IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 04 JUNI
2020
KITAB RUT
(Seri: 95)
Subtema: TEKUN MENANGGUNG BANTAHAN, ABAIKAN KEHINAAN
Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap
kehidupan kita.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba
TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming
video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya kiranya
TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga kita boleh
mendapatkan pertolongan dari TUHAN, sebagai uluran dua tangan kasih TUHAN di
hari-hari terakhir ini, apalagi dengan keadaan sekarang ini, di mana wabah
Corona melanda seantero dunia ini. Tetapi kita bersyukur, oleh darah salib
Kristus, oleh dua tangan TUHAN yang kuat, kita boleh berada di tengah
perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman
Alkitab disertai perjamuan suci dari KITAB RUT. Malam hari ini, kita akan
memperhatikan secara khusus Rut 2:21, namun hal itu terkait dengan ayat
20.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah
kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada
orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya:
"Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus
kita."
Lagi kata Naomi kepada Rut, menantunya itu: “Orang itu kaum
kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.”
Di sini Naomi menjelaskan kepada Rut, menantunya itu, bahwa Boas
adalah kaum kerabat mereka, dialah salah seorang yang wajib menebus
mereka (Naomi dan Rut), sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di
Israel, yang dituliskan dengan jelas di dalam Imamat 25:24-25.
Nubuatan ini -- yang tertulis di dalam Imamat 25:24-25 --
telah digenapi oleh pribadi Yesus Kristus, Anak Allah, dua ribu tahun yang
lalu, sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 20:28, “Anak Manusia
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang -- yang terjual kepada maut --”
Selanjutnya, kita akan membaca ayat 21.
Rut 2:21
(2:21) Lalu kata Rut, perempuan Moab itu: "Lagipula ia berkata
kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sampai mereka menyelesaikan
seluruh penyabitan ladangku."
Setelah mendengarkan penjelasan dari Naomi, mertuanya itu, sontak
saja Rut teringat kembali kepada perkataan Boas.
Boas rohani, itulah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus, yang perkataan-Nya
selalu diingat oleh murid-murid-Nya.
Contoh peristiwa perkataan Yesus Kristus diingat oleh
murid-murid-Nya.
a.
Satu
kali pada Injil Matius.
b.
Dua
kali pada Injil Lukas.
c.
Tiga
kali pada Injil Yohanes.
Sekarang kita akan melihat keterangan: SATU KALI PADA INJIL MATIUS.
Matius 26:69-74
(26:69) Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah
seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu
bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." (26:70) Tetapi ia
menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang
engkau maksud." (26:71) Ketika ia pergi ke pintu gerbang,
seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ:
"Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." (26:72)
Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."
(26:73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada
Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu
nyata dari bahasamu." (26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk
dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada
saat itu berkokoklah ayam.
Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.
Penyangkalan YANG PERTAMA, pada ayat 70, di mana Petrus
berkata: “Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.”
Arti dari penyangkalan yang pertama ini ialah sudah tahu, tetapi
pura-pura tidak tahu. Tidak sedikit orang Kristen memiliki sikap atau tabiat
semacam ini; tahu yang baik, tetapi pura-pura tidak tahu untuk melakukan hal
yang baik itu. Penyebabnya ialah:
1.
Buta
rohani.
2.
Malas.
3.
Egois.
Demikian halnya dengan hamba TUHAN atau pelayan-pelayan TUHAN;
kadang-kadang ia bersikap pura-pura tidak tahu akan apa yang harus ia kerjakan
di hadapan TUHAN. Kalau hal itu terjadi menimpa gereja TUHAN (orang Kristen),
dan kalau hal itu juga menimpa hamba TUHAN, maka sama dengan; penyangkalan yang
pertama terhadap salib Kristus.
Penyangkalan YANG KEDUA, pada ayat 72, di mana Petrus
berkata: “Aku tidak kenal orang itu.”
Artinya, Petrus menolak dan mengingkari pribadi Yesus Kristus. Hal
ini menunjukkan bahwa Petrus telah berdusta.
Sesuai Injil Yohanes 8:44, dikatakan bahwa: Iblis adalah
pendusta dan bapa segala dusta. Berarti, kalau seseorang suka berdusta,
maka ia berasal dari si jahat, bahkan ia adalah anak Setan. Oleh sebab itu,
jangan biasakan untuk berkata dusta, sebab yang menjadi bapa pendusta adalah
Setan.
Tetapi perlu untuk diketahui: Dusta itu identik atau bersahabat
atau bersaudara dengan mencuri (pencurian).
Penyangkalan YANG KETIGA, pada ayat 74, di mana Petrus
kembali berkata: “Aku tidak kenal orang itu”, namun diawali dengan
“mengutuk” dan “bersumpah”.
Tentang: “Mengutuk.”
Mengutuk, berarti kehidupannya terkutuk seperti ular.
Kejadian 3:14
(3:14) Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau
berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara
segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah
akan kaumakan seumur hidupmu.
Terkutuk, berarti:
1.
Menjalar
dengan perut, sama dengan; menjalankan kehidupan
atau menjalankan ibadah pelayanannya karena perut, sama seperti nabi-nabi palsu
di dalam Filipi 3:19, “ … Tuhan mereka ialah perut mereka …”
Jadi, mereka melayani karena perut, karena kepentingan diri, melayani karena
uang, bukan karena (untuk) melayani TUHAN.
2.
Makan
debu tanah seumur hidup. Debu tanah, menunjuk; tabiat dosa,
seperti nabi-nabi palsu dalam Filipi 3:19, “ … kemuliaan mereka ialah
aib -- atau dosa dan kejahatan -- mereka …”.
Dua hal di atas berlaku bagi hamba-hamba TUHAN yang terkutuk,
tetapi, lihatlah gereja TUHAN yang terkutuk di dalam Kejadian 3:17-18.
Kejadian 3:17-18
(3:17) Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau
mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah
Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah
karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah
seumur hidupmu: (3:18) semak duri dan rumput duri yang akan
dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
Tanah yang terkutuk, menunjukkan bahwa; Adam dan Hawa, isterinya
itu, tidak taat terhadap firman.
Yang dihasilkan oleh “tanah yang terkutuk”? Semak duri dan rumput
duri, yang sifatnya menusuk dengan tajam untuk menyakiti sesamanya. Pendeknya;
kalau tanah terkutuk, maka susah payah mencari rezeki di tanah seumur hidup.
Kalau yang dihasilkan oleh tanah adalah semak duri, berarti susah payah mencari
rezeki. Umpamanya, kalau seseorang suka menyakiti sesamanya, pasti susah payah
mencari rezeki seumur hidupnya. Itulah bagian dari gereja TUHAN.
Tadi kita sudah melihat;
-
Ular
yang terkutuk, itu adalah bagian dari hamba TUHAN.
-
Tanah
yang terkutuk, itu adalah bagian dari gereja TUHAN.
Biarlah kiranya pemberitaan Firman TUHAN malam hari ini dapat kita
ikuti dengan baik; baik pemirsa di rumah masing-masing, di mana pun anda
berada.
Selain mengutuk, Simon Petrus juga bersumpah.
Tentang: “Bersumpah.”
Yakobus 5:12
(5:12) Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah
demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya,
hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak,
supaya kamu jangan kena hukuman.
Jangan bersumpah demi apa pun juga, supaya seseorang tidak kena
hukuman. Pendeknya: Bersumpah = kena hukuman. Seharusnya, yang benar adalah
“ya” di atas “ya”, “tidak” di atas “tidak”, tidak perlu bersumpah.
Lebih jauh kita melihat tentang “bersumpah” ini dalam Injil
Matius 5.
Matius 5:34-36
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah,
baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, (5:35)
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem,
karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; (5:36) janganlah juga engkau
bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau
menghitamkan sehelai rambut pun.
Jangan bersumpah demi apa pun juga;
-
Baik
demi langit, karena langit adalah takhta Allah.
-
Baik
demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya.
-
Baik
demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar.
- Baik
demi kepala masing-masing, karena seorang pun tidak berkuasa untuk memutihkan
atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Matius 5:36
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari
si jahat.
Tetapi yang benar adalah “ya” di atas “ya”, “tidak” di atas
“tidak”. Lebih dari pada itu, berasal dari si jahat, sama dengan; kena hukuman.
Jadi, jelas bahwa; orang yang bersumpah, ia berasal dari si jahat,
sama dengan kena hukuman. Oleh sebab itu, biarlah kita belajar untuk menjadi
pribadi (kehidupan) yang tegas, tidak perlu takut dengan hukuman. Tetapi karena
Petrus ini takut dengan pencobaan, maka dia menyangkali Yesus dan berkata: “Aku
tidak kenal orang itu”, yang diawali dengan “mengutuk” dan “bersumpah”,
itulah penyangkalan yang ketiga.
Setelah kita melihat penyangkalan Petrus sebanyak tiga kali,
selanjutnya kita kembali membaca Injil Matius 26.
Matius 26:74-75
(26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal
orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. (26:75) Maka teringatlah
Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam
berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar
dan menangis dengan sedihnya.
Setelah Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, pada
saat itu berkokoklah ayam. Maka, sontak saja Simon Petrus teringat akan apa
yang dikatakan Yesus kepadanya, yakni: “Sebelum ayam berkokok, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali.”
Mari kita lihat peristiwa itu pada ayat 30-35.
Matius 26:30
(26:30) Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan
murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
“Sesudah menyanyikan nyanyian pujian … ” Ini adalah
peristiwa ketika percakapan pada perjamuan malam antara Yesus dengan
murid-murid-Nya. Sesudah perjamuan malam itu, mereka pergi ke bukit Zaitun.
Selanjutnya, mari kita perhatikan apa yang terjadi pada ayat 31-35.
Matius 26:31-35
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua
akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh
gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (26:32) Akan tetapi
sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." (26:33)
Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena
Engkau, aku sekali-kali tidak." (26:34) Yesus berkata kepadanya:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok,
engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (26:35) Kata Petrus
kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan
menyangkal Engkau." Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.
Yesus berkata kepada Simon Petrus: “ … sesungguhnya malam ini,
sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu kata
Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan
menyangkal Engkau.”
Pendeknya; Petrus rela mati bersama dengan Yesus, apa pun yang
terjadi. Tetapi, kenyataan yang terjadi -- yang sudah kita lihat di atas tadi
-- ialah; ketika ia menghadapi pencobaan, Petrus menyangkali Yesus sebanyak
tiga kali.
Pertanyaannya: Mengapa Simon Petrus menyangkali Yesus sebanyak tiga
kali?
Mari kita lihat jawabannya pada ayat 30-33.
Matius 26:30-33
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua
akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh
gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (26:32) Akan tetapi
sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." (26:33)
Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena
Engkau, aku sekali-kali tidak."
Mengapa Simon Petrus menyangkali Yesus sebanyak tiga kali?
Jawabnya; Simon Petrus merasa diri bisa, mampu dan kuat. Hal ini juga bisa kita
temukan pada Injil yang lain, baik dalam Injil Markus, teramat lebih pada Injil
Lukas, di mana Simon Petrus betul-betul merasa diri bisa, mampu dan kuat.
Hati-hati, jangan kita merasa diri bisa, mampu dan kuat. Walaupun
kita memiliki sesuatu perkara, tetapi jangan sekali-kali mengandalkan
perkara-perkara di bumi, sebab itu sangat berbahaya sekali dan mengandung
resiko yang tinggi.
Mari kita lihat orang yang merasa diri bisa, mampu dan kuat.
Yeremia 17:5-6
(17:5) Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan
manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya
menjauh dari pada TUHAN! (17:6)
Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami
datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di
negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
Terkutuklah orang;
-
Yang
mengandalkan manusia.
-
Yang
mengandalkan kekuatannya sendiri.
-
Yang
hatinya menjauh dari pada TUHAN.
Inilah orang-orang yang terkutuk, di mana keadaannya digambarkan
seperti 3 (tiga) hal;
a.
Seperti
semak bulus di padang belantara, dengan lain
kata; berada di pengasingan dengan tidak memiliki apa-apa.
b.
Ia
tidak akan mengalami datangnya keadaan baik.
c.
tinggal
di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
Singkatnya: Orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya
sendiri, kering-kering rohani = tidak menghasilkan buah. Itulah gambaran dari ayat
6.
Memang, kalau hati seseorang menjauh dari pada TUHAN, ia pasti
kering-kering rohani, dengan kata lain; tidak akan berbuah. Siapa pun dia,
bahkan sekalipun dia memiliki harta, kekayaan, memiliki pendidikan (ijazah)
yang tinggi, tetapi kalau ia menjauhkan diri dari TUHAN, maka ia pasti
kering-kering rohani, tidak menghasilkan buah.
Ditekankan lagi di dalam Injil Yohanes 15.
Yohanes 15:4-6
(15:4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti
ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada
pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di
dalam Aku. (15:5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (15:6)
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan
menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu
dibakar.
Di luar TUHAN, kita tidak berbuah, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Sama seperti ranting; ia tidak akan berbuah, jikalau ia tidak melekat pada
pokoknya, justru sebaliknya ia menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan
dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Sekali lagi saya tandaskan: Di luar TUHAN, kita tidak dapat berbuat
apa-apa, kering-kering rohani, tidak menghasilkan buah-buah rohani, tidak ada
perbuatan yang baik. Jika seseorang jauh dari persekutuan dengan TUHAN, maka ia
pasti kering-kering rohani dan tidak berbuah. Maka kayu kering itu akan
dikumpulkan orang, lalu dicampakkan ke dalam api, lalu dibakar sampai
selama-lamanya di dalam api neraka; itulah kehidupan yang kering-kering rohani.
Kalau di hari-hari terakhir ini orang Kristen masih juga nekat
menjauhkan diri dari persekutuan dengan TUHAN, jauh dari TUHAN, tidak ada
persekutuan dengan TUHAN karena mengandalkan manusia, mengandalkan kekuatannya,
sampai akhirnya kering-kering rohani dan tidak berbuah, menunjukkan bahwa ia
sedang “bunuh diri”.
Mungkin saat ini saudara bisa mengandalkan uang, mengandalkan
harta, tetapi Firman TUHAN tidak akan pernah meleset, sebab suatu kali nanti
akan sama seperti kayu kering yang dikumpulkan untuk dicampakkan ke dalam api,
lalu dibakar sampai selama-lamanya. Demikianlah ujung (akhir) dari kehidupan
Kristen yang kering-kering rohani, tidak berbuah.
Jadi, kalau kita diijinkan oleh TUHAN untuk memasuki setiap
ruang-ruang hati TUHAN untuk melaksanakan ibadah pelayanan, lalu dikaruniakan
jabatan-jabatan untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, itu adalah
suatu kemurahan dari TUHAN. TUHAN tentukan dan TUHAN tuntut buah-buah rohani
dari setiap perbuatan-perbuatan yang baik. Oleh sebab itu, jangan
bersungut-sungut kalau kita bekerja di ladang TUHAN, apalagi di ladang anggur,
supaya kita berbuah di hadapan TUHAN.
Sekali lagi saya sampaikan: Kehidupan yang kering-kering rohani,
yakni tidak berbuah, maka akan berakhir binasa di dalam api neraka sampai
selama-lamanya.
Tadi kita melihat, bahwa Simon Petrus merasa diri bisa, mampu dan
kuat, berarti mengandalkan kekuatan, mengandalkan manusia, akhirnya jauh dari
TUHAN, tidak ada persekutuan. Sama seperti ranting yang tidak melekat pada
pokok anggur, akhirnya menjadi kering, tidak berbuah, maka dikumpulkan orang,
lalu dicampakkan ke dalam api, dan dibakar sampai selama-lamanya. Itulah
kehidupan yang kering-kering rohani, tidak berbuah.
Ciri-ciri merasa diri mampu dan
mengandalkan kekuatannya.
Matius 26:31-33
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua
akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh
gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (26:32) Akan tetapi
sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." (26:33)
Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena
Engkau, aku sekali-kali tidak."
"Biarpun mereka semua
tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." Perkataan Simon Petrus ini menunjukkan bahwa ia mengabaikan nasihat
dan didikan Firman TUHAN.
Inilah ciri-ciri merasa diri mampu dan mengandalkan kekuatannya,
yaitu mengabaikan nasihat dan didikan Firman TUHAN. Kalau saja Simon Petrus
merasa bodoh dan lemah karena salib, maka pasti dia tidak akan mengabaikan nasihat
firman. Sebaliknya, bila seseorang merasa diri mampu, merasa diri kuat, dia
mengandalkan kemampuannya, hartanya, kekayaannya, maka pada akhirnya dia akan
mengabaikan nasihat Firman TUHAN yang disampaikan oleh Yesus kepada
murid-murid, termasuk Simon Petrus.
Hati-hati, jangan kita mengabaikan Firman TUHAN, sebab ini adalah
ciri-ciri dari orang yang mengandalkan kekuatan, kemampuan, harta dan
kekayaannya.
Amsal 8:33
(8:33) Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah
mengabaikannya.
Firman TUHAN mengatakan, bagian A: “Dengarkanlah
didikan, maka kamu menjadi bijak …” Dengan mendengarkan didikan Firman
TUHAN, maka kita akan menjadi bijaksana.
Contoh bijaksana bisa kita temukan dalam Perjanjian Baru, itulah
lima gadis yang bijaksana. Saat menyongsong Mempelai Laki-Laki, lima gadis yang
bijaksana mengambil pelita masing-masing serta membawa minyak dalam buli-buli;
itulah kehidupan yang bijak. Berbeda dengan lima gadis yang bodoh; ketika
menyongsong Mempelai Laki-Laki, lima gadis yang bodoh membawa pelita, tetapi
tidak membawa minyak (persediaan).
Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga,
mengantuklah mereka semua -- baik lima gadis yang bodoh maupun lima gadis yang
bijaksana -- lalu tertidur. Arti “tertidur” di sini menunjukkan bahwa tidak ada
yang sempurna.
Tetapi ternyata, di tengah-tengah penantian, pelita dari lima gadis
yang bodoh ini hampir padam, sebab mereka tidak membawa minyak sebagai
persediaan. Di sisi lain, pelita dari lima gadis yang bijaksana tetap menyala,
karena mereka membawa minyak dalam buli-buli sebagai persediaan.
Oleh sebab itu, tetaplah berada di dalam rumah TUHAN, jangan
tinggalkan ibadah pelayanan, supaya ada pengurapan. Berlakulah bijaksana.
Firman TUHAN mengatakan, bagian B: “Janganlah mengabaikannya.” Maksudnya
ialah jangan mengabaikan nasihat-nasihat dan didikan Firman TUHAN. Janganlah
kita mengabaikan nasihat Firman TUHAN sekalipun kita mempunyai ijazah tinggi,
sekalipun kita mempunyai gelar yang tinggi -- baik itu doktor atau pun profesor
--. Janganlah mengabaikan nasihat Firman
TUHAN sekalipun kita mempunyai harta dan kekayaan. Sekali lagi saya tandaskan:
Jangan mengabaikan nasihat Firman TUHAN.
Akibat mengabaikan nasihat Firman TUHAN, Yang Pertama.
Amsal 10:17
(10:17) Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan
teguran, tersesat.
Siapa mengabaikan teguran, itulah nasihat atau didikan Firman TUHAN, maka ia “tersesat.”
Tanda apabila seseorang tersesat:
1.
Mengambil
jalannya sendiri (masing-masing), berarti; liar dan tidak tergembala.
Prakteknya; tidak dengar-dengaran dan tidak mengikuti TUHAN dengan benar.
2.
Menuruti
keinginan di hati, sekalipun itu berlawanan dengan keinginan di hati TUHAN.
Akibat mengabaikan nasihat Firman TUHAN, Yang Kedua.
Amsal 13:18
(13:18) Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan
didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
Kemiskinan dan cemooh menimpa orang
yang mengabaikan didikan. Orang yang mengabaikan nasihat
firman, orang yang mengabaikan didikan dan teguran, maka dia akan ditimpa dua
hal:
1.
Ditimpa
kemiskinan, baik miskin jasmani maupun miskin rohani. Apa tanda bila miskin?
Tandanya adalah kikir = tidak mampu memberi. Tetapi kalau seseorang kaya, maka
ia pasti mampu memberi.
2.
Ditimpa
cemooh, artinya; menjadi cibiran, menjadi buah bibir. Janganlah kita
menjadi buah bibir karena kejahatan dan kenajisan kita, supaya orang lain
jangan tersandung dengan ibadah dan pelayanan dalam GPT “BETANIA” Serang &
Cilegon.
Akibat mengabaikan nasihat Firman TUHAN, Yang Ketiga.
Amsal 15:32
(15:32) Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi
siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.
Siapa mengabaikan didikan, maka ia membuang dirinya sendiri.
Contoh yang pertama: Bangsa Israel pernah
dibuang di Mesir selama 430 (empat ratus tiga puluh) tahun lamanya. Pada saat
mereka dibuang, mereka diperbudak dengan kerja paksa tanpa hari perhentian.
Keluaran 1:11-14
(1:11) Sebab itu pengawas-pengawas rodi
ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus
mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. (1:12)
Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga
orang merasa takut kepada orang Israel itu. (1:13) Lalu dengan kejam
orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, (1:14) dan memahitkan
hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat
dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang
dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.
Bangsa Israel ditindas dengan kerja paksa sampai memahitkan hidup
mereka. Jadi, kalau seseorang diperbudak dosa, tanpa hari perhentian, tanpa
ibadah dan pelayanan, jauh dari TUHAN, maka hal itu akan memahitkan hidup seseorang;
inilah keadaan orang yang terbuang.
Contoh yang kedua: Bangsa Israel dibuang ke
Babel selama 70 (tujuh puluh) tahun. Ini merupakan gambaran dari dosa
kenajisan.
Wahyu 17:4-5
(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi
dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh
dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. (17:5)
Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar,
ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."
Babel besar adalah “ibu dari wanita-wanita pelacur” dan “kekejian
bumi.” Artinya, kalau seseorang telah diperbudak dosa kenajisan, maka akan
terjadi kekejian di bumi, yaitu korban sehari-hari dihentikan. Kalau korban
sehari-hari dihentikan atau ditiadakan, itu merupakan kekejian di bumi; sama
halnya dengan orang yang berdoa tetapi memalingkan telinga untuk tidak
mendengarkan Firman TUHAN, maka doanya merupakan kekejian.
Sekali lagi saya sampaikan: menghentikan korban sehari-hari, itu
merupakan kekejian.
Apa itu korban sehari-hari? Antara lain;
Yang Pertama: “Korban Sembelihan.” Ã Ibadah yang berkenan -- yaitu sangkal diri dan pikul salib --
diganti dengan ibadah fasik … Daniel 8:10-12.
Yang Kedua: “Korban Santapan.” Ã Firman Allah sebagai kebutuhan pokok jiwa kita. Kalau Firman Allah
sebagai kebutuhan pokok jiwa dihentikan, itu merupakan kekejian di bumi. Tetapi
kenyataannya, suatu kali nanti hal itu akan terjadi, dan itu sudah dinubuatkan
oleh Nabi Amos.
Amos 8:11
(8:11) "Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman
Tuhan ALLAH, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan
akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan
firman TUHAN.
Suatu kali nanti, nubuatan dari Amos ini akan tergenapi, di mana
TUHAN akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini; bukan kelaparan akan makanan,
bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan Firman TUHAN. Apabila
pembinasa keji itu berdiri di tempat kudus, maka korban sehari-hari akan dihentikan,
termasuk menghentikan korban santapan, berarti Firman Allah tidak akan lagi
ditemukan di atas muka bumi ini; dan nubuatan Amos ini suatu kali nanti akan
tergenapi.
Oleh sebab itu, selagi ada kesempatan, marilah kita hargai, kita
kumpulkan Firman TUHAN sebanyak-banyaknya. Mengingat hari-hari ini adalah
hari-hari terakhir -- sama dengan hari keenam --, maka mari kita masing-masing
mengumpulkan dua gomer setiap orang.
Amos 8:12-13
(8:12) Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah
dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak
mendapatnya. (8:13) Pada hari itu akan rebah lesu anak-anak dara
yang cantik dan anak-anak teruna karena haus;
Pada saat Firman TUHAN digenapi -- yaitu terjadi kelaparan dan
kehausan akan mendengar Firman TUHAN --, maka pada hari itu akan rebah lesu
anak-anak dara yang cantik dan anak-anak teruna karena haus akan Firman
TUHAN.
Anak-anak dara dan anak-anak teruna à Kerohanian yang masih belum dewasa (belum dewasa rohani); mereka
itulah yang akan terjatuh dan rebah, tidak akan bisa bangkit lagi.
Pada saat TUHAN mengirimkan kelaparan ke negeri ini, terjadi suatu
kekeliruan yang besar, sebab mereka akan:
1. Mengembara dari laut ke laut,
maka yang ditemukan adalah ajaran dari pada antikristus.
2. Menjelajah dari utara ke timur,
maka yang ditemukan adalah ajaran setan yang penuh dengan tipu muslihat.
Itulah akibat bila seseorang mengabaikan Firman TUHAN. Oleh sebab
itu, janganlah kita mengabaikan Firman TUHAN, jangan kita mengabaikan nasihat
Firman TUHAN.
Mengapa Simon Petrus mengabaikan nasihat Firman TUHAN? Itu karena
Simon Petrus merasa diri mampu, merasa diri kuat, mengandalkan kekuatan,
mengandalkan manusia.
Hai, orang kaya, hai, orang yang memiliki pendidikan (ijazah) yang
tinggi, dengan kasih, saya menasihatkan: belajarlah untuk mengandalkan TUHAN
dan jangan abaikan nasihat Firman TUHAN. Biarlah kiranya hal ini dipahami
dengan baik.
PRAKTEK MENGABAIKAN FIRMAN TUHAN.
Lukas 22:31-34
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (22:32) tetapi Aku telah
berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau
sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." (22:33) Jawab Petrus:
"Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"
(22:34) Tetapi Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari
ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau
mengenal Aku."
Yesus berkata: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk
menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya
imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah
saudara-saudaramu.” Inilah nasihat firman kepada Simon Petrus.
Jawab Petrus:
-
Tuhan,
aku bersedia masuk penjara.
-
Aku
bersedia mati bersama-sama dengan Engkau!
Mendengar jawaban Petrus itu, langsung saja Yesus berkata: “Aku
berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau
tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.” Inilah kisah yang sama
dari nasihat firman yang terdapat dalam Injil Matius 26.
Lukas 22:24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus,
siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
Di sini kita melihat, murid-murid berlomba-lomba untuk menjadi yang
terbesar, menjadi yang terhebat satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa murid-murid Yesus, termasuk Simon Petrus adalah manusia duniawi,
berpikiran manusiawi.
Kalau kita memiliki pikiran sorgawi, maka kita akan berlomba-lomba,
kita akan berjuang untuk merendahkan diri sampai berada di titik nol di hadapan
TUHAN. Tetapi manusia duniawi berpikiran secara manusiawi, sehingga mereka
berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar. Ini adalah suatu kekeliruan.
Lukas 22:25-26
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa
memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka
disebut pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian,
melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling
muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Menurut ukuran dunia:
-
Raja-raja
bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka
-
Orang-orang
yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung
Tetapi di dalam TUHAN tidaklah demikian, melainkan;
-
Yang
terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda.
-
Pemimpin
sebagai pelayan.
Artinya, satu dengan yang lain berlomba-lomba, satu dengan yang
lain berjuang untuk menjadi suatu kehidupan yang rendah hati sampai berada di
titik nol; itulah pikiran dari Allah, pikiran sorgawi.
Itu sebabnya Simon Petrus mengabaikan Firman TUHAN, sebab
rupa-rupanya, Simon Petrus ini masih manusia duniawi, sehingga dia berpikiran
secara manusiawi. Siapa yang berpangkat, itulah yang terhebat; itu adalah
pikiran duniawi. Tetapi kalau sudah di dalam TUHAN, maka sepatutnya kita tidak
lagi memiliki pikiran duniawi, melainkan berlomba-lomba, berjuang untuk menjadi
suatu kehidupan yang rendah hati, berarti;
-
Yang
terbesar menjadi yang paling muda.
-
Pemimpin
adalah pelayan.
Jadi, kalau kita melayani TUHAN tanpa pengertian yang benar, maka
akan terjadi kekeliruan sama seperti Simon Petrus. Kita tidak boleh mengadopsi
cara-cara dunia dengan apa yang ada di dalam Kerajaan Sorga; itu tidak akan
berlaku.
Saya jadi teringat waktu saya masuk sekolah Alkitab. Di awal saya
masuk sekolah Alkitab, saya merasa paling hebat sendiri di antara 66 (enam
puluh enam) mahasiswa-mahasiswi, angkatan 7 (tujuh), yang ada di sekolah
Alkitab Lempin-El Saron, di Jalan A. P. Pettarani, Makassar.
Pada waktu itu, saya menggunakan ukuran manusia duniawi, di mana;
-
Saya
adalah salah seorang yang diutus dari Jakarta, sedangkan yang lain berasal dari
daerah.
-
Saya
juga memiliki pengalaman bekerja di dunia, pengalaman bekerja di tambang emas
di Papua dan Newmont, Nusa Tenggara Barat.
Saya menggunakan ukuran manusia duniawi, sehingga ketika saya
melihat mahasiswa-mahasiswi yang masuk sekolah Alkitab bahwa mereka adalah
orang-orang yang dari desa, maka saya merasa diri paling hebat, merasa diri
paling besar. Tetapi di dalam TUHAN, tidaklah demikian, melainkan;
-
Yang
terbesar hendaklah yang paling muda.
-
Seorang
pemimpin harus melayani TUHAN.
Ternyata, Simon Petrus ini berpikiran manusiawi, karena dia masih
hidup duniawi. Jangan sekali-kali kita mengadopsi cara-cara duniawi di dalam
TUHAN. Tanggalkan cara duniawi dan pikiran manusiawi, dan belajarlah untuk
rendah hati; itulah pikiran dari sorga, dari Allah.
Itulah kegagalan yang dialami oleh Simon Petrus. Tetapi yang pasti,
ketika Naomi menjelaskan kepada Rut, menantunya, bahwa Boas adalah kerabat atau
saudara yang terdekat, sebagai salah seorang yang berhak untuk menebus mereka, sontak
saja Rut teringat dengan perkataan Boas. Demikian juga setelah Simon Petrus
menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, lalu berkokoklah ayam, maka sontak saja
Simon Petrus teringat dengan perkataan Boas rohani, itulah pribadi Yesus
Kristus; tiba-tiba diingatkan kembali.
Seringkali kita lupa diri, sama seperti yang dialami oleh Simon
Petrus ini; merasa diri hebat, merasa diri kuat, mengabaikan Firman TUHAN,
ternyata karena dia melayani (mengikuti) TUHAN tetapi masih bersifat duniawi,
sehingga dia memiliki pikiran manusiawi, tidak rendah hati. Simon Petrus merasa
diri hebat, tetapi ketika dicobai, justru menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.
Tetapi malam hari ini kita diingatkan kembali, sontak kita kembali teringat
dengan perkataan TUHAN.
Kita yang merasa diri bisa, merasa diri hebat, tetapi ketika
dicobai justru gagal, tidak mampu, sampai akhirnya menyangkal Yesus; oleh sebab
itu, mari kita datang untuk melihat salib Kristus, melihat jalan keluarnya.
Jalan keluar dari setiap persoalan ada pada salib Kristus, itulah kebenaran
yang sejati, sebab di luar salib, tidak ada lagi kebenaran.
JALAN KELUAR:
Ibrani 12:1
(12:1) Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang
mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa
yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Di dalam hal kita mengikuti TUHAN, banyak saksi-saksi yang melihat
perjalanan rohani kita sekaliannya. Oleh sebab itu, marilah kita menanggalkan
semua beban, menanggalkan dosa yang begitu merintangi pengikutan kita kepada
TUHAN. Ayo, tinggalkan beban dosa, karena itu semua merintangi perjalanan
(pengikutan) rohani kita kepada TUHAN.
Ibrani 12:2
(12:2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,
yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti
sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta
Allah.
Untuk menanggalkan beban dosa yang merintangi pengikutan kita
kepada TUHAN, maka marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada
Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu
kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti
sukacita yang disediakan bagi kita semua. Mari kita memandang kepada salib
Kristus.
Simon Petrus mengabaikan Firman TUHAN, mengandalkan kekuatan,
tetapi sebaliknya, di sini kita melihat; Yesus, Anak Allah, mengabaikan
kehinaan, Dia tekun memikul salib-Nya. Jadi, yang seharusnya kita abaikan
adalah kehinaan, supaya kita terus tekun memikul salib. Oleh sebab itu, pada ayat
2 ini ditekankan: marilah kita melakukan semua ini -- melakukan ibadah dan
pelayanan -- dan terus mengikuti TUHAN dengan mata yang terbuka, mata yang
terus tertuju pada salib Kristus, di mana Yesus rela disalib, karena Dia
mengabaikan kehinaan itu dan tekun memikul salib-Nya.
Berbeda dengan Simon Petrus; dia abaikan nasihat firman dan dia
terus mengandalkan kekuatannya, tetapi saat dia dicobai, dia menyangkal Yesus,
dia gagal juga. Dan saat dia gagal, akhirnya Simon Petrus menangis
sejadi-jadinya.
Biarlah malam hari ini kita
menyesali diri dan pandang salib-Nya. Pandanglah Yesus yang rela disalib, Dia
tekun memikul salib, karena Dia rela menanggung kehinaan.
Siapa orang yang tekun memikul
salib? Mereka adalah orang yang mengabaikan kehinaan. Tidak peduli apakah ia
dihinakan, dikecilkan, direndahkan, bahkan sekalipun tidak diperhitungkan, kita
tidak perlu peduli, sebab yang terpenting adalah tekun memikul salib, itulah
pribadi Yesus. Biarlah mata kita terus tertuju kepada Yesus yang disalibkan,
berarti mengabaikan kehinaan, artinya; sekalipun dihina, sekalipun direndahkan,
sekalipun keberadaan kita tidak diakui, tetapi marilah kita dengan rela hati
mengabaikan kehinaan itu. Abaikanlah kehinaan itu, pandang terus salib-Nya.
Mengapa Dia tekun memikul salib? Karena Dia mengabaikan kehinaan.
Syarat memikul salib; rela dihina, rela direndahkan, rela tidak diakui. Berbeda
dengan Simon Petrus; ia berlomba-lomba menjadi yang terbesar, ia ingin diakui.
Saya juga dahulu salah seorang hamba TUHAN yang ingin selalu
diakui, tetapi malam ini, saya mau mengakui segala kekurangan-kekurangan,
supaya kita terus memandang salib, mengabaikan kehinaan.
Biarlah kita bersama-sama memperhatikan nasihat firman; di luar
TUHAN, kita tidak bisa berbuat apa-apa, kering-kering rohani. Oleh sebab itu,
jangan abaikan Firman TUHAN.
Ibrani 12:3
(12:3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan
yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan
kamu menjadi lemah dan putus asa.
Marilah kita selalu ingat akan Dia, ingat perkataan-Nya, dan jangan
diabaikan, berarti tekun menanggung bantahan yang hebat. Tujuan kita sangkal
diri dan pikul salib adalah supaya jangan menjadi lemah dan jangan putus asa,
sebab salib yang memberi kekuatan, maka kita menjadi kuat, tidak lemah, tidak
putus asa. Tetapi saat kita merasa diri hebat, merasa diri kuat, maka pasti
kita lemah, tidak kuat.
Ibrani 12:4
(12:4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan
darah.
Ingatlah hal ini: Dalam pergumulan melawan dosa, kita belum sampai
mencucurkan darah.
Ibrani 12:5-8
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti
kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan
janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; (12:6) karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah
orang yang diakui-Nya sebagai anak." (12:7) Jika kamu
harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah
terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (12:8) Tetapi, jikalau
kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah
anak, tetapi anak-anak gampang.
Oleh sebab itu, mulai malam ini, janganlah kita menganggap enteng
didikan TUHAN, jangan putus asa apabila kita diperingatkan-Nya, sebab;
-
TUHAN
menghajar orang yang dikasihi-Nya.
-
TUHAN
menyesah orang yang diakui-Nya anak.
Jadi, nasihat firman, teguran dan hajaran, itu berlaku kepada;
1.
Orang
yang dikasihi.
2.
Orang
yang diakuinya sebagai anak.
Tidak ada anak yang tidak dihajar oleh bapaknya. Setiap anak yang
bebas dari hajaran, bebas dari teguran, nasihat-nasihat firman TUHAN, didikan
Firman TUHAN, disebutlah ia anak-anak gampang, anak yang lahir di luar
nikah (tidak sah).
Jangan abaikan nasihat firman; jangan lagi anggap enteng didikan
Firman TUHAN seperti Simon Petrus. Ketika Yesus berkata: “Malam ini kamu
semua akan tergoncang imanmu karena Aku.” Tetapi Simon Petrus menjawab: “Biarpun
mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”,
bahkan Simon Petrus berkata: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati
bersama-sama dengan Engkau!” Itu sama artinya, Simon Petrus mengabaikan
nasihat firman TUHAN.
Matius 26:31,33
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua
akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh
gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (26:33) Petrus
menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku
sekali-kali tidak."
"Biarpun mereka semua
tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." Jawaban Petrus ini menunjukkan bahwa ia merasa diri hebat dan
kuat. Tetapi, mengapa Simon Petrus merasa diri hebat dan kuat? Karena Simon
Petrus mengabaikan nasihat firman, sehingga dia merasa diri hebat.
Seharusnya, Simon Petrus memperhatikan apa yang tertulis, di mana
Yesus telah menggenapi nubuatan Firman TUHAN; Dia harus mati dan terbunuh di
atas kayu salib, lalu bangkit pada hari yang ketiga, untuk selanjutnya
mendahului mereka ke Galilea. Tetapi sayangnya, nasihat Firman seperti ini
diabaikan oleh Simon Petrus, dan ketika Simon Petrus mengabaikan nasihat, Simon
Petrus menjawab: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku
sekali-kali tidak” Simon Petrus merasa diri hebat, kuat dan mampu.
Jangan abaikan Firman TUHAN. Jangan anggap enteng didikan TUHAN.
Yang harus kita abaikan adalah segala kehinaan; supaya rela difitnah, rela
direndahkan, rela dihinakan, rela tidak diakui. Tujuannya; supaya kita tetap
tekun memikul salib. Pandang saja salib-Nya, maka kita kuat, sebab ada jalan
keluar di sana.
Matius 26:75
(26:75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus
kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga
kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Mari kita memandang salib, di situ kita akan menemukan jawaban.
Petrus menangis ketika dia teringat kembali akan Firman TUHAN. Kebenaran sejati
adalah Firman TUHAN, yang akan kita temukan di dalam salib. Oleh sebab itu,
pandang salib-Nya. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment