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Tetapi suami-suami juga harus
mengasihi isteri, berarti tidak berlaku kasar.
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu
dalam segala hal …” Anak-anak haruslah taat kepada orang tua dalam segala
perkara, tanpa terkecuali, supaya hidup anak-anak indah.
“Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati
anakmu …” Bapa-bapa jangan menyakiti hati anak, supaya anak jangan tawar
hati.
“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang
di dunia ini dalam segala hal …” Juga hamba-hamba, biarlah mereka taat
kepada tuannya yang di dunia ini. Berarti, selama di dunia ini, seorang hamba
haruslah taat kepada tuannya.
“Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan
jujur terhadap hambamu …” Biarlah tuan-tuan berlaku adil dan jujur, karena
di atas tuan masih ada Tuan yang lebih tinggi di sorga.
Jadi, masing-masing meletakkan dirinya
sendiri di atas mezbah, antara lain:
1.
Para
isteri dengan ketundukannya kepada suami.
2.
Para
suami mengasihi isterinya.
3.
Anak-anak hormat kepada orang tuanya dalam segala perkara.
4.
Bapa-bapa tidak menyakiti anaknya.
5.
Hamba-hamba atau pelayan-pelayan taat kepada tuannya.
6.
Tuan-tuan berlaku adil dan jujur kepada hamba-hambanya.
Inilah bagian dari suasana Kerajaan Sorga,
berarti bagian dari keluarga Allah.
Matius 5:23-24
(5:23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah
dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
(5:24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah
berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan
persembahanmu itu.
“ … Jika engkau mempersembahkan
persembahanmu di atas mezbah …” Setiap orang yang melayani di tengah-tengah
ibadah, perhatikanlah pernyataan TUHAN malam hari ini: Mempersembahkan
persembahannya di atas mezbah bagi TUHAN, berarti sudah berada dalam suasana
perdamaian dengan sesamanya, yakni keluarga Allah.
Oleh sebab itu, biarlah kita menjaga hati
sebelum memulai ibadah, atau berusahalah untuk menjaga hati jauh-jauh sebelum
melaksanakan ibadah. Jangan sampai kita mencari soal-soal yang tidak penting
untuk memuaskan nafsunya, tetapi akhirnya ibadah kita tidak menjadi suatu
persembahan yang berkenan di atas mezbah bagi TUHAN. Sekali lagi saya
tandaskan: Jaga hati, korbankan diri di atas mezbah bagi TUHAN.
Itulah keadaan kita saat mempersembahkan
persembahan di atas mezbah bagi TUHAN; benar-benar di dalam perdamaian dengan
sesamanya. Ayo, mulai dari sekarang, belajar untuk mengorbankan dirinya,
mengorbankan hati, pikiran dan perasaan, supaya ibadah dan pelayanan ini
berkenan kepada TUHAN.
2 Korintus 5:18
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan
pendamaian itu kepada kami.
Kristus menjadi pengantara antara Allah
dengan manusia. Di atas kayu salib, Ia telah memperdamaikan dosa manusia,
supaya kehidupan kita ini berkenan kepada Allah.
2 Korintus 5:19-21
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan
tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan
Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama
Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (5:21)
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya
dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
“Menjadi pendamaian”, berarti menjadi
korban untuk selanjutnya dipersembahkan di atas mezbah bagi TUHAN.
Efesus 2:19-20
(2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan
kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (2:20)
yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan
Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Keluarga Allah -- itulah isteri-isteri,
suami-suami, anak-anak, bapa-bapa, hamba-hamba, tuan-tuan -- dibangun di atas
dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
1 Korintus 3:10-11
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku
sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan
orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus
memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat
meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus
Kristus.
Rumah TUHAN, rumah rohani, keluarga Allah
dibangun di atas pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan. Singkatnya, Rumah
TUHAN, rumah rohani, keluarga Allah dibangun di atas dasar korban Kristus,
tanpa terkecuali.
1 Petrus 2:4-5
(2:4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang
dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5)
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan
suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan
rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
Perikop ayat ini adalah “Yesus Kristus Batu
Penjuru.” Dialah dasar dari tiap-tiap bangunan.
Biarlah kiranya kita semua datang kepada
batu hidup -- itulah batu penjuru atau korban Kristus --, supaya kita juga
dipergunakan sebagai batu hidup di dalam rangka;
1.
Untuk
pembangunan suatu rumah rohani.
2.
Untuk
mempersembahkan persembahan rohani.
Kita akan memperhatikan dua hal di atas.
YANG PERTAMA: “Untuk pembangunan
suatu rumah rohani.”
Rumah rohani = rumah TUHAN = rumah doa.
Matius 21:12-13
(21:12) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual
beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang
dan bangku-bangku pedagang merpati (21:13) dan berkata kepada mereka:
"Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu
menjadikannya sarang penyamun."
Rumah TUHAN -- rumah rohani atau yang
disebut juga rumah doa --, berarti di dalamnya terdapat:
1.
“Kasih
Allah.” Kalau kita betul-betul penuh dengan kasih
Allah, hal itu akan nyata di mana kita senantiasa meninggikan korban Kristus,
senantiasa hidup di dalam kasih Allah yang besar dan heran.
2.
Hati yang
penuh akan “Firman Allah.” Kalau hati kita ini merupakan tempatnya
Firman Allah, maka kita jauh dari cinta akan uang.
3.
Hidup yang
penuh dengan “Roh Kudus.” Kalau hidup penuh dengan Roh Kudus, maka di
situ tidak terdapat bangku-bangku penjual merpati.
Lebih jauh kita melihat RUMAH TUHAN, RUMAH
ROHANI, RUMAH DOA dalam Injil Yohanes 2.
Yohanes 2:13-17
(2:13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat
ke Yerusalem. (2:14) Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang
lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (2:15)
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan
semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke
tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. (2:16) Kepada
pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini,
jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (2:17)
Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk
rumah-Mu menghanguskan Aku."
Rumah TUHAN atau rumah rohani adalah rumah
doa, yang senantiasa penuh dengan 3 perkara, yaitu:
1.
Penuh
dengan kasih Allah. Berarti, menjunjung tinggi korban Kristus.
2.
Penuh
dengan Firman Allah. Berarti, meja hati ini menjadi tempatnya Firman Allah,
bagaikan Meja Roti Sajian (meja roti pertunjukkan).
3.
Penuh
dengan Roh Allah. Berarti, tidak ada bangku-bangku pedagang merpati, tidak
dikuasai oleh roh jual beli.
Ketika Yesus mengadakan penyucian terhadap
Bait Allah, maka teringatlah murid-murid-Nya bahwa ada tertulis: “Cinta
untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Singkatnya, rumah rohani, rumah TUHAN
adalah rumah doa. Tandanya; kita senantiasa mempersembahkan korban bakaran
kepada TUHAN.
Korban bakaran, berarti mempersembahkan
potongan-potongan daging -- dari kepala sampai ekor -- di atas Mezbah Korban
Bakaran sampai pagi. “Sampai pagi”, artinya sampai hangus; daging tidak
bersuara lagi. Itulah rumah rohani, rumah TUHAN, rumah doa, yaitu sampai daging
ini hangus, tidak terdengar lagi tabiat-tabiat daging.
Jadi, apa pun yang kita persembahkan kepada
TUHAN, biarlah itu semua guna hormat dan kemuliaan bagi TUHAN. Jangan pernah
kita mengingat-ingat apa pun yang kita persembahkan.
Kalau seseorang masih “ingat-ingat”
kebaikannya, berarti dia bukan rumah TUHAN, dia bukan rumah rohani, dia bukan
rumah doa. Rumah doa itu tidak untuk mengingat-ingat apa saja yang sudah kita
perbuat di hadapan TUHAN; tidak ada istilah hitung-hitungan di situ. Itulah
rumah doa.
Saya rindu supaya kehidupan kita ini
menjadi rumah TUHAN, menjadi rumah rohani, menjadi rumah doa bagi segala suku,
kaum, bahasa dan bangsa lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.
Jangan kita hitung-hitungan di dalam hal pekerjaan yang mulia ini. Kita harus
menyadari bahwa semuanya adalah dari TUHAN, oleh TUHAN, dan kembali lagi untuk
hormat dan kemuliaan bagi nama TUHAN.
Itulah mengenai “Rumah rohani, rumah
TUHAN.”
Sekarang, kita akan memperhatikan …
YANG KEDUA: “Untuk mempersembahkan
persembahan rohani.”
Tentang “persembahan rohani” bisa kita
temukan sebagaimana tadi pesan Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Roma.
Roma 12:1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu
yang sejati.
Persembahan rohani, berarti masing-masing
kita mempersembahkan tubuh sebagai;
1.
“Persembahan
yang hidup”, berarti tidak hidup menurut hawa nafsu
dan keinginan daging.
2.
“Persembahan
yang kudus”, berarti hidup di dalam kekudusan,
senantiasa mengalami penyucian oleh air dan Firman Allah.
3.
“Persembahan
yang berkenan”, berarti senantiasa menyenangkan
hati TUHAN; tanpa cacat dan tanpa cela di hadapan TUHAN.
Tiga hal di atas merupakan persembahan
rohani, di mana hal itu terkait dengan ibadah yang sejati, sebab Yesus, sebagai
Imam Besar, Ia melayani di dalam kemah yang sejati.
Kita kembali memperhatikan 1 Petrus 2.
1 Petrus 2:4-5
(2:4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang
dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5)
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan
suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
“ … Yang memang dibuang oleh manusia …”,
jelas itu merupakan batu hidup, itulah korban Kristus, pribadi Yesus Kristus
yang disalibkan. Tetapi biarlah kiranya kita datang kepada batu hidup, supaya
kita juga dipergunakan sebagai batu hidup di dalam rangka mempersembahkan
persembahan rohani.
Kemudian, di sini dikatakan: “ … Mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.”
Artinya, kalau kita mempersembahkan persembahan rohani, itu karena Yesus
Kristus berkenan kepada Allah.
1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan
di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang
mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”
Kalau kita betul-betul meletakkan diri kita
masing-masing oleh pelayanan kita di atas mezbah bagi TUHAN, maka kehidupan
kita ini tidak akan dipermalukan oleh TUHAN, dengan lain kata; TUHAN tidak akan
pernah membiarkan kita dipermalukan, supaya di atas segalanya nama TUHAN
dipermuliakan, bukan dipermalukan.
Biarlah kiranya kita meletakkan diri kita
masing-masing di atas mezbah, maka TUHAN tidak akan ijinkan kehidupan kita ini
untuk dipermalukan, tetapi sebaliknya, nama TUHAN dipermuliakan.
Saya, sebagai gembala sidang, beserta
sidang jemaat, kita semua adalah keluarga Allah. Siapa pun di antara kita di
tengah-tengah penggembalaan GPT “BETANIA” adalah keluarga Allah.
Jadi, jika ada satu orang yang melakukan sesuatu yang tidak berkenan, itu sama
dengan mempermalukan TUHAN, mempermalukan keluarga GPT “BETANIA”,
mempermalukan keluarga Allah. Oleh sebab itu, biarlah kiranya semakin hari kita
semakin bijaksana, semakin dewasa oleh pengertian yang kita peroleh dari Firman
Allah.
Tadi kita sudah melihat siapa saja yang
meletakkan dirinya di atas mezbah, itulah isteri-isteri, suami-suami,
anak-anak, bapa-bapa, hamba-hamba, dan tuan-tuan. Kita bersyukur kepada TUHAN,
sebab kita memperoleh hikmat dan pengertian, roh hikmat dan wahyu, yang kita
terima dari TUHAN, dan semuanya itu ada di dalam Alkitab.
Sekarang, pertanyaannya: BAGAIMANA CARANYA
UNTUK MELETAKKAN DIRI DI ATAS MEZBAH SUPAYA MENJADI RUMAH TUHAN (RUMAH ROHANI)?
Sejenak kita kembali membaca Efesus
2:19-20.
Efesus 2:19-20
(2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan
kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
(2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi,
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
“… Yang dibangun di atas dasar para
rasul dan para nabi …”
-
Nabi,
berarti mewakili Perjanjian Lama (zaman Taurat).
-
Rasul,
berarti mewakili Perjanjian Baru.
Alkitab terdiri dari Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, yang seluruhnya berjumlah 66 (enam puluh enam) kitab; diawali
dengan kitab Kejadian dan diakhiri dengan kitab Wahyu.
Tugas dari “nabi” adalah bernubuat.
Berarti, untuk menyatakan segala sesuatu yang belum terjadi atau segala sesuatu
yang akan terjadi di depan, sama dengan; menyingkapkan segala rahasia yang
terkandung di dalam hati = dosa dibongkar dengan tuntas, supaya kita memiliki
masa depan -- itulah segala sesuatu yang akan terjadi --. Kalau dosa belum
dibongkar, rahasia yang terkandung di dalam hati belum disucikan, maka ia tidak
akan mempunyai masa depan.
Tugas dari “rasul” ialah untuk membuka
(menyingkapkan) tabir. Berarti, menyingkapkan rahasia Kerajaan Sorga, maka
dengan demikian;
-
Kita dapat
melihat kemuliaan Allah.
-
Kita dapat
melihat keindahan dari suasana Kerajaan Sorga.
Sebagai bukti, antara lain;
1.
Kepada
orang lain, TUHAN berbicara dalam bentuk perumpamaan -- dalam bentuk yang
lahiriah saja --, tetapi kepada murid-murid -- yang disebut juga dengan
rasul-rasul --, TUHAN berbicara tentang rahasia Kerajaan Sorga … Matius
13:10-11.
2.
Rasul
Paulus adalah rasul yang terakhir; ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga, yang disebut juga Ruangan Maha Suci, di situlah TUHAN memperlihatkan
segala sesuatunya kepada dia … 2 Korintus 12:2.
3.
Demikian
juga kepada Rasul Yohanes -- sebagai rasul yang paling muda --; pada saat di
Pulau Patmos, TUHAN memperlihatkan segala sesuatunya kepada dia. TUHAN
memberikan wahyu kepada Rasul Yohanes, sebagai rahasia Kerajaan Sorga, juga
segala keindahan-keindahan yang ada di dalamnya.
Inilah cara TUHAN untuk membawa kehidupan
keluarga Allah untuk selanjutnya masing-masing keluarga Allah meletakkan
dirinya sendiri di atas mezbah bagi TUHAN.
Ibrani 3:1-2
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian
dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar
yang kita akui, yaitu Yesus, (3:2) yang setia kepada Dia yang
telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap
rumah-Nya.
Pandanglah kepada rasul dan Imam Besar
Agung yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah
menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.
Tadi kita sudah melihat, tugas rasul adalah
untuk menyingkapkan tabir, menyingkapkan rahasia Kerajaan Sorga, supaya dengan
demikian kita boleh melihat segala sesuatu yang ada di dalam Kerajaan Sorga,
melihat kemuliaan yang dari Allah, juga dapat melihat segala sesuatu yang
indah-indah dari sorga. Oleh sebab itu, di sini dikatakan: “Pandanglah
kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus”. Yesus Kristus,
Dialah yang menyingkapkan tabir, menyingkapkan segala rahasia Kerajaan Sorga,
sehingga dengan demikian kita dapat melihat kemuliaan Allah dan segala
keindahan-keindahan yang ada di dalam Kerajaan Sorga.
Oleh sebab itu, biarlah kita memandang Dia
dan belajar kepada Dia, supaya kita juga setia dalam segenap rumah TUHAN. Kita
setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam
segenap rumah TUHAN. Pandanglah kepada rasul dan Imam Besar Agung, yaitu Yesus
Kristus, yang setia kepada Dia, yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun
setia dalam segenap rumah TUHAN, supaya kelak kita melihat kemuliaan dari Allah
dan melihat keindahan-keindahan yang terdapat di dalam Kerajaan Sorga. Biarlah
kita juga belajar untuk setia di dalam segenap rumah TUHAN.
1 Timotius 3:14-15
(3:14) Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat
mengunjungi engkau. (3:15) Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu
bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari
Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
Yang dimaksud dengan “keluarga Allah” ialah
jemaat dari Allah yang hidup, itulah mereka yang menjadi;
1.
Tiang
penopang.
2.
Dasar kebenaran.
Itulah keluarga Allah yang setia dalam
segenap rumah TUHAN, itulah mereka yang sudah rela dipancangkan dalam rumah
TUHAN; menjadi tiang penopang dan menjadi dasar kebenaran, sama dengan; menjadi
ujung tombak dalam segala pekerjaan yang TUHAN percayakan. Janganlah kita
mengekor, tetapi biarlah kita menjadi ujung tombak.
Amsal 3:19
(3:19) Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian
ditetapkan-Nya langit,
“Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan
dasar bumi …”, itulah dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi.
“ … Dengan pengertian ditetapkan-Nya
langit.” Di tengah cakrawala, di tengah langit, di tengah takhta Kerajaan
Sorga, kita memperoleh pengertian yang besar dari Allah, sesuai dengan apa yang
tertulis dalam Alkitab, yang telah kita pelajari dari para rasul dan para nabi.
Kita sudah memperoleh pengertian yang besar dari para nabi dan para rasul di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan, yang merupakan takhta
Allah -- sama dengan Kerajaan Sorga, langit, cakrawala --. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment